MAKALAH ETIKA BISNIS ISLAM ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam Dosen Pengampu : Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. Disusun Oleh: 1. Ani Riski Khusnia (63010180004) 2. Pandu Nur Wicaksono (63010180095) 3. Anggita March Kasturi (63010180158) 4. Muhammad Khafid Aldynofa (63010190194) PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam ”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Manajemen Pembiayaan Syariah, Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang penulisan ini. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1 DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2 BAB 1 ..................................................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3 A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 3 B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 3 C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 3 BAB II .................................................................................................................................................... 4 PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4 A. ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM .......................................................................... 4 B. KAJIAN TEORI-TEORI ETIKA DALAM ISLAM .................................................................. 5 C. DASAR-DASAR ETIKA EKONOMI ISLAM .......................................................................... 7 D. ETIKA BISNIS ISLAM: AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN .............................................. 9 E. ETIKA BISNIS RASULULLAH SAW ................................................................................... 10 BAB III................................................................................................................................................. 13 PENUTUP............................................................................................................................................ 13 KESIMPULAN ............................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam perspektif ekonomi Islam, praktek bisnis adalah tidak hanya tentang biaya dan manfaat ekonomi. Faktor penentu keberhasilan bisnis terletak pada halhal nonmateri, prinsip-prinsip dan strategi bisnis, manajemen yang baik, SDM yang profesional, serta sikap dan perilaku etik perusahaan. Untuk menjawab tantangan yang dihadapai saat ini, terutama di tengah modernisasi yang terjadi di segala bidang. Dimana secara spesifik dalam tulisan ini akan mempertegas konsep etika Islam dan. Mengingat, hal mendasar yang mencirikan ekonomi Islam sebagai sebuah sistem adalah kesatuan dan keutuhan pengetahuan ekonomi yang etis. Ekonomi Islam bukan semata-mata berbicara tentang ekonomi sebagai sebuah cara berusaha untuk mendapatkan harta atau kesejahteraan, tapi juga kenyataan membuktikan bahwa lingkup kegiatan bisnis tidak hanya menyangkut lingkup ekonomi murni, melainkan menyentuh juga aspek-aspek manusiawi dan etika. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud etika bisnis dalam ekonomi Islam? 2. Apa saja kajian teori etika dalam Islam ? 3. Bagaimana dasar-dasar etika ekonomi Islam ? 4. Apa pedoman etika bisnis Islam ? 5. Bagaimana Etika bisnis pada masa Rasulullah SAW ? C. TUJUAN 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan etika bisnis dalam ekonomi Islam 2. Mengetahui Apa saja kajian teori etika dalam Islam 3. Mengetahui Bagaimana dasar-dasar etika ekonomi Islam 4. Mengetahui Apa pedoman etika bisnis Islam 5. Mengetahui Bagaimana Etika bisnis pada masa Rasulullah SAW. 3 BAB II PEMBAHASAN A. ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM Etika adalah suatu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan “ kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika di artikan sebagi aturan-aturan mengenai prilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan mengenai perilaku yang oleh maysarakat dianggap sebagai perilaku yang baik, karena itu aturan-aturan tersebut tidak boleh di langgar. Etika adalah studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan setinggi apakah standar moral yang telah diberikan, masih kurang, sudah cukup atau bahkan sangat benar. Sedangkan penentuan baik dan buruk itu sendiri adalah suatu masalah yang selalu berubah. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalag bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. Etika ialah suatu studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang, keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai pengalaman standar dan etika bisnis adalah kadang-kadang disebut pula etika manajemen ialah penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis. Jadi prilaku yang etis yang sebenarnya ialah prilaku yang mengikuti Allah SWT dan menjahui laranganya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etik juga bisa di pahami sebagai nilai benar dan salah yang di anut suatu golongan atau maysarakat. Sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Beranjak dari sini, kita mencoba mendefinisikan etika bisnis atau etiak usaha. Secara mudah bisa kita katakan, etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan para pelaku bisnis, mulai dari pemilik usaha, manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan serta mengoperasikan bisnis yang etis. Etika bisnis atau etika juga bisa dipahami sebagai ilmu yang mengatur hubungan antar pereorangan 4 dengan kelompok/organisasi dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) serta dengan maysarakat luas. Islam adalah agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran etika dan moral kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Islam perlu dipahami melalui jalan praksis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi riil yang terbaik atas segala problem sosial yang ada dalam masyarakat. Etika atau etos sebagai cabang filsafat yang mempelajari baik buruk perilaku manusia biasanya diklasifikasikan ke dalam filsafat moral. Refleksi pemikiran moral mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat telah menjadi objek kajian yang sangat luas. Salah satu objek kajian nya adalah tentang aspekaspek moral dalam per ekonomian, dalam organisasi, dan dalam perilaku individu. B. KAJIAN TEORI-TEORI ETIKA DALAM ISLAM Merujuk kepada kategori yang dikemukakan oleh Majid Fakhry, teori-teori etika yang berkembang di dunia Islam dapat dipetakan ke dalam empat kajian, yaitu: scriptural morality, theological ethics, philosophical ethics, dan religious ethics. 1. Kajian Scriptural Morality Kajian ini merupakan pembahasan etika yang menggunakan interpretasi yang melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan sungguh-sungguh terhadap nas-nas alQur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Kajian dengan pendekatan seperti ini cenderung menyibukkan diri dengan penggunaan metodemetode interpretasi, sehingga studi ini tidak dapat melepaskan diri dari kajian linguistik. Aktifitas kajian yang cukup rumit ini sesungguhnya tidak banyak menggunakan rasio atau penalaran dalam aktivitas dialektikanya dengan nas-nas tersebut. Kajian ini pada akhirnya melahirkan serangkaian persepsi atau refleksi moral; bukan teori etika dalam pengertian konkrit. Model pendekatan ini terlihat misalnya dapat dilihat dalam karya Yusuf Qardhawi, Daur al­Qiyam al­Akhlaqiyyah fi al­Iqtisha al­Islamy. 2. Kajian Theological Ethics Sesuai dengan nama kategorinya, kajian ini berangkat dari persoalan-persoalan teologis; masalah ketuhanan serta kapasitas manusia dan tanggung jawabnya terhadap Tuhan. Kajian etika teologis berkisar pada tarik-ulur antara akal dengan wahyu. Sebagai 5 contoh, model kajian ini akan membahas tentang bagaimana dan sejauh manakah kemampuan akal (rasionalitas) dalam menilai baik-buruk (etika), benar-salah; serta bagaimanakah fungsi wahyu dan atau akal dalam penilaian tersebut. Pergulatan pemikiran filsafat etik mengenai persoalanpersoalan yang sifatnya mendasar (filsafat) ini dapat dibedakan menjadi dua aliran yaitu obyektivisme dan subyektivisme. Metode ini dapat di lihat dari karya Hussain Shahata,Business Ethics in Islam. 3. Kajian Philosophical Ethics Kajian ini berkembang setelah dunia keilmuan filsafat etika mengalami persinggungan dengan filsafat Yunani yang mendalami konsep-konsep kebahagiaan, kekekalan jiwa, teori eksistensi dan emanasi. Metafisika adalah objek bagi penalaran akal; etika harus bersandar pada metafisika secara logis; metafisika bukan postulat yang harus diterima begitu saja; metode harus berbasis penyatuan dan perilaku dari keyakinan. Dengan demikian, nilai suatu perbuatan bersifat relatif terhadap konteks dan tujuannya. Penilaian dapat berbeda tergantung kepada penerapannya. Kajian etika ekonomi Islam seperti ini telah dilakukan oleh beberapa cendikiawan Muslim, di antara mereka adalah Syed Nawab Haider Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Synthesis, dan kemudian disusul dengan karyanya, Islam, Economics, and Society, kemudian T. Gambling dan R. Karim, Business and Accounting Ethics in Islam. Majid Fakhry, Ethical Theories in