perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V ANALISA PERANCANGAN AGROWISATA KOPI DI KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI Analisa perancangan merupakan analisa untuk memperoleh konsep – konsep yang dapat dijadikan dasar perancangan Agrowisata Kopi di Kledung Kabupaten Temanggung. Analisa ini meliputi analisa peruangan, analisa site terpilih, analisa pengolahan bentuk bangunan, analisa sirkulasi dan tata lansekap, analisa struktur, dan analisa utilitas yang keseluruhannya menitik beratkan pada prinsip arsitektur ekologi yang tidak merusak dan menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada. 5.1. ANALISA PERUANGAN 5.1.1. Analisa Kebutuhan Ruang Analisa kebutuhan ruang bertujuan untuk mendapatkan macam – macam ruang yang nantinya akan ada dalam Agrowisata Kopi di Kledung berdasarkan perencanaan kegiatan yang telah dijelaskan pada bab IV dan pelaku dari masing – masing kegiatan. Tabel V – 1. Tabel kebutuhan ruang KELOMPOK KEGIATAN MACAM KEGIATAN ZONA PENERIMA Parkir Masuk dan menunggu Pengunjung Mencari Informasi PELAKU Membeli tiket Metabolisme Memberikan informasi kepada pengunjung Pengelola (pegawai) Melayani administrasi pengunjung ZONA EDUKASI : COFFEE TOUR Mengunjungi kebun Kegiatan Wisata Edukasi : Pengunjung commit tokopi user Coffee Tour Memanen buah kopi Kegiatan Penerima KEBUTUHAN RUANG Area Parkir Hall/Lobby Front desk/Resepsonis Loket Lavatory Front desk/Resepsonis Loket Kebun Kopi (Shelter) 91 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Mengunjungi/Belajar proses persemaian dan pembibitan tanaman kopi Melihat proses produksi kopi Mengikuti seminar/penyuluhan tentang tanaman kopi Pengelola (pegawai, staff bidang budidaya tanaman, dan penyakit/ham a tanaman, dan staff pengolahan kopi) Kegiatan Wisata Rekreasi Menikmati secangkir Kopi Metabolisme Memandu pengunjung Melakukan proses produksi biji kopi Memberikan edukasi tentang tanaman kopi Menyajikan secangkir kopi kepada pengunjung ZONA REKREASI DAN AKOMODASI Mencari Informasi Check in Penghuni Istirahat Menginap Kegiatan rekreasi dan relaksasi commit toMemberikan user Pengelola Area penyemaian dan pembibitan Ruang Pengelupasan kulit buah (pulping), fermentasi biji kopi, dan pencucian biji kopi Ruang Pengeringan (drying) biji kopi Ruang pengelupasan kulit tanduk (hulling) dan Ruang sortasi/pemisahan biji kopi sesuai ukuran (grading) Ruang Roasting biji kopi, Pembubukkan biji kopi, dan Pengemasan kopi Ruang Pertemuan/Semina r/Gedung Serbaguna Cafe Lavatory Kebun Kopi Ruang – ruang proses produksi biji kopi Area perkebunan kopi Ruang Pertemuan/Semina r Cafe Ruang Informasi Lobby cottage Unit Cottage Unit Cottage dan outdoor Ruang Informasi 92 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (pegawai) Makan/Min um Belanja Menikmati Pemandanga n, Bermain dan bersantai informasi kepada pengunjung Melayani administrasi pengunjung Memesan Pengunjung/P Makan/minum enghuni Membayar Metabolisme Melayani pembeli Mempersiapan Pengelola makanan dan (pegawai) minuman Melayani pembayaran Melihat – lihat aneka Pengunjung/P olahan kopi dan sovenir enghuni Membayar Melayani pengunjung/penghuni Pengelola (pegawai) Melayani pembayaran Melihat Pemandangan dan Pengunjung/P Bersantai enghuni Bermain Metabolisme Melayani pengunjung Pengelola Mengawasi (pegawai) keselamatan pengunjung ZONA PENGELOLA Bekerja mengepalai Pengelolaan Direktur Rapat Metabolisme Kegiatan Pengelola Manager dan Staff Bekerja sesuai bidang masing - masing commit to user Lobby cottage Ruang Makan Ruang Makan Kasir Lavatory Ruang Makan Dapur Kasir Shop area Kasir Shop area Kasir Taman Istirahat Playground area Lavatory Playground area Ruang Pengawasan Ruang Direktur Ruang Rapat Lavatory R. Manager dan Staff Bidang Budidaya Tanaman, dan Penyakit/Hama Tanaman R. Manager dan Staff Bidang Pengolahan Kopi R. Manager dan Staff Bidang Rekreasi R. Manager dan Staff Bidang Administrasi, Keuangan, dan Pemasaran 93 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Rapat Istirahat Metabolisme Persiapan/Menyimpa n barang Bekerja melayani Pengunjung/ Penghuni dan membantu Pegawai direktur/sekertaris/ma nager dan staff Rapat Istirahat Metabolisme ZONA SERVICE DAN MAINTENANCE Petugas Menyimpan barang Kesehatan/Ke selamatan Bekerja (Memeriksa) Kerja Metabolisme Menyimpan barang Mengawasi Petugas Keamanan Keamanan Menjaga Keamanan Metabolisme Menyimpan barang dan alat Petugas Bekerja dan Kegiatan Service dan Kebersihan Membuang Sampah Maintenance Melayani Penghuni Metabolisme Menyimpan barang dan alat Petugas Pelayanan Teknis Pengunjung Mengatur mekanikal elektrikal, mengolah limbah dan melakukan perawatan saranan utilitas Metabolisme Beribadah Metabolisme R. Manager dan Staff Bidang HRD dan Personalia Ruang Rapat Pantry Lavatory Loker Semua Area Ruang Rapat Pantry Lavatory Gudang/Ruang Peralatan Ruang P3K Lavatory Loker Semua Area dan Ruang CCTV Pos Keamanan Lavatory Gudang Loker Semua area dan Tempat Sampah Ruang Laundry Lavatory Gudang Loker Ruang Resevoir Ruang Genset Ruang Maintenance Pengolahan Limbah Lavatory Mushola Lavatory 5.1.2. Analisa Pola Kegiatan Analisa pola kegiatan merupakan analisa yang bertujuan untuk mendapatkan pola kegiatan masing – masing pelaku berdasarkan macam – commit to user macam kegiatan yang terdapat pada analisa kebutuhan ruang. 94 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.1.2.a. Pola Kegiatan Pengunjung Kegiatan Edukasi (Coffee Tour) : Mengunjungi kebun kopi Memanen buah kopi Mengunjungi/belajar proses penyemaian&pembibitan kopi Melihat proses produksi kopi Menikmati secangkir kopi Memilih Kegiatan Mencari Informasi Datang Parkir Ibadah Istirahat Metabolisme Kegiatan Rekreasi dan Akomodasi : Menginap Makan/Minum Menikmati Pemandangan Bermain, dan Bersantai Menginap/Pulang Gambar V – 1. Skema pola kegiatan pengunjung 5.1.2.b. Pola Kegiatan Pengelola Datang Parkir Direktur : Bekerja mengepalai pengelolaan Manager/Staff : Bekerja sesuai bidang masing-masing. Pegawai : Bekerja mengolah biji kopi, melayani Pengunjung/ Penghuni dan membantu direktur/manager dan staff Ibadah Makan Istirahat Metabolisme Rapat Pulang Gambar V – 2. Skema pola kegiatan pengelola 5.1.2.c. Pola Kegiatan Service dan Maintenance Datang Persiapan Kegiatan Keselamatan Kerja Parkir Kegiatan Keamanan Kegiatan Kebersihan Ibadah Makan Istirahat Metabolisme Kegiatan Pelayanan Teknis Pulang Gambar V – 3. Skema pola Kegiatan service&maintenance commit to user 95 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.1.3. Analisa Pola Hubungan Ruang Analisa pola hubungan ruang bertujuan untuk mengetahui hubungan keterkaitan antara ruang – ruang berdasarkan analisa kebutuhan ruang dan pola kegiatan. 5.1.3.a. Pola Hubungan Ruang Makro B A C E Keterangan: Berhubungan dekat Berhubungan jauh D Gambar V – 4. Gambar pola hubungan ruang makro 5.1.3.b. Pola Hubungan Ruang Mikro Keterangan: Berhubungan dekat Berhubungan jauh Zona Penerima A B C D E Gambar V – 5. Skema pola hubungan ruang zona penerima (Mikro) Zona Edukasi : Coffee Tour E F C D B I G A H Gambar V – 6. Skema pola hubungan ruang zona edukasi : Coffee Tour (Mikro) commit to user 96 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Zona Rekreasi dan Akomodasi B A D C Keterangan: Berhubungan dekat Berhubungan jauh E Gambar V – 7. Skema pola hubungan ruang zona rekrasi dan akomodasi (Mikro) Zona Pengelola Keterangan: Berhubungan dekat Berhubungan jauh G F E H D A L C K B I J Gambar V – 8. Skema pola hubungan ruang zona pengelola (Mikro) Zona Sevice & Maintenance Keterangan: Berhubungan dekat Berhubungan jauh F C G E D H A I B Gambar V – 9. Skema pola hubungan ruang zona service&maintenance (Mikro) commit to user 97 5.1.4. Analisa Persyaratan Ruang Analisa persyaratan ruang bertujuan untuk mengetahui kualitas ruang berkaitan dengan kebutuhan akan view, pencahayaan alami&buatan, penghawaan, kebisingan dan persyaratan khusus lainnya Tabel V – 2. Tabel persyaratan ruang PERSYARATAN RUANG NAMA RUANG Parkir Pegawai Parkir Pengunjung Lobby/Hall SIFAT RUAN G Loket Tiket Publik Publik Publik Semi Publik Publik Perkebunan kopi (Shelter) Publik Front Desk/Resepsonis PENCAHAYA PENG KEBI AN VIEW HAW SING ALA BUA AAN AN MI TAN + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + ZONA PENERIMA LAIN - LAIN Memiliki rute jelas dan mudah untuk masuk dan keluar Menjadi point of interest untuk memasuki lokasi Mudah dijangkau dari hall dan area parkir pengunjung ZONA EDUKASI : COFFEE TOUR - 98 Area persemaian dan pembibitan kopi Semi Publik Bedengan untuk persemaian dan pembibitan membujur arah utara – selatan, serta di tutupi atap paraner/sarlon/daun rumbia Ruang Pulping, Fermentasi, dan Pencucian Biji Publik Memiliki sanitas air bersih dan pembuangan air kotor yang baik Ruang Drying Biji Publik Lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5-7%, hindari penjemran langsung di atas tanah/aspal Ruang Hulling, dan Granding Publik Memiliki gudang penyimpanan biji kopi dengan landasan lantai kayu (10cm), suhu optimum 20-25%, dan kelembapan 70% Publik