Uploaded by User32843

makalah I

advertisement
MAKALAH
ETIKA BERMUAAMALAH TERHADAP PERSPEKTIF ISLAM
NAMA : M. BAGUS ARIA KUSUMA
NPM : 2019110010
JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai
“Etika Bermuammalah Terhadap Perspektif Islam”. Dalam hal
ini, Saya ingin membahas mengenai cara berinteraksi sesuai
dengan perspektif atau pandangan agama islam. Zaman
sekarang, Etika kurang diperhatikan orang-orang ketika
berinteraksi satu sama lain, dan saya membuat makalah ini
dengan tujuan untuk mengingatkan penting etika ketika
berinteraksi. Untuk membaca lebih lengkap, Anda dapat
membaca makalah ini.
Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam
penulisan, seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga
tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata
yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan.
Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah
membaca hasil karya ilmiah Saya.
Palembang, 24 Oktober 2019
Penulis
I
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar…………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
1.1 Latar Belakang………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..
2.1 Pengertian Muamalah……………………………………………
2.2 Prinsip Muamalah………………………………………………….
2.3 Larangan Dalam Muamalah…………………………………..
2.4 Bermuamalah Sesuai Teladan Rasulullah SAW………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………
II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
dan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain. Istilah
pergaulan berarti kegiatan manusia untuk membaur bersama
manusia lainnya dan berinteraksi satu sama lain. Dalam islam
pergaulan diatur sedemikian mungkin sehingga menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya konflik dan lain
sebagainya. Seoerti yang kita ketahui bahwa Allah menciptakan
manusia dengan berbagai macam perbedaan dan berasal dari
berbagai suku dan Allah menghendaki manusia untuk saling
mengenal satu sama lain sebagaimana firman Allah dalam Surat
Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat: 13).
1.2 Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian dari muamalah, serta bagaimana
prinsipnya ?
2.Apasaja larangan dalam bermuamalah ?
3.Bagaimana bermuamalah sesuai teladan Rasulullah SAW ?
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari muamalah, dan prinsip-prinsip
dari muamalah.
2. Mengetahui larangan dalam muamalah.
3. Mengetahui bermuamalah sesuai teladan Rasulullah SAW.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Muamalah
Muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi
sosial sesuai syariat,karena manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam hubungan dengan
manusia lainnya, manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang
terdiri dari hak dan kewajiban. Lebih jauh lagi interaksi antara
manusia tersebut akan membutuhkan kesepakatan demi
kemaslahatan bersama. Dalam arti luas muamalah merupakan
aturan Allah untuk manusia untuk bergaul dengan manusia
lainnya dalam berinteraksi. Sedangkan dalam arti khusus
muamalah adalah aturan dari Allah dengan manusia lain dalam
hal mengambangan harta benda.
Muamalah merupakan cabang ilmu syari'ah dalam cakupan
ilmu fiqih. Sedangkan muamalah mempunyai banyak cabang,
diantaranya muamalah politik, ekonomi, sosial. Secara umum
muamalah mencakup dua aspek, yakni aspek adabiyah dan
madaniyah. Aspek adabiyah yakni kegiatan muamalah yang
berhubungan dengan kegiatan adab dan akhlak, contohnya
menghargai sesama, kejujuran, saling meridhoi, kesopanan,
dan sebagainya. Sedangkan aspek madaniyah adalah aspek
yang berhubungan dengan kebendaan, seperti halal haram,
syubhat, kemudharatan, dan lainnya.
2.2 Prinsip Muamalah dalam islam
Peran muamalah dalam aktivitas sehari-hari sangat krusial,
sebab meliputi aspek pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
3
Sehingga praktek muamalah dilakukan sesuai dengan nilai
kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir dan
bertindak saat melakukan macam-macam transaksi muamalah.
Berikut ini adalah beberapa prinsip muamalah yang perlu
diperhatikan agar tujuan muamalah dapat tercapai.
1.Hukum muamalah mubah – pada dasarnya segala bentuk
muamalah hukumnya adalah boleh. Kecuuali aktivitas atau
perbuatan muamalah yang dilarang dalam Al-quran dan
Al-hadist. Hal ini memberikan kesempatan dan peluang untuk
terciptanya aneka muamalah baru sesuai perkembangan
zaman.
2.Atas dasar sukarela – pengertian muamalah dalam islam
bermakna saling berbuat, dengan ketentuan tidak ada paksaan
diantara pihak yang saling melakukan perbuatan muamalah
tersebut. Hal ini menjamin kebebasan para pihak dalam
memilih meneruskan atau menghentikan transaksi, salah satu
contohnya adalah praktek macam-macam khiyar dalam jual
beli.
