AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN MUAMMALAH DOSEN: AMELYADI, S. Ag. M.SI OLEH: RIYAN RESTU RINALDI REZZA KURNIAWAN MUKRAN SIREGAR PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER B KHUSUS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK TAHUN 2020 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan tentang “Muammalah”. Tulisan ini dibuat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan. Tim penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kehidupan kita sehari-hari serta dalam konsep bermuamalah. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Pontianak, Oktober 2020 Tim Penulis ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii BAB I................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2 C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................ 2 BAB II .............................................................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 3 A. HAKEKAT MUAMALAH ................................................................................... 3 B. PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHIDUPAN DUNIA .............................. 4 C. MAKNA SPIRITUAL TENTANG KEJAYAAN HIDUP HIDUP ...................... 8 D. RUANG LINGKUP MUAMALAH ................................................................... 10 E. PRINSIP-PRINSIP BERMUAMALAH ............................................................. 11 F. AHLAK BERMUAMALAH .............................................................................. 12 BAB III ........................................................................................................................... 14 PENUTUP ...................................................................................................................... 14 A. KESIMPULAN ................................................................................................... 14 B. SARAN................................................................................................................ 14 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15 iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muamalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan peradaban Islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari syariat Islam, yaitu yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat dan alam berkenaan dengan kebendaan dan kewajiban (Nawawi. 2012) Diantara permasalahan yang paling berkembang dalam kehidupan bermasyarakat hari ini adalah masalah muamalah, khususnya muamalah maliyah atau interaksi sesama manusia yang berkaitan dengan uang dan harta dengan segala bentuk macam transaksinya. Hal ini tidak dapat kita bendung, sebab perubahan itu terjadi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Dalam persoalan muamalah syariat Islam lebih banyak memberikan penjelasan terkait prinsip dan kaidah secara umum dibandingkan jenis dan bentuk muamalah secara perinci (Mardani. 2012). Memang telah kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat mengetahui secara kaffah akan peraturan-peraturan dalam bermuamalah, misalnya dalam kasus jual beli. Terdapat larangan atas memperjual belikan barang yang najis sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim Nabi bersabda: وم ا و ِو يي َ ُ وان يأ و ة يأ َ أ ّ ه وو س أا اْا و أ ْا ا أ ي ل ع أ َ ام ف ب ن و أ س وْو ّ ه و او و ح أ ام إ ب اَّّْلس ا ف َ ه َ واا و هن أ س إ ُْل و ف ة َ أ ب له ن أ ُ ن او ا م ْ أ ح بَْْ ه ح ْ أا اْا Sesungguhnya Allah mengharamkan jual-beli khamer (minuman keras), bangkai, babi dan berhala" Kemudian seseorang bertanya: "Bagaimana tentang lemak bangkai, karena banyak yang menggunakannya sebagai pelapis perahu dan, 1 2 meminyaki kulit dan untuk bahan bakar lampu?" Rasulullah SAW. menjawab:"Tidak boleh, semua itu adalah haram (Sayyid Sabiq. 2006). Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, masing-masing berhajat kepada yang lain, saling tolong-menolong, tukar menukar keperluan dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau suatu usaha yang lain, baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian akan terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi yang erat. Agar hak masing-masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat, maka agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan teratur, agama Islam memberikan peraturan yang sebaik-baiknya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yg dimaksud dengan hakekat muamalah? 