[Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Kasus Individu Perumusan Masalah a. Identitas Kasus Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal Lahir : 31 Mei 1987 Umur : 25 tahun Pendidikan : Mahasiswa Fakultas : Psikologi Kampus : Universitas Airlangga Semester : 13 Alamat : Manukan - Surabaya Agama : Islam Anak ke- : Pertama dari tiga bersaudara Pekerjaan Ayah : Karyawan Perusahaan Swasta Pekerjaan Ibu : Wiraswasta b. Deskripsi Kasus Subyek adalah mahasiswa semester ketigabelas Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Semenjak semester kedelapan subyek mulai mengerjakan skripsinya, namun hingga saat ini skripsinya belum juga selesai. Pada awalnya subyek mengaku mengerjakan skripsi dengan asal-asalan. Selama sekitar dua semester subyek berproses dengan judul tersebut, sampai akhirnya dia menemukan kesulitan dalam penyusunan alat ukur skripsinya sehingga dia merasa jenuh dan malas mengerjakan skripsinya lagi. Setelah merasa jenuh karena selama dua semester lebih mengerjakan skripsi, subyek mulai bekerja di berbagai tempat. Pada tahun 2011, subyek bekerja membantu proyek di perusahaan tempat ayahnya bekerja, pekerjaan ini terus bertahan sampai saat ini. Pada tahun 2012, saat subyek memasuki semester keduabelas, subyek juga Aji Bagus Priyambodo 1 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE pernah mengikuti pelatihan sebagai barista dan sempat selama beberapa bulan bekerja sebagai barista. Dan sampai akhirnya di tahun 2012, Subyek juga bekerja sebagai konsultan bisnis di sebuah lembaga konsultan milik seorang temannya. Menurut dosen pembimbing, pada awalnya subyek termasuk mahasiswa yang rajin meminta pembimbingan skripsi. Dosen pembimbing subyek menambahkan bahwa subyek termasuk mahasiswa yang aktif membantu para dosen dalam proyek penelitian. Namun setelah sekitar dua semester, entah mengapa subyek tiba-tiba menghilang dan jarang datang menemui dosen pembimbingnya kembali. Berdasarkan hasil analisa terhadap Daftar Nilai Akademik Subyek dapat diketahui bahwa subyek selalu mengambil porsi sajian mata kuliah tepat pada waktunya, tidak ada yang dilewatkan. Hal ini menunjukkan bahwa subyek tidak mengalami hambatan akademis, selain hambatan dalam pengerjaan skripsi. Selain itu, nilai IPK Subyek juga cukup baik (3,23). Subyek adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah subyek bekerja di sebuah perusahaan swasta, sedangkan ibunya seorang wiraswasta. Sebenarnya subyek memiliki keinginan agar dia bisa segera lulus kuliah dan bisa membantu orang tuanya. Namun subyek merasa memiliki hambatan dalam pengerjaan skripsinya. Subyek menyadari bahwa dia adalah orang yang tidak disiplin. Subyek merasa kurang mampu mengatur dirinya. Subyek kurang dapat menentukan skala prioritas tugas, kurang dapat merencanakan pengerjaan skripsi dan lemah dalam time management. Ditambah lagi aktivitas pekerjaannya yang susah untuk bisa dia tinggalkan semakin membuat perhatiannya pada pengerjaan membutuhkan skripsi bantuan semakin dalam berkurang. mengatasi Subyek merasa hambatan-hambatannya tersebut. Aji Bagus Priyambodo 2 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Hasil Asesmen a. Informasi Latar Belakang Kasus Riwayat perkembangan & kesehatan Ketika Ibu subyek mengandung subyek, proses kehamilannya lancar tanpa ada masalah . Sampai pada tanggal 31 Mei 1987 subyek dilahirkan secara normal. Namun, subyek kecil termasuk anak yang lebih sering sakit dibandingkan anakanak lain seusianya saat itu. Subyek pernah terkena gangguan pernapasan pada usia lima tahun. Akibat gangguan pernapasan itu, subyek menjalani penyedotan debu di saluran pernapasannya. Kemudian subyek juga menderita alergi susu formula, saat dia berumur enam tahun. Subyek juga pernah terserang penyakit demam berdarah pada saat usia sembilan tahun. Dan ketika subyek berusia delapan belas tahun, dia pernah menjalani operasi pengangkatan benjolan, sejenis tumor jinak, di punggungnya. Hingga akhirnya saat ini, subyek telah tumbuh dewasa dengan tinggi badan 163 cm dengan berat badan 53 kg. Kulit subyek sawo matang dan rambutnya lurus dipotong pendek. Riwayat keluarga & lingkungan tempat tinggal Subyek adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Subyek tinggal bersama Ayah, Ibu dan dua orang adik laki-lakinya. Ayah subyek merupakan karyawan sebuah perusahaan swasta di bidang minyak bumi (rekanan Pertamina). Sedangkan ibunya memiliki toko sembako dan memiliki usaha (home industry) yang memproduksi kue-kue kering. Adik subyek yang pertama lulusan program D3 Jurusan Broadcasting dan saat ini telah bekerja. Sedangkan adik subyek yang kedua masih duduk di kelas VII SMP. Subyek dan keluarga tinggal di sebuah rumah di komplek Perumahan Nasional (Perumnas) yang cukup padat Aji Bagus Priyambodo 3 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE penduduknya di daerah Manukan, Surabaya barat. Masyarakat di sekitar tempat tinggal nya mayoritas berasal dari tingkat ekonomi menengah ke atas. Subyek cukup sering berinteraksi dengan tetangga di sekitar rumahnya. Subyek selalu menghadiri undangan pengajian, tahlilan dan syukuran yang diadakan tetangga-tetangganya. Riwayat