Uploaded by User78487

ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM

advertisement
MAKALAH ETIKA BISNIS ISLAM
ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam
Dosen Pengampu : Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.
Disusun Oleh:
1. Ani Riski Khusnia
(63010180004)
2. Pandu Nur Wicaksono
(63010180095)
3. Anggita March Kasturi
(63010180158)
4. Muhammad Khafid Aldynofa
(63010190194)
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah_Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Etika Bisnis dalam Ekonomi Islam
”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama islam yang sempurna.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Manajemen Pembiayaan Syariah, Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.Tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis Islam atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,
sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang penulisan ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
A.
LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 3
B.
RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 3
C.
TUJUAN ..................................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
A.
ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM .......................................................................... 4
B.
KAJIAN TEORI-TEORI ETIKA DALAM ISLAM .................................................................. 5
C.
DASAR-DASAR ETIKA EKONOMI ISLAM .......................................................................... 7
D.
ETIKA BISNIS ISLAM: AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN .............................................. 9
E.
ETIKA BISNIS RASULULLAH SAW ................................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................................. 13
PENUTUP............................................................................................................................................ 13
KESIMPULAN ............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam perspektif ekonomi Islam, praktek bisnis adalah tidak hanya tentang
biaya dan manfaat ekonomi. Faktor penentu keberhasilan bisnis terletak pada halhal nonmateri, prinsip-prinsip dan strategi bisnis, manajemen yang baik, SDM yang
profesional, serta sikap dan perilaku etik perusahaan.
Untuk menjawab tantangan yang dihadapai saat ini, terutama di tengah
modernisasi yang terjadi di segala bidang. Dimana secara spesifik dalam tulisan ini
akan mempertegas konsep etika Islam dan. Mengingat, hal mendasar yang
mencirikan ekonomi Islam sebagai sebuah sistem adalah kesatuan dan keutuhan
pengetahuan ekonomi yang etis. Ekonomi Islam bukan semata-mata berbicara tentang
ekonomi
sebagai
sebuah
cara
berusaha
untuk
mendapatkan
harta
atau
kesejahteraan, tapi juga kenyataan membuktikan bahwa lingkup kegiatan bisnis
tidak hanya menyangkut lingkup ekonomi murni, melainkan menyentuh juga
aspek-aspek manusiawi dan etika.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud etika bisnis dalam ekonomi Islam?
2. Apa saja kajian teori etika dalam Islam ?
3. Bagaimana dasar-dasar etika ekonomi Islam ?
4. Apa pedoman etika bisnis Islam ?
5. Bagaimana Etika bisnis pada masa Rasulullah SAW ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan etika bisnis dalam ekonomi Islam
2. Mengetahui Apa saja kajian teori etika dalam Islam
3. Mengetahui Bagaimana dasar-dasar etika ekonomi Islam
4. Mengetahui Apa pedoman etika bisnis Islam
5. Mengetahui Bagaimana Etika bisnis pada masa Rasulullah SAW.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM
Etika adalah suatu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan “ kebaikan
(rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika
di artikan sebagi aturan-aturan mengenai prilaku manusia. Dalam pengertian ini etika
diartikan sebagai aturan-aturan mengenai perilaku yang oleh maysarakat dianggap
sebagai perilaku yang baik, karena itu aturan-aturan tersebut tidak boleh di langgar. Etika
adalah studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan setinggi apakah
standar moral yang telah diberikan, masih kurang, sudah cukup atau bahkan sangat
benar. Sedangkan penentuan baik dan buruk itu sendiri adalah suatu masalah yang selalu
berubah. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang
baik dari yang buruk. Etika adalag bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan
menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.
