Uploaded by hasnidarnidar01

Etika Bisnis, Fraud, dan Pendeteksian Fraud Oleh KLP 5

advertisement
ETIKA BISNIS, FRAUD, DAN DETEKSI FRAUD
ETIKA BISNIS
Isu etika dalam bisnis berkaitan dengan prinsip-prinsip yang digunakan oleh individu
dalam membuat pilihan dan membimbing perilaku mereka dalam situasi yang melibatkan konsep
benar dan salah. Etika berasal dari adat istiadat masyarakat dan keyakinan pribadi yang
mengakar tentang masalah benar dan salah yang tidak disepakati secara umum.
A. Etika
Menurut Boynton dan Kell (1996) etika terdiri dari prinsip-prinsip moral dan standar.
Moralitas berfokus pada perilaku manusiawi dan standar. Moralitas berfokus pada perilaku
manusiawi “benar” dan “salah”. Selanjutnya Arens-Loebbecke (1996) menyatakan bahwa
etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral dan nilai. Dari definisi tersebut
dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku.
B. Etika Bisnis
Etika bisnis dikembangkan untuk menemukan jawaban atas dua pertanyaan
yaitu: (1)
bagaimana manajer memutuskan apa yang benar dalam menjalankan bisnis mereka?, (2)
sekali manajer telah mengakui apa yang benar, menjalankan bisnis mereka, bagaimana
mereka mencapainya?.
Berbagai isu etika dalam bisnis dapat dibagi kedalam empat area, yaitu:
1) Ekuitas/kesetaraan, contohnya gaji eksekutif, nilai yang dapat dibandingkan, penetapan
harga produk.
2) Hak dan wewenang, seperti proses penilaian perusahaan, pemeriksaan kesejahteraan
karyawan,
privasi
karyawan,
keanekaragaman,
kesempatan
kerja
yang sama,
pemberitahuan mengenai adanya kecurangan (Whistle-Blowing)
3) Kejujuran, seperti konflik kepentingan pihak manajemen dan karyawan, keamanan data
dan catatan perusahaan, iklan yang menyesatkan, praktek bisnis yang merugikan di
negara asing, laporan yang akurat atas kepentingan pemegang saham.
4) Penggunaan kekuasaan perusahaan, seperti komite aksi politik, keamanan ditempat kerja,
keamanan produk, isu lingkungan, diversitas kepentingan, kontribusi politik perusahaan.
C. Etika Komputer
Etika komputer adalah analisis mengenai sifat dan dampak sosial teknologi komputer
serta berbagai formulasi dan justifikasi kebijakan yang terkait untuk penggunaan teknologi
semacam itu secara beretika (meliputi perhatian mengenai peranti lunak serta peranti keras
dan berkaitan dengan jaringan yang menghubungkan berbagai komputer dan komputer itu
sendiri). Berbagai isu mengenai etika komputer adalah:
1) Privasi, seperti kepemilikan data pribadi
2) Keamanan
3) Kepemilikan properti
4) Ras
5) Hak akses
6) Isu lingkungan
7) Kecerdasan buatan
8) Pemecatan dan pergantian
9) Penyalahgunaan komputer
D. Sarbanes Oxley act dan masalah etika
1) Konflik Kepentingan
2) Pengungkapan lengkap dan apa adanya
3) Kepatuhan hukum
4) Pelaporan internal pelanggaran etik
5) Akuntabilitas
FRAUD
A. Pengenalan fraud
Fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan
oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau
pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat, licik,
tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah tindakan curang (cheating), yang dilakukan
sedemikian rupa, sehingga menguntungkan diri sendiri/kelompok dan merugikan pihak lain
(perorangan, perusahaan atau institusi).
B. Pelaku-pelaku fraud dan alasannya
Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu:
1) Manajemen, pihak manajemen biasanya melakukan kecurangan untuk kepentingan
perusahaan yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan
(misstatements arising from fraudulent financial).
2) Pegawai/karyawan, melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu,
misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aset.
Fraud karyawan adalah fraud yang dilakukan oleh nonmanagement, pada umumnya
berbentuk kecurangan yang bersentuhan langsung dengan kas dan aset lainnya untuk
keuntungan karyawan.
Fraud yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan
yang dilakukan karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya
kecurangan tersebut, adapun gejala tersebut adalah:
1) Gejala kecurangan pada manajemen
Ketidakcocokan diantara manajemen puncak, moral dan motivasi karyawan rendah,
