REVIEW PENGARUH PEMBERIAN OBAT SECOND GENERATION ANTIPSYCHOTICS (SGAs) TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN SERTA KAITANNYA DENGAN DIABETES TIPE 2 DEVY SUSANTY 1021207104 Syarat untuk mata kuliah biokimia lanjutan dengan Prof. Abdi Dharma, M.S ABSTRAK Second Generation Antipsychotics (SGAs) atau yang disebut juga dengan Atypical Antipsychotic digunakan untuk pengobatan penyakit gangguan mental seperti skizofrenia. Pemakaian obat ini dapat memberikan efek samping terhadap metabolisme. Diantara efek yang ditimbulkan dari penggunaan antipsikotik ini yaitu penambahan berat badan (weight gain) dan diabetes tipe 2. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat efek dari penggunaan obat antipsikotik terhadap pertambahan berat badan dan kaitannya dengan penyakit diabetes. Efek terhadap pertambahan berat badan dilihat dari nilai Body Mass Index (BMI) pasien dalam beberapa waktu pemakaian obat antipsikotik yang dikonversi menjadi nilai z (z score). Penyakit diabetes berkaitan dengan kadar glukosa dalam darah. Untuk itu dilakukan juga pengukuran kadar glukosa darah keadaan puasa (FBG). Dari beberapa hasil penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa BMI dan kadar glukosa pasien yang diberi antipsikotik lebih tinggi dibanding pasien yang tidak diberi obat antipsikotik. Keyword : Second Generation Antipsychotics (SGAs), weight gain, Body mass Index (BMI), diabetes tipe 2. PENDAHULUAN Second Generation Antipsychotic (SGAs) atau yang disebut juga Atypical Antipsychotic merupakan obat yang digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan mental. Salah satu penyakit gangguan mental yang diberi pengobatan antipsikotik yaitu skizofrenia. Beberapa obat yang termasuk jenis Atypical Antipsychotic diantaranya Olanzapine1, Risperidone2, Quetiapine3, Aripiprazole4, dan 5 ziprasidone (Penzner et al. 2009). Masing-masing jenis antipsikotik tersebut memiliki tingkat efek samping yang berbeda dan pemakaian yang berbeda juga. Namun, secara keseluruhan penggunaan obat antipsikotik pada pasien penderita gangguan atau ketidakteraturan mental memberikan efek samping terhadap metabolisme dalam tubuh. Satu dari efek samping pengobatan dengan antipsikotik yaitu pertambahan berat badan (Kompoliti et al. 2010). Pertambahan berat badan pada pasien dengan pengobatan antipsikotik dilihat dari Body Mass Index (BMI) pasien setelah pengobatan dalam beberapa waktu tertentu. BMI dihitung dari grafik standar yang telah dikonversi untuk tinggi dan berat menggunakan tabel normalisasi Centers for Disease Control (CDC) sebagai berat dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi dalam meter. Nilai standardisasi untuk tinggi orang yang umurnya di atas 20 dihitung berdasarkan nilai CDC yang berumur 19 dan 20. Berat dibawah normal jika BMI kurang dari 18,5, normal 18,524,9 , kelebihan berat 25-29,9 dan gemuk sekali jika BMI > 30. Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk diabetes tipe 2 sebagaimana juga menyebabkan komplikasi medis lainnya seperti hipertensi dan hiperlipidemia (Panagiotopoulus. 2009). Beberapa penelitian melaporkan hasil bahwa pasien yang diobati dengan SGAs memperoleh berat badan, mengembangkan dyslipidemia, menyebabkan peningkatan glukosa darah yang menginduksi terjadinya diabetes dan juga beresiko tinggi terhadap penyakit arteri (Roy et al. 2010). Peningkatan berat badan memiliki kaitan dengan perubahan kadar glukosa dalam darah yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit diabetes tipe 2. Banyak pasien yang memperoleh penambahan berat badan dan berlanjut menjadi diabetes disebabkan penggunaan obat antipsikotik, namun beberapa pasien mengalami diabetes tanpa penambahan berat badan dan yang menderita diabetes menuju pada penurunan berat badan (Saklad. 