BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arachnida adalah kelas hewan invertebrata arthopoda dalam subfilum chelicerata. Istilah arachnid berasal dari bahas Yunani arachne, berarti laba-laba, dan juga merujuk pada figur mitologi Yunani, arachne. Di dalamnya termasuk hewan seperti laba-laba, kalajengking, serta ketunggeng. Nama kelas arachnida berasal dari kata arachne yaitu laba-laba. Anggotanya meliputi kalajengking, laba-laba, dan tungau.Tubuh terdiri dari atas sefalotoraks (kepala-dada) dan abdomen (perut).Memiliki empat pasang kaki pada bagian sefalotoraks.Bagian abdomen tidak memiliki kaki. Memiliki dua pasang alat mulut, yaitu sebagai berikut: sepasang kelisera dan sepasang pedipalpus. Alat pernapasan berupa paru-paru buku.Jenis kelamin terpisah.Pembuahan secara internal.Kelas arachnida dapat di kelompokkan atas 3 ordo, yaitu sebagai berikut: 1. Ordo Spcorpid Ordo ini meliputi segala macam golongan kala. 2. Ordo Araneae Ordo ini meliputi bangsa laba-laba. 3. Ordo Acarima Ordo ini meliputi jenis laba-laba yang bersifat parasit dan merugikan manusia. Tubuh arachnida terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan badan belakang (abdomen).Antara sefalotoraks dan abdomen terdapat bagian sempit seperti pinggang, disebut pedisel. Pada bagian kepala-dada terdapat 4 pasangkaki, juga terdapat dua alat mulut, yaitu sebagai berikut: 1. Alat sengat (chelicela = kelisera) 2. Alat cepit (pedipalpus) Tubuh Arachnida dibagi menjadi dua bagian: anterior dan posterior. Bagian anterior, disebut sefalotoraks, berisi organ-organ indera, mulut, dan anggota badan berpasangan. Pasangan pertama anggota badan disebut chelicerae dapat membentuk penjepit atau taring racun, dan pasangankedua (pedipalpus) dapat berfungsi sebagai penjepit, peraba, atau kaki.Pasangan anggota tubuh lainnya, umumnya empat, digunakan untuk berjalan.Bagian posterior tubuh, perut, terdapat pembukaan genital dan struktur lainnya. Hal ini biasanya dilengkapi dengan gills yang telah dimodifikasi disebut paru-paru buku. Kebanyakan Arachnida adalah soliter kecuali pada saat kawin, ketika berbagai pola perilaku yang kompleks dapat diamati.Betina dapat menjaga telur atau anak. B. Rumusan masalah 1 1. Apa itu kelas Arachiniodea (Kalajengking) ? 2. Bagaimana morfologi dari kalajengking ? 3. Apa penyakit yang ditimbulkan dari kalajengking ? 4. Bagaimana cara mengobati penyakit yang ditimbulkan kalajengking ? 5. Apa saja cara pengendalian kalajengking ? 6. Apa itu Acarina? 7. Bagaimana morfologi dan ontogeni acarina? 8. Bagaimana toksonomi acarina? 9. Apa Penyakit yang ditimbulan dan pengendaliannya? C. Tujuan 1. Mengetahui apa itu Arachiniodea. 2. Mengetahui morfologi dari kalajengking. 3. Mengetahui gejala dan penyakit yang disebabkan oleh kalajengking. 4. Mengetahui bagaimana cara mengobati penyakit yang disebabkan kelajengking. 5. Mengetahui cara pengendalian kalajengking. 6. Mengetahui apa itu acarina 7. Mengetahui morfologi dan ontogeni acarina. 8. Mengetahui toksonomi acarina. 9. Apa Penyakit yang ditimbulan dan pengendaliannya? 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kalajengking Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida.Dalam kelas ini juga termasuk laba-laba, harvestmen, mites, dan tick.Ada sekitar 2000 spesies kalajengking.Mereka banyak ditemukan selatan dari 49° U, kecuali New Zealand dan Antarctica. Tubuh kalajengking dibagi menjadi dua segmen: cephalothorax dan abdomen. Abdomen terdiri dari mesosoma dan metasoma. Satu lagi jenis baru dipublikasi dalam jurnal Acta Arachnologica 59 terbitan bulan 30 September 2010.Jenis baru yang dilaporakn oleh Wilson Laurenco dan Bernard Duhem ini menjadi jenis yang kedua untuk marga Chaerilus untuk Pulau Halmahera. Sebelumnya, Laurenco mendeskripsi jenis baru Chaerilus spinatus dari salah satu gua di Sagea yaitu Batu Lubang yang merupakan gua terbesar di Halmahera bagian utara.Meskipun ditemukan di dalam gua, namun jenis ini tidak mempunyai karakteristik morfologi yang khas untuk hidup di dalam gua atau sebagai jenis troglobit.Jenis baru ini dikoleksi oleh Louis Deharveng dan Anne Bedos dalam ekspedisi mereka di Batu Lubang pada tahun 1988.Spesimen tipe jenis baru yang dideskripsi dari Halmahera Museum Zoologicum Bogoriense, Cibinong Indonesia. Sedangkan jenis disimpan di pertama yang dipublikasi dari Halmahera diberi nama Chaerilus telnovi yang ditemukan di Gunung Talaga sekitar beberapa kilometer dari Gua Batu Lubang di Sagea.Jenis ini ditemukan dalam serasah dan merupakan jenis tak bermata kalajengking serasah yang pertama kali dikenal di Asia” seperti yang diungkapkan Laurenco dalam laporannya. Marga Chaerilus saat ini dikenal ada Chaerilus Celebensis dari Sulawesi dan konon Chaerilus Sabinae yang merupakan salah satu jenis kalajengking gua tanpa mata yang ditemukan di salah satu gua di Maros, Sulawesi Selatan.Namun, dalam publikasi asli Chaerilus Sabinae dilaporkan berasal dari Matampa, India.Meskipun hal ini diyakini sebuah kesalahan. Karena salah satu gua di daerah Pangakajene di Sulawesi Selatan ada yang bernama Gua Mattampa dan oleh kolektornya dikoleksi dari gua tersebut.Penemuan jenis baru oleh Laurenco ini semakin menambah wawasan betapa masih besarnya potensi untuk temuan-temuan jenis baru di Indonesia. 