RTRW Tata Ruang merupakan ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat masyarakat terkait dengan ekonomi, sosial dan kebudayaan. Di Indonesia, konsep perencanaan tata ruang dikembangkan dari masa ke masa. Dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur akan mampu mempercepat terjadinya pengembangan wilayah. Pada era 90-an, konsep pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang yang disusun secara nasional, regional, dan lokal yang erbagi menjadi tiga wilayah. Perencanaan tata ruang wilayah nasional Perencanaan tata ruang wilayah nasional sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Jangka waktu perencanaan tata ruang wilayah nasional adalah 20 tahun. Selama lima tahun sekali akan dilakukan peninjauan. Perencanaan tata ruang wilayah provinsi Rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunan harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah nasional. Rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 11 Ayat 2, pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten. Penataan tersebut meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kebupaten. Dalam menyusun RTRW Kabupaten/Kota harus sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan Kota RDTR RDTR (Rencana Detail Tata Ruang ) merupakan salah satu dokumen rencana tata ruang yang mengatur peruntukan tata ruang suatu kawasan secara rinci dilengkapi dengan pembagian zona-zona kawasan. Dokumen ini pula yang sangat berperan penting didalam membantu Pemda didalam mengeluarkan izin lokasi bagi para pelaku investor. Jika sebelumnya dalam merencanakan RDTR kita berpedoman pada Peraturan Menteri PU Nomor 20 Tahun 2011, maka saat ini kita perlu mengacu pada Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2018. Permen ATR/BPN No 16 Tahun 2018 ini sejatinya tak banyak berubah dari aturan lama. Dalam pengamatan saya, pembedanya hanya pada struktur ruang dan pola ruang. Kalau saya boleh bilang, sistematikanya hampir mirip dengan penyusunan RTRW. Namun lebih detail dengan cakupan wilayah yang lebih kecil. Praktek penyusunan tata ruang di Indonesia mustinya dapat mengantisipasi beberapa hal terkait pandemi yang terjadi sekarang ini. Ini dilakukan baik pada skala regional maupun pada penyusunan Rencana Detail Tata Ruang. Pandemi Covid 19 mengajarkan kita bahwa ruang publik di Indonesia sangatlah kurang, kurangnya ruang publik misalnya akan menyebabkan adanya penumpukkan masyarakat pada aktifitas seperti rekreasi outdoor (taman, lokasi hiburan, dll). Selain itu penumpukkan masa terkait penyebaran fasilitas umum yang terbatas misalnya saja sarana tranportasi publik, sarana kesehatan, dll. Idealnya detail tata ruang sudah mampu memberikan rekomendasi dimana fasilitas umum ditempatkan sehingga mampu menampung kebutuhan sesuai dengan distribusi pendudukk (misalnya pemukiman). Tata Ruang secara detail sebenarnya memungkinkan pengaturan ruang terbuka di setiap percil bangunan. Bangunan-bangunan publik yang memberikan jasa pelayanan seperti kependudukan, perpajakan, ijin mengemudi, dll semestinya mulai dirancang untuk membuat ruang terbuka yang dapat menampung antrian. Inipun dapat menjadi solusi untuk menghindari kerumunan di ruang jasa publik. Perencanaan pembangunan infrastruktur juga seharusnya mulai mengakomodir trend baru terkait dengan pergerakan masa dengan saran pribadi seperti sepeda. Jalur sepeda di perkotaan seharusnya sudah menjadi keharusan. Ini harus dirancang pada saat perencanaan ruang detail, bukan kemudian dibuat dengan mengambil jalur kendaraan bermotor. RTBL RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan yang penetapannya menjadi peraturan gubernur/ bupati/walikota. Masyarakat menaruh harapan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk dapat menjadi solusi dari permasalahan penataan ruang. RTRW berfungsi sebagai pedoman umum dalam menata wilayah, sedangkan diperlukan peraturan pelaksana yang mengatur lebih rinci. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan salah satu peraturan pelaksana dari penataan ruang. Hanya saja RTBL belum sepopuler RTRW ataupun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dapat menjadi salah satu solusi pengaturan tata ruang berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) juga merupakan pengaturan tindak lanjut dari RTRW kabupaten/ kota yang digunakan untuk mengendalikan pemanfaatan suatu kawasan dan sebagai panduan rancangan kawasan untuk mewujudkan kesatuan karakter dengan berbagai aspek, di antaranya aspek fungsional, sosial, ekonomi, dan ekosistem. Dengan adanya RTBL, maka diharapkan kita mendapatkan gambaran tentang kemampuan daya dukung fisik dan lingkungan sehingga mampu membuat perencanaan pengembangan bangunan yang mengangkat nilai kearifan maupun karakter khas lokal sesuai dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.