MAKALAH ETIKA BERMUAAMALAH TERHADAP PERSPEKTIF ISLAM NAMA : M. BAGUS ARIA KUSUMA NPM : 2019110010 JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Kata Pengantar Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Etika Bermuammalah Terhadap Perspektif Islam”. Dalam hal ini, Saya ingin membahas mengenai cara berinteraksi sesuai dengan perspektif atau pandangan agama islam. Zaman sekarang, Etika kurang diperhatikan orang-orang ketika berinteraksi satu sama lain, dan saya membuat makalah ini dengan tujuan untuk mengingatkan penting etika ketika berinteraksi. Untuk membaca lebih lengkap, Anda dapat membaca makalah ini. Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan. Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil karya ilmiah Saya. Palembang, 24 Oktober 2019 Penulis I Daftar Isi Halaman Judul Kata Pengantar………………………………………………………………… Daftar Isi………………………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………. BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….. 2.1 Pengertian Muamalah…………………………………………… 2.2 Prinsip Muamalah…………………………………………………. 2.3 Larangan Dalam Muamalah………………………………….. 2.4 Bermuamalah Sesuai Teladan Rasulullah SAW……… BAB III PENUTUP……………………………………………………………… 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………… II BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain. Istilah pergaulan berarti kegiatan manusia untuk membaur bersama manusia lainnya dan berinteraksi satu sama lain. Dalam islam pergaulan diatur sedemikian mungkin sehingga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya konflik dan lain sebagainya. Seoerti yang kita ketahui bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan dan berasal dari berbagai suku dan Allah menghendaki manusia untuk saling mengenal satu sama lain sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat: 13). 1.2 Rumusan Masalah 1.Apakah pengertian dari muamalah, serta bagaimana prinsipnya ? 2.Apasaja larangan dalam bermuamalah ? 3.Bagaimana bermuamalah sesuai teladan Rasulullah SAW ? 1 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari muamalah, dan prinsip-prinsip dari muamalah. 2. Mengetahui larangan dalam muamalah. 3. Mengetahui bermuamalah sesuai teladan Rasulullah SAW. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Muamalah Muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat,karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup berdiri sendiri. Dalam hubungan dengan manusia lainnya, manusia dibatasi oleh syariat tersebut, yang terdiri dari hak dan kewajiban. Lebih jauh lagi interaksi antara manusia tersebut akan membutuhkan kesepakatan demi kemaslahatan bersama. Dalam arti luas muamalah merupakan aturan Allah untuk manusia untuk bergaul dengan manusia lainnya dalam berinteraksi. Sedangkan dalam arti khusus muamalah adalah aturan dari Allah dengan manusia lain dalam hal mengambangan harta benda. Muamalah merupakan cabang ilmu syari'ah dalam cakupan ilmu fiqih. Sedangkan muamalah mempunyai banyak cabang, diantaranya muamalah politik, ekonomi, sosial. Secara umum muamalah mencakup dua aspek, yakni aspek adabiyah dan madaniyah. Aspek adabiyah yakni kegiatan muamalah yang berhubungan dengan kegiatan adab dan akhlak, contohnya menghargai sesama, kejujuran, saling meridhoi, kesopanan, dan sebagainya. Sedangkan aspek madaniyah adalah aspek yang berhubungan dengan kebendaan, seperti halal haram, syubhat, kemudharatan, dan lainnya. 2.2 Prinsip Muamalah dalam islam Peran muamalah dalam aktivitas sehari-hari sangat krusial, sebab meliputi aspek pemenuhan kebutuhan hidup manusia. 3 Sehingga praktek muamalah dilakukan sesuai dengan nilai kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir dan bertindak saat melakukan macam-macam transaksi muamalah. Berikut ini adalah beberapa prinsip muamalah yang perlu diperhatikan agar tujuan muamalah dapat tercapai. 