1. Taksonomi kalajengking (Heterometrus spinifer). Kingdom : Animalia 3 Filum : Arthropoda Subfilum : Chelicerata Kelas : Arachnida Subkelas : Dromopoda Ordo : Scorpiones 2. Jenis Kalajengking Paling Mematikan di Dunia a) Kalajengking Kuning Brazil. Memiliki sengat racun mematikan. Kalajengking yang banyak terdapat di Brazil ini termasuk dalam hewan parthenogenesis. Maksudnya pembuahan dilakukan oleh si jantan, embrio tumbuh tanpa perkawinan. Zat neurotoksin dalam bisa kalajengking ini banyak mengakibatkan kematian pada anakanak. b) Kalajengking Bark Arizona. Kalajengking yang banyak ditemui di gurun Amerika Serikat dan Meksiko Utara, bertubuh cokelat terang dengan panjang hingga 8 cm. Sengatannya seperti listrik. Setelah terkena sengat bisa lumpuh sementara, keluar buih dari mulut, mati rasa. c) Kalajengking Merah India Hottentotta Tumulus. Banyak dijumpai di Asia bagian Selatan. Selain India juga hidup di Nepal, Srilanka, Pakistan. Dapat mencapai panjang sampai 9 cm. Warna tubuhnya merah-cokelat atau oranye. Sengatan kalajengking ini pun dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak. Setelah disengat akan terasa nyeri, mengalami gangguan napas, serangan jantung, muntah, dan keringat banyak. d) Kalajengking Deathstalker. Habitatnya di gurun daerah Afrika Utara dan Timur Tengah. Sengatnya mengandung neurotoksin dan penyebab kematian bagi anak dan lansia. Sengatannya menyebabkan timbunan cairan pada paru-paru. e) Kalajengking Ekor Gemuk. Banyak ditemukan di Timur Tengah dan Afrika. Panjangnya hingga 10 cm. Sengatannya mematikan karena mengandung zat neurotoksin yang bisa membuat saraf mati. 3. Jenis Kalajengking di Indonesia a) Lychas Mucronatus b) Heterometrus Cyaneus c) Isometrus Maculatus d) Heterometrus Longimanus 4 e) Liocheles Waigiensis f) Liocheles Australasiae g) Chaerilus Variegatus B. Morfologi Kalajengking Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut khelisera, sepasang pedipalpi, dan empat pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit terutama digunakan untuk menangkap mangsa dan alat pertahanan, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai tipe rambut sensor.Tubuhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau pelindung kepala yang biasanya mempunyai sepasang mata median dan 2-5 pasang mata lateral di depan ujung depan. Sefalotoraks tidak bersegmen. Beberapa kalajengking yang hidup di gua dan di liter sekitar permukiman tidak mempunyai mata. Abdomen terdiri atas 12 ruas yang jelas, dengan bagian lima ruas terakhir membentuk ruas metasoma yang oleh kebanyakan orang menyebutnya ekor. Ujung abdomen disebut telson, yang bentuknya bulat mengandung kelenjar racun (venom).Alat penyengat berbentuk lancip tempat mengalirkan venom.Pada bagian ventral, kalajengking mempunyai sepasang organ sensoris yang bentuknya seperti sisir unik disebut pektin.Pektin ini biasanya lebih besar dan mempunyai gigi lebih banyak pada yang jantan dan digunakan sebagai sensor terhadap permukaan tekstur dan vibrasi.Pektin juga bekerja sebagai kemoreseptor (sensor kimia) untuk mendeteksi feromon (komunikasi kimia). Kalajengking mempunyai sepasang umbai-umbai yang kuat dan cakar bentuk penjepit (pedipalpus) yang terletak tepat didepan 4 pasang kaki.Kaki disesuaikan untuk berjalan, cephalothorax tidak bersegmen dan tertutup oleh selembar lempeng kitin tebal yang disebut dengan carapace. Terdapat 2-12 buah mata ocelli, abdomen bersegmen 12 buah, yang 7 segmen disebut mesosoma besar dan 5 segmen terminal (metasoma) sangat menyempit. Pada ujung ekor terdapat telson yang berpangkal pada sepasang sisir pada sisi ventral segmen II abdomen.Alat nafas berupa 4 pasang paru-paru buku terletak sebelah ventral diantara segmen III dan XV abdomen.Tidak mempunyai antena. 1. Sistem Reproduksi Kalajengking berkembang biak secara ovovivipar dan anak-anaknya dibawa untuk beberapa waktu dipunggung yang betina. Metamorfosis Kalajengking tidak sempurna yaitu telur – larva – nimpa – dewasa, masa hidupnya sekitar 2-6 tahun. 2. Lingkaran Hidup 1. Periode kehamilan dari 2-18 bulan, 5 2. Tiap betina melahirkan 25-35 anak yang memanjat ke punggung induknya, 3. Mereka ada di punggung induknya 1-2 minggu setelah kelahiran, 4. Setelah turun dari punggung, mereka butuh 2-6 tahun untuk mencapai kematangan, 5. Rata-rata kalajengking hidup 3-5 tahun, tapi sejumlah spesies dapat hidup hingga 1015 tahun. 3. Perilaku Kalajengking tergolong serangga yang aktif di malam hari (nokturnal) dan siang hari (diurnal).Ia juga merupakan hewan predator pemakan serangga, laba-laba, kelabang, dan kalajengking lain yang lebih kecil. Kalajengking yang lebih besar kadang-kadang makan vertebrata seperti kadal, ular dan tikus.Mangsa terdeteksi oleh kalajengking melalui sensor vibrasi organ pektin.Pedipalpi mempunyai susunan rambut sensor halus yang merasakan vibrasi dari udara.Ujung-ujung tungkai mempunyai organ kecil yang dapat mendeteksi vibrasi di tanah. Kebanyakan kalajengking adalah predator penyerang yang mendeteksi mangsa ketika ia datang mendekat. Permukaan tungkai, pedipalpi, dan tubuh juga ditutupi dengan rambut seta yang sensitif terhadap sentuhan langsung.Meskipun kalajengking dilengkapi dengan venom untuk pertahanan dan mendapat mangsa, kalajengking sendiri jatuh menjadi mangsa bagi mahluk kalin seperti kelabang, tarantula, kadal pemakan serangga, ular, unggas (terutama burung hantu), dan mamalia (termasuk kelelawar, bajing dan tikus pemakan serangga). Seperti halnya predator lainnya, kalajengking cenderung mencari makan di daerah teritori yang jelas dan terpisah, dan kembali ke tempat yang sama pada setiap malam. Kalajengking bisa masuk ke dalam komplek perumahan dan gedung ketika daerah teritorialnya hancur oleh pembangunan, penebangan hutan atau banir dan sebagainya. 