departemen akuntansi kekurangan staf, tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi
dari pihak konsumen, kekurangan staff secara tidak teratur, penjualan/laba menurun.
2) Gejala kecurangan pada pegawai/karyawan
Pembetulan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen laba dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung, pencatatan yang salah, penghancuran/penghilangan
dokumen pendukung pembayaran.
C. Fraud Triangle
Ada tiga hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu:
1) Condition (situasinya memungkinkan, adanya peluang/ kesempatan untuk melakukannya),
2) Motivation pada diri pelaku (adanya situasi yang sangat menekan sehingga mendorong
pelaku melakukannya) dan
3) Attitude pelakunya (karakteristik pribadi yang memang dasarnya penipu) tergabung
menjadi satu.
D. Kerugian Akibat Fraud
Publikasi international hasil riset ACFE (Association of Certified Fraud Examiner-asosiasi
auditor fraud internasional)
1) Kerugian akibat fraud adalah sekitar 5% dari pendapatan perusahaan setiap tahun. Jika
dihitung dari Gross World Product jumlah kerugian tersebut mencapai USD 3,5 triliun
atau (dengan kurs USD 1 = Rp 10.000) berarti sekitar Rp 35 triliun atau 2,29% APBN
Indonesia.
2) Median kerugian akibat fraud mencapai USD 140,000. Dari kasus fraud lebih dari
seperlimanya mengakibatkan kerugian sekurangnya USD 1 juta.
3) Fraud yang terjadi memerlukan waktu rata-rata 18 bulan untuk terdeteksi
4) Jenis fraud yang umum adalah asset misappropriation atau pencurian aset (bisa cash atau
non-cash), jumlahnya mencapai 87% dari kasus yang terjadi. Fraud ini merupakan fraud
yang paling kecil kerugiannya, dengan rata-rata kerugian USD 120,000. Bandingkan
dengan skema fraud pada penyajian laporan keuangan, jumlahnya hanya 8% dari kasus
yang dilaporkan, namun rata-rata kerugiannya adalah yang terbesar yaitu bisa mencapai
rata-rata USD 1 juta. Sementara skema korupsi ada ditengah-tengah (antara asset
misappropriation dengan fraud pada penyajian laporan keuangan), menimbulkan
kerugian rata-rata USD 250,000.
5) Fraud di tempat kerja terungkap umumnya karena ada yang melaporkan. Mayoritas
laporan datang dari karyawan perusahaan yang jadi korban.
6) Di seluruh dunia risiko terbesar bagi perusahaan adalah fraud jenis korupsi dan billing
scheme. Fraud ini menggunakan sarana proses billing atau pembebanan tagihan. Korupsi
dan skema billing mencapai 50% dari jumlah fraud yang dilaporkan.
7) Fraud di tempat kerja merupakan ancaman terbesar pada perusahaan berskala kecil.
Dalam riset ini perusahaan terkecil menderita paling parah. Umumnya perusahaan kecil
dengan kontrol yang lemah.
8) Industri yang paling jadi korban fraud adalah Bank dan Lembaga keuangan non-bank,
Administrasi public dan Pemerintahan, dan Manufaktur.
9) Fraud di tempat kerja bisa dikurangi kerugiannya dan lamanya dengan membangun
kontrol yang kuat. Semakin kuat kontrol semakin kecil kerugian akibat fraud dan
semakin segera fraud terdeteksi.
10) Semakin tinggi kedudukan pelaku fraud semakin besar pula kerugian yang diderita
perusahaan. Rata-rata kerugian akibat fraud yang dilakukan pemilik/executives adalah
USD 573,000, oleh manajer USD 180,000 dan oleh karyawan USD 60,000
11) Semakin lama pelaku bekerja di perusahaan semakin besar kerugian. Pelaku dengan masa
kerja lebih dari 10 tahun merugikan rata-rata USD 229,000 sementara pelaku dengan
masa kerja kurang dari setahun merugikan hanya rata-rata USD 25,000.
12) Pelaku fraud mayoritas (77%) adalah karyawan di 6 bagian/departemen: akuntansi,
operasi, penjualan, executives/pejabat tinggi, customer service dan pembelian.
13) Umumnya pelaku melakukan fraud pertama kali dengan masa lalu kerja yang bersih.
Dimana 87% pelaku sebelumnya belum pernah melakukan fraud, 84% belum pernah
dihukum atau dipecat akibat fraud.
E. Skema Fraud
1) Fraud Penyajian
Yaitu salah saji yang disengaja yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan keuntungan untuk para pelaku fraud. Contohnya mengubah saldo akun kas
dan liabilitas.
2) Korupsi
Korupsi mencakup eksekutif, manajer, dan atau karyawan berkolusi dengan pihak luar.
Penelitian oleh ACFE mengidentifikasikan empat jenis umum korupsi:

Penyuapan. Melibatkan pemberian, penawaran, permintaan, atau penerimaaan
berbagai hal yang bernilai untuk memengaruhi seorang pejabat dalam melaksanakan
kewajiban utamanya.

Gratifikasi. Melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran, atau permintaan atas
sesuatu yang bernilai karena tindakan resmi yang telah dilakukan.

Penggelapan

Pemerasan. Penggunaan (atau mengancam menggunakan) tekanan (termasuk sanksi
ekonomi) oleh seseorang atau perusahaan untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai.
3) Penyalahgunaan aset

Skimming, mencuri kas sebelum di record

Lapping, yaitu mencuri kas setelah dilakukan record

Skema Tagihan, yaitu skema yang dilakukan oleh karyawan dengan membuat
perusahaan membayar sejumlah uang tertentu dengan dalih pembayaran pembelian
atau utang dari barang atau perusahaan fiktif

CHECK TAMPERING, yaitu penyalahgunaan cek perusahaan untuk kepentingan
pribadi

FRAUD PENGGAJIAN, yaitu dengan menggaji karyawan fiktif

Expense reimbursements, yaitu mark up biaya perusahaan

Pencurian kas, persediaan dan pencurian aset lainnya.
F. Computer Fraud
Departemen Kehakiman Amerika Serikat mendefinisikan penipuan komputer sebagai
tindakan ilegal apapun yang membutuhkan pengetahuan teknologi komputer untuk
melakukan tindakan awal penipuan, penyelidikan, atau pelaksanaannya. Secara khusus,
penipuan komputer mencakup hal-hal berikut ini:
1) Pencurian, penggunaan, akses, modifikasi, penyalinan, dan perusakan software atau data
secara tidak sah.
2) Pencurian uang dengan mengubah catatan komputer atau pencurian waktu komputer
3) Pencurian atau perusakan hardware komputer
4) Penggunaan atau konspirasi untuk menggunakan sumber daya komputer dalam
melakukan tindak pidana
5) Keinginan untuk secara ilegal mendapatkan informasi atau properti berwujud melalui
penggunaan komputer.
PENDETEKSIAN FRAUD
A. Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Fraud
a) Resiko terkait fraud laporan keuangan
1) Karakteristik manajemen dan efek terhadap lingkungan pengendalian
2) Kondisi industry
3) Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan
b) Resiko dalam penyalahgunaan aset
1) Penyalahgunaan aset “rawan”, yaitu biasanya aset lancer seperti kas, cek dan surat
berharga. Aset ini lebih mudah disalahgunakan dibanding aset lain seperti persediaan
dan peralatan
2) Pengendalian, yaitu kegagalan perencanaan pengendalian sejak awal contohnya
DBMS tidak melakukan blok akses terhadap akses record akuntansi.
c) Respon auditor terkait penilaian resiko
1) Perikatan staf
2) Profesional Skeptism
3) Sifat, waktu dan cara prosedur dilakukan.
d) Respon auditor terkait temuan salah saji
1) Jika temuan adalah fraud tapi tidak material :
Membicarakan dengan manajemen satu tingkat diatas unit yang diperiksa
2) Jika temuan fraud material terhadap laporan keuangan:

Mendiskusikan masalah dengan senior manager dan komite audit

Menjelaskan materialitas temuan

Menyarankan manajemen untuk berkonsultasi dengan konsultan hukum.
B. Tehnik Deteksi Fraud
a) Pembayaran terhadap vendor fiktif
1) Nomor faktur
Gunakan ACL untuk menyortir record faktur berdasarkan nomor dan nama VENDOR
2) Alamat PO BOX vendor
Gunakan ACL dengan filter record vendor yang fakturnya menggunakan alamat PO
BOX.
3) Perusahaan berbeda dengan alamat yang sama
Gunakan ACL duplicate command
b) Penggajian
1) Kelebihan jam kerja
Gunakan ACL expression builder untuk memilih record penggajian yang kelebihan
jam.
2) Uji pembayaran ganda
Gunakan fungsi ACL duplicate
3) Uji karyawan fiktif
Gunakan ACL Join file penggajian dan file karyawan
C. Pencegah dan pendeteksian fraud
1) Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka
mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate
governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian
wewenang.
2) Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya
adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk
memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang
dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
3) Retrospective Examination yang dilakukan oleh auditor eksternal diarahkan untuk
mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.
4) Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik
adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat
kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil
terhadap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangan
dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan aset.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah daripada
diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang
terjadi dan telah dinikmati oleh pihak tertentu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya,
tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Bila fraud sudah terjadi
maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan
pencegahan sejak dini. Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus
dilakukan, yaitu:
1) Membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness, mencegah benturan
kepentingan, confidential disclosure agreement dan corporate security contract.
2) Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi
kerja, aktifitas control dan sistem rewards and recognition.
3) Membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self asessment,
internal auditor dan eksternal auditor
Download