REKOLEKSI SEKTOR MARIA RATU, DALUNG. SABTU, 24 AGUSTUS 2013. DINAMIKA BERSEKTOR YANG JAUH DIRANGKUL, YANG DEKAT SEMAKIN DEKAT MENGURAI BENANG MERAH PERMASALAHAN SEKTOR/WILAYAH/KELOMPOK BASIS I. Permasalahan A. Permasalahan Umum 1. Pertemuan warga Seringkali dikeluhkan, warga yang hadir pada pertemuan-pertemuan di tingkat basis/lingkungan, wilayah/sektor, boleh dibilang sedikit, padahal yang terdaftar sebagai warga cukup banyak. Keputusan dan kesepakatan yang diambil pada pertemuan-pertemuan itu pun akhirnya tidak sampai kepada semua warga. Program kerja yang telah direncanakan pun akhirnya sulit diwujudkan. Sampai akhirnya penggantian pengurus, kejadian yang sama pun berulang. 2. Pemimpin kurang disukai Banyak juga keluhan terhadap pengurus yang memimpin sektor. Ada yang menilai arogan, kurang giat, atau hanya mencari popularitas saja. Di beberapa kasus, pemimpin sektor tidak diterima karena permasalahan pribadi, sebagai konsekuensi hidup bertetangga. Umumnya warga menolak untuk diangkat menjadi pengurus, dengan alasan sendiri-sendiri, tetapi kemudian menolak pengurus yang terpilih. 3. Keterbatasan pribadi Partisipasi warga seringkali dihambat oleh faktor-faktor yang bersifat pribadi. Kesibukan dalam pekerjaan atau aktivitas lain menyebabkan warga jarang hadir di pertemuan sektor. Status sosial bisa juga menyebabkan warga enggan hadir, entah karena faktor ekonomi atau pun permasalahan sosial yang sedang melanda. 4. Banyak aturan sedikit aksi Tidak jarang Sektor terjebak membuat berbagai macam aturan yang pada akhirnya menjadi sulit dijalankan. Peraturan diputuskan agak tergesa-gesa, kurang mempertimbangkan kelayakannya. Di beberapa sektor malah dibuat aturan yang menyentuh hal-hal yang bersifat privasi sehingga dinilai melenceng dari aturan di atasnya. 5. Pembahasan yang kurang menarik Agenda rapat seringkali disepelekan, sehingga pertemuan berlangsung ngalor-ngidul. 1 Dinamika Bersektor, yang jauh dirangkul, yang dekat semakin dekat Ditambah lagi, ada pengurus atau warga yang gemar berbicara, mendominasi pertemuan. Tidak jarang pula orang mengkonsumsi waktu pertemuan dengan kisah sukses yang dicapai, terkadang disampaikan berulang-ulang, sehingga sebagian warga bolak-balik melirik jam tangannya, kapan pertemuan akan berakhir. 6. Keseimbangan antara memberi dan menerima Topik pembicaraan lebih sering berorientasi kepada kewajiban-kewajiban sehingga warga merasa lebih banyak memberi ketimbang menerima. Pembicaraan lebih sering berputar di sekitar iuran, sumbangan, atau kewajiban lain, sementara warga berharap menerima manfaat bersektor. 7. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya bersektor Umumnya warga terlibat di sektor atau kelompok basis karena adanya kebutuhan akan pelayanan gereja, terutama pelayanan sakramen, di samping kebutuhan yang terkait dengan kematian. Apakah kegunaan sektor hanya terbatas kepada pokok-pokok itu saja? 8. Permasalahan lainnya Daftar ini bisa semakin panjang karena masih terdapat permasalahan lain yang tidak diungkap di sini. Misalnya, kegiatan pendalaman kitab suci pada Bulan Kitab Suci seringkali sepi warga, malahan di beberapa sektor kegiatan ini tidak dapat dilangsungkan karena tidak ada pesertanya. Berbagai alasan terungkap: malu karena tidak memahami kitab suci, enggan karena disuruh-suruh aktif berbicara, dan sebagainya. Tetapi dari yang diungkapkan di atas rasanya cukup mewakili kenyataan bahwa sektor memang menghadapi permasalahan. B. Mencari jalan keluar Situasi dan kondisi sektor tidak akan berubah menjadi lebih baik kalau tidak ada upaya yang dilakukan, yakni dengan sengaja melakukan perbaikan. 1. Siapa yang mesti memulai? Pengalaman mengatakan: siapa yang mengusulkan akhirnya ditunjuk untuk melaksanakan, sehingga warga lalu memilih untuk tidak mengusulkan. Umum terjadi saling-tunjuk, saling mengungkapkan keterbatasannya. 2. Dari mana memulainya? Mengurai benang kusut tidak dapat dilakukan sekaligus, Roma tidak dibangun dalam sehari. Untuk menyepakati mana yang terlebih dahulu saja seringkali menimbulkan perdebatan, karena kepentingan warga berbeda-beda satu dengan lainnya. Bukan hal mustahil, akhirnya tidak memulai-mulai. 3. Kapan memulainya? Umumnya pengurus mau menyediakan lebih banyak waktunya bagi sektor, tetapi tidak semua warga sama seperti pengurusnya. Pengaturan waktu yang salah dapat menyebabkan mandegnya kegiatan sektor. 4. Bagaimana memulainya? Hasil akhir ditentukan oleh langkah awal. Kesalahan melakukan langkah awal berdampak kepada hasil akhir. 2 Dinamika Bersektor, yang jauh dirangkul, yang dekat semakin dekat Umumnya kegiatan yang sama direspon berbeda-beda antara warga yang satu dengan warga lainnya. II. Kebutuhan berkomunitas A. Kebutuhan Dasar Rohaniah [Mat 18:20] “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Sebagai manusia lemah dan percaya kepada Tuhan, orang akan datang kepada-Nya untuk meminta pertolongan. Tidak ada satu pun orang yang terbebas dari beban hidupnya, semua mengalami kesusahannya sendiri-sendiri. Pertolongan Tuhan adalah kebutuhan dasar orang-orang beriman. Kehadiran Tuhan adalah dambaan setiap orang beriman. Yesus telah menyampaikan janjinya, bahwa Yesus akan hadir di tengah-tengah orang yang berkumpul atas dasar iman yang sama. Sektor adalah fasilitas yang utama untuk berkumpul seperti yang dikehendaki Yesus. Menjadi yang utama karena lokasinya di sekitar rumah tinggal sehingga mudah dijangkau. Selain itu, lebih mudah bagi kita untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Tak kenal maka tak sayang. Menjadi penting untuk membangun “Bait Allah” di sektor kita. [Yoh 6:27] “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya." Tidak dapat disangkal, orang mesti bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah, untuk menyekolahkan anak-anaknya, serta untuk keperluan duniawi lainnya. Tidak dapat disangkal, martabat akan meningkat seiring dengan tingkat finansial. Orang kaya didahulukan, orang miskin diabaikan. Tentu kita tidak akan menyangkal juga: Apa pun yang kita peroleh, seluruhnya akan kita tinggalkan di saat meninggal dunia, tak satu pun yang dapat karena semuanya ibarat harta yang dapat binasa, kecuali yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Mengenai hal ini seyogyanya tidak lagi kita ragukan karena Anak Manusia sendiri yang memberikannya kepada kita, dan disahkan oleh Bapa serta bermeterai pula. Sektor adalah sarana penting untuk kita bekerja bagi makanan yang tidak akan binasa itu. Di lingkungan pekerjaan, para karyawan berbeda-beda agama, tetapi di sektor kita semua se-iman. Sektor adalah keluarga besar kita. 3 Dinamika Bersektor, yang jauh dirangkul, yang dekat semakin dekat B. Kebutuhan akan Gereja Dari sejak jaman purba kita memiliki “dua tuan”. Tuan yang satu mengatur kita untuk urusan-urusan vertikal dan yang satunya untuk urusan horisontal. Gereja mengurusi yang vertikal, dan pemerintah yang horisontal. Ibarat salib Yesus, keduanya kita butuhkan. Tetapi yang terjadi, ada orang yang lebih taat kepada pemerintah ketimbang kepada pastornya. Sebagai umat Katolik, kita membutuhkan Gereja. Salah satu contoh, Catatan Sipil tidak bisa mengeluarkan Akte Perkawinan sebelum kita mendapatkan Sakramen Perkawinan di Gereja. Jika hal ini tidak kita urus dengan tuntas, maka anak-anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak yang tidak sah. Seringkali kita tidak menyadari bahwa Sektor adalah Wakil Gereja. Datang ke pertemuan sektor sesungguhnya sama dengan kita datang ke gereja. Mengikuti misa di gereja paroki, begitu ramainya orang tetapi hanya sedikit yang kita jumpai karena tak saling kenal. Mengikuti Misa Sektor, mungkin sedikit yang datang tetapi hampir seluruhnya kita jumpai karena kita mengenalnya. C. Kebutuhan Sosial 1. Kebersamaan dalam suka dan duka Di saat dukacita karena kematian, status sosial akan nampak dari banyaknya orang yang melayat dan membantu pemakaman. “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.” Kebersamaan tidak bertujuan untuk menjadikan kita semuanya sama. Justru perbedaan-perbedaan itu akan memperkaya kebersamaan itu. Tenggang-rasa adalah kata kunci untuk menangkal saling merendahkan satu sama lainnya, tetapi Yesus mengutarakannya dengan cara lain, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” [Mat 7:3] Sesungguhnya bagaimana kita di sektor adalah cerminan kemampuan kita berkomunitas. Rasul Paulus mengungkapkan kebersamaan ini dengan sangat indah, “Sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekali pun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.” Silahkan baca lebih lengkap pada [1Kor 12:12-31]. Kebersamaan di antara anggota-anggota menjadikannya satu tubuh, demikian pulalah dengan sektor kita. 2. Kebutuhan untuk didengarkan, diperhatikan dan dicintai. Didengarkan, diperhatikan dan dicintai adalah kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar ini seringkali kali bisa kita dapatkan dari orang-orang jauh, tetapi sulit didapat dari orang-orang dekat. Orang-orang dekat malah lebih sering menimbulkan luka di hati kita. [Mrk 6:4] “Maka Yesus berkata kepada mereka: Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." 4 Dinamika Bersektor, yang jauh dirangkul, yang dekat semakin dekat Sektor adalah komunitas yang paling berpeluang bagi kita untuk didengarkan, diperhatikan dan dicintai. 3. Peran serta dalam komunitas [1Kor 14:26] “Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.” Ada banyak orangtua memvonis anaknya sebagai orang yang tak mampu, terkebelakang, menganggapnya bodoh. Lalu orang pun seringkali memvonis dirinya sendiri sebagai orang bodoh. Lalu mulai melupakan Injil yang mengatakan bahwa “Ada rupa-rupa karunia. Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.” Silahkan baca lebih lengkap pada [1Kor 12:1-11]. Setiap orang diberi karunianya masing-masing, tak ada satu pun yang tidak diberikan. Karunia yang kita terima itulah yang kita berikan untuk kepentingan bersama dalam berkomunitas di sektor. D. Kebutuhan Kesejahteraan Komunitas membuka peluang terjadinya relasi bisnis dan kesempatan kerja. Komunitas sebagai sarana untuk mewartakan potensi diri. Dan sektor adalah komunitas itu. Orang yang jarang bergaul disebut “kuper” makanya rejeki pun menjauh. Rejeki adalah karunia Tuhan, sebagaimana dikatakan Rasul Paulus, “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.” [1Kor 3:8] Adalah pandangan yang keliru yang mengatakan bahwa berkegiatan di sektor itu hanya buang-buang waktu saja. Entah darimana didapatkan pandangan seperti itu. “Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” [Kol 3:24]. Ada banyak sekali kisah orang-orang yang sukses ternyata merupakan orang-orang yang giat berkomunitas. E. Kebutuhan Kebersamaan [Ef 2:19] “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan se warga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.” Sektor adalah tempat berkumpulnya anggota-anggota keluarga Allah. Di sanalah bisa kita temui kawan se warga kita. Tentu saja kita tidak akan merasakan hal ini kalau jarang muncul di sektor. Yang ada, kita akan merasa “sendirian”, merasa Tuhan tidak mendengarkan doa-doa permohonan kita. Kebersamaan adalah kebutuhan. 5 Dinamika Bersektor, yang jauh dirangkul, yang dekat semakin dekat Adalah fakta, umat Katolik itu minoritas. Dan juga fakta, perkawinan se-iman berpeluang lebih baik. Atas dasar ini, menjadi penting untuk bersama-sama di lingkungan sektor, memberi kesempatan bagi anak-anak kita untuk mengenal teman-teman se bayanya, lalu bersama-sama teman satu sektor datang ke komunitas paroki. Ini salah satu contoh kebutuhan itu. III. Komunitas di dalam Keluarga Keberhasilan kita berkomunitas di lingkungan sektor sangat ditentukan oleh keberhasilan kita mewujudkannya di dalam keluarga kita sendiri. Di dalam keluargalah kita memulainya. Anggota keluarga adalah orang yang seringkali membuat kita terluka, tetapi se buruk apa pun relasinya, ikatan darah itu sulit sekali diceraikan. 1. Sebagai yang pertama-tama yang mesti dibangun [1Tim 3:5 ] “Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?” 2. Relasi di dalam keluarga Tuhan telah memberikan ikatan rohaniah di antara anggota keluarga. [Luk 11:11 ] “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?” [Mat 7:9 ] “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti?” Inilah benang merah yang hendak kita urai itu. Kita “bereskan” di tingkat keluarga terlebih dahulu, maka persoalan di tingkat sektor pun akan “beres” dengan sendirinya. Adalah naif kalau kita mengatakan tidak mampu membereskan yang di dalam keluarga kita sendiri. Kalau bukan kita yang membereskannya, lalu siapa? IV. Memancarkan Wajah Kristus dalam Kehidupan sehari-hari Kita bisa tersinggung kalau agama kita dilecehkan orang, sebaliknya, apakah kita sendiri menghormati agama kita? Perlu upaya nyata agar orang-orang bisa melihat betapa baiknya kita, yaitu dengan memancarkan wajah Kristus dalam setiap sikap, tindakan dan perilaku kita, maka wajah itu akan memancar, mula-mula di lingkungan keluarga, lalu di lingkungan sektor, selanjutnya di lingkungan yang lebih luas lagi. [Luk 11:33] "Tidak seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.” 6 Dinamika Bersektor, yang jauh dirangkul, yang dekat semakin dekat [Mat 5:15] “Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.” [Mrk 4:21] “Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.” Inilah ajakan Yesus Kristus yang sangat indah. Marilah kita nyalakan pelita kita, pelita yang memancar dari lubuk hati kita, pelita yang cahayanya tidak menyilaukan mata tetapi menerangi seterang-terangnya itu. Setelah menyala, mari kita tempatkan di atas kaki dian, agar cahayanya bermanfaat bagi orang-orang yang berada di sekitar kita. Memancarkan penyesatan, fitnah atau kutuk adalah dosa. Tuhan jelas tidak berkenan. Cahaya pelita yang kita pancarkan itulah penangkal ampuh terhadap upaya-upaya orang untuk menyesatkan, memfitnah atau pun mengutuk kita. Cahaya ini pulalah yang akan menangkal kita dari kuasa kegelapan. Cahaya ini pulalah yang akan mempersatukan kita dalam kebersamaan sebagai kawan se warga, sebagai anggota dari keluarga Kerajaan Surga. Jangan menunda-nunda lagi, kita mulai dari sekarang! Dalung, 24 Agustus 2013. Disusun dalam rangka Peringatan Ulang Tahun Sektor Maria Ratu, Paroki Tritunggal Mahakudus, Tuka, Badung, Bali. Pastor Kris Ratu, SVD. Pasutri Sandy-Erna. 7