4. Siklus hidup Kalajengking mempunyai ritual perkawinan yang kompleks, jantan menggunakan pedipalpinya mencengkeram pedipalpi betina.Jantan kemudian membimbing betina melakukan tarian percumbuan.Detailnya setiap jenis berbeda, dengan memperlihatkan alat penyengatnya yang panjang pada jantan. Sperma dari jantan dimasukkan ke dalam struktur yang disebut spermatofor, yang diletakkan oleh jantan ke atas permukaan yang kelak akan diambil oleh betina. Yang jantan menyapukan pektin ke atas permukaan tanah untuk mebantu menentukan lokasi yang sesuai untuk meletakkan spermatofor. Selanjutnya kalajengkin betina akan menarik sperma ini ke dalam lubang kelamin, yang letaknya dekat ventral abdomen. 6 Kalajengking mempunyai masa hamil dari beberapa bulan sampai lebih satu tahun, tergantung jenis, tempat embrio berkembang di dalam ovariuterus atau dalam divertikula khusus yang bercabang dari ovariuterus. Anak-anak yang dilahirkan hidup akan anaik ke punggung ibunya. Ibunya membantu mereka dengan membuatkan kantong melahirkan dengan kaki terlipat untuk menangkap mereka ketika lahir dan untuk menyediakan mereka menaiki punggung ibunya.Beberapa jenis kalajengking tidak membentuk kantong lahir. Rata-rata, seekor betina bisa melahirkan 25-35 ekor anak.Mereka tetap pada punggungnya, sampai mereka molting untuk pertama kali.Setelah kalajengking muda putih turun dari punggung betina, moling, kemudian balik lagi ke punggung induk selama 4-5 har hari sebelum meninggalkan induk, biasanya dalam waktu 1-3 minggu setelah lahir. Sekali mereka turun, mereka sudah mampu bebas, dan secara periodik molting untuk mencapai dewasa.Biasanya molting terjadi 5 atau 6 kali selama 2-6 tahun untuk mencapai dewasa.Rata-rata kalajengking kemungkinan hidup 3-5 tahun, tetapi beberapa spesies bisa hidup sampai 25 tahun.Beberapa jenis menunjukkan perilaku sosial, seperti membentuk agregasi selama musim dingin, menggali koloni dan mencari makan bersama. 5. Habitat dan Kebiasaan Kalajengking spesies Buthus Tamulus misalnya, aktif pada malam hari, berdiam dibawah batu, potongan kayu, dan ditempat yang gelap dan lembab.Binatang ini kadangkadang masuk ke dalam tempat tinggal manusia terutama selama musim hujan di negeri tropic.Mereka menangkap mangsanya, biasanya laba-laba serangga, diplopoda dan rodent, di dalam kukunya dan dengan dorongan kebelakang dan kebawah dari abdomen yang menyerupai ekor memasukkan sengat dengan racunnya yang dapat membuat lumpuh. Sebagian besar kalajengking aktif di malam hari. Sebagaimana di tempat yang panas dan kering, kalajengking juga ditemukan di padang rumput, savana, gua, dan hutan hujan/hutan berganti daun/hutan pinus. Bisa dari kalajengking berdampak pada sistem syaraf korban.Setiap spesies memiliki perpaduan yang unik. 6. Venom atau Racun Kalajengking Venom kalajengking digunakan untuk menangkap mangsa, proses pertahanan diri dan untuk proses perkawinan. Semua kalajengking mempunyai venom dan dapat menyengat, tetapi secara alamiah kalajengking cenderung bersembunyi atau melarikan diri.Kalajengking dapat mengendalikan aliran venom, oleh karena itu pada beberapa kasus sengatan tidak mengeluarkan racun atau hanya menimbulkan keracunan ringan.Racun kalajengking adalah campuran kompleks dari neurotoksin atau racun syaraf dan bahan lainnya.Setiap jenis mempunyai campuran unik. Di Amerika Serikat diketahui hanya jenis yang dianggap berbahaya bagi manusia, yaitu: Centruroides exilicauda dan sekitar 25 jenis lain diketahui menghasilkan racun 7 berpotensi merugikan manusia, tersebar di seluruh dunia. Adapun kalajengking berbahaya di Afrka Utara dan Timur Tengah adalah genus Androctonus, Buthus, Hottentotta, Leiurus), Amerika Selatan (Tityus), India (Mesobuthus), and Mexico (Centruroides).Di beberapa daerah ini, sengatan kalajengking dapat menyebabkan kematian, tetapi data realistis tidak tersedia. Beberapa studi menduga angka kematian pada kasus-kasus di rumah sakit sekitar 4% pada anak-anak yang lebih rentan daripada yang lebih tua. Bila terjadi kematian akibat sengatan ini umunya disebabkan oleh kegagalan jantung dan pernafasan beberapa jam setelah kematian. Selama tahun 1980 di Meksiko terjadi kematian rata-rata 800 orang per tahun. Namun demikian, dalam 20 tahun terakhir di Amerika Serikat tidak ada laporan kematian akibat sengatan kalajengking, demikian pula di Indonesia tidak pernah terdengar. C. Penyakit Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius Lepturus yang memiliki bisa sitotoksik (racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan juga natrium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan. Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap hexapoda lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan).Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah Mus muscullus. Kalajengking merupakan salah satu binatang yang sangat berbahaya.Hewan yang umumnya kita temui memiliki warna tubuh hitam legam ini, tidak memiliki gigi.Jadi tidak mungkin kalau kalajengking menggigit, ya.Yang biasanya dilakukan kalajengking untuk melindungi diri adalah dengan menggunakan sengat.Tidak seperti lebah, sengat kalajengking agak bengkok dan ada di ujung ekornya.Di Indonesia sengatan yang paling berbahaya dan berbisa adalah sengatan milik si kalajegking hitam.Efek terkena sengatan kalajengking: 1. Rasa nyeri seperti terbakar pada bagian bekas sengatan. 