1.Hukum muamalah mubah – pada dasarnya segala bentuk muamalah hukumnya adalah boleh. Kecuuali aktivitas atau perbuatan muamalah yang dilarang dalam Al-quran dan Al-hadist. Hal ini memberikan kesempatan dan peluang untuk terciptanya aneka muamalah baru sesuai perkembangan zaman. 2.Atas dasar sukarela – pengertian muamalah dalam islam bermakna saling berbuat, dengan ketentuan tidak ada paksaan diantara pihak yang saling melakukan perbuatan muamalah tersebut. Hal ini menjamin kebebasan para pihak dalam memilih meneruskan atau menghentikan transaksi, salah satu contohnya adalah praktek macam-macam khiyar dalam jual beli. 3.Mendatangkan manfaat, menghindari mudharat – hal ini mengarahkan para pihak yang bermuamalah unutk menghindari perbuatan yang sia-sia dan mubazir. Serta mewaspadai potensi risiko yang akan terjadi. 4.Memelihara nilai keadilan – muamalah yang dilakukan adalah perbuatan yang menghindari unsur-unsur penganiayaan dan penindasan. Dan juga mengambil kesempatan dalam kesulitan orang lain Ke-empat pokok prinsip muamalah tersebut sejalan dengan karakteristik ekonomi syariah. Sekaligus menjadi landasan bagi prinsip ekonomi islam, seperti yang dipraktekkan pada lembaga-lembaga keuangan syariah. 4 2.3 Larangan Dalam Muamalah Sesuai dengan prinsip muamalah dalam islam, maka pada dasarnya setiap aktivitas sosial masyarakat, khususnya dalam aktivitas ekonomi boleh dilakukan. Dengan ketentuan tidak ada larangan agama atas akivitas tersebut. Oleh karena itu, dalil muamalah merupakan larangan-larangan yang terdapat dalam sumber hukum muamalah yang utama, yaitu Al-quran dan Al-hadist. Setidaknya ada 5 transaksi yang terlarang dilakukan dalam muamalah. Kelima jenis transaksi tersebut adalah: 1.Maisyir – merupakan transaksi memperoleh keuntungan secara untung-untungan atau dari kerugian pihak lain. Dalil muamalah larangan masyir terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 219 dan surat Al-maidah ayat 90. Contoh transaksi maysir dalam kehidupan sehari-hari adalah perjudian atau perlombaan memancing yang hadiahnya berasal dari uang pendaftaran peserta. 2.Gharar – adalah muamalah yang memiliki ketidakjelasan obyek transaksinya. Seperti barang yang dijual tidak dapat diserah-terimakan, tidak jelas jumlah, harga dan waktu pembayarannya. 3.Haram–tidak diperbolehkan melakukan transaksi atas benda atau hal-hal yang diharamkan. Sehingga tidak sah transaksi jual beli jika obyek jual belinya adalah khamar atau narkoba. 4.Riba – pengertian riba dalam islam adalah tambahan dalam aktivitas hutang piutang dan jual beli. Terdapat macam-macam riba dalam kehidupan sehari-hari yang perlu ditinggalkan, seperti riba jahiliyah dan riba nasiah dalam transaksi perbankan konvensional. 5 5.Bathil – transaksi bathil dalam muamalah terlarang untuk dilakukan. Karena telah ditegaskan dalam Al-Quran surat An-nissa ayat 29-30. Tampaknya tidak banyak ketentuan Larangan praktek muamalah dalam islam. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, transaksi-transaksi terlarang sering ditemukan. Transaksi dalam islam bisa dibagi berdasarkan sumber sebab pelarangannya, yaitu : 1. dilarang karena mekanisme akadnya 2. dilarang karena pelaku akadnya 3. dilarang karena objek akadnya Adapun beberapa transaksi yang dilarang didalam islam yaitu : A . Dilarang Karena Mekanismenya 1. Judi (Maysir) Definisi Maysir : Transaksi yang ada unsur spekulasinya sampai-sampai merugikan salah satu pihak. Contoh Maysir : Taruhan taruhan-taruhan lainnya. bola, Taruhan Forex, dan 2. Tidak jelas (Gharar) Definisi Gharar : Transaksi yang memiliki unsur ketidakjelasan dan ketidakpastian bagi kedua belah pihak. Contoh Gharar : Asuransi. Dalam asuransi ada ketidakpastian. Misalkan asuransi mobil, jikalau pemegang polis mobilnya kecelakaan sebelum selesai kontrak, maka dia untung. Tetapi jika mobilnya tidak rusak sampai selesai kontrak maka perusahaan asuransi yang untung. 