Memiliki tingkat kebersihan yang tinggi Ruang Roasting, Pembubukan, dan Pengemasan Ruang Pertemuan/Seminar/Gedu ng Serbaguna Café Lavatory Publik _ Publik Private _ _ Area Playground Taman Istirahat Shop Area Restoran Cottage Publik Publik Publik Publik Private ZONA REKREASI DAN AKOMODASI _ _ _ _ _ ZONA PENGELOLA Ruang Rapat Ruang Direktur Semi Publik Private _ _ 99 R. Manager dan Staff Budidaya Penyakit/Hama Tanaman Private _ R. Manager dan Staff Bidang Pengolahan Kopi Private _ Private _ Private _ Private _ Service Private Service Private _ _ _ _ R. Manager dan Staff Bidang Rekreasi R. Manager dan Staff Administrasi, Keuangan, dan Pemasaran R. Manager dan Staff HRD dan Personalia Pantry Loker Gudang Lavatory ZONA SERVICE&MAINTENANCE Ruang P3K Pos Keamanan Ruang CCTV Ruang Genset Ruang Resevoir Pengolahan Limbah Ruang Laundry Mushola Service Service Service Service Service Service Service Publik _ _ _ _ _ _ _ _ 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.1.5. Analisa Besaran Ruang Analisa besaran ruang bertujuan untuk mendapatkan luasan ruang yang sesuai untuk menampung kegiatan Agrowisata Kopi di Kledung berdasarkan pertimbangan, yaitu : Jenis Kegiatan yang diwadahi Kapasitas Pengguna Kebutuhan Flow ruang sebagai sirkulasi 5- 10% : Standard flow gerak minimum 20% : Kebutuhan keleluasaan gerak 30% : Tuntutan kenyamanan fisik 40% : Tuntutan kenyamanan psikologis 50% : Tuntutan persyaratan spesifik kegiatan 60% : Keterlibatan terhadap servis kegiatan 70 – 100% : Keterkaitan dengan banyak kegiatan Sumber : Data Arsitek Sedangkan penghitungan besaran ruang menggunakan beberapa acuan standar ruangan, yaitu : Neufert, Architect’s Data (NAD) dan Time Sarver Standard (TSS) Penggunaan Hasil Studi Banding dan Preseden (SB), untuk menentukan luas ruang yang memiliki spesifikasi karakteristik ruang yang hampir sama Perhitungan asumsi untuk menentukan ruang yang belum di tetapkan standarnya commit to user 101 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.1.5.a. Zona Penerima Tabel V – 3. Tabel besaran ruang zona penerima FLOW LUASAN (m2 ) 60%x100=60 1 motor = 2.3x1 = 2.3 m2 , 56 motor = 2.3x56= 128.8 m2 30% 167.44 1 mobil = 5x2.5= 12.5 m2, 5mobil =5 x 12.5= 62.5m2 60% 100 60% 168 60% 1000 30% 301.6 30% 6.22 30% 6.22 80% 157.5 NAMA RUANG Parkir Pegawai : Asumsi jumlah pegawai 100, asumsi 60% membawa kendaraan pribadi, 40% berjalan kaki Parkir Pengunjung : Asumsi jumlah pengunjung pada high season 246 orang/hari 60% membawa kendara pribadi, 10% tidak membawa kendaraan, 30% menggunakan bus. Perbandingan penggunaan kendaraan sepeda motor dengan mobil 2:1 Loket tiket Front desk/Resepsonis Hall/Lobby PERHITUNGAN Kapasitas Bus 25 orang, 30%x246 = 73.8, 73.8:25 = 2.952 = 3 bus 1 bus = 7.79x2.25= 17.5275 m2 , 6 bus = 6 x 17.5= 105 m2 = 105 m2 60% x 246 =147.6, 147.6x1/3 = 49.2 = 50 mobil Bus Mobil 1 mobil = 5x2.5= 12.5 m2, 50 mobil =50 x 12.5= 625 m2 60% x 246 = 147.6, 147.6x2/3= 98.4 = 100 motor Motor 1 motor = 2.3x1 = 2.3 m2 , 100 motor = 2.3x100=232 m2 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2(NAD) x 3 orang = 2.625 m2 meja conter = 0.6x1.2= 0.72 m2 x 3 unit = 2.16 m2 Total = 2.625 m2 + 2.16 m2 = 4.785 m2 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2(NAD) x 3 orang = 2.625 m2 meja conter = 0.6x1.2= 0.72 m2 x 3 unit = 2.16 m2 Total = 2.625 m2 + 2.16 m2 = 4.785 m2 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2 (NAD) Kapasitas Hall diasumsikan 100 orang = 100 x0.875 m2 = 87.5 m2 TOTAL LUAS 1906.98 commit to user 102 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.1.5.b Zona Edukasi : Coffee Tour Tabel V – 4. Tabel besaran ruang zona edukasi : Coffee Tour NAMA RUANG Shelter Perkebunan kopi PERHITUNGAN FLOW LUASAN (m2 ) 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2 (NAD) Kapasitas Shelter diasumsikan 10 orang = 0.875x10 = 8.75 m2 Asumsi 5 shelter = 8.75 x 5 = 43.75 m2 80% 78.75 30% 702 50% 87.5025 20% 120 Persemaian = Ukuran 1 bedengan 0.8x6=4.8m2(SB), asumsi ada 50 Area bedengan 4.8x50 = Persemaian Luas 240 m2 dan Total=240+300=540m2 Pembibitan = Ukuran Pembibitan 1 bedengan 1.2x5=6m2(SB), asumsi ada 50 bedengan 6x50=300m2 2 bak sortasi/penerimaan untuk 2 pulper = 1 orang = 1 x 0.875= 2.4x1.2 = 2.88 m2 , 2 0.875 m2 (NAD) bak sortasi= 2.88x2 = 5.76m2 (SB) Kapasitas ruang 1 alat pupler= diasumsikan 21 orang (10 2 0.9x0.8= 0.72 m , 2 Ruang pengunjung,1 pemandu, Pengelupasa alat pulper= 0.72x2= dan 10 pegawai) = 2 n kulit buah 1.44 m (SB) 21x0.875 =18.375 m2 (pulping), luas yang dibutuhkan fermentasi Kolam fermentasi = untuk peralatan: biji kopi, 2.4x2.65= 6.36m2 (SB) 5.76+1.44+6.36 +5.4= dan 18.96m2 pencucian Kolam pencucian= biji kopi 2.4x2.25= 5.4 m2 (SB) Penyimpanan Sementara = 3x3.9= Luas total = 11.7m2 (SB) 18.375+18.96+11.7+5.4+ 3.9= 58.335 m2 Lavatory = 1.8x3 = 2 5.4 m Janitor =1.3 x 3= 3.9 m2 (SB) Ruang Pengeringan (drying) biji kopi 100 m2 (asumsi) commit to user 103 perpustakaan.uns.ac.id Ruang pengelupasa n kulit tanduk (hulling) dan sortasi/pemi sahan biji kopi sesuai ukuran (grading) Ruang roasting biji kopi, pembubukk an biji kopi, pengemasan kopi digilib.uns.ac.id 1 alat huller = 1.1x0.69= 0.759 m2 ,2 alat huller = 0.759x2= 1.518 m2 (SB) 1 meja untuk sortasi = 0.6x0.8= 0.48 m2 (SB) , 16 meja=0.48x16= 7.68 m2 Gudang Penyimpanan Sementara = 24.5 m2 (asumsi) Pembuangan kulit tanduk = 4x2 =8 m2 (asumsi) 1 alat roasting = 1.15x0.64=0.736 m2, 2 alat roaster =0.736x2= 1.472m2 (SB) Area roasting tradisional = 6 m2 1 alat pembubukkan= 1.8x0.71=1.278 m2, 2 pembubukkan =1.278x2 = 2.556m2 (SB) 1 alat pengemasan kopi =0.9x0.6=0.54m2, 3 alat pengemasan kopi =0.54x3 =1.62 m2 (SB) Gudang penyimpanan = 28 m2 Ruang pertemuan/seminar Café 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2 (NAD) Kapasitas ruang diasumsikan 29 orang (10 pengunjung,1 pemandu, dan 18 pegawai) =29x0.875 =25.375 m2 Luas yang dibutuhkan untuk peralatan = 1.518+7.68= 9.198 m2 50% 100.6095 50% 87.0345 50% 170.625 Luas total = 25.375+9.198+24.5+8=6 7.073 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2 (NAD) Kapasitas ruang diasumsikan 21 orang (10 pengunjung,1 pemandu, dan 10 pegawai) = 21x0.875 =18.375m2 Luas yang dibutuhkan untuk peralatan = 1.472+2.556+1.62 = 5.648m2 Luas total =18.375+5.648+6 +28=58.023m2 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2 (NAD) Kapasitas ruang diasumsikan 130 orang = 0.875x130 = 113.75 m2 Kasir = standar 0.875 m2/orang, meja counter = 1.2x0.6=0.72m2 Luas Total = ,total=0.875+0.72=1.5 1.595+6.11+48+12+22=8 95 m2 9.705 m2 Coffee bar= 2.6x2.35=6.11 m2 commit to user (NAD) 40% 125.587 104 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ruang minum kapasitas 24 org = 5x3.2=16m2 (NAD), ruang minum kapasitas 72 orang=16x3=48 m2 Dapur = 12 m2 (SB) Lavatory = kapasitas 3 orang = 10m2 Difabel kapasitas 1 org = 2x2=4m2 Area cuci tangan = 2x4= 8 m2 Total = 10+4+8=22m2 Total Luas 1472.1085 5.1.5.c Zona Rekreasi dan Akomodasi Tabel V – 5. Tabel besaran ruang zona rekreasi dan akomodasi NAMA RUANG Cottage Restoran satu single cottage 38.5m2 (analisis penulis), asumsi 6 single cottage =6x38.5=231m2 satu family cottage 76 m2 (analisis penulis), asumsi 6 family cottage=6x76=456 m2 Ruang makan kapasitas 240 org = 2(10.2x9.2)=187.68 m2 = Dapur = 5x6 = 30 m2 (asumsi) Lavatory = kapasitas 4 orang= 3.5x5=17.5m2, Difabel kapasitas 1 org =2x2= 4m2 Total = 17.5+4=21.5m2 PERHITUNGAN FLOW Luas total = 231+456=687 m2 Luas total = 187.68+30+21.5= 239.18m2 Area Belanja 104m2 (asumsi) 2 Taman Istirahat (gazebo) =7.065 m x 49.455 m2 7= 49.455 m2 Area Playground 50.24m2 commitLUAS to user TOTAL LUASAN (m2 ) 687 50% 358.77 104 49.455 50.24 1249.465 105 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.1.5.d Zona Pengelola Tabel V – 6. Tabel besaran ruang zona pengelola NAMA RUANG Ruang Rapat PERHITUNGAN 1 orang = 1 x 0.875= 0.875 m2 (NAD) Kapasitas ruang diasumsikan 15 orang = 0.875x15 = 13.125 m2 3.5x7=24.5m2 (TSS) Ruang Direktur R Manager modul ruang kerja 1 dan Staff org(NAD) = Bidang 1.56x1.63=2.5428 m2, Budidaya kapasitas 3 Tanaman, orang=2.5428x3=7.628 dan 4m2 penyakit/Ha ruang istirahat ma asumsi=6m2 Tanaman modul ruang kerja 1 org(NAD) = R. Manager 1.56x1.63=2.5428 m2, kapasitas 3 dan Staff Pengolahan orang=2.5428x3=7.628 4m2 Kopi ruang istirahat asumsi=6m2 modul ruang kerja 1 org(NAD) = R. Manager 1.56x1.63=2.5428 m2, kapasitas 3 dan Staff orang=2.5428x3=7.628 bidang 4m2 rekreasi ruang istirahat asumsi=6m2 modul ruang kerja 1 R. Manager org(NAD) = dan Staff 1.56x1.63=2.5428 m2, bidang kapasitas 3 administrasi, orang=2.5428x3=7.628 keuangan, 4m2 dan ruang istirahat pemasaran asumsi=6m2 R. Manager modul r. kerja 1 dan Staff org(NAD)= Bidang 1.56x1.63=2.543 m2, HRD dan kapasitas 3 commit2 to Personalia org=2.543x3=7.6284m FLOW LUASAN (m2 ) 80% 23.625 24.5 Luas Total = 7.6284+6=13.6284m2 50% 20.4426 Luas Total = 7.6284+6=13.6284m2 50% 20.4426 Luas Total = 7.6284+6=13.6284m2 50% 20.4426 Luas Total = 7.6284+6=13.6284m2 50% 20.4426 Luas Total = 7.6284+6=13.6284m2 50% 20.4426 user 106 