PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glicine max L. Merr.) The Effect of NPK Fertilizer On Growth and Production of Soybean (Glicine max L. Merr.) Miolen*, Imam Suhadi*, Rudi*. Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Kutai Timur E-mail: [email protected] Abstract The research was conducted during 4 (four) months, from September to Desember 2016. The Located in Pendidikan Road, North Sangata, East Kutai Regency. The research aimed to determine the effect of compound fertilizer on growth and production soybean and to determine the best of compound fertilizer. The research methode used a Randomized Block Design non factorial consist of 4 treatments and 5 replication. The treatments were; P0 = without compound fertilizer (control), P1 = NPK pelangi 10 grams plant -1, P2 = NPK mutiara 10 grams plant-1, and P3 = NPK phonska 10 grams plant-1. The results showed the effect of NPK fertilizer is not significant on the growth and production of soybean at all treatments. The NPK mutiara is the best treatments. It has height of plant 29,20 cm, sum of branches 10,03 stalk, sum of poods 25,37/plant , seed weight 56,13 grams/plant and production 2,25 tons/hektar Keywords : NPK, soybean, growth, production. ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai September-Desember 2016. Lokasi bertempat di laboratorium Departemen Agroteknologi di Jalan Pendidikan, Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai dan mengetahui pupuk majemuk yang baik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) nonfaktorial dengan 4 perlakuan, masing-masing diulang 5 kali. Adapun perlakuan tersebut yaitu : P0 : Tanpa pupuk majemuk, P1 : NPK pelangi 10 gram tanaman-1, P2 : NPK mutiara 10 gram tanaman -1, P3 : NPK phonska 10 gram tanaman -1. Hasil penelitian, menunjukkan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada seluruh perlakuan. Pupuk NPK mutiara merupakan perlakuan yang terbaik yang memberikan tinggi tanaman 29,20 cm, jumlah cabang 10,03 tangkai, jumlah polong/tanaman 25,37 polong, berat biji kering kedelai/tanaman 56,13 gram, dan produksi biji kering kedelai/hektar 2,25 ton/hektar. Kata kunci : pupuk NPK, kedelai, pertumbuhan, produksi * Program Studi Agroteknologi STIPER Kutai Timur 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masih rendahnya hasil panen kedelai di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya pemberian pupuk yang belum tepat, penentuan populasi tanaman yang belum tepat, penggunaan varietas yang belum tepat, serta pengendalian hama dan penyakit yang belum baik. Selain itu, keadaan tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi polong (hasil panen). Adapun keadaan tanah yang perlu mendapat perhatian meliputi; sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, sifat biologis tanah, ketinggian tempat, dan kemiringan tanah (topografi tanah) (Cahyono, 2007). Jenis tanah di Kabupaten Kutai Timur didominasi oleh jenis tanah kambisol dan podsolik yaitu podsolik ortosik, podsolik kromik dan kambisol distrik. Tanah podsolik umumya kurang subur, hal ini karena kurang mengandung bahan organik yang merupakan sumber Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Guna mengatasi hal tersebut, maka perlu diberi masukan unsur hara lengkap untuk mengatasi kekurangan unsur hara pada tanah yang miskin unsur haranya. Pemupukan dengan pupuk Nitrogen saja tidak cukup karena tanaman juga membutuhkan unsur P dan K dalam menunjang pertumbuhan dan proses generatifnya. Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan tanaman akan unsur hara, sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan produksii (Tuherkih dan Sipahutar, 2009). Rosmarkam dan Yuwono (2002), mengemukakan bahwa pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P, dan K. Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan dibandingkan dengan pupuk tunggal (Hardjowigeno, 2003). Menurut Aguslina (2004), pupuk NPK Mutiara disebut juga sebagai pupuk majemuk karena mengandung unsur hara utama lebih dari 2 jenis, dengan kandungan unsur hara N (15%) dalam bentuk NH3 , P (15%) dalam bentuk P 2O5 dan K (15%) dalam bentuk (K2O). Pupuk NPK phonska mengandung nitrogen (N) 15%, fosfor (P 2O5) 15%, kalium (K2O) 15%, sulfur (S) 10%, kadar air maksimum 2%. Berbentuk butiran berwarna merah muda (Petrokimia. PT, 2012). Pupuk NPK pelangi merupakan pupuk NPK yang mengandung unsur hara makro N, P, K, dan Mg. NPK pelangi memiliki kandungan N 20%, P2O5 6% dan K2O 6% (Pupuk Kaltim. PT, 2005). 