Etika ialah suatu studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan moral
yang dilakukan oleh seseorang, keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai
pengalaman standar dan etika bisnis adalah kadang-kadang disebut pula etika manajemen
ialah penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis. Jadi prilaku yang etis yang
sebenarnya ialah prilaku yang mengikuti Allah SWT dan menjahui laranganya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etik adalah kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etik juga bisa di pahami sebagai nilai benar dan salah
yang di anut suatu golongan atau maysarakat. Sedangkan etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Beranjak dari sini, kita mencoba mendefinisikan etika bisnis atau etiak usaha. Secara
mudah bisa kita katakan, etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman
atau acuan para pelaku bisnis, mulai dari pemilik usaha, manajer dan segenap karyawan
dalam pengambilan keputusan serta mengoperasikan bisnis yang etis. Etika bisnis atau
etika juga bisa dipahami sebagai ilmu yang mengatur hubungan antar
pereorangan
4
dengan kelompok/organisasi dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) serta
dengan maysarakat luas.
Islam adalah agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran
etika dan moral kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran
Islam perlu dipahami melalui jalan praksis karena fungsi agama ini adalah untuk
memberikan solusi-solusi riil yang terbaik atas segala problem sosial yang ada dalam
masyarakat.
Etika atau etos sebagai cabang filsafat yang mempelajari baik buruk perilaku manusia
biasanya diklasifikasikan ke dalam filsafat moral. Refleksi pemikiran moral mengenai
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat telah menjadi objek kajian
yang sangat luas. Salah satu objek kajian nya adalah tentang aspekaspek moral dalam per
ekonomian, dalam organisasi, dan dalam perilaku individu.
B. KAJIAN TEORI-TEORI ETIKA DALAM ISLAM
Merujuk kepada kategori yang dikemukakan oleh Majid Fakhry, teori-teori etika yang
berkembang di dunia Islam dapat dipetakan ke dalam empat kajian, yaitu: scriptural
morality, theological ethics, philosophical ethics, dan religious ethics.
1. Kajian Scriptural Morality
Kajian ini merupakan
pembahasan etika yang menggunakan interpretasi yang
melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan sungguh-sungguh terhadap nas-nas alQur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Kajian dengan pendekatan seperti ini cenderung
menyibukkan diri dengan penggunaan metodemetode interpretasi, sehingga studi ini tidak
dapat melepaskan diri dari kajian linguistik. Aktifitas kajian yang cukup rumit ini
sesungguhnya tidak banyak menggunakan rasio atau penalaran dalam aktivitas
dialektikanya dengan nas-nas tersebut. Kajian ini pada akhirnya melahirkan serangkaian
persepsi atau refleksi moral; bukan teori etika dalam pengertian konkrit. Model
pendekatan ini terlihat misalnya dapat dilihat dalam karya Yusuf Qardhawi, Daur
al­Qiyam al­Akhlaqiyyah fi al­Iqtisha al­Islamy.
2. Kajian Theological Ethics
Sesuai dengan nama kategorinya, kajian ini berangkat dari persoalan-persoalan
teologis; masalah ketuhanan serta kapasitas manusia dan tanggung jawabnya terhadap
Tuhan. Kajian etika teologis berkisar pada tarik-ulur antara akal dengan wahyu. Sebagai
5
contoh, model kajian ini akan membahas tentang bagaimana dan sejauh manakah
kemampuan akal (rasionalitas) dalam menilai baik-buruk (etika), benar-salah; serta
bagaimanakah fungsi wahyu dan atau akal dalam penilaian tersebut. Pergulatan pemikiran
filsafat etik mengenai persoalanpersoalan yang sifatnya mendasar (filsafat) ini dapat
dibedakan menjadi dua aliran yaitu obyektivisme dan subyektivisme. Metode ini dapat di
lihat dari karya Hussain Shahata,Business Ethics in Islam.
3. Kajian Philosophical Ethics
Kajian
ini
berkembang setelah
dunia
keilmuan
filsafat
etika
mengalami
persinggungan dengan filsafat Yunani yang mendalami konsep-konsep kebahagiaan,
kekekalan jiwa, teori eksistensi dan emanasi. Metafisika adalah objek bagi penalaran
akal; etika harus bersandar pada metafisika secara logis; metafisika bukan postulat yang
harus diterima begitu saja; metode harus berbasis penyatuan dan perilaku dari keyakinan.