2. Bagaimana pandangan islam tentang kehidupan dunia? 3. Apa makna spiritual tentang kejayaan hidup manusia? 4. Apa ruang lingkup muamalah? 5. Apa saja prinsip bermuamalah? 6. Bagaimana ahlak dalam bermuamalah? C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa STIK Muhammadiyah mampu memahami hakekat Muhammadiyah mampu Mengetahui hakekat bermuamalah secara islami. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa STIK muamalah, memahami pandangan islam tentang kehidupan dunia, memahami makna spiritual tentang kejayaan hidup manudia, mengetahui ruang lingkup muamalah dan memahami prinsip bermuamalah serta mampu menerapkan ahlak bermuamalah. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAKEKAT MUAMALAH Kata muamalat berasal dari bahasa arab muamalat (( ا ْ م عل م َةyang merupakan derifasi (bentukan) dari kata ‘amala-yuamilu-muamalatan, yang menurut bahasa (etimologi) memiliki arti saling bertindak, berbuat, pekerjaan, pergaulan sosial (social intercous), bisnis (business), dan transaksi (transaction) (Ibn Manzur. 1973). Secara terminologi (istilah) pengertian fiqh muamalah dibagi dalam dua macam yaitu pengertian fiqh muamalah dalam arti luas dan pengertian fiqh muamalah secara sempit. Fiqh Muamalah dalam arti luas adalah aturan-aturan hukum Islam yang mengatur hubungan antar manusia baik yang bersifat individual maupun kolektif, yang terdiri dari hukum keluarga (al-akhwal alsyakhsiyyah), hukum kebendaan (al-ahkam al-madaniyah), hukum pidana (alahkam al-jinaiyah), hukum acara (ahkam murafa’at), perundang-undangan (al-ahkam al-dusturiyah), hukum internasional (al-ahkam aldualiyah), hukum ekonomi dan keuangan (al-ahkam al-iqtishadiyah wa al-maliyah) (Zuhaili. 2002) Sedangkan muamalah dalam arti sempit hanya dibatasi pada hubungan hukum yang terkait dengan persoalan harta benda (maaliyah). Mustofa Ahmad alZarqa merumuskan Fiqh Mumalat sebagai berikut: “Hukum–hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan antar sesama manusia dalam urusan harta benda, hak dan kewajiban, serta penyelesaian sengketa di antara mereka”. Atas dasar pengertian fiqh muamalat di atas, dapat disimpulkan bahwa fiqh muamalat dalam arti luas mencakup segala aturan hukum Islam yang terkait dengan hubungan antar manusia (hablum minannas) sebagai pembeda fiqh ibadah yang 3 4 mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (hablum minallah). Sedangkan fiqh muamalat dalam arti sempit hanya membahas persoalan aturan hukum antar manusia yang terkait dengan harta benda (maal). Jadi, Mu’amalat adalah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan dunia,dengan memandang kepada aktivitas hidup seseorang seperti jual-beli, tukar-menukar, pinjam-meminjam dan sebagainya. Muamalat juga merupakan tatacara atau peraturan dalam perhubungan manusia sesama manusia untuk memenuhi keperluan masing-masing yang berlandaskan syariat Allah s.w.t yang melibatkan bidang ekonomi dan sosial Islam. B. PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHIDUPAN DUNIA Manusia dewasa ini telah berada di persimpangan jalan, antara agama dan kemajuan ilmu pengetahuan. Kebimbangan pun datang mengusik lamunan di malam hari, membangunkan dari mimpi-mimpi indahnya sepanjang malam. Manusia cenderung menilai realita kehidupan dunia yang tampak di depan mata tanpa menoleh fenomena kehidupan di masa lalu. Ada sebagian darinya yang tidak merujuk kepada perintah-perintah agama sebagai pedoman hidup di dunia. Padahal, sejarah peradaban manusia telah terukir dari beberapa peristiwa kebajikan dan kebathilan. Padahal, yang di cari manusia dalam kehidupan di dunia adalah kebahagiaan. Terangkatnya posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi merupakan suatu kemuliaan yang tinggi dari Allah swt. Alam dan seisinya juga dipersembahkan kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus membayar upeti kepada Allah. Anugerah yang tidak ternilai berupa akal seharusnya mampu menjadikan manusia sebagai sosok kekhalifahannya, mulia. Tetapi, mengapa manusia masih berambisi mencari kehidupan dunia