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 2. Mengetahui jenis pupuk majemuk yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Diketahui pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 2. Diketahui jenis pupuk majemuk yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 2. BAHAN DAN METODE 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, mulai bulan September-Desember 2016. Tempat penelitian berlokasi di Jalan Pendidikan, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. 2.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi pupuk majemuk NPK (Mutiara, Pelangi, dan Phonska), topsoil, dan benih kedelai. Sedangkan alat yang digunakan yaitu parang, cangkul, tali rafia, ember, sprayer, meteran, penggaris, timbangan, kamera, dan alat tulis menulis. 2.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) nonfaktorial dengan 4 perlakuan pemberian pupuk majemuk, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Adapun perlakuan pupuk majemuk adalah sebagai berikut: P0 : Tanpa pemberian pupuk majemuk. P1 : Pemberian pupuk majemuk pelangi 10 gram tanaman -1. P2 : Pemberian pupuk majemuk mutiara 10 gram tanaman-1. P3 : Pemberian pupuk majemuk phonska 10 gram tanaman -1. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini, meliputi persiapan lahan, penanaman benih kedelai, penyiraman, penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen. Pengambilan data penelitian dilakukan melalui pengukuran pada tanaman sampel di setiap petak, yang meliputi: tinggi tanaman, jumlah cabang/tanaman, polong/tanaman, berat biji kering/tanaman, dan potensi hasil produksi/ha. jumlah 2.4 Analisis Data Data hasil pengukuran, dianalisis dengan menggunakan metode Analisis Ragam (ANSIRA). Bila hasil sidik ragam berbeda nyata (F hitung > F tabel 5%) atau berbeda sangat nyata (F hitung > F tabel 1 %), maka untuk membandingkan dua rata-rata perlakuan digunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5% (Hanafiah, 2003). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Tinggi Tanaman (Cm) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam (HST), selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman kedelai umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam (HST) Pupuk Majemuk NPK Tanpa pupuk (P0) Umur 15 HST 6,84 Tinggi Tanaman Kedelai (Cm) Umur 30 Umur 45 HST HST 11,12 28,73 Umur 60 HST 31,93 Pelangi 10 g tanaman-1 (P1) 7,03 9,60 29,00 31,47 Mutiara 10 g tanaman-1 (P2) 7,93 11,61 25,50 29,20 7,93 11,77 27,17 30,93 Phonska 10 g tanaman-1 (P3) Hasil pengamatan (Tabel 1), menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK terhadap rata-rata tinggi tanaman kedelai, diperoleh hasil terbaik pada perlakuan tanpa pupuk majemuk NPK (P0) yaitu 31,93 cm. Diduga hal ini disebabkan karena unsur N kurang mencukupi pada dosis pemberian pupuk majemuk NPK, sehingga tanaman kedelai bergantung pada ketersediaan unsur hara pada linkungan pertumbuhannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan Gardner et al. (1991) dalam Fahmi et al (2014), bahwa pertumbuhan dan hasil suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuhnya. Salah satu faktor lingkungan yang penting adalah ketersediaan unsur hara. Ditambahkan Handayanto dan Hairiah (2007), bahwa pertumbuhan tanaman seringkali dihambat oleh ketersediaan nitrogen. Lebih lanjut Hardjowigeno (2003), mengemukakan bahwa agar tanaman dapat tumbuh dengan baik perlu adanya keseimbangan unsur hara dalam tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai. Diduga dosis pemberian pupuk majemuk NPK kurang mencukupi ketersediaan unsur hara nitrogen (N) serta pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas perakaran sebagai organ utama dalam penyerapan unsur hara kurang optimal. Sejalan yang dikemukakan Dwijoseputro (2000), bahwa apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup tersedia dan unsur tersebut dapat diserap dengan baik, tanaman akan tumbuh dengan optimal. 