3. Bunga (Riba) 6 Definisi Riba: Munculnya pertambahan harta atau margin tanpa adanya manfaat (iwadh). Contoh Riba: Bunga kredit / pinjaman. Menukar barang sejenis, sekualitas tetapi kuantitasnya berbeda. B. Dilarang Karena Pelaku Akadnya 4. Tidak Ridho (dipaksa) Definisi : Pelaku dipaksa untuk melaukan akad / transaksi. Contoh : Dipaksa ikut MLM misalkan sampai diancam :v (intinya dipaksa / terpaksa). 5. Penipuan (Tadlis) Definisi Tadlis :Adanya upaya untuk menipu pembeli hingga menyebabkan pembeli rugi Contoh Tadlis : Menjual Barang KW tapi ngakunya Ori. 6. Menimbun (Ihtikar) Definisi Ihtikar: Adanya manipulasi penawaran untuk menaikan harga karena kelangkaan. Contoh Ihtikar: Menimbun BBM supaya langka, sehingga harga naik. 7. Merekayasa Permintaan (Tanajusy / Nasjsy) Definisi Tanajusy: Adanya rekasaya permintaan untuk menaikan harga karena persepsi tingginya permintaan. Contoh Tanajusy: Mengundang banyak teman untuk pura-pura ingin membeli di tokonya supaya keliahatan ramai. Sehingga pembeli tertipu dan dirugikan. 7 8. Menyembunyikan kecacatan (Ghisysy) Definisi Ghisy: Adanya upaya menjelaskan keunggulan objek dengan menutupi kecacatannya. Contoh Ghisy: Menjual mangga-mangga bagus. mangga busuk di antara 9. Membahayakan / merugikan (Dharar) Definisi Dharar: Adanya Tindakan yang dapat membahayakan dan/atau merugikan orang lain. Contoh Dharar: (1) Membangun sebuah perusahaan/toko besar kapitalis sampai merugikan bisnis-bisnis kecil. (2) Perusahaan yang merusak alam; mengeluarkan limbah berbahaya. 10. Harga menipu (Ghabn / Ghabn Fahisy) Definisi Ghabn: Adanya Ketidakseimbangan dalam obyek akad yang dipertukarkan hingga merugikan. Contoh Ghabn: Tukang bubur pinggir jalan yang ngejual seharga makanan restoran karena pembeli ga tau (intinya ditipu harga, sehingga pembeli rugi) 11. Suap / Sogok (Risywah) Definisi Risywah: Pemberian sesuatu kepada suatu pihak untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Contoh Risywah: Suap atau gratifikasi pemerintah supaya bisa membakar hutan. C. Dilarang Karena Objek Akadnya 12. Barang Haram Definisi : Obyek yang ditransaksikan haram 8 Contoh : mengambil keuntungan dari menjual rokok or miras. 13. Jual barang yang tidak dimiliki (Bai’ al-ma’dum) Definisi : Objek tidak ada pada saat akad dan/atau tidak dimiliki penjual, sehingga menimbulkan kerugian. Contoh : Dropship yang dropshiper sendiri tidak tahu barangnya. Misalkan dia nge-dropship parfum, tetapi baik dia maupun pembeli tidak tahu wanginya, bisa aja ternyata parfum itu bau amis, misalkan. Kalau seperti itu dropship dilarang, karena merugikan konsumen. Tambahan (Update) 14. Jual Beli Utang dengan Utang Jenis jual beli seperti ini termasuk transaksi batil karena terkait riba. Misalnya, seseorang berkata kepada yang lain : Saya akan menjual kepunyaan yang ada pada si fulan. Atau dua pria menjual apa yang dimiliki keduanya dalam bentuk utang kepada orang tertentu. Maka ia menjual piutangnya dengan cara utang pula. Dua bentuk piutang diharamkan, karena Rasulullah Saw bersabda Ƶ ů Ƶ ů ů st ⴘ Rasulullah Saw melarang jual beli utang dengan utang. Para fuqaha menyebutkan, bahwa umat menyepakati tidak boleh menjual utang dengan utang, baik menjual kepada debitur maupun kepada pihak lain. Yang berutang adalah orang yang memiliki kewajiban utang, bila ia telat membayar utangnya. Ibnu Atsir berkata dalam kitab Nihayah, “Seseorang membeli sesuatu dan berutang ke masa yang akan datang. Hingga jatuh tempo, dan ia tidak mampu membayar utang, lalu berkata: saya beli lagi utang ini dengan 9 menambah waktu tempo pembayaran. Padahal tidak terjadi serah terima (penyelesaian utang pertama) di antara mereka.” Jual beli seperti ini disebut jadwal al-duyun, seperti ini diharamkan dan batil. 