Uploaded by User76897

Bukti sejarah

advertisement
Masjid Raya Baiturrahman
Masjid yang berlokasi di kota Banda Aceh ini merupakan sejarah peninggalan kerajaan Islam di
Indonesia serta menjadi ikon Aceh. masjid Raya Baiturrahman didirikan Sultan Iskandar Muda
Mahkota Alam yang merupakan Sultan dari Kesultanan Aceh pada abad 1612 Masehi atau
tepatnya 1022 H.
Masjid Raya Baiturrahman
Struktur bangunan indah dan megah ini menyerupai Taj Mahal yang ada di India. Masjid ini
merupakan titik pusat kegiatan di Aceh Darussalam.
Pada 10 April 1873 atau Bulan Shafar 1290 Hijriah, Belanda menyerang Kesultanan Aceh dan
membakar Masjid Raya Baiturrahman ini. Akan tetapi Belanda mendirikan masjid ini kembali di
tahun 1877 dengan tujuan buat menarik simpati rakyat Aceh dan meredam kemarahan mereka.
Kesultanan Aceh di masa tersebut berada di bawah pimpinan Sultan Muhammad Daud Syah
Johan Berdaulat yang juga merupakan Sultan Aceh terakhir.
Masjid Agung Demak
Sejarah peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia tertua adalah Masjid Agung Demak yang
merupakan peninggalan Kerajaan Demak, kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa..
Masjid Agung Demak
Masjid ini didirikan Raden Patah yang merupakan raja pertama di Kesultanan Demak di tahun
ke-15 Masehi dan berlokasi di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak,
Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Menurut sejarah peninggalan Kerajaan Islam di
Indonesia, masjid ini merupakan tempat berkumpulnya Wali Songo dalam penyebaran ajaran
Islam di Pulau Jawa.
Masjid Sunan Ampel
Sejarah peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia lainnya adalah Masjid Sunan Ampel yang
terletak di Surabaya. Masjid ini dibangun salah satu Wali, yaitu Sunan Ampel di masa kekuasaan
Kerajaan Majapahit pimpinan Raja Brawijaya pada tahun 1421.
Masjid Sunan Ampel
Berlokasi di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Surabaya, Provinsi Jawa Timur, luas
masjid ini adalah 120 x 80 meter persegi. Sekeliling masjid ini terdapat bangunan dengan
arsitektur Arab dan Tiongkok. Salah satu spot yang menarik banyak wisatawan adalah sumur di
halaman yang dipercaya sebagai sumur bertuah yang biasa dipakai buat penguat sumpah atau
janji. Selain itu ada juga kompleks pemakaman Sunan Ampel di dekatnya.
Masjid Agung Surakarta
Masjid lainnya yang menjadi sejarah peninggalan kerajaan Islam di Indonesia adalah Masjid
Agung Surakarta yang terletak di sisi barat Alun-alun Utara Keraton Surakarta, Solo. Masjid ini
merupakan peninggalan Kerajaan Mataram yang dibangun Paku Buwono III di tahun 1763
dengan gaya bangunan Jawa Kuno dan Belanda serta didominasi kayu dan stempel prasasti
Jawa Kuno.
Masjid Agung Surakarta
Masjid ini dibangun kembali di masa kekuasaan Paku Buwono IV dengan tambahan kolamkolam air buat tempat wudhu serta jam matahari buat menentukan waktu sholat.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Salah satu destinasi yang paling diminati para wisatawan di Yogyakarta adalah Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat atau lebih dikenal dengan Keraton Yogyakarta.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Keraton Yogyakarta merupakan peninggalan Kerajaan Mataram yang dibangun di tahun 1755
oleh Sultan Hamengku Buwono I. Hingga kini kompleks keraton ini masih dipakai sebagai
tempat tinggal sultan beserta keluarga yang masih menjalankan tradisi kesultanan.
Ada dua versi terkait sejarah keraton ini, yaitu:

Versi pertama mengatakan lokasinya dulu merupakan bekas sebuah pesanggrahan
Garjitawati yang dipakai buat istirahat dari iring-iringan jenazah para raja dari Kesultanan
Mataram yang bakal dimakamkan di Kompleks Pemakaman Imogiri.

