LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILISASI STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI DISUSUSN OLEH AULIA AZIZAH AMINI NPM: 18200100078 PROGRAM NERS STIKIM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA 2020 A. DEFINISI Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008). Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasn gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi antaomi akibat perubahan isiolohi (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien pengguna kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi) dan pembatasan gerakan volunteer (Potter&Perry,2005) B. ANATOMI FISIOLOGI Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang berarti tulang. 1. Otot ( Muskulus / Muscle ) Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. a. Fungsi Sistem Otot 1) Pergerakan 2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur 3) Produksi panas b. Jenis-Jenis Otot 1) Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi: a) Otot Rangka (Otot Lurik) Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan kuat. b) Otot Polos Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan lamban. c) Otot Jantung Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. 2) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi : a) Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan. b) Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadrus. c. Mekanisme Kontraksi Otot Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan miosin. Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain, sehingga sarkomer pun juga memendek. Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot yang terangsang menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang bergerak. 2. Rangka (skeletal) Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang. a. Fungsi Rangka 1) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamenligamen, otot, jaringan lunak dan organ. 2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow) 3) Produksi sel darah (red marrow) 4) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak. 5) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak karena adanya persendian. b. Jenis Tulang 1) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu: a) Tulang Rawan (kartilago) (1) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa. (2) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl. Panggul) dan rongga glenoid dari skapula. (3) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan faring. b) Tulang Sejati (osteon) Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak. 2) Berdasarkan matriksnya, yaitu: a) Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat. b) Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga. 3) Berdasarkan bentuknya, yaitu: a) Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran panjangnya terbesar. Contohnya os humerus dan os femur. b) Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek. Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang. c) Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar. Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk. d) Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang). e) Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla. c. Organisasi Sistem Rangka Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu kerangka tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai berikut. 1) Rangka Aksial Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada. a) Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8 tulang kranial dan 14 tulang fasial. b) Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah c) Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot mulut dan lidah 1 buah d) Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah e) Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang dada membentuk perisai pelindung bagi organorgan penting yang terdapat di dada, seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang belakang, berjumlah 12 ruas 2) Rangka Apendikular Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah terdiri atas 126 tulang. Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak, tangan dan kaki. Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian yaitu ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah. C. PROSES KEBUTUHAN MANUSIA D. PATHWAY E. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 1. Gaya hidup Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat 2. Proses penyakit dan injuri Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu. 3. Kebudayaan Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas 4. Tingkat energy Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat 5. Usia dan status perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit salam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit. F. MANIFESTASI KLINIS/BATASAN KARAKTERISTIK 1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada: a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi) e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan g. neurosensori: sensori deprivation 2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping. 3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi 4. Pergerakan