Uploaded by User72345

Esai SW Sarapan

advertisement
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN KONSENTRASI BELAJAR
MAHASISWA
PENDAHULUAN
Setiap orang yang bergerak aktif dalam kehidupan didasarkan atas dorongan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan setiap orang selalu berbeda-beda. Namun, kebutuhan gizi
merupakan salah satu kebutuhan utama yang harus dipenuhi setiap orang. Asupan gizi yang
cukup dan seimbang akan mempermudah seseorang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari,
memberikan daya tahan tubuh yang kuat, dan dapat menghalangi semua penyakit yang
mungkin menyerang tubuh. Salah satu cara agar tubuh bisa memperoleh asupan gizi yang
cukup dan seimbang adalah dengan membiasakan diri untuk sarapan.
Kebiasaan sarapan memainkan peran penting dalam pemenuhan gizi dan sumber energi di
pagi hari (Evans, 2009). Namun, kebiasaan sarapan seringkali diabaikan oleh sebagian besar
orang, terutama para mahasiswa. Masih banyak mahasiswa yang tidak rutin melakukan
sarapan sebelum berangkat ke kampus. Padahal, sarapan merupakan salah satu faktor penting
yang memengaruhi aktifitas belajar di pagi hari. Dengan sarapan, konsentrasi belajar akan
meningkat (Caroline & Levitan, 2010). Oleh karena itu, penting bagi seorang mahasiswa
membiasakan diri untuk sarapan agar konsentrasi belajar dapat meningkat sehingga materi
yang disampaikan lebih mudah diserap dan prestasi belajar juga akan meningkat.
ISI
Makan atau minum di pagi hari yang dikenal dengan sarapan biasanya dilakukan setelah
bangun pagi, yaitu antara pukul 6 sampai 9 pagi. Sarapan dilakukan untuk mengisi perut yang
kosong selama tidur dari malam hingga pagi hari. Evans (2009) menyatakan bahwa kegiatan
sarapan penting untuk dilakukan. Dengan sarapan, asupan gizi yang diperlukan oleh otak
akan terpenuhi. Selain itu, pasokan gula dalam darah akan kembali normal setelah berpuasa
semalaman karena tidur.
Sarapan penting bagi setiap orang untuk memulai aktifitas hariannya. Sekitar 15-20%
kebutuhan gizi harian seseorang dapat dipenuhi dengan sarapan (Hardinsyah, 2016).
Begitupula menurut Setiawan (2017), kebiasaan sarapan yang rutin akan meningkatkan
kualitas gizi seseorang sehingga asupan yang diperoleh dari sarapan akan berkontribusi pada
pemenuhan gizi harian seseorang.
Dalam jangka panjang, sarapan juga dapat bermanfaat dalam mencegah terjadinya
kegemukan. Kebiasaan sarapan akan menanamkan pola makan yang baik bagi seseorang.
Pernyataan ini didasarkan pada penelitian dari Kral, dkk., (2011) yang menunjukkan bahwa
kebiasaan sarapan pada anak-anak akan membantu dalam pengaturan berat badan dan
mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas. Hal ini disebabkan anak yang sarapan tidak
akan makan dengan porsi yang berlebih pada waktu makan berikutnya sehingga asupan
energi dari sarapan dan makan teratur tidak berlebih disimpan di dalam tubuh atau dikatakan
memenuhi gizi yang normal.
Selain berperan dalam pemenuhan asupan gizi harian dan mengurangi kemungkinan obesitas,
sarapan juga berperan penting dalam memengaruhi kinerja otak. Sarapan dapat meningkatkan
konsentrasi belajar di pagi hari. Konsentrasi belajar yang tinggi diperlukan oleh seseorang
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mahasiswa merupakan verisalah satu contoh
individu yang memerlukan konsentrasi tinggi dalam proses pembelajaran.
Aktifitas yang biasanya ditempuh oleh seorang mahasiswa tergolong sangat padat dan
menghabiskan hampir separuh waktu dalam sehari. Aktifitas mahasiswa selama di kampus
dapat menjadi terganggu apabila kebutuhan gizi hariannya tidak terpenuhi. Mahasiswa akan
lebih mudah lelah, lesu, dan letih. Selain itu, kurangnya asupan gizi dapat menyebabkan
mahasiswa menjadi lebih cepat mengantuk sehingga akan memicu penurunan daya berpikir.
Hal ini akan berdampak pada penurunan konsentrasi belajar mahasiswa (Rima, dkk., 2020).
Dengan melakukan sarapan yang rutin, asupan gizi yang diperlukan saat memulai aktifitas
harian akan terpenuhi sehingga dapat meningkatkan konsentrasi belajar pada mahasiswa.
Sarapan telah menjadi kebiasaan bagi sebagian mahasiswa tetapi tidak sedikit pula
mahasiswa yang tidak sarapan sebelum melaksanakan aktifitas perkuliahan. Hal ini biasanya
terjadi pada mahasiswa rantau yang tinggal di luar kota dan kost di sekitar kampus. Mereka
harus menyiapkan makanan mereka sendiri sedangkan jadwal kuliah di pagi hari terkadang
membuat mereka tergesa-gesa sehingga harus menunda sarapan. Berbeda dengan mahasiswa
yang tinggal di rumahnya sendiri. Kebanyakan dari mereka lebih sering melakukan sarapan
karena telah disediakan oleh orang tua mereka (Putra, dkk., 2018). Penyebab lain dari
kebiasaan sarapan yang tidak teratur pada mahasiswa dikarenakan mahasiswa tidak merasa
lapar atau terlambat saat bangun pagi. Padahal, kontribusi gizi berupa glukosa yang biasanya
diperoleh dari sarapan dapat membantu dalam peningkatan aktivitas dan kerja otak (Dogbe &
Abaidoo, 2014). Peningkatan aktifitas dan kerja otak akan berpengaruh pada peningkatan
konsentrasi belajar.
Dalam meningkatkan konsentrasi belajar terutama di pagi hari, sarapan merupakan salah satu
kebiasaan yang harus diterapkan oleh seorang mahasiswa. Konsentrasi belajar yang tinggi
akan mempermudah seorang mahasiswa dalam menyerap materi yang disampaikan sehingga
akan mendorong terjadinya peningkatan prestasi dalam belajar (Setiawan & Haridito, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Verdiana & Muniroh (2017)menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang melakukan sarapan memiliki tingkat konsentrasi belajar yang
baik dibandingkan dengan responden yang tidak sarapan dan hanya sekadar sarapan. Hal ini
dikarenakan sarapan berkontribusi dalam suplai gizi bagi otak sehingga dapat menunjang
konsentrasi belajar. Penelitian lain dilakukan oleh Rima, dkk., (2020) tentang pengaruh
sarapan terhadap konsentrasi belajar mahasiswa. Diperoleh sebesar 56,8% mahasiswa
melakukan sarapan dan 41,2% mahasiswa tidak melakukan sarapan sebelum perkuliahan.
Berdasarkan nilai tes uji konsentrasi pada mahasiswa diperoleh rata-rata skor tes pada
maahasiswa yang melakukan sarapan sebesar 38,5 sedangkan rata-rata skor tes pada
mahasiswa yang tidak sarapan sebesar 34,1. Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
sarapan terhadap konsentrasi belajar mahasiswa.
Keberhasilan dalam pemusatan pikiran yang memengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa
bergantung pada asupan nutrisi yang diperoleh mahasiswa tersebut. Menurut penelitian
Sunarti (dalam Rima, dkk., 2020) konsentrasi dipengaruhi oleh energi sarapan dan energi
snack pagi, protein sarapan dan protein snack pagi, dan skor konsentrasi. Kondisi ini
dipengaruhi oleh glukosa sebagai sumber energi. Dalam keadaan normal, otak hanya dapat
menggunakan glukosa yang diabsropsi secara aktif dengan bantuan pengangkutan dari
protein dan energi. Apabila kecukupan protein dan energi kurang maka proses pengangkutan
glukosa sebagai nutrisi bagi otak terganggu sehingga otak akan kekurangan glukosa. Hal ini
menyebabkan tingkat konsentrasi menurun karena otak kekurangan glukosa sebagai nutrisi.
Glukosa sebagai nutrisi yang diperlukan oleh otak dan diperoleh dari sarapan akan membantu
tubuh dalam menghasilkan energi dan membantu dalam pemusatan pikiran. Oleh karena itu,
sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat Helmi (dalam Rima, dkk.,
2020). Sarapan juga dianjurkan dengan mengonsumsi makanan yang memiliki kadar serat
tinggi, protein cukup, dan kadar lemak rendah yang dapat membuat seseorang tetap kenyang
tetapi ringan untuk diproses oleh sistem pencernaan (Rima, dkk., 2020).
PENUTUP
Sarapan sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi konsentrasi belajar pada
mahasiswa sebaiknya diterapkan untuk dijadikan kebiasaan bagi setiap mahasiswa. Sarapan
akan memberikan nutrisi berupa glukosa yang diperlukan oleh otak dalam pemusatan pikiran
yang akan membantu dalam peningkatan konsentrasi belajar yang akan membantu mahasiswa
dalam penyerapan materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi dalam belajar.
Nutrisi yang diperoleh dari sarapan juga penting bagi tubuh untuk memulai aktifitas di pagi
hari. Oleh sebab itu, baiknya untuk seorang mahasiswa agar lebih peduli terhadap pola hidup
yang sehat serta pola makan yang teratur untuk menjaga serta memenuhi kebutuhan nutrisi
dan energi dalam memulai aktifitas di pagi hari.
REFERENSI
Caroline, D., & Levitan, R. (2010). Emotions and eating behaviours: imolication for the
current obesity epidemic. 283-799.
Dogbe, E., & Abaidoo, B. (2014). Breakfast eating habits among medical student. Ghana
Medical Journal, 48(2).
Evans, S. (2009). Nutrition A Lifespan Approach. United States: Wiley-Blackwell.
Hardinsyah, S. (2016). Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: EGC.
Putra, A., Syafira, D. N., Maulyda, S., Afandi, A., & Wahyuni, S. (2018). Kebiasaan sarapan
pada mahasiswa aktif. HIGEIA, 2(4), 577-586.
Rima, T., Yusuf, I. R., Nisa, S., Aulia, V., & Kurniati, T. (2020). Pengaruh sarapan terhadap
konsentrasi mahasiswa. Pedagona: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 4(1), 26-29.
Setiawan, M. N., & Haridito, I. (2015). Hubungan status gizi dengan konsentrasi belajar
siswa. Jurnal Kesehatan Olahraga, 3(1), 12-20.
Verdiana, L., & Muniroh, L. (2017). Kebiasaan sarapan berhubungan dengan konsentrasi
belajar pada siswa SDN Sukoharjo 1 Malang. Media Gizi Indonesia, 12(1), 14-20.
Download