3.Mendatangkan manfaat, menghindari mudharat – hal ini
mengarahkan para pihak yang bermuamalah unutk
menghindari perbuatan yang sia-sia dan mubazir. Serta
mewaspadai potensi risiko yang akan terjadi.
4.Memelihara nilai keadilan – muamalah yang dilakukan adalah
perbuatan yang menghindari unsur-unsur penganiayaan dan
penindasan. Dan juga mengambil kesempatan dalam kesulitan
orang lain
Ke-empat pokok prinsip muamalah tersebut sejalan dengan
karakteristik ekonomi syariah. Sekaligus menjadi landasan bagi
prinsip ekonomi islam, seperti yang dipraktekkan pada
lembaga-lembaga keuangan syariah.
4
2.3 Larangan Dalam Muamalah
Sesuai dengan prinsip muamalah dalam islam, maka pada
dasarnya setiap aktivitas sosial masyarakat, khususnya dalam
aktivitas ekonomi boleh dilakukan. Dengan ketentuan tidak ada
larangan agama atas akivitas tersebut. Oleh karena itu, dalil
muamalah merupakan larangan-larangan yang terdapat dalam
sumber hukum muamalah yang utama, yaitu Al-quran dan
Al-hadist.
Setidaknya ada 5 transaksi yang terlarang dilakukan dalam
muamalah. Kelima jenis transaksi tersebut adalah:
1.Maisyir – merupakan transaksi memperoleh keuntungan
secara untung-untungan atau dari kerugian pihak lain. Dalil
muamalah larangan masyir terdapat dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 219 dan surat Al-maidah ayat 90. Contoh
transaksi maysir dalam kehidupan sehari-hari adalah perjudian
atau perlombaan memancing yang hadiahnya berasal dari uang
pendaftaran peserta.
2.Gharar – adalah muamalah yang memiliki ketidakjelasan
obyek transaksinya. Seperti barang yang dijual tidak dapat
diserah-terimakan, tidak jelas jumlah, harga dan waktu
pembayarannya.
3.Haram–tidak diperbolehkan melakukan transaksi atas benda
atau hal-hal yang diharamkan. Sehingga tidak sah transaksi jual
beli jika obyek jual belinya adalah khamar atau narkoba.
4.Riba – pengertian riba dalam islam adalah tambahan dalam
aktivitas hutang piutang dan jual beli. Terdapat macam-macam
riba dalam kehidupan sehari-hari yang perlu ditinggalkan,
seperti riba jahiliyah dan riba nasiah dalam transaksi perbankan
konvensional.
5
5.Bathil – transaksi bathil dalam muamalah terlarang untuk
dilakukan. Karena telah ditegaskan dalam Al-Quran surat
An-nissa ayat 29-30.
Tampaknya tidak banyak ketentuan Larangan praktek
muamalah dalam islam. Namun, dalam kehidupan sehari-hari,
transaksi-transaksi terlarang sering ditemukan. Transaksi dalam
islam bisa dibagi berdasarkan sumber sebab pelarangannya,
yaitu :
1. dilarang karena mekanisme akadnya
2. dilarang karena pelaku akadnya
3. dilarang karena objek akadnya
Adapun beberapa transaksi yang dilarang didalam islam yaitu :
A . Dilarang Karena Mekanismenya
1. Judi (Maysir)
Definisi Maysir : Transaksi yang ada unsur spekulasinya
sampai-sampai merugikan salah satu pihak.
Contoh Maysir : Taruhan
taruhan-taruhan lainnya.
bola,
Taruhan
Forex,
dan
2. Tidak jelas (Gharar)
Definisi Gharar : Transaksi yang memiliki unsur ketidakjelasan
dan ketidakpastian bagi kedua belah pihak.
Contoh Gharar : Asuransi. Dalam asuransi ada ketidakpastian.
Misalkan asuransi mobil, jikalau pemegang polis mobilnya
kecelakaan sebelum selesai kontrak, maka dia untung. Tetapi
jika mobilnya tidak rusak sampai selesai kontrak maka
perusahaan asuransi yang untung.
3. Bunga (Riba)
6
Definisi Riba: Munculnya pertambahan harta atau margin tanpa
adanya manfaat (iwadh).
Contoh Riba: Bunga kredit / pinjaman. Menukar barang sejenis,
sekualitas tetapi kuantitasnya berbeda.
B. Dilarang Karena Pelaku Akadnya
4. Tidak Ridho (dipaksa)
Definisi : Pelaku dipaksa untuk melaukan akad / transaksi.
Contoh : Dipaksa ikut MLM misalkan sampai diancam :v (intinya
dipaksa / terpaksa).