2. Rasa mual dan muntah 3. Sakit kepala dan sensasi berputar. 4. Kejang-kejang Lumpuh sementara 5. Denyut nadi yang melemah 6. Pembengkakan pada bekas sengatan 7. Nyeri sendi lutut dan sekitarnya 8 8. Radang pankreas 9. Kesemutan, kram dan terkadang mati rasa 10. Membuat penglihatan kurang jelas D. Pengobatan Pengobatan menggunakan obat Tourniquet hendaknya dipergunakan segera, dan racunnya dikeluarkan dengan menghisap luka yang dibuat oleh sengat kalajengking yang besar. Sakitnya dapat dihilangkan dengan pemakaian kompres es setempat, semprotan etilklorida, ammonia, obat yang menghilangkan sakit, suntikan novokain atau epinefrin disekitar luka ataupun dengan memanfaatkan tumbuhan disekitar misalnya getah batang pisang dengan cara digosokkan di bekas sengatan. Pengobatan sistemik bertujuan untuk mengatasi shock dan sembab paru-paru. Obat kortison berguna sekali pada penderita yang berat. Dan antivenin, apabila tersedia harus diberikan pula. E. Pengendalian Tingginya populasi kalajengking dapat menjadi masalah dalam beberapa keadaan.Kalajengking sulit dikendalikan dengan hanya dengan menggunakan insektisida. Oleh karena itu, strategi pengendalian pertama yaitu untuk memodifikasi daerah sekitar struktur permukiman atau pengendalian fisik yang dapat dilakukan yaitu: 1. Buanglah semua tempat persembunyian kalajengking seperti sampah, tumpukan kayu, papan, batu, bata dan berbagai benda di sekitar gedung. 2. Pelihara rumput di sekitar perumahan dengan rutin memotongnya. Pangkas pohon dan cabang-cabang pohon yang menggantung di sekitar rumah. Cabang pohon dapat menjadi jalan ke atap bagi kalajengking. 3. Taruhlah kontainer sampah di dalam kerangka yang membuat tempat sampah tidak langsung berhubungan dengan tanah. 4. Jangan sekali-kali membawa masuk kayu bakar ke dalam rumah, kecuali ditempatkan langsung di api. 5. Tutuplah celah dan retakan yang ada di atap, dinding, pipa dan bagian bangunan lainnya. 6. Pasanglah kawat kasa pada jendela, pintu, dan tetap dijaga dari kerusakan dan lain-lain. 7. Gunakan lampu “black light” pada malam hari untuk memeriksa keberadaan kalajengking. Tangkaplah dengan menggunakan tang yang besar dan panjang, kemudian lepas kembali di alam atau anda hancurkan. 9 8. Berbagai jenis insektisida dapat digunanakan, meski kurang begitu efektif. Aplikasi insektisida residual dapat dilakukan pada bagian dasar rumah yang dicurigai banyak terdapat kalajengking. 9. Apabila disengat kalajengking, segeralah lakukan pengompresan dingin dengan ice pack, dan segera pergi ke dokter. Selain pengendalian secara fisik tersebut, terdapat pula pengendalian secara biologi yaitu menggunakan hewan pemangsa atau predator kalajengking.Meski memiliki sengatan yang mematikan, kalajengking tidak lepas juga dari sasaran predatornya. Predator kalajengking antara lain kelabang, kadal, ular, burung, dan kera. Kadang-kadang kalajengking juga saling memangsa.Biasanya kalajengking perempuan yang memangsa kalajengking laki-laki. Sedangkan pengendalian secara kimia yang dapat dilakukan adalah dengan usaha mengurangi populasi kalajengking, yaitu melakukan penyemprotan dengan bahan kimia Dieldrin 0,5% atau DDT 10%, Chlordane 20% dan Piretrum 0,2% di dalam minyak yang encer dan telah dianjurkan. ACARINA (KUTU DAN TUNGAU) Acari (atau Acarina) adalah takson dariarachnida yang mengandung tungau dan kutu. Keragaman Acari luar biasa dan sejarah fosil yang ditemukan mengarahkan kita kembali jauh ke belakang setidaknya ke periode Devon awal. Akibatnya,acarologists (orang-orang yang mempelajari tungau dan kutu) telah mengusulkan set kompleks peringkattaksonomi untuk mengklasifikasikaan tungau. Dalam penelitian paling modern, yang Acari dianggap sebagai subclass dari Arachnida dan terdiri dari 2- 3 superordoatau ordo. Acariformes (atauActinotrichida), Parasitiformes (atauAnactinotrichida 10 ), dan Opilioacariformes, yang terakhir ini sering dianggap sebagai subkelompok dalam Parasitiformes. Monophyly dari Acari terbuka untuk debat, dan hubungan dari acarina kearachnida lainnya sama sekali tidak jelas. Dalam perlakuan lebih tua, subkelompok dari Acarina itu ditempatkan di tingkatan ordo, tetapi sebagai subdivisi mereka sendiri telah menjadi lebih baik dipahami, lebih biasa untuk memperlakukan mereka di peringkat superordo. Acarina Kebanyakan berukuran kecil (0,08-1,00 milimeter misalnya atau 0,00310,039 inci), tetapiAcari terbesar (beberapa kutu dan tungau beludru merah) bisa mencapai panjang 10-20 milimeter (0,39-0,79 dalam). Diperkirakan bahwa lebih dari 50.000 spesies telah dijelaskan (pada 1999) dan bahwa satu juta atau lebih spesies yang ada saat ini. Studi tungau dan kutu disebut acarology (dari bahasa Yunani ἀκαρί / ἄκαρι, akari, jenis tungau, dan-λογία,-logia), [2] dan jurnal ilmiah terkemuka untuk acarology termasuk Acarologia, Eksperimental dan Terapan Acarology dan Jurnal Acarology. Morfologi Tungau adalah arachnida, karenanya, memiliki ciri umum arachnida, yaitu memiliki tubuh tersegmentasi dengan segmen disusun dalam dua tagmata: sebuah prosoma (cephalothorax) danopisthosoma (perut). Namun, hanya jejak-jejak samar segmentasi utama tetap di tungau, sedangkan prosoma dan opisthosoma yang insensibly menyatu, dan daerah kutikula fleksibel (kerutan cirumcapitular) memisahkan chelicerae dan pedipalpus dari seluruh tubuh. Daerah tubuh ini anterior disebut kapitulum atau gnathosoma, menurut beberapa peneliti, juga ditemukan dalamRicinulei. Sisa tubuh disebut idiosoma dan adalah unik untuk tungau. Tungau dewasa memiliki empat pasang kaki, seperti arachnida lain, tetapi beberapa memiliki kaki lebih sedikit. Misalnya, empedu tungau seperti Phyllocoptes variabilis (keluarga Eriophyidae) memiliki tubuh seperti cacing dengan hanya dua pasang kaki, beberapa tungau parasit hanya memiliki satu atau tiga pasang kaki dalam tahap dewasa. Tahap larva dan prelarval memiliki maksimal tiga pasang kaki; tungau dewasa dengan hanya tiga pasang kaki dapat disebut'larviform'. 