Menurunkan Kolesterol dengan Zat Aktif

advertisement
30
P OP RISET
RABU, 19 OKTOBER 2011
Menurunkan
Kolesterol
dengan Zat Aktif
Plant stanol ester (PSE) memiliki struktur menyerupai kolesterol
sehingga dapat menghambat penyerapan kolesterol di saluran
cerna dan menurunkan kadar kolesterol di dalam darah.
SOELISTIJONO
J
IKA mendengar kata
kolesterol, pikiran sebagian besar orang bisa
dipastikan pada problem
kesehatan. Meski secara
medis dibedakan ada kolesterol
yang berbahaya dan bersahabat
dengan tubuh manusia.
Namun bisa dibenarkan, jika
mendengar istilah hiperkolesterol, pikiran orang tertuju
pada kondisi tidak sehat.
Ironisnya, di Indonesia sebanyak 18% dari total penduduk atau sebanyak 36 juta
orang mengalami hiperkolesterol. Dari jumlah tersebut, 80%
pasien meninggal mendadak
akibat serangan jantung, dan
50%-nya tidak menampakkan
gejala apa pun sebelumnya.
Sebagai salah satu komponen
lemak, tubuh kita menghasilkan kolesterol secara alami.
Selain itu, kolesterol diperoleh
dari produk hewani yang kita
konsumsi.
Perjalanan kolesterol di dalam darah manusia dibawa
protein khusus, dalam dunia
medis disebut lipoprotein. Kadar kolesterol baik (HDL) idealnya di atas 60 mg/dl. Semakin
tinggi kadar kolesterol HDL,
makin rendah risiko serangan
jantung atau stroke.
Kadar kolesterol jahat (LDL)
idealnya lebih rendah daripada 130 mg/dl. Tingginya
kadar kolesterol disebabkan
faktor genetik dan pola hidup
tidak sehat seperti merokok,
stres, kurang olahraga, dan
mengonsumsi makanan tidak
sehat.
Jika kolesterol di tubuh dalam keadaan berlebih, bisa dipastikan akan menjadi pemicu
penyakit lain. Salah satunya
adalah penyakit jantung koroner.
Kolesterol yang jumlahnya
berlebih di dalam arteri jantung akan menumpuk dan
menjadi plak (aterosklerosis).
Seperti selang yang tersumbat,
aterosklerosis akan menyumbat
aliran darah. Lama kelamaan
arteri pecah. Jika plak yang
menyumbat aliran darah ada
di otak, akan menyebabkan
stroke.
Pola makan
Secara umum diketahui, salah satu faktor risiko serangan
jantung adalah kolesterol yang
tinggi. Faktor risiko lain ada-
disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan dapat menimbulkan
akibat yang sangat merugikan bagi perseorangan
dan membahayakan kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara (vide Penjelasan Umum UU
Narkotika). Oleh karena itu, pembentuk UndangUndang secara tegas mengatur mengenai sanksi
pidana terhadap penyalahgunaan narkotika.
Selain itu, narkotika termasuk zat yang dapat
menyebabkan seseorang menjadi mabuk atau
tidak sadar dan bahkan akan menyebabkan
kecanduan dan ketergantungan yang pada
gilirannya akan mengurangi produktivitas kerja,
merusak kesehatan, dan moral, sehingga hal
tersebut dianggap sebagai perbuatan tercela
oleh masyarakat Indonesia yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa;
Bahwa pembentuk Undang-Undang membuat
definisi “penyalah guna” yang diatur pada Pasal
1 angka 15 UU Narkotika yaitu “… orang yang
menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan
hukum”. Dengan demikian, secara tegas terbaca
dari pengertian “penyalah guna” bahwa seorang
penyalah guna narkotika adalah pelaku tindak
pidana karena menggunakan narkotika secara
tanpa hak atau melawan hukum;
Bahwa terhadap dalil Pemohon yang menyebutkan
pasal a quo dapat dimanfaatkan sebagai dalih
untuk melakukan rekayasa kepemilikan narkotika
merupakan ekses dari penerapan norma. Hal
ini tidak terkait dengan konstitusionalitas norma
yang diuji. Pembentuk Undang-Undang telah
merumuskan delik pada pasal a quo dengan
memuat frasa “tanpa hak atau melawan
hukum” yang harus dapat dibuktikan di muka
pengadilan atas kepemilikan, menyimpan atau
menguasai narkotika. Dengan demikian, jaksa
penuntut umum harus dapat membuktikan
bahwa terdakwa memiliki menyimpan atau
menguasai narkotika dengan tanpa hak atau
melawan hukum. Begitu pula sebaliknya, apabila
terdakwa merasa sebagai korban rekayasa atas
kepemilikan, penyimpanan, atau penguasaan
narkotika secara tanpa hak dan melawan hukum,
ia harus membuktikan secara meyakinkan
kepada hakim bahwa dirinya tidak bersalah.
Dengan demikian berdasarkan pertimbangan di
atas, menurut Mahkamah dalil Pemohon tidak
terbukti dan tidak beralasan hukum;
Bahwa Pasal 127 ayat (1) huruf a UU Narkotika
menyatakan, “Setiap Penyalah Guna Narkotika
Golongan I bagi dirinya sendiri dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun”.