5. Penipuan (Tadlis)
Definisi Tadlis :Adanya upaya untuk menipu pembeli hingga
menyebabkan pembeli rugi
Contoh Tadlis : Menjual Barang KW tapi ngakunya Ori.
6. Menimbun (Ihtikar)
Definisi Ihtikar: Adanya manipulasi penawaran untuk menaikan
harga karena kelangkaan.
Contoh Ihtikar: Menimbun BBM supaya langka, sehingga harga
naik.
7. Merekayasa Permintaan (Tanajusy / Nasjsy)
Definisi Tanajusy: Adanya rekasaya permintaan untuk menaikan
harga karena persepsi tingginya permintaan.
Contoh Tanajusy: Mengundang banyak teman untuk pura-pura
ingin membeli di tokonya supaya keliahatan ramai. Sehingga
pembeli tertipu dan dirugikan.
7
8. Menyembunyikan kecacatan (Ghisysy)
Definisi Ghisy: Adanya upaya menjelaskan keunggulan objek
dengan menutupi kecacatannya.
Contoh Ghisy: Menjual
mangga-mangga bagus.
mangga
busuk
di
antara
9. Membahayakan / merugikan (Dharar)
Definisi Dharar: Adanya Tindakan yang dapat membahayakan
dan/atau merugikan orang lain.
Contoh Dharar: (1) Membangun sebuah perusahaan/toko besar
kapitalis sampai merugikan bisnis-bisnis kecil. (2) Perusahaan
yang merusak alam; mengeluarkan limbah berbahaya.
10. Harga menipu (Ghabn / Ghabn Fahisy)
Definisi Ghabn: Adanya Ketidakseimbangan dalam obyek akad
yang dipertukarkan hingga merugikan.
Contoh Ghabn: Tukang bubur pinggir jalan yang ngejual
seharga makanan restoran karena pembeli ga tau (intinya
ditipu harga, sehingga pembeli rugi)
11. Suap / Sogok (Risywah)
Definisi Risywah: Pemberian sesuatu kepada suatu pihak untuk
mendapatkan sesuatu yang bukan haknya.
Contoh Risywah: Suap atau gratifikasi pemerintah supaya bisa
membakar hutan.
C. Dilarang Karena Objek Akadnya
12. Barang Haram
Definisi : Obyek yang ditransaksikan haram
8
Contoh : mengambil keuntungan dari menjual rokok or miras.
13. Jual barang yang tidak dimiliki (Bai’ al-ma’dum)
Definisi : Objek tidak ada pada saat akad dan/atau tidak dimiliki
penjual, sehingga menimbulkan kerugian.
Contoh : Dropship yang dropshiper sendiri tidak tahu
barangnya. Misalkan dia nge-dropship parfum, tetapi baik dia
maupun pembeli tidak tahu wanginya, bisa aja ternyata parfum
itu bau amis, misalkan. Kalau seperti itu dropship dilarang,
karena merugikan konsumen.
Tambahan (Update)
14. Jual Beli Utang dengan Utang
Jenis jual beli seperti ini termasuk transaksi batil karena
terkait riba. Misalnya, seseorang berkata kepada yang lain :
Saya akan menjual kepunyaan yang ada pada si fulan. Atau dua
pria menjual apa yang dimiliki keduanya dalam bentuk utang
kepada orang tertentu. Maka ia menjual piutangnya dengan
cara utang pula. Dua bentuk piutang diharamkan, karena
Rasulullah Saw bersabda
Ƶ ů Ƶ ů ů st
ⴘ
Rasulullah Saw melarang jual beli utang dengan utang.
Para fuqaha menyebutkan, bahwa umat menyepakati tidak
boleh menjual utang dengan utang, baik menjual kepada
debitur maupun kepada pihak lain.
Yang berutang adalah orang yang memiliki kewajiban utang,
bila ia telat membayar utangnya. Ibnu Atsir berkata dalam kitab
Nihayah, “Seseorang membeli sesuatu dan berutang ke masa
yang akan datang. Hingga jatuh tempo, dan ia tidak mampu
membayar utang, lalu berkata: saya beli lagi utang ini dengan
9
menambah waktu tempo pembayaran. Padahal tidak terjadi
serah terima (penyelesaian utang pertama) di antara mereka.”
Jual beli seperti ini disebut jadwal al-duyun, seperti ini
diharamkan dan batil.
15. Larangan al-Iktinaz
Menurut para ekonom, Iktinaz adalah menahan uang dari
perdagangan dan menonaktifkan fungsi utamanya dalam siklus
produksi. hal ini sangat merugikan kepentingan umum karena
dana tersebut dibutuhkan sebagai modal dana untuk
perdagangan, dan untuk pembangunan serta memperlancar
alat-alat produksi. Iktinaz berbeda dengan tabungan.