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ruang istirahat asumsi=6m2 Pantry 3x3.5=10.5 m2 Loker Gudang 4x5=20 m2 (asumsi) 2 loker (wanita dan lakilaki) = 10.5x2=21 m2 5x3.5=17.5m2 (asumsi) 20 30% 17.5 Lavatory = kapasitas 6 orang, Wanita(3org) = Luas total lavatory = 3.5x2.5=8.75m2, 8.75+8.75=17.5 Pria(3org)= 3.5x2.5=8.75m2, TOTAL LUAS Lavatory 27.3 17.5 232.638 5.1.5.e Zona Service & Maintenance Tabel V – 7. Tabel besaran ruang zona service&maintenance NAMA RUANG Ruang P3K Ruang CCTV Pos Keamanan Ruang Laundry Ruang Resevoir Ruang Genset PERHITUNGAN 3x7=21m2 (asumsi) 4.5x7= 31.5m2 (asumsi) 1 pos keamanan = 2.25x2=4.5 m2 (asumsi), 2 pos keamanan = 2x4.5m2 5x5=25m2 (NAD) 5x4 = 20 m2 (NAD) 5x4=20m2 (SB) asumsi 3 genset = 3x20=60 m2 6x5=30 m2 (asumsi) Pengolahan Limbah praying space 1 orang = 1.2x0.8=0.96m2 , asumsi kapasitas 45=0.96x45= 43.2 m2 tempat Luas Total = wudhu=2(2.25x1.95)=8.775 Mushola 43.2+8.775+11.7=64.2 m2 85 m2 Lavatory = kapasitas 4 orang, Wanita(2org) =3x1.95 =5.85 m2, Pria(2org)= 3x1.95 =5.85 m2 Total =5.85+5.85=11.7m2 TOTAL LUAS FLOW LUASAN (m2 ) 21 31.5 9 30% 32.5 20 60 30 63.675 267.675 commit to user 107 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.1.5.f Rekapitulasi besaran ruang seluruh zona Tabel V – 8. Tabel Rekapitulasi besaran ruang seluruh zona NO NAMA KEGIATAN 1 Zona Penerima 2 Zona Edukasi : Coffee Tour 3 Zona Rekreasi dan Akomodasi 4 Zona Pengelola 5 Zona Service&Maintenance Sirkulasi 50% RTH 30% TOTAL LUAS KESELURUHAN LUASAN (m2 ) 1906.98 1472.1085 1249.465 232.638 267.675 2564.43325 1538.65995 9231.9597 5.2. ANALISA TAPAK TERPILIH 5.2.1. Analisa Pemilihan Tapak Lokasi tapak ditentukan berdasarkan potensi perkebunan dan sentra produksi kopi yang telah dijelaskan pada bab III, yaitu berada di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung. 5.2.1.a. Pemilihan tapak dan Dasar Pertimbangan Dari lokasi tersebut diperoleh dua alternatif tapak untuk dijadikan tapak terbangun, dan akan dipilih yang paling memenuhi persyaratan berdasarkan pertimbangan, yaitu: Dekat/Berada di area perkebunan kopi Mudah dijangkau dari JL. Parakan – Wonosobo Merupakan peruntukkan Kawasan Budidaya Memiliki kemiringan lereng yang landai Memiliki view Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing Strategis (mudah dijangkau) dari objek wisata disekitarnya commit to user 108 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Merupakan area perkebunan tembakau Alternatif 1 dan kopi (dominasi tembakau) Berjarak ± 500 m dari JL. Parakan Wonosobo Memiliki kemiringan lereng yang landai (8-15%) Merupakan peruntukkan kawasan budidaya Memiliki view Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing Dekat dengan objek wisata lainnya ke Parakan Jalan Desa U Jalan Setapak JL. Parakan - Wonosobo ke Wonosobo Alternatif 2 Merupakan area perkebunan kopi dan tembakau (dominasi kopi) Berjarak ± 1500 m dari JL. Parakan – Wonosobo Merupakan peruntukkan kawasan budidaya Memiliki kemiringan lereng yang miring (15-25%) Memiliki view Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing Dekat dengan objek wisata lainnya Gambar V – 10. Analisa alternatif tapak terbangun 5.2.1.b. Pembobotan Tapak Terpilih Pembobotan berdasarkan data yang ada pada lokasi tapak di lapangan, dengan rentang nilai 1 – 3, dimana nilai 1 = kurang, 2 = cukup, dan 3 = baik. Hasil pembobotan dengan jumlah tertinggi akan menjadi tapak terpilih untuk bangunan Agrowisata Kopi. commit to user 109 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel V – 9. Tabel Perbandingan Alternatif Tapak NO Dasar Pertimbangan 1 2 3 4 Dekat dengan areal perkebunan kopi Mudah dijangkau dari JL. Parakan – Wonosobo Merupakan peruntukkan kawasan budidaya Memiliki kemiringan lereng yang landai Memiliki view Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing Strategis (mudah dijangkau) dari objek wisata disekitarnya TOTAL 5 6 Alternat if site 1 2 3 3 2 3 Alternat if site 2 3 1 3 1 3 3 2 16 13 5.2.1.c. Tapak Terpilih Berdasarkan hasi dari pembobotan pada pembahasan sebelumnya, maka tapak terpilih adalah alternatif tapak 1. Tapak terpilih merupakan lahan perkebunan kopi dan tembakau yang didominasi tembakau, sehingga tidak memberikan dampak yang besar bagi pengurangan luas perkebunan kopi serta hasil komoditi kopi. Batas – batas dari tapak yang terpilih adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan kopi dan tembakau Sebelah Timur berbatasan dengan jalan desa Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan desa Sebelah Barat berbatasan dengan perkebunan kopi dan tembakau Sedangkan luas keseluruhan tapak adalah 27.373,49 m2 dan keliling tapak adalah 1079.0508 m. Sehingga berdasarkan rekapitulasi besaran ruang, bangunan yang akan dibangun adalah 33.73 % dari luasan tapak terpilih. commit to Ukuran user tapak terpilih Gambar V – 11. 110 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jembatan Kecil Perkebunan Tembakau Perkebunan Kopi Pola Tlahap Sungai Kecil Perkebunan Kopi Pola Tlahap Perkebunan Kopi Pola Tlahap&Tembakau Perkebunan Kopi Pola Tlahap Perkebunan Kopi Pola Tlahap Jalan Setapak U Perkebunan Tembakau Jalan Desa Perkebunan Tembakau Gambar V – 12. Gambaran eksisting tapak dan sekitar tapak 5.2.2. Analisa Pengolahan Tapak 5.2.2.a. Analisa Pencapaian Analisa pencapaian bertujuan untuk mendapatkan akses ke dalam tapak yang dibagi menjadi tiga akses, yaitu main entrance 1 (ME1) yang merupakan akses utama ke dalam tapak bagi pengguna kendaraan bermotor, main entrance 2 (ME2) akses utama ke dalam tapak bagi pejalan kaki, dan side entrance (SE) yang merupakan akses tambahan ke dalam tapak untuk kegiatan pengelola, service dan maintenance, dan loading-unloading. Analisa pencapaian ditentukan berdasarkan pertimbangan kemudahan akses dari JL. Parakan – Wonosobo yang commit to user 111 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id merupakan jalan utama, kondisi eksisting tapak, keamanan, kebutuhan, dan kenyamanan pengguna. Jalan Desa di sisi timur yang landai Jalan Desa di sisi timur yang menurun Jalan Desa di sisi timur yang landai Jalan Setapak ke Parakan ke Areal Perkebunan ke Areal Perkebunan & Wisata alam posong U ke Wonosobo Jalan di sisi selatan yang landai Pertigaan jalan Jalan di sisi selatan Jalan utama Parakan Wonosobo JL. Parakan – Wonosobo merupakan jalan kolektor yang menghubungkan Temanggung dan Wonosobo via Parakan. Dengan kondisi jalan dua arah, cukup ramai, dan memiliki lebar ± 8m Jalan desa di sisi selatan site merupakan jalan desa yang terhubung langsung dengan JL. Parakan – Wonosobo. Dengan kondisi jalan yang landai, sudah ada perkerasan dan memiliki lebar ± 4m Jalan desa di sisi timur site merupakan jalan desa yang tidak terhubung langsung dengan JL. Parakan – Wonosobo. Dengan kondisi jalan yang berkontur, sudah ada perkerasan sebagian dan memiliki lebar ± 3.5m Jalan setapak merupakan jalan yang terhubung langsung dengan JL. Parakan – Wonosobo. Dengan kondisi jalan berupa tanah, dan lebar ± 1.5m Gambar V – 13. Gambaran eksisting jalan di sekitar tapak commit to user 112 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kondisi eksisting tapak memiliki dua akses pencapaian dari jalan kolektor Parakan – Wonosobo, yaitu jalan desa di sisi selatan dan timur tapak yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan lebar masing masing ± 4 dan 3,5 m, dan jalan setapak di sisi timur tapak yang dapat dilalui pejalan kaki dengan lebar ± 1,5 m. Melihat kondisi eksisting tapak serta pertimbangan kemudahan akses dari JL. Parakan – Wonosobo, keamanan, kebutuhan, dan kenyamanan masing – masing pengguna, maka didapatkan tiga akses masuk ke dalam stapak, yaitu : Main entrance 1 (ME 1) IN&OUT, diperuntukkan bagi pengguna kendaraan bermotor yang ditempatkan di bagian selatan tapak dengan jarak yang cukup dari pertigaan ± 5m untuk menghindari terjadinya crossing. Penempatan ini didukung kondisi jalan yang tehubung langsung dengan JL. Parakan – Wonosobo, sudah diperkeras, cenderung landai, lebih lebar dan memungkinkan untuk dilakukan pelebaran. Main entrance 2 (ME 2) IN&OUT, diperuntukkan bagi penggunan pejalan kaki yang ditempatkan di bagian timur tapak berdekatan dengan jalan setapak yang terhubung langsung dengan JL. Parakan – Wonosobo dan Penempatan ini memungkinkan berdasarkan dilakukan perkerasan jalan. pertimbangan kemudahan akses, kenyamanan, dan keamanan pengguna pejalan kaki. Side entrance (SE) IN&OUT, yang diperuntukkan bagi keperluan kegiatan pengelolaan, service yang ditempatkan di bagian timur atas tapak yang cukup jauh dari ME agar kegiatan yang berlangsung tidak saling terganggu dan sirkulasi loading-unloading yang ditempatkan di dekat area pengolahan kopi untuk memudahkan kegiatan loadingunloading kopi. commit to user 113 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ke Areal Perkebunan U SE ke Areal Perkebunan & Wisata Alam Posong ME 2 ke JL. Parakan Wonosobo ME 1 ke JL. Parakan Wonosobo Gambar V – 14. Main entrance (ME) dan Side Entrance (SE) hasil analisa 5.2.2.b. Analisa View dan Orientasi Analisa View dan Orientasi bertujuan untuk mendapatkan orientasi tapak serta pen-zoning-an dari analisa view from site dan view to site. Analisa ini ditentukan dengan pertimbangan potensi view yang menarik, jalan yang dilalui pengguna, dan letak main entrance. View from site Berdasarkan kondisi eksisting pada tapak terdapat empat view from site, yaitu : View arah utara tapak merupakan view yang menarik, yaitu berupa perkebunan kopi pola tlahap, dan sebagian Gunung Sumbing dan Sindoro. Pada area ini view from site dapat dimanfaatkan seperlunya dan menempatakan zona kegiatan yang tidak terlalu membutuhkan view pada area ini. View arah timur tapak merupakan view yang sangat menarik, yaitu berupa jalan desa, perkebunan kopi pola tlahap, tembakau, dan keseluruhan Gunung Sumbing. Pada area ini view from site harus dioptimalkan secara maksimal dengan desain bangunan yang memungkinkan view from site yang ada untuk terekspos secara visual dengan maksimal dan menempatkan zona kegiatan yang membutuhkan view pada area ini. commit to user 114 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id View arah selatan tapak merupakan view yang menarik, yaitu berupa jalan desa, perkebunan kopi pola tlahap, tembakau, dan sebagian Gunung Sumbing. Pada area ini view from site dapat dimanfaatkan seperlunya dan menempatakan zona kegiatan yang tidak terlalu membutuhkan view pada area ini. View arah barat tapak merupakan view yang sangat menarik, yaitu berupa perkebunan kopi pola tlahap, tembakau, dan keseluruhan Gunung Sindoro. Pada area ini view from site harus dioptimalkan secara maksimal dengan desain bangunan yang memungkinkan view from site yang ada untuk terekspos secara visual dengan maksimal dan menempatkan zona kegiatan yang membutuhkan view pada area ini. U View menarik berupa kebun kopi pola tlahap dan sebagian Gunung Sindoro dan Sumbing View sangat menarik berupa jalan desa, kebun kopi pola tlahap, tembakau, dan Gunung Sumbing View sangat menarik berupa kebun kopi pola tlahap, tembakau, dan Gunung Sindoro View menarik berupa jalan desa, kebun kopi pola tlahap, tembakau dan sebagian Gambar V – 6. Analisa View dari site (sumber : Analisa P Gunung Sumbing Gambar V – 15. Gambaran eksisting view from site commit to user 115 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id View to site Berdasarkan kondisi eksisting pada site terdapat tiga view to site, yaitu : View site dari arah timur yang berpotensi sebagai view to site, karena dapat terlihat dari jalan yang dilalui pengguna pejalan kaki dan terdapatnya main entrance 2. Pada area ini view to site dapat dioptimalkan dengan desain bangunan yang menarik. View site dari arah tenggara yang sangat berpotensi sebagai view to site, karena merupakan titik pertama yang dapat terlihat dari pengguna kendaraan bermotor sebelum memasuki site. Pada area ini view to site dapat dioptimalkan dengan sebuah desain landmark yang atraktif dan representatif. View site dari arah selatan yang sangat berpotensi sebagai view to site, karena dapat terlihat dari jalan yang dilalui pengguna kendaraan bermotor dan terdapatnya main entrance 1. Pada area ini view to site dapat dioptimalkan dengan desain bangunan yang menarik. U 1 2 View site dari pertigaan jalan, yang sangat berpotensi untuk diolah sebagai view to site. 3 View site dari jalan desa di sisi selatan yang berpotensi untuk diolah sebagai view to site. 1 3 View site yang berkontur dari jalan desa di sisi barat site dan jalan setapak yang berpotensi untuk diolah sebagai view to site. 2 Gambar V – 16. Gambaran eksisting view to site commit to user 116 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan analisa view from site dan view to site dan pertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya didapatkan hasil analisa, yaitu :Anali Orientasi utama menghadap ke arah timur dan selatan yaitu jalan desa di sisi selatan tapak, timur tapak dan jalan setapak. Penentuan ini berdasarkan pertimbangan potensi view to site dari ketiga jalan tersebut, jalan di sisi selatan dan jalan setapak yang merupakan pencapaian utama, serta letak main entrance 1&2 yang berada di sisi selatan dan timur site. Pada area ini akan di rancang dengan desain bangunan dan tata lansekap yang menarik. Area barat dan timur tapak diperuntukkan bagi zona dengan kegiatan yang membutuhkan view, seperti zona edukasi dan rekreasi. Zona ini didesain dengan bangunan yang mengoptimalkan bukaan sebagai respon terhadap potensi view from site. Area utara site diperuntukkan bagi zona dengan kegiatan yang tidak terlalu membutuhkan view, yaitu zona epengelola dan zona service&maintenance. U Tidak membutuhkan rancangan desain yang menarik. Dirancang dengan desain bangunan yang memaksimalkan bukaan dan tata lansekap yang menarik terlihat dari arah jalan. Dirancang dengan desain yang memiliki bukaan yang maksimal Dirancang dengan desain bangunan dan tata lansekap yang menarik terlihat dari arah jalan. Gambar V –17. Hasil analisa view dan orientasi commit to user 117 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.2.2.c. Analisa Kebisingan Analisa kebisingan bertujuan untuk mendapatkan sumber kebisingan di lingkungan sekitar tapak, yang nantinya dapat digunakan untuk pertimbangan perletakkan zona dalam tapak. U Noise Noise Sedang Rendah Noise Tinggi Gambar V – 18. Analisa kebisingan Tapak merupakan kawasan yang cukup tenang karena berada di areal perkebunan kopi dan tembakau warga. Jarak tapak dengan pemukiman warga yang terletak di sebelah timur tapak cukup jauh ± 125 m dan dibatasi dengan areal perkebunan dengan vegetasi yang mampu mereduksi suara bising. Sedangkan di selatan site dan timur tapak terdapat jalan desa yang dilalui kendaraan bermotor yang merupakan sumber kebisingan. Jalan desa di sisi selatan memiliki tingkat kebisingan tertinggi karena merupakan pencapaian utama ke objek wisata alam posong, sehingga lebih sering dilalui kendaraan bermotor. Berdasarkan analisa sumber kebisingan di lingkungan site didapatkan hasil analisa, yaitu : Area dalam tapak yang memiliki tingkat noise tinggi diperuntukkan bagi zona penerima. Area dalam tapak yang memiliki tingkat noise sedang diperuntukkan bagi zona pengelola dan zona service&maintenance. Area dalam tapak yang memiliki tingkat noise rendah diperuntukkan commit to user bagi zona edukasi dan zona rekreasi. 118 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menambah vegetasi di area tapak yang berbatasan dengan jalan desa untuk mereduksi suara bising yang bersumber dari kendaraan bermotor. Zona Rekreasi dan akomodasi Zona Service & Maintenance Zona Edukasi Zona Penerima Zona Pengelola Vegetasi yang tidak terlalu tinggi di bagian selatan site untuk mereduksi suara bising Vegetasi yang tidak terlalu tinggi di bagian timur site untuk mereduksi suara bising U Gambar V – 19. Hasil analisa kebisingan 5.2.2.d. Analisa Klimatologis Analisa Klimatologis merupakan analisa yang dilakukan berdasarkan pergerakkan angin, matahari, dan curah hujan yang ada di dalam tapak. Analisa ini merupakan analisa yang penting dilakukan dalam perancangan dengan pendekatan arsitektur ekologi, karena hasil dari analisa ini nantinya dijadikan dasar pertimbangan dalam menentukan perletakkan zona, analisa pengolahan bentuk bangunan, analisa lansekap, dan analisa struktur yang responsif terhadap iklim. Analisa klimatologis ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu : Kebutuhan akan pencahayaan dan penghawaaan alami setiap zona Arah angin Arah sinar matahari, efek silau, dan panas matahari Curah hujan Kecamatan Kledung memiliki iklim tropis sama halnya seperti commit to user kecamatan lain di Indonesia. Rata – rata curah hujan di kecamatan 119 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kledung adalah 20,7 – 27,7 dan >34,8 mm/h, dengan curah hujan tertinggi di bulan maret dan curah hujan terendah di bulan September. Suhu rata – rata kecamatan Kledung adalah 25OC dengan kelembaban yaitu antara 66,3 % - 69,43 %(rata-rata 68,69%). Dari survei yang telah dilakukan didapatkan data pergerakkan angin dan matahari, yaitu : Angin yang berhembus pada siang hari berasal dari kontur terendah ke puncak gunung, sedangkan angin yang berhembus pada malam hari berasal dari puncak gunung ke arah kontur terendah. Pada pagi hari pukul 05:15 ketika matahari terbit hingga terbenam pukul 17.43 site terus menerus terkena cukup cahaya matahari tanpa dibayangi oleh bayangan bangunan karena tapak yang berada di areal perkebunan dan cukup jauh dari pemukiman penduduk. Pada malam hari angin bertiup dari arah barat site (puncak gunung) U Matahari terbit pukul 05.15, cahaya yang datang dari arah ini merupakan cahaya positif (baik untuk kesehatan) dan tidak menyilaukan Matahari terbenam pukul 17.43, cahaya yang datang dari arah ini merupakan cahaya yang panas dan menyilaukan Pada siang hari angin bertiup dari arah timur site (kontur yang rendah) Gambar V – 20. Analisa pergerakkan angin dan matahari Berdasarkan analisa klimatologis dan pertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya didapatkan hasil, yaitu: Respon terhadap pergerakkan matahari commit to user 120 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Area timur tapak diperuntukkan bagi zona yang membutuhkan intensitas pencahayaan alami yang tinggi seperti zona edukasi dimana di dalamnya terdapat kegiatan penyemaian dan pembibitan tanaman kopi, serta pengeringan biji kopi yang membutuhkan intensitas pencahayaan alami yang tinggi. Pada area timur dan barat tapak massa bangunan didesain dengan bukaan yang maksimal (jendela/skylight) untuk memaksimalkan pencahayaan alami. Memanfaatkan elemen vegetasi/pepohonan yang banyak terdapat di lokasi seperti pohon cemara dan kopi, serta light shelves, dan secondary skin sebagai barier dari radiasi panas dan silau matahari dari arah barat. Respon terhadap pergerakkan angin Massa bangunan akan didesain dengan bentuk aerodinamis dengan jarak yang cukup antar bangunan sehingga dapat menjamin pergerakkan udara di dalam site. Menerapkan ventilasi silang pada desain bangunan untuk memaksimalkan penghawaan alami. Menerapkan konsep struktur rumah panggung untuk melancarkan pergerakkan udara didalam site agar tidak tertahan oleh bangunan dan sebagai respon terhadap site yang berkontur. Memanfaatkan elemen vegetasi/pepohonan yang banyak terdapat di lokasi seperti pohon cemara, kopi, dan tanaman lainnya untuk menyegarkan, menyalurkan aliran udara dan mereduksi kecepatan angin dari arah barat dan timur. Respon terhadap curah hujan dilakukan dengan menerapkan desain atap dengan kemiringan yang cukup agar air hujan dapat mengalir dengan baik ke talang yang kemudian dapat dimanfaatkan kembali dan memiliki teritisan untuk menghindari terjadinya tampias. commit to user 121 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Massa bangunan didesain dengan bukaan yang maksimal dengan secondary skin/light shelves untuk mereduksi efek radiasi panas dan silau matahari sore Memanfaatkan penataan vegetasi untuk mereduksi dan menyalurkan angin dari arah barat U Zona edukasi Massa bangunan didesain dengan bukaan maksimal Memanfaatkan penataan vegetasi untuk mereduksi dan menyalurkan angin dari arah timur Gambar V – 21. Hasil Analisa Klimatologis 5.2.2.e. Analisa pen-zoning-an akhir Analisa pen-zoning-an akhir bertujuan untuk mendapatkan penataan zona dalam tapak berdasarkan pertimbangan hasil dari analisa pencapaian, view&orientasi, kebisingan, dan klimatologis. Pen-zoning-an dalam site akan dibagi menjadi 5 zona sesuai sesuai dengan kebutuhan masing – masing zona. Berdasarkan analisa pencapaian, view&orientasi, kebisingan, dan klimatologis didapatkan hasil pen-zoning-an, yaitu : Zona penerima diletakkan di bagian selatan tapak. Perletakkan ini berdasarkan hasil dari analisa pencapaian dimana main entrance (ME) bagi pengguna kendaraan bermotor maupun pejalan kaki berada di bagian selatan site. Zona edukasi diletakkan di bagian tengah tapak, dikarenakan beberapa kegiatan di zona wisata edukasi memerlukan view yang sangat menarik dan intensitas pencahayaan alami yang tinggi. Dan untuk mengurangi tingkat kebisingan dari kendaraan bermotor akan ditambahkan vegetasi. commit to user 122 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Zona rekreasi dan akomodasi diletakkan di bagian barat tapak dikarenakan beberapa kegiatan di zona rekreasi memerlukan view yang sangat menarik dan tingkat kebisingan yang rendah. Zona pengelola diletakkan di bagian utara tapak yang berbatasan langsung dengan jalan desa. Perletakkan ini berdasarkan hasil dari analisa pencapaian dimana side entrance berada di bagian utara site, sehingga memudahkan berlangsungnya kegiatan. Zona service&maintenance diletakkan di timur tapak bersebelahan dengan zona pengelola dan dekat dengan zona wisata edukasi serta zona wisata rekreasi, agar kegiatan service&maintenance dapat berlangsung dengan baik. U Zona Edukasi (Coffee Tour) Zona Pengelola Zona Service dan Maintenance Zona Rekreasi dan Akomodasi Kombinasi cemara dan vegetasi yang tidak terlalu tinggi di bagian timur site untuk mereduksi suara bising Zona Penerima Gambar V – 22. Pen-zoning-an akhir dalam site 5.3. ANALISA PENGOLAHAN BENTUK BANGUNAN 5.3.1. Analisa Permassaan Analisa permasaan bertujuan untuk mendapatkan jumlah massa yang akan diterapkan dalam kawasan Agrowisata Kopi. Analisa ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu : commit to user 123 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil dari analisa pen-zoning-an akhir Kebutuhan masing – masing kegiatan terhadap view, dan pencahayaan serta penghawaan alami. Kondisi tapak yang berkontur Berdasarkan pertimbangan tersebut jumlah massa yang akan diterapkan dalam kawasan Agrowisata Kopi adalah massa jamak, hal ini dikarenakan setiap kegiatan membutuhkan view, pencahayaan, pengahawaan alami, dan tingkat kebisingan yang berbeda intensitasnya. Selain itu, penerapan massa jamak ini merupakan salah satu respon terhadap kondisi site yang berkontur untuk mengurangi terjadinya cut and fill yang berlebihan. 5.3.2. Analisa Gubahan Massa Analisa gubahan massa bertujuan untuk mendapatkan pola gubahan massa yang akan digunakan pada bangunan – bangunan dalam kawasan Agrowisata Kopi di Kledung. Analisa ini dilakukan berdasarkan pertimbangan fungsi bangunan, bentuk – bentuk yang terdapat di sekitar site, dan hasil dari analisa klimatogis. Agrowisata Kopi yang akan dirancang merupakan objek wisata yang berada di sekitar lereng Gunung Sindoro dan Sumbing yang merupakan icon Kabupaten Temanggung serta berada di areal perkebunan kopi. Karena kondisi tersebut maka Agrowisata Kopi ini identik dengan bentuk gunung, dan tanaman kopi. Bentuk – bentuk tersebut nantinya akan digunakan dalam beberapa massa bangunan agar selaras dengan alam sekitar dan dapat menggambarkan karakter Agrowisata Kopi di Kledung Kabupaten Temanggung. Gambar V – 23. Bentuk -bentuk yang terdapat di sekitar site Sumber : Dokumentasi Penulis,2015 dan commit to user https://www.pinterest.com/pin/453948837413390406/ 124 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan karakteristik masing – masing bentuk dasar dan beberapa pertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya maka bentuk dasar yang akan digunakan pada perancangan massa bangunan, yaitu : Bentuk dasar lingkaran yang menghasilkan bentuk solid kerucut dan tabung dengan karakter, ekspresif, visual yang kuat, dan dinamis Bentuk dasar bujursangkar yang menghasilkan bentuk solid kubus yang efisien dalam pemakaian ruang dan pengembangan bentuk yang relatif mudah. Gambar V – 24. Bentuk solid kerucut,tabung, dan kubus yang akan digunakan pada perancangan massa bangunan Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996 Keseluruhan bentuk solid tersebut akan mengalami transformasi baik berupa transformasi dimensional, subtraktif, maupun aditif sesuai dengan kebutuhan, sehingga menghasilkan bangunan yang fungsional, selaras dengan bentuk di lingkungan sekitar dan memiliki respon terhadap iklim yang sesuai dengan prinsip arsitektur ekologi. Gambar V – 25. Bentuk bangunan penerima mengadaptasi bentuk gunung yang mengalami transformasi bentuk agar tidak monoton dan responsif terhadap iklim. Gambar V – 26. Bentuk bangunan pengeringan biji kopi yang ditransformasikan agar mempercepat pemanasan dan memiliki respon terhadap iklim (pergerakkan angin) commit to user 125 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar V – 27. Bentuk bangunan pengolahan kopi yang ditransformasikan agar menarik namun tetap sesuai dengan fungsinya Gambar V – 28. Bentuk bangunan single cottage yang merupakan perpaduan bentuk tabung dan kerucut Gambar V – 29. Bentuk bangunan family cottage yang ditransformasikan agar memiliki respon terhadap iklim dan menarik 5.3.3. Analisa Pencahayaan Analisa pencahayaan bertujuan untuk mendapatkan sistem pencahayaan yang baik, sesuai kebutuhan pada setiap massa bangunan dalam kawasan Agrowisata Kopi di Kledung. Pencahayaan yang baik merupakan pencahayaan yang sesuai kebutuhan dengan distribusi cahaya ruangan yang cukup merata dan tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. Analisa pencahayaan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan yang keseluruhannya mengacu pada prinsip arsitektur ekologi, dengan memanfaatkan secara optimal pencahayaan alami pada siang - sore hari dan pencahayaan buatan yang hemat energi pada malam hari sebagai usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi listrik. Pencahayaan alami Merupakan pencahayaan yang bersumber dari cahaya matahari berupa cahaya matahari langsung, pantulan permukaan bawah, dan pantulan bangunan sekitar. Pencahayaan alami ini dalam bangunan didapatkan melalui bukaan – bukaan, yaitu: commit to user 126 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bukaan horizontal merupakan bukaan yang berada di bagian dinding bangunan berupa jendela. Untuk mendapatkan cahaya efektif pada bangunan diperlukan titik ukur tertentu. Pada perancangan bangunan umumnya menghindari perhitungan yan terlalu rumit, maka ditetapkan standar praktis luasan jendela yaitu 10%-20% dari luasan dinding untuk dapat memanfaatkan cahaya dengan baik dan membatasi panas yang masuk ke dalam ruangan. Bukaan vertikal merupakan bukaan yang berada di bagian atap berupa skylight, clerestory, monitor, dan sawtooth. Bukaan vertikal ini mampu memberikan intensitas cahaya yang lebih besar, namun cukup sulit untuk membuat pembayangan. Pencahayaan buatan Merupakan pencahayaan yang bersumber dari lampu. Terdapat beberapa jenis lampu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaan malam hari dalam kawasan Agrowisata Kopi, yaitu : Lampu Pijar pada umunya hanya dapat bertahan selama 1000 jam dan membutuhkan energi listrik yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis – jenis lampu lainnya. Flouresecene/TL mampu bertahan lebih lama dibandingkan dengan lampu pijar, yaitu sekitar 10.000 jam, sehingga lampu ini lebih hemat energi dibandingkan dengan lampu pijar. LED merupakan lampu yang hemat enegi dibandingkan kedua lampu diatas. Lampu ini memiliki ketahanan hingga 25.000 jam. Berdasarkan pertimbangan dan penjelasan mengenai pencahayaan yang telah dijelaskan diatas, maka sistem pencahayaan massa bangunan dalam Agrowisata Kopi di Kledung akan menerapkan beberapa sistem pencahayaan, yaitu: Pencahayaan alami, berupa skylight dan jendela yang dimaksimalkan pada sisi timur untuk memperoleh cahaya matahari pagi yang baik, dan penggunaan skylight dan jendala dengan secondary skin/lightshelves untuk commit to user meminimalisir efek panas dan silau dari cahaya matahari sore. 127 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar V – 30. Bukaan horizontal dengan lightselves dan secondary skin untuk mengalangi radiasi panas matahari. Sumber : https://www.pinterest.com/pin/426505027181740146/ Pencahayaan buatan, berupa penggunaan lampu LED yang hemat energi. Penggunaan lampu ini pada massa bangunan hanya digunakan pada malah hari. Sedangkan untuk siang hari hanya digunakan pada daerah yang membutuhkan intensitas pencahayaan buatan yang tinggi, seperti massa bangunan pengolahan kopi. 5.3.4. Analisa Penghawaan Analisa penghawaan bertujuan untuk mendapatkan sistem penghawaan yang stabil di dalam setiap massa bangunan dalam kawasan Agrowisata Kopi di Kledung. Analisa ini dilakukan berdasarkan pertimbangan kenyamanan setiap pengguna dalam massa bangunan, dan hasil dari analisa klimatologis yang keseluruhannya mengacu pada prinsip arsitektur ekologis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, kawasan Agrowisata Kopi di Kledung akan memaksimalkan laju angin seperti yang telah dijelaskan pada analisa klimatologis sebagai penghawaan alami dalam massa bangunan. Laju angin tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami dalam massa bangunan dengan beberapa macam sistem, yaitu : Penerapan struktur rumah panggung yang menjamin terjadinya cross ventilation yang paling efisien Penerapan massa bangunan berbentuk melengkung untuk mempermudah laju pergerakkan angin dalam tapak commit to user 128 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penerapan ventilasi silang pada massa bangunan untuk melancarkan sirkulasi udara dalam massa bangunan Gambar V – 31. Penerapan rumah panggung dan ventilasi silang pada massa bangunan Sumber: Frick H, FX. Bambang Suskiyatno, (1998), Dasar-Dasar Eko-Arsitektur, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 5.3.5. Analisa Pola Tata Massa Analisa pola tata massa bertujuan untuk mendapatkan pola tata massa bangunan yang sesuai dalam kawasan Agrowisata Kopi di Kledung Kabupaten Temanggung. Analisa pola tata massa dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu : Kondisi site yang berkontur sebagai respon terhadap site Hasil dari analisa pen-zoning-an Kebutuhan masing – masing massa bangunan terhadap view, pecahayaan alami, penghawaan alami, dan kebisingan Pola kegiatan dan pola hubungan ruang yang telah dijelaskan sebelumnya Berdasarkan pertimbangan tersebut maka massa dalam kawasan Agrowisata akan ditata menyebar menyesuaikan kondisi site yang berkontur dan kebutuhan masing – masing massa bangunan, dengan jarak yang cukup untuk menjamin pergerakkan udara di dalam site. commit to user 129 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Shelter berada di tengah – tengah kebun kopi Bangunan Pengelola dekat dengan SE Mini Pabrik diletakkan di area timur berjauhan dengan cottage krn merupakan sumber kebisingan dalam site Massa bangunan cottage diletakkan di area yang memiliki view menarik dan jauh dari kebisingan Bangunan Penerima dekat dengan ME Gambar V – 32. Tata massa kawasan Agrowisat Kopi di Kledung Kabupaten Temanggung 5.3.6. Analisa Material Bangunan Analisa material bangunan bertujuan untuk mendapatkan penggunaan elemen material yang sesuai dengan kebutuhan dalam perancangan Agrowisata Kopi di Kledung Kabupaten Temanggung berdasarkan prinsip arsitektur ekologis. Analisa material bangunan ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan yang sesuai kebutuhan masing – masing massa bangunan dan mengacu pada prinsip arsitektur ekologi, pertimbangan tersebut yaitu : Pemilihan material yang sesuai dengan potensi daerah setempat sehingga menghemat energi dalam proses pengangkutan, mudah diterapkan, seimbang dengan iklim setempat dan sesuai dengan tingkat keahlian tukang-tukang setempat. Pemilihan material yang dapat dibudidayakan kembali (regenerative), digunakan kembali (reuse), dan mengalami perubahan sederhana. Pamilihan material yang sesuai dengan kebutuhan masing – masing massa bangunan. commit to user 130 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan pertimbangan tersebut maka elemen material yang akan digunakan dalam perancangan Agrowisata Kopi di Kledung Kabupaten Temanggung, yaitu : Bambu Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu adalah tanaman dengan laju pertumbuhan sekitar 3– 10 cm (1.2–3.9 in) per hari, sehingga bambu merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan kembali (regenerative). Di Kabupaten Temanggung terdapat banyak potensi tanaman bambu, dimana jenis yang paling banyak ditemui adalah jenis bambu petung, dan bambu wulung. Potensi tanaman bambu ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Temanggung sebagai bahan konstruksi (tiang penyangga bangunan/rangka atap), kerajinan, dan anyaman keranjang. Gambar V – 33. Tanaman bambu yang terdapat di Kecamatan Kandangan, Temanggung Sumber : Video Spedagi Bamboo Bike di akses dari https:/youtube.com/watch?v=wRTjZN76NwE Gambar V – 34. Penerapan bambu sebagai kontruksi pada bangunan untuk istirahat di sekitar perkebunan Kecamatan Kledung Sumber :Dokumentasi Penulis, 2015 commit to user 131 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar V – 35. Penerapan bambu sebagai bahan anyaman keranjang di Kecamatan Kandangan, Temanggung Kecamatan Kledung Sumber : Video Spedagi Bamboo Bike diakses dari https:/youtube.com/watch?v=BFQ9khK6rjl dan https:/youtube.com/watch?v=wRTjZN76Nwe Kayu jati Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang tersedia di Kabupaen Temanggung. Kayu ini merupakan kayu yang memiliki karakterisitik serat dan tekstur yang indah. Selain itu kayu ini termasuk dalam kayu dengan kelas awet I, II, dan kelas kuat I,II, serta terbukti tahan terhadap jamur, rayap, dan serangga. Karakteristik tersebut membuat kayu ini menjadi pilihan utama masyarakat sebagai material bangunan terutama material struktur utama. Batu bata Kabupaten Temanggung memiliki deposit tanah liat yang cukup tersedia sebagai bahan baku utama batu bata dan genteng, sehingga banyak masyarakat yang mendirikan industri – industri pembuatan batu bata dan genteng tanah liat. Batu bata yang diproduksi meliputi batu bata biasa dan batu bata ekspose. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan. Pemanfaatan batu bata sebagai bahan penutup dinding merupakan suatu pemanfaatan yang ekologis karena batu bata merupakan material yang mudah disederhanakan, mampu menyerap panas matahari dan meredam suara hujan dengan baik(sesuai dengan iklim setempat), dan mudah untuk ditemukan. commit to user 132 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar V – 36. Industri pembuatan batu bata masyarakat di kabupaten Temanggung Sumber : https://temanggungcity.wordpress.com/ dan http://www.bmtkarisma.com/ceritaperajin-genteng-medono-kebumen-pringsurat/ Batu kali Kledung merupakan daerah yang berada di lereng gunung, sehingga batu kali merupakan sumber daya alam yang banyak tersedia di daerah ini. Masyarakat sekitar sejak dahulu sudah memanfaatkan batu kali ini untuk membuat jalan trasah,pondasi untuk menahan tanah (talut), dan dinding bangunan. Pemanfaatan batu kali sebagai jalan trasah merupakan suatu pemanfaatan material yang ekologis karena di antara celah – celah batu yang ditata terdapat banyak tanah yang mampu meyerap air, dan jika terjadi kerusakan tidak membutuhkan material baru karena cukup dibongkar dan ditata kembali. Sedangkan sebagai pondasi untuk menahan tanah batu gunung merupakan sebuah teknologi lokal yang telah diterapkan sejak lama oleh masyarakat, sehingga sudah teruji kekuatan dan ketahanannya. Gambar V – 37. Pemanfaatan batu kali sebagai jalan trasah di Kecamatan Kledung Sumber :Dokumentasi Penulis, 2015 Gambar V – 38. Pemanfaatan batu kali sebagai pondasi untuk menahan tanah yang berkontur di Kecamatan Kledung, dan sebagai dinding bangunan commit to user Sumber :Dokumentasi Penulis, 2015 133 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Batang dan ranting kopi Perkebunan kopi menghasilkan limbah batang dan ranting kopi. Limbah batang kopi dihasilkan dari peremajaan tanaman kopi yang sudah tua berumur diatas 15 tahun. Sedangkan ranting kopi dihasilkan dari pemotongan rutin cabang kopi. Selama ini ranting kopi hanya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan kayu bakar dan untuk batang kopi hasil peremajaan beberapa kalangan sudah memanfaatkannya sebagai meubel perabot rumah tangga. Kecamatan Kledung memiliki banyak perkebunan Kopi, sehingga banyak menghasilkan batang dan ranting kopi yang dapat dimanfaatkan. Gambar V – 39. Pemanfaatan batang kopi sebagai meubel perabot rumah tangga dan ranting kopi sebagai kayu bakar Sumber : http://lintasgayo.co/wp-content/uploads/2015/09/fr.jpg dan http://www.cendananews.com/2015/11/kayu-bakar-masih-diminati-masyarakat.html Polycarbonate Polycarbonate adalah suatu kelompok polimer termoplastik, mudah dibentuk dengan menggunakan panas. Salah satu bentuk tersebut adalah atap yang dapat dimanfaatkan sebagai atap kanopi, carpot, dan green house. Paranet Paranet merupakan atap yang tebuat dari jaring berwana hitam yang berfungsi sebagai penghalang cahaya matahari, paranet ini biasanya dimanfaatkan dalam sebagai pernaungan tempat penyemaian atau pembibitan tanaman Lantai tegel Lantai tegel merupakan lantai yang terbuat dari campuran bahan semen dan pasir beton. Lantai tegel tidak memerlukan bahan khusus untuk pemasangannya, dapat memberikan kesan sejuk pada ruangan, dan memiliki pori – pori sehingga tidaktomudah commit user pecah jika terkena panas. 134 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Perancangan massa bangunan dalam kawasan Agrowisata Kopi di Kledung ini akan menerapkan beberapa elemen bangunan yang telah dijelaskan sebelumnya. Penerpan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing – masing massa bangunan serta mengacu pada prinsip arsitektur ekologis. Bahan material penutup atap Sirap bambu terbuat dari bilah bambu dengan panjang sesuai ruas bambu yang digunakan. Atap sirap ini akan diterapkan pada massa bangunan penerima, seminar, café, cottage, restoran, mini pabrik, dan kantor pengelola. Pemilihan material ini dikarenakan bambu merupakan material yang sesuai dengan potensi, dan iklim setempat. Selain itu atap ini dapat dipasang pada atap dengan sudut yang hampir mendekati vertikal, karena beberapa massa bangunan memiliki kemiringan atap yang hampir mendekati vertikal. Gambar V – 40. Atap sirap bambu Sumber:https://books.google.co.id/books?id=L8c4eO0VHeMC&pg=PA91&lpg=PA9 1&dq=atap+sirap+bambu&source=bl&ots=1c0cVyeXs0&sig=S07rdIN2onX5gbbpxh w_d7HD5l8&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false Gambar V – 41. Pengaplikasian atap sirap bambu pada bangunan Sumber : https://www.facebook.com/KomunitasCintaBambu/ commit to user 135 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Polycarbonate sebagai material penutup atap pada massa bangunan pengeringan biji kopi. Pemilihan material ini dikarenakan bahan ini mampu menyerap panas dan menciptakan temperatur udara yang cukup tinggi pada malam hari. Gambar V – 42. Atap polycarbonate Sumber: https://www.pinterest.com/pin/374221050264339877/ Paranet sebagai material penutup atap pada bangunan penyemaian dan pembibitan tanaman kopi sehingga dapat mengontrol jumlah intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tanaman. Gambar V – 43. Atap paranet Sumber : http://www.paranet99.com/ Bahan material dinding Bahan material dinding akan menerapkan kombinasi batu kali dan batu bata ekspose yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Kedua bahan material ini merupakan salah satu potensi lokal sehingga mampu menonjolkan karakteristik daerah sekitar. Kombinasi material ini akan diterapkan pada seluruh massa bangunan dalam kawasan Agrowisata Kopi. Gambar V – 44. Penerapan kombinas batu alam dan batu bata sebagai elemen dinding Sumber : Dokumentasi commit to user Penulis, 2015 136 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bahan material penutup lantai Bahan material penutup lantai pada massa bangunan dalam kawasan Agrowisata Kopi ini akan menerapkan lantai tegel yang dapat memberikan kesan sejuk pada ruangan, dan memiliki pori – pori sehingga tidak mudah pecah jika terkena panas. Selain itu penerapan lantai tegel ini nantinya akan dikombinasikan dengan lantai dari kayu yang merupakan potensi daerah setempat. Gambar V – 45. Lantai tegel dan lantai kayu Sumber : http://ruangtamu.net/wp-content/uploads/2015/11/Lantai-tegel-kuno-belumdipoles.jpg dan http://hargaparket.com/category/harga-lantai-kayu/ Bahan material estetika. Bahan material estetika merupakan bahan material yang memanfaatkan limbah kopi seperti batang dan ranting kopi sebagai elemen eksterior dan interior untuk menonjolkan karakter Agrowisata Kopi. Gambar V – 46. Ranting dan batang pohon sebagai elemen estetika pada eksterior dan interior Sumber : https://www.pinterest.com/ commit to user 137 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5.4. ANALISA SIRKULASI DAN TATA LANSEKAP 5.4.1. Analisa Sirkulasi Analisa sirkulasi bertujuan untuk mendapatkan pola/sistem sirkulasi dalam site yang diperuntukkan bagi pejalan kaki maupun kendaraan bermotor. 5.4.1.a. Sirkulasi Kendaraan Analisa sirkulasi kendaraan bertujuan untuk menentukan area parkir dan sistem parkir pada Agrowisata Kopi dengan mempertimbangkan kondisi eksisting site yang berkontur, dan hasil dari analisa pencapaian. Area parkir pada Agrowisata kopi akan diletakkan di bagian utara dan selatan site sesuai dengan hasil analisa pencapaian, dimana main entrance berada di bagian utara site dan side entrance berada di bagian selatan site. Tabel V – 10. Tabel pola penataan parkir Pola Penataan Parkir Parkir paralel Keterangan Sirkulasi keluar masuk sulit Daya tampung kendaraan sedikit Parkir sudut 300 Efisien diterapkan di area parkir Sirkulasi keluar- masuk parkir mudah Daerah intensif Parkir sudut 450 Parkir sudut 600 Efisien diterapkan di area parkir Sirkulasi keluar- masuk cukup baik Sering digunakan pada wilayah dengan tempat parkir sempit Parkir sudut 900 Arah balik yang kuat dari kendaraan yang penting Digunakan pada keadaan tempat yang sangat sempit dibanding dengan tempat parkir Efisien diterapkan di area parkir Sirkulasi keluar- masuk baik Daerah dan tempat parkir relatif sempit Jenis yang umum digunakan Sumber : Neufert, Ernst. Data Arsitek Edisi 33 Jilid 2, 2002 commit to user 138 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan pola penataan parkir di atas dengan mempertimbangkan kondisi eksisting site yang berkontur maka pola penataan parkir yang akan diterapkan adalah parkir sudut 900 yang saling berhadapan dan 450. Pola penataan parkir ini dipilih untuk memudahkan pengguna kendaraan dalam memarkirkan kendaraannya dan menghemat tempat parkir yang nantinya secara tidak langsung dapat mengurangi cut and fill. 5.4.1.b. Sirkulasi pejalan kaki Analisa sirkulasi manusia bertujuan untuk menentukan sistem sirkulasi bagi pejalan kaki dalam kawasan Agrowisata Kopi dengan mempertimbangkan hasil analisa tata massa dan kebutuhan masing – masing pengguna (pejalan kaki). Tabel V – 11. Tabel Alternatif Sistem Sirkulasi Tipe Sistem Sirkulasi Sistem Linear Keterangan Jalur lurus yang dapat menjadi elemen pengatur utama bagi serangkaian ruang. Sistem Radial Jalur – jalur linear yang memanjang dari atau berakhir di sebuah titik pusat bersama. Sistem Spiral Jalur tunggal yang menerus berawal dari sebuah titik pusat, bergerak, melingkar, dan semakin lama semakin jauh darinya. Dua jalur sejajar yang berpotongan pada interval – interval regular dan menciptakan area ruang berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang. Sistem Grid Sistem Jaringan Jalur – jalur yang menghubungkan titik – titik yang terbentuk di dalam ruang Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, 1996 commit to user 139 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan sistem pola sirkulasi di atas dengan mempertimbangkan pola tata massa yang menyebar dalam site maka sistem sirkulasi yang akan diterapkan adalah sistem jaringan. Dimana sirkulasi sistem jaringan dapat menguhubungkan masing – masing massa yang menyebar dengan fleksibel, santai, dan tidak kaku. Dalam pola sirkulasi ini nantinya akan terdapat tangga dan ramp untuk menghubungkan kontur yang berbeda. Gambar V – 47. Tangga dan ramp yang terdapat di Kampung Gajah Bandung Sumber :Dokumentasi Penulis, 2015 5.4.2. Analisa Tata Lansekap Analisa tata lansekap bertujuan untuk mendapatkan tata lansekap yang terdiri dari elemen lunak (softscape), elemen keras (hardscape), dan street furniture yang sesuai