Uploaded by User30730

Resume Akuntansi Syariah Kelompok 6-

advertisement
Akad yang diterbitkan efek syariah.
a). Sukuk Ijarah
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor: 41/DSN-MUI/III/24, obligasi syariah (sukuk) ijarah merupakan
obligasi syariah ijarah yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah di mana pemegang obligasi syariah
ijarah tersebut dapat bertindak sebagai penyewa dan dapat pula bertindak sebagai pemberi sewa.
Kepemilikan OSI dapat dialihkan kepada pihak lain, selama disepakati dalam akad, Sukuk Ijarah
dibedakan menjadi Ijarah Al Muntahiya Bittamlik (Sale and Lease Back) dan Ijarah Headlease and
Sublease.
b). Sukuk Mudharabah
Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen dalam meningkatkan partisipasi publik
pada kegiatan investasi. Sukuk Mudharabah ialah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad mudharabah yang merupakan suatu bentuk kerjasama dimana satu pihak menyediakan
modal (shahibul mal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan akan
dibagi berdasarkan perbandingan yang disepakati sebelumnya dan kerugian yang timbul akan
ditanggung sepenuhnya oleh pemilih modal.
c). Sukuk Musyarakah
Merupakan sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah yang merupakan
suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan modal yang digunakan
untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan
usaha. Keuntungan atau kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan partisipasi modal masingmasing pihak.
d). Sukuk Murabahah
Dalam sukuk dengan akad murabahah investor membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya dengan emiten, dan keuntungan investor diperoleh dari
selisih harga beli dari produsen dengan harga jual kepada emiten.
e). Sukuk Istishna’
Istishna’ adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industri yang memperbolehkan
pembayaran tunai dan pengiriman dimasa depan atau pembayaran di masa depan dari barangbarang yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk menghasilkan
fasilitas pembiayaan pembuatan atau pembangunan rumah, pabrik, proyek, jembatan, jalan, dan
jalan tol.
Perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional






Kontrak atau perjanjian Asuransi Syariah menggunakan Akad Hibah (tabarru’) yang dilakukan
sesuai syariat Islam dan halal. Sedangkan kontrak Asuransi Konvensional dilakukan seperti
transaksi pada umumnya. Nasabah menyepakati kontrak (premi, rentang waktu, dan lainnya)
yang diajukan oleh perusahaan asuransi.
Kepemilikan dana. Kepemilikan dana Asuransi Syariah adalah dana bersama milik semua
Peserta asuransi. Jika ada Peserta membutuhkan bantuan, Peserta lain termasuk Anda akan
membantu melalui dana kontribusi. Hal ini disebut dengan prinsip sharing of risk. Sedangkan
Asuransi Konvensional akan mengelola dan menentukan dana perlindungan Nasabah, yang
berasal dari pembayaran premi per bulan.
Investasi berbentuk Tabarru’ dilakukan sesuai syariat Islam, sehingga investasi akan
mengambil instrumen yang halal. Sebaliknya, Asuransi Konvensional bebas memilih
instrumen investasi, tanpa melihat halal atau non-halal.
Surplus underwriting. Ini adalah dana yang akan diberikan kepada peserta bila terdapat
kelebihan dari rekening Tabarru’ termasuk jila ada pendapatan lain setelah dikurangi
pembayaran santunan/klaim dan hutang kepada perusahaan (jika ada). Hal ini tidak berlaku
pada Asuransi Konvensional, karena semua keuntungan dimiliki oleh pihak perusahaan
asuransi.
Proses klaim. Asuransi Syariah memungkinkan seluruh keluarga inti menggunakan satu polis.
Di samping itu, kontribusi tabarru lebih ringan dibanding pembayaran premi, seluruh keluarga
akan mendapatkan perlindungan rawat inap di rumah sakit. Asuransi Konvensional hanya
memperbolehkan satu orang memegang satu Polis.
