Uploaded by User70791

contoh laporan konseling

advertisement
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Kasus Individu
Perumusan Masalah
a. Identitas Kasus
Nama
: MA
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Lahir
: 31 Mei 1987
Umur
: 25 tahun
Pendidikan
: Mahasiswa
Fakultas
: Psikologi
Kampus
: Universitas Airlangga
Semester
: 13
Alamat
: Manukan - Surabaya
Agama
: Islam
Anak ke-
: Pertama dari tiga bersaudara
Pekerjaan Ayah
: Karyawan Perusahaan Swasta
Pekerjaan Ibu
: Wiraswasta
b. Deskripsi Kasus
Subyek adalah mahasiswa semester ketigabelas Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga. Semenjak semester kedelapan subyek mulai
mengerjakan skripsinya, namun hingga saat ini skripsinya belum juga
selesai. Pada awalnya subyek mengaku mengerjakan skripsi dengan
asal-asalan. Selama sekitar dua semester subyek berproses dengan judul
tersebut, sampai akhirnya dia menemukan kesulitan dalam penyusunan
alat ukur skripsinya sehingga dia merasa jenuh dan malas mengerjakan
skripsinya lagi.
Setelah merasa jenuh karena selama dua semester lebih
mengerjakan skripsi, subyek mulai bekerja di berbagai tempat. Pada
tahun 2011, subyek bekerja membantu proyek di perusahaan tempat
ayahnya bekerja, pekerjaan ini terus bertahan sampai saat ini. Pada
tahun 2012, saat subyek memasuki semester keduabelas, subyek juga
Aji Bagus Priyambodo
1
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
pernah mengikuti pelatihan sebagai barista dan sempat selama beberapa
bulan bekerja sebagai barista. Dan sampai akhirnya di tahun 2012,
Subyek juga bekerja sebagai konsultan bisnis di sebuah lembaga
konsultan milik seorang temannya.
Menurut dosen pembimbing, pada awalnya subyek termasuk
mahasiswa yang rajin meminta pembimbingan skripsi. Dosen
pembimbing subyek menambahkan bahwa subyek termasuk mahasiswa
yang aktif membantu para dosen dalam proyek penelitian. Namun
setelah sekitar dua semester, entah mengapa subyek tiba-tiba
menghilang dan jarang datang menemui dosen pembimbingnya
kembali.
Berdasarkan hasil analisa terhadap Daftar Nilai Akademik Subyek
dapat diketahui bahwa subyek selalu mengambil porsi sajian mata
kuliah tepat pada waktunya, tidak ada yang dilewatkan. Hal ini
menunjukkan bahwa subyek tidak mengalami hambatan akademis,
selain hambatan dalam pengerjaan skripsi. Selain itu, nilai IPK Subyek
juga cukup baik (3,23).
Subyek adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah subyek
bekerja di sebuah perusahaan swasta, sedangkan ibunya seorang
wiraswasta. Sebenarnya subyek memiliki keinginan agar dia bisa segera
lulus kuliah dan bisa membantu orang tuanya. Namun subyek merasa
memiliki hambatan dalam pengerjaan skripsinya. Subyek menyadari
bahwa dia adalah orang yang tidak disiplin. Subyek merasa kurang
mampu mengatur dirinya. Subyek kurang dapat menentukan skala
prioritas tugas, kurang dapat merencanakan pengerjaan skripsi dan
lemah dalam time management. Ditambah lagi aktivitas pekerjaannya
yang susah untuk bisa dia tinggalkan semakin membuat perhatiannya
pada
pengerjaan
membutuhkan
skripsi
bantuan
semakin
dalam
berkurang.
mengatasi
Subyek
merasa
hambatan-hambatannya
tersebut.
Aji Bagus Priyambodo
2
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Hasil Asesmen
a. Informasi Latar Belakang Kasus

Riwayat perkembangan & kesehatan
Ketika
Ibu
subyek
mengandung
subyek,
proses
kehamilannya lancar tanpa ada masalah . Sampai pada tanggal
31 Mei 1987 subyek dilahirkan secara normal. Namun, subyek
kecil termasuk anak yang lebih sering sakit dibandingkan anakanak lain seusianya saat itu. Subyek pernah terkena gangguan
pernapasan pada usia lima tahun. Akibat gangguan pernapasan
itu,
subyek
menjalani
penyedotan
debu
di
saluran
pernapasannya. Kemudian subyek juga menderita alergi susu
formula, saat dia berumur enam tahun. Subyek juga pernah
terserang penyakit demam berdarah pada saat usia sembilan
tahun. Dan ketika subyek berusia delapan belas tahun, dia
pernah menjalani operasi pengangkatan benjolan, sejenis tumor
jinak, di punggungnya. Hingga akhirnya saat ini, subyek telah
tumbuh dewasa dengan tinggi badan 163 cm dengan berat badan
53 kg. Kulit subyek sawo matang dan rambutnya lurus dipotong
pendek.

Riwayat keluarga & lingkungan tempat tinggal
Subyek adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Subyek
tinggal bersama Ayah, Ibu dan dua orang adik laki-lakinya. Ayah
subyek merupakan karyawan sebuah perusahaan swasta di
bidang minyak bumi (rekanan Pertamina). Sedangkan ibunya
memiliki toko sembako dan memiliki usaha (home industry)
yang memproduksi kue-kue kering. Adik subyek yang pertama
lulusan program D3 Jurusan Broadcasting dan saat ini telah
bekerja. Sedangkan adik subyek yang kedua masih duduk di
kelas VII SMP. Subyek dan keluarga tinggal di sebuah rumah di
komplek Perumahan Nasional (Perumnas) yang cukup padat
Aji Bagus Priyambodo
3
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
penduduknya di daerah Manukan, Surabaya barat. Masyarakat
di sekitar tempat tinggal nya mayoritas berasal dari tingkat
ekonomi menengah ke atas. Subyek cukup sering berinteraksi
dengan tetangga di sekitar rumahnya. Subyek selalu menghadiri
undangan pengajian, tahlilan dan syukuran yang diadakan
tetangga-tetangganya.