Islam, Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam, Rafik Issa Beekun, Islamic Business Ethic dan lainlain. Dari berbagai literatur yang menggunakan pendekatan etika filsafat Islam tersebut, karya-karya Naqvi paling banyak mendapat sambutan di kalangan akademisi (Indonesia) saat ini. Pemikiran Naqvi yang banyak dirujuk dalam berbagai buku etika Islam adalah tentang aksioma dasar yang membentuk etika Islam, yaitu kesatuan, ke seimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab. 4. Kajian religious ethics Kajian religious ethicsdan moral keagamaan memi liki kecenderungan melepaskan diri dari kerumitan meto dologi. Kebaikan dan keburukan (etika) dirujuk secara langsung dari sumbernya, yaitu al-Qur’an maupun Hadis. Model kajian seperti ini banyak ditemukan dalam tulisan-tulisan yang dimaksudkan sebagai bacaan untuk masyarakat umum sebagai pedoman baikburuk atau ke utamaan amal dalam pandangan agama 6 maupun mengenai ketentuan-ketentuan halal dan haram. Dengan demikian, pembahasanpembahasannya bersifat diskriptif normatif. Pembicaraan akademik tentang etika belum berkembang dengan baik dalam Islam. Kajian yang lebih diminati oleh ilmuan Muslim adalah tentang moralitas melalui sudut pandang fiqih Islam. Moralitas yang menjadi obyek kajian etika Islam itupun lebih banyak berbicara seputar etika individu, yaitu tentang bagaimana memperbaiki diri dan kepribadian dalam ber tutur kata, bersikap, dan berbuat. Sedang etika sosialnya masih kurang mendapat tempat yang mencukupi dalam kajian Islam. Sementara itu, kajian-kajian tentang etika bisnis Islam yang masih terbatas sebagaimana disebutkan di atas, lebih banyak memfokuskan diri pada upaya penyajian teori-teori etika (bisnis) secara umum dan bersifat normatif. Kajian-kajian tersebut pada umumnya masih tertinggal ”selangkah” dari studi etika bisnis konvensionalkontemporer. Bahkan seringkali kajian etika bisnis Islam merupakan tinjauan atau respon atas wacana dan isu-isu etika bisnis konvensional. Sebagai contoh, studi tentang keterkaitan antara etika ekonomi, bisnis dan kerja dengan tanggung jawab terhadap lingkungan belum mendapat perhatian khusus, padahal urgensi tanggung jawab lingkungan telah disinggung dalam berbagai ayat al-Qur’an. Dalam kajian kitab-kitab fiqih mu’amalah, baik klasik maupun kontemporer, para fuqaha belum mengangkat isu al­bi’ah(lingkungan) secara serius. Bahkan, persoalan yang sangat urgen bagi keberlangsungan hidup seluruh makhluk di bumi ini tidak dikategorikan sebagai salah satu dari lima sasaran atau tujuan ditetapkannya syariah (maqashid al­syariah). Ini bukan berarti bahwa Islam tidak memiliki sense tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, namun lebih karena persoalan “prioritas” kajian. Fiqih lingkungan baru men jadi konsen para ekonom Muslim setelah ekonom Barat merumus kan nya ke dalam dunia bisnis dengan kajian-kajian tentang corporate social re­sponsibility, social responsible investment, socially responsible fundsdan sebagainya. C. DASAR-DASAR ETIKA EKONOMI ISLAM Fenomena menarik di kalangan umat Islam saat ini adalah terdapat realitas bahwa masyarakat muslim relatif tertinggal secara ekonomi dari pada masyarakat nonmuslim sehingga melahirkan stigma berpikir yang kolektif dan cita-cita untuk membangun tatanan ekonomi yang berdasarkan etika ekonomi Islam. Perumusan etika ekonomi Islam dalam setiap kegiatan bisnis diperlukan untuk memandu segala tingkah laku ekonomi di kalangan masyarakat muslim. Etika bisnis Islami tersebut 7 selanjunya dijadikan sebagai kerangka praktis yang secara fungsional akan membentuk suatu kesadaran beragama dalam melakukan setiap kegiatan ekonomi (religiousness economyc practical guidance). Etika ekonomi Islam, sebagaimana dirumuskan oleh para ahli ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kemaslahatan dan kemafsadatan dalam kegiatan ekonomi dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauhmana dapat diketahui menurut akal pikiran (rasio) dan bimbingan wahyu (nash). Etika ekonomi dipandang sama dengan akhlak karena keduanya sama-sama membahas tentang kebaikan dan keburukan pada tingkah laku manusia. Tujuan etika Islam menurut kerangka berpikir filsafat adalah memperoleh suatu kesamaan ide bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku baik dan buruk sejauhmana dapat dicapai dan diketahui menurut akal pikiran manusia (Annabhani, 1996: 52). Namun demikian, untuk mencapai tujuan tersebut, etika ekonomi Islam mengalami kesulitan karena pandangan masing-masing golongan di dunia ini berbeda-beda perihal standar normatif baik dan buruk. Masing-masing mempunyai ukuran dan kriteria