Pendidikan dan Sekolah Subyek bersekolah Taman Kanak-Kanak di TK Dorowati Surabaya pada tahun 1991 - 1993, saat itu subyek masuk pada usia empat tahun dan lulus saat enam tahun. Kemudian subyek melanjutkan sekolahnya di SDN Manukan Kulon IV Surabaya pada tahun 1993-1999, saat itu subyek masuk pada usia enam tahun dan lulus pada usia dua belas tahun. Selanjutnya subyek melanjutkan studi di bangku Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Surabaya pada tahun 1999 – 2002, saat itu subyek masuk pada usia dua belas tahun dan lulus pada usia lima belas tahun. Kemudian subyek melanjutkan studinya di SMAN 1 Surabaya, pada tahun 2002 – 2005, saat itu subyek masuk pada usia lima belas tahun dan lulus pada usia delapan belas tahun. Dan selanjutnya subyek melanjutkan studinya di bangku perguruan tinggi. Pada tahun 2005, subyek diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, namun subyek hanya bertahan selama satu tahun di sana. Subyek merasa tidak cocok di jurusan tersebut. Sehingga akhirnya pada tahun 2006 subyek mengikuti ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) kembali dan diterima di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga hingga saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa di sana. Aji Bagus Priyambodo 4 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE b. Hasil Wawancara Hasil Wawancara Subyek Berdasarkan hasil wawancara dengan subyek terkait riwayat pengerjaan skripsinya diperoleh informasi bahwa subyek mulai mengerjakan skripsi pada semester 8 yaitu pada tahun 2010. Pada awalnya subyek mengaku mengerjakan skripsi dengan asal-asalan. Saat itu subyek tertarik untuk meneliti tentang resiliensi korban lumpur Lapindo, yang kebetulan saat itu dia sedang terlibat dalam proyek dosen yang berhubungan dengan korban lumpur Lapindo. Selama sekitar dua semester subyek berproses dengan judul ini, sampai akhirnya dia merasa jenuh dan malas mengerjakan skripsinya lagi. Dia menilai alat ukur resiliensi korban lumpur Lapindo ini terlalu rumit. Memasuki semester kesepuluh subyek memulai kembali pengerjaan skripsinya, kali ini dia memilih tema tentang ideologi peran gender, namun subyek mengaku sudah sangat tidak termotivasi dalam mengerjakan skripsinya. Dalam satu semester hanya sekitar satu bulan yang dia gunakan untuk mengerjakan skripsi, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Subyekpun jarang bimbingan dengan dosen pembimbingnya. Hal ini berlangsung terus sampai saat ini dia memasuki semester ketigabelas. Pada awalnya, setelah merasa jenuh karena selama dua semester lebih mengerjakan skripsi, subyek mulai bekerja di berbagai tempat. Pada tahun 2011, subyek bekerja membantu proyek di perusahaan tempat ayahnya bekerja, pekerjaan ini terus bertahan sampai saat ini. Pada tahun 2012, saat subyek memasuki semester keduabelas, subyek juga pernah mengikuti pelatihan sebagai barista dan sempat selama beberapa bulan bekerja sebagai barista. Dan sampai akhirnya di tahun 2012, Aji Bagus Priyambodo 5 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Subyek juga bekerja sebagai konsultan bisnis di sebuah lembaga konsultan milik seorang temannya. Subyek menyadari bahwa dia adalah orang yang tidak disiplin. Subyek merasa kurang mampu mengatur dirinya. Subyek kurang dapat menentukan skala prioritas tugas, kurang dapat merencanakan pengerjaan skripsi dan lemah dalam time management. Subyek menambahkan, selain rasa jenuh yang dia rasakan dalam pengerjaan skripsinya, permasalahan lain yang membuat subyek meninggalkan skripsi adalah perpisahan dengan sang pacar. Pada tahun 2011, saat subyek memasuki semester kesepuluh, subyek putus dengan pacarnya. Padahal diakui subyek, pacarnya adalah orang yang paling dapat membuat subyek bersemangat mengerjakan skripsi. Subyek merasa dirinya sangat dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik daripada intrinsik. Dan perpisahannya dengan sang pacar membuat subyek kehilangan spirit booster. Dua hal ini, rasa jenuh dan perpisahan dengan pacar membuat subyek menghindari pengerjaan skripsinya dan memilih untuk bekerja dan berkegiatan lain. Hasil Wawancara Dosen Pembimbing Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen pembimbing diperoleh informasi bahwa pada awalnya subyek termasuk mahasiswa yang rajin meminta pembimbingan skripsi. Pada awalnya subyek berminat meneliti tentang korban lumpur Lapindo. Dosen pembimbing subyek menambahkan bahwa subyek termasuk mahasiswa yang aktif membantu beliau dalam proyek penelitian daerah terdampak semburan lumpur Lapindo. Namun setelah sekitar dua semester, entah mengapa subyek tiba-tiba menghilang dan jarang datang menemui dosen Aji Bagus Priyambodo 6 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE pembimbingnya kembali. Dosen pembimbing subyek mengetahui bahwa subyek bekerja di berbagai tempat. Beliau menilai pekerjaannya membuat perhatian menomorduakan subyek pengerjaan berubah sehingga skripsinya. Subyek subyek jarang meminta pembimbingan skripsi lagi hingga saat ini. Dosen pembimbing subyek mengatakan, bahwa saat ini subyek sampai pada tahap penyusunan alat ukur untuk judulpenelitian yang baru. Namun karena