Riwayat Pendidikan dan Sekolah
Subyek bersekolah Taman Kanak-Kanak di TK Dorowati
Surabaya pada tahun 1991 - 1993, saat itu subyek masuk pada
usia empat tahun dan lulus saat enam tahun. Kemudian subyek
melanjutkan sekolahnya di SDN Manukan Kulon IV Surabaya
pada tahun 1993-1999, saat itu subyek masuk pada usia enam
tahun dan lulus pada usia dua belas tahun. Selanjutnya subyek
melanjutkan studi di bangku Sekolah Menengah Pertama di
SMPN 3 Surabaya pada tahun 1999 – 2002, saat itu subyek
masuk pada usia dua belas tahun dan lulus pada usia lima belas
tahun. Kemudian subyek melanjutkan studinya di SMAN 1
Surabaya, pada tahun 2002 – 2005, saat itu subyek masuk pada
usia lima belas tahun dan lulus pada usia delapan belas tahun.
Dan selanjutnya subyek melanjutkan studinya di bangku
perguruan tinggi. Pada tahun 2005, subyek diterima sebagai
mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, namun
subyek hanya bertahan selama satu tahun di sana. Subyek
merasa tidak cocok di jurusan tersebut. Sehingga akhirnya pada
tahun 2006 subyek mengikuti ujian Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) kembali dan diterima di Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga hingga saat ini masih tercatat
sebagai mahasiswa di sana.
Aji Bagus Priyambodo
4
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
b. Hasil Wawancara
Hasil Wawancara Subyek
Berdasarkan hasil wawancara dengan subyek terkait
riwayat pengerjaan skripsinya diperoleh informasi bahwa
subyek mulai mengerjakan skripsi pada semester 8 yaitu pada
tahun 2010. Pada awalnya subyek mengaku mengerjakan
skripsi dengan asal-asalan. Saat itu subyek tertarik untuk
meneliti tentang resiliensi korban lumpur Lapindo, yang
kebetulan saat itu dia sedang terlibat dalam proyek dosen yang
berhubungan dengan korban lumpur Lapindo. Selama sekitar
dua semester subyek berproses dengan judul ini, sampai
akhirnya dia merasa jenuh dan malas mengerjakan skripsinya
lagi. Dia menilai alat ukur resiliensi korban lumpur Lapindo ini
terlalu rumit.
Memasuki semester kesepuluh subyek memulai kembali
pengerjaan skripsinya, kali ini dia memilih tema tentang
ideologi peran gender, namun subyek mengaku sudah sangat
tidak termotivasi dalam mengerjakan skripsinya. Dalam satu
semester hanya sekitar satu bulan yang dia gunakan untuk
mengerjakan skripsi, dia lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk bekerja. Subyekpun jarang bimbingan dengan dosen
pembimbingnya. Hal ini berlangsung terus sampai saat ini dia
memasuki semester ketigabelas.
Pada awalnya, setelah merasa jenuh karena selama dua
semester lebih mengerjakan skripsi, subyek mulai bekerja di
berbagai tempat. Pada tahun 2011, subyek bekerja membantu
proyek di perusahaan tempat ayahnya bekerja, pekerjaan ini
terus bertahan sampai saat ini. Pada tahun 2012, saat subyek
memasuki semester keduabelas, subyek juga pernah mengikuti
pelatihan sebagai barista dan sempat selama beberapa bulan
bekerja sebagai barista. Dan sampai akhirnya di tahun 2012,
Aji Bagus Priyambodo
5
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Subyek juga bekerja sebagai konsultan bisnis di sebuah
lembaga konsultan milik seorang temannya.
Subyek menyadari bahwa dia adalah orang yang tidak
disiplin. Subyek merasa kurang mampu mengatur dirinya.
Subyek kurang dapat menentukan skala prioritas tugas, kurang
dapat merencanakan pengerjaan skripsi dan lemah dalam time
management. Subyek menambahkan, selain rasa jenuh yang dia
rasakan dalam pengerjaan skripsinya, permasalahan lain yang
membuat subyek meninggalkan skripsi adalah perpisahan
dengan sang pacar. Pada tahun 2011, saat subyek memasuki
semester kesepuluh, subyek putus dengan pacarnya. Padahal
diakui subyek, pacarnya adalah orang yang paling dapat
membuat subyek bersemangat mengerjakan skripsi. Subyek
merasa dirinya sangat dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik
daripada intrinsik. Dan perpisahannya dengan sang pacar
membuat subyek kehilangan spirit booster. Dua hal ini, rasa
jenuh
dan perpisahan dengan pacar membuat subyek
menghindari pengerjaan skripsinya dan memilih untuk bekerja
dan berkegiatan lain.
Hasil Wawancara Dosen Pembimbing
Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen pembimbing
diperoleh informasi bahwa pada awalnya subyek termasuk
mahasiswa yang rajin meminta pembimbingan skripsi. Pada
awalnya subyek berminat meneliti tentang korban lumpur
Lapindo. Dosen pembimbing subyek menambahkan bahwa
subyek termasuk mahasiswa yang aktif membantu beliau dalam
proyek penelitian daerah terdampak semburan lumpur Lapindo.
Namun setelah sekitar dua semester, entah mengapa subyek
tiba-tiba menghilang dan jarang datang menemui dosen
Aji Bagus Priyambodo
6
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
pembimbingnya kembali.
Dosen pembimbing subyek mengetahui bahwa subyek
bekerja di berbagai tempat. Beliau menilai pekerjaannya
membuat
perhatian
menomorduakan
subyek
pengerjaan
berubah
sehingga
skripsinya.
Subyek
subyek
jarang
meminta pembimbingan skripsi lagi hingga saat ini. Dosen
pembimbing subyek mengatakan, bahwa saat ini subyek
sampai pada tahap penyusunan alat ukur untuk judulpenelitian
yang baru. Namun karena tidak dikerjakan dan jarang
bimbingan sehingga tidak ada progress dan tetap disitu saja.
Analisa Daftar Nilai Akademik
Semester
Tahun
Jumlah MK
1
2006
8
Jumlah
SKS
19
2
2007
8
21
3
2007
8
20
4
2008
9
22
5
2008
10
21
6
2009
8
17
7
2009
9
19
8
2010
2
4
9
10
11
12
13
14
2010
2011
2011
2012
2012
2013
-
Keterangan
Mengambil
kuliah
Mengambil
kuliah
Mengambil
kuliah
Mengambil
kuliah
Mengambil
kuliah
semua
mata
semua
mata
semua
mata
semua
mata
semua
mata
Mengambil
semua
kuliah
Mengambil
semua
kuliah
Mengambil
semua
kuliah plus Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
Skripsi
mata
Aji Bagus Priyambodo
mata
mata
7
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil analisa terhadap Daftar Nilai Akademik Subyek
dapat diketahui bahwa subyek selalu mengambil porsi sajian mata kuliah
tepat pada waktunya, tidak ada yang dilewatkan. Hal ini menunjukkan
bahwa subyek tidak mengalami hambatan akademis, selain hambatan