tidak terkoordinasi 5. Penurunan waktu reaksi ( lambat ) G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensori presepsi 2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler H. INTERVENSI KEPERAWATAN - Monitor pu DO: - Diare jaringan ko - Monitor in - Rontok rambut yang - Informasik berlebih - Kurang nafsu makan manfaat nu - Bising usus berlebih - Kolaborasi - Konjungtiva pucat suplemen m intake caira - - Atur posisi makan - Kelola pem - Anjurkan b - Pertahanka - Catat adany lidah danca Obesitas (00232) Diagnosa Keperawatan/Masalah Rencana Keperaw Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan Obesitas Berhubungan dengan : NOC : NIC : - Intake yang berlebihan - terhadap kebutuhan metabolisme tubuh DS : - - Nutritional Status : food and Weight Mana Fluid Intake - Diskusikan Nutritional Status : nutrient antara inta Intake dan penuru Weight control - Laporan adanya sedikit Diskusikan yang dapat aktivitas atau tidak ada Setelah dilakukan tindakan aktivitas keperawatan selama …. Ketidak gaya hidup DO: seimbangan nutrisi lebih teratasi mempenga - Lipatan kulit tricep > 25 mm dengan kriteria hasil: untuk wanita dan > 15 mm - untuk pria BB 20 % di atas ideal untuk tinggi dan - kerangka tubuh ideal - - Makan dengan respon - - Mengerti factor yang Diskusikan Diskusikan berhubung meningkatkan berat badan - Dorong pa Mengidentfifikasi tingkah laku - Perkirakan dibawah kontrol klien - Memodifikasi diet dalam waktu Nutrition Ma eksternal (misalnya : situasi yang lama untuk mengontrol - Kaji adany sosial, sepanjang hari) berat badan - Kolaboras Dilaporkan atau diobservasi - adanya disfungsi pola makan (misal : Penurunan berat badan 1- 2 pounds/mgg - Menggunakan energy untuk aktivitas sehari hari jumlah kal - Anjurkan p - memasangkan makanan dengan aktivitas yang lain) - Anjurkan p vitamin C Konsentrasi intake makanan - Berikan su pada menjelang malam - Yakinkan serat untuk - Berikan m dikonsulta - Ajarkan pa makanan h - Monitor ju - Berikan in - Kaji kema nutrisi yan Weight reduc - Fasilitasi k - Perkirakan - Tentukan t - Beri pujian tujuan - Ajarkan pe Risiko Overweight (00234) Diagnosa Keperawatan/Masalah Keperawatan Rencana Keperaw Tujuan dan Kriteria Hasil Obesitas Berhubungan dengan : NOC : NIC : - - Nutritional Status : food and Weight Mana Fluid Intake - Intake yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolisme tubuh DS : - - Diskusikan Nutritional Status : nutrient antara inta Intake dan penuru Weight control - Laporan adanya sedikit Diskusikan yang dapat aktivitas atau tidak ada Setelah dilakukan tindakan aktivitas keperawatan selama …. Ketidak gaya hidup DO: seimbangan nutrisi lebih teratasi mempenga - Lipatan kulit tricep > 25 mm dengan kriteria hasil: untuk wanita dan > 15 mm - untuk pria BB 20 % di atas ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh ideal - - - Mengerti factor yang Diskusikan Diskusikan berhubung meningkatkan berat badan - Dorong pa Mengidentfifikasi tingkah laku - Perkirakan dibawah kontrol klien - - Makan dengan respon - Memodifikasi diet dalam waktu eksternal (misalnya : situasi yang lama untuk mengontrol sosial, sepanjang hari) berat badan Dilaporkan atau diobservasi - adanya disfungsi pola makan (misal : memasangkan makanan dengan aktivitas Penurunan berat badan 1- 2 Nutrition Ma - Kaji adany - Kolaboras jumlah kal pounds/mgg - Menggunakan energy untuk aktivitas sehari hari - Anjurkan p - Anjurkan p vitamin C yang lain) - Konsentrasi intake makanan - Berikan su pada menjelang malam - Yakinkan serat untuk - Berikan m dikonsulta - Ajarkan pa makanan h - Monitor ju - Berikan in - Kaji kema nutrisi yan Weight reduc - Fasilitasi k - Perkirakan - Tentukan t - Beri pujian tujuan - DAFTAR PUSTAKA Ajarkan pe Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Klien. Jakarta: Salemba Medika Bare, Brenda G.,(2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC Dochterman, J. M., & Bulechek, M. (2008). Nursing InterventionsClassifcation (NIC) 6th edition America, Mosby Elsevier Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (7 ed.). (P. E. Karyuni, D. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008) Nursing Outcomes Classsifcation (NOC) (6th edition). United States of America: Mosby Elsevier Mubarak, W Iqbal, Chayatin N,. (2005) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC NANDA International. (2015-2017). Panduan Diagnosa keperawatan: Definisi dan Klasifikasi edisi 10. Jakarta: EGC Potter, P. A. & Perry A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Russel. R. Pate. (2005). Phsycal Activity and public health. A recommendation from the center for disease control and prevention and the American College Sherwood, L. (2007). Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Jakarta: EGC. Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi. (P. Widyastuti, Trans.) Jakrta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sloane, Ethel. (2004) Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC. Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Sport Medicine. Wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000391.asp. (Diakses pada 01 April 2018). Yulianti, Y. Yuningsih, A. Lusyana, & W. Eka, Trans.) Jakarta: EGC.