yang berbeda-beda pula. Sebagai cabang dari filsafat, ajaran etika bertitik tolak dari akal pikiran dan tidak dari ajaran agama. Adapun dalam Islam, ilmu akhlak dapat dipahami sebagai pengetahuan yang mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber kepada akal dan wahyu. Atas dasar itu, maka etika ekonomi yang dikehendaki dalam Islam adalah perilaku sosial-ekonomi yang harus sesuai dengan ketentuan wahyu serta fitrah dan akal pikiran manusia yang lurus. Di antara nilai-nilai etika ekonomi Islam yang terangkum dalam ajaran filsafat ekonomi Islam adalah terdapat dua prinsip pokok, yaitu sebagai berikut. Pertama adalah tauhid. Prinsip tauhid ini mengajarkan manusia tentang bagaimana mengakui keesaan Allaha sehingga terdapat suatu konsekuensi bahwa keyakinan terhadap segala sesuatu hendaknya berawal dan berakhir hanya kepada Allah Swt. Keyakinan yang demikian dapat mengantar seorang muslim untuk menyatakan bahwa “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah semata-mata demi Allah, Tuhan seru sekalian alam”. Prinsip ini kemudian menghasilkan kesatuan-kesatuan sinergis dan saling terkait dalam kerangka tauhid. Tauhid diumpamakan seperti beredarnya planet-planet dalam tata surya yang 8 mengelilingi matahari. Kesatuan-kesatuan dalam ajaran tauhid hendaknya berimplikasi kepada kesatuan manusia dengan Tuhan dan kesatuan manusia dengan manusia serta kesatuan manusia dengan alam sekitarnya. Kedua, prinsip keseimbangan mengajarkan manusia tentang bagaimana meyakini segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Hal ini dapat dipahami dari Alquran yang telah menjelaskan bahwa “Engkau tidak menemukan sedikit pun ketidakseimbangan dalam ciptaan Yang Maha Pengasih. Ulang-ulanglah mengamati apakah engkau melihat sedikit ketimpangan” (QS 67: 3). Prinsip ini menuntut manusia bukan saja hidup seimbang, serasi, dan selaras dengan dirinya sendiri, tetapi juga menuntun manusia untuk mengimplementasikan ketiga aspek tersebut dalam kehidupan. Prinsip tauhid mengantarkan manusia dalam kegiatan ekonomi untuk meyakini bahwa harta benda yang berada dalam genggamannya adalah milik Allah Swt. Keberhasilan para pengusaha bukan hanya disebabkan oleh hasil usahanya sendiri, tetapi terdapat partsisipasi orang lain. Tauhid yang akan menghasilkan keyakinan pada manusia bagi kesatuan dunia dan akhirat. Tauhid dapat pula mengantarkan seorang pengusaha untuk tidak mengejar keuntungan materi semata-mata, tetapi juga mendapat keberkahan dan keuntungan yang lebih kekal. Oleh karena itu, seorang pengusaha dipandu untuk menghindari segala bentuk eksploitasi terhadap sesama manusia. Dari sini dapat dimengerti mengapa Islam melarang segala praktek riba dan pencurian, tetapi juga penipuan yang terselubung. Bahkan, Islam melarang kegiatan bisnis hingga pada menawarkan barang pada di saat konsumen menerima tawaran yang sama dari orang lain. D. ETIKA BISNIS ISLAM: AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN Mr. Amound Bork, seorang warga negara Inggris yang sangat dikenal berkata, “Undang-undang Muhammad adalah undang-undang yang mengatur seluruh manusia; dari mulai para rajanya hingga rakyatnya yang paling hina. Ia adalah undang-undang yang sangat sempurna, yang mencakup seluruh hukum-hukum pidana dan perdata, serta syariat-syariat yang menerangi, yang tidak pernah ada duanya di dunia.” Missou Jouti juga berkata, “Setiap kali menelaah Alquran, kami senantiasa merasa takut dan kawatir, akan tetapi kami segera dapat merasakan adanya 9 keindahan yang pada akhirnya membawa kami kepada pengakuan akan kebesarannya. Diantara kitab -kitab suci, ia adalah contoh yang sangat tinggi dan mulia. Pengaruhnya akan selalu hidup di jiwa-jiwa manusia pada setiap generasi dan setiap masa”. Demikian pula Missou David Bord berkata, “Alquran adalah undang-undang sosial, undangundang kependudukan, undang-undang perniagaan, undang-undang peperangan, dan undang undang pidana dan perdata. Namun diatas semua itu, ia merupakan undangundang langit yang agung.” Missou Wiliam Moyer juga berkata, “Seluruh hujjah-hujjah Alquran adalah tabiat yang menunjukkan pertolongan Allah kepada manusia”. E. ETIKA BISNIS RASULULLAH SAW Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan menghasilkan kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis yang kita lakukan terwarnai dengan nilai-nilai etika. Salah satu sumber rujukan etika dalam bisnis adalah etika yang bersumber dari tokoh teladan agung manusia di dunia, yaitu Rasulullah saw. Beliau telah memiliki banyak panduan etika untuk praktek bisnis kita, yaitu sebagai berikut. Pertama adalah kejujuran. Kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda "Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya," (H.R. Al-Quzwani). "Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami," (H.R. Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas. Kedua, menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang. Ketiga, tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah:"Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran 10 dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi" (QS 83:112). Keempat, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda,"Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain," (H.R.Muttafaq ‘alaih). Kelima, tidak menimbun barang. Ihtikar ialah menimbun barang (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu. Keenam, tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara, dan tanah serta kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Hal ini dilarang dalam Islam. Ketujuh, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan sebagainya. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan patungpatung," (H.R. Jabir). Kedelapan, bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, "Hai orang orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman," (QS. Al Baqarah:278). Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan (QS. 2: 275). Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya mengumumkan perang terhadap riba. Kesembilan, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu," (QS. 4: 29). Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya." Hadis 11 ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan. Berkenaan dengan hal itu, Islam sebagai ajaran yang universal memberikan pedoman tentang kegiatan ekonomi berupa prinsip-prinsip dan asas-asas muamalah. Juhaya S.Praja (2000) menyebutkan terdapat beberapa prinsip hukum ekonomi Islam antara lain sebagai berikut. 1. Prinsip la yakun dawlatan bayn al-agniya, yakni prinsip hokum ekonomi yang menghendaki pemerataan dalam pendistribusian harta kekayaan. 2. Prinsip ’antaradin, yakni pemindahan hak kepemilikan atas harta yang dilakukan secara sukarela. 3. Prinsip tabadul al-manafi’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan kepasa azas manfaat. 4. Prinsip takaful al-ijtima’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan kepada kepentingan solidaritas sosial. 5. Prinsip haq al-lah wa hal al-adami, yakni hak pengelolaan harta kekayaan yang didasarkan kepada kepentingan milik bersama, di mana individu maupun kelompok dapat saling berbagi keuntungan serta diatur dalam suatu mekanisme ketatanegaraan di bidang kebijakan ekonomi. 12 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan para pelaku bisnis, mulai dari pemilik usaha, manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan serta mengoperasikan bisnis yang etis. Etika bisnis atau etika juga bisa dipahami sebagai ilmu yang mengatur hubungan antar pereorangan dengan kelompok/organisasi dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) serta dengan maysarakat luas. Merujuk kepada kategori yang dikemukakan oleh Majid Fakhry, teori-teori etika yang berkembang di dunia Islam dapat dipetakan ke dalam empat kajian, yaitu: scriptural morality, theological ethics, philosophical ethics, dan religious ethics. Di antara nilai-nilai etika ekonomi Islam yang terangkum dalam ajaran filsafat ekonomi Islam adalah terdapat dua prinsip pokok, yaitu sebagai berikut. Pertama adalah tauhid. Prinsip tauhid ini mengajarkan manusia tentang bagaimana mengakui keesaan Allaha sehingga terdapat suatu konsekuensi bahwa keyakinan terhadap segala sesuatu hendaknya berawal dan berakhir hanya kepada Allah Swt. prinsip keseimbangan mengajarkan manusia tentang bagaimana meyakini segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Berkenaan dengan hal itu, Islam sebagai ajaran yang universal memberikan pedoman tentang kegiatan ekonomi berupa prinsip-prinsip dan asas-asas muamalah. Juhaya S.Praja (2000) menyebutkan terdapat beberapa prinsip hukum ekonomi Islam antara lain sebagai berikut. Prinsip la yakun dawlatan bayn al-agniya, Prinsip ’antaradin, Prinsip tabadul al-manafi’, Prinsip takaful al-ijtima’ dan Prinsip haq al-lah wa hal al-adami, 13 DAFTAR PUSTAKA Ardi, M. (2015). Etika Bisnis Dalam Ekonomi Islam. Jurnal Syariah , 32. Baidowi, A. (2011). Etika Bisnis Perspektif Islam. Jurnal Hukum Islam , 241-2416. Irkhami, N. (2014). Islamic Work Ethics Membangun Etos Kerja Islami. Salatiga: STAIN Press. Beekum, Rafik Issa. (2004). Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 14