11 Bagian mulut dari tungau dapat disesuaikan untuk menggigit, menyengat menggergaji, atau mengisap. Mereka bernapas melalui tracheae, stigmata (lubang kecil pada kulit), usus dan kulit itu sendiri. Spesies tungau lain berburu untuk memiliki indra yang sangat akut, tetapi tungau banyak yang tanpa mata. Mata pusat arachnida selalu hilang, atau mereka menyatu menjadi satu mata. Dengan demikian, sejumlah mata dari tidak ada sampai lima dapat terjadi. Ontogeni Ontogeni Acarine biasanya terdiri dari telur, tahap prelarval (sering absen/tidak ada), tahap larva(hexapod kecuali di Eriophyoidea yang hanya memiliki dua pasang kaki), dan serangkaian tahapannimfa. Salah satu atau semua tahapan ini, kecuali yang dewasa dapat ditekan atau hanya terjadi dalam tubuh tahap sebelumnya. Larva (dan prelarvae) memiliki maksimal tiga pasang kaki. kaki IV ditambahkan pada tahap nimfa pertama. Biasanya maksimal tiga tahap nimfa hadir dan mereka disebut dalam urutan sebagai protonymph, deutonymph, dan tritonymph, namun, beberapa kutu yang lembut memiliki tahap nimfa supernumerary. Betina dari beberapa Tarsonemidae menjadi dewasa secara seksual saat muda. Jika satu atau lebih tahapan nimfa tidak hadir, maka penulis mungkin tidak setuju pada tahapan hadir. Hanya Oribatida melewati semua tahap perkembangan. Keanekaragaman dan Gaya Hidup Acarina sangat beragam. Mereka hidup hampir di setiap habitat, dan termasuk air (air tawar dan air laut) dan spesies terestrial. Mereka melebihi jumlah arthropoda lainnya dalam bahan organik tanah dan detritus. Banyak yang parasit, dan mereka mempengaruhi baik vertebrata dan invertebrata. Sebagian besar bentuk parasit adalah parasit eksternal, sedangkan bentuk yang hidup bebas umumnya predator dan bahkan dapat digunakan untuk mengontrol arthropoda yang tidak diinginkan. detritivores lain yang membantu untuk memecah sampah hutan dan bahan organik mati seperti sel-sel kulit. Lainnya masih pemakan tanaman dan dapat merusak tanaman. Peran di Bidang Ekonomi 12 Kerusakan tanaman mungkin efek ekonomi yang paling mahal dari tungau, terutama oleh tungau laba-laba dan kerabatnya (Tetranychoidea), tungau bumi (Penthaleidae), berkaki benang tungau (Tarsonemidae) dan empedu dan tungau karat (Eriophyidae). Beberapa bentuk parasit mempengaruhi manusia dan mamalia lainnya, menyebabkan kerusakan dengan memakan mereka, dan bahkan dapat vektor penyakit seperti tifus scrub, rickettsialpox, penyakit Lyme, demam Q, demam Colorado centang, tularemia, tick-borne demam kambuh, Babesiosis, ehrlichiosis dan tick-borne meningoencephalitis. Efek terkenal tungau pada manusia adalah peran mereka sebagai alergen dan stimulasi asma pada orang yang terkena penyakit pernapasan. Penggunaan tungau predator (misalnya Phytoseiidae) dalam pengendalian hama dan gulma. Tungau herbivora yang menempati juga penting. tidak berkualifikasi, namun kontribusi positif utama dariAcari adalah fungsi normal mereka dalam ekosistem, terutama peran mereka dalam subsistemdekomposer. Kimia agen digunakan untuk mengontrol kutu dan tungau debu termasuk sulfur dan ivermectin. Taksonomi Kekerabatan dari Acari masih diperdebatkan dan skema taksonomi beberapa telah diusulkan untuk klasifikasi mereka. Edisi ketiga dari buku teks standar Sebuah Manual Acarology menggunakan sistem enam perintah, dikelompokkan menjadi dua superordo: 1. Superorder Parasitiformes - kutu dan berbagai tungau. * Opilioacarida - tungau yang dangkal menyerupai harvestmen (Opiliones, maka nama mereka) * Holothyrida * Ixodida - kutu keras dan lembut * Mesostigmata - burung tungau, tungau phytoseiid, Raubmilben 13 - Sejoidea - Trigynaspida - Monogynaspida 2. Superorder Acariformes - kelompok yang paling beragam, tungau. * Trombidiformes - tanaman parasit tungau (spider tungau, tungau merak, tungau empedu, tungau berkaki merah bumi, dll), tungau moncong, chiggers, rambut tungau folikel, tungau beludru, tungau air, dll - Sphaerolichida - Prostigmata * Sarcoptiformes - Endeostigmata - pewarisan sarcoptiform basal - Oribatida - oribatid tungau, kumbang tungau, tungau lapis baja (juga cryptostigmata) - Astigmata - produk disimpan, bulu, bulu, debu, dan tungau gatal manusia, dll Ordo Acarina (Sengkenit dan Tungau) Kebanyakan anggota ordo acarina bertubuh bula atau oval, pipih, dorsoventral, caput,torax, dan abdomen bersatu, tanpa segmen. Ordo acarina terbagi menjadi 2 kelompok yaitu: 1. Sengkenit (Caplak) Ciri-ciri: Ukuran makroskopis, Bentuk tubuh Bulat/oval, dorsoventral, hipostoma ada, Gambaran badan caput, torax, dan abdomen bersatu tanpa segmen, pedipalpi ada, chelicerae mudah dilihat. 