Dengan demikian, nilai suatu perbuatan bersifat relatif terhadap konteks dan
tujuannya. Penilaian dapat berbeda tergantung kepada penerapannya. Kajian etika
ekonomi Islam seperti ini telah dilakukan oleh beberapa cendikiawan Muslim, di antara
mereka adalah Syed Nawab Haider Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Synthesis,
dan kemudian disusul dengan karyanya, Islam, Economics, and Society, kemudian T.
Gambling dan R. Karim, Business and Accounting Ethics in Islam. Majid Fakhry, Ethical
Theories in Islam, Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam, Rafik Issa Beekun, Islamic
Business Ethic dan lainlain.
Dari berbagai literatur yang menggunakan pendekatan etika filsafat Islam tersebut,
karya-karya Naqvi paling banyak mendapat sambutan di kalangan akademisi (Indonesia)
saat ini. Pemikiran Naqvi yang banyak dirujuk dalam berbagai buku etika Islam adalah
tentang aksioma dasar yang membentuk etika Islam, yaitu kesatuan, ke seimbangan,
kehendak bebas, dan tanggung jawab.
4. Kajian religious ethics
Kajian religious ethicsdan moral keagamaan memi liki kecenderungan melepaskan
diri dari kerumitan meto dologi. Kebaikan dan keburukan (etika) dirujuk secara langsung
dari sumbernya, yaitu al-Qur’an maupun Hadis. Model kajian seperti ini banyak
ditemukan dalam tulisan-tulisan yang dimaksudkan sebagai bacaan untuk masyarakat
umum sebagai pedoman baikburuk atau ke utamaan amal dalam pandangan agama
6
maupun mengenai ketentuan-ketentuan halal dan haram. Dengan demikian, pembahasanpembahasannya bersifat diskriptif normatif.
Pembicaraan akademik tentang etika belum berkembang dengan baik dalam Islam.
Kajian yang lebih diminati oleh ilmuan Muslim adalah tentang moralitas melalui sudut
pandang fiqih Islam. Moralitas yang menjadi obyek kajian etika Islam itupun lebih
banyak berbicara seputar etika individu, yaitu tentang bagaimana memperbaiki diri dan
kepribadian dalam ber tutur kata, bersikap, dan berbuat. Sedang etika sosialnya masih
kurang mendapat tempat yang mencukupi dalam kajian Islam.
Sementara itu, kajian-kajian tentang etika bisnis Islam yang masih terbatas
sebagaimana disebutkan di atas, lebih banyak memfokuskan diri pada upaya penyajian
teori-teori etika (bisnis) secara umum dan bersifat normatif. Kajian-kajian tersebut pada
umumnya masih tertinggal ”selangkah” dari studi etika bisnis konvensionalkontemporer.
Bahkan seringkali kajian etika bisnis Islam merupakan tinjauan atau respon atas wacana
dan isu-isu etika bisnis konvensional. Sebagai contoh, studi tentang keterkaitan antara
etika ekonomi, bisnis dan kerja dengan tanggung jawab terhadap lingkungan belum
mendapat perhatian khusus, padahal urgensi tanggung jawab lingkungan telah disinggung
dalam berbagai ayat al-Qur’an. Dalam kajian kitab-kitab fiqih mu’amalah, baik klasik
maupun kontemporer, para fuqaha belum mengangkat isu al­bi’ah(lingkungan) secara
serius. Bahkan, persoalan yang sangat urgen bagi keberlangsungan hidup seluruh
makhluk di bumi ini tidak dikategorikan sebagai salah satu dari lima sasaran atau tujuan
ditetapkannya syariah (maqashid al­syariah). Ini bukan berarti bahwa Islam tidak
memiliki sense tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, namun lebih karena
persoalan “prioritas” kajian. Fiqih lingkungan baru men jadi konsen para ekonom Muslim
setelah ekonom Barat merumus kan nya ke dalam dunia bisnis dengan kajian-kajian
tentang corporate social re­sponsibility, social responsible investment, socially
responsible fundsdan sebagainya.