tidak dikerjakan dan jarang bimbingan sehingga tidak ada progress dan tetap disitu saja. Analisa Daftar Nilai Akademik Semester Tahun Jumlah MK 1 2006 8 Jumlah SKS 19 2 2007 8 21 3 2007 8 20 4 2008 9 22 5 2008 10 21 6 2009 8 17 7 2009 9 19 8 2010 2 4 9 10 11 12 13 14 2010 2011 2011 2012 2012 2013 - Keterangan Mengambil kuliah Mengambil kuliah Mengambil kuliah Mengambil kuliah Mengambil kuliah semua mata semua mata semua mata semua mata semua mata Mengambil semua kuliah Mengambil semua kuliah Mengambil semua kuliah plus Skripsi Skripsi Skripsi Skripsi Skripsi Skripsi Skripsi mata Aji Bagus Priyambodo mata mata 7 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisa terhadap Daftar Nilai Akademik Subyek dapat diketahui bahwa subyek selalu mengambil porsi sajian mata kuliah tepat pada waktunya, tidak ada yang dilewatkan. Hal ini menunjukkan bahwa subyek tidak mengalami hambatan akademis, selain hambatan dalam pengerjaan skripsi. Selain itu, nilai IPK Subyek juga cukup baik (3,23). Aji Bagus Priyambodo 8 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Tinjauan Teori 1) Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi merupakan mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pihak Fakultas untuk menyusun skripsi, dan biasanya mereka menduduki semester akhir. Mahasiswa semester akhir ini masuk dalam kategori yang disebut oleh Kenniston sebagai masa perpanjangan ekonomi dan pribadi sementara (Santrock, 2002). Hal ini disebabkan karena mahasiswa belum memenuhi syarat untuk memasuki dewasa awal dalam hal kemandirian secara ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan (Santrock, 2002). Namun secara usia sudah termasuk dan sudah dapat mulai memenuhi tugas-tugas perkembangan di masa dewasa awal. Seperti yang telah disinggung di atas bahwa mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berdasarkan usia kronologisnya termasuk dalam masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal, karena pada umumnya mahasiswa yang sedang menyusun skripsi adalah mereka yang duduk di semester akhir yang berusia rata-rata 20 tahun ke atas. Pada masa dewasa awal, individu mengatur pemikiran operasional formal mereka. Sehingga mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, namun mereka lebih sistematis dalam mendekati masalah sebagai orang dewasa. Orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan (Santrock, 2002). Kemampuan kognitif individu pada masa dewasa awal sangat baik, dan juga menunjukkan adaptasi dengan aspek pragmatis dari kehidupan mereka. Kompetensi sebagai seorang dewasa muda mungkin memerlukan banyak keterampilan berpikir logis dan adaptasi yang pragmatis terhadap kenyataan (Santrock, 2002: 92). Menurut Schaie (dalam Santrock, 2002) secara kognitif orang dewasa melampaui pemikiran ilmiah yang kuat yang merupakan ciri dari pikiran operasional formal, dalam usaha mencari pengetahuan, dan orang dewasa Aji Bagus Priyambodo 9 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE lebih maju dari remaja dalam penggunaan intelektualitas mereka. Schaei percaya bahwa orang dewasa awal mempunyai kemampuan kognitif yang dapat digunakan untuk memonitor perilaku mereka sendiri. Secara psikologis, ketika seseorang berada pada fase dewasa awal maka akan terjadi perubahan dalam hal pola pikir dan perilakunya. Perubahan pola pikir itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Kartini-Kartono (1989) merupakan salah satu ciri utama dari usia dewasa yaitu mampu mengaitkan realitas dunia luar yang obyektif dengan Aku-nya sendiri serta mampu mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam untuk diarahkan pada tujuan yang berarti. Sedangkan perubahan perilaku dijelaskan oleh Hurlock (1997 : 246), bahwa sebagai orang dewasa maka mereka diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. Penyesuaian diri merupakan suatu proses individu dalam memberikan respon terhadap lingkungan dan kemampuan untuk melakukan coping terhadap stres (Rathus & Nevid, 2002). Kegagalan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan orang tersebut mengalami gangguan psikologis seperti ketakutan, kecemasan, dan agresivitas (Schneiders dalam Gunawati dkk., 2006). Adapun salah satu penyesuaian diri vokasional, yaitu penyesuaian diri dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah penyesuaian diri pada tugas skripsi. Dalam periode kemahasiswaan skripsi merupakan tahap paling akhir bagi seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana. Skripsi adalah karya tulis ilmiah dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana (S1) yang bersifat mandiri untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan Strata 1 (Panitia Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2008: i). Poerwadarminta (1983: 957) menyebut skripsi sebagai karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan akademis di Perguruan Tinggi. Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh Aji Bagus Priyambodo 10 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE gelar akademisnya sebagai sarjana. Sehingga penyelesaian skripsi merupakan tahap yang paling menentukan bagi seorang mahasiswa, karena usaha dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya menjadi sia-sia jika mahasiswa gagal menyelesaikan skripsi. Oleh karena itulah keberhasilan menyelesaikan skripsi bisa disebut sebagai sukses dalam periode kemahasiswaan di Universitas. Dalam usahanya menyusun/menyelesaikan skripsi ini , banyak mahasiswa yang merasa kesulitan atau menemui banyak masalah. Masalah-masalah yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah: banyaknya mahasiswa yang kurang mempunyai kemampuan dalam tulis menulis karya ilmiah, kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet, dalam Gunawati dkk., 2006). Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam meghadapi dosen pembimbing skripsi (Riewanto, dalam Gunawati dkk., 2006). Apabila masalah-masalah tersebut menjadi tekanan dalam diri mahasiswa maka hal ini dapat menyebabkan adanya stres dalam meyusun skripsi pada mahasiswa. Stres dan Coping Stres Pada Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus & Nevid, 2002). Pernyataan ini berarti bahwa individu dapat dikatakan mengalami stres ketika individu tersebut mengalami kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutatn yang berasal dari dalam diri dan lingkungan. Akan tetapi stres tidak selalu berdampak negatif pada diri individu, stres juga dapat berdampak positif. Stres yang berdampak negatif disebut sebagai distress dan stres yang berdampak positif disebut dengan eustress. Adanya perbedaan dampak stres pada diri individu disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing Aji Bagus Priyambodo 11 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE masing individu terhadap stimulus yang menjadi sumber stres, sehingga respon setiap individu akan berbeda-beda walaupun stimulus yang menjadi sumber stresnya sama. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa menurut Gunawati dkk., (2006), antara lain: a) Jenis kelamin Wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi daripada pria. b) Status sosial ekonomi Orang yang memiliki status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan dalam hidup. c) Karakteristik kepribadian mahasiswa Perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menyebabkan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian ketabahan memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap sumber stres daripada mahasiswa yang kurang memiliki kepribadian ketabahan. d) Strategi coping yang digunakan mahasiswa Strategi coping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran dan perilaku untuk mengatasi permasalahan dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan. Strategi coping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menghadapi stres berpengaruh pada tingkat stresnya. Tugas akhir atau skripsi dapat menjadi sekedar sebuah tantangan bagi seorang mahasiswa, namun juga dapat menjadi sesuatu hal yang sangat penuh stres bagi mahasiswa lain yang merasa tidak siap menghadapinya terlepas apakah ketakutannya tersebut realistik atau tidak (Davidson, Neale & Kring, 2006). Aji Bagus Priyambodo 12 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Coping berarti usaha-usaha kognitif dan behavioral individu untuk mengelola (mengurangi, meminimalisir, menguasai atau menoleransi) tuntutan –tuntutan eksternal & internal yang berasal; dari transaksi antara individulingkungan yang dinilai sebagai sesuatu yang membebani atau melebihi sumber daya seseorang (Folkman, dkk., 1986a). Menurut Edwards & Banglion (dalam Makie, 2006), coping dikonseptualisasikan sebagai usaha-usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan efek-efek negatif dari stres terhadap kesejahteraannya (wellbeing). Sementara Sarafino (1994: 139) mendefinisikan coping sebagai suat proses dimana individu berusaha untuk me-manage (mengelola) ketidak sesuaian yang dirasakan antara tuntutan dan sumber daya yang mereka miliki dalam situasi yang menimbulkan stres (stresfull). Kata manage di sini mengindikasikan bahwa usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu mengarah pada pemecahan masalah. Meskipun usaha-usaha coping dapatbeberapa pendapat mengatakan, seharusnya- ditujukan untuk memperbaiki atau mengatasi masalah, usaha coping ini juga minimal bisa membantu individu untuk mengubah persepsinya terhadap ketimpangan (discrepancy) yang ada antara tuntutan dan sumber daya yang dimilikinya, menoleransi atau menerima situasi yang dirasakannya membahayakan (harm) dan mengancam (threat) dan melarikan diri atau menghindari situasi tersebut (Lazarus & Folkman, 1984; Moos & Schaefer, 1986, dalam Sarafino, 1994: 139). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa coping merupakan sejumlah usaha yang dilakukan oleh individu untuk menghadapi stres. Adapun coping itu sendiri, secara luas dikenal mempunyai dua fungsi utama yaitu mengatur reaksi emosional yang muncul karena suatu masalah (emotion-focused coping), dan untuk mengubah masalah yang menyebabkan timbulnya stres (problem-focused coping) (Folkman, dkk., 1986b). Sehubungan dengan banyaknya penelitian mengenai perilaku coping, maka banyak ahli yang berusaha mengklasifikasikan coping tersebut. Namun secara umum dalam beberapa literatur orang biasanya membedakan cara seseorang melakukan coping (strategi coping) menjadi dua yaitu problem-focused dan Aji Bagus Priyambodo 13 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE emotion-focused coping, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda (Folkman dkk., 1986; Lazarus & Folkman, 1984; Pearlin dan Schooler, 1978). Long dkk (dalam Selmer 2002) mengklasifikasikan coping strategies dengan menggunakan istilah engagement vs disengagement, sementara Billings dan Moos (1981) dengan istilah strategi approach vs avoidance. Apapun istilahnya, baik emotion-focused, avoidance, maupun disengagement sama-sama menekankan pada pengaturan emosi yang menimbulkan stres, sedangkan problem-focused, approach, maupun engagement adalah untuk mengubah permasalahan hubungan antara orang dengan lingkungan (person-environment) yang dipersepsikan sebagai penyebab stres (Selmer, 2002). Oleh karenanya, dengan strategi emotionfocused coping, individu berusaha untuk meminimalisasi kecemasan melalui penarikan diri baik mental maupun fisik atau untuk menghindari masalah. Sedangkan strategi problem-focused coping, individu berusaha untuk menghadapi masalah dengan mengubah situasi (Folkman dkk., 1986b). Pengklasifikasian kedua tipe coping ini bukan merupakan sesuatu yang terpisah sama sekali karena kedua tipe coping ini kadang dapat bekerja atau muncul bersama baik digunakan secara bersamaan maupun bergantian oleh individu ketika menghadapi suatu masalah (Taylor, 2006). Hanya saja kecenderungan individu dalam memilih untuk menggunakan tipe coping mana yang lebih dominan bisa berbeda-beda. Aji Bagus Priyambodo 14 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Analisa Teoritik terhadap Kasus Subyek memiliki tuntutan untuk menyusun skripsi sebaik dan secepat mungkin, hal ini disebabkan oleh karena: a. Subyek sendiri yang telah memilih Psikologi daripada Farmasi sehingga sudah seharusnya dapat selesai dengan baik b. Subyek adalah anak sulung, dia ingin membantu ortu membiayai adikadiknya. Namun subyek dihadapkan pada kondisi: 1. Proposal ditolak, di akhir semsester 8. 2. Kehilangan spirit booster, putus dengan pacar yang selama ini menjadi penyemangat Adanya kesenjangan antara tuntutan dengan kondisi yang terjadi menimbulkan masalah pada Subyek. Strategi coping yang dijalankan subyek dominan emotion-focused coping, yaitu dengan bekerja, membantu pekerjaan ayah di kantor, jalan-jalan, ikut kepanitiaan acara musik, dan travelling ke luar kota. Subyek sangat sedikit sekali melakukan problem focused coping, dia hanya sesekali datang ke kampus dan melakukan tindakan yang konstruktif terhadap pengerjaan skripsinya. Meninjau kondisi psikologisnya, berdasarkan hasil asesmen diketahui bahwa subyek memiliki ketahanan kerja yang rendah, hal ini membuat subyek menjadi mudah jenuh. Subyek memiliki need of order yang rendah, ini mempengaruhi kemampuannya dalam mengatur diri. Subyek juga memiliki sistematika kerja yang kurang baik, ini membuat subyek mengalami kendala dalam self regulated learning dalam pengerjaan skripsinya. Dan subyek juga memiliki motivasi berprestasi yang rendah, dia jadi sangat bergantung pada motivasi eksternal dalam pengerjaan skripsi. Apa yang terjadi pada subjek adalah dia belum sepenuhnya menyadari apa yang sedang dia lakukan, dan dia juga kurang begitu memahami tentang apa sebenarnya yang dia inginkan. Dalam kasus ini, subyek perlu menjadi lebih realistis. Upaya intervensi pada subyek dapat dilakukan dengan pendekatan konseling realitas. Subyek perlu Aji Bagus Priyambodo 15 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE membuat perencanaan yang lebih realistis. Menyadari apa yang sedang dia lakukan dan menentukan apa yang sebenarnya dia inginkan. (Corey, 2008). Langkah-langkah dalam konseling realitas diperlukan untuk peningkatan kemampuan regulasi-diri. Karena setiap pilihan memiliki konsekuensi. Ketika seorang individu memilih untuk tidak mau repot melakukan tugas-tugas akademik, maka konsekuensinya adalah pada kesiapan karirnya. Itulah pentingnya kemapuan regulasi diri, untuk meregulasi, mengatur cara pikir, perasaan yang dapat membuat kinerja terganggu, keinginan yang terlalu tinggi atau terlalu sederhana, serta perilaku yang tidak mengacu pada apa yang seharusnya dicapai masingmasing individu. Aji Bagus Priyambodo 16 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Psikodinamika Bagan Psikodinamika Kondisi Biologis: -- Lingkungan Fisik: -Lingkungan Sosial: MA (interaksi) Kondisi Psikologis: Emotion Focused Coping Ketahanan kerja rendah Motivasi berprestasi rendah Sistematika kerja rendah Problem pengaturan diri Perpisahan dengan pacar Pekerjaan yang tidak bisa ditinggal Individu Situasi Tidak mengerjakan skripsi (Hambatan dalam pengerjaan skripsi) Hipothesis Subjek memiliki hambatan dalam pengerjaan skripsi. Berawal dari rasa jenuh dalam mengerjakan skripsi, subyek mulai mencoba untuk bekerja. Dunia kerja menjadi sesuatu yang sedemikian menarik bagi subjek, sehingga dia menunda pengerjaan skripsi. Kondisi psikologis subjek membuat subjek mengalami kesulitan dalam penetapan prioritas, antara mengerjakan skripsi ataukan bekerja. Aji Bagus