15. Larangan al-Iktinaz Menurut para ekonom, Iktinaz adalah menahan uang dari perdagangan dan menonaktifkan fungsi utamanya dalam siklus produksi. hal ini sangat merugikan kepentingan umum karena dana tersebut dibutuhkan sebagai modal dana untuk perdagangan, dan untuk pembangunan serta memperlancar alat-alat produksi. Iktinaz berbeda dengan tabungan. Al-Qur’an mengharamkan menahan dana tanpa dimanfaatkan untuk kebaikan. Sebagaimana firman Allah : (Surat At-taubat ayat 34-35). 34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, 35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” Namun selama ini, dalam istilah syariat, al-kanzu diartikan sebagai harta yang tidak dikeluarkan zakatnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW: barangsiapa yang dianugerahkan kepadanya harta tapi tidak dikeluarkan zakatnya maka kelak pada hari 10 kaimat harta tersebut akan berubah menjadi ular berbisa memiliki dua tanduk yang untuk menggantung orang tersebut. Kemudian ular itu berkata: saya adalah hartamu dan juga simpannanmu, lalu dia memmbaca ayat : QS. Ali Imran: 180. 180. Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. 16. al-Uqud al-Ikhtiyarat: Akad al-Ikhtiyar adalah akad penggantian atas hak tertentu, dimana penjual harus menjual barang yang telah ditentukan atau pembeli membeli dengan harga tertentu dalam rentang waktu tertentu, baik dilakukan secara langsung atau melalui orang yang dipercaya oleh kedua pihak. Hal ini sebenarnya bukan termasuk akad/kontrak yang biasa dikenal, yaitu sebanyak 21 kontrak. Berbeda dengan persepsi orang yang mengatakan bahwa akad ini termasuk dalam kontrak jual beli atau tukar menukar. Padahal sebenarnya adalah bukan termasuk dalam jual beli karena tidak memenuhi unsur-unsur jual beli. Akad ini termasuk dalam transaksi khusus, karena hanya merupakan akad perjanjian untuk saling bertukar menukar hak. Akad ini tidak ada kaiatannya dengan obyek atau barang-barang dagangan. Hanya sebatas berkeinginan untuk saling berakad. Padahal inti dari akad jual beli terdapat pada penetapan kepastian akad kontrak, baik dengan cara melihat langsung atau dengan cara menyebutkan ciri-ciri barangnya. 11 2.3 Bermuamalah Sesuai Teladan Rasulullah SAW Suatu hari, Siti Aisyah RA, istri Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang: “Wahai Aisyah! Bagaimanakah akhlak Rasulullah SAW?” Aisyah RA menjawab: “Akhlak Rasulullah SAW adalah Al Qur’an.” Kisah ini mengandung makna bahwa Rasulullah SAW meletakkan pribadinya kepada Al Qur’an. Perilaku Rasulullah SAW sejak kecil sudah menampakkan sifat-sifat yang luar biasa terpuji. Karena itu, pantaslah dalam Al Qur’an Allah SWT memujinya sebagai ‘uswah hasanah’, teladan terbaik bagi setiap manusia. Berikut ini, ada beberapa teladan di antara sekian banyak teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW bagi kita umatnya, dalam hal muamalah dan mengisi kehidupan di masyarakat. Sebagai kepala keluarga Rasulullah SAW adalah tokoh yang berhasil membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Sikap Rasulullah SAW terhadap istrinya tercermin dalam ungkapan beliau, bahwa sempurnanya iman seorang Mukmin adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik seorang Mukmin adalah yang paling baik terhadap istrinya. Sebaliknya, Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada wanita bagaimana seharusnya berlaku baik terhadap suami. Waktu mendidik anak, Rasulullah SAW berpesan, “Didiklah anak-anakmu untuk bisa melakukan shalat. Biasakan mereka melakukan kebaikan. Sebab, kebaikan itu (karena) kebiasaan.” (HR. Baihaqi). Dalam kesehariannya, Rasulullah SAW pernah menambal bajunya sendiri, memerah susu kambingnya dan mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi). 