Pelatihan Acarologi Pertanian - Prasetya Online

advertisement
Pelatihan Acarologi Pertanian
Dikirim oleh humas3 pada 15 October 2010 | Komentar : 0 | Dilihat : 6607
Dr. Retno Dyah Puspitarini
(paling kiri) beserta peserta
pelatihan acarologi pertanian
Acarologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang makhluk hidup dalam subclass
Acari, diantaranya adalah tungau (Bahasa Jawa: tengu). Di dunia pertanian, tungau dikenal sebagai hama dalam
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) selain nemathoda dan serangga. Saat menyerang ia dapat berada di
jaringan daun maupun buah pada hampir semua jenis tanaman pertanian diantaranya jeruk, ketela pohon dan jarak
pagar. Pakar tungau dari Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (HPT FPUB), Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini, MS menyampaikan hal ini saat mengisi pelatihan Acarologi Pertanian. Rini,
demikian ia biasa dipanggil, ditunjuk oleh Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia
menjadi instruktur pada kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari (14-15/10) di Jurusan HPT FP-UB.
Fase kehidupan tungau
(perbesaran 165x)
Turut serta dalam kegiatan ini adalah lima orang perwakilan Laboratorium Entomologi Balai Besar Uji Standar
Karantina Pertanian Kementan RI. Kepada PRASETYA Online, Rini menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam mengidentifikasi tungau di bidang pertanian serta
memperdalamnya dari aspek morfologi. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pelatihan ini mengkombinasikan
pengamatan gejala di lapangan, pemberian materi kuliah (biologi dan morfologi tungau) serta praktikum. Untuk
pengamatan gejala di lapangan, Rini menggandeng Kebun Jeruk Punten sementara praktikum digunakan
laboratorium entomologi. Menggunakan mikroskop biologi molekuler, dalam praktikum tersebut peserta diberi
pemahaman mengenai identifikasi tungau berdasar karakteristik khusus pada tiap-tiap spesies.
Rini yang sebelumnya juga pernah mengadakan pelatihan serupa dengan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat (Balittas), menyampaikan bahwa dalam dunia pertanian, pengidentifikasian ini penting untuk melakukan
pengendalian secara efektif. "Menggunakan prinsip bioekologi, hama dan penyakit tersebut akan dikendalikan
dengan mekanisme pengendalian hama terpadu", kata dia.
Rumaenda Ginting, SP, MS
Bagi dunia karantina sendiri, identifikasi ini digunakan untuk melakukan pengkategorian Organisme Pengganggu
Tanaman Karantina (OPTK). "Jika OPTK tersebut belum masuk dalam daftar yang diijinkan Badan Karantina
Pertanian, maka bibit atau tanaman akan menjalani treatment atau ditahan untuk keluar/masuk (ekspor/impor)
Indonesia", ujar salah seorang peserta, Rumaenda Ginting, SP, MS kepada PRASETYA Online. Hal ini menurutnya
untuk mencegah berbagai OPT dari luar (OPT eksotik) untuk masuk ke Indonesia. "Dari pengalaman selama ini,
OPT eksotik terutama banyak terdapat pada media pembawa seperti hama gudang, serangga kayu, dan serangga
tanaman", ujarnya ditanya kasus di laboratorium entomologi. Meskipun telah memiliki Phytosanitary Certificate
(PC), sebuah sertifikat bahwa produk pertanian layak dikirim, keberadaan OPT masih tetap harus diamati dengan
teliti. Hal ini menjadi penting mengingat Indonesia termasuk negara pengimpor beberapa produk pertanian. Untuk
benih saja, angka tertingginya adalah padi (China), Kentang (Belanda), strawberry (Scotlandia), dan kelapa sawit
(Costa Rica). [nok]
Download