SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN Asrini A.Saeni,SE,.M.Sc. “TEORI KEAGENAN” Disusun Oleh : Ningrum Fitri Kamala (2018.12.1.048) Administrasi Bisnis Sektor Publik POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat kasih karuniaNYA , kesehatan serta memberikan kesabaran serta kemampuan untuk menyelesaikan MAKALAH sesuai dengan harapan saya . Dalam Makalah ini saya Membahas tentang “TEORI KEAGENAN . Saya menyadari dalam penyusunan tugas ini pasti masih banyak kekurangan , oleh sebab itu saya harapkan kritik dan saran dari pembaca, dan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua . Makassar,22 November 2020 Penulis DAFTAR ISI JUDUL .................................................................................................................................. KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1 1.3 Tujuan penelitian ............................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2 2.1 Sejarah Agency Theory ................................................................................... 2 2.2 Isi Agency Theory ............................................................................................ 4 2.3 Pro dan Kontra Agency Theory ...................................................................... 5 2.4 Kaitan Agency Theory dengan kompensasi Manajemen ................................. 6 2.5 Hal Menarik setelah baca Agency Theory ..................................................... 6 BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 7 Kesimpulan .......................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan bisnis, pemilik menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan. Pada kondisi pemilik tidak dapat mengelola sendiri, tanggung jawab pengelolaan perusahaaan kemudian didelegasikan pada pihak kedua. Pendelegasian ini menyebabkan terjadinya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen (Jensen & Meckling, 1976). Teori Keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewewnang (agensi)yaitu manager .Menurut teori ini , hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta , karena adanya kepintingan yang saling bertentangan (conclict of Interest) . Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara principal dan agen dapat menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai Asymmetric Information (AI). 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Untuk mengetahui sejarah agency theory 2. Untuk mengetahui isi dari Teorinya 3. Untuk mengetahui pro dan kontra agency theory ? 4. Untuk mengetahui kaitan agency theory dengan kompensasi manajemen ? 5. Untuk mengetahui hal menarik perhatian setelah membaca teori ini 1.3 TUJUAN Untuk mengetahui dan mempelajari serta menambah wawasan pengetahuan mengenai Agency Theory. BAB II PEMBAHASAN 2.1 SEJARAH AGENCY THEORY Teori keagenan atau Teori Agensi dari tata kelola perusahaan diajukan oleh Alchian dan Demsetz (1972) dan Jensen dan Meckling (1976). Mereka berpendapat bahwa perusahaan dapat dianggap sebagai penghubung untuk serangkaian hubungan kontrak antara individu, sedangkan ekonomi klasik menganggap perusahaan sebagai entitas produk tunggal dengan tujuan memaksimalkan keuntungan. Teori ini biasa disebut dengan teori keagenan (agency theory) yaitu pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan(scoot,1997). Prinsip utama teori agensi ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer entitas bisnis. Hubungan keagenen adalah suatu kontrak dimana seseorang atau lebih (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh principal maupun agent. Jensen dan Meckling (1976) membagi biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya residual loss dalam teori agensi merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal. Dalam hubungan agensi tersebut, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu biaya pengawasan (monitoring costs), biaya kontrak (contracting costs), dan visibilitas politis. Perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi tanggung jawab sosial dengan tujuan untuk membangun image pada perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perusahaan memerlukan biaya dalam rangka untuk memberikan informasi pertanggungjawaban sosial, sehingga laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi lebih rendah. Ketika perusahaan menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah dan visibilitas politis yang tinggi akan cenderung untuk mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial. Jadi pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial, kinerja ekonomi dan visibilitas politis dan berhubungan negatif dengan biaya kontrak dan pengawasan (biaya keagenen), (Belkaoui dan Karpik, 1989 dalam Anggraini, 2006). 2.2 ISI AGENCY THEORY Jensen & Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak manajer (agen) dengan pemegang saham (prinsipal). Kedua belah pihak terkait kontrak yang menyatakan hak dan kewajiban masing-masing. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, sedangkan agen memunyai kewajiban untuk mengelola apa yang ditugaskan oleh para pemegang saham kepadanya. Untuk kepentingan tersebut, prinsipal akan memperoleh hasil berupa pembagian laba, sedangkan agen memperoleh gaji, bonus, dan berbagai kompensansi lainnya. Menurut Mursalim (2005), teori keagenan merupakan bagian dari teori permainan yang merupakan suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak). Para pihak dalam teori keagenan ini adalah agen dan principal Menurut Scott (2000), teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan. Aplikasi teori keagenan dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisma bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness, yaitu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Govindarajan (2009) menyatakan satu elemen kunci dari teori keagenan adalah bahwa prinsipal dan agen memunyai perbedaan preferensi dan tujuan. Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka. Para agen diasumsikan menerima kepuasan bukan dari kompensansi keuangan saja, tetapi juga dari syarat-syarat yang terlibat dalam hubungan keagensian, seperti kemurahan jumlah waktu luang, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. 2.3 PRO DAN KONTRA AGENCY THEORY Pertentangan terjadi apabila agen tidak menjalankan perintah prinsipal untuk kepentingannya sendiri. Dalam penelitian ini, pemerintah adalah prinsipal sedangkan perusahaan adalah agen. Pemerintah yang bertindak sebagai prinsipal memerintahkan kepada perusahaan untuk membayar pajak sesuai dengan perundang-undangan pajak. Hal yang terjadi adalah perusahaan sebagai agen lebih mengutamakan kepentingannya dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga meminimalisir beban, termasuk beban pajak dengan melakukan penghindaran pajak. Manajer perusahaan yang berkuasa dalam perusahaan untuk pengambilan keputusan sebagai agen memiliki kepentingan untuk memaksimalkan labanya dengan kebijakankebijakan yang dikeluarkan. Karakter manajer perusahaan tentunya mempengaruhi keputusan manajer untuk memutuskan kebijakannya untuk meminimalkan beban termasuk beban pajak dengan mempertimbangkan berbagai macam hal seperti sales growth atau leverage. Sales growth yang semakin meningkat tentunya menggambarkan laba yang semakin meningkat pula sehingga manajer akan berfikir untuk memaksimalkan labanya dengan cara apapun. Begitu juga dengan leverage, kebijakan leverage yang digunakan oleh para manajer untuk memperoleh pendanaan dari eksternal demi kelangsungan operasional akan meningkatkan bunga namun memperkecil beban pajak karena semakin besar perlindungan pajak. Kedua hal tersebut menjadi pertimbangan manajer dalam memutuskan kebijakan untuk memaksimalkan labanya. Hal inilah yang menjadikan adanya konflik keagenan. Konflik keagenan yang terjadi antara agen dan prinsipal dapat diminimalkan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan pengungkapan corporate governance (Evianisa, 2014). Menurut Forum for Corporate Governance In Indonesia (FCGI) dalam Evianisa (2014) mengenai pengertian corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegeng saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegeng kepentingan intern dan eksteren lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, komite audit, dan kualitas audit. 2.4 KAITAN AGENCY THEORY DENGAN KOMPENSASI MANAJEMEN Tindakan agen yang tidak bisa diamati. Perbedaan dalam hal preferensi kaitannya dengakompensasi dan penghasilan tambahan lainnya timbul jika principal tidak bisa dengan mudah memonitor kegiatan harian CEO yang memungkinkan terjaminnya kepentingan mereka. Principal mempunya informasi yang tidak lengkap tentang kinerja dari seorang agen, oleh karena, principal tidak tahu pasti kontribusi sebenarnya dari agen terhadap hasil yang dicapai. Situasi ini disebut informasi yang asimetris. Asimetris bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Informasi tambahan agen memahami akan tugasnya disebut informasi pribadi. Karena perbedaan preferensi antara principal dan agen dan juga informasi pribadi, agen, agen bisa saja salah member informasi kepada principal. Kesalahan member informasi ini merupakan hal yang biasa dan disebut risiko moral yang diberikan dimana seorang agen yang diawasi termotivasi untuk memberikan informasi pribadi yang salah sesuai dengan sistem pengendalian itu sendiri. Mekanisme Kontrol Teori agen menyatakan ada dua cara utama yang berkaitan dengan perbedaan tujuan dan asimetris informasi, yakni monitoring dan incentives. Monitoring Mekanisme pengawasan yang pertama adalah monitoring. Contoh sistem monitoring itu adalah mengaudit laporan keuangan. Laporan keuangan dihasilkan dari kinerja suatu perusahaan yang diaudit oleh pihak luar dan kemudian dikirimkan ke pemilik. Teori agen berupaya menjelaskan mengapa perbedaan hubungan agen yang berbeda memerlukan tingkatan monitoring yang berbeda pula. Misalnya, monitoring yang efektif akan meningkatkan jika tugas yang