Zakat adalah salah satu Rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Sehingga Asuransi
Syariah mewajibkan peserta membayar zakat. Jumlahnya ditentukan berdasarkan
keuntungan perusahaan. Hal ini tidak berlaku pada Asuransi Konvensional.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia
Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia sulit berkembang karena masalah
literasi. Pemahaman masyarakat soal pasar modal apalagi pasar modal syariah, dianggap
masih sangat minim. Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak kenal dan tidak tahu
mengenai pasar modal syariah, sehingga mereka tidak tertarik. OJK pun telah berupaya
mensosialisasikan mengenai pasar modal syariah, mulai dari produk hingga aturannya.
Persoalannya adalah Indonesia terlalu luas, penduduknya banyak, jika melakukan sosialisasi
secara manual, membutuhkan sumber daya manusia, energi dan biaya yang cukup besar.
Namun, sumber daya yang dimiliki OJK sangat terbatas.
Cara mengatasinya agar pasar modal syariah ini dapat dikenali dan berkembang secara luas
Saat ini, sudah ada program Sharia Online Trading System (SOTS), sehingga sangat
mempermudah akses masyarakat terpencil. Hanya saja, pertumbuhan SOST ini terbilang
lambat karena enam tahun sejak peluncurannya, baru ada 12 SOTS.
jurnal asuransi syariah dari mulai akad dan pembayaran premi sampai klaim asuransi syariah
Terakhir diubah: 09:10
Cara atau mekanisme pengelolaan resikonya tersebut menurut hukum syariah
Berbeda dengan asuransi konvensional, asuransi syariah menggunakan prinsip berbagi risiko
(risk sharing) antarpeserta. Dengan kata lain, antara kamu dan peserta asuransi syariah lain
memiliki keterikatan dalam hal tolong-menolong (ta’awun) menanggung beban risiko.
Sementara, perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola dana yang masuk dari peserta.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, setiap dana yang disetorkan oleh peserta akan
dikumpulkan ke dalam dana tabarru’ oleh perusahaan asuransi sebagai pengelola dana. Dana
tersebut kemudian akan digunakan untuk memberikan manfaat ketika salah satu peserta
terkena risiko, seperti sakit, kecelakaan, cacat, meninggal.
Jika kita bicara tentang asuransi jiwa unit link syariah, sebagian dana peserta yang dialokasikan
untuk investasi akan dimasukkan dalam instrumen investasi syariah yang pasti dijamin
kehalalannya.
Lantas, bagaimana perusahaan bisa mendapatkan keuntungan? Dalam mengelola asuransi
syariah, perusahaan asuransi akan menetapkan sejumlah biaya (ujrah) yang disepakati oleh
semua pihak pada awal kontrak/ akad.
Sementara, jika kita bicara tentang asuransi jiwa unit link syariah, sebagian dana peserta yang
dialokasikan untuk investasi akan dimasukkan dalam instrumen investasi syariah yang pasti
dijamin kehalalannya. Untuk pemilihan saham misalnya, saham yang dipilih adalah saham
perusahaan yang bisnisnya tidak berkaitan dengan perjudian, minuman beralkohol, atau
sesuatu yang mengandung riba (bunga), seperti perbankan konvensional. Belum lagi, untuk
pengesahan setiap produk syariah harus melalui uji dan persetujuan dari Dewan Pengawas
Syariah.
Dengan ketatnya pemilihan produk investasi, sistem kerja yang lebih terbuka, dan juga
pengawasannya, bisa dipastikan produk asuransi syariah terjamin kehalalannya. Sehingga
kamu tidak perlu ragu dan khawatir akan produk tersebut
perbedaan dalam menghitung investasi saham dalam saham syariah dengan saham konvensional
Saham syariah ditujukan bagi kalangan Muslim maupun non-Muslim yang ingin
merasa tenang dan yakin bahwa investasinya bersifat halal. Berikut adalah persyaratan agar
saham
sebuah
perusahaan
dapat
dianggap
sebagai
saham
syariah
:
1.
