NOVEMBER 2020 UU CIPTA KERJA dalam lingkup PENATAAN RUANG Disampaikan oleh: Dr. Ir. Abdul Kamarzuki, MPM Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian ATR/BPN AZAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Azas Penataan Ruang: keterpaduan; keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas. RUANG TERBATAS Ukuran ruang yang tersedia di muka bumi tidak pernah bertambah. POPULASI MANUSIA TERUS MENINGKAT Jumlah penduduk terus mengalami peningkatan AKTIVITAS MANUSIA TIDAK TERBATAS Ruang menampung semua aktivitas manusia, dari bekerja, tempat tinggal, rekreasi bahkan sampai peristirahatan terakhir (Tempat Pemakaman Umum) RUANG BUKAN HANYA UNTUK MANUSIA Hewan dan tumbuhan juga memerlukan ruang Tujuan Penataan Ruang: a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan sumber daya manusia; dan c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. 2 Overview Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 1 Mendorong Masyarakat Peduli/Melek Tata Ruang 2 Mendorong Digitalisasi dan Transparansi Penataan Ruang 3 Mendorong Publikasi Produk Tata Ruang 4 Streamlining/ Penyederhanaan Produk Rencana Tata Ruang 5 Integrasi Kebijakan Pengaturan Ruang dalam Rencana Tata Ruang 6 Mendorong Pemerintah Daerah Memiliki RDTR dan Percepatan Penetapan RTRW dan RDTR 7 Penggunaan Rencana Tata Ruang dalam Proses Perizinan 8 Kelembagaan (Forum) Penataan Ruang 3 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 1 Mendorong Masyarakat Peduli/Melek Tata Ruang Pasal 14 UU CK: (5) Dalam hal Pelaku Usaha mendapatkan informasi rencana lokasi kegiatan usahanya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah sesuai dengan RDTR, Pelaku Usaha mengajukan permohonan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan usahanya melalui sistem Perizinan Berusaha secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan mengisi koordinat lokasi yang diinginkan untuk memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang. (6) Setelah memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Pelaku Usaha mengajukan permohonan Perizinan Berusaha. Pasal 15 UU CK: (1) Dalam hal Pemerintah Daerah belum menyusun dan menyediakan RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), Pelaku Usaha mengajukan permohonan persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan usahanya kepada Pemerintah Pusat melalui sistem Perizinan Berusaha secara elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 14 UU CK: (3) Penyediaan RDTR dalam bentuk digital sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan standar dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR. 4 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 2 Mendorong Digitalisasi dan Transparansi Penataan Ruang Pasal 14 UU CK: (3) Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR dalam bentuk digital dan sesuai standar. Platform yang tersedia untuk menyebarluaskan informasi RTR serta meningkatkan transparasi dan akuntabilitas produk RTR kepada masyarakat. KONSULTASI PUBLIK ONLINE Pelaku usaha dapat melakukan pengecekan kesesuaian lokasi usaha yang diinginkannya dengan tata ruang melalui sistem OSS yang akan berhubungan dengan sistem webgis Kementerian ATR/BPN Berada pada lokasi memiliki RDTR Berada pada lokasi yang belum memiliki RDTR Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (kesesuaian dengan RTR - komplementer) Pasal 17 UU CK, Pasal 65 UU No. 26/2007: (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran masyarakat. (2) Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui: a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang; b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang. 5 Platform Digital Konsultasi Publik dan Monitoring 2 Mendorong Digitalisasi dan Transparansi Penataan Ruang Platform Digital Konsultasi Publik Tata Ruang Manfaat bagi Masyarakat: Melalui platform digital ini, masyarakat dapat berkontribusi dengan memberikan harapan pengembangan wilayah hingga 20 tahun kedepan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan inklusifitas masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang. Platform ini juga dapat mendukung koordinasii dengan K/L/D secara online. Platform Digital Informasi untuk Masyarakat dan Monitoring Manfaat bagi Masyarakat: Melalui platform digital ini, masyarakat dapat mengetahui informasi dan memonitor kemajuan penyusunan RTR, serta mengakses dokumen terkait produk RTR tersebut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi pada proses penyusunan RTR. 6 Sistem Informasi Tata Ruang yang Terhubung dengan Platform Lain ATR/BPN Mendorong Digitalisasi dan Transparansi Penataan Ruang Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Penyusunan Rencana Tata Ruang IGTo IGT RTR IGT1…n Basis