3.2. Jumlah Cabang Tanaman Kedelai (Tangkai) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam. Hasil pengamatan rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam (HST), selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pengamatan rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam (HST) Pupuk Majemuk NPK Tanpa pupuk (P0) Pelangi 10 g tanaman-1 (P1) Jumlah Cabang Tanaman Kedelai (Tangkai) Umur 15 Umur 30 Umur 45 Umur 60 HST HST HST HST 3,17 5,27 6,00 7,83 2,80 3,97 4,97 8,77 Mutiara 10 g tanaman-1 (P2) 3,23 5,13 6,00 10,03 Phonska 10 g tanaman-1 (P3) 3,23 5,33 6,27 7,83 Hasil pengamatan (Tabel 2), pengaruh pemberian pupuk majemuk NPK terhadap rata-rata jumlah cabang tanaman kedelai, menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh pada perlakuan pupuk majemuk NPK mutiara (P2) yaitu 3,23 – 10,03 tangkai. Hal ini diduga pupuk majemuk mutiara dapat menjaga keseimbangan ion-ion dalam tanah yang mendukung fungsi nitrogen (N) menjadi lebih optimal. Sebagaimana dikemukakan Rosmarkam dan Yuwono (2001), bahwa pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain. Pemberian pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman kedelai. Hal ini diduga dipengaruhi oleh tinggi batang tanaman kedelai, tanaman yang memiliki batang tinggi akan memiliki percabangan yang banyak disebabkan karena ruang pertumbuhan cabang menjadi luas. Sebagaimana dikemukakan Gardner et al (1991) dalam Yulia (2013), bahwa percabangan tanaman dipengaruhi oleh pertumbuhan batang. Pembentukan cabang termasuk pada pertumbuhan vegetatif bersama tinggi tanaman, pada pertumbuhan vegetatif umumnya hara yang diperlukan adalah nitrogen, selain itu membutuhkan Mg untuk pertumbuhan batang utama. 3.3 Jumlah Polong Kedelai/Tanaman (Buah) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah polong kedelai/tanaman. Hasil pengamatan rata-rata jumlah polong kedelai/tanaman, selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengamatan rata-rata jumlah polong kedelai/tanaman Pupuk Majemuk NPK Tanpa pupuk (P0) Rata-rata Jumlah Polong Kedelai/Tanaman (Buah) 21,33 Pelangi 10 g tanaman-1 (P1) 22,20 Mutiara 10 g tanaman-1 (P2) 25,37 Phonska 10 g tanaman-1 (P3) 22,77 Hasil pengamatan (Tabel 3), pengaruh pemberian pupuk majemuk NPK terhadap rata-rata jumlah polong kedelai/tanaman, menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh pada perlakuan pupuk majemuk NPK mutiara (P2) yaitu 25,37 buah. Hal ini diduga pupuk majemuk mutiara memiliki kandungan N, P, dan K yang sama sehingga terjadi keseimbangan unsur hara. Sebagaimana dikemukakan Hardjowigeno (2003), bahwa agar tanaman dapat tumbuh dengan baik perlu adanya keseimbangan unsur hara dalam tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selanjutnya Harsono dan Suryantini (1991) dalam Fahmi et al (2014), menyatakan bahwa unsur hara N, P dan K sangat menunjang proses pembentukan nodul akar. Pemberian pupuk majemuk memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong kedelai/tanaman. Hal ini diduga karena adanya perbedaan kandungan unsur fosfor (P) dan kalium (K) pada setiap pupuk majemuk. Fosfor memegang peran penting dalam proses pembentukan buah dan biji Sebagaimana dikemukakan Hardjowigeno (2007), bahwa fosfor berfungsi dalam pembentukan bunga, buah, dan pengisian biji. Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang membutuhkan lebih banyak unsur P dan K dalam fase generatif. 3.4. Berat Biji Kering Kedelai/Tanaman (Gram) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat biji kering kedelai/tanaman. Hasil pengamatan rata-rata berat biji kering kedelai/tanaman, selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil pengamatan rata-rata berat biji kering kedelai/tanaman Pupuk Majemuk NPK Tanpa pupuk (P0) Pelangi 10 g tanaman-1 Rata-rata Berat Biji Kering Kedelai/Tanaman (Gram) 48,77 (P1) 48,33 Mutiara 10 g tanaman-1 (P2) 56,13 Phonska 10 g tanaman-1 (P3) 52,20 Hasil pengamatan (Tabel 4), pengaruh perlakuan pupuk majemuk NPK terhadap rata-rata berat biji kering kedelai/tanaman diperoleh hasil yang terbaik pada perlakuan pupuk majemuk NPK mutiara yaitu 56,13 gram. Diduga karena pupuk majemuk mutiara yang mengandung unsur P dan K yang seimbang, yang berperan penting dalam penyusunan dan mobilisasi protein pada fase generatif. Sejalan dengan yang dikemukakan Lingga dan Marsono (2005), menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh hara yang tersedia, serta pertumbuhan dan hasil akan optimal jika unsur hara yang tersedia dalam keadaan cukup dan seimbang. Ditambahkan Aguslina (2004), bahwa unsur fosfor (P) berperan penting dalam transfer energi di dalam sel tanaman, serta meningkatkan serapan N pada awal pertumbuhan. Unsur kalium (K) juga sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman misalnya untuk memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman. Pengaruh kedelai/tanaman perlakuan pupuk menunjukkan majemuk bahwa NPK pemberian terhadap pupuk berat majemuk biji NPK kering tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga karena masing-masing pupuk majemuk memiliki kemampuan yang sama dalam menyediakan kecukupan unsur hara fosfor (P) yang berperan penting pada fase pengisian biji. Sebagaimana dikemukakan Sutedjo (2002), bahwa fungsi P sebagai salah satu unsur penyusun protein, dibutuhkan untuk pembentukan bunga, buah dan biji. Kekurangan unsur P akan menyebabkan pembungaan dan pembentukan biji terhambat. 