Uploaded by User42492

FAJAR AGUS DARYANTO E1A.18.0405 OPINI PUBLIK

advertisement
UNIVERSITAS SUBANG
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
Akreditasi: B SK BAN PT No: 180/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/VIII/2013
Jalan R.A. Kartini KM 3 Subang Telp (0260) 416718 Fax. (0260) 417488
email: [email protected]
ANALISIS “LIGA 1 DI TUNDA – SERBA ALASAN”
MATA KULIAH
: OPINI PUBLIK
NAMA
: FAJAR AGUS DARYANTO
NPM
: E1A.18.0405
SEMESTER
: KARYAWAN 5BC
1. PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK
Keputusan mengejutkan sekaligus mengecewakan datang dari Kepolisian Republik
Indonesia dua hari menjelang bergulirnya kembali kompetisi sepak bola Liga 1. Ya, pihak
kepolisian tidak mengeluarkan izin keramaian. Alasannya amat klasik, karena kasus
corona di Indonesia terus meningkat. Padahal nih kompetisi sepak bola kan sudah diatur
tanpa penonton di stadion, kok masih bermasalah di izin keramaian?
Sementara gelaran pilkada yang potensi mengundang massa lebih besar malah tetap
dilanjutkan. Sontak saja keputusan ini mengecewakan seluruh penggemar sepak bola di
tanah air termasuk klub.
Siapa yang nggak kecewa, orang mayoritas klub sudah memulai persiapan jauh-jauh hari.
PSM Makassar misalnya, yang memilih berkandang di Jogja sudah terlanjur datang dan
menggelar latihan.
Malahan, Bali United sudah memasang papan iklan elektroniknya di Stadion Sultan
Agung Bantul. Termasuk Barito Putra yang beberapa hari lalu menggelar uji tanding
dengan PSIM Jogja.
Dipikir jarak Makassar, Bali, dan Banjarmasin itu dekat kali dari Jogja. Belum lagi
akomodasi juga nggak murah. Emang ngeri-ngeri sedap pejabat negeri ini kalau buat
kebijakan. Eitss.. tapi tunggu dulu, kalau menurut saya sih emang tepat Liga 1 ditunda. Ini
dia alasannya
a. Alasan pertama, pilkada memutar banyak sektor perekonomian
Di era pandemi, sepak bola lagi sepi-sepinya karena nggak ada penonton dan pedagang
asongan yang biasanya jalan-jalan melewati sela-sela penonton di tribun. Artinya,
ekonomi masyarakat juga tidak berputar.
Beda halnya dengan pilkada memutar sektor perekonomian masyarakat. Misal saja
akun buzzer. Para buzzer ini jadi ada pemasukan. Selain itu, lihatlah dampaknya bagi
rakyat-rakyat kecil jadi dapat sembako dan kaos saringan tahu (bergambar calon
pemimpin). Apalagi kalau ditambah serangan fajar, rakyat dijamin lebih makmur dah..
Belum lagi vendor-vendor masker kain. Mereka jadi punya garapan memproduksi
masker bergambar calon gubernur atau partai-partai pengusung. Jadi memang sudah
tepat menunda Liga 1 demi ekonomi masyarakat lewat pilkada.
b. Alasan kedua, sepak bola di era pandemi nggak bisa jadi kendaraan politik
Nah, lagi korona gini pengerahan suporter jadi susah. Artinya kalau nggak ada
pengerahan massa di stadion, mana bisa sepak bola jadi kendaraan politik. Sulit bos.
Biasanya pas musim kampanye kayak sekarang ini calon-calon pejabat getol banget
manfaatin suporter buat jadi komoditas suaranya kelak di TPS.
Ya caranya kayak dangdutan dengan mengundang artis-artis cantik nan seksi di
stadion, sebelum atau sesudah pertandingan.
Beberapa contoh kompetisi sepak bola yang berbau politis kayak Piala Presiden, Piala
Gubernur Jatim, atau Piala Gubernur Kaltim. Nggak bisa dimungkiri sepak bola
memang kendaraan politik yang paling menggiurkan.