Data Analisis Spasial Koordinasi K/L, Pemda Konsultasi Publik Informasi Produk RTR Penggunaan Produk RTR Pemanfaatan Produk RTR Pemutakhiran Produk RTR SISTEM INFORMASI GIS TARU RTR Builder (platform analisis spasial untuk penyusunan RTR) Peta Kerja (platform kolaborasi penyusunan peta RTR) RTR Online (platform map viewer RTRWN, RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN, dan RTRW) Konsultasi Publik (platform konsultasi publik dalam penyusunan RTR) RDTR Interaktif (platform map viewer RDTR) PROTARU (Platform Informasi untuk Masyarakat & Monitoring) BIG DATA ARTIFICIAL INTELLIGENCE BLOCKCHAIN Application Programming Interface 2 Antara lain: OSS KKP + platform lainnya 7 Sistem Informasi dan Transparansi Proses Perijinan Berusaha 2 Mendorong Digitalisasi dan Transparansi Penataan Ruang Sebelum Implementasi Sistem Informasi RTR ? Produk Rencana Tata Ruang (RTR) hanya dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah, sebagian besar dalam bentuk fisik (hard copy). Masyarakat dan investor yang ingin mengakses informasi RTR harus datang langsung ke kantor pemerintah dan menempuh proses administrasi yang rumit dan lama. Proses penerbitan izin berusaha menjadi rumit dan tidak transparan. Banyak gugatan dari masyarakat akibat RTR dan pemanfaatan ruang yang tumpang tindih. Setelah Implementasi Sistem Informasi RTR Produk RTR telah dipublikasi oleh Pemerintah melalui berbagai platform. Masyarakat dan pihak terkait dapat memanfaatkan informasi RTR secara online. Platform produk RTR juga terkoneksi dengan portal pelayanan perizinan, sehingga proses penerbitan izin menjadi lebih cepat dan transparan. Perizinan berusaha yang telah diterbitkan menjadi pertimbangan dalam peningkatan kualitas Rencana Tata Ruang. 8 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 3 Mendorong Publikasi Produk Tata Ruang Pasal 14 UU CK: (3) Penyediaan RDTR dalam bentuk digital sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan standar dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR. Kewenangan Pemerintah Pusat dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang: Pasal 17 UU CK, Pasal 8 UU No. 26/2007: (5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pemerintah Pusat: a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan: 1. rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional; dan 2. pedoman bidang penataan ruang. https://gistaru.atrbpn.go.id/ b. menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang. 9 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 4 Streamlining/ Penyederhanaan Produk Rencana Tata Ruang Penghapusan RTR KS Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk menghindari tumpang tindih antar produk RTR, sehingga kedapan hanya mengenal 1 bentuk rencana umum sesuai hierarki (nasional, provinsi dan kabupaten/kota) dan 2 rencana rinci tata ruang (Kawasan Strategis Nasional dan RDTR). Pasal 17 UU CK, Pasal 14 UU No. 26/2007: (2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a secara hierarki terdiri atas: a. rencana tata ruang wilayah nasional; b. rencana tata ruang wilayah provinsi; dan c. rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang wilayah kota. UU CK: Pasal 15 ayat (3) UU CK; Pasal 17 UU CK: Pasal 6 ayat (2), (3), (4) UU No. 26/2007; Pasal 17 UU CK: Pasal 14 ayat (2) dan (3) UU No. 26/2007. (3) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan b.rencana detail tata ruang kabupaten/kota. 10 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 5 Integrasi Kebijakan Pengaturan Ruang dalam Rencana Tata Ruang Pasal 17 UU CK, Pasal 6 UU No. 26/2007: Ruang Udara (5) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan. Ruang Darat Ruang Laut Ruang Dalam Bumi Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang dalam bumi menuju Satu Produk Rencana Tata Ruang (6) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan. UU CK: Pasal 18 UU CK: Pasal 7A UU No. 27/2007; Pasal 19 (ayat 4) UU CK: Pasal 43 ayat (2), (5), (6), (7) UU No. 32/2014; Pasal 17 UU CK: Pasal 6 ayat (6), (7) UU No. 26/2007; Pasal 17 (ayat 10) UU CK: Pasal 17 ayat (5) UU No. 26/2007; Pasal 36 (poin 1) UU CK: Pasal 15 ayat (2) UU No. 41/1999; Pasal 15 ayat (3) UU CK; Pasal 17 (ayat 3) UU CK: Pasal 6 ayat (2), (3), (4) UU No. 26/2007 11 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 5 Integrasi Kebijakan Pengaturan Ruang dalam Rencana Tata Ruang Diintegrasikan ke dalam … RTRL RZWP3K Ditetapkan melalui … RTRWN Peraturan Pemerintah RTRW Provinsi Perda/Perkada/Permen RTRW Kabupaten/ Kota (mengacu pada muatan Perda/Perkada/Permen RTR KSN Perpres RZWP3K yang termuat pada RTRW Provinsi di wilayahnya) RZ KSN Pasal 18 UU CK, Pasal 7A UU No. 27/2007: (1) RZWP-3-K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. (2) RZ KSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Pasal 18 UU CK, Pasal 43 UU No. 27/2007: (1) Perencanaan tata ruang Laut nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan perencanaan untuk menghasilkan rencana tata ruang Laut nasional yang diintegrasikan ke dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional. UU CK: Pasal 18 UU CK: Pasal 7A UU No. 27/2007; Pasal 19 (ayat 4) UU CK: Pasal 43 ayat (2), (5), (6), (7) UU No. 32/2014; Pasal 17 UU CK: Pasal 6 ayat (6), (7) UU No. 26/2007; Pasal 17 (ayat 10) UU CK: Pasal 17 ayat (5) UU No. 26/2007; Pasal 36 (poin 1) UU CK: Pasal 15 ayat (2) UU No. 41/1999; Pasal 15 ayat (3) UU CK; Pasal 17 (ayat 3) UU CK: Pasal 6 ayat (2), (3), (4) UU No. 26/2007 12 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 5 Integrasi Kebijakan Pengaturan Ruang dalam Rencana Tata Ruang Integrasi RTR dengan Rencana Zonasi Wilayah Perairan Rencana Zonasi Wilayah Perairan Ilustrasi + Integrasi RTR dengan Kawasan Hutan Rencana Tata Ruang SK Penunjukan Kawasan Hutan SK Penetapan/ Pengukuhan Kawasan Hutan Rencana Tata Ruang Diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang (Revisi) APL Diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang Perubahan Delineasi Kawasan Hutan UU CK: Pasal 18 (ayat 2) UU CK: Pasal 7A UU No. 27/2007 Pasal 19 (ayat 4) UU CK: Pasal 43 ayat (2), (5), (6), (7) UU No. 32/2014 Pasal 17 (ayat 3) UU CK: Pasal 6 ayat (6), (7) UU No. 26/2007 UU CK: Pasal 17 (ayat10) UU CK: Pasal 17 ayat (5) UU No. 26/2007 Pasal 36 (ayat 1) UU CK: Pasal 15 ayat (2) UU No. 41/1999 13 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 6 Mendorong Pemerintah Daerah Memiliki RDTR dan Percepatan Penetapan RTRW dan RDTR Dalam UU CK, Pemerintah Daerah didorong untuk memiliki RDTR sebagai acuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR). Jika RDTR tidak tersedia, PKKPR diproses melalui mekanisme Persetujuan sesuai RTR lainnya secara berjenjang dan komplementer. Pasal 14 UU CK: (1)Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a merupakan kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR. (2)Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR dalam bentuk digital dan sesuai standar. …….. (4) Pemerintah Pusat wajib mengintegrasikan RDTR dalam bentuk digital sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ke dalam sistem Perizinan Berusaha secara elektronik. Pasal 15 UU CK: (1) Dalam hal Pemerintah Daerah belum menyusun dan menyediakan RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), Pelaku Usaha mengajukan permohonan persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan usahanya kepada Pemerintah Pusat melalui sistem Perizinan Berusaha secara elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pemerintah Pusat memberikan persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan rencana tata ruang. Pasal 17 UU CK, Pasal 34A UU No. 26/2007: (1) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (5) huruf d, Pasal 23 ayat (5) huruf d, dan Pasal 26 ayat (6) huruf d belum dimuat dalam rencana tata ruang dan/atau rencana zonasi, pemanfaatan ruang tetap dapat dilaksanakan. (2) Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dari Pemerintah Pusat. 14 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 6 Mendorong Pemerintah Daerah Memiliki RDTR dan Percepatan Penetapan RTRW dan RDTR a. Percepatan Penetapan RTRW dan RDTR Percepatan Penetapan RTRW: Pasal 17 UU CK, Pasal 23 dan 26 UU No. 26/2007: (7) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib ditetapkan paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. (8) Dalam hal Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum ditetapkan, Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan rencana tata ruang wilayah provinsi paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. (9) Dalam hal rencana tata ruang wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (8) belum ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota, rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Pusat paling lama 4 (empat) bulan terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. Percepatan Penetapan RDTR : Pasal 17 UU CK, Pasal 18 UU No. 26/2007: (3) Bupati/Wali Kota wajib menetapkan rancangan peraturan kepala daerah kabupaten/kota tentang rencana detail tata ruang paling lama 1 (satu) bulan setelah mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat. (4) Dalam hal bupati/wali kota tidak menetapkan rencana detail tata ruang setelah jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3), rencana detail tata ruang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. UU CK: Pasal 17 UU CK: Pasal 18 ayat (3), Pasal 23 ayat (7), (8), (9), Pasal 26 ayat (8), (9), (10) UU No. 26/2007. 