sebagai sesuatu yang kekal? Dunia bukanlah semata-mata warisan untuk anak cucu manusia , tetapi sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Syeikh Muhammad ‘Ali as Shobuni dalam kitabnya Shofwatu al Tafasir menuliskan bahwa Allah swt menciptakan langit dan bumi hanya dalam enam hari. 5 Hal ini bukan menunjukkan bahwa Allah swt tidak mampu menciptakannya hanya dalam sekejap, namun Allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba Nya satu sifat yang tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan. Dan masih ada beberapa firman Allah yang menjelaskan tentang penciptaan dunia, namun penulis dalam hal ini lebih termotivasi dalam membahas kehidupan dunia. Sebuah realita tentang kehidupan dunia abad ini diterjemahkan sebagai kehidupan yang sementara, tempat untuk bersenang-senang, kehidupan modern, kehidupan yang abadi dan sebuah kehidupan yang fana. Di sisi lain kehidupan dunia dipandang sebagai jembatan menuju kehidupan setelah mati (akhirat), tempat mencari amal kebajikan, tempat menimba ilmu pengetahuan dan lain-lainya. Berangkat dari pemahaman di atas maka nyatalah kehidupan dunia yang fana ini hanyalah sebuah ujian bagaimana mengemban tugas-tugas kehidupan dan amanat kemanusiaan. Dengan demikian manusia akan merasa puas dan hidup tidak menjadi sia-sia tanpa melemahkan semangat berjuang dalam kehidupan. Akhirnya, dapatlah digambarkan bahwa persepsi kehidupan dunia memiliki tujuan yang beragam, yaitu; kesenangan, kemegahan, kesehatan, kepintaran, kesuksesan, ketenteraman jiwa, ketenangan hidup dan kebahagiaan. Tidak cukup sampai disitu, manusia akan terus mempertanyakannya setelah mampu meraih segala apa yang diinginkannya atau sebaliknya, manusia akan terus mencari-cari jawaban dari sebuah pertanyaan yang membosankan. Mengapa pertanyaan demi pertanyaan itu muncul seolah tidak merasa puas dengan kenyataan hidup, atau sebaliknya? Islam sebagai agama melalui kajian al qur’an dan hadits-hadits Rasulullah dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut dengan menanamkan kepercayaan terhadap Allah dan Rasulullah. Oleh karena itu jugalah penulis mencoba menghadirkan jawaban-jawaban yang bersumber dari nash-nash al Qur’an dan beberapa Hadits Nabi saw, sekaligus dapat memberikan keyakinan yang kuat dalam diri. Jikalau manusia menjadikan kehidupan dunia sebagai bentuk yang mempesonakan terhadap kemewahan harta, kebanggaan memiliki anak-anak dan lainnya, atau sangat mencintai perabot kehidupan duniawi, sehingga lalai dan lupa akan sebuah hakikat, maka islam menjawabnya, bahwa semua bentuk kesenangan 6 dunia tersebut bersifat temporer, sebuah sandiwara, permainan dan kesenangan sesaat. Maka, untuk apa terlalu mengejar kesenangan sesaat sementara kesenangan yang kekal dan hakikat adalah akhirat?. Gambaran kehidupan dunia dengan perumpamaan seperti di atas bukanlah bermaksud untuk meremehkan kehidupan dunia, namun sebagai satu peringatan agar manusia tidak terlena dan lalai, atau tidak menjadikan hidup mereka sia-sia dan merugi. Kemudian islam menawarkan kehidupan akhirat yang kekal sebagai tempat bersenang-senang yang abadi, dan hal ini tentunya menjadi kabar gembira bagi mereka yang percaya kepada Allah dan kehidupan di akhirat. Ada beberapa dalil al Qur’an dan Hadits Nabi saw di bawah ini yang bisa dijadikan pedoman bagi manusia dalam menyikapi kehidupan dunia, dan mungkin sebagai renungan bersama, diantaranya adalah: yang artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenar-benar kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Q.S. al ‘Ankabut: 64). yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (al Munafiqun: 9). Telah menjadi ketentuan Allah jikalau manusia hidup sebagai makhluk sosial, bertetangga, bergaul dengan sesama walaupun terdapat perbedaan bahasa, suku dan warna kulit. Lantas agama menjawabnya agar manusia menjaga tali silaturrahmi dan saling mengenal antar satu dengan lainnya, saling menghormati dan menghargai hakhak sesama. Islam mengakui kemajemukan manusia sebagai suatu komunitas plural, tetapi bukan untuk saling membedakan, namun untuk saling mengenal antar satu dengan lainnya. Islam melarang untuk berlaku sombong dan angkuh karen perbedaan posisi, keadaan, suku, ras, dan lainnya. Dan kesombongan itu tidak sepantasnya