dalam pengerjaan skripsi. Selain itu, nilai IPK Subyek juga cukup baik
(3,23).
Aji Bagus Priyambodo
8
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Tinjauan Teori
1) Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi
Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi merupakan mahasiswa yang
telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pihak Fakultas untuk
menyusun skripsi, dan biasanya mereka menduduki semester akhir.
Mahasiswa semester akhir ini masuk dalam kategori yang disebut oleh
Kenniston sebagai masa perpanjangan ekonomi dan pribadi sementara
(Santrock, 2002). Hal ini disebabkan karena mahasiswa belum memenuhi
syarat untuk memasuki dewasa awal dalam hal kemandirian secara ekonomi
dan kemandirian dalam membuat keputusan (Santrock, 2002). Namun secara
usia sudah termasuk dan sudah dapat mulai memenuhi tugas-tugas
perkembangan di masa dewasa awal.
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi berdasarkan usia kronologisnya termasuk dalam masa
peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal, karena pada umumnya mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi adalah mereka yang duduk di semester akhir
yang berusia rata-rata 20 tahun ke atas. Pada masa dewasa awal, individu
mengatur pemikiran operasional formal mereka. Sehingga mereka mungkin
merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti
remaja, namun mereka lebih sistematis dalam mendekati masalah sebagai
orang dewasa. Orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada
remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan
(Santrock, 2002). Kemampuan kognitif individu pada masa dewasa awal
sangat baik, dan juga menunjukkan adaptasi dengan aspek pragmatis dari
kehidupan mereka. Kompetensi sebagai seorang dewasa muda mungkin
memerlukan banyak keterampilan berpikir logis dan adaptasi yang pragmatis
terhadap kenyataan (Santrock, 2002: 92).
Menurut Schaie (dalam Santrock, 2002) secara kognitif orang dewasa
melampaui pemikiran ilmiah yang kuat yang merupakan ciri dari pikiran
operasional formal, dalam usaha mencari pengetahuan, dan orang dewasa
Aji Bagus Priyambodo
9
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
lebih maju dari remaja dalam penggunaan intelektualitas mereka. Schaei
percaya bahwa orang dewasa awal mempunyai kemampuan kognitif yang
dapat digunakan untuk memonitor perilaku mereka sendiri. Secara psikologis,
ketika seseorang berada pada fase dewasa awal maka akan terjadi perubahan
dalam hal pola pikir dan perilakunya. Perubahan pola pikir itu sebagaimana
yang dijelaskan oleh Kartini-Kartono (1989) merupakan salah satu ciri utama
dari usia dewasa yaitu mampu mengaitkan realitas dunia luar yang obyektif
dengan Aku-nya sendiri serta mampu mengendalikan dorongan-dorongan dari
dalam untuk diarahkan pada tujuan yang berarti. Sedangkan perubahan
perilaku dijelaskan oleh Hurlock (1997 : 246), bahwa sebagai orang dewasa
maka mereka diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses individu dalam memberikan
respon terhadap lingkungan dan kemampuan untuk melakukan coping
terhadap stres (Rathus & Nevid, 2002). Kegagalan seseorang dalam
melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan orang tersebut mengalami
gangguan
psikologis
seperti
ketakutan,
kecemasan,
dan
agresivitas
(Schneiders dalam Gunawati dkk., 2006). Adapun salah satu penyesuaian diri
vokasional, yaitu penyesuaian diri dalam bidang pendidikan, salah satunya
adalah penyesuaian diri pada tugas skripsi.
Dalam periode kemahasiswaan skripsi merupakan tahap paling akhir bagi
seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana. Skripsi adalah karya tulis
ilmiah dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis
oleh mahasiswa program sarjana (S1) yang bersifat mandiri untuk memenuhi
sebagai persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan Strata 1 (Panitia Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2008: i).
Poerwadarminta (1983: 957) menyebut skripsi sebagai karya ilmiah yang
diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan akademis di Perguruan Tinggi.
Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi
digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh
Aji Bagus Priyambodo
10
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
gelar akademisnya sebagai sarjana. Sehingga penyelesaian skripsi merupakan
tahap yang paling menentukan bagi seorang mahasiswa, karena usaha dan
kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya menjadi sia-sia
jika mahasiswa gagal menyelesaikan skripsi. Oleh karena itulah keberhasilan
menyelesaikan
skripsi
bisa
disebut
sebagai
sukses
dalam
periode
kemahasiswaan di Universitas.
Dalam usahanya menyusun/menyelesaikan skripsi ini , banyak mahasiswa
yang merasa kesulitan atau menemui banyak masalah. Masalah-masalah yang
umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah: banyaknya
mahasiswa yang kurang mempunyai kemampuan dalam tulis menulis karya
ilmiah, kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya
ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet, dalam Gunawati dkk., 2006).
Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya
kesulitan dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan
bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam meghadapi dosen
pembimbing skripsi (Riewanto, dalam Gunawati dkk., 2006). Apabila
masalah-masalah tersebut menjadi tekanan dalam diri mahasiswa maka hal ini
dapat menyebabkan adanya stres dalam meyusun skripsi pada mahasiswa.
Stres dan Coping Stres Pada Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan
Skripsi
Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat
adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus & Nevid, 2002).
Pernyataan ini berarti bahwa individu dapat dikatakan mengalami stres ketika
individu tersebut mengalami kondisi adanya tekanan dalam diri akibat
tuntutatn yang berasal dari dalam diri dan lingkungan. Akan tetapi stres tidak
selalu berdampak negatif pada diri individu, stres juga dapat berdampak