15 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 6 Mendorong Pemerintah Daerah Memiliki RDTR dan Percepatan Penetapan RTRW dan RDTR b. Keterlibatan DPRD dalam Penyusunan Produk RTR, serta Penghapusan Proses Validasi dan Rekomendasi BIG dalam Percepatan Penyusunan dan Penetapan Produk RTR Pengaturan pada UU CK: Wilayah Laut/Perairan pada Ranperda telah mendapat Persetujuan Substansi dari Menteri KKP 8 7 6 ▪ Proses penetapan produk RTR dapat dipercepat sejak Persub ditandatangani apabila DPRD dilibatkan dari awal pembahasan Materi Teknis (Matek) dan Ranperda di Daerah ▪ Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang terintegrasi dengan kajian lingkungan hidup strategis, termasuk daya dukung dan daya tampung ruang darat, ruang laut/perairan, ruang dalam bumi, dan ruang udara, sehingga tidak dilakukan lagi validasi KLHS. ▪ Rekomendasi BIG tidak dipersyaratkan lagi karena penyusunan RTR sendiri telah dilakukan melalui konsultasi dengan BIG. 5 16 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 6 Mendorong Pemerintah Daerah Memiliki RDTR dan Percepatan Penetapan RTRW dan RDTR c. Pengaturan Bimtek dan Bantek d. Pengaturan Peta Dasar Pasal 17 UU CK, Pasal 8 UU No. 26/2007: (1) Wewenang Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi: a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; b. pemberian bantuan teknis bagi penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang; c. pembinaan teknis dalam kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang; Bantuan Teknis Merupakan bantuan dari pemerintah pusat (berupa anggaran, tenaga ahli perencana dan GIS) kepada pemerintah daerah dalam kegiatan pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang. Bimbingan Teknis Merupakan proses pembinaan dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah dalam dalam kegiatan pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang, melalui sosialisasi, klinik, pendampingan, asistensi/ konsultansi Untuk percepatan pemenuhan peta dasar dalam penyusunan RDTR, dapat mempergunakan Peta Dasar Lainnya dengan ketelitian detail informasi sesuai dengan skala perencanaan RTR, jika Peta Dasar (dari BIG) tidak tersedia. Pasal 17 UU CK, Pasal 14A UU No. 26/2007: (4) Dalam hal Peta Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum tersedia, penyusunan rencana tata ruang dilakukan dengan menggunakan Peta Dasar lainnya. PETA DASAR PETA DASAR LAINNYA UU CK: Pasal 17 (poin 9) UU CK: Pasal 14A ayat (4) UU No. 26/2007 UU CK: Pasal 17 (poin 4) UU CK: Pasal 8 ayat (1) huruf b dan c UU No. 26/2007 17 Pengaturan Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang 7 Penggunaan Rencana Tata Ruang dalam Proses Perizinan RDTR RDTR (Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang) atau RTR KSN RTRW OSS RDTR Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang Menilai kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan dengan arahan pemanfaatan ruang berupa: • • • Produk RTR (RTRWN, RTR KSN, RTRWK, RDTR) Konfirmasi KKPR Persetujuan KKPR atau Apakah usulan kegiatan merupakan akibat dari perubahan kebijakan nasional, sehingga belum termuat dalam RTR? Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Perencanaan & Pemanfaatan Ruang Pengendalian Penataan Ruang 18 Poin-Poin Pengaturan Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU CK 8 Kelembagaan (Forum) Penataan Ruang Pembentukan Forum Penataan Ruang Pasal 193: (1) (2) (3) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang secara partisipatif, Pemerintah membentuk Forum Penataan Ruang di tingkat pusat dan/atau daerah. Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk memberikan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan penataan ruang. Pemerintah Pusat dapat membentuk tim koordinasi Kawasan Strategis Nasional dalam penyelenggaraan penataan ruang di Kawasan Strategis Nasional. Keanggotaan Forum Penataan Ruang Pasal 194: (1) (2) (3) (4) Anggota Forum Penataan Ruang pada tingkat pusat terdiri atas perwakilan dari Kementerian/Lembaga terkait penataan ruang. Anggota Forum Penataan Ruang di daerah terdiri atas anggota tetap dan anggota tidak tetap. Anggota tetap Forum Penataan Ruang di daerah terdiri atas Kepala OPD yang terkait penataan ruang berikut jajarannya yang ditunjuk. Anggota tidak tetap Forum Penataan Ruang di daerah dapat terdiri atas perwakilan kalangan ahli, masyarakat, akademisi, asosiasi profesi, dan/atau pelaku usaha setempat. Kelembagaan Forum Penataan Ruang akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri. UU CK: Pasal 15 ayat (3) UU CK; Pasal 17 (poin 3) UU CK: Pasal 6 ayat (2), (3), (4) UU No. 26/2007 RPP PPR: Pasal 193; Pasal 194; Pasal 195. 19 TERIMA KASIH Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional