Bab I PENGANTAR HUKUM BISNIS. A. Tujuan Instruksional Umum

advertisement
Bab I
PENGANTAR HUKUM BISNIS.
A. Tujuan Instruksional Umum.
Memberikan penjelasan tentang : pengertian hukum secara umum dan definisi hukum
bisnis serta prinsip syariah Islam dalam muamalah yang merupakan dasar hubungan antar
manusia yang mempunyai relevansi dengan kegiatan bisnis, jenis-jenis muamalah dan
kaitan muamalah dengan perubahan sosial masyarakat serta berbagai produk perundangundangan negara Republik Indonesia yang erat kaitannya dengan aturan-aturan dalam
berbagai kegiatan bisnis.
B. Tujuan Instruksional khusus :
1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan pengertian hukum secara umum, pembagian
berlakunya hukum dan pengertian hukum bisnis.
2. Mahasiwa/ i mampu menjelaskan prinsip syariah dalam muamalah yang
merupakan dasar hubungan antar manusia yang mempunyai relevansi dengan
kegiatan bisnis, jenis-jenis muamalah dan kaitan antara muamalah dengan
perubahan sosial
3. Mahasiwa / mampu menjelaskan berbagai produk perundang-undangan sejak
zaman Belanda sampai dengan sekarang yang eret kaitannya dengan aturan-aturan
dalam berbagai kegiatan bisnis.
C. Target Pembelajaran / sasaran belajar.
Mahasiswa/i mampu memahami dan menerangkan pengertian hukum, pembagian
berlakunya hukum dan pengertian hukum bisnis yang mengatur berbagai kegiatan
ekonomi dan bisnis serta prinsip syariah Islam dlam bidang muamalah yang selanjutnya
diatur dalam proses pembuatan dan pemberlakuan berbagai produk perundang-undangan
negara Republik Indonesia.
BAB I.
PENGANTAR HUKUM BISNIS.
1. Pengertian / definisi hukum
Memberi pengertian/ definisi hukum dalam batasan tertentu guna menjawab
seluruh pertanyaan mengenai arti hukum adalah tidak mungkin, karena luas dan sangat
kompleknya untuk menjawab berbagai pertanyaan / masalah yang menyangkut berbagai
aspek hukum itu sendiri. Namun suatu definisi sangat diperlukan untuk memberikan
patokan dan gambaran sederhana persoalan / pertanyaan yang dihadapi, sehingga dari
berbagai definisi itu, setidaknya masyarakat awam yang belum mengerti hukum
mempunyai abstraksi untuk memahami dari berbagai definisi hukum yang dikemukakan
di bawah ini :
A. S.M. Amin : Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari normanorma dan sanksi-sanksi dan tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
B. Utrecht
: Hukum adalah himpunan peraturan yang menurus tata tertib masyarakat
yang harus ditaati oleh masyarakat.
C. Meyers : Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
yang ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman
bagi penguasa negara dalam melakukan tugasnya. (1)
1) Abdul.R. Saliman,Dkk,Esensi Hukum Bisnis Indonesia, teori dan Contoh Kasus, Penerbit Prenata Media
Edisi Pertama, Jakarta, 2004., hal 1-5
D. Purnadi Purbacaraka : Menurut dia setidaknya ada sembilan arti hukum yang
dipahami oleh masyarakat , yakni sebagai berikut :
a. Hukum sebagai lmu pengetahuan
b. hukum sebagai disiplin c. hukum sebagai
kaidah d. hukum sebagai tata hukum e. hukum sebagai petugas f. hukum sebagai
penguasa g. hukum sebagai pemerintahan h. hukum sebagai perilaku yang teratur i.
hukum sebagai jalinan nilai-nilai. (2)
2)Ridwan Halim, Tanya Jawab Ilmu Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 1984, hal 8-10
Dari berbagai definisi diatas, jelas bahwa hukum merupakan norma-norma yang
berisi peraturan-peraturan yang mengandung
perintah dalan larangan yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan yang dibuat oleh penguasa / pemerintah yang
1
berlaku di masyarakat dan jika dilanggar akan menimbulkan sanksi atau hukuman bagi
yang melanggarnya.
2. Pembagian berlakunya hukum
Pembagian hukum itu sangat luas sekali , Ridwan Halim membagi pemberlakuan
hukum dari beberapa segi, yakni sebagai berikut :
 Wujudnya
: hukum ada yang tertulis seperti undang-undang dan ada yang
tidak tertulis seperti aturan hukum adat / norma sopan santun.
 Sumbernya : sumber hukum terdiri dari undang-undang, Doktrin / ajaran yang
dikemukakan oleh para pakar atau ahli hukum, traktat / piagam perjanjian yang
dibuat oleh organisasi secara Internasional yang ditaati oleh negara anggota,
kebiasaan-kebiasaan yang ada sudah lazim dilakukan yang bisa dijadikan atran
undang-undang dan yurisprudensi atau keputusan hakim atau suatu perkara;
 Wilayah berlakunya : Hukum lokal / perda dan hukum Nasional, Hukum antar
negara dan Hukum Internasional, Hukum Publik dan hukum privat
 Penciptanya : Hukum ciptaan Tuhan, dan hukum ciptaan manusia (3).
3) ibid, Ridwan Halim, hal 16.
Setelah dibahas pembagian hukum sebagaimana tersebut diatas, maka letak
hukum bisnis dari pembagian hukum diatas lebih dekat kepada hukum privat / perdata,
karena kegiatan bisnis merupakan hubungan hukum yang umumnya terjadi antar pribadi /
privat dari para pelaku bisnis, walaupun tidak tertutup kemungkinan dalam kegiatan
transasksi bisnis melibatkan organisasi bisnis yang dipunyai oleh negara seperti Badan
Usaha Milik Negara / Daerah ( Negara sebagai organisasi publik ); Namun untuk
mempermudah pemahaman, berikut ini persamaan dan perbedaan antara hukum publik
dengan hukum privat :
1. Persamaan antara hukum publik dengan hukum privat :
 Kedua-duanya merupakan norma aturan hukum yang mengatur kehidupan
manusia.
 kedua-duanya mempunyai sanksi hukum;
2.Perbedaannya adalah :
 Hukum publik lebih mengutamakan pengaturan kepentingan umum, sedangkan
hukum privat / perdata lebih mengutamakan kepentingan individu.
2
 Jika terjadi pelanggaran terhadap hukum publik, maka yang berkepentingan untuk
menuntut pelaku pelanggaran terhadap hukum publik adalah aparatur negara,
yakni polisi, jaksa dan hakim pengadilan; sedangkan pada hukum privat yang
berkepentingan untuk menuntut adalah pihak yang dirugikan (4)
4) Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern, Chitra Aditya Bhakti, Bandung, 2002.,
hal 8-10.
3. Pengertian Hukum Bisnis.
3.a. Menurut Abdul R.Saliman Dkk, : Hukum Bisnis atau Business Law / Bestuur
Rechts adalah :
“ Keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian-perjanjian maupun
perikatan-perikatan yang terjadi dalam praktik bisnis “ .(5)
5)Op.Cit, Abdul.R.Saliman, Dkk, hal 12
3.b.Menurut Munir Fuady, Hukum bisnis adalah :
“ Suatu perangkat kaedah hukum ( termasuk enforcementnya ) yang mengatur tentang
tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang
dihubungkan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari
para entrepreneur dalam resiko tertentu dengan motif adalah untuk mendapat keuntungan
tertentu “.
Istilah hukum bisnis dewasa ini lebih banyak dipergunakan, walaupun ada istilah
lain yang mirip-mirip dengan istilah hukum bisnis seperti : Hukum Dagang (Trade Law),
Hukum Perniagaan (Commercial Law) dan Hukum Ekonomi (Economic Law); Namun
istilah hukum dagang dan hukum perniagaan merupakan istilah yang cakupannya sangat
sempit. Sebab pada prinsipnya kedua istilah diatas hanya melingkupi topik-topik yang
terdapat dalam Kitab undang-undang Hukum dagang (KUHD) saja. Padahal, begitu
banyak topik hukum bisnis yang tidak diatur atau tidak lagi diatur dalam KUHD,
misalnya, mengenai : Perseroan Terbatas, Kontrak bisnis, pasar modal, merger dan
akuisisi, perkreditan, asuransi, Hak atas kekayaan intelektual. Sementara dengan istilah
“Hukum Ekonomi“ cakupannya sangat luas, berhubung dengan adanya pengertian
ekonomi dalam arti makro dan mikro, ekonomi pembangunan dan ekonomi sosial,
ekonomi manajemen dan akutansi. (6)
6)ibid, Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, hal 20-21
3
Di dalam literatur Hukum Islam istilah hukum bisnis dapat dipadankan dengan
pengertian Hubungan antara manusia yang merupakan bagian dari Muamalah yang
mempunyai prinsip-prinsip sebagaimana diterangkan dibawah ini.
4. Prinsip-prinsip syariah dalam muamalah.
Prinsip syariah dalam bidang muamalah adalah boleh, kecuali ada ketentuan
syariat yang melarangnya. Ini artinya, selama dalil tidak ada yang melarang suatu kreasi
jenis muamalah,maka itu dibolehkan. Dan inilah sisi rahmat ALLAH yang terbesaryang
diberikan kepada ummat manusia. Namun perlu diperhatikan kaidah-kaidah umum yang
harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam muamalah, yakni sebagai berikut :
4.a. Seluruh tindakan manusia tidak terlepas dari nilai-nilai Ketuhanan sesuai dengan
Firman ALLAH dalam Al-Qur’an dalm surah Al-Dzariyah ayat 51 : ” Dan Aku tidak
jadikan jin manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-KU ”.dan surah AlQashash ayat 77 yang artinya: ” Dan carilah apa yang telah dianugerahkan kepadamu
kebahagian negeri akhirat, dan janganlah melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi
dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana ALLAH telah berbuat baik
kepadamu ”.
4.b.Seluruh tindakan manusia tidak terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan dilakukan
dengan mengetengahkan akhlak yang terpuji, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai
khalifah ALLAH di muka bumi
4.c.Melakukan perimbangan atas kemaslahatan pribadi dan kemaslahatan masyarakat.
Jika memang untuk memenuhi kemaslahatan bersama harus mengorbankan kemaslahatan
individ, maka hal itu boleh bahkan harus dilakukan, karena kaedah fikih menetapkan
bahwa : ” Apabila dua kemafsadatan bertentangan, kemafsadatan yang lebih besar
kemudaratannya dihindarkan dengan mengambil yang lebih ringan kemafsadatannya ”.
Ini artinya, bahwa untuk menghindarkan kemafsadatan yang lebih besar dibolehkan
4
melakukan kemafsadatan yang lebih kecil. Sebaliknya, jika bertentangan dua
kemaslahatan, maka kemaslahatan umum harus didahulukan dari kemaslahatan khusus.
4.d.Menegakkan prinsip-prinsip kesamaan hak dan kewajiban di antara sesama manusia.
4.e.Seluruh yang kotor dan keji adalah haram, baik berupa perbuatan, perkataan seperti
penipuan, spekulasi, manipulasi, eksploitasi antar sesama manusia, penimbunan barang
oleh pedagang dengan tujuan agar komoditi menipis di pasar dan harga melonjak,
kecurangan-kecurangan, maupun kaitannya dengan materi yang diharamkan, seperti
minuman keras, babi dan jenis najis lainnya sebagaimana firman ALLAH dalam surah
Al-A’raf yang berbunyi : ” ....dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka ”.
4.f. Seluruh yang baik dihalalkan sesuai dengan firman Allah Surah Al - Maidah Ayat 5
yang artinya : ”........pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik...”.(7)
7.H. Nasroen Haroen, Perdagangan saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, Penerbit Yayasan
kalimah Ciputat ,2000, hal 20-23 )
5. Jenis-jenis muamalah.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, para ulama fikih membagi jenis muamalah
kepada :
5.1.) Jenis muamalah yang hukumnya ditunjuk langsung oleh Nash (Al-Qur’an dan alSunnah) dengan memberikan batasan tertentu, karena Allah mengetahui bahwa manusia
sulit untuk menemukan kebenaran hakiki dalam persoalan-persoalan seperti ini, sekali
pun mereka mengetahuinya, tetapi keinginan hawa nafsu mereka lebih mendominasi
kebenaran tersebut. Di antara persoalan muamalah yang ditentukan oleh Allah tersebut
adalah persoalan warisan, bilangan talak, iddah, khulu’ ( perceraian atas permintaan isteri
dengan kesediaan memberi ganti rugi), rujuk, keharaman khamar, keharaman babi,
keharaman, bangkai, keharaman judi, keharaman riba. Dalam persoalan pidana, misalnya
Allah menetapkan jenis dan jumlah hukuman tertentu kepada pelaku pencurian,
5
perzinaan dan qazhp (menuduh orang lain berbuat zina). Di sisi lain Allah juga
menetapkan kaedah umum yang harus ditegakkan seperti tidak boleh melakukan
kesewenang-wenangan terhadap manusia mana pun, atau kesewenang-wenangan dalam
memanfatkan hak sendiri yang berakibat terganggunya hak orang lain.
Hukum-hukum ini bersifat permanen, tidak dapat diubah dan tidak menerima
perubahan dengan perubahan waktu dan tempat. Dalam Hukum-hukum seperti inilah,
adakalanya manusia sulit menemukan kebenaran hakiki dari yang dikehendaki oleh Allah
SWT
5.2.) Jenis muamalah yang tidak ditunjuk langsung oleh nash, tetapi diserahkan
sepenuhnya kepada hasil ijtihad para ulama, sesuai dengan kreasi para ahli dalam rangka
memenuhi kebutuhan ummat manusia sepanjang tempat dan zaman, serta sesuai pula
dengan situasi dan kondisi masyarakat itu sendiri. Untuk muamalah di bidang ini syariat
islam hanya mengemukakan kaidah-kaidah dasar, kriteria-kriteria dan prinsip-prinsip
umum yang sejalan dengan kehendak syara’(8)
8. ibid , Nasroen Haroen, hal 23-25
6. Muamalah dan Perubahan sosial
Suatu hal yang membuat persoalan muamalah dalam hal-hal yang tidak secara
jelas ditentukan oleh nash sangat luas disebabkan bentuk dan jenis muamalah tersebut
akan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, tempat dan kondisi sosial. Atas
dasar itulah, persoalan muamalah amat terkait erat dengan perubahan sosial yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat.
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya
nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat
Selanjutnya kaitan antara muamalah dan perubahan sosial sebagaimana telah
disinggung diatas, bahwa syariah islam lebih banyak memberikan pola-pola, prinsip dan
kaidah umum dibanding dengan memberikan jenis dan bentuk muamalah secara rinci.
6
Atas dasar itu, untuk menentukan jenis dan bentuk serta pengembangannya diserahkan
sepenuhnya kepada kreasi para ahli di bidang itu.
Bidang-bidang itulah menurut ahli usul fikih disebut dengan persoalan-persoalan
ta’aqquliyat (yang bisa dinalar oleh manusia) atau ma’qulat al-ma’na (yang bisa dimasuki
oleh logika). Artinya, dalam persoalan-persoalan muamalah yang dipentingkan adalah
subtansi makna yang terkandung dalam suatu bentuk muamalah serta sasaran yang akan
dicapainya. Dalam kaitan ini para ulama menetapkan sebuah kaidah fikih : ” Yang
menjadi patokan dalam setiap transaksi adalah makna yang dikandungnya dan tujuantujuannya, bukan dalam bentuk formal dan lafal-lafalnya ”.
Jika muamalah yang dilakukan dan dikembangkan itu sesuai dengan subtansi
makna yang dikehendaki oleh syara’ yaitu mengandung prinsip dan kaidah yang
ditetapkan oleh syara’ dan bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia serta
menghindari kemudaratan bagi mereka; maka jenis muamalah ini dapat diterima. Namun,
sebaliknya jika muamalah yang diciptakan bersifat fiktif dan tujuan-tujuan yang tidak
terpuji, maka muamalah jenis ini dinyatakan batal.
Kemaslahatan manusia, baik yang bersifat individu dan kolektif dipengaruhi oleh
faktor niat yang baik, jujur, adil dan seimbang dalam bertransaksi untuk menentukan
keabsahan transaksi tersebut.
Masyarakat senantiasa berubah, karena tidak ada satu masyarakat pun yang
berhenti pada suatu titik tertentu di dalam perkembangannya sepanjang zaman.
Perubahan masyarakat tersebut dapat mengenai niali-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial,
pola-pola perilaku, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekauasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan lain-lain sebagainya yang dapat membawa perubahan nilai-nilai
positif kepada masyarakat dan dapat juga kepada nilai-nilai yang negatif. Dalam
persoalan muamalah, perubahan sosial yang perlu mendapat perhatian dan pertimbangan
adalah perubahan yang bersifat positif yang bertujuan menghindari kemafsadatan atau
kemudaratan bagi umat manusia dari berbagai kegiatan bisnis yang dijalaninya . Dengan
kata lain dalam prinsip muamalah yang tidak ditentukan secara jelas oleh nash (Al-
7
Qur’an dan al-Sunnah), maka kreasi untuk menciptakan bentuk hubungan muamalah
terletak/ tergantung
pada niat
tujuan dan keyakinannya membuat itu transaski itu
menjadi halal, haram, sahih, fasad, taat dan maksiat dalam melakukan transaksi itu sesuai
prinsip-prinsip dan kaidah maqashid syariah.(9)
9)ibid, Nasroen Haroen , hal 29-42
Faturahman Djamil menyatakan tentang Teori Maqashid syariah sebagai berikut
: ” guna menetapkan hukum, kelima unsur pokok dibedakan menjadi tiga peringkat :
daruriyat, hajiyyat, tahsiniyyat yang didasarkan pada tingkat kebutuhan dan skala
prioritas. Urutan ini akan terlihat kepentingannya manakala kemaslahatan pada peringkat
satu sama lain bertentangan, maka dalam hal daruriyat menempati urutan pertama,
disusul peringkat hajjiyat dan disusul peringkat tahsiniyyat. Guna memperoleh gambaran
yang utuh tentang teori Maqashid syariat berikut ini dijelaskan kelima pokok
kemaslahatan dengan peringkatnya yakni : Memelihara agama, memelihara jiwa,
memelihara akal, memeihara keturunan dan memeihara harta.(10)
10.Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, Penerbit Logos, Jakarta, 1987, hal
40-41
Pemeringkatan itu bukan berarti terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan untuk
menetapkan hukum berdasarkan peristiwa, keadaan, situasi dan kondisi dari hal yang
ingin ditetapkan aturan hukumnya yang berdasarkan syariah.