C. DASAR-DASAR ETIKA EKONOMI ISLAM
Fenomena menarik di kalangan umat Islam saat ini adalah terdapat realitas bahwa
masyarakat
muslim
relatif tertinggal
secara
ekonomi
dari
pada masyarakat
nonmuslim sehingga melahirkan stigma berpikir yang kolektif dan cita-cita untuk
membangun tatanan ekonomi yang berdasarkan etika ekonomi Islam. Perumusan
etika ekonomi Islam dalam setiap kegiatan bisnis diperlukan untuk memandu segala
tingkah laku ekonomi di kalangan masyarakat muslim. Etika bisnis Islami tersebut
7
selanjunya
dijadikan
sebagai
kerangka praktis
yang
secara
fungsional
akan
membentuk suatu kesadaran beragama dalam melakukan setiap kegiatan ekonomi
(religiousness economyc practical guidance).
Etika ekonomi Islam, sebagaimana dirumuskan oleh para ahli ekonomi Islam adalah
suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kemaslahatan dan kemafsadatan dalam
kegiatan ekonomi dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauhmana dapat
diketahui menurut akal pikiran (rasio) dan bimbingan wahyu (nash). Etika ekonomi
dipandang sama dengan akhlak karena keduanya sama-sama membahas tentang
kebaikan dan keburukan pada tingkah laku manusia.
Tujuan etika Islam menurut kerangka berpikir filsafat adalah memperoleh suatu
kesamaan ide bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah
laku baik dan buruk sejauhmana dapat dicapai dan diketahui menurut akal pikiran
manusia (Annabhani, 1996: 52). Namun demikian, untuk mencapai tujuan tersebut,
etika ekonomi Islam mengalami kesulitan karena pandangan masing-masing golongan di
dunia ini berbeda-beda perihal standar normatif baik dan buruk. Masing-masing
mempunyai ukuran dan kriteria yang berbeda-beda pula. Sebagai cabang dari
filsafat, ajaran etika bertitik tolak dari akal pikiran dan tidak dari ajaran agama.
Adapun dalam Islam, ilmu akhlak dapat dipahami sebagai pengetahuan yang
mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan berdasarkan ajaran Islam yang
bersumber kepada akal dan wahyu. Atas dasar itu, maka etika ekonomi yang dikehendaki
dalam Islam adalah perilaku sosial-ekonomi yang harus sesuai dengan ketentuan wahyu
serta fitrah dan akal pikiran manusia yang lurus.
Di antara nilai-nilai etika ekonomi Islam yang terangkum dalam ajaran filsafat
ekonomi Islam adalah terdapat dua prinsip pokok, yaitu sebagai berikut.
Pertama
adalah tauhid. Prinsip
tauhid ini mengajarkan manusia tentang
bagaimana mengakui keesaan Allaha sehingga terdapat suatu konsekuensi bahwa
keyakinan terhadap segala sesuatu hendaknya berawal dan berakhir hanya kepada
Allah Swt. Keyakinan yang demikian dapat mengantar seorang muslim untuk
menyatakan bahwa “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah
semata-mata demi
Allah,
Tuhan
seru sekalian
alam”.
Prinsip
ini
kemudian
menghasilkan kesatuan-kesatuan sinergis dan saling terkait dalam kerangka tauhid.
Tauhid diumpamakan seperti beredarnya planet-planet dalam tata
surya
yang
8
mengelilingi matahari.
Kesatuan-kesatuan
dalam
ajaran
tauhid
hendaknya
berimplikasi kepada kesatuan manusia dengan Tuhan dan kesatuan manusia dengan
manusia serta kesatuan manusia dengan alam sekitarnya.
Kedua, prinsip keseimbangan mengajarkan manusia tentang bagaimana meyakini
segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Hal ini dapat
dipahami dari Alquran yang telah menjelaskan bahwa “Engkau tidak menemukan
sedikit pun ketidakseimbangan dalam ciptaan Yang Maha Pengasih. Ulang-ulanglah
mengamati apakah engkau melihat sedikit ketimpangan” (QS 67: 3). Prinsip ini
menuntut manusia bukan saja hidup seimbang, serasi, dan selaras dengan dirinya
sendiri, tetapi juga menuntun manusia untuk mengimplementasikan ketiga aspek
tersebut dalam kehidupan.