dengan kebutuhan dalam perancangan Agrowisata Kopi di Kledung Kabupaten Temanggung berdasarkan prinsip arsitektur ekologis. Analisa ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan yang keseluruhannya mengacu pada prinsip arsitektur ekologi, pertimbangan tersebut yaitu: Mempertahankan kondisi lahan yang berkontur Keberadaan sungai kecil yang melalui site Potensi vegetasi yang ada di dalam dan sekitar site View di luar dan dalam site Berdasarkan pertimbangan tersebut maka didapatkan hasil tata lansekap yang terdiri dari elemen lunak (softscape),elemen keras (hardscape), dan street furniture yang akan diterapkan, yaitu : Memanfaatkan potensi vegetasi yang ada dalam site terutama pohon kopi, commit baru to user cemara, dan menambah vegetasi yang terdapat di sekitar site, yang 140 perpustakaan.uns.ac.id ditata berdasarkan digilib.uns.ac.id fungsinya untuk tanaman hias, groundcover, mengarahkan angin (penghawaan alami), dan barier dari panas matahari. Potensi Pohon cemara di kiri dan kanan sungai yang dapat dimanfaatkan Potensi Tanaman Kopi yang dapat dimanfaatkan Gambar V – 48. Potensi tanaman kopi dan pohon cemara dalam site yang akan dimanfaatkan secara maksimal Sumber :Analisa Penulis, 2015 Gambar V – 49. Potensi tanaman hias yang terdapat di sekitar site Sumber :Dokumentasi Penulis, 2015 Memperbaiki kondisi sungai kecil yang masih banyak terdapat sampah dan menata daerah resapan di sekitarnya, sehingga pada saat musim hujan air dapat mengalir dengan lancar. Gambar V – 50. Kondisi sungai kecil yang melalui site yang membutuhkan perbaikan Sumber :Dokumentasi Penulis, 2015 commit to user 141 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menggunakan material batu kali yang disusun sebagai perkerasan sirkulasi di dalam site. Gambar V – 51. Perkerasan sirkulasi batu kali Sumber : https://www.pinterest.com/ Menggunakan material kayu sebagai signage (petunjuk arah), tempat duduk, lampu, dan tempat sampah Gambar V – 52. Elemen street furniture berupa bangku, lampu taman, dan signage Sumber : https://www.pinterest.com/ 5.5. ANALISA STRUKTUR Analisa struktur bertujuan untuk mendapatkan sistem struktur stabil yang akan diterapkan pada bangunan di kawasan Agrowisata Kopi. Sistem struktur ini dibagi menjadi tiga sistem utama, yaitu sub structure, super structure, dan upper structure. Agrowisata kopi yang direncanakan merupakan kawasan agrowisata yang commit to user bangunan yang direncanakan menerapkan prinsip arsitektur ekologis, sehingga 142 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id harus peka terhadap kondisi site yang berkontur. Kondisi site tersebut membutuhkan adanya solusi untuk menghindari terjadinya cut and fill yang berlebihan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah struktur rumah panggung. Penerapan struktur rumah panggung selain dapat menghindari terjadinya cut and fill yang berlebihan juga dapat memaksimalkan penyerapan air ke dalam tanah yang nantinya bermanfaat terhadap keberlangsungan kawasan Kledung sebagai kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya (sebagai daerah resapan air) dan kawasan lindung geologi. Struktur rumah panggung ini akan diterapkan pada beberapa massa bangunan di kawasan Agrowisata Kopi. Gambar V – 53. Bangunan dengan struktru rumah panggung Sumber : https://www.pinterest.com/pin/313563192779392815/ dan http://1.bp.blogspot.com/GZU2_l64Utw/U13nPHFqcRI/AAAAAAAAAU0/WpzzNwjOYzo/s1600/1.jpg Berdasarkan prinsip arsitektur ekologis yang telah dijelaskan, pemilihan ketiga sistem struktur ini akan dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu : Kesesuaian dengan daya dukung tanah pada lahan site yang berkontur Kesesuaian dengan hasil analisa pengolahan bentuk bangunan dan ketinggian bangunan yang direncanakan Kesesuaian dengan potensi material setempat Kesesuaian dengan struktur rumah panggung Kemudahan pemasangan saat konstruksi 5.5.1. Sub structure Sub structure merupakan bagian struktur yang berhubungan dengan tanah secara langsung dan mempunyai sistem kerja meneruskan beban dari upper structure ke dalam tanah. commit to user 143 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel V – 12. Tabel jenis pondasi Pondasi Dalam Pondasi Setempat (titik) Pondasi Menerus Merupakan pondasi Merupakan pondasi yang Pondasi yang dipasang di bawah kolom dipasang di bawah yang memiliki utama memiliki kedalaman seluruh panjang kedalaman lebih dari 6 1,5 – 4 m dinding bangunan meter dari permukaan Jenis pondasi ini antara lain pada kondisi tanah tana asli baik dan pondasi setempat beton, yang Jenis pondasi ini antara pondasi foot plat, pondasi memiliki kedalaman lain : pondasi tiang setempat kayu, pondasi antara 0.8 – 1.2 pancang, pondasi sumur dari setempat batu kali, pondasi meter bor. setempat batu gunung, dan permukaan tanah asli Biasanya digunakan pondasi sumuran Jenis pondasi ini pada bangunan high Biasanya digunakan pada antara lain pondasi rise bangunan bertingkat antara 2 batu kali, pondasi batu bata, dan hingga 4 lantai pondasi beton Sumber : Kuliah RSBG 3,2013 Bangunan yang direncanakan pada kawasan Agrowisata Kopi merupakan bangunan massa jamak dengan ketinggian maksimal 2 lantai dan terletak di kondisi tanah keras yang dangkal. Berdasarkan kondisi tersebut, dari ketiga jenis pondasi yang telah dijelaskan sebelumnya maka pondasi yang sesuai adalah pondasi setempat. Selain sesuai, penggunaan pondasi tersebut juga dapat memperkecil pengaruh terhadap lingkungan karena tidak perlu menggali tanah terlalu dalam untuk pemasangannya. Pada lahan yang berkontur penerapan pondasi setempat sangat tepat karena jika terjadi goncangan dan pergerakkan tanah maka pondasi tersebut akan bergerak mandiri tanpa mempengaruhi pondasi yang lain, sehingga tidak mengakibatkan patahan pada struktur pondasi. Selain menerapkan pondasi setempat, pada kawasan Agrowisata Kopi yang akan direncanakan juga akan menerapkan tembok penahan tanah(talut) yang dibuat dari bahan batu kali untuk menstabilkan kondisi tanah pada daerah yang berkontur sebagai perlindungan terhadap tanah longsor. 5.5.2. Super structure Supper structure merupakan struktur yang terletak di atas sub structure yang terdiri dari balok, kolom, dan dinding. commit to user 144 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel V – 13. Tabel Jenis Super Structure Struktur Rangka Memadukan antara kolom (unsur vertikal), dan balok (unsur horizontal) Mudah pelaksanaanya dan dapat diterapkan pada berbagai jenis bangunan Dapat dikombinasikan dengan struktur yang lain Shear Wall System Core Wall Memiliki keterbatasan Berfungsi sebagai inti tinggi bangunan bangunan Mudah dalam Memiliki kekakuan pelaksanaan dan dalam menahan angin relatif lebih ekonomis dan gaya yang diakibatkan oleh gempa Dapat dikembangkan menjadi core wall Pelaksanaan yang relatif lebih lama Sumber : Kuliah RSBG 3,2013 Bangunan yang direncanakan berada di daerah tropis sehingga diutamakan penggunaan bahan bangunan dan konstruksi yang ringan dan terbuka untuk memaksimalkan pemanfaatan pencahayaan, penghawaan alami, dan mendukung struktur rumah panggung yang akan diterapkan pada beberapa massa bangunan. Berdasarkan kondisi tersebut struktur rangka dengan balok dan kolom merupakan struktur yang tepat untuk diterapkan. Struktur tersebut memiliki karakterisik cukup ringan, fleksibel dalam pembagian ruang, pembuatan bukaan, dan mampu menahan gema serta getaran. Struktur rangka yang akan digunakan adalah struktru rangka kayu jati, dan beton. Sedangkan material elemen dinding yang akan digunakan adalah material batu bata, dan batu kali yang merupakan potensi daerah setempat. 5.5.3. Upper structure Upper structure merupakan struktur paling atas dari suatu bangunan. Terdapat beberapa alternatif struktur atap yang dapat diterapkan pada bangunan, yaitu: Struktur rangka baja Struktur beton bertulang Struktur rangka kayu/bambu Beberapa massa bangunan di dalam kawasan Agrowisata Kopi membutuhkan bentang yang cukup luas untuk mewadahi aktivitas dan menerapkan struktur rumah panggung oleh karena itu dibutuhkan struktur atap yang kuat dan ringan. Salah satu struktur atap yang kuat dan ringan yang dapat commit to user 145 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diterapkan pada bangunan di kawasan Agrowisata Kopi adalah struktur rangka atap dari material beton dan kayu. Penerapan struktur atap yang ringan juga mendukung struktur rumah panggung yang akan diterapkan pada beberapa massa bangunan. Sedangkan untuk material penutup atap yang akan digunakan merupakan material penutup atap yang ringan, sesuai dengan kondisi iklim setempat, potensi setempat, dan sesuai dengan fungsi masing – masing bangunan. 5.6. ANALISA UTILITAS 5.6.1. Analisa Sistem Jaringan Air Bersih Analisa sistem jaringan air bersih merupakan analisa yang dilakukan untuk mendapatkan sistem pengadaan air bersih pada kawasan dan massa bangunan di Agrowisata Kopi Kledung. Analisa ini dilakukan berdasarkan pertimbangan ketersediaan air bersih dalam kawasan. Lokasi site terpilih berada di kawasan yang belum dijangkau