positif. Stres yang berdampak negatif disebut sebagai distress dan stres yang
berdampak positif disebut dengan eustress. Adanya perbedaan dampak stres
pada diri individu disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing
Aji Bagus Priyambodo
11
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
masing individu terhadap stimulus yang menjadi sumber stres, sehingga
respon setiap individu akan berbeda-beda walaupun stimulus yang menjadi
sumber stresnya sama. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi stres dalam
menyusun skripsi pada mahasiswa menurut Gunawati dkk., (2006), antara
lain:
a) Jenis kelamin
Wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi daripada
pria.
b) Status sosial ekonomi
Orang yang memiliki status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki stres
yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan adanya kesulitan ekonomi
sehingga sering menyebabkan tekanan dalam hidup.
c) Karakteristik kepribadian mahasiswa
Perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
menyebabkan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang
memiliki kepribadian ketabahan memiliki daya tahan yang lebih tinggi
terhadap sumber stres daripada mahasiswa yang kurang memiliki kepribadian
ketabahan.
d) Strategi coping yang digunakan mahasiswa
Strategi coping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur
pemikiran dan perilaku untuk mengatasi permasalahan dan sumber stres yang
menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan. Strategi
coping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
menghadapi stres berpengaruh pada tingkat stresnya.
Tugas akhir atau skripsi dapat menjadi sekedar sebuah tantangan bagi
seorang mahasiswa, namun juga dapat menjadi sesuatu hal yang sangat penuh
stres bagi mahasiswa lain yang merasa tidak siap menghadapinya terlepas
apakah ketakutannya tersebut realistik atau tidak (Davidson, Neale & Kring,
2006).
Aji Bagus Priyambodo
12
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Coping berarti usaha-usaha kognitif dan behavioral individu untuk
mengelola (mengurangi, meminimalisir, menguasai atau menoleransi) tuntutan
–tuntutan eksternal & internal yang berasal; dari transaksi antara individulingkungan yang dinilai sebagai sesuatu yang membebani atau melebihi
sumber daya seseorang (Folkman, dkk., 1986a). Menurut Edwards & Banglion
(dalam Makie, 2006), coping dikonseptualisasikan sebagai usaha-usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan efek-efek
negatif dari stres terhadap kesejahteraannya (wellbeing).
Sementara Sarafino (1994: 139) mendefinisikan coping sebagai suat
proses dimana individu berusaha untuk me-manage (mengelola) ketidak
sesuaian yang dirasakan antara tuntutan dan sumber daya yang mereka miliki
dalam situasi yang menimbulkan stres (stresfull). Kata manage di sini
mengindikasikan bahwa usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu
mengarah pada pemecahan masalah. Meskipun usaha-usaha coping dapatbeberapa pendapat mengatakan, seharusnya- ditujukan untuk memperbaiki
atau mengatasi masalah, usaha coping ini juga minimal bisa membantu
individu untuk mengubah persepsinya terhadap ketimpangan (discrepancy)
yang ada antara tuntutan dan sumber daya yang dimilikinya, menoleransi atau
menerima situasi yang dirasakannya membahayakan (harm) dan mengancam
(threat) dan melarikan diri atau menghindari situasi tersebut (Lazarus &
Folkman, 1984; Moos & Schaefer, 1986, dalam Sarafino, 1994: 139). Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa coping merupakan sejumlah usaha yang
dilakukan oleh individu untuk menghadapi stres.
Adapun coping itu sendiri, secara luas dikenal mempunyai dua fungsi
utama yaitu mengatur reaksi emosional yang muncul karena suatu masalah
(emotion-focused coping), dan untuk mengubah masalah yang menyebabkan
timbulnya
stres
(problem-focused
coping)
(Folkman,
dkk.,
1986b).
Sehubungan dengan banyaknya penelitian mengenai perilaku coping, maka
banyak ahli yang berusaha mengklasifikasikan coping tersebut. Namun secara
umum dalam beberapa literatur orang biasanya membedakan cara seseorang
melakukan coping (strategi coping) menjadi dua yaitu problem-focused dan
Aji Bagus Priyambodo
13
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
emotion-focused coping, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda
(Folkman dkk., 1986; Lazarus & Folkman, 1984; Pearlin dan Schooler, 1978).
Long dkk (dalam Selmer 2002) mengklasifikasikan coping strategies dengan
menggunakan istilah engagement vs disengagement, sementara Billings dan
Moos (1981) dengan istilah strategi approach vs avoidance.
Apapun
istilahnya,
baik
emotion-focused,
avoidance,
maupun
disengagement sama-sama menekankan pada pengaturan emosi yang
menimbulkan
stres,
sedangkan
problem-focused,
approach,
maupun
engagement adalah untuk mengubah permasalahan hubungan antara orang
dengan
lingkungan
(person-environment)
yang
dipersepsikan
sebagai
penyebab stres (Selmer, 2002). Oleh karenanya, dengan strategi emotionfocused coping, individu berusaha untuk meminimalisasi kecemasan melalui
penarikan diri baik mental maupun fisik atau untuk menghindari masalah.
Sedangkan strategi problem-focused coping, individu berusaha untuk
menghadapi masalah dengan mengubah situasi (Folkman dkk., 1986b).
Pengklasifikasian kedua tipe coping ini bukan merupakan sesuatu yang
terpisah sama sekali karena kedua tipe coping ini kadang dapat bekerja atau
muncul bersama baik digunakan secara bersamaan maupun bergantian oleh
individu ketika menghadapi suatu masalah (Taylor, 2006). Hanya saja
kecenderungan individu dalam memilih untuk menggunakan tipe coping mana
yang lebih dominan bisa berbeda-beda.
Aji Bagus Priyambodo
14
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Analisa Teoritik terhadap Kasus
Subyek memiliki tuntutan untuk menyusun skripsi sebaik dan
secepat mungkin, hal ini disebabkan oleh karena:
a. Subyek sendiri yang telah memilih Psikologi daripada Farmasi
sehingga sudah seharusnya dapat selesai dengan baik
b. Subyek adalah anak sulung, dia ingin membantu ortu membiayai adikadiknya.