Prinsip tauhid mengantarkan manusia dalam kegiatan ekonomi untuk meyakini bahwa
harta benda yang berada dalam genggamannya adalah milik Allah Swt. Keberhasilan
para pengusaha bukan hanya disebabkan oleh hasil usahanya sendiri, tetapi terdapat
partsisipasi orang lain. Tauhid yang akan menghasilkan keyakinan pada manusia
bagi
kesatuan dunia dan akhirat.
Tauhid dapat
pula mengantarkan seorang
pengusaha untuk tidak mengejar keuntungan materi semata-mata, tetapi juga
mendapat keberkahan dan keuntungan yang lebih kekal.
Oleh karena itu, seorang pengusaha dipandu untuk menghindari segala bentuk
eksploitasi terhadap sesama manusia. Dari sini dapat dimengerti mengapa Islam
melarang segala praktek riba dan pencurian, tetapi juga penipuan yang terselubung.
Bahkan, Islam melarang kegiatan bisnis hingga pada menawarkan barang pada di saat
konsumen menerima tawaran yang sama dari orang lain.
D. ETIKA BISNIS ISLAM: AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN
Mr. Amound Bork, seorang warga negara Inggris yang sangat dikenal berkata,
“Undang-undang Muhammad adalah undang-undang yang mengatur seluruh manusia;
dari mulai para rajanya hingga rakyatnya yang paling hina. Ia adalah undang-undang
yang sangat sempurna, yang mencakup seluruh hukum-hukum pidana dan perdata, serta
syariat-syariat yang menerangi, yang tidak pernah ada duanya di dunia.”
Missou Jouti juga berkata, “Setiap kali menelaah Alquran, kami senantiasa
merasa takut dan kawatir, akan tetapi kami segera dapat merasakan adanya
9
keindahan yang pada akhirnya membawa kami kepada pengakuan akan kebesarannya.
Diantara kitab -kitab suci, ia adalah contoh yang sangat tinggi dan mulia. Pengaruhnya
akan selalu hidup di jiwa-jiwa manusia pada setiap generasi dan setiap masa”. Demikian
pula Missou David Bord berkata, “Alquran adalah undang-undang sosial, undangundang kependudukan, undang-undang perniagaan, undang-undang peperangan, dan
undang undang pidana dan perdata. Namun diatas semua itu, ia merupakan undangundang langit yang agung.” Missou Wiliam Moyer juga berkata, “Seluruh hujjah-hujjah
Alquran adalah tabiat yang menunjukkan pertolongan Allah kepada manusia”.
E. ETIKA BISNIS RASULULLAH SAW
Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan
dapat
berjalan
harmonis
dan
menghasilkan kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis yang kita
lakukan terwarnai dengan nilai-nilai etika. Salah satu sumber rujukan etika dalam
bisnis adalah etika yang bersumber dari tokoh teladan agung manusia di dunia,
yaitu Rasulullah saw. Beliau telah memiliki banyak panduan etika untuk praktek
bisnis kita, yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah kejujuran. Kejujuran merupakan syarat fundamental dalam
kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas
bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda "Tidak dibenarkan seorang muslim
menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya," (H.R.
Al-Quzwani). "Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami," (H.R.
Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para
pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas.
Kedua, menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran tentang
signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya
sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan
Bapak Ekonomi Kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun
(menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis,
bukan mencari untung material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan
bagi orang lain dengan menjual barang.
Ketiga, tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam
perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman
Allah:"Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran
10
dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi" (QS 83:112).
Keempat, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.
Nabi Muhammad SAW bersabda,"Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan
maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain," (H.R.Muttafaq ‘alaih).
Kelima, tidak menimbun barang. Ihtikar ialah menimbun barang (menumpuk
dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat
menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras
perilaku bisnis semacam itu.