dilakukan manusia karena segala sesuatunya akan kembali kepada Allah Yang Maha Menciptakan. Kesuksesan manusia dalam meningkatkan mutu dan kualitas ilmu pengetahuannya memang perlu untuk dibanggakan, namun kebanggan itu bukan untuk 7 menjadikan dirinya sombong, angkuh dan tidak tunduk kepada Allah. Manusia lebih cenderung menyibukkan dirinya dengan kesuksesan duniawi, namun lalai akan mengerjakan amal shalih. Manusia mampu seharian duduk di kantornya, namun ketika suara azan memanggilnya untuk sholat dilalaikan. Apalah artinya segudang ilmu dan kekayaan, namun sholat saja masih dilalaikan. Apa gunanya semashur nama di mata masyarakat, namun masih menyimpan perasaan iri, dengki dan menceriterakan prihal orang lain dibelakang. Allah Maha Mendengar dari segala perkataan manusia. Islam tidak membedakan status sosial antara si miskin dan kaya, seharusnya si kaya yang menyantuni, mengasihi dan menyayangi si miskin dan bukan untuk membeda-bedakan derajat. Allah yang menurunkan rezeki, meluaskan dan menyempitkannya. Apakah pantas bagi manusia untuk berlaku bakhil dan kikir? Nyatalah, yang menjadi pembeda adalah mereka yang paling bertaqwa, bukan mereka yang lebih putih, kaya, cantik, dan berkedudukan. Kesuksesan manusia merupakan kesempatan baik yang diberikan Allah, tetapi Allah juga Maha Mampu merubah kesempatan baik itu sebagai ujian bagi manusia. Kehidupan dunia adalah sebuah ketentuan Allah (sunnatullah) yang tidak mungkin ada seorangpun yang mampu merubahnya. Seperti halnya perputaran langit dan bumi, tanam-tanaman yang tumbuh subur, gunung-gunung yang Allah tinggikan dan tangguhkan, lautan dan daratan yang terbentang luas. Kemudian dalam kehidupan dunia dijadikan tempat untuk bercocok tanam, berternak dan lainnya. Dunia merupakan tempat manusia berkembang biak dan meneruskan sejarah. Semua penciptaan ini merupakan sunnatulah yang harus disyukuri oleh manusia sebagai makhluk yang lemah di hadapan Allah swt. Inilah dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah swt Yang Maha Kuasa bagi orang-orang yang mau merenungi. Manusia tidak melihat kekuasaan Allah Yang Maha Mampu dalam mengatur peredaran benda-benda langit. Manusia ingkar dan meremehkan kekuasaan Allah. Padahal manusia sangat lemah dihadapan Allah. Manusia lupa dan amat jarang merenungi beberapa kekuasaan Allah. Padahal, kepada Allah dan Rasulullah sebaikbaik pengaduan dari segala urusan. Dunia memang salah satu dari tanda-tanda 8 kebesaran Allah swt yang nyata, agar manusia benar-benar beriman dan tunduk kepada Nya. Bagi orang-orang yang beriman, Allah menjadikan kehidupan dunia sebagai jembatan untuk kehidupan yang kekal (akhirat). Allah membimbing mereka meraih dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta mengajarkan mereka untuk mencari nafkah di dunia tanpa melalaikan waktunya untuk mengingat Allah. Dan juga memberikan kabar gembira sekaligus menuntun mereka dengan ajaran islam bahwa kehidupan dunia sebagai kehidupan untuk bertaubat dan mencari bekal di akhirat. Karena itu Allah menganjurkan manusia supaya teliliti dengan kehidupan dunia ini agar hidup tidak sia-sia. Membimbing manusia sebagai makhluk yang pandai bersyukur. Semua ini tidak lain hanyalah ujian bagi orang-orang yang beriman kepada Nya dan mengikuti ajaran islam. C. MAKNA SPIRITUAL TENTANG KEJAYAAN HIDUP HIDUP Masyarakat modern dewasa ini menghadapi problem yang sangat serius yaitu alienasi. Alienasi dalam pandangan Eric Fromm (1995) sejenis penyakit kejiwaan dimana seseorang tidak lagi merasa memiliki dirinya sendiri, sebagai pusat dunianya sendiri melainkan terenggut kedalam mekanisme yang sudah tidak lagi mampu dikendalikan. Masyarakat modern merasakan kebingungan, keterasingan dan kesepian karena apa yang dilakukan bukan atas kehendaknya sendiri melainkan adanya kekuatan luar yang tidak diketahuinya menurut perasaan dan akalnya. Itulah yang juga dikritik oleh Karl Marx, dia menilai akumulasi modal dan alat produksi pada sekelompok elite membuat dunia mengalami kesenjangan sosial yang hanya memunculkan kemiskinan massal di mana rakyat yang miskin semakin miskin dan yang kaya menjadi kaya. Orang miskin menjadi sangat bergantung pada pemilik modal yang menguasai pusat-pusat produksi dan ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih pekerjaan sebagai aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan terjadi secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk 9 menjaga keberlangsungan hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya. Kritik Karl Marx hampir sulit diingkari kebenarannya tentang problem alienasi pada masyarakat modern, hal ini juga diperkuat oleh pandangan Chistropher Lasch yang menyebutkan bahwa krisis kejiwaan yang menimpa masyarakat kapitalis terutama barat telah menyebabkan mereka kehilangan sense of meaning dalam hidupnya. Relevansi dari kuatnya arus globalisasi sebagai bukti dari perkembangan zaman menurut pendapat sebagian pakar merupakan proses menghilangnya sekatsekat pembatasan ruang dan waktu yang berdampak kepada semakin transparannya proses transformasi nilai-nilai dan terjadinya asimilasi budaya yang semakin cepat dan nyaris tanpa batas (the world without border) (Tilaar, 2000). Kondisi demikian pada akhirnya menjadikan individu dituntut untuk semakin kompetitif dan mampu bersaing dengan individu yang lainnya. Pada saat itu, individu yang lambat akan tertinggal dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup dengan segala kenikmatannya. Sebaliknya, kesuksesan hanya akan dimiliki oleh individu yang mampu bersaing dan memiliki kedewasaan dalam berpikir dan mengaktualisasikan diri dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat pada hakikatnya adalah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sistem lain. Keterbukaan sistem sebagai dampak globalisasi mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran, dan perubahan nilai dalam masyarakat, yang pada akhirnya akan mewarnai cara berpikir dan perilaku manusia. Nilai menjadi hal yang penting pada tiap fase perkembangan individu karena nilai menjadi dasar dalam menentukan pengambilan keputusan. Rusaknya nilai dalam mesyarakat tentunya berdampak negatif pula terhadap perkembangan masyarakat itu sendiri. Sebagai imbasnya setiap aspek kehidupan, baik yang secara langsung atau tak langsung memberikan pengaruh terhadap masyarakat ikut terganggu dan bahkan menjadi "hancur" (Tirtarahardja,1994). 10 Perkembangan masyarakat beserta kebudayaannya mengalami percepatan. Percepatan perubahan ini berdampak kepada hal-hal sebagai berikut: (1) kecenderungan globalisasi yang makin kuat; (2) perkembangan IPTEK yang makin pesat; (3) perkembangan arus informasi yang makin padat dan cepat, dan (4) tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai aspek kehidupan manusia. (Tirtarahardja, 1994). D. RUANG LINGKUP MUAMALAH Ruang lingkup mu’amalah terbagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup mu’amalah madiyah dan adabiyah. 1. Ruang lingkup pembahasan mu’amalah madiyah ialah masalah: a. Jual-beli (al-ba’i/al-tijarah) b. Gadai (al-rahn) c. Jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman) d. Pemindahan utang (al-hiwalah) e. Batasan bertindak (al-hajru) f. Perseroan atau pengkongsian (al-syirkah) g. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah) h. Sewa-menyewa (al-ijarah) i. Pemberian hak guna pakai (al-‘araiyah) j. Barang titipan (al-wadhi’ah) k. Barang temuan (al-luqathah) l. Garapan tanah (al-muzara’ah) m. Sewa-menyewa tanah (al-mukhabarah) n. Upah (ujrah al-‘amal) o. Gugatan (al-syuf’ah) p. Sayembara (al-ji’alah) q. Pembagian kekayaan bersama (al-qismah) r. Pemberian (al-hibah) 11 s. Pembebasan (al-ibra’) t. Damai (al-shulhu) u. Masalah kontemporer (al-mu’ashirah/al-muhaditsah), seperti masalah bunga bank, asuransi kredit, dan masalah-masalah baru lainnya. 2. Ruang lingkup mu’amalah yang bersifat adabiyah ialah masalah: a. Ijab kabul b. Saling merindai c. Hak dan kewajiban d. Kejujuran pedagang e. Penipuan f. Pemalsuan g. Penimbunan Segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat. E. PRINSIP-PRINSIP BERMUAMALAH 1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat. 2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur paksaan. agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatikan. 3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Bahwa sesuatu bentuk muamalat dilakukan ats dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat. 4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsurunsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan. 12 Bahwa segala bentuk muamalat yang mengundang unsur penindasan tidak dibenarkan. 