Namun subyek dihadapkan pada kondisi:
1. Proposal ditolak, di akhir semsester 8.
2. Kehilangan spirit booster, putus dengan pacar yang selama ini menjadi
penyemangat
Adanya kesenjangan antara tuntutan dengan kondisi yang terjadi
menimbulkan masalah pada Subyek. Strategi coping yang dijalankan
subyek dominan emotion-focused coping, yaitu dengan bekerja, membantu
pekerjaan ayah di kantor, jalan-jalan, ikut kepanitiaan acara musik, dan
travelling ke luar kota. Subyek sangat sedikit sekali melakukan problem
focused coping, dia hanya sesekali datang ke kampus dan melakukan
tindakan yang konstruktif terhadap pengerjaan skripsinya.
Meninjau kondisi psikologisnya, berdasarkan hasil asesmen
diketahui bahwa subyek memiliki ketahanan kerja yang rendah, hal ini
membuat subyek menjadi mudah jenuh. Subyek memiliki need of order
yang rendah, ini mempengaruhi kemampuannya dalam mengatur diri.
Subyek juga memiliki sistematika kerja yang kurang baik, ini membuat
subyek mengalami kendala dalam self regulated learning dalam
pengerjaan skripsinya. Dan subyek juga memiliki motivasi berprestasi
yang rendah, dia jadi sangat bergantung pada motivasi eksternal dalam
pengerjaan skripsi. Apa yang terjadi pada subjek adalah dia belum
sepenuhnya menyadari apa yang sedang dia lakukan, dan dia juga kurang
begitu memahami tentang apa sebenarnya yang dia inginkan. Dalam kasus
ini, subyek perlu menjadi lebih realistis. Upaya intervensi pada subyek
dapat dilakukan dengan pendekatan konseling realitas. Subyek perlu
Aji Bagus Priyambodo
15
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
membuat perencanaan yang lebih realistis. Menyadari apa yang sedang dia
lakukan dan menentukan apa yang sebenarnya dia inginkan. (Corey,
2008).
Langkah-langkah dalam konseling realitas diperlukan untuk
peningkatan kemampuan regulasi-diri. Karena setiap pilihan memiliki
konsekuensi. Ketika seorang individu memilih untuk tidak mau repot
melakukan tugas-tugas akademik, maka konsekuensinya adalah pada
kesiapan karirnya. Itulah pentingnya kemapuan regulasi diri, untuk
meregulasi, mengatur cara pikir, perasaan yang dapat membuat kinerja
terganggu, keinginan yang terlalu tinggi atau terlalu sederhana, serta
perilaku yang tidak mengacu pada apa yang seharusnya dicapai masingmasing individu.
Aji Bagus Priyambodo
16
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Psikodinamika
Bagan Psikodinamika
Kondisi Biologis:
--
Lingkungan Fisik:
-Lingkungan Sosial:
MA
(interaksi)
Kondisi Psikologis:
Emotion Focused Coping
Ketahanan kerja rendah
Motivasi berprestasi rendah
Sistematika kerja rendah
Problem pengaturan diri
Perpisahan dengan
pacar
Pekerjaan yang tidak
bisa ditinggal
Individu
Situasi
Tidak mengerjakan skripsi
(Hambatan dalam pengerjaan skripsi)
Hipothesis
Subjek memiliki hambatan dalam pengerjaan skripsi. Berawal dari
rasa jenuh dalam mengerjakan skripsi, subyek mulai mencoba untuk
bekerja. Dunia kerja menjadi sesuatu yang sedemikian menarik bagi
subjek, sehingga dia menunda pengerjaan skripsi. Kondisi psikologis
subjek membuat subjek mengalami kesulitan dalam penetapan prioritas,
antara mengerjakan skripsi ataukan bekerja.
Aji Bagus Priyambodo
17
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Intervensi
a. Tujuan Intervensi
Adapun tujuan intervensi yang akan dilakukan untuk subjek
adalah untuk membantu subjek dalam membuat perencanaan yang lebih
realistis terhadap pilhan apa yang akan dijalani subjek kedepannya.
Membantu subjek dalam mengetahui sebab dan akibat akan pilihan yang
akan subjek jalani kedepannya.
b. Metode dan Bentuk Intervensi
1) Konseling realitas
Peran konselor dalam konseling realitas adalah konselor dapat membantu
klien mengenali apa yang sedang mereka lakukan tidak akan menolongnya
untuk diterima sebagaimana adanya jika ia tetap bertahan pada kebiasaan
yang merusak hubungan. Konselor mengajak klien untuk membuat
perencanaan yang lebih realistis. Konselor harus mampu menyediakan
bantuan melalui tanya jawab secara mahir yang ditujukan untuk menolong
klien menilai apa yang diinginkannya. Jika konselor tidak mahir melihat
perilaku klien secara total, maka pertanyaan itu tidak akan membanu klien
mengenali apa yang ia inginkan. Akibatnya konseling tidak akan menjadi
efektif (Corey, 2008).
Konselor (pemimpin kelompok dalam konseling kelompok) perlu
menantang klien/anggota kelompok terus menerus dengan pertanyaan
mendasar seperti berikut:
a) Apakah Anda ingin berubah?
b) Bagaimana agar anda lebih senang untuk mengubah hidup anda?
c) Apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda, yang tidak anda peroleh?
d) Apakah perilaku Anda yang sekarang menjadikan Anda semakin dekat
atau semakin jauh dari orang-orang di lingkungan Anda?
e) Jika Anda berubah, bagaimana agar Anda merasa lebih baik?
f) Apa yang akan Anda dapatkan dalam hidup Anda, jika Anda mau untuk
berubah?
g) Apa yang harus Anda perbuat sekarang untuk membuat perubahanperubahan?
Aji Bagus Priyambodo
18
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Langkah-langkah dalam konseling realitas diperlukan untuk peningkatan
kemampuan regulasi-diri. Karena setiap pilihan memiliki konsekuensi.
Ketika seorang individu memilih untuk tidak mau repot melakukan tugastugas akademik, maka konsekuensinya adalah pada kesiapan karirnya. Itulah
pentingnya kemapuan regulasi diri, untuk meregulasi, mengatur cara pikir,
perasaan yang dapat membuat kinerja terganggu, keinginan yang terlalu
tinggi atau terlalu sederhana, serta perilaku yang tidak mengacu pada apa
yang seharusnya dicapai masing-masing individu.
Prosedur Konseling
Prosedur utama konseling realitas yang dapat digunakan adalah satu
sistem yang diakronimkannya dengan WDEP.
 W = wants and needs,
 D = direction and doing,
 E = self-evaluation,
 P = planning
a) Wants (mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan persepsi).
Untuk mengeksplorasi wants ini, konselor menanyakan "Apa yang
diinginkan klien." Sekaitan dengan regulasi diri, ada dua kemungkinan
jawaban
berhubungan
dengan
wants.
Pertama;
klien
memang
tidak/belum memiliki wants secara jelas. Maka tugas konselor adalah