Kegiatan
Perusahaan
Tidak
Bertentangan
dengan
Prinsip
Syariah
Sebuah saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika berasal dari perusahaan yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Contoh perusahaan yang
bertentangan dengan prinsip syariah adalah yang berkaitan dengan perjudian, perdagangan
yang dilarang secara syariah, jasa keuangan ribawi, jual beli risiko yang mengandung
ketidakpastian, memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan
barang atau jasa haram, serta perusahaan dengan transaksi yang mengandung unsur suap.
2.
Total
Utang
Lebih
Kecil
dari
Aset
Perusahaan harus memiliki total utang berbasis bunga yang lebih kecil dibandingkan dengan
total aset. Utang berbasis bunga tidak boleh lebih dari 45% dari total aset perusahaan.
3.
Pendapatan
Tidak
Halal
Lebih
Kecil
dari
Pendapatan
Usaha
Sebuah perusahaan harus memiliki pendapatan usaha yang lebih besar daripada pendapatan
bunga ataupun pendapatan tidak halal lainnya. Batas maksimal pendapatan bunga ataupun
pendapatan tidak halal lainnya adalah sebesar < 10% dibandingkan dengan pendapatan usaha
perusahaan
secara
keseluruhan.
4.
Saham
Terdaftar
di
DES
Saham syariah yang resmi adalah saham yang terdaftar dalam DES (Daftar Efek Saham). DES
adalah daftar perusahaan mana saja yang memiliki saham syariah. Daftar ini diterbitkan oleh
OJK dan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) 2 kali dalam satu
tahun.
Anda
dapat
melihat
daftar
ini
di
website
resmi
OJK.
Transaksi saham Anda dapat dianggap sesuai dengan prinsip syariah jika hanya melakukan jual
beli saham syariah (saham-saham yang terdaftar dalam DES). Selain itu dilarang melakukan
transaksi yang bertentangan dengan syariah seperti margin trading, short selling, dsb.
BEI (Bursa Efek Indonesia) memiliki 2 indeks syariah yaitu ISSI (Indeks Saham Syariah
Indonesia) serta JII (Jakarta Islamic Index). ISSI adalah indeks yang memperhitungkan kinerja
seluruh saham syariah yang tercatat di DES. Indeks ini dikeluarkan oleh Bapepam dan LK.
Investor yang ingin bertransaksi di saham sektor saham syariah dapat menggunakan indeks
ini sebagai acuan. Sedangkan JII adalah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang
menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria
syariah. Pada setiap periode JII mengeluarkan daftar 30 saham syariah yang paling liquid.
Investasi syariah akan memberikan keuntungan kepada investor berupa persentase bagi hasil
(nisbah) dari keuntungan Bank atau Lembaga Keuangan dari hasil pengelolaan dana nasabah.
Dalam sistem ini, meski nisbah disepakati sejak awal, kita tidak bisa mengetahui hasil pasti
yang akan diterima, sebelum keuntungan hasil usaha tersebut diketahui di akhir periode yang
telah
ditentukan.
underlying asset dalam penerbitan sukuk syariah
Sukuk memiliki peran yang kurang lebih sama dengan surat utang negara yang sudah
terlebih dulu diterbitkan. Perbedaannya, sukuk berbasis sistem ekonomi Islam yang
mensyaratkan jaminan aset (underlying asset) untuk setiap nilai penerbitannya. Aset ini
menjadi dasar penerbitan sukuk.
Persyaratan underlying asset dalam penerbitan sukuk telah menjadi pembeda dengan
instrumen surat utang lainnya. Tanpa kehadiran underlying asset, surat berharga pun akan
menjadi seperti surat utang lainnya karena tidak ada transaksi yang mendasari penerbitan
sukuk.
Mengapa perlu underlying asset dalam setiap penerbitan sukuk korporasi? Dalam sistem
ekonomi Islam, semua transaksi keuangan harus berkaitan dengan sektor riil. Maka, begitu
pula dengan sukuk sebagai instrumen keuangan yang mensyaratkan adanya aset riil dalam
setiap penerbitannya. Dengan demikian, sukuk tetap memiliki keterkaitan dengan sektor riil.
Lalu, seperti apa kriteria aset yang bisa menjadi dasar penerbitan sukuk? Aset yang
dijadikan underlying harus punya nilai ekonomis atau memiliki aliran penerimaan kas, dapat
berupa aset yang berwujud (seperti gedung, tanah atau bangunan lainnya) atau aset yang
tidak berwujud (berupa jasa), nilai manfaat atas aset berujud, maupun proyek yang akan
atau sedang dibangun.
Yang terpenting dari aset yang menjadi dasar penerbitan adalah tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Penerbit sukuk juga harus menjamin bahwa selama periode sukuk, aset yang
menjadi underlying tidak akan bertentangan dengan prinsip syariah.
Dalam Peraturan OJK Nomor 18 Tahun 215 tentang Persyaratan dan Penerbitan Sukuk
disebutkan beberapa contoh aset yang bertentangan dengan prinsip syariah. Diantaranya
barang/aset/jasa yang terkait dengan perjudian, jasa keuangan ribawi, dan jual beli risiko
yang mengandung unsur ketidakpastian.
Selain itu, barang/aset/jasa yang tidak sesuai prinsip syariah adalah yang berkaitan dengan
memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan barang atau
jasa haram zatnya, barang atau jasa haram bukan karena zatnya yang ditetapkan oleh
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, dan barang atau jasa yang merusak moral
dan bersifat mudarat. Jadi, jenis aset seperti pabrik rokok atau minuman keras sudah pasti
tidak bakal bisa jadi underlying asset sukuk.
Hadirnya underlying asset ini menjadi objek perjanjian antara investor dengan penerbit
sukuk. Dengan adanya underlying asset akan dapat membuat perusahaan yang menerbitkan
sukuk memiliki tanggung jawab untuk mengelola dana yang diperolehnya dengan baik.
penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding, private placement dan lelang
Bookbuilding.
Ini merupakan salah satu metoda penerbitan surat berharga, dimana investor akan
menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat berharga, biasanya berupa jumlah
dan harga (yield) penawaran pembelian, dan dicatat dalam book order oleh investment
bank yang bertindak sebagai book runner.
Private Placement.
Ini merupakan salah satu Metoda penerbitan surat berharga, dimana kegiatan
penerbitan dan penjualan surat berharga dilakukan oleh pihak penerbit kepada pihak
tertentu dengan ketentuan dan persyaratan (terms of condition) yang disepakati bersama.
Lelang.
Lelang surat berharga adalah suatu metoda penerbitan penjualan surat berharga
yang diikuti oleh peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif
dan/atau penawaran pembelian non kompetitif dalam suatu periode waktu penawaran yang
telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan PMK Nomor 05/KMK.08/2012, terdapat 2 definisi
lelang terkait SBSN, yaitu lelang SBSN, dan lelang SBSN tambahan.
Perbedaan antara sukuk dengan obligasi konvensional
Prinsip Dasar
Sukuk
Surat Berharga yang
diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti
kepemilikan/penyertaan
Obligasi
Pernyataan utang tanpa
syarat dari penerbit
Underlying Asset
Fatwa / Opiini Syariah
Penggunaan Dana
Return
terhadap suatu aset yang
menjadi dasar penerbitan
sukuk
memerlukan underlying asset
sebagai dasar penerbitan
memerlukan Fatwa/Opini
Syariah untuk menjamin
kesesuaian sukuk dengan
prinsip syariah
tidak dapat digunakan untuk
hal-hal yang bertentangan
dengan prinsip syariah
berupa imbalan, bagi hasil,
margin, capital gain
tidak ada
tidak ada
Bebas
bunga, capital gain
Download