5. Haramnya segala kezaliman dengan memakan harta secara bathil, seperti : riba, ghasab, korupsi, monopoli, penimbunan , dll F. AHLAK BERMUAMALAH Macam-macam akhlak bermu’amalah adalah Shiddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, Tablig. 1. Shiddiq artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinam perbuatan atas dasar nilai-nilai yang benar berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentagan yang disengaja antaea ucapan dengan perbuatan. Karena itu Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq dan menciptakan lingkungan yang shiddiq. Dalam dunia kerja dan usaha, kejujuran ditampilka dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan. Baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, pelaporan, mengakui kelemahan dan kerugian (tidak ditutup-tutupi) untuk kemudian diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhkan diri dari berbuat bohong dan menipu (baik pada diri, teman sejawat, perusahaan maupun mitra kerja) 2. Istiqamah mempunyai arti konsisten dalam ima dan nilai-nilai yang baik, meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus. Misalnya interaksi yang kuat dengan Allah dalam bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dan lain-lain. Proses itu menumbuh-kembangkan suatu sistem yang memungkinkan, kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan teraplikasikan dengan baik. Sebaliknya, keburukan dan ketidak jujuran akan terduksi dan ternafikan secara nyata. Orang dan lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan dan sekaligus mendapatkan solusi dan jalan keluar dari segala persoalan yang ada. 13 3. Fathanah mempunyai arti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini aka menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki manakala seorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, dan informasi, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun perusahaan secara umum. Sifat fathanah (perpaduan antara ‘alimdan hafidz) telah mengantarkan Nabi Yusuf a.s. dan timnya berhasil membangun kembali negeri Mesir. Dan sifat itu pula yang mengantarkan Nabi Muhammad sallallaahu ‘alaihi wasallam pada kebrhasilan berdagang. 4. Amanah, mempunyai arti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal. Sifat amanah harus dimiliki setiap mukmin, apalagi yang mempunyai pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat.dalam sebuah hadists dikemukakan bahwa Rasulullulah saw. bersabada bahwa amanah itu akan menarik rezeki, sebaiknya khianat itu akan mengakibatkan kefakiran. 5. Tabligh berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksaakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan kita sehari-hari. tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam pembahasan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang meberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Hal yang termasuk muamalah yaitu: 1. Jual beli yaitu penukaran harta atas dasar saling rela. Hukum jual beli adalah mubah, artinya hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka. 2. Menghindari riba. 3. Dalam pelaksanaan jual beli juga ada rukun jual beli yaitu: a. Penjual dan pembeli b. Uang dan benda yang dibeli c. Lafaz ijab dan kabul B. SARAN Kita sebagai umat muslim agar memperhatikan hukum muamalah dan tata cara jual beli yang sah menurut agama islam. Dan kita juga harus memperhatikan riba yang terkandung didalam hal jual beli tersebut, karena terdapat hadist yang mengharamkan riba dalam islam. 14 DAFTAR PUSTAKA Muhamad Faruq Nabhan, Al-Madkhal li al-Tasyri’ al-Islami, (Beirut: Dar al-Shadir, t.th.), Jilid VIII Manna’ al-Qathan. Al-Tasyri’ wa al-Fiqh fi al-Islam, (T.tp: Muassasah al-Risalah, t.th), M.Hasbi Ash-Shidiqi. Falsafat Hukum Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1993). Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Lisan al-‘Arab, t.th.), jilid 2, h. 887. Ma’an Z Madina, Arabic-English Dictiniory of Modern Literary Language, (New York: Pocket Book, 1973). Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2002), cet. 4. Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 9. 2Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) 15