dijalankan oleh agen dipahami dengan baik dan informasi ataupun tanda-tanda digunakan untuk memonitor secara akurat. Kontrak insentif mekanisme lain yang bias menjaga kepentingan principal terhadap agennya adalah insentif. Skema kompensasi yang tidak mendorong kearah kontrak insentif akan membawa masalah yang serius. Misalnya, jika CEO dibayar langsung dengan gaji yang tinggi, ia mungkin tidak termotivasi untuk bekerja serajin apabila kompensasinya dibayarkan dengan cara gaji ditambah bonus. Tantangan yang dihadapi oleh seorang principal adalah menentukan tanda-tanda yang berhubungan baik dengan usaha agen dan nilai perusahaan. Usaha agen, bersamaan dengan factor dari luar, bergabung untuk menentukan kinerja. Perbedaan risiko preferensi antara dua pihak, asimetris informasi dan biaya monitoring. Perbedaan seperti ini akan menambah beban biaya, walaupun sistem insentif yang efisien tetap akan menghasilkan perbedaan preferensi. Perbedaan ini disebut residual loss. Tambahkan biaya kompensasi insentif, biaya monitoring dan residual loss secara formal disebut biaya agen. Rencana Kompensasi dan Kepemillikan Saham Untuk CEO Sebagai contoh biaya agen yang berkaitan dengan kompensasi insentif, jika perusahaan membayar seorang CEO dengan bonus dalam bentuk stock option. Biaya tersebut mempunyai perbedaan risiko preferensi antara pemilik dan CEO. Untuk mengkompensasi CEO dengan mengambil resiko tersebut, kontrak seharusnya meningkatkan jumlah yang akan dibayar. Juga untuk meminimisasi kemungkinan yang lain, seorang agen tidak akan mengambil risiko proyek yang tinggi dimana hal tersebut diinginkan oleh principal. Masalah lain yang timbul dengan rencana bonus kepemilikan saham adalah kurangnya kaitan secara langsung antara usaha agen dan perubahan atas harga saham. Harga saham dipengaruhi oleh factor diluar kemampuan seorang agen untuk mengawasinya. Manajer Unit Usaha dan Insentif Atas Dasar Akuntansi Hubungan usaha manajer unit usaha dan harga pasar lebih sedikit dibandingkan dengan hubungan antara uasaha CEO dan harga saham. Mengisolasikan kontribusi yang dihasilkan oleh unit usaha secara tersendiri dalam peningkatan harga saham adalah sulit. Karena kesulitan seperti bonus manajer unit usaha bisa, didasarkan pada laba bersih unit usaha. Kritik Teori agen ditemukan pada tahun 60-an namun tidak seperti teori-teori yang lain, teori ini tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam praktik proses pengendalian manajemen. Teori agen berimplikasi bahwa manajer pada perusahaan nirlaba atau organisasi pemerintah, yang tidak menerima kompensasi insentif, pada gilirannya kekurangan motivasi banyak orang tidak menerima implikasi seperti ini. 2.5 HAL MENARIK SETELAH MEMBACA AGENCY THEORY Setelah saya membaca mengenai agency theory ini, hal yang menarik yaitu tujuan dan manfaat dari mekanisme teori agensi, antara lain: 1. Mengevaluasi hasil dari kontrak kerja antara prinsipal dan agen. Apakah kontrak kerja sama telah berjalan dengan apa yang telah disepakati atau tidak. 2. Meningkatkan kemampuan baik prinsipal ataupun agen dalam mengevaluasi kondisi dimana sebuah keputusan harus diambil Prinsipal dan agen adalah pelaku utama dalam teori agensi, mereka mempunyai nilai tawar yang sama tinggi dalam peran dan kedudukan.Teori agensi fokus pada kontrak yang akan dijalani harus kontrak kerjasama yang paling efisien. Sebenarnya, masalah keagenan dan biaya biaya yang muncul pada teori keagenan bisa ditekan sedemikian rupa mulai dari pertama kali hendak melakukan kontrak antara pemegang saham dan manajemen. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori keagenan adalah hubungan antara dua pihak yaitu agen dan prinsipal, dimana agen adalah manajer dan prinsipal adalah pemegang saham yang memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham, maka dari itu harus terdapat kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut teori keagenan, salah satu cara yang diharapkan dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah melalui mekanisme pelaporan (Luayyi, 2010). Informasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga memberi akuntan peran yang penting dalam membagi risiko antara manajer dan pemilik. Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu, manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rasionality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan principal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agent. Ketika tidak semua keadaan diketahui oleh semua pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal ini mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi ini disebut asimetri informasi (information asymmetries). DAFTAR PUSTAKA https://danielstephanus.wordpress.com/2018/11/30/teori-keagenan-agency-theory-2/ http://dylaaquariussmile.blogspot.com/2010/05/hubungan-keagenan-principle-agent-dan.html https://www.e-akuntansi.com/agency-theory-teori-agensi-dalam-perusahaan-dan-efeknya/ https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/