2004). Mengkonsumsi obat antipsikotik menyebabkan meningkatnya nafsu makan. Peningkatan nafsu makan yang tidak diseimbangi dengan penggunaan energi menyebabkan meningkatnya berat badan menuju pada taraf obesitas (BMI >30) dan peningkatan kadar glukosa, lemak dan asam amino dalam darah. Peningkatan glukosa darah memacu penghasilan insulin oleh pancreas. Keadaan yang berlanjut dalam waktu yang panjang menyebabkan rusaknya sel beta pancreas dan penurunan pengaturan reseptor insulin yang berlanjut pada resistansi dari insulin itu sendiri. Pada umumnya, penyimpanan adiposa tubuh memiliki korelasi positif dengan resistansi insulin. Pengobatan jangka pendek (4 minggu) dengan Olanzapine (OLZ) menyebabkan peningkatan penyimpanan dalam jaringan adiposa, yang mana berhubungan dengan menurunnya sensitifitas dari insulin. OLZ sebagaimana atypical antipsychotic lainnya bertindak sebagai antagonis terhadap beberapa reseptor neurotransmitter, mencakup dopamine, serotonin, histamine, dan acetylcholine (Martins et al. 2010). ISI Pengaruh pengobatan antipsikotik terhadap berat badan dan penyakit diabetes dilihat dengan pengukuran Body Mass Index (BMI) dan kadar glukosa. Perubahan berat badan diukur pada beberapa periode waktu penggunaan yaitu 3 bulan pertama, setelah 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. Roy et al (2010) membandingkan pengaruh antipsikotik terhadap usia muda dan dewasa. Dari penelitiannya diperoleh perbedaan antara pasien yang diberi antipsikotik dengan yang tidak diberi antipsikotik. Pasien yang diberi antipsikotik memperoleh BMI yang lebih besar. Pada 3 bulan pertama penggunaan antipsikotik terhadap golongan muda mengakibatkan perubahan berat 11,8% dan BMI berubah 10,1%. Pada golongan dewasa terjadi perubahan berat sebesar 12,2% dengan perubahan BMI yang relatif sama dengan perubahan berat tersebut. Hal ini disebabkan tinggi orang dewasa yang relatif tetap. Pemakaian selama 6 bulan pada golongan muda menunjukkan perubahan rata-rata berat sebesar 16,2%, perubahan BMI 11,8% dan untuk golongan dewasa sebesar 13,1%. Nilai BMI yang dikonversi dalam bentuk z-score menunjukkan BMI zscore pada usia muda awalnya -0,02 yang kemudian setelah pengobatan dengan antipsikotik terjadi peningkatan menjadi 0,63 pada bulan ke-3, dan 0,67 pada bulan ke-6. Pengukuran pada bulan ke 12 memperlihatkan nilai yang lebih rendah dibandingkan pemakaian 6 bulan, namun lebih tinggi 0,76 dibanding keadaan awal. Pada bulan ke-24 zscore meningkat lagi 0,25. Pada orang dewasa, konversi BMI z-score tidak diberlakukan berkaitan dengan tinggi yang relatif konstan. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa pengobatan antipsikotik yang berkelanjutan menyebabkan kenaikan berat badan dan nilai BMI. Titik puncak dari kenaikan BMI tersebut adalah pada pemakaian 6 bulan. Nilainya kemudian turun setelah 12 bulan dan meningkat lagi pada 24 bulan, namun tidak melebihi nilai z-score pada pemakaian 6 bulan. Kompoliti et al. (2010) yang melihat pengaruh penggunaan antipsikotik terhadap berat badan pada 3 bulan pemakain pertama juga memperoleh perbedaan yang signifikan antara pasien yang diberi antipsikotik dengan yang tidak diberi antipsikotik. Untuk sampel yang diobati dengan antipsikotik, 68,5% mengalami obesitas. Ini menunjukkan lebih tingginya berat badan dan tingkat obesitas pada pasien yang diobati dengan antipsikotik dibandingkan dengan yang tidak diobati antipsikotik. Hasil yang mendukung juga diperlihatkan oleh penelitian-penelitian lainnya (Weiss et al. 2009, Panagiotopoulus et al. 2009 dan Sacket et al.2010). Panagiotopoulus et al (2009) membandigkan z-score BMI pada golongan muda SGA-treated dengan SGA-naïve. Gambar 1 : Distribusi standardisasi BMI untuk subjek SGA-treated dan subjek control SGA-naive Sumber : Panagiotopoulus et al. 2009 Dari grafik terlihat lebih tingginya resiko obesitas terhadap golongan muda yang diobati dengan antipsikotik. Bertambahnya berat badan pada pasien yang diobati dengan antipsikotik disebabkan oleh peningkatan nafsu makan yang tidak diseimbangi dengan peningkatan penggunaan energi. Akibatnya terjadi peningkatan penyimpanan dalam jaringan adiposa yang mengakibatkan penambahan berat badan. Keadaan yang berlajut menyebabkan terjadinya obesitas. Efek pengobatan dengan antipsikotik juga dilihat terhadap kadar glukosa dalam darah pasien. Pengukuran kadar glukosa dilihat pada 3 bulan pemakaian pertama hingga 6 bulan. Pada golongan muda tidak terlihat perubahan yang signifikan terhadap kadar glukosa. Sedangkan pada golongan dewasa terjadi kecenderungan meningkatnya kadar glukosa 4,8% pada 3 bulan pertama.