7. Beberapa peraturan perundang-undangan RI dalam kegiatan Bisnis.
Sebelum menyebutkan berbagai peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia yang dibuat setalah Indonesia merdeka , di Indonesia ada beberapa kitab
undang-undang peninggalan Belanda yang masih berlaku yakni Ktab Undang_undang
Hukum Perdata ( Burgelijke wet boek ) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( Wet
Boek
Van
Koophandle
);
namun
keberadaan
kedua
undang-undang
diatas
pemberlakuannya karena masih sesuai atau karena belum ada peraturan yang baru yang
menggantikannya, berikut ini beberapa peraturan yang terkait dengan kegiatan bisnis :
7.1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata , misalnya pasal-pasal yang terkait dengan
perjanjian/ kontrak, jual beli, hipotik atas kapal; sedangkan pasal-pasal mengenai
8
perburuhan, perkawinan sudah ada peraturan yang baru yang dibuat oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
7.2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang , pasal-pasal yang umumnya masih berlaku
tentang keagenan dan distributor ( makelar dan komisioner ), surat berharga ( wesel, cek
dan aksep ), Firma dan Commanditer Venonscap, Pengangkutan laut, sedangkan pasalpasal mengenai Pembukuan dagang, asuransi, Perseroan Terbatas dan kepailitan sudah
ada peraturan yang baru yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia.
7.3.Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mencabut
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995.;
7.4.Undang-undang 7 tahun 1992 sebagaimana dirubah dan ditambah dengan Undangundang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Dan undang-undang Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan syari’ah.
7.5.Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dengan
undang-undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia.
7.6.Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
7.7. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Hak Cipta
7.8.Undang-undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Hak Paten;
7.9.Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Hak Merk;
7.10.Undang-undang Nomor 30 tahun 2000 tentang Rahsia Dagang;
7.11.Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha yang tidak sehat
7.12.Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen;
7.13. Undang-undang Nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
7.14.undang-undang Nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak pertambahan Nilai
7.15. undang-undang Nomor 20 tahun 2000 tentang BPHTB
7.16.Undang-undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Peradilan Pajak.
7.17.Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Asuransi;
7.18.Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Badan Arbitrasi Nasional Indonesia;
7.19. undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan kewajiban
Pembayaran Utang.(11)
11.Internet., khususnya tentang undang-undang.
9
Apa yang disebutkan diatas barulah hanya undang-undangnya saja, yang biasanya
setiap undang-undang yang mengatur masalah atau tentang tertentu, ada aturan
derivasinya / turunanya yang bisa berupa : Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
Peraturan Badan / lembaga terkait misalnya Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Komisi
Pengawas Persaingan usaha , Peraturan Badan Pengawas pasar Modal sesuai yang
menjadi kewenangan lembaga-lembaga tersebut.
10
Latihan soal Bab I
1. Sebutkan pengertian hukum ,pembagian ilmu hukum dan perbedaan serta
persaman antara hukum publik dengan hukum privat ?
2. Sebutkan pengertian hukum bisnis menurut Abdul. R. Saliman Dkk dan menurut
Munir Fuady ?
3. Jelaskan kenapa istilah hukum bisnis lebih tepat digunakan dibandingkan dengan
istilah hukum dagang atau hukum ekonomi dalam mengatur berbagai kegiatan
bisnis ?
4. Dalam literatur hukum Islam istilah hukum bisnis dapat dipadankan dengan istilah
muamalah yang mengatur hubungan antara manusia, Jelaskan prinsip-prinsip
syariah dan jenis-jenis dalam kegiatan muamalah ?
5. Sebutkan berbagai produk perundang-undangan yang merupakan peninggalan
pada masa belanda yang masih berlaku di Indonesia serta undang-undang yang
dibuat pada masa setelah Indonesia merdeka yang mengatur kegiatan bisnis ?
11
Daftar Pustaka.
Abdul.R. Saliman,Dkk,Esensi Hukum Bisnis Indonesia, teori dan Contoh Kasus, Penerbit Prenata Media
Edisi Pertama, Jakarta, 2004.
Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, Penerbit Logos, Jakarta, 1987.
Internet tentang berbagai undang-undang.
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern, Chitra Aditya Bhakti, Bandung, 2002.
Nasroen Haroen, Perdagangan saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, Penerbit Yayasan kalimah
Ciputat ,2000.
Ridwan Halim, Tanya Jawab Ilmu Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 1984.
12
Download