Tapi, pas korona gini kan nggak mungkin. Akibatnya di stadion sepi dan nggak ada
yang bisa dimanfaatin buat calon kepala daerah. Jadi memang sudah tepat kalau
ditunda dulu.
c. Alasan ketiga, nggak bisa datangin cuan/keuangan buat PSSI
Selama satgas Covid-19 melarang sepak bola dihadiri penonton, di situ pula PSSI tidak
ada uang. Lah kok uang bos? Ya iyalah selama ini kita tahu kalau pemasukan PSSI
salah satunya ya dari uang denda.
PSSI bisa dapat uang denda kalau ada tim yang ngelanggar peraturan salah satunya
karena ada keributan, kericuhan, atau tawuran antar suporter di dalam atau luar area
stadion. Di era pandemi, saat ini hal tersebut jarang atau bahkan tidak mungkin terjadi.
Yang ada PSSI sekarang malah jadi nombok buat biaya swab test dan operasional
protokol kesehatan lainnya.
Bayangin saja buat ongkos tes swabnya sebelas kali selama satu musim. Tiap dua
minggu sekali tim-tim harus melakukan swab test ke seluruh pemain termasuk officialnya. Kurang lebih satu tim ya paling 30-an orang lah. Dikali ada 18 tim di Liga 1.
Memang sudah tepat sih ditunda atau kalau perlu dibatalkan sekalian biar PSSI nggak
nombok banyak. Saya sendiri percaya sekali kok uang denda bakal dipakai buat
pembiayaan pengembangan sepak bola usia muda. Salah satunya timnas U-19 yang
TC di Kroasia.
2. SYARAT OPINI PUBLIK
PSSI Mochamad Iriawan yang menyampaikan Liga 1 dan Liga 2 ditunda karena tak
mendapat izin keramaian dari polisi terkait penyebaran Covid-19.
Namun, perhelatan Pilkada hingga kampanye memperebutkan posisi kepala daerah
tetap diperbolehkan.
3. MANFAAT OPINI PUBLIK TERSEBUT
Tidak adanya degradasi
Walaupun dilanjutkan, sudah fiks kalau Liga 1 memang tanpa degradasi. PT Liga
Indonesia Baru sendiri yang menetapkan peraturan ini. Artinya semua tim bisa pertanding
tanpa takut kalah. Kalah pun kan nggak masalah lha wong nggak ada degradasi.
Eh, tapi kebijakan ini rawan dimanfaatkan oknum-oknum yang nggak bertanggung jawab
untuk jual-beli pertandingan. Mumpung nggak ada degradasi bisa jadi peluang bagi klub
untuk meraup keuntungan dari jual beli laga.
Jual beli laga artinya salah satu tim sengaja mengalah agar tim yang lain bisa menang.
Ingat ngalah bukan masalah karena nggak ada degradasi jadi.
Saya bisa bilang begini karena memang ekosistem liga di Indonesia ini tidak sepenuhnya
bersih dari mafia bola. Buktinya pengungkapan mafia bola Vigit Waluyo dan Joko
Driyono beberapa waktu lalu. Jadi memang sudah tepat kalau ditunda atau sekalian
dibatalkan supaya nggak lahir mafia-mafia baru yang memanfaatkan aji mumpung situasi
saat ini.
Jadi intinya di balik kekecewaan penundaan kompetisi sepak bola Liga 1 dan tetap
dilangsungkannya pilkada di tengah pandemi ini tetap ada hikmah yang bisa dipetik, walau
tidak banyak-banyak amat.
4. TUJUAN OPINI PUBLIK TERSEBUT
Agar khalayak dapat mempertimbangkan/memikirkan kesehatan ditengah pandemi
covid-19 yang masih sangat tinggi di Indonesia.
5. SIFAT OPINI PUBLIK TERSEBUT
Opini publik ini Dinamis karena semuanya tidak berurutan karena dinilai para petinggi PSSI
kurang mempersiapkan dari jauh-jauh hari untuk memulai bergulirnya LIGA 1 dan LIGA 2,
sehingga Opini ini menjadi perdebatan bagi khalayak dimana semua tentang COVID – 19.
Download