(Roy et al. 2010) Gambar 2. Perbandingan glukosa pada subjek SGA-treated dengan subjek control SGA-naive dengan penurunan sensitivitas insulin hati. Olanzapine dan juga antipsikotik lainnya bertindak sebagai antagonis terhadap beberapa reseptor neurotransmitter, mencakup dopamine, serotonin, histamine, dan acetylcholine. OLZ menginduksi resistensi insulin dengan tidak berubahnya pemasukan makanan dan komposisi tubuh. KESIMPULAN Sumber: Panagiotopoulus et al. 2009 Dari grafik hasil yang diperoleh Panagiotopoulus et al (2009) terlihat adanya efek pengobatan antipsikotik terhadap kadar glukosa darah dan penyakit diabetes tipe 2. Pada SGAnaïve tidak terdapat kasus diabetes tipe 2. Obesitas merupakan faktor utama penyebab diabetes tipe 2. Obesitas dihubungkan dengan resistansi insulin, suatu kondisi metabolic dimana jumlah sekresi insulin tidak cukup untuk mentranspor glukosa ke dalam sel otot, lemak dan hati. Diabetes tipe 2 terjadi karena tidak mampunya pankreas memenuhi kebutuhan insulin tubuh. Hal ini terjadi akibat pertambahan berat badan seseorang atau tingginya Body Mass Index (BMI). (Castagna.2011) Salah satu atypical antipsychotic yaitu olanzapide (OLZ) yang menyebabkan peningkatan penyimpanan adiposa dan berkaitan Dari beberapa hasil penelitian terhadap pengobatan antipsikotik pada pasien gangguan mental, dapat disimpulkan bahwa pengobatan ini memberikan efek terhadap metabolisme dalam tubuh. Efek yang ditimbulkan yaitu bertambahnya berat badan yang dilihat dari Body Mass Index (BMI) dan juga mempengaruhi metabolisme glukosa. Peningkatan berat badan yang mencapai taraf obesitas mengakibatkan penyakit diabetes tipe 2. Timbulnya penyakit ini akibat resistensi insulin, sehingga glukosa yang ada dalam darah tidak bisa lagi dibawa ke jaringan otot, lemak dan hati. Akibatnya terjadi peningkatan glukosa dala darah (Diabetes). UCAPAN TERIMA KASIH Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Abdi Dharma, M.S yang telah membimbing dalam pembuatan review ini dan juga kepada temanteman yang membantu kelancaran pembuatan review. STRUKTUR BEBERAPA ATIPICAL ANTIPSIKOTIK 1. Olanzapine 2. Risperidone 3. Quetiapine 4. Aripiprazole 5. Ziprasidone DAFTAR PUSTAKA 1. Castagna LG. 2011. Type II Diabetes in Children. J Psychology 5: 1-10. 2. Kobylecki CJ, Jakobsen KD, Hansen T, Jakobsen IV, Rasmussen HB, Werge T. 2009. CYP2D6 Genotype Predicts Antipsychotic Side Efeects in Schizophrenia Inpatients:A Retrospective Matched CaseControl Study. J Neuropsychobiology 59: 222-226. 3. Kompoliti K, Stebbins GT, Goetz CG, Fan W. 2010. Association Between Antipsychotic and Body Mass Index When Treating Patients With Tics. J Child and Adolescent Psychopharmacology 20: 277-281. 4. Martins PJF, Haas M, Obici S. 2010. Central Nervous System Delivery of the Antipsychotic Olanzapine Induces Hepatic Insulin Resistance. J diabetes 59: 2418-2425. 5. Panagiotopoulus C, Ronsley R, Davidson J. 2009. Increased Prevalence of Obesity and Glucose Intolerance in Youth treated With Second-Generation Antipsychotic Medications. J Psychiatry 54: 743748. 6. Penzer JB, Dudas M, Saito E, Olshansky V, Parikh UH, Kapoor S, Chekuri R, Gadaleta D, Avedon J, Sheridan EM, Randell J, Malhotra AK, Kane JM, Correll CU. 2009. Lack of Effect of Stimulant Combination with Second-Generation Antipsychotics on Weight Gain, Metabolic Changes, Prolactin Levels, adnd Sedation in Youth with Clinically Relevant Aggression or Oppositionality. J Child and Adolescent Psychopharmacology 19: 563-573. 7. Roy G, Bedard A, Desmarais PA, Jourdain F, Allen S, Michaud D, Amor LB. 2010. Age-Dependent Metabolic Effects of SecondGeneration Antopsychotics in Second-Generation Antopsychotics-Naïve French Canadian Patients. J Child and Adolescent Psychopharmacology 20: 479-487. 8. Sackett G, Unis A, Croutharnel B. 2010. Some Effects of Risperidone and Quetiapine on Growth Parameters and Hormone Levels in Young Pigtail Macaques. J Child and Adolescent Psychopharmacology 20: 489-493. 9. Saklad SR. 2004. The Pharmacology of Metabolic Complications Due To Weight Gain. J nursing 2: 93-100. 10. Schienkiewitz A, Schulze MB, Hoffmann K, Kroke A, Boeing H. 2006. Body Mass Index History and Risk of Type 2 Diabetes: result from the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC)-Potsdam Study. J Clinical Nutrition 84: 427-433. 11. Weiss M, Panagiotopoulos C, Giles L, Gibbins C, Kuzeljevic B, Davidson J, Harrison R. 2009. A Naturalistic Study of Predictors and Risks of Atypical Antipsychotic Use in an AttentionDeficit/Hyperactivity Disorder Clinic. J Child and Adolescent Psychopharmacology 19: 575-582.