memunculkan wants. Kedua; klien memiliki wants, tapi tidak memiliki
regulasi-diri untuk mewujudkan wants. Melalui tanya jawab oleh
konselor yang terlatih, klien didorong untuk mengenali, menggambarkan,
dan menyaring bagaimana mereka ingin menemukan kebutuhankebutuhan, keinginan-keinginan mereka.
Bagi klien yang belum memiliki keinginan, kebutuhan, atau cita-cita,
harus dimunculkan lebih dulu. Caranya dapat dilakukan melalui
penayangan film-film atau bacaan kisah-kisah sukses yang menurut
pertimbangan logis dapat memunculkan keinginan atau cita-cita. Proses
seperti itu oleh Glasser (Corey, 2005) dinamakannya sebagai pictures
change (merubah gambaran) hidupnya menuju quality world klien. Sama
seperti mengeksplorasi "foto album," sebagai gambaran quality world
dari klien. Eksplorasi tentang wants, needs, dan persepsi dilanjutkan
Aji Bagus Priyambodo
19
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
dalam proses konseling untuk merubah pictures klien yang tidak
menggambarkan regulasi-diri.
Contoh-contoh pertanyaan sebagai berikut: "Jika Anda mempunyai
harapan pada diri Anda, seperti apa yang Anda harapkan?" - "Apakah
keluarga anda menyukai harapan Anda itu?" - "Apa yang akan anda
lakukan jika anda sedang menginginkan sesuatu?" - "Apakah Anda
benar-benar ingin mengubah hidup anda?" - "Apakah keinginan Anda itu
tidak sama seperti kehiduan sehari-hari Anda?" - "Apakah Anda berpikir
untuk berhenti dari yang sedang Anda lakukan sesuai perubahan yang
Anda inginkan?"
Untuk konteks regulasi diri, maka pertanyaan berhubungan dengan
karir yang dicita-citakannya, kemungkinan cita-cita karirnya itu untuk
dicapai, serta hubungan cita-cita karirnya dengan tindakannya seharihari.
Bagi klien yang belum punya keinginan tentang karirnya di masa
depan, maka tugas konselor adalah untuk memunculkan keinginan
terlebih dahulu melalui penayangan felm atau sumber bacaan yang
menurut pertimbangan rasional dapat membangkitkan keinginan untuk
memilih tujuan hidup/karir tertentu, barulah setelah itu membahas
kesesuaiannya dengan keluarga dan sebagainya.
b) Direction and Doing (Arahan dan lakukan).
Konselor menekankan pada perilaku yang ada dan mempunyai
kaitan dengan kejadian yang lampau hanya sepanjang mempengaruhi
bagaimana klien berperilaku sekarang. Fokus konseling adalah
diperolehnya kesadaran akan pentingnya melakukan pilihan karir yang
diinginkan dan mengubah perilaku klien secara total mengacu pada
terujudnya cita-cita karir itu. Pertanyaannya adalah pada "Apa yang
dikerjakan sekarang." "Apa yang benar-benar telah dikerjakannya
minggu lalu." "Apa yang ingin dia kerjakan yang berbeda dengan minggu
lalu." "Apa yang akan dia lakukan besok".
Dikaitkan dengan regulasi diri, langkah ini penting untuk
mempertegas perilaku klien sesuai dengan tuntutan kesiapan karir yang
diharapkannya. Perilaku tersebut meliputi perilaku mengarahkan pikiran,
Aji Bagus Priyambodo
20
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
perasaan, keinginan, dan perbuatan yang secara rasional diperlukan
sebagai kesiapan untuk kesuksesan mencapai karir itu kelak.
Sebagai contoh, ketika klien bercita-cita jadi pengacara, maka
pikiran, perasaan, keinginan, dan tindakannya harus diarahkan sesuai
dengan tuntutan karakteristik pribadi seorang pengacara professional.
Misalnya tertarik dengan hukum, senang berdebat, senang mengikuti
kasus-kasus hukum yang perlu mendapat pembelaan, termasuk mengikuti
sidang-sidang pengadilan. Ini sejalan dengan teori tindakan yang
mengatakan cita-cita karir harus diikuti oleh projek dan tindakan yang
sesuai dengan tuntutan khusus dan umum dari karir yang hendak dituju
(Valach, Ladislav & Young, Richard A., 2009).
c) Evaluation (Penilaian)
Langkah keketiga dari konseling realitas adalah konselor meminta
klien mengevaluasi kecocokan antara doing/direction dengan want
seperti yang telah dibahas dalam langah pertama dan kedua, melalui
pertanyaan seperti berikut; " Apakah perilaku yang Anda tampilkan
sekarang merupakan kesempatan yang layak bagi Anda untuk meraih apa
yang Anda ingin capai?" Wubbolding (1988,2000; Wubbolding &
Associates, 1998) menyarankan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: -"Apakah yang sedang Anda lakukan membantu atau merugikan anda?" "Apakah yang sedang Anda lakukan sekarang adalah perilaku yang Anda
ingin lakukan?" -"Apakah perilaku yang sedang Anda lakukan adalah
untuk Anda?" - "Adakah sama manfaatnya antara apa yang sedang Anda
lakukan dengan apa yang Anda yakini?" - "Apakah yang sedang Anda
lakukan berlawanan dengan aturan-aturan dari cita-cita karir yang ada?"
d) Planning and Action (Perencanaan dan Tindakan)
Corey (2005) mengemukakan, sebagian besar pekerjaan penting dari
proses konseling realitas adalah melibatkan klien mengidentifikasi caracara khusus untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan klien. Begitu
klien menekankan apa yang mereka inginkan, mereka siap untuk
mengeksplor kemungkinan perilaku dan diformulasi menjadi action
(tindakan nyata).
Kaitannya dengan regulasi diri adalah bahwa salah satu aspek
penting dalam regulasi-diri adalah menyusun strategi untuk mencapai
Aji Bagus Priyambodo
21
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
cita-cita karir yang menjadi keinginan klien. Strategi yang dimaksud baik
secara akademik maupun non-akademik. Contoh strategi non-akademik,
seandainya seorang klien dari keluarga ekonomi kurang mampu yang
bercita-cita jadi sarjana, maka ia harus memiliki alternatif-alternatif untuk
memperoleh uang bagi kelangsungan perkuliahan. Misalnya kerja
serabutan sambil kuliah, berdagang kecil-kecilan, dan sebagainya, sesuai
dengan modal bukan uang yang dipunyainya.
Pada sesi Planning and Action, ditambahkan pemberian
materi tentang self regulated learning, karena sebagaimana hasil
asesmen diketahui bahwa subyek memiliki kendala dalam
mengatur kegiatan pengerjaan skripsinya.
Self regulated learning (pembelajaran yang diatur sendiri)
adalah pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar
belajar secara sukses. Prosesnya meliputi :

