KONSEP PENDAPATAN DAN BIAYA DALAM PAJAK Aku bangga Indonesia • Aku Cinta Indonesia MENGHITUNG PAJAK TERUTANG Pajak Terutang = Tarif PPh X Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak ====> Penghasilan Netto Penghasilan Netto = Penghasilan - Biaya TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Pasal 17 ayat (1) a UU No.17/2000 ( UU PPh) BERLAKU SEBELUM TAHUN 2009 NO Lapisan Penghasilan Tarif 1. S.d. Rp 25.000.000,- 5% 2. Di atas Rp 25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000 10% 3. Di atas Rp 50.000.000,- s.d. Rp100.000.000,- 15% 3. Di atas Rp 100.000.000,- s.d. Rp 200.000.000,- 25% 4 Di atas Rp. 200.000.000,00 35% TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Pasal 17 ayat (1) a UU No.36/2008 ( UU PPh) BERLAKU 1 JANUARI 2009 LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF SAMPAI DENGAN Rp 50 JUTA 5% DI ATAS Rp 50 JUTA SAMPAI DENGAN Rp 250 JUTA 15% DI ATAS Rp 250 JUTA SAMPAI DENGAN Rp 500 JUTA 25% DI ATAS Rp 500 JUTA 30% TARIF UNTUK WAJIB PAJAK BADAN Pasal 17 ayat (1) a UU No. 17/2000 ( UU PPh) Lapisan Penghasilan NO Tarif 1. S.d. Rp 50.000.000,- 10 % 2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15% 3. Di atas Rp.100.000.000 30% TARIF UNTUK WAJIB PAJAK BADAN Pasal 17 ayat (1) a UU No.36/2008 ( UU PPh) Tahun Tarif 2009 28% 2010 25% Perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Menggunakan Pembukuan ( Wajib Pajak Badan) Penghasilan/Penjualan Biaya Usaha Rp. xx (Rp. xx) Rp. xx Penghasilan di luar usaha Rp xx Biaya di Luar Usaha (Rp. xx) Rp. xx Rp. xx Kompensasi Kerugian (Rp.xx) Penghasilan Kena Pajak Rp. xx Perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Menggunakan Pembukuan ( Wajib Pajak Orang Pribadi) Penghasilan/Penjualan Rp. xx Biaya Usaha (Rp. xx) Rp. xx Penghasilan di luar usaha Rp xx Biaya di Luar Usaha (Rp. xx) Rp. xx Rp. xx Kompensasi Kerugian (Rp. xx) Rp xx PTKP (Rp. xx) Penghasilan Kena Pajak Rp. xx FORMULA PAJAK PENGHASILAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KOMPONEN PERHITUNGAN Jumlah seluruh penghasilan Penghasilan tidak objek pajak penghasilan Penghasilan bruto Biaya fiskal boleh dikurangkan Koreksi : Biaya yang tidak boleh dikurangkan Penghasilan neto Kompensasi kerugian Penghasilan Tidak Kena Pajak ( Wajib Pajak Orang Pribadi ) Penghasilan Kena Pajak Tarip pajak Pajak Penghasilan Terutang Kredit pajak Pajak Penghasilan Kurang Bayar / Lebih Bayar / Nihil Bayar (-) (=) (-) (-) (=) (-) (-) (=) (x) (=) (-) KETENTUAN Pasal 4 ayat 1 Pasal 4 ayat 3 (1-2) Pasal 6 ayat 1 Pasal 11 Pasal 11A Pasal 9 ayat 1 dan 2 (3-4) Pasal 6 ayat 2 Pasal 7 ayat 1 (5-6-7) Pasal 17 (8-9) Pasal 21; 22, 23, 24 dan pasal 25 ( 10 - 11 ) Pasal 28, 28 A dan 29 9 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan ( Wajib Pajak Orang Pribadi) Penghasilan Netto= Tarif NPP x Peredaran Bruto =Rp. xx Penghasilan di luar usaha Rp xx Biaya di Luar Usaha (Rp. xx) Rp. xx Rp. xx PTKP (Rp. xx) Penghasilan Kena Pajak Rp. xx Contoh besarnya norma Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, & Pontianak Ibu kota propinsi lainnya Daerah lainnya Industri kecap, tauco, tempe, oncom, tahu, dan tempe, oncom, tahu, dan pengolahan kedele/kacang-kacangan lainnya. 15 12,5 10 Perdagangan eceran barang-barang kelontong, supermarket dan warung 30 25 20 Perdagangan eceran barang-barang elektronik, perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik. 30 25 20 Rumah makan dan minum. 25 20 20 Notaris 55 50 50 Dokter. 45 42,5 40 Jenis Usaha KEP- 536 /PJ./2000 PTKP 2000 - 2003 2004-2005 2006-2008 2009 - Sep 2012 WAJIB PAJAK Rp.2.880.000 Rp.12.000.000 Rp. 13.200.000 Rp.15.840.000 Kawin Rp.1.440.000 Rp. 1.200.000 Rp. 1.200.000 Rp. 1.320.000 Rp.1.440.000 Rp. 1.200.000 Rp. 1.200.000 Rp. 1.320.000 Rp.2.880.000 Rp. 12000.000 Rp. 13.200.000 Rp.15.840.000 Tanggungan max 3 orang @ Tambahan Istri bekerja (1) (2) (3) (1) UU No. 17 Tahun 2000 (2) Kepmenku no. 564/KMK.03/2004 (3) Permenku np. 137/PMK 03/2005 dan Perjak np. 15/PJ/2006 (4) UU No. 36 Tahun 2008 dan Permenku no 254.PMK 03/2008 (4) PTKP mulai 2012/OKT PMK No. 162 Tahun 2012 Tentang PTKP 2012 - ? WAJIB PAJAK Rp.24.300.000 Kawin Rp. 2.025.000 Tanggungan max 3 orang @ Rp. 2.025.000 Tambahan Istri bekerja Rp. 24.300.000 Konsep Penghasilan dalam Akuntansi Definisi : Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal Penghasilan meliputi - Pendapatan ( Revenues ) - Keuntungan ( Gains ) Pengakuan& Pengukuran Penghasilan 1. Prinsip Umum Penghasilan diakui pada saat realisasi transaksi: a. Penghasilan dari transaksi penjualan produk diakui pada tanggal penjualan (tanggal penyerahan produk kepada pembeli ) b. Penghasilan dari pemberian jasa diakui pada saat jasa dilakukan dan dibuatkan fakturnya. c. Imbalan atas penggunaan aktiva atau sumber ekonomis perusahaan, seperti bunga, sewa dan royalti, diakui sejalan dengan berlalunya waktu (accrual) atau pada saat penggunaan aktiva. 2. Pengecualian Terhadap Prinsip Umum Dalam keadaan tertentu, pengakuan penghasilan dapat menyimpang dari prinsip umum seperti berikut a. Penghasilan diakui pada saat selesainya proses produksi. b. Penghasilan diakui secara proporsional selama tahap produksi. c. Penghasilan diakui pada saat pembayaran diterima. d. Penghasilan dari penjualan konsinyasi Pengukuran Penghasilan 1. Pengukuran penghasilan dengan menggunakan nilai tukar dari barang dan jasa 2. Dalam proses pengukuran penghasilan nilai yang sering digunakan adalah nilai realisasi/penyelesaian (realizable/ settlement value), yaitu jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal). 3. Nilai yang digunakan untuk mengakui adanya penghasilan adalah nilai sekarang yang dibayarkan atau akan dibayarkan sebagai pengganti penyerahan barang atau jasa kepada konsumen. KONSEP PENGHASILAN MENURUT PAJAK (Pasal 4 UU PPh 2008) PENGHASILAN SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG: •Diterima atau diperoleh Wajib Pajak •Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, •Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN 18 Jenis-jenis Penghasilan Penghasilan Yang merupakan Objek Pajak Penghasilan Yang dikenai Pajak Final Penghasilan Yang Bukan Merupakan Objek Pajak Jenis Penghasilan Menurut Pajak (Obyek Pajak) 1. Penggantian atau imbalan sehubungan pekerjaan atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh UU. Gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang lain. 2. Hadiah dari undian, atau pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan, 3. Laba Usaha 4. Keuntungan penjualan atau pengalihan harta, termasuk pengalihan harta perseroan kepada persero dan sebaliknya, dari likuidasi, penggabungan, peleburan, penukaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, dan dari hibah, bantuan atau sumbanagan selain kepada badan keagamaan, pendidikan, sosial, pengusaha kecil,dan koperasi Jenis Penghasilan ………….. 5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang dibebankan sebagai biaya 6. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan karena pengembalian utang 7. Deviden dengan nama dan bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi 8. Royalti 9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala 11. Keuntungan dari pembebasan utang, kecuali sampai jumlah tertentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah Jenis Penghasilan……. 12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing 13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva, 14. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi 15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggota yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. 16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. Penghasilan………… 17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah ( lihat PP 25 Tahun 2009) 18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP (lihat SE 04/PJ42/2002) 19. Surplus Bank Indonesia Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2) 1.Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek (Tarif transaksi 0,03% final) Lihat : PP No. 41/1994 jo PP No. 14/1997, KMK 282/ KMK.04/1997, 2.Penghasilan dari hadiah undian (tarif 25 % final) Lihat : PP No. 132/2000 3. Penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas tanah atau bangunan (tarif 10% final dari NJOP untuk WP Orang pribadi dan yayasan, dan tarif 10% tidak final untuk badan bukan sebagai barang dagangan) Lihat : PP No. 48/1994 Jo PP No. 27/1997 Jo PP No. 79/1999, KMK 566/ KMK.04/1999 4. Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (tarif 20% final, besar tabungan minimal Rp. 7.500.000,00) Lihat : PP No. 131/2000 , KMK 51/KMK.04/2000 5. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan (untuk WP Orang Pribadi, tarif 10% final dan untuk WP Badan 6% final) Lihat : PP No. 29/1996 Jo PP No 5/2002, Kep-227/PJ/2002 6. Penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasi yang dijual di pasar modal ( tarif 5 % final) Lihat : PP No. 139/2000 Jo PP No. 6/2002, KMK 558 /KMK.04/2000 Penghasilan Final…………. 7. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi bagi pengusaha kecil yang nilai pengadaannya kurang dari Rp 1 Milyar PP No. 140/2000, KMK 559/KMK.04/2000 8. Uang pesangon PP No. 149/2000 9. Uang Tebusan Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Tabungan Hari Tua yang dibayar sekaligus PP No. 149/2000 10. Honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja dan penghasilan lain selain penghasilan terkait gaji yang dibebankan kepada keuangan negara dan daerah (Tarif 0 % final bagi PNS golru I dan II , Tantama dan Bintara bagi TNI/Polri ; 5% final bagi PNS golru III dan Perwira Pertama bagi TNI/Polri; 15% bagi PNS golru IV dan Pamen dan Pati bagi TNI/Polri (PP 80 Tahun 2010), Permenku 262/PMK.03/2010) 11. Penghasilan penyalur/dealer/agen produk Pertamina dan Premix SK. MenKeu No. 450 /KMK.04/1997 dan SK. MenKeu No. 54/KMK.04/1997 Penghasilan Final…………. 12. Penghasilan atas industri rokok. SK. MenKeu No. 450 /KMK.04/1997 & SK. MenKeu No. 549/KMK.04/1997 13. Bunga simpanan anggota koperasi. SK. MenKeu No. 605 /KMK.04/1994 14. Penghasilan Wajib pajak di bidang usaha pelayaran Dalam Negeri SK. MenKeu No. 416 /KMK.04/1996 15. Penghasilan Wajib pajak di bidang usaha pelayaran/ penerbangan Luar Negeri SK. MenKeu No. 417 /KMK.04/1996 Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak) 1. a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan menteri keuangan,sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan 2. Warisan 3. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal 4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah 5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak)……. 6. Deviden ayau bagian laba yang diterima oleh atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN, BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan bagi PT, BUMN, BUMD yang menerima deviden, kepemilikan sahamnya paling rendah 25 % 7. Iuran yang diterima atau diperoleh dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar pemberi kerja maupun oleh pegawai 8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang tertentu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan 9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan komanditer yang modalnya tidak terdiri dari saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi Bukan Penghasilan (Bukan Obyek Pajak)……… 10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat :merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan; dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia 11. Beasiswa yang memnuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan 12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang terdaftar pada instansi yang membidanginya , yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatannya 13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan 14. Penerimaan Dana Jaminan Penyelesaian Transaksi Bursa dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia yang berasal dari Anggota Kliring (lihat Kep Dirjen Pajak No. Kep-390/PJ/2002) Pengakuan Penghasilan Menurut Pajak Pengakuan Penghasilan menurut UU Perpajakan merujuk kepada metode pembukuan yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak. Pendekatan Akrual (Accral Basis) Pengakuan penghasilan pada saat /waktu diperolehnya penghasilan Pendekatan kas (Cash Basis) Pengakuan penghasilan pada saat diterimanya penghasilan secara tunai Menurut Metode Akrual, hak untuk menerima sejumlah imbalan ( uang ) dari pemberian jasa (atau dari penjualan barang ) sudah diakui sebagai penghasilan, karena terjadi realisasi transaksi. Menurut Metode Kas, hak untuk menerima sejumlah imbalan ( uang ) dari pemberian jasa (penjualan barang) sudah diakui sebagai penghasilan jika sudah terjadi realisasi penerimaan uang tunai atas hak tersebut. Metode Cash Basis Tidak Sepenuhnya Dapat Diterapkan ? Saat menghitung Penghasilan Kena Pajak, metode kas dapat dipakai untuk menggeser penghasilan dari satu ke lain tahun untuk memperoleh penghematan pajak Metode Cash Basis Dimodifikasi 1. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun tidak. 2. Pengeluaran untuk memperoleh harta yang dapat disusutkan atau hak–hak yang dapat diamortisasi Harus dikapitalisai dan dikurangkan dari penghasilan bruto melalui depresiasi dan amortisasi. Metode Accrual Basis Tidak Sepenuhnya Dapat Diterapkan ? Metode Accrual Basis Dimodifikasi 1. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan yang 2. 3. 4. 5. 6. 7. diperoleh perusahaan real estate yang dikenakan pajak penghasilan final 5% untuk rumah pada umumnya atau 2% untuk rumah sederhana & sangat sederhana, yang dihitung dari penerimaan bruto. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan yang berupa tanah, rumah, rumah susun, partemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, rumah toko, gudang, dan industri yang dikenakan pajak final 6% (untuk WP badan ) atau 10 % (WP Orang Pribadi ) dari penerimaan bruto. Penghasilan dari bunga deposito / tabungan dan diskonto sertifikat Bank Indonesia yang dikenakan pajak final 20% pada saat diterima. Penghasilan dari penjualan saham dan obligasi di bursa efek Penghasilan perusahaan pelayaran yang dikenakan pajak final 1,2% (WPDN) atau 2,64% (WPLN) Penghasilan para penyalur rokok yang dikenakan pajak final 0,1 % dari transaksi pembelian bruto Penghasilan perusahaan yang melakukan usaha dengan pola kerja sama dengan PT Telkom yang dikenakan pajak fianl 5 % PENGHASILAN OBYEK PAJAK FINAL Put Pot BUKAN OBJEK PAJAK TDK FINAL DIBAYAR SENDIRI Th Berjalan = Pelunasan Pajak Put Pot DIBAYAR SENDIRI Th Berjalan = Kredit Pajak Akhir Tahun = PPh Dihitung kembali atas seluruh penghasilan setahun. 34 KONSEP BIAYA DALAM AKUNTANSI 1. Pengertian Menurut SAK (1994) “Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”. Menurut FSAB ” expense are outflows or other using up of assets or incurrences of liabilities (or a combination of both) from delivering or producing goods, rendering, services, or carrying out other activities that constitute the entity’s on going major or central operation”. 2. Pegukuran dan Pengakuan Biaya • Kewajaran dan kecermatan dalam pengukuran biaya akan berpengaruh terhadap kewajaran informasi keuangan yang dihasilkan. • Sementara itu ketetapan saat pengakuan biaya juga akan berpengaruh dalam penentuan laba atau rugi perusahaan. 1. Dasar Pengukuran Meskipun ada berbagai dasar pengukuran namun dalam praktik dasar paling banyak digunakan untuk mengukur biaya adalah biaya historis. Dasar pengukuran tersebut antara lain: • Biaya Historis • Biaya Masuk Terkini • Setara Kas 2. Pengakuan Biaya • • Biaya pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut dipenuhi (SFAC No.5): Konsumsi manfaat Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasikan operasi utama atau sentral entitas tersebut. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang Biaya diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik. KONSEP BIAYA MENURUT PAJAK Biaya adalah sejumlah pengeluaran dan penggunaan aktiva oleh Wajib Pajak untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, kerugian dan pengurangan tertentu yang ditetapkan undang-undang Catatan : a. Tidak ada definisi biaya dalam UU Pajak b. Biaya hanya disebutkan sebagai pengurang penghasilan bruto dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak c. Disamping istilah biaya digunakan juga istilah beban (lihat di penjelasan pasal 6 UU PPh) Penjelasan UU PPh No 36/2008 PENGAKUAN BIAYA MENURUT PAJAK 1. Pengakuan biaya dilakukan jika biaya yang dikeluarkan berhubungan langsung atau tidak langsung dalam kegiatan usaha untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan 2. Tidak diakui biaya, jika : – Biaya untuk mendapat penghasilan yg bukan objek pajak – Biaya utk mendapat penghasilan yg dikenakan pajak final – Biaya yang bersifat demeed profit – Pengeluaran biaya yang melebihi kewajaran 3. Pengeluaran biaya yang manfaatnya kurang dari 1 tahun dapat dakui biaya, sedangkan yang manfaatnya lebih dari 1 tahun diakui bertahap 42 sesuai umur manfaatnya. Jenis Biaya Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Psl 6 (1) 1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan. biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan 2. Penyusutan dan amortisasi (metode penyusutan harus sesuai dg pasal 11 & 11A) 43 Jenis Biaya Yang Dapat Dikurangkan…….. 3. 4. 5. 6. 7. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk operasional perusahaan Kerugian dari selisih kurs mata uang asing • Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tetap, maka selisih kurs diakui pada saat terjadinya realisasi pembayaran • Apabila WP membukukan transaksi ybs dengan kurs tengah BI, maka selisih kurs diakui pada akhir tahun • Selisih kurs karena kebijakan pemerintah di bidang moneter dibukukan dalam akun sementara di neraca, dan pembebanannya dilakukan secara bertahap berdasarkan realisasi pembayaran valas tersebut Biaya litbang perusahaan yang dilakukan di Indonesia Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan 44 Biaya yg Dapat Dikurangkan – Psl 6 (1) 8. a. b. c. 9. 10. 11. 12. 13. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat: Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang antara kreditur dan debitur Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang tak tertagih kepada Dirjen Pajak sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 45 Biaya yg Diperbolehkan – Psl 6 (2) 1) Kompensasi Kerugian Kerugian dapat dikompensasikan selama lima tahun, teritung mulai tahun pajak berikutnya 2) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Kepada orang pribadi diberikan pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Pasal 9 (1) 1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun – Untuk mengantisipasi dividen menjadi expense 2. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota 3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan pengecualian: untuk bank, asuransi, dan leasing dengan hak opsi, biaya reklamasi untuk pertambangan boleh dibebankan 47 Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Psl 9 (1) 4. 5. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa dwiguna, dan beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi, dengan pengecualian: jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, dengan pengecualian: Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (yang diperbolehkan : penggantian atau imbalan dalam bentuk natura di daerah terpencil; keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal; pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.) 48 Biaya yg Tidak Dapat Dibebankan – Psl 9 (1) 6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan 7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali zakat yang dibayar kepada BAZ yang dibentuk oleh pemerintah 8. Pajak penghasilan 9. Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP / orang yang menjadi tanggungannya 10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau CV yang modalnya tidak terbagi atas saham 11. Sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan 49 Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan Pasal 10 (6) • Selisih lebih penilaian harga pokok penjualan yang menggunakan metode LIFO (Last In First Out) Berbasis Pasal 11 • Jumlah melebihi biaya penyusutan yang ditetapkan oleh undang-undang PPh 50 Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan PP No 138 Tahun 2000 Pasal 3 • Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat (8) huruf f dan g UU PPN sepanjang tidak dapat dibuktikan benar telah dibayar – Faktur pajak cacat / tidak lengkap – Bisa dibuktikan dengan pembelian yang dilengkapi dengan narasi : Harga sudah termasuk pajak • Pajak masukan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak sebagaimana pasal 9 (1) UU PPh 51 Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan PP No 138 Tahun 2000 Pasal 4 • Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan: – Yang bukan objek pajak – Yang pengenaan pajaknya bersifat final – Yang dikenakan pajak berdasarkan deemed profit atau norma penghitungan penghasilan neto dan norma khusus • PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali: PPh pasal 26, tetapi tidak termasuk dividen, sepanjang PPh tsb ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk pemotongan pajak – Contoh: PPh pasal 26: 20% x 100/80 x Fee (boleh dibiayakan) 52 Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan PP No 138 Tahun 2000 Pasal 4 • Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak – Contoh: Perusahan mempunyai vila di puncak • Dijual = Rugi, tidak dapat dibiayakan • Dijual = untung, menjadi objek pajak final Pasal 5 • Tidak dicatat sebagai penghasilan perusahaan selisih lebih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dialihkan kepada pegawainya – Contoh: Pelelangan yang harganya di bawah harga pasar 53 Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan SE Dirjen Pajak No 20/PJ.42/1994 • Bunga pinjaman selama masa konstruksi yang tidak dikapitalisir menjadi komponen harga pokok atau harga perolehan aset. • Contoh : pembangunan gedung Kep. Dirjen Pajak No 220/PJ/2002 • 50% dari biaya pemakaian telepon seluler yang meliputi beban penyusutan, biaya berlangganan/pengisian ulang pulsa perbaikan • 50% dari biaya pemakaian kendaraan sedan, yang meliputi beban penyusutan dan biaya pemeliharaan / perbaikan rutin 54 Biaya yg Tdk Dapat Dibebankan SE Dirjen Pajak No 27/PJ.42/1986 • Biaya entertainment/jamuan dan sejenisnya sepanjang tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha WP dan tidak dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan pada SPT tahunan PPh SE Dirjen Pajak No 46/PJ.4/1995 • Bunga pinjaman seluruhnya, apabila rata-rata pinjaman sama besar atau lebih kecil dibandingkan rata-rata deposito / tabungan • Bunga pinjaman sebagian, apabila rata-rata pinjaman lebih besar dibandingkan rata-rata deposito 55 SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995 • Contoh penghitungan biaya bunga yang dapat dibebankan sebagian apabila jumlah pinjaman lebih besar dibandingkan dengan pendapatan bunga simpanan/deposito Rincian Bunga Pinjaman Bank Pokok Pinjaman 125 jt Tingkat Bunga 24% Masa Pinjaman Feb s.d Mei Bunga Pinjaman 10 jt 150 jt 24% Juni s.d. Juli 6 jt 200 jt 24% Agt s.d. Des 20 jt Jumlah Bunga Pinjaman 36 jt 56 SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995 Rincian Pendapatan Bunga Simpanan/Deposito Bunga Deposito 25 jt Tingkat Bunga 12% Jumlah Deposito Feb s.d Apr Masa Deposito 0,75 jt 25 jt 12% Mei s.d. Juli 0,75 jt 25 jt 12% Agt s.d. okt 0,75 jt Jumlah 2,25 jt 57 SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995 SOLUSI Rata-rata pinjaman Feb-Mei 4 x Rp 125 jt Juni – Juli2 x Rp 150 jt Agt – Des 5 x Rp 200 jt JUMLAH = = = Rp 500 jt Rp 300 jt Rp 1.000 jt Rp 1.800 jt Rata² Pinjaman = 1/12 x Rp 1.800 jt = 150 jt 58 SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995 • Rata-rata Deposito Feb – Apr 3 x Rp 25 jt Mei – Juli 3 x Rp 25 jt Agts – Okt 3 x Rp 25 jt JUMLAH = Rp 75 jt = Rp 75 jt = Rp 75 jt Rp 225 jt Rata² = 1/12 x Rp 225 jt = Rp 18,75 jt Biaya bunga yang dapat dibebankan: 24% (150 jt – 18,75 jt) = Rp 31,5 jt 59 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Untuk Pengisian SPT PENGHASILAN KOMERSIL OBJEK PPh 4 (1) DIKECUALIKAN 4 (1) Huruf k OBJEK FINAL 4 (2) K (-) BUKAN OBJEK 4 (3) K (-) (K-) Penghasilan Fiskal BIAYA FISKAL Biaya (-) Biaya Fiskal Komersiil (-) BUKAN BIAYA FISKAL R/L FISKAL PAJAK TERUTANG (PKP x Tarif Pajak Psl 17) 60 JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA I. Peredaran Usaha 1.1 Potongan Penjualan Realisasi Penyisihan Realisasi - No Temporer 1.2 Retur Penjualan Realisasi Penyisihan Realisasi - No Temporer 1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil Pendapatan PPh Final (2% atau 4%) Tetap 1.4 Penghasilan Perusahaan Pelayaran DN Pendapatan PPh Final (1,2%*peredaran) Tetap 1.5 Penghasilan Perusahaan Pelayaran/Penerbangan LN Pendapatan PPh Final (2,64%*peredaran) Tetap 1.6 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing Pendapatan PPh Final (0,44*ekspor) Tetap 1.7 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing Pendapatan PPh Final (0,44*ekspor) Tetap JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA 1.8 Penghasilan atas distributor produk Pertamina dan Premix Pendapatan PPh Final (0,25% / 0,3%) Tetap 1.9 Penghasilan atas penyalur gula pasir dan tepung terigu Bulog Pendapatan PPh Final Tetap 1.10 Penghasilan sebagai Distributor Kertas Pendapatan PPh Final (0,10% * H Jual) Tetap 1.11 Penghasilan atas Distributor Industri Rokok DN Pendapatan PPh Final (0,15%*H Bandrol) Tetap 2.1 Penilaian Persediaan Harga Perolehan COMWIL Prosentase Laba Bruto Harga Eceran Harga Perolehan - No Temporer Temporer Temporer 2.2 Metode FIFO Rata-rata LIFO FIFO Rata-rata - No No Temporer II. Harga Pokok Penjualan JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA 3.1 Deviden dari Penyertaan DN (minimal 25% dan ada usaha lain) Pendapatan (Equity Method) Bukan Obyek Pajak Tetap 3.2 Bunga Deposito dan Tabungan (termasuk Jasa Giro dan SBI) Pendapatan PPh Final (20%) Tetap 3.3 Keuntungan Penjualan Saham di Bursa Efek Indonesia Pendapatan PPh Final (0,1% x H Jual Tetap 3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan bangunan: - oleh orang pribadi dan yayasan - oleh badan (bukan usaha pokok) - oleh badan (usaha pokok) Pendapatan Pendapatan Pendapatan PPh Final (5%) PPh 25 (5%) PPh 23 Tetap No No 3.5 Penghasilan Sewa - Badan - Orang Pribadi Pendapatan Pendapatan PPh Final (10%) PPh Final (10%) Tetap Tetap 3.6 Penghasilan dari Hadiah atas Undian Pendapatan PPh Final (25%) Tetap III. Penghasilan Di Luar Usaha JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA 3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Pendapatan PPh Final (15% * bunga) Tetap 4.1 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak Realisasi Penyisihan Realisasi - No Temporer 4.2 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak Biaya Undeductible Tetap 4.3 PPh pasal 21 (karyawan) Tunjangan PPh 21 Ditanggung Perush Deductible Undeductible No Tetap 4.4 Pemberian kenikmatan dalam bentuk natura - Umum - Makan minum di tempat kerja - Berkaitan dg pekerjaan - Daerah terpencil -Undeductible -Deductible Tetap No -Deductible No -Deductible No IV. Beban Usaha JENIS – JENIS KOREKSI FISKAL PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA 4.5 Sumbangan Biaya Undeductible Tetap 4.6 Entertainment Daftar Nominatif Tdk Daftar Nominatif Deductible Undeductible No Tetap Sesuai pajak -Beda Metode -Beda umur eko. Deductible Deductible Deductible No Temporer Temporer 4.8 Kendaraan dibawa pulang Biaya 50% Undeductible 50% Deductible Tetap 4.9 Sewa rumah karyawan Tidak diberi tunjangan Diberi tunjangan Undeductible Deductible Tetap No 4.10 Biaya pengobatan Penggantian Tunj. Pengobatan Cuma-Cuma Deductible Deductible Undeductible No No Tetap Biaya Biaya Non Biaya Undeductible Undeductible Deductible Temporer Temporer Temporer Tidak dirinci Dirinci Undeductible Deductible Tetap No 4.7 Penyusutan - Beda Metode - Beda umur ekonomis - 4.11 SGU dengan hak opsi Penyusutan aktiva SGU Bunga SGU Jumlah Pembayaran 4.12 Biaya lain-lain