Priyambodo 17 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Intervensi a. Tujuan Intervensi Adapun tujuan intervensi yang akan dilakukan untuk subjek adalah untuk membantu subjek dalam membuat perencanaan yang lebih realistis terhadap pilhan apa yang akan dijalani subjek kedepannya. Membantu subjek dalam mengetahui sebab dan akibat akan pilihan yang akan subjek jalani kedepannya. b. Metode dan Bentuk Intervensi 1) Konseling realitas Peran konselor dalam konseling realitas adalah konselor dapat membantu klien mengenali apa yang sedang mereka lakukan tidak akan menolongnya untuk diterima sebagaimana adanya jika ia tetap bertahan pada kebiasaan yang merusak hubungan. Konselor mengajak klien untuk membuat perencanaan yang lebih realistis. Konselor harus mampu menyediakan bantuan melalui tanya jawab secara mahir yang ditujukan untuk menolong klien menilai apa yang diinginkannya. Jika konselor tidak mahir melihat perilaku klien secara total, maka pertanyaan itu tidak akan membanu klien mengenali apa yang ia inginkan. Akibatnya konseling tidak akan menjadi efektif (Corey, 2008). Konselor (pemimpin kelompok dalam konseling kelompok) perlu menantang klien/anggota kelompok terus menerus dengan pertanyaan mendasar seperti berikut: a) Apakah Anda ingin berubah? b) Bagaimana agar anda lebih senang untuk mengubah hidup anda? c) Apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda, yang tidak anda peroleh? d) Apakah perilaku Anda yang sekarang menjadikan Anda semakin dekat atau semakin jauh dari orang-orang di lingkungan Anda? e) Jika Anda berubah, bagaimana agar Anda merasa lebih baik? f) Apa yang akan Anda dapatkan dalam hidup Anda, jika Anda mau untuk berubah? g) Apa yang harus Anda perbuat sekarang untuk membuat perubahanperubahan? Aji Bagus Priyambodo 18 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Langkah-langkah dalam konseling realitas diperlukan untuk peningkatan kemampuan regulasi-diri. Karena setiap pilihan memiliki konsekuensi. Ketika seorang individu memilih untuk tidak mau repot melakukan tugastugas akademik, maka konsekuensinya adalah pada kesiapan karirnya. Itulah pentingnya kemapuan regulasi diri, untuk meregulasi, mengatur cara pikir, perasaan yang dapat membuat kinerja terganggu, keinginan yang terlalu tinggi atau terlalu sederhana, serta perilaku yang tidak mengacu pada apa yang seharusnya dicapai masing-masing individu. Prosedur Konseling Prosedur utama konseling realitas yang dapat digunakan adalah satu sistem yang diakronimkannya dengan WDEP. W = wants and needs, D = direction and doing, E = self-evaluation, P = planning a) Wants (mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan persepsi). Untuk mengeksplorasi wants ini, konselor menanyakan "Apa yang diinginkan klien." Sekaitan dengan regulasi diri, ada dua kemungkinan jawaban berhubungan dengan wants. Pertama; klien memang tidak/belum memiliki wants secara jelas. Maka tugas konselor adalah memunculkan wants. Kedua; klien memiliki wants, tapi tidak memiliki regulasi-diri untuk mewujudkan wants. Melalui tanya jawab oleh konselor yang terlatih, klien didorong untuk mengenali, menggambarkan, dan menyaring bagaimana mereka ingin menemukan kebutuhankebutuhan, keinginan-keinginan mereka. Bagi klien yang belum memiliki keinginan, kebutuhan, atau cita-cita, harus dimunculkan lebih dulu. Caranya dapat dilakukan melalui penayangan film-film atau bacaan kisah-kisah sukses yang menurut pertimbangan logis dapat memunculkan keinginan atau cita-cita. Proses seperti itu oleh Glasser (Corey, 2005) dinamakannya sebagai pictures change (merubah gambaran) hidupnya menuju quality world klien. Sama seperti mengeksplorasi "foto album," sebagai gambaran quality world dari klien. Eksplorasi tentang wants, needs, dan persepsi dilanjutkan Aji Bagus Priyambodo 19 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE dalam proses konseling untuk merubah pictures klien yang tidak menggambarkan regulasi-diri. Contoh-contoh pertanyaan sebagai berikut: "Jika Anda mempunyai harapan pada diri Anda, seperti apa yang Anda harapkan?" - "Apakah keluarga anda menyukai harapan Anda itu?" - "Apa yang akan anda lakukan jika anda sedang menginginkan sesuatu?" - "Apakah Anda benar-benar ingin mengubah hidup anda?" - "Apakah keinginan Anda itu tidak sama seperti kehiduan sehari-hari Anda?" - "Apakah Anda berpikir untuk berhenti dari yang sedang Anda lakukan sesuai perubahan yang Anda inginkan?" Untuk konteks regulasi diri, maka pertanyaan berhubungan dengan karir yang dicita-citakannya, kemungkinan cita-cita karirnya itu untuk dicapai, serta hubungan cita-cita karirnya dengan tindakannya seharihari. Bagi klien yang belum punya keinginan tentang karirnya di masa depan, maka tugas konselor adalah untuk memunculkan keinginan terlebih dahulu melalui penayangan felm atau sumber bacaan yang menurut pertimbangan rasional dapat membangkitkan keinginan untuk memilih tujuan hidup/karir tertentu, barulah setelah itu membahas kesesuaiannya dengan keluarga dan sebagainya. b) Direction and Doing (Arahan dan lakukan). Konselor menekankan pada perilaku yang ada dan mempunyai kaitan dengan kejadian yang lampau hanya sepanjang mempengaruhi bagaimana klien berperilaku sekarang. Fokus konseling adalah diperolehnya kesadaran akan pentingnya melakukan pilihan karir yang diinginkan dan mengubah perilaku klien secara total mengacu pada terujudnya cita-cita karir itu. Pertanyaannya adalah pada "Apa yang dikerjakan sekarang." "Apa yang benar-benar telah dikerjakannya minggu lalu." "Apa yang ingin dia kerjakan yang berbeda dengan minggu lalu." "Apa yang akan dia lakukan besok". Dikaitkan dengan regulasi diri, langkah ini penting untuk mempertegas perilaku klien sesuai dengan tuntutan kesiapan karir yang diharapkannya. Perilaku tersebut meliputi perilaku mengarahkan pikiran, Aji Bagus Priyambodo 20 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE perasaan, keinginan, dan perbuatan yang secara rasional diperlukan sebagai kesiapan untuk kesuksesan mencapai karir itu kelak. Sebagai contoh, ketika klien bercita-cita jadi pengacara, maka pikiran, perasaan, keinginan, dan tindakannya harus diarahkan sesuai dengan tuntutan karakteristik pribadi seorang pengacara professional. Misalnya tertarik dengan hukum, senang berdebat, senang mengikuti kasus-kasus hukum yang perlu mendapat pembelaan, termasuk mengikuti sidang-sidang pengadilan. Ini sejalan dengan teori tindakan yang mengatakan cita-cita karir harus diikuti oleh projek dan tindakan yang sesuai dengan tuntutan khusus dan umum dari karir yang hendak dituju (Valach, Ladislav & Young, Richard A., 2009). c) Evaluation (Penilaian) Langkah keketiga dari konseling realitas adalah konselor meminta klien mengevaluasi kecocokan antara doing/direction dengan want seperti yang telah dibahas dalam langah pertama dan kedua, melalui pertanyaan seperti berikut; " Apakah perilaku yang Anda tampilkan sekarang merupakan kesempatan yang layak bagi Anda untuk meraih apa yang Anda ingin capai?" Wubbolding (1988,2000; Wubbolding & Associates, 1998) menyarankan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: -"Apakah yang sedang Anda lakukan membantu atau merugikan anda?" "Apakah yang sedang Anda lakukan sekarang adalah perilaku yang Anda ingin lakukan?" -"Apakah perilaku yang sedang Anda lakukan adalah untuk Anda?" - "Adakah sama manfaatnya antara apa yang sedang Anda lakukan dengan apa yang Anda yakini?" - "Apakah yang sedang Anda lakukan berlawanan dengan aturan-aturan dari cita-cita karir yang ada?" d) Planning and Action (Perencanaan dan Tindakan) Corey (2005) mengemukakan, sebagian besar pekerjaan penting dari proses konseling realitas adalah melibatkan klien mengidentifikasi caracara khusus untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan klien. Begitu klien menekankan apa yang mereka inginkan, mereka siap untuk mengeksplor kemungkinan perilaku dan diformulasi menjadi action (tindakan nyata). Kaitannya dengan regulasi diri adalah bahwa salah satu aspek penting dalam regulasi-diri adalah menyusun strategi untuk mencapai Aji Bagus Priyambodo 21 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE cita-cita karir yang menjadi keinginan klien. Strategi yang dimaksud baik secara akademik maupun non-akademik. Contoh strategi non-akademik, seandainya seorang klien dari keluarga ekonomi kurang mampu yang bercita-cita jadi sarjana, maka ia harus memiliki alternatif-alternatif untuk memperoleh uang bagi kelangsungan perkuliahan. Misalnya kerja serabutan sambil kuliah, berdagang kecil-kecilan, dan sebagainya, sesuai dengan modal bukan uang yang dipunyainya. Pada sesi Planning and Action, ditambahkan pemberian materi tentang self regulated learning, karena sebagaimana hasil asesmen diketahui bahwa subyek memiliki kendala dalam mengatur kegiatan pengerjaan skripsinya. Self regulated learning (pembelajaran yang diatur sendiri) adalah pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar belajar secara sukses. Prosesnya meliputi : Penetapan tujuan. Pembelajar yang mengatur diri tahu apa yang ingin mereka capai ketika membaca atau belajar, mendapatkan pemahaman konseptual yang luas tentang suatu topik atau hanya mendapatkan pengetahuan yang memadai agar bisa mengerjakan soal ujian di kelas. Prencanaan. Pembelajar yang mengatur diri sebelumnya sudah menentukan bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk tugas-tugas belajar. Motivasi diri. Pembelajar yang mengatur diri biasanya memiliki self efficacy yang tinggi akan kemampuan mereka menyelesaikan suatu tugas belajar dengan sukses. Kontrol atensi. Pembelajar yang mengatur diri berusaha memfokuskan perhatian mereka pada pelajaran yang sedang berlangsung dan menghilangkan hal-hal yang mengganggu pikiran. Penggunaan energi belajar yang fleksibel. Pembelajar yang mengatur diri memiliki strategi belajar yang berbeda tergantung tujuan-tujuan spesifik yang ingin mereka capai. Aji Bagus Priyambodo 22 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Monitor diri. Pembelajar yang mengatur diri terus memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan yang ditetapkan, dan mereka merubah strategi belajar bila dibutuhkan. Mencari bantuan yang tepat. Pembelajar yang benar-benar mengatur diri tidak harus selalu berusaha sendiri, tapi menyadari membutuhkan bantuan orang lain. Evaluasi