Versi kedua mengatakan lokasi ini dulunya adalah mata air bernama Umbul Pacetholan yang
berada di tengah hutan Beringan.
Keraton Surosowan
Sejarah peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia lainnya adalah keraton Surosowan yang
merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Keraton ini dibangun di masa kekuasaan Sultan
Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten di sekitar tahun 1522 – 1526. Kemudian Sultan
Banten selanjutnya merenovasi dengan bantuan arsitek Belanda, Hendrik Lucasz Cardeel yang
diberi gelar Pangeran Wiraguna.
Keraton Surosowan
Struktur keraton ini mirip benteng yang kokoh disertai dengan bastionnya atau sudut benteng
berbentuk intan di keempat sudutnya. Sekitar 3 hektar di area sekeliling keraton terdapat
dinding pembatas setinggi 2 meter.
Istana Maimun
Istana Maimun terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan
Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara dan merupakan peninggalan Kerajaan Deli.
Istana Maimun
Istana Maimun ini dibangun di tahun 1888 hingga 1891 oleh Sultan Mahmud Al Rasyid dengan
bantuan desain arsitek Italia. Dengan luas 2.772 meter persegi, istana ini memiliki 30 ruangan,
dua lantai serta terdiri dari 3 bagian bangunan, yaitu bangunan induk, bangunan sayap kanan
dan sayap kiri. Di sisi depan istana ini ada Masjid Raya Medan atau Masjid Al-Mashun.
Keraton Kasepuhan Cirebon
Sejarah peninggalan kerajaan Islam di Indonesia lainnya adalah Keraton Kasepuhan Cirebon
yang merupakan peninggalan Kerajaan Cirebon. Keraton yang dibangun di tahun 1529 oleh
Pangeran Cakrabuana ini bisa dibilang menjadi saksi kejayaan kerajaan Islam serta
perkembangan ajaran Islam di masa itu.
Keraton Kasepuhan Cirebon
Di depan bangunan keraton ini ada Alun-alun yang dulu bernama Alun-alun Sangkala Buana
yang merupakan tempat latihan para prajurit tiap hari Sabtu serta merupakan titik pusat
kompleks pemerintahan keraton.
Istana Sultan Ternate
Istana Sultan Ternate merupakan peninggalan Kerajaan Ternate yang merupakan Kerajaan
Islam tertua di Maluku. Dengan bangunan bergaya abad ke-19, istana ini dikelilingi banteng
serta berada satu kompleks dengan Masjid Jami Ternate.
Istana Sultan Ternate
Bangunan dua lantai ini sudah melewati dua kali pemugaran dari rentang waktu 1978 hingga
18982 oleh DR Daoed Joesoef. Hingga kini kompleks Istana Sultan Ternate ini dijadikan Museum
Kesultanan Ternate yang banyak diminati para wisatawan.
Pemakaman Imogiri
Pemakaman Imogiri atau Pasarean Imogiri atau Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks
pemakaman yang dianggap suci dan keramat oleh warga sekitar. Soalnya tempat tersebut
merupakan pemakaman para raja dan keluarga raja dari Kerajaan Mataram.
Pemakaman Imogiri
Berada di atas perbukitan yang merupakan bagian dari Pegunungan Seribu, pemakaman ini
dibangun Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan Sultan
Panembahan Senopati Raja Mataram pertama di tahun 1632.
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu sejarah peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia
yang berupa sajak Melayu mengisahkan kegagahan perjuangan Amir Hamzah dalam melakukan
dakwah dengan tujuan menyebarluaskan ajaran Islam, sejak Masyrik hingga Magrib. Sajak ini
biasa dibaca para prajurit saat mau berangkat berperang dengan tujuan semangat dan
keberanian para prajurit bisa muncul saat berperang.
Hikayat Amir Hamzah
Sajak ini pernah dibukukan oleh penulis atau penyelenggara naskah, Abdul Samad Ahmad
dengan judul buku Hikayat Amir Hamzah atau Siri Warisan Sastera Klasik. Selain itu sajak ini
juga diterjemahkan ke berbagai bahasa, entah itu bahasa di nusantara seperti Jawa, Sunda, Bali,
Sasak, Palembang, Aceh, maupun bahasa internasional seperti Hindi, Arab, dan juga Turki.
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Hang Tuah merupakan karya klasik sastra Melayu yang mengisahkan mengenai Hang
Tuah, laksamana terkenal. Kisah Hikayat Hang Tuah ini berada di masa kemakmuran Kesultanan
Malaka, mengenai Hang Tuah yang berasal dari kelas rendah, namun sangat dikasihi karena
keberaniannya. Dia pun mendapat kenaikan pangkat hingga menjadi duta yang mewakili
negaranya dalam urusan kenegaraan.
Hikayat Hang Tuah
Hang Tuah sangatlah setia pada Sri Sultan dan memiliki empat sahabat karib, yaitu Hang Jebat,
Hang Kesturi, Hang Lekiu, dan Hang Lekir.
Syair Abdoel Moeloek
Kisah syair ini mengenai seorang wanita yang menyamar menjadi pria bisa membebaskan
suaminya yang ditawan Sultan Hindustan. Sjair Abdoel Moeloek ditulis tahun 1847 oleh Raja ali
Haji atau putrinya, Saleha.
Syair Abdoel Moeloek
Tema syair ini sering ditemukan di sastra kontemporer Jawa dan Melayu, yaitu mengenai
penyamaran gender yang menata ulang hirarki pria dan wanita serta bangsawan dan pelayan.
Syair ini sering diangkat ke lakon panggung dan juga merupakan dasar cerita Sair Tjerita Siti
Akbari karya Lie Kim Hok.
Grebeg Besar Demak
Grebeg Besar Demak merupakan acara budaya tradisional Kesultanan Demak yang diadakan
tanggal 10 Dzulhijah atau saat Idul Adha. Pada masa itu para Wali Songo tiap tanggal 10
Dzulhijah atau saat Idul Adha, di lingkungan Masjid Agung Demak, umat Islam melakukan Sholat
Ied kemudian menyembelih hewan qurban barulah dilanjutkan dengan acara Grebeg Besar
Demak serta disisipi syiar keagamaan sebagai upaya penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa.
Grebeg Besar Demak
Download