Keenam, tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi
kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah
eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara,
dan tanah serta kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu
tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang
lain. Hal ini dilarang dalam Islam.
Ketujuh, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang
yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan
sebagainya. Nabi
Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai,
babi dan patungpatung," (H.R. Jabir).
Kedelapan, bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, "Hai orang
orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman," (QS. Al
Baqarah:278). Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan
(QS. 2: 275). Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya mengumumkan perang terhadap
riba.
Kesembilan, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, "Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di
antara kamu," (QS. 4: 29).
Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad saw.
bersabda, "Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya." Hadis
11
ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran
upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
Berkenaan dengan hal itu, Islam sebagai ajaran yang universal memberikan pedoman
tentang kegiatan ekonomi berupa prinsip-prinsip dan asas-asas muamalah. Juhaya
S.Praja (2000) menyebutkan terdapat beberapa prinsip hukum ekonomi Islam antara
lain sebagai berikut.
1. Prinsip la yakun dawlatan bayn al-agniya, yakni prinsip hokum ekonomi yang
menghendaki pemerataan dalam pendistribusian harta kekayaan.
2. Prinsip ’antaradin, yakni pemindahan hak kepemilikan atas harta yang dilakukan
secara sukarela.
3. Prinsip tabadul al-manafi’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan
kepasa azas manfaat.
4. Prinsip takaful al-ijtima’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan
kepada kepentingan solidaritas sosial.
5. Prinsip haq al-lah wa hal al-adami, yakni hak pengelolaan harta kekayaan yang
didasarkan kepada kepentingan milik bersama, di mana individu maupun kelompok
dapat saling berbagi keuntungan serta diatur dalam suatu mekanisme ketatanegaraan
di bidang kebijakan ekonomi.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan para
pelaku bisnis, mulai dari pemilik usaha, manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan
keputusan serta mengoperasikan bisnis yang etis. Etika bisnis atau etika juga bisa dipahami
sebagai ilmu yang mengatur hubungan antar
pereorangan dengan kelompok/organisasi
dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) serta dengan maysarakat luas.
Merujuk kepada kategori yang dikemukakan oleh Majid Fakhry, teori-teori etika yang
berkembang di dunia Islam dapat dipetakan ke dalam empat kajian, yaitu: scriptural morality,
theological ethics, philosophical ethics, dan religious ethics.
Di antara nilai-nilai etika ekonomi Islam yang terangkum dalam ajaran filsafat
ekonomi Islam adalah terdapat dua prinsip pokok, yaitu sebagai berikut. Pertama adalah
tauhid. Prinsip tauhid ini mengajarkan manusia tentang bagaimana mengakui keesaan
Allaha sehingga terdapat suatu konsekuensi bahwa keyakinan terhadap segala sesuatu
hendaknya berawal dan berakhir hanya kepada Allah Swt. prinsip keseimbangan
mengajarkan manusia tentang bagaimana meyakini segala sesuatu yang diciptakan Allah
dalam keadaan seimbang dan serasi.
Berkenaan dengan hal itu, Islam sebagai ajaran yang universal memberikan pedoman
tentang kegiatan ekonomi berupa prinsip-prinsip dan asas-asas muamalah. Juhaya S.Praja
(2000) menyebutkan terdapat beberapa prinsip hukum ekonomi Islam antara lain
sebagai berikut. Prinsip la yakun dawlatan bayn al-agniya, Prinsip ’antaradin, Prinsip
tabadul al-manafi’, Prinsip takaful al-ijtima’ dan Prinsip haq al-lah wa hal al-adami,
13
DAFTAR PUSTAKA
Ardi, M. (2015). Etika Bisnis Dalam Ekonomi Islam. Jurnal Syariah , 32.
Baidowi, A. (2011). Etika Bisnis Perspektif Islam. Jurnal Hukum Islam , 241-2416.
Irkhami, N. (2014). Islamic Work Ethics Membangun Etos Kerja Islami. Salatiga: STAIN
Press.
Beekum, Rafik Issa. (2004). Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
14
Download