3.5. Produksi Biji Kering Kedelai/Hektar (Ton) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil produksi biji kering kedelai/hektar. Hasil pengamatan rata-rata hasil produksi biji kering kedelai/hektar, selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil pengamatan rata-rata produksi kedelai/hektar Pupuk Majemuk NPK Tanpa pupuk (P0) Rata-rata Produksi Biji Kering Kedelai/Hektar (Ton) 1,95 Pelangi 10 g tanaman-1 (P1) 1,93 Mutiara 10 g tanaman-1 (P2) 2,25 Phonska 10 g tanaman-1 (P3) 2,09 Hasil pengamatan (Tabel 5), pengaruh perlakuan pupuk majemuk NPK terhadap rata-rata produksi biji kering kedelai/hektar diperoleh hasil yang terbaik pada perlakuan pupuk majemuk NPK mutiara yaitu 2,25 ton. Hal ini diduga, karena pupuk majemuk mutiara memiliki kandungan N, P, dan K yang seimbang dan mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman kedelai. Sejalan dengan Lingga dan Marsono (2005), menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh hara yang tersedia, serta pertumbuhan dan hasil akan optimal jika unsur hara yang tersedia dalam keadaan cukup dan seimbang. Pengaruh perlakuan pupuk majemuk NPK terhadap produksi biji kering kedelai/hektar menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga ketersediaan unsur hara di lokasi penelitian mencukupi. Hal ini dikarenakan lahan yang dipergunakan belum pernah dipergunakan untuk budidaya. Lahan pembukaan baru tersebut masih menyimpan bahan organik dan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebagaimana dikemukakan Hardjowigeno (2003), bahwa agar tanaman dapat tumbuh dengan baik perlu adanya keseimbangan unsur hara dalam tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. 4. KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan 1. Pemberian pupuk majemuk menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, berat biji kering/tanaman, dan produksi biji kering kedelai/hektar pada lahan pembukaan baru. Tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong kedelai per tanaman. 2. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk NPK mutiara yang menghasilkan tinggi tanaman 29,20 cm, jumlah cabang 10,03 tangkai, jumlah polong/tanaman 25,37 buah, berat biji kering/tanaman 56,13 gram per petak dan produksi biji kering kedelai 2,25 ton per hektar. 4.2. Saran 1. Pupuk NPK sebaiknya diberikan pada lahan dengan memperhatikan kondisi dan ketersediaan unsur hara pada lahan, terutama pada lahan yang sudah pernah diolah untuk tanaman budidaya. Pemberian pupuk dapat diberikan sebanyak 10 gram per tanaman. DAFTAR PUSTAKA Aguslina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Cahyono, B. 2007. Kedelai : Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. CV Aneka Ilmu. Semarang. Dwijoseputro, D. 2000. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. Fahmi, N., Syamsuddin, dan Marliah, A. 2014. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L) Merrill). Jurusan Agroteknologi. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Jurnal Floratek 9: 53-62. Hanafiah, K. A. 2003. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Palembang. Handayanto, E & Hairiah, K. 2007. Biologi Tanah, Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura. Malang. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Lingga, P., dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Petrokimia, PT. 2012. Pupuk NPK Phonska. Petrokimia Gresik. www.petrokimiagresik.com/pupuk/. Diakses tanggal : 20 Oktober 2015. Pupuk Kaltim, PT. 2005. NPK Pelangi. http://www.pupukkaltim.com. Diakses tanggal : 20 Oktober 2015. Rosmarkam, A., dan Yuwono, N. W. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Tuherkih, E., dan Sipahutar, 1. A. 2009. Pengaruh Pupuk Majemuk (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L) di Tanah Inceptisols. Jurnal. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Yulia, E. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiate L) Pada Beberapa Konsentrasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tamansiswa. Padang.