2. Tungau (Mites) Ciri: Ukuran : mikroskopis, tubuh :oval bagian dorsal cembung,tidak ada hiptostoma,,pedipalpi 3 segmen,celiceralia tersembunyi. b. Tungau/Mites Tungau yang parasitic atau menjadi Vektor penyakit pada manusia: 1. Famili Sarcoptidae 14 Contoh spesies pada manusia: Sarcoptes scabei Ciri-ciri: -Abdomen menjadi satu dengan cepalotoraks -ukuran sangat kecil (Mikroskopis) -Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki -Tidak memiliki mata,,tapi kadang memiliki mata sederhana -Hampir semua mites bertelur kecuali: Pyemote ventricosus yang ovovivipar. -Mulut mites tidak mempunyai ipotome G. MEKANISME PENULARAN PENYAKIT 1. Pada Manusia a. Scabies Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Skabies dapat menyebabkan gatal-gatal hebat yang biasanya semakin memburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya terdapat beruntusan kecil. Lubang atau terowongan tungau dan gatal-gatal paling sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari tangan, pada pergelangan tangan, siku, ketiak, disekitar putting payudara wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan bokong bagian bawah. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-anak yaitu lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan ini sulit untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan yang terjadi akibat penggarukan. Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderitamaupun secara tak langsung melalui 15 baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Skabies identik dengan penyakit anak pondok. b. Asma bronkial Penyakit Asma terdiri dari beberapa jenis asma namun kebanyakan orang awam lebih mengenal asma pada jenis bronkial karena memang jenis asma inilah yang paling banyak penderitanya. Asma bronkial sendiri merupakan asma (sesak nafas) yang muncul akibat penyempitan saluran pernafasan.Salah satu penyebabnya adalah Dermatophagoides pteronyssinus (tungau debu rumah). Penyakit asma bronkial ini merupakan salah satu penyakit kronik(menahun) dengan pasien terbanyak di dunia. diperkirakan 300 juta orang di dunia menderita asma jenis ini. Angka ini akan jauh lebih besar jika kriteria diagnosanya diperlonggar. Bahkan tahun ini paling tidak ada tambahan sekitar 100 juta pasien asma lagi. Di Indonesia, diperkirakan sampai 10 persen penduduk (sekitar 12 juta orang ) mengidap dalam berbagai jenis penyakit asma c. Demodicosis Demodicosis disebabkan oleh Demodex brevis. Orang tua lebih rentan untuk terkena tungau. Sekitar sepertiga dari anak-anak dan remaja, setengah dari orang dewasa, dan dua-pertiga dari orang tua diperkirakan membawa tungau. Tingkat intensitas tungau untuk menyerang lebih rendah anak-anak disebabkan karena anakanak memproduksi sebum lebih sedikit. Tungau ditransfer antara host melalui kontak rambut, alis dan kelenjar sebaceous pada hidung. d. Tifus Semak (schrub typhus) Tifus semak adalah jenis penyakit yang ditularkan ke manusia dari tikus ladang dan tikus besar (rat) melalui gigitan tungau yang hidup pada hewan – hewan tersebut. Tifus ini disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi yang hidup dalam Leptotrombidium akamushi (berasal dari Famili Trombiculidae). Hanya bentuk larva yang dapat menularkan penyakit. Larva tungau (chigger) melekatkan tubuh mereka ke permukaan kulit dalam proses untuk mendapatkan makanan. Tungau ini dapat menginfeksi inang atau menularkan riketsia ke mamalia lain atau tubuh manusia. 16 Tifus ini sering disebut penyakit tsutsugamushi atau tifus tropis karena hanya terbatas di daerah tropis Asia Tenggara, India, Australia Utara dan pulau – pulau di sekitarnya. Infeksi disebut tifus semak karena penyakit ini biasanya terjadi sesudah orang mengunjungi semak. Namun telah ditemukan juga bahwa penyakit ini dapat terjadi juga di area – area seperti pantai berpasir, hutan hujan di katulistiwa. e. Rosacea Penyebab dari rosacea adalah Demodex follicularum, yang merupakan jenistungau rumah. Tungau rumah adalah relatif mikroskopis yang biasanya berada di kulit sehat dan feed pada sebum, minyak disekresikan oleh kulit. Hal ini biasanya melihat pertama di bawah bulu mata. Seseorang dengan tungau bawah mata mereka menderita dari mata terbakar, mata lengket dan gatal. Tungau mikroskopis juga tinggal pada wajah, pipi, dahi, pada saluran telinga eksternal dan di mana saja pada anjing. 2. Pada Tumbuhan Brevipalpus californicus Spesies : Brevipalpus californicus (Acarina: Tenuipalpidae) Nama Umum : red and black flat mites Inang : Pepaya Gejala : Buah pepaya yang diserang kulitnya menjadi tidak mulus, cacat seperti bergabus, dan berwarna agak kecoklatan. Deskripsi : Ukuran tunggau relatif kecil 0,3 mm. - Tungau jantan berwarna merah dan berbentuk baji pipih. - Tungau betina berbentuk oval pipih dan berwarna merah atau merah kehitam-hitaman sampai hitam. - Selama hidupnya berlangsung sekitar 30 hari - Seekor betina bertelur antara 50-70 butir. Telur berwarna merah muda sampai kemerahan - Stadia telur sampai dewasa berkisar antara 3-5 minggu. - Pada musim panas, stadia tungau berlangsung lebih cepat antara 3-5 minggu, dan musim hujan berlangsung selama 4-5 minggu. Polyphagotarsonemus latus Spesies : Polyphagotarsonemus latus (Acarina: Tarsonematidae) 17 Inang : Cabai Gejala : Permukaan daun bergelombang dan terdapat variasi perubahan warna daun yang tidak merata. Deskripsi : Siklus hidup terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, nimfa, imago. Dan perkembangannya sangat