Al-Qur’an mengharamkan menahan dana tanpa dimanfaatkan
untuk kebaikan. Sebagaimana firman Allah : (Surat At-taubat
ayat 34-35).
34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih,
35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”
Namun selama ini, dalam istilah syariat, al-kanzu diartikan
sebagai harta yang tidak dikeluarkan zakatnya. Sebagaimana
sabda Nabi SAW: barangsiapa yang dianugerahkan kepadanya
harta tapi tidak dikeluarkan zakatnya maka kelak pada hari
10
kaimat harta tersebut akan berubah menjadi ular berbisa
memiliki dua tanduk yang untuk menggantung orang tersebut.
Kemudian ular itu berkata: saya adalah hartamu dan juga
simpannanmu, lalu dia memmbaca ayat : QS. Ali Imran: 180.
180. Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta
yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka,
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan
itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu
akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
16. al-Uqud al-Ikhtiyarat:
Akad al-Ikhtiyar adalah akad penggantian atas hak tertentu,
dimana penjual harus menjual barang yang telah ditentukan
atau pembeli membeli dengan harga tertentu dalam rentang
waktu tertentu, baik dilakukan secara langsung atau melalui
orang yang dipercaya oleh kedua pihak.
Hal ini sebenarnya bukan termasuk akad/kontrak yang biasa
dikenal, yaitu sebanyak 21 kontrak. Berbeda dengan persepsi
orang yang mengatakan bahwa akad ini termasuk dalam
kontrak jual beli atau tukar menukar. Padahal sebenarnya
adalah bukan termasuk dalam jual beli karena tidak memenuhi
unsur-unsur jual beli. Akad ini termasuk dalam transaksi khusus,
karena hanya merupakan akad perjanjian untuk saling bertukar
menukar hak. Akad ini tidak ada kaiatannya dengan obyek atau
barang-barang dagangan. Hanya sebatas berkeinginan untuk
saling berakad. Padahal inti dari akad jual beli terdapat pada
penetapan kepastian akad kontrak, baik dengan cara melihat
langsung atau dengan cara menyebutkan ciri-ciri barangnya.
11
2.3 Bermuamalah Sesuai Teladan Rasulullah SAW
Suatu hari, Siti Aisyah RA, istri Rasulullah SAW ditanya oleh
seseorang: “Wahai Aisyah! Bagaimanakah akhlak Rasulullah
SAW?” Aisyah RA menjawab: “Akhlak Rasulullah SAW adalah Al
Qur’an.”
Kisah ini mengandung makna bahwa Rasulullah SAW
meletakkan pribadinya kepada Al Qur’an. Perilaku Rasulullah
SAW sejak kecil sudah menampakkan sifat-sifat yang luar biasa
terpuji. Karena itu, pantaslah dalam Al Qur’an Allah SWT
memujinya sebagai ‘uswah hasanah’, teladan terbaik bagi
setiap manusia.
Berikut ini, ada beberapa teladan di antara sekian banyak
teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW bagi kita umatnya,
dalam hal muamalah dan mengisi kehidupan di masyarakat.
Sebagai kepala keluarga
Rasulullah SAW adalah tokoh yang berhasil membangun rumah
tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Sikap Rasulullah
SAW terhadap istrinya tercermin dalam ungkapan beliau,
bahwa sempurnanya iman seorang Mukmin adalah yang paling
baik akhlaknya. Dan sebaik-baik seorang Mukmin adalah yang
paling baik terhadap istrinya. Sebaliknya, Rasulullah SAW juga
mengajarkan kepada wanita bagaimana seharusnya berlaku
baik terhadap suami.
Waktu mendidik anak, Rasulullah SAW berpesan, “Didiklah
anak-anakmu untuk bisa melakukan shalat. Biasakan mereka
melakukan kebaikan. Sebab, kebaikan itu (karena) kebiasaan.”
(HR. Baihaqi).
Dalam kesehariannya, Rasulullah SAW pernah menambal
bajunya sendiri, memerah susu kambingnya dan mengerjakan
sendiri pekerjaan rumahnya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
12
Sebagai da’i dan ulama
Rasulullah SAW juga merupakan seorang ulama yang tekun
ibadah. Satu riwayat menyebutkan, bahwa kaki beliau pernah
mengalami bengkak di saat beliau banyak melakukan shalat
dan khalwat.