Penetapan tujuan. Pembelajar yang mengatur diri tahu apa yang
ingin mereka capai ketika membaca atau belajar, mendapatkan
pemahaman konseptual yang luas tentang suatu topik atau hanya
mendapatkan pengetahuan yang memadai agar bisa mengerjakan
soal ujian di kelas.

Prencanaan. Pembelajar yang mengatur diri sebelumnya sudah
menentukan bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber
daya yang tersedia untuk tugas-tugas belajar.

Motivasi diri. Pembelajar yang mengatur diri biasanya memiliki
self efficacy yang tinggi akan kemampuan mereka menyelesaikan
suatu tugas belajar dengan sukses.

Kontrol
atensi.
Pembelajar
yang
mengatur
diri
berusaha
memfokuskan perhatian mereka pada pelajaran yang sedang
berlangsung dan menghilangkan hal-hal yang mengganggu pikiran.

Penggunaan energi belajar yang fleksibel. Pembelajar yang
mengatur diri memiliki strategi belajar yang berbeda tergantung
tujuan-tujuan spesifik yang ingin mereka capai.
Aji Bagus Priyambodo
22
[Pick the date]

TYPE THE DOCUMENT TITLE
Monitor diri. Pembelajar yang mengatur diri terus memonitor
kemajuan mereka dalam kerangka tujuan yang ditetapkan, dan
mereka merubah strategi belajar bila dibutuhkan.

Mencari bantuan yang tepat. Pembelajar yang benar-benar
mengatur diri tidak harus selalu berusaha sendiri, tapi menyadari
membutuhkan bantuan orang lain.

Evaluasi diri. Pembelajar yang mengatur diri menentukan apakah
yang mereka pelajari itu telah memenuhi tujuan awal mereka.
Meningkatkan self regulating learning.

Doronglah siswa untuk menyusun beberapa tujuan belajarnya
sendiri dan memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan
tersebut.

Berilah kesempatan pada siswa untuk belajar dan berprestasi tanpa
arahan atau bantuan guru.

Sesekali berikan aktifitas yang didalamnya siswa memiliki
keleluasaan yang cukup berkenaan dengan tujuan, penggunaan
waktu dan sebagainya.