Pasal 127 ayat (1) huruf a mengatur tentang
sanksi pidana maksimal yang bisa dijatuhkan
oleh majelis hakim dan hanya mengatur
-
lah obesitas, hipertensi, dan
diabetes.
Menurut dr Anwar dari RS
Jantung Harapan Kita, keberadaan kolesterol yang tinggi
tidak menunjukkan gejala.
Itulah yang sering diabaikan
sebagian besar orang.
Presisi kolesterol dalam kandungan darah harus lewat
pemeriksaan medis dan pada
setiap orang pemeriksaannya
berbeda waktu idealnya. “Bagi
mereka yang berisiko tinggi karena mempunyai penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke,
dan obesitas, hendaknya periksa setiap enam bulan sekali.
Di lain hal, orang yang rendah
risiko cukup setahun sekali.
Kadar kolesterol memang harus dicek berkala,” tandas dr
Anwar.
Pada dasarnya kolesterol
bukan hanya penyakit ‘orang
kota’. Hal itu dibuktikan dengan fakta bahwa di Kepulauan Natuna, hipertensi penduduknya tertinggi di Indonesia. Hipertensi ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya
serangan jantung. Apalagi jika
kadar kolesterol tinggi, semakin tinggi pula risiko serangan
jantung.
MI/ADAM DWI
KURANGI KOLESTEROL: Konsumsi buah dan sayuran sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko
kolesterol jahat.
Plant stanol ester
Meski dicap sangat jahat,
kolesterol bisa distabilkan dengan berbagai cara. Selain melalui obat, dari hasil penelitian,
zat penurun kolesterol layak
diperkenalkan.
Penemuan zat aktif bernama
plant stanol ester (PSE) yang
berasal dari tanaman hijau
dapat dikembangkan menjadi makanan. Tanaman stanol
terjadi secara alami di semua
tanaman dalam jumlah yang
sangat kecil. Mereka tidak ada
dalam tubuh manusia, tetapi
dapat diperoleh dari diet makanan sehat.
PSE berbeda dengan plant
sterol ester. Zat yang sama-sama
dapat menurunkan kadar kolesterol ini telah diteliti keung-
gulannya.
Setelah melalui dua studi
jangka panjang secara terpisah,
PSE bisa menurunkan kolesterol jahat sampai 12%. Adapun
plant sterol ester menurunkan
kolesterol jahat hanya 6%.
Maka produk yang terus
diteliti lebih dalam lagi untuk
diolah dan diambil khasiatnya
adalah PSE (Miettinen TA, National England Journal of Medical
1995;333;1308-12, dan Hendriks
HF, European Journal Clinic Nutrition 2003;57:681-92).
PSE kemudian diolah menjadi benecol, yang ditemukan di
Finlandia oleh Ingmar Wester
pada 1995. Penemuan itu menjadi salah satu dari 10 penemuan terbaik di dunia nutrisi
selama 30 tahun terakhir.
Salah satu peneliti internal
medicine dari Finlandia, Helena
Gylling, mengatakan bahwa
asupan harian produk benecol
mengandung tanaman stanol
setara dengan 500 kg buah
kiwi. “Kita tidak mungkin
memakan sebanyak itu untuk memperoleh khasiat PSE,
produk benecol menjadi alternatifnya,” kata Helena.
Dalam penelitiannya, Helena mengatakan PSE tidak
memiliki efek samping yang
merugikan tubuh. “Anakanak usia empat tahun boleh
mengonsumsinya, ia juga
aman bagi lambung dan jika
dimakan dengan obat penurun
kolesterol lain, boleh saja,”
ujarnya meyakinkan.
Tentang cara kerja PSE, lebih
tentang batas pidana maksimal, sehingga
hakim, karena jabatannya, dapat menjatuhkan
sanksi sesuai dengan fakta yang terbukti di
persidangan. Bahkan apabila menurut hakim,
terdakwa tidak terbukti bersalah secara sah dan
meyakinkan, hakim harus membebaskannya.
Bukan saja menjatuhkan sanksi secara
minimal. Kriteria penjatuhan sanksi pidana wajib
memperhatikan ketentuan tentang rehabilitasi
[vide Pasal 127 ayat (2) UU Narkotika]. Dengan
demikian, pembentuk Undang-Undang memberi
keleluasaan kepada hakim dalam menjatuhkan
sanksi pidana kepada penyalah guna narkotika
termasuk perintah untuk menjalani rehabilitasi
jika terbukti bahwa terdakwa adalah korban
penyalahgunaan narkotika. Dengan demikian,
tidak ada kontradiksi antara sanksi pidana
dengan ketentuan tentang rehabilitasi;
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indoensia
Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negera
Republik Indoensia Nomor 5226) serta Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indoensia Tahun 2009
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negera Republik
Indonesia Nomor 5076);
Ketentuan sanksi pidana dan rehabilitasi
adalah ketentuan yang bersifat komplementer
(saling melengkapi) dan bukan substitusional
(pengganti). Dalil Pemohon yang menyatakan
bahwa pasal a quo harus dimaknai dengan
“dihukum rehabilitasi” justru akan menciptakan
ketidakpastian hukum karena memaknai
penjatuhan pidana sama dengan menjalani
rehabilitasi. Dalam konteks UU Narkotika,
rehabilitasi bukanlah termasuk dalam jenis pidana.