singkat.Imago betina meletakkan telur antara 30-76 butir, pada permukaan daun selama 8-13 hari. Betina yang tidak kawin akan menghasilkan keturunan jantan semua, sedangkan betina yang kawin akan menghasilkan 4 telur betina dan 1 telur jantan. Telur tidak berwarna, bening, berbentuk elips tipis. Telur diletakkan satu per satu. Larva akan menetas 2-3 hari. Larva berukuran sangat kecil antara 0,1-0,2 mm berbentuk seperti buah pear dan memiliki 3 pasang tungkai. Fase pupa, tungau akan istirahat, bentuknya tidak berbeda dengan fase larva hanya tungkainya menjadi 4 pasang. Imago betina berukuran sekitar 0,2 mm dan tidak berornamen. Ukuran tubuh betina lebih besar dari pada jantan. Pengendalian : Membersihkan gulma disekitar tanaman. Disemprot dengan akarisida seprti Kelthan, Acarin, Galecron, Gusathon dll. Polyphagotarsonemus latus Spesies : Polyphagotarsonemus latus (Acarina: Tarsonematidae) Inang : Tomat Gejala : Permukaan daun bergelombang dan terdapat variasi perubahan warna daun yang tidak merata. Deskrip : Siklus hidup terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, nimfa, imago. Dan perkembangannya sangat singkat.Imago betina meletakkan telur antara 30-76 butir, pada permukaan daun selama 8-13 hari. Betina yang tidak kawin akan menghasilkan keturunan jantan semua, sedangkan betina yang kawin akan menghasilkan 4 telur betina dan 1 telur jantan. Telur tidak berwarna, bening, berbentuk elips tipis. Telur diletakkan satu per satu. Larva akan menetas 2-3 hari. Larva berukuran sangat kecil antara 0,1-0,2 mm berbentuk seperti buah pear dan memiliki 3 pasang tungkai. Fase pupa, tungau akan istirahat, bentuknya tidak berbeda dengan fase larva hanya tungkainya menjadi 4 pasang. Imago betina berukuran sekitar 0,2 mm dan tidak berornamen. Ukuran tubuh betina lebih besar dari pada jantan. 18 Pengendalian : Membersihkan gulma disekitar tanaman. Disemprot dengan akarisida seprti Kelthan, Acarin, Galecron, Gusathon dll. H. PENGENDALIAN Beberapa usaha pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghidari terjadinya peningkatan populasi tungau, diantaranya dengan cara mekanis, teknik budidaya, biologis, dan penggunaan bahan kimia (pestisida). 1. Mekanis Pengendalian tungau yang seringkali dilakukan dengan cara mekanis yaitu, mengambil secara langsung telur, larva, nimfa, atau imago kemudian dimusnahkan; dapat juga dengan menyemprotkan air beberapa kali sehingga tungau tercuci. 2. Teknik Budidaya Pengendalian dengan teknik budidaya dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman atau varietas yang resisten (tahan), rotasi (pergiliran) tanaman, pemupukan, dan sanitasi lingkungan. Pemakaian varietas resisten terhadap serangan tungau belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan karena belum banyak para ahli yang menelitinya, lebih-lebih di negara kita ini. Di Mesir telah ditemukan varietas kapas yang tahan terhadap serangan tungau Tetranychus telarius yaitu Rahtim-101. Varietas ini memiliki bulu yang lebat dan bercabang sehingga menyulitkan stilet (alat mulut) tungau tersebut untuk menusuknya. Varietas ubi kayu Adira 4, Adira 1, Adira 2, Malang 2, dan Malang 6 adalah tahan terhadap tungau merah ubi kayu (Sinuraya, 2005). Pemupukan tanaman dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, sehingga diperoleh hasil yang cukup tinggi; akan tetapi apabila jenis dan dosisnya kurang tepat maka dapat memberikan dampak sebaliknya. Sebagai contoh pada pemupukan N yang berlebihan pada tanaman kacang tanah, ternyata dapat meningkatkan serangan tungau Tetranychus telarius lebih tinggi. Sanitasi merupakan tindakan yang cukup penting, khususnya terhadap tanaman yang telah mendapat serangan tungau berat. Pada tanaman yang terserang berat, apabila telah dipanen 19 sebaiknya dibersihkan dari sisa-sisa bagian tanaman yang menjadi tempat persembunyian tungau. Pengaturan pergiliran tanaman merupakan salah satu cara usaha pengendalian yang baik terhadap serangan tungau. Pada rotasi tanaman yang perlu diperhatikan adalah agar dalam penanaman berikutnya tidak menanam tanaman yang sama atau tanaman yang sedang menjadi inang bagi tungau saat itu. Selain itu diusahakan menanam tepat waktu, misalnya menanam ubi kayu pada lahan kering hendaknya diusahakan pada saat awal musim hujan. 3. Biologis (Hayati) Usaha pengendalian biologis dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami, namun demikian di lapang masih belum / bahkan kurang mendapat perhatian pada pengendalian serangan tungau. Penggunaan musuh alami ini akan dapat membantu pelestarian lingkungan (alam sekitarnya), bahkan dapat menghindari terjadinya resistensi (kekebalan) tungau terhadap bahan pengendali kimiawi (pestisida). Pada suatu percobaan di dalam green house (rumah kaca) menggunakan tungau Tarsonemus pallidus sebagai hama tanaman strawberry dengan menggunakan predator Typhlodromus bellinus, ternyata menunjukkan adanya goncangan-goncangan populasi yang teratur antara kedua populasi tersebut. Apabila populasi hama tinggi maka predator akan aktif, akan tetapi apabila populasi mangsa (hama) rendah maka hama tersebut relatif lebih aman sebab terdapat pelindung yang cukup pada bulu-bulu, duri-duri, maupun lekukan-lekukan tanaman inang; sedangkan predator akan bertahan pada embun-embun madu dan substitusi makanan lainnya, sambil menunggu meningkatnya populasi mangsa (Metcalf dan Flint, 1979). 