diri. Pembelajar yang mengatur diri menentukan apakah yang mereka pelajari itu telah memenuhi tujuan awal mereka. Meningkatkan self regulating learning. Doronglah siswa untuk menyusun beberapa tujuan belajarnya sendiri dan memonitor kemajuan mereka dalam kerangka tujuan tersebut. Berilah kesempatan pada siswa untuk belajar dan berprestasi tanpa arahan atau bantuan guru. Sesekali berikan aktifitas yang didalamnya siswa memiliki keleluasaan yang cukup berkenaan dengan tujuan, penggunaan waktu dan sebagainya. Berikan scafolding sesuai kebutuhan untuk membantu siswa menguasai strategi-strategi mengatur diri Contohkan proses kognitif yang bersifat self regulated dengan menunjukkan proses-proses itu secara lisan dan jelas. Secara konsisten mintalah siswa mengevaluasi performa mereka sendiri dan bandingkan asesmen diri yang mereka buat dengan asesmen yang dilakukan guru. Aji Bagus Priyambodo 23 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE c. Rancangan Intervensi SESI TAHAPAN WAKTU MEDIA I W 60 menit Ruangan Agar subjek mampu untuk Subjek yang mengenali, Wants TUJUAN KONDISI AWAL mengenali kondusif, menggambarkan, Video, menyaring laptop subjek belum dan atau bagaimana dalam KONDISI AKHIR mampu Subjek sudah dapat kebutuhan mengenali, keinginan subjek menggambarkan, menentukan dan menyaring menemukan tujuan hidup atau karir ke kebutuhan kebutuhan-kebutuhan, keinginan subjek keinginan-keinginan sehingga secara mereka sehingga menurut rasional subjek telah perimbangan memiliki dapat depan. atau rasional membangkitkan keinginan untuk memilih tujuan hidup atau karir tertentu. Aji Bagus Priyambodo 24 hidup tertentu. atau tujuan karir [Pick the date] II D Direction and doing TYPE THE DOCUMENT TITLE 60 menit Ruangan Agar subjek yang mempertegas kondusif subjek dapat Subjek belum melakukan Subjek perilaku perilaku sesuai tuntutan yang dengan mengarahkan karir dapat memiliki dan dapat pikiran, mempertegas yang perasaan, keinginan, dan perilaku diharapkannya. telah Perilaku perbuatan yang secara sesuai subjek dengan tersebut meliputi perilaku rasional diperlukan untuk tuntutan karir yang yang mengarahkan kesuksesan pikiran, mencapai diharapkannya. perasaan, karir yang direncanakan. Perilaku tersebut keinginan, dan perbuatan meliputi perilaku yang rasional yang mengarahkan sebagai pikiran, secara diperlukan perasaan, kesiapan untuk kesuksesan keinginan, dan mencapai perbuatan yang karir yang direncanakan. secara rasional diperlukan sebagai kesiapan Aji Bagus Priyambodo 25 untuk [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE kesuksesan mencapai karir yang direncanakan. III E 60 menit Evaluation Ruangan Agar subjek yang mengevaluasi kondusif antara dapat Subjek langkah dapat Subjek dapat kecocokan mengevaluasi kecocokan mengevaluasi doing/direction antara dengan want seperti yang dengan telah belum dibahas pertama doing/direction kecocokan want dalam doing/direction dalam perilaku yang dilakukan dengan dan subjek sehari-hari kedua antara want sehingga sudah terdapat benang merah apa yang akan dilakukan oleh subjek. IV P Planning and Action Menggunakan 60 menit Ruangan Agar subjek dapat Subjek yang mengidentifikasi cara-cara mengidentifikasi kondusif, khusus untuk memenuhi untuk alat tulis belum dapat Subjek cara mengidentifikasi merealisasikan cara-cara keinginan dan kebutuhan keinginan atau kebutuhan untuk Aji Bagus Priyambodo 26 dapat khusus memenuhi [Pick the date] strategi self TYPE THE DOCUMENT TITLE subjek sehingga ketika terkait karir regulated subjek sudah menekankan diinginkan learning apa yang subjek inginkan, kedepannya subjek siap dan subjek kebutuhan subjek sehingga sehingga ketika mengesplor action yang dilakukan subjek perilaku diformulasikan yang keinginan dan subjek berbeda sudah atau menekankan menjadi subjek sama sekali belum yang action (tindakan nyata) melakukan action. subjek inginkan, siap apa subjek mengesplor perilaku dan diformulasikan menjadi action (tindakan nyata). Aji Bagus Priyambodo 27 [Pick the date] TYPE THE DOCUMENT TITLE Evaluasi Intervensi Evaluasi terhadap rancangan intervensi ini dapat dilakukan dengan jalan mengevaluasi kondisi akhir subyek di setiap sesi konseling. Apabila subyek telah menjalankan kegiatan yang telah direncanakan di setiap sesi untuk selanjutnya konselor dapat mengobservasi kondisi akhir subyek setelah sesi diberikan, sejauh mana perubahannya. Apabila kondisi subyek subyek menunjukkan perubahan seperti halnya yang direncanakan dalam rancangan, berarti intervensi telah berhasil. Setelah intervensi konseling ini selesai diberikan, selanjutnya dapat diobservasi implikasi pemberian konseling terhadap pengerjaan skripsi subyek, apakah pemeberian konseling telah dapat membantu subyek mengatasi hambatan dalam pengerjaan skripsi ataukah belum. Saran & Rekomendasi - Hendaknya subyek dapat meninggalkan pekerjaannya dan kembali fokus pada pengerjaan skripsi. - Hendaknya orang tua dapat lebih memotivasi subyek untuk kembali mengerjakan skripsinya. Dan hendaknya ayah subyek berhenti memberikan tawaran pekerjaan pada subyek, sehingga subyek dapat kembali fokus menyelesakan skripsi. Aji Bagus Priyambodo 28