Dengan demikian, berdasarkan pertimbangan di
atas, menurut Mahkamah dalil Pemohon tidak
terbukti dan tidak beralasan menurut hukum;
Dalam Pokok Perkara:
[3.14] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian
pertimbangan di atas, menurut Mahkamah, permohonan
Pemohon beralasan menurut hukum untuk sebagian;
4. KONKLUSI
Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum
sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah
berkesimpulan:
[4.1] Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili,
dan memutus permohonan a quo;
[4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
standing) untuk mengajukan permohonan
a quo;
[4.3] Permohonan provisi tidak beralasan menurut
hukum;
[4.4] Pokok permohonan Pemohon beralasan menurut
hukum untuk sebagian;
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
jauh Helena menjelaskan, pertama posisinya akan menggantikan kolesterol di dalam micelle,
lantas kolesterol yang tersisa
akan terbuang melalui feses.
Kolesterol dan PSE yang
terikat di dalam micelle, akan
diserap tubuh. PSE akan mengaktifkan protein khusus untuk
membuang sebagian kolesterol
yang terserap sehingga kolesterol yang terserap semakin
sedikit.
“Konsumsi rutin dapat
menurunkan kadar kolesterol
total hingga 8% dan kadar
kolesterol jahat hingga 11%
dalam waktu dua minggu,”
kata Helena. Konsumsi selama
dua bulan dapat menurunkan
kolesterol total sampai 10% dan
kolesterol jahat 15%.
Yang tidak kalah pentingnya
ialah mengubah pola makan
ke arah yang lebih sehat dan
diimbangi dengan olahraga.
Kebiasaan menyantap makanan cepat saji dan terlalu
banyak menggoreng makanan
turut menyumbang naiknya
kadar kolesterol jahat.
Konsumsi buah dan sayuran
sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kolesterol jahat.
“Dengan begitu, ada PSE yang
termakan juga oleh tubuh,”
ujarnya.
Sebanyak 60 studi klinis telah
membuktikan efek penurun kolesterol yang signifikan. Sejak
1995 hingga saat ini, telah ada
30 negara yang mengonsumsi
produk-produk benecol, di Indonesia baru diperkenalkan
pada September 2008.
Setiap negara memiliki cara
menikmati benecol yang disesuaikan dengan pola makannya. Di Indonesia, produk
benecol berupa smoothie campuran sari buah dan susu, di
Inggris berupa yoghurt, di
negara lain ada margarin, roti,
keju, dan oatmeal. (M-6)
soelistijono@
mediaindonesia.com
Fadlil Sumadi, Anwar Usman, dan Muhammad Alim,
masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi
oleh Cholidin Nasir sebagai Panitera Pengganti, serta
dihadiri oleh Pemohon/kuasanya, Pemerintah atau
yang mewakili, serta Dewan Perwakilan Rakyat atau
yang mewakili.
KETUA,
5. AMAR PUTUSAN
ttd.
Mengadili,
Moh. Mahfud MD.
Menyatakan:
Dalam Provisi:
Menolak permohonan provisi Pemohon;
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk
sebagian;
2. Pasal 45A dan Pasal 57 ayat (2a) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
3. Pasal 45A dan Pasal 57 ayat (2a) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226)
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
4. Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan
selebihnya;
5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam
Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana
mestinya;
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan
Hakim yang dihadiri oleh sembilan Hakim Konstitusi
yaitu, Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap
Anggota, Achmad Sodiki, M. Akil Mochtar, Harjono,
Hamdan Zoelva, Ahmad Fadlil Sumadi, Anwar Usman,
Maria Farida Indrati, dan Muhammad Alim, masingmasing sebagai Anggota pada hari Jumat tanggal
empat belas bulan Oktober tahun dua ribu sebelas,
dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah
Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal
delapan belas bulan Oktober tahun dua ribu sebelas,
oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu, Moh. Mahfud MD
selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki,
M. Akil Mochtar, Harjono, Hamdan Zoelva, Ahmad
ANGGOTA-ANGGOTA,
Achmad Sodiki,
M. Akil Mochtar,
Harjono,
Hamdan Zoelva,
Ahmad Fadlil Sumadi,
Anwar Usman,
Muhammad Alim,
PANITERA PENGGANTI,
ttd.
Cholidin Nasir
Untuk Salinan Putusan ini sah dan sesuai dengan
aslinya diumumkan kepada masyarakat berdasarkan
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi.
Jakarta, 18 Oktober 2011
Panitera,
Kasianur Sidauruk
Putusan selengkapnya dapat dilihat dalam situs www.mahkamahkonstitusi.
go.id atau dapat diperoleh secara cuma-cuma di Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jl. Medan Merdeka Barat No.
6 Jakarta Pusat, Telp. (021) 23529000.
Download