4. Bahan Kimia (Pestisida) Pengendalian tungau dengan menggunakan pestisida (akarisida) hendaknya dilakukan, bilamana usaha-usaha pengendalian yang lainnya sudah tidak mungkin dapat dilakukan. Tidak semua pemakaian bahan kimia dalam menekan populasi hama akan berakibat lebih baik dalam menurunkan populasinya, bahkan hama tersebut bisa menjadi resisten. Selain itu tanpa memperhatikan keselamatan lingkungan akan dapat meningkatkan populasi hama yang kurang mendapat perhatian, juga secara langsung kemungkinan dapat mematikan seranggaserangga berguna sebagai akibat penggunaan pestisida. Akibat secara tidak langsung 20 menyebabkan adanya bahaya kelaparan serangga berguna (musuh alami), sebagai akibat sangat berkurangnya mangsa sebagai makanannya. Di dalam kebun-kebuin yang tidak terpelihara ternyata populasi tungau hama Paratetranychus sp. tetap rendah, karena predator-predator sepanjang musim panas terus menerus aktif, sedangkan dalam kebun-kebun yang terpelihara baik ternyata jumlah predator sangat berkurang, sebagai akibat penyemprotan dengan pestisida (Collyer dalam Hadiwidjaja, 1955). Beberapa akibat buruk penggunaan DDT (Dikhloro diphenyl trikhlor etana) pada waktu yang lalu, ternyata dapat mematikan beberapa musuh alami dalam menekan populasi tungau. Pada percobaan di Bogor ternyata semua daun tanaman kapas gugur akibat gangguan tungau sesudah penyemprotan dengan DDT yang berulang-ulang. Percobaan lain menunjukkan bahwa serangan tungau lebih hebat pada kapas dalam pertengahan musim hujan, sebagai akibat dari percobaan DDT setiap minggu sehingga berakibat tanaman-tanaman gugur daunnya. Pada pohon apel di Selandia Baru ternyata serangan tungau Paratetranychus pilosus dan Bryobia praetiosa lebih berat akibat terbunuhnya predator. Demikian juga naiknya populasi tungau Paratetranychus citri disebabkan terbunuhnya predator Stethorus picvipes Csy., Conwentzia hageni Banks., dan Chrysopa californica Coq. Pada waktu lalu penggunaan sulfur yang digunakan secara langsung di atasnya, juga ditempatkan dalam tanah pada pengendalian tungau ternyata cukup efektif. Beberapa produk pestisida ternyata efektif apabila pertama kali dipakai, akan tetapi gejala resistensi telah berkembang pesat dan sering mengalami kesulitan untuk menemukan akarisida atau kombinasi yang efektif. Akarisida berasal dari nama latin, yaitu acari yang berarti tungau dan coedos yang berarti membunuh. Akarisida dalam bahasa Inggris disebut mitecide, adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan dapat mematikan tungau. Insektisida biasanya ada yang berfungsi ganda yaitu sebagai pembunuh serangga dan tungau. Akarisida yang pertama kali digunakan terhadap tungau fitofag adalah Azobenzine yang digunakan dalam green house. Perkembangan selanjutnya dihasilkan Sulphenone, Diphenysulphone, dan Tetradifon. Sulphide dihasilkan pada tahun 1953 dengan nama Chlorbeside, dan Fluorbenside dihasilkan pada tahun 1955; selanjutnya dihasilkan Chlorfenson dan Fenson, juga efektif terhadap beberapa tungau. 21 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kalajengking adalah sekelompok hewan beruas dengan delapan kaki, yang termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Kalajengking masih berkerabat dengan ketunggeng, laba-laba, tungau, dan caplak. Ada sekitar 2000 jenis kalajengking. Mereka banyak ditemukan selatan dari 49° U, kecuali Selandia Baru dan Antarktika. Kalajengking atau yang disebut juga scorpio, merupakan salah satu serangga yang paling menyeramkan dan berbahaya sekali apabila menyengat, terutama bila menggunakan sengatnya yang ada dibelakang. Seringkali akibat sengatan serangga ini menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri yang hebat di sekitar luka bekas gigitan. Tungau (Mites) adalah arachnida yang memiliki suatu gnathosoma (suatu kapitulum anterior mulut) yang mudah dibedakan dari arachnida lain, karena tidak adanya pembagian yang jelas antara cephalothorax (prosoma) dan perut (opisthosoma).Tungau merupakan hewan bertubuh kecil sampai mikroskopis dan umumnya berukuran 1 mm atau kurang. B.Saran Pencegahan dari sengatan kalajengking adalah: 1. Buanglah semua tempat persembunyian kalajengking seperti sampah, tumpukan kayu, papan, batu, bata dan berbagai benda di sekitar rumah,kampus atau tempat umum. 2. Pelihara rumput di sekitar perumahan dengan rutin memotongnya. Pangkas pohon dan cabang-cabang pohon yang menggantung di sekitar rumah. Cabang pohon dapat menjadi jalan ke atap bagi kalajengking. 3. Taruhlah kontainer sampah di dalam kerangka yang membuat tempat sampah tidak langsung berhubungan dengan tanah. 4. Jangan sekali-kali membawa masuk kayu bakar ke dalam rumah, kecuali ditempatkan langsung di api. 5. Tutuplah celah dan retakan yang ada di atap, dinding, pipa dan bagian bangunan lainnya. Beberapa usaha pengendalian Acarina yang dapat dilakukan untuk menghidari terjadinya peningkatan populasi tungau, diantaranya dengan cara mekanis, teknik budidaya, biologis, dan penggunaan bahan kimia (pestisida). 22 DAFTAR PUSTAKA Hidayah, Evy Nur. 2012. Pengendalian Scorpionida Secara Biologi Dan Kimia. https://evynurhidayah.wordpress.com/2012/06/01/pengendalian-scorpionida-secarabiologi-dan-kimia/. (Diakses pada tanggal 5 Mei 2017) Melyhana. 2011. Klasifikasi Kalajengking. https://moelyhana.wordpress.com/category/uncategorized/. (Diakses pada tanggal 5 Mei 2017) Darwanto, dkk. 2001. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 23