Rasulullah SAW juga selaku da’i yang cekatan, tidak mengenal
lelah dan sabar. Dalam sebuah penyiarannya di Kota Thoif
menjelang Isra Mi’raj, penyiaran beliau disambut dengan
lemparan batu dan potongan besi sehingga beliau luka parah
dan berdarah-darah. Namun, bukannya marah atau sakit hati,
beliau justru berdoa untuk kebaikan warga Thoif:
“Yaa Allah! Jangan Kau turunkan siksa kepada mereka yang
melempariku. Sebab mereka bukan orang jahat, tetapi mereka
adalah orang-orang yang belum tahu bahwa aku adalah
Rasul-Mu. Tunjukkan mereka kepada jalan-Mu yang benar dan
ampunilah mereka serta sayangi mereka.” Hal ini menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW melakukan penyiaran dengan sabar dan
pemaaf.
Penyiaran Rasulullah SAW pun tidak hanya dengan lisan,
melainkan juga melalui tulisan. Beliau mengirim surat kepada
raja-raja dan pejabat-pejabat negara yang penting. Misalnya,
Raja Najasyi bernama Asyimah di Habsyi, Raja Hiraqlius (Raja
Rum), yang kedua-duanya menyambut baik surat Rasulullah
SAW itu. Bahkan Najasyi memeluk Islam saat ia menerima surat
itu.
Sebagai pebisnis, pedagang dan petani
Salah satu ajaran Rasulullah SAW dalam berdagang adalah
melarang adanya pemalsuan, termasuk di dalamnya
mengurangi timbangan. Dalam berdagang dan berbisnis,
Rasulullah SAW sangat menekankan nilai kejujuran. Beliau
bersabda, “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan
13
dimasukkan ke dalam golongan para nabi, orang-orang jujur
dan para syuhada’.” (HR. Tirmidzi).
Secara tegas, Rasulullah SAW melarang saling hasad,
tipu-menipu, saling merebut membeli atau menjual (barang)
yang sedang atau hendak dibeli atau dijual oleh orang lain.
Rasulullah SAW pun melarang berjual beli dengan cara
melemparkan batu dan menipu (HR. Muslim). Rasulullah SAW
menyeru umatnya untuk tidak mencegat barang dagangan
sebelum sampai di pasar (HR. Bukhari dan Muslim). Selain itu,
dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW mengutuk riba, orang
yang membayarnya, orang yang menerimanya dan dua orang
saksinya. Rasulullah SAW mengatakannya sebagai orang yang
sama.
Sementara dalam bidang pertanian, Rasulullah SAW pernah
menyatakan dalam salah satu haditnya menanam bibit pohon
(kurma), meskipun diketahui esok akan terjadi kiamat.
Sebagai prajurit dan panglima
Rasulullah SAW adalah sosok pahlawan dalam peperangan dan
sebagai prajurit yang gagah perwira. Tidak kurang dari 37 kali
pertempuran pada masa kepemimpinan beliau. Tiga puluh lima
kali di antaranya langsung dipimpin oleh beliau sendiri.
Dalam berperang, beliau mengajarkan supaya memerangi
orang-orang yang menyerang terlebih dahulu, tetapi tidak
boleh berlebihan. Jika pihak penyerang menghentikan
permusuhannya, maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali
terhadap orang dhalim. Sebaliknya, jika pihak yang menyerang
itu bertindak melampau batas, maka hendaklah dibalas dengan
tindakan seimbang. (QS. Al Baqarah: 190-194).
Sebagai anggota masyarakat
14
Selaku anggota masyarakat, Rasulullah SAW banyak
mengajarkan bagaimana hidup bermasyarakat. Beliau pernah
bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak
memberi manfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Muslim).
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hendaklah
memuliakan tamunya.” (HR. Muslim).
Masih banyak teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW
kepada kita. Tentu kita tidak akan bisa menemukan
keseluruhannya di sini. Satu hal yang dapat kita lakukan mulai
saat ini, kita bisa mulai mengeterapkannya sesuai dengan
aktifitas dan profesi kita masing-masing, atas dasar lillah-billah,
lirrasul-birrasul dan lilghauts-bilghauts. Wallahu a’lam.
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik sebuah
kesimpulab bahwa muaamalah merupakan ilmu yang
mempelajari tentang segala perilaku manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan memperoleh tujuan falah
(kedamaian dan kesejahteraan akhirat). Perilaku manusia disini
berhubungan dengan landasan-landasan syariah sebagai
rujukan berperilaku dan kecenderungan dari fitrah manusia.
Kedua hal tersebut berinteraksi, berhubungan sesuai dengan
porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme
muaamalah yang sesuai dan khas dengan dasar-dasar nilai
Ilahiyah.
16
Download