12 Sebagai da’i dan ulama Rasulullah SAW juga merupakan seorang ulama yang tekun ibadah. Satu riwayat menyebutkan, bahwa kaki beliau pernah mengalami bengkak di saat beliau banyak melakukan shalat dan khalwat. Rasulullah SAW juga selaku da’i yang cekatan, tidak mengenal lelah dan sabar. Dalam sebuah penyiarannya di Kota Thoif menjelang Isra Mi’raj, penyiaran beliau disambut dengan lemparan batu dan potongan besi sehingga beliau luka parah dan berdarah-darah. Namun, bukannya marah atau sakit hati, beliau justru berdoa untuk kebaikan warga Thoif: “Yaa Allah! Jangan Kau turunkan siksa kepada mereka yang melempariku. Sebab mereka bukan orang jahat, tetapi mereka adalah orang-orang yang belum tahu bahwa aku adalah Rasul-Mu. Tunjukkan mereka kepada jalan-Mu yang benar dan ampunilah mereka serta sayangi mereka.” Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melakukan penyiaran dengan sabar dan pemaaf. Penyiaran Rasulullah SAW pun tidak hanya dengan lisan, melainkan juga melalui tulisan. Beliau mengirim surat kepada raja-raja dan pejabat-pejabat negara yang penting. Misalnya, Raja Najasyi bernama Asyimah di Habsyi, Raja Hiraqlius (Raja Rum), yang kedua-duanya menyambut baik surat Rasulullah SAW itu. Bahkan Najasyi memeluk Islam saat ia menerima surat itu. Sebagai pebisnis, pedagang dan petani Salah satu ajaran Rasulullah SAW dalam berdagang adalah melarang adanya pemalsuan, termasuk di dalamnya mengurangi timbangan. Dalam berdagang dan berbisnis, Rasulullah SAW sangat menekankan nilai kejujuran. Beliau bersabda, “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan 13 dimasukkan ke dalam golongan para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada’.” (HR. Tirmidzi). Secara tegas, Rasulullah SAW melarang saling hasad, tipu-menipu, saling merebut membeli atau menjual (barang) yang sedang atau hendak dibeli atau dijual oleh orang lain. Rasulullah SAW pun melarang berjual beli dengan cara melemparkan batu dan menipu (HR. Muslim). Rasulullah SAW menyeru umatnya untuk tidak mencegat barang dagangan sebelum sampai di pasar (HR. Bukhari dan Muslim). Selain itu, dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW mengutuk riba, orang yang membayarnya, orang yang menerimanya dan dua orang saksinya. Rasulullah SAW mengatakannya sebagai orang yang sama. Sementara dalam bidang pertanian, Rasulullah SAW pernah menyatakan dalam salah satu haditnya menanam bibit pohon (kurma), meskipun diketahui esok akan terjadi kiamat. Sebagai prajurit dan panglima Rasulullah SAW adalah sosok pahlawan dalam peperangan dan sebagai prajurit yang gagah perwira. Tidak kurang dari 37 kali pertempuran pada masa kepemimpinan beliau. Tiga puluh lima kali di antaranya langsung dipimpin oleh beliau sendiri. Dalam berperang, beliau mengajarkan supaya memerangi orang-orang yang menyerang terlebih dahulu, tetapi tidak boleh berlebihan. Jika pihak penyerang menghentikan permusuhannya, maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali terhadap orang dhalim. Sebaliknya, jika pihak yang menyerang itu bertindak melampau batas, maka hendaklah dibalas dengan tindakan seimbang. (QS. Al Baqarah: 190-194). Sebagai anggota masyarakat 14 Selaku anggota masyarakat, Rasulullah SAW banyak mengajarkan bagaimana hidup bermasyarakat. Beliau pernah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Muslim). “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Muslim). Masih banyak teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW kepada kita. Tentu kita tidak akan bisa menemukan keseluruhannya di sini. Satu hal yang dapat kita lakukan mulai saat ini, kita bisa mulai mengeterapkannya sesuai dengan aktifitas dan profesi kita masing-masing, atas dasar lillah-billah, lirrasul-birrasul dan lilghauts-bilghauts. Wallahu a’lam. 15 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulab bahwa muaamalah merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memperoleh tujuan falah (kedamaian dan kesejahteraan akhirat). Perilaku manusia disini berhubungan dengan landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi, berhubungan sesuai dengan porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme muaamalah yang sesuai dan khas dengan dasar-dasar nilai Ilahiyah. 16