Catatan : Tidak ada definisi biaya dalam UU Pajak

advertisement
KONSEP PENDAPATAN DAN
BIAYA DALAM PAJAK
Aku bangga Indonesia
• Aku Cinta Indonesia
MENGHITUNG PAJAK TERUTANG
Pajak Terutang = Tarif PPh X Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak ====> Penghasilan Netto
Penghasilan Netto = Penghasilan - Biaya
TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Pasal 17 ayat (1) a UU No.17/2000 ( UU PPh)
BERLAKU SEBELUM TAHUN 2009
NO
Lapisan Penghasilan
Tarif
1.
S.d. Rp 25.000.000,-
5%
2.
Di atas Rp 25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000
10%
3.
Di atas Rp 50.000.000,- s.d. Rp100.000.000,-
15%
3.
Di atas Rp 100.000.000,- s.d. Rp 200.000.000,-
25%
4
Di atas Rp. 200.000.000,00
35%
TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Pasal 17 ayat (1) a UU No.36/2008 ( UU PPh)
BERLAKU 1 JANUARI 2009
LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK
TARIF
SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA
5%
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN Rp 250 JUTA
15%
DI ATAS Rp 250 JUTA
SAMPAI DENGAN Rp 500 JUTA
25%
DI ATAS Rp 500 JUTA
30%
TARIF UNTUK WAJIB PAJAK BADAN
Pasal 17 ayat (1) a UU No. 17/2000 ( UU PPh)
Lapisan Penghasilan
NO
Tarif
1.
S.d. Rp 50.000.000,-
10 %
2.
Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000
15%
3.
Di atas Rp.100.000.000
30%
TARIF UNTUK WAJIB PAJAK BADAN
Pasal 17 ayat (1) a UU No.36/2008 ( UU PPh)
Tahun
Tarif
2009
28%
2010
25%
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Menggunakan Pembukuan
( Wajib Pajak Badan)
Penghasilan/Penjualan
Biaya Usaha
Rp. xx
(Rp. xx)
Rp. xx
Penghasilan di luar usaha
Rp xx
Biaya di Luar Usaha
(Rp. xx)
Rp. xx
Rp. xx
Kompensasi Kerugian
(Rp.xx)
Penghasilan Kena Pajak
Rp. xx
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Menggunakan Pembukuan
( Wajib Pajak Orang Pribadi)
Penghasilan/Penjualan
Rp. xx
Biaya Usaha
(Rp. xx)
Rp. xx
Penghasilan di luar usaha
Rp xx
Biaya di Luar Usaha
(Rp. xx)
Rp. xx
Rp. xx
Kompensasi Kerugian
(Rp. xx)
Rp xx
PTKP
(Rp. xx)
Penghasilan Kena Pajak
Rp. xx
FORMULA PAJAK PENGHASILAN
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
KOMPONEN PERHITUNGAN
Jumlah seluruh penghasilan
Penghasilan tidak objek pajak penghasilan
Penghasilan bruto
Biaya fiskal boleh dikurangkan
Koreksi :
Biaya yang tidak boleh dikurangkan
Penghasilan neto
Kompensasi kerugian
Penghasilan Tidak Kena Pajak ( Wajib Pajak
Orang Pribadi )
Penghasilan Kena Pajak
Tarip pajak
Pajak Penghasilan Terutang
Kredit pajak
Pajak Penghasilan Kurang Bayar / Lebih Bayar /
Nihil Bayar
(-)
(=)
(-)
(-)
(=)
(-)
(-)
(=)
(x)
(=)
(-)
KETENTUAN
Pasal 4 ayat 1
Pasal 4 ayat 3
(1-2)
Pasal 6 ayat 1
Pasal 11
Pasal 11A
Pasal 9 ayat 1 dan 2
(3-4)
Pasal 6 ayat 2
Pasal 7 ayat 1
(5-6-7)
Pasal 17
(8-9)
Pasal 21; 22, 23, 24
dan pasal 25
( 10 - 11 )
Pasal 28, 28 A dan 29
9
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan
( Wajib Pajak Orang Pribadi)
Penghasilan Netto=
Tarif NPP x Peredaran Bruto
=Rp. xx
Penghasilan di luar usaha
Rp xx
Biaya di Luar Usaha
(Rp. xx)
Rp. xx
Rp. xx
PTKP
(Rp. xx)
Penghasilan Kena Pajak
Rp. xx
Contoh besarnya norma
Medan, Palembang,
Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya,
Denpasar, Manado,
Makassar, & Pontianak
Ibu kota
propinsi
lainnya
Daerah
lainnya
Industri kecap, tauco, tempe, oncom, tahu, dan tempe,
oncom, tahu, dan pengolahan kedele/kacang-kacangan
lainnya.
15
12,5
10
Perdagangan eceran barang-barang kelontong,
supermarket dan warung
30
25
20
Perdagangan eceran barang-barang elektronik,
perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik.
30
25
20
Rumah makan dan minum.
25
20
20
Notaris
55
50
50
Dokter.
45
42,5
40
Jenis Usaha
KEP- 536 /PJ./2000
PTKP
2000 - 2003
2004-2005
2006-2008
2009 - Sep
2012
WAJIB PAJAK
Rp.2.880.000 Rp.12.000.000
Rp. 13.200.000
Rp.15.840.000
Kawin
Rp.1.440.000 Rp. 1.200.000
Rp. 1.200.000
Rp. 1.320.000
Rp.1.440.000 Rp. 1.200.000
Rp. 1.200.000
Rp. 1.320.000
Rp.2.880.000 Rp. 12000.000
Rp. 13.200.000
Rp.15.840.000
Tanggungan
max 3 orang @
Tambahan Istri
bekerja
(1)
(2)
(3)
(1) UU No. 17 Tahun 2000
(2) Kepmenku no. 564/KMK.03/2004
(3) Permenku np. 137/PMK 03/2005 dan Perjak np. 15/PJ/2006
(4) UU No. 36 Tahun 2008 dan Permenku no 254.PMK 03/2008
(4)
PTKP mulai 2012/OKT
PMK No. 162 Tahun 2012 Tentang PTKP
2012 - ?
WAJIB PAJAK
Rp.24.300.000
Kawin
Rp. 2.025.000
Tanggungan max 3 orang @ Rp. 2.025.000
Tambahan Istri bekerja
Rp. 24.300.000
Konsep Penghasilan dalam Akuntansi
Definisi :
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal
Penghasilan meliputi
- Pendapatan ( Revenues )
- Keuntungan ( Gains )
Pengakuan& Pengukuran Penghasilan
1. Prinsip Umum
Penghasilan diakui pada saat realisasi transaksi:
a. Penghasilan dari transaksi penjualan produk diakui
pada tanggal penjualan (tanggal penyerahan produk
kepada pembeli )
b. Penghasilan dari pemberian jasa diakui pada saat
jasa dilakukan dan dibuatkan fakturnya.
c. Imbalan atas penggunaan aktiva atau sumber
ekonomis perusahaan, seperti bunga, sewa dan
royalti, diakui sejalan dengan berlalunya waktu
(accrual) atau pada saat penggunaan aktiva.
2. Pengecualian Terhadap Prinsip Umum
Dalam keadaan tertentu, pengakuan
penghasilan dapat menyimpang dari prinsip
umum seperti berikut
a. Penghasilan diakui pada saat selesainya
proses produksi.
b. Penghasilan diakui secara proporsional
selama tahap produksi.
c. Penghasilan diakui pada saat pembayaran
diterima.
d. Penghasilan dari penjualan konsinyasi
Pengukuran Penghasilan
1. Pengukuran penghasilan dengan menggunakan nilai
tukar dari barang dan jasa
2. Dalam proses pengukuran penghasilan nilai yang
sering digunakan adalah nilai realisasi/penyelesaian
(realizable/ settlement value), yaitu jumlah kas atau
setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly
disposal).
3. Nilai yang digunakan untuk mengakui adanya
penghasilan adalah nilai sekarang yang dibayarkan
atau akan dibayarkan sebagai pengganti penyerahan
barang atau jasa kepada konsumen.
KONSEP PENGHASILAN MENURUT PAJAK
(Pasal 4 UU PPh 2008)
PENGHASILAN
SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG:
•Diterima atau diperoleh Wajib Pajak
•Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
•Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan
DENGAN NAMA DAN DALAM
BENTUK APAPUN
18
Jenis-jenis Penghasilan
Penghasilan Yang merupakan Objek Pajak
Penghasilan Yang dikenai Pajak Final
Penghasilan Yang Bukan Merupakan Objek Pajak
Jenis Penghasilan Menurut Pajak (Obyek Pajak)
1. Penggantian atau imbalan sehubungan pekerjaan atau jasa,
kecuali ditentukan lain oleh UU. Gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang lain.
2. Hadiah dari undian, atau pekerjaan, atau kegiatan dan
penghargaan,
3. Laba Usaha
4. Keuntungan penjualan atau pengalihan harta, termasuk
pengalihan harta perseroan kepada persero dan sebaliknya,
dari likuidasi, penggabungan, peleburan, penukaran,
pemecahan, dan pengambilalihan usaha, dan dari hibah,
bantuan atau sumbanagan selain kepada badan keagamaan,
pendidikan, sosial, pengusaha kecil,dan koperasi
Jenis Penghasilan …………..
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang dibebankan
sebagai biaya
6. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan karena
pengembalian utang
7. Deviden dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan dari pembebasan utang, kecuali sampai jumlah
tertentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah
Jenis Penghasilan…….
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang
asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva,
14. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh
perkumpulan dari anggota yang terdiri dari
wajib pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak.
Penghasilan…………
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah ( lihat
PP 25 Tahun 2009)
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud
dalam UU KUP (lihat SE 04/PJ42/2002)
19. Surplus Bank Indonesia
Penghasilan Final
Pasal 4 Ayat (2)
1.Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek (Tarif transaksi
0,03% final)
Lihat : PP No. 41/1994 jo PP No. 14/1997, KMK 282/ KMK.04/1997,
2.Penghasilan dari hadiah undian (tarif 25 % final)
Lihat : PP No. 132/2000
3. Penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas tanah atau bangunan (tarif 10%
final dari NJOP untuk WP Orang pribadi dan yayasan, dan tarif 10% tidak final
untuk badan bukan sebagai barang dagangan)
Lihat : PP No. 48/1994 Jo PP No. 27/1997 Jo PP No. 79/1999, KMK 566/
KMK.04/1999
4. Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank
Indonesia (tarif 20% final, besar tabungan minimal Rp. 7.500.000,00)
Lihat : PP No. 131/2000 , KMK 51/KMK.04/2000
5. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan (untuk WP Orang
Pribadi, tarif 10% final dan untuk WP Badan 6% final)
Lihat : PP No. 29/1996 Jo PP No 5/2002, Kep-227/PJ/2002
6. Penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasi yang dijual di pasar modal
( tarif 5 % final)
Lihat : PP No. 139/2000 Jo PP No. 6/2002, KMK 558 /KMK.04/2000
Penghasilan Final………….
7. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi bagi pengusaha kecil yang nilai
pengadaannya kurang dari Rp 1 Milyar
PP No. 140/2000, KMK 559/KMK.04/2000
8. Uang pesangon
PP No. 149/2000
9. Uang Tebusan Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Tabungan Hari Tua yang
dibayar sekaligus
PP No. 149/2000
10. Honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja
dan penghasilan lain selain penghasilan terkait gaji yang dibebankan
kepada keuangan negara dan daerah (Tarif 0 % final bagi PNS golru I dan
II , Tantama dan Bintara bagi TNI/Polri ; 5% final bagi PNS golru III dan
Perwira Pertama bagi TNI/Polri; 15% bagi PNS golru IV dan Pamen dan
Pati bagi TNI/Polri (PP 80 Tahun 2010), Permenku 262/PMK.03/2010)
11. Penghasilan penyalur/dealer/agen produk Pertamina dan Premix
SK. MenKeu No. 450 /KMK.04/1997 dan SK. MenKeu No. 54/KMK.04/1997
Penghasilan Final………….
12. Penghasilan atas industri rokok.
SK. MenKeu No. 450 /KMK.04/1997 & SK. MenKeu No. 549/KMK.04/1997
13. Bunga simpanan anggota koperasi.
SK. MenKeu No. 605 /KMK.04/1994
14. Penghasilan Wajib pajak di bidang usaha pelayaran Dalam Negeri
SK. MenKeu No. 416 /KMK.04/1996
15. Penghasilan Wajib pajak di bidang usaha pelayaran/ penerbangan Luar
Negeri
SK. MenKeu No. 417 /KMK.04/1996
Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak)
1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh Badan Amil
Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus
satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan
sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan menteri keuangan,sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
2. Warisan
3. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari WP
atau Pemerintah
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi
bea siswa
Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak)…….
6. Deviden ayau bagian laba yang diterima oleh atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN, BUMD dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:deviden berasal dari cadangan
laba yang ditahan bagi PT, BUMN, BUMD yang menerima deviden,
kepemilikan sahamnya paling rendah 25 %
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar
pemberi kerja maupun oleh pegawai
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang tertentu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang
modalnya tidak terdiri dari saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi
Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak)………
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
di Indonesia, dengan syarat :merupakan perusahaan kecil, menengah atau
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa
efek di Indonesia
11. Beasiswa yang memnuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan
pengembangan yang terdaftar pada instansi yang membidanginya , yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatannya
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada wajib pajak tertentu yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan
14. Penerimaan Dana Jaminan Penyelesaian Transaksi Bursa dan PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia yang berasal dari Anggota Kliring (lihat Kep
Dirjen Pajak No. Kep-390/PJ/2002)
Pengakuan Penghasilan Menurut Pajak
Pengakuan Penghasilan menurut UU Perpajakan merujuk
kepada metode pembukuan yang diselenggarakan oleh Wajib
Pajak.
Pendekatan Akrual (Accral Basis)
Pengakuan penghasilan pada saat /waktu diperolehnya
penghasilan
Pendekatan kas (Cash Basis)
Pengakuan penghasilan pada saat diterimanya penghasilan
secara tunai
Menurut Metode Akrual, hak untuk menerima
sejumlah imbalan ( uang ) dari pemberian
jasa (atau dari penjualan barang ) sudah
diakui sebagai penghasilan, karena terjadi
realisasi transaksi.
Menurut Metode Kas, hak untuk menerima
sejumlah imbalan ( uang ) dari pemberian
jasa (penjualan barang) sudah diakui sebagai
penghasilan jika sudah terjadi realisasi
penerimaan uang tunai atas hak tersebut.
Metode Cash Basis Tidak Sepenuhnya Dapat
Diterapkan ?
Saat menghitung Penghasilan Kena Pajak, metode kas
dapat dipakai untuk menggeser penghasilan dari satu
ke lain tahun untuk memperoleh penghematan pajak
Metode Cash Basis
Dimodifikasi
1. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus
meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun tidak.
2. Pengeluaran untuk memperoleh harta yang dapat disusutkan
atau hak–hak yang dapat diamortisasi Harus dikapitalisai dan
dikurangkan dari penghasilan bruto melalui depresiasi dan
amortisasi.
Metode Accrual Basis Tidak Sepenuhnya Dapat Diterapkan ?
Metode Accrual Basis
Dimodifikasi
1. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan yang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
diperoleh perusahaan real estate yang dikenakan pajak penghasilan final
5% untuk rumah pada umumnya atau 2% untuk rumah sederhana & sangat
sederhana, yang dihitung dari penerimaan bruto.
Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan yang berupa tanah,
rumah, rumah susun, partemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah
kantor, rumah toko, gudang, dan industri yang dikenakan pajak final 6%
(untuk WP badan ) atau 10 % (WP Orang Pribadi ) dari penerimaan bruto.
Penghasilan dari bunga deposito / tabungan dan diskonto sertifikat Bank
Indonesia yang dikenakan pajak final 20% pada saat diterima.
Penghasilan dari penjualan saham dan obligasi di bursa efek
Penghasilan perusahaan pelayaran yang dikenakan pajak final 1,2%
(WPDN) atau 2,64% (WPLN)
Penghasilan para penyalur rokok yang dikenakan pajak final 0,1 % dari
transaksi pembelian bruto
Penghasilan perusahaan yang melakukan usaha dengan pola kerja sama
dengan PT Telkom yang dikenakan pajak fianl 5 %
PENGHASILAN
OBYEK PAJAK
FINAL
Put Pot
BUKAN OBJEK PAJAK
TDK FINAL
DIBAYAR SENDIRI
Th Berjalan = Pelunasan Pajak
Put Pot
DIBAYAR SENDIRI
Th Berjalan = Kredit Pajak
Akhir Tahun = PPh Dihitung kembali atas
seluruh penghasilan setahun.
34
KONSEP BIAYA DALAM AKUNTANSI
1. Pengertian
Menurut SAK (1994)
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal”.
Menurut FSAB
” expense are outflows or other using up of assets or
incurrences of liabilities (or a combination of both)
from delivering or producing goods, rendering,
services, or carrying out other activities that constitute
the entity’s on going major or central operation”.
2. Pegukuran dan Pengakuan Biaya
• Kewajaran dan kecermatan dalam pengukuran
biaya akan berpengaruh terhadap kewajaran
informasi keuangan yang dihasilkan.
• Sementara itu ketetapan saat pengakuan biaya
juga akan berpengaruh dalam penentuan laba
atau rugi perusahaan.
1. Dasar Pengukuran
Meskipun ada berbagai dasar pengukuran
namun dalam praktik dasar paling banyak
digunakan untuk mengukur biaya adalah
biaya historis. Dasar pengukuran tersebut
antara lain:
• Biaya Historis
• Biaya Masuk Terkini
• Setara Kas
2. Pengakuan Biaya
•
•
Biaya pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua
kriteria berikut dipenuhi (SFAC No.5):
Konsumsi manfaat
Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai
suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam
pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau
pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang
merepresentasikan operasi utama atau sentral entitas
tersebut.
Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang
Biaya diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya
diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau
tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.
KONSEP BIAYA MENURUT PAJAK
Biaya adalah sejumlah pengeluaran dan
penggunaan aktiva oleh Wajib Pajak untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan, kerugian dan pengurangan
tertentu yang ditetapkan undang-undang
Catatan :
a. Tidak ada definisi biaya dalam UU Pajak
b. Biaya hanya disebutkan sebagai pengurang penghasilan
bruto dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak
c. Disamping istilah biaya digunakan juga istilah beban (lihat di
penjelasan pasal 6 UU PPh)
Penjelasan UU PPh No 36/2008
PENGAKUAN BIAYA MENURUT PAJAK
1. Pengakuan biaya dilakukan jika biaya yang
dikeluarkan berhubungan langsung atau tidak
langsung dalam kegiatan usaha untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan
2. Tidak diakui biaya, jika :
– Biaya untuk mendapat penghasilan yg bukan objek
pajak
– Biaya utk mendapat penghasilan yg dikenakan
pajak final
– Biaya yang bersifat demeed profit
– Pengeluaran biaya yang melebihi kewajaran
3. Pengeluaran biaya yang manfaatnya kurang dari 1
tahun dapat dakui biaya, sedangkan yang
manfaatnya lebih dari 1 tahun diakui bertahap 42
sesuai umur manfaatnya.
Jenis Biaya Yang Dapat Dikurangkan
Dari Penghasilan Psl 6 (1)
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian
bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi,
dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,
bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi
dan penjualan. biaya administrasi, dan pajak kecuali
pajak penghasilan
2. Penyusutan dan amortisasi (metode penyusutan
harus sesuai dg pasal 11 & 11A)
43
Jenis Biaya Yang Dapat Dikurangkan……..
3.
4.
5.
6.
7.
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki untuk operasional perusahaan
Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
• Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tetap,
maka selisih kurs diakui pada saat terjadinya realisasi
pembayaran
• Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs
tengah BI, maka selisih kurs diakui pada akhir tahun
• Selisih kurs karena kebijakan pemerintah di bidang
moneter dibukukan dalam akun sementara di neraca, dan
pembebanannya dilakukan secara bertahap berdasarkan
realisasi pembayaran valas tersebut
Biaya litbang perusahaan yang dilakukan di Indonesia
Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
44
Biaya yg Dapat Dikurangkan – Psl 6 (1)
8.
a.
b.
c.
9.
10.
11.
12.
13.
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang antara kreditur dan debitur
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus
Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang tak tertagih kepada Dirjen
Pajak
sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
45
Biaya yg Diperbolehkan – Psl 6 (2)
1) Kompensasi Kerugian
Kerugian dapat dikompensasikan selama lima tahun, teritung
mulai tahun pajak berikutnya
2)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Kepada orang pribadi diberikan pengurangan Penghasilan
Tidak Kena Pajak
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan –
Pasal 9 (1)
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa
pun
– Untuk mengantisipasi dividen menjadi expense
2. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
dengan pengecualian: untuk bank, asuransi, dan
leasing dengan hak opsi, biaya reklamasi untuk
pertambangan boleh dibebankan
47
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Psl 9 (1)
4.
5.
Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa dwiguna, dan
beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi, dengan
pengecualian: jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi
tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang
bersangkutan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, dengan pengecualian: Penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
(yang diperbolehkan : penggantian atau imbalan dalam bentuk natura di
daerah terpencil; keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti pakaian dan
peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan
(satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal; pemberian
atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.)
48
Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Psl 9 (1)
6.
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan, kecuali zakat yang dibayar kepada BAZ yang
dibentuk oleh pemerintah
8. Pajak penghasilan
9. Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi WP / orang yang menjadi tanggungannya
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma,
atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham
11. Sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan
49
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
Pasal 10 (6)
• Selisih lebih penilaian harga pokok penjualan
yang menggunakan metode LIFO (Last In
First Out)
Berbasis Pasal 11
• Jumlah melebihi biaya penyusutan yang
ditetapkan oleh undang-undang PPh
50
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 3
• Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat (8) huruf
f dan g UU PPN sepanjang tidak dapat
dibuktikan benar telah dibayar
– Faktur pajak cacat / tidak lengkap
– Bisa dibuktikan dengan pembelian yang dilengkapi
dengan narasi : Harga sudah termasuk pajak
• Pajak masukan berkenaan dengan
pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan
dalam menentukan besarnya penghasilan
kena pajak sebagaimana pasal 9 (1) UU PPh
51
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
• Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan:
– Yang bukan objek pajak
– Yang pengenaan pajaknya bersifat final
– Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit atau
norma penghitungan penghasilan neto dan norma khusus
• PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan,
kecuali: PPh pasal 26, tetapi tidak termasuk dividen,
sepanjang PPh tsb ditambahkan dalam penghitungan
dasar untuk pemotongan pajak
– Contoh: PPh pasal 26: 20% x 100/80 x Fee (boleh
dibiayakan)
52
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
PP No 138 Tahun 2000
Pasal 4
• Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki
dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak
– Contoh: Perusahan mempunyai vila di puncak
• Dijual = Rugi, tidak dapat dibiayakan
• Dijual = untung, menjadi objek pajak final
Pasal 5
• Tidak dicatat sebagai penghasilan perusahaan selisih
lebih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta
yang dialihkan kepada pegawainya
– Contoh: Pelelangan yang harganya di bawah harga pasar
53
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
SE Dirjen Pajak No 20/PJ.42/1994
• Bunga pinjaman selama masa konstruksi
yang tidak dikapitalisir menjadi komponen
harga pokok atau harga perolehan aset.
• Contoh : pembangunan gedung
Kep. Dirjen Pajak No 220/PJ/2002
• 50% dari biaya pemakaian telepon seluler
yang meliputi beban penyusutan, biaya
berlangganan/pengisian ulang pulsa
perbaikan
• 50% dari biaya pemakaian kendaraan sedan,
yang meliputi beban penyusutan dan biaya
pemeliharaan / perbaikan rutin
54
Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan
SE Dirjen Pajak No 27/PJ.42/1986
• Biaya entertainment/jamuan dan sejenisnya
sepanjang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan usaha WP dan tidak dibuatkan
daftar nominatif dan dilampirkan pada SPT
tahunan PPh
SE Dirjen Pajak No 46/PJ.4/1995
• Bunga pinjaman seluruhnya, apabila rata-rata
pinjaman sama besar atau lebih kecil
dibandingkan rata-rata deposito / tabungan
• Bunga pinjaman sebagian, apabila rata-rata
pinjaman lebih besar dibandingkan rata-rata
deposito
55
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
• Contoh penghitungan biaya bunga yang
dapat dibebankan sebagian apabila jumlah
pinjaman lebih besar dibandingkan dengan
pendapatan bunga simpanan/deposito
Rincian Bunga Pinjaman Bank
Pokok
Pinjaman
125 jt
Tingkat
Bunga
24%
Masa
Pinjaman
Feb s.d Mei
Bunga
Pinjaman
10 jt
150 jt
24%
Juni s.d. Juli
6 jt
200 jt
24%
Agt s.d. Des
20 jt
Jumlah Bunga Pinjaman
36 jt
56
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
Rincian Pendapatan Bunga Simpanan/Deposito
Bunga
Deposito
25 jt
Tingkat
Bunga
12%
Jumlah
Deposito
Feb s.d Apr
Masa
Deposito
0,75 jt
25 jt
12%
Mei s.d. Juli
0,75 jt
25 jt
12%
Agt s.d. okt
0,75 jt
Jumlah
2,25 jt
57
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
SOLUSI
Rata-rata pinjaman
Feb-Mei 4 x Rp 125 jt
Juni – Juli2 x Rp 150 jt
Agt – Des 5 x Rp 200 jt
JUMLAH
=
=
=
Rp 500 jt
Rp 300 jt
Rp 1.000 jt
Rp 1.800 jt
Rata² Pinjaman = 1/12 x Rp 1.800 jt =
150 jt
58
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
• Rata-rata Deposito
Feb – Apr
3 x Rp 25 jt
Mei – Juli
3 x Rp 25 jt
Agts – Okt
3 x Rp 25 jt
JUMLAH
= Rp 75 jt
= Rp 75 jt
= Rp 75 jt
Rp 225 jt
Rata² = 1/12 x Rp 225 jt = Rp 18,75 jt
Biaya bunga yang dapat dibebankan:
24% (150 jt – 18,75 jt) = Rp 31,5 jt
59
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Untuk Pengisian SPT
PENGHASILAN
KOMERSIL
OBJEK PPh
4 (1)
DIKECUALIKAN
4 (1) Huruf k
OBJEK FINAL
4 (2)
K (-)
BUKAN OBJEK
4 (3)
K (-)
(K-)
Penghasilan Fiskal
BIAYA
FISKAL
Biaya
(-)
Biaya Fiskal
Komersiil
(-)
BUKAN
BIAYA
FISKAL
R/L
FISKAL
PAJAK TERUTANG
(PKP x Tarif Pajak
Psl 17)
60
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PERKIRAAN
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
I. Peredaran Usaha
1.1 Potongan Penjualan
Realisasi
Penyisihan
Realisasi
-
No
Temporer
1.2 Retur Penjualan
Realisasi
Penyisihan
Realisasi
-
No
Temporer
1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha
Kecil
Pendapatan
PPh Final
(2% atau 4%)
Tetap
1.4 Penghasilan Perusahaan
Pelayaran DN
Pendapatan
PPh Final
(1,2%*peredaran)
Tetap
1.5 Penghasilan Perusahaan
Pelayaran/Penerbangan LN
Pendapatan
PPh Final
(2,64%*peredaran)
Tetap
1.6 Penghasilan BUT Perwakilan
Dagang Asing
Pendapatan
PPh Final
(0,44*ekspor)
Tetap
1.7 Penghasilan BUT Perwakilan
Dagang Asing
Pendapatan
PPh Final
(0,44*ekspor)
Tetap
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PERKIRAAN
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
1.8 Penghasilan atas distributor
produk Pertamina dan Premix
Pendapatan
PPh Final
(0,25% / 0,3%)
Tetap
1.9 Penghasilan atas penyalur gula
pasir dan tepung terigu Bulog
Pendapatan
PPh Final
Tetap
1.10 Penghasilan sebagai Distributor
Kertas
Pendapatan
PPh Final
(0,10% * H Jual)
Tetap
1.11 Penghasilan atas Distributor
Industri Rokok DN
Pendapatan
PPh Final
(0,15%*H Bandrol)
Tetap
2.1 Penilaian Persediaan
Harga Perolehan
COMWIL
Prosentase Laba Bruto
Harga Eceran
Harga Perolehan
-
No
Temporer
Temporer
Temporer
2.2 Metode
FIFO
Rata-rata
LIFO
FIFO
Rata-rata
-
No
No
Temporer
II. Harga Pokok Penjualan
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PERKIRAAN
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
3.1 Deviden dari Penyertaan DN
(minimal 25% dan ada usaha lain)
Pendapatan
(Equity Method)
Bukan Obyek Pajak
Tetap
3.2 Bunga Deposito dan Tabungan
(termasuk Jasa Giro dan SBI)
Pendapatan
PPh Final
(20%)
Tetap
3.3 Keuntungan Penjualan Saham di
Bursa Efek Indonesia
Pendapatan
PPh Final
(0,1% x H Jual
Tetap
3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan
bangunan:
- oleh orang pribadi dan yayasan
- oleh badan (bukan usaha pokok)
- oleh badan (usaha pokok)
Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan
PPh Final (5%)
PPh 25 (5%)
PPh 23
Tetap
No
No
3.5 Penghasilan Sewa
- Badan
- Orang Pribadi
Pendapatan
Pendapatan
PPh Final (10%)
PPh Final (10%)
Tetap
Tetap
3.6 Penghasilan dari Hadiah atas Undian
Pendapatan
PPh Final (25%)
Tetap
III. Penghasilan Di Luar Usaha
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PERKIRAAN
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang
diperdagangkan di Bursa Efek
Pendapatan
PPh Final
(15% * bunga)
Tetap
4.1 Biaya yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak
Realisasi
Penyisihan
Realisasi
-
No
Temporer
4.2 Biaya yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang bukan
merupakan Obyek Pajak
Biaya
Undeductible
Tetap
4.3 PPh pasal 21 (karyawan)
Tunjangan PPh 21
Ditanggung Perush
Deductible
Undeductible
No
Tetap
4.4 Pemberian kenikmatan dalam bentuk
natura
- Umum
- Makan minum di
tempat kerja
- Berkaitan dg
pekerjaan
- Daerah terpencil
-Undeductible
-Deductible
Tetap
No
-Deductible
No
-Deductible
No
IV. Beban Usaha
JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL
PERKIRAAN
AKUNTANSI
PAJAK
BEDA
4.5 Sumbangan
Biaya
Undeductible
Tetap
4.6 Entertainment
Daftar Nominatif
Tdk Daftar Nominatif
Deductible
Undeductible
No
Tetap
Sesuai pajak
-Beda Metode
-Beda umur eko.
Deductible
Deductible
Deductible
No
Temporer
Temporer
4.8 Kendaraan dibawa pulang
Biaya
50%
Undeductible
50% Deductible
Tetap
4.9 Sewa rumah karyawan
Tidak diberi tunjangan
Diberi tunjangan
Undeductible
Deductible
Tetap
No
4.10 Biaya pengobatan
Penggantian
Tunj. Pengobatan
Cuma-Cuma
Deductible
Deductible
Undeductible
No
No
Tetap
Biaya
Biaya
Non Biaya
Undeductible
Undeductible
Deductible
Temporer
Temporer
Temporer
Tidak dirinci
Dirinci
Undeductible
Deductible
Tetap
No
4.7 Penyusutan
- Beda Metode
- Beda umur ekonomis
-
4.11 SGU dengan hak opsi
Penyusutan aktiva SGU
Bunga SGU
Jumlah Pembayaran
4.12 Biaya lain-lain
Download