Berikan scafolding sesuai kebutuhan untuk membantu siswa
menguasai strategi-strategi mengatur diri

Contohkan proses kognitif yang bersifat self regulated dengan
menunjukkan proses-proses itu secara lisan dan jelas.

Secara konsisten mintalah siswa mengevaluasi performa mereka
sendiri dan bandingkan asesmen diri yang mereka buat dengan
asesmen yang dilakukan guru.
Aji Bagus Priyambodo
23
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
c. Rancangan Intervensi
SESI
TAHAPAN
WAKTU
MEDIA
I
W
60 menit
Ruangan
Agar subjek mampu untuk Subjek
yang
mengenali,
Wants
TUJUAN
KONDISI AWAL
mengenali
kondusif, menggambarkan,
Video,
menyaring
laptop
subjek
belum
dan atau
bagaimana dalam
KONDISI AKHIR
mampu Subjek sudah dapat
kebutuhan mengenali,
keinginan
subjek menggambarkan,
menentukan dan
menyaring
menemukan tujuan hidup atau karir ke kebutuhan
kebutuhan-kebutuhan,
keinginan
subjek
keinginan-keinginan
sehingga
secara
mereka sehingga menurut
rasional subjek telah
perimbangan
memiliki
dapat
depan.
atau
rasional
membangkitkan
keinginan untuk memilih
tujuan hidup atau karir
tertentu.
Aji Bagus Priyambodo
24
hidup
tertentu.
atau
tujuan
karir
[Pick the date]
II
D
Direction and
doing
TYPE THE DOCUMENT TITLE
60 menit
Ruangan
Agar
subjek
yang
mempertegas
kondusif
subjek
dapat Subjek belum melakukan Subjek
perilaku perilaku
sesuai
tuntutan
yang
dengan mengarahkan
karir
dapat memiliki dan dapat
pikiran, mempertegas
yang perasaan, keinginan, dan perilaku
diharapkannya.
telah
Perilaku perbuatan yang secara sesuai
subjek
dengan
tersebut meliputi perilaku rasional diperlukan untuk tuntutan karir yang
yang
mengarahkan kesuksesan
pikiran,
mencapai diharapkannya.
perasaan, karir yang direncanakan.
Perilaku
tersebut
keinginan, dan perbuatan
meliputi
perilaku
yang
rasional
yang mengarahkan
sebagai
pikiran,
secara
diperlukan
perasaan,
kesiapan untuk kesuksesan
keinginan,
dan
mencapai
perbuatan
yang
karir
yang
direncanakan.
secara
rasional
diperlukan sebagai
kesiapan
Aji Bagus Priyambodo
25
untuk
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
kesuksesan
mencapai karir yang
direncanakan.
III
E
60 menit
Evaluation
Ruangan
Agar
subjek
yang
mengevaluasi
kondusif
antara
dapat Subjek
langkah
dapat Subjek
dapat
kecocokan mengevaluasi kecocokan mengevaluasi
doing/direction antara
dengan want seperti yang dengan
telah
belum
dibahas
pertama
doing/direction kecocokan
want
dalam doing/direction
dalam perilaku yang dilakukan dengan
dan subjek sehari-hari
kedua
antara
want
sehingga
sudah
terdapat
benang
merah
apa
yang
akan dilakukan oleh
subjek.
IV
P
Planning and
Action
Menggunakan
60 menit
Ruangan
Agar
subjek
dapat Subjek
yang
mengidentifikasi cara-cara mengidentifikasi
kondusif, khusus untuk memenuhi untuk
alat tulis
belum
dapat Subjek
cara mengidentifikasi
merealisasikan cara-cara
keinginan dan kebutuhan keinginan atau kebutuhan untuk
Aji Bagus Priyambodo
26
dapat
khusus
memenuhi
[Pick the date]
strategi self
TYPE THE DOCUMENT TITLE
subjek
sehingga
ketika terkait
karir
regulated
subjek sudah menekankan diinginkan
learning
apa yang subjek inginkan, kedepannya
subjek
siap
dan
subjek kebutuhan
subjek
sehingga sehingga
ketika
mengesplor action yang dilakukan subjek
perilaku
diformulasikan
yang keinginan
dan subjek
berbeda
sudah
atau menekankan
menjadi subjek sama sekali belum yang
action (tindakan nyata)
melakukan action.
subjek
inginkan,
siap
apa
subjek
mengesplor
perilaku
dan
diformulasikan
menjadi
action
(tindakan nyata).
Aji Bagus Priyambodo
27
[Pick the date]
TYPE THE DOCUMENT TITLE
Evaluasi Intervensi
Evaluasi terhadap rancangan intervensi ini dapat dilakukan dengan jalan
mengevaluasi kondisi akhir subyek di setiap sesi konseling. Apabila subyek telah
menjalankan kegiatan yang telah direncanakan di setiap sesi untuk selanjutnya konselor
dapat mengobservasi kondisi akhir subyek setelah sesi diberikan, sejauh mana
perubahannya. Apabila kondisi subyek subyek menunjukkan perubahan seperti halnya
yang direncanakan dalam rancangan, berarti intervensi telah berhasil. Setelah intervensi
konseling ini selesai diberikan, selanjutnya dapat diobservasi implikasi pemberian
konseling terhadap pengerjaan skripsi subyek, apakah pemeberian konseling telah dapat
membantu subyek mengatasi hambatan dalam pengerjaan skripsi ataukah belum.
Saran & Rekomendasi
- Hendaknya subyek dapat meninggalkan pekerjaannya dan kembali fokus pada
pengerjaan skripsi.
- Hendaknya orang tua dapat lebih memotivasi subyek untuk kembali
mengerjakan skripsinya. Dan hendaknya ayah subyek berhenti memberikan
tawaran pekerjaan pada subyek, sehingga subyek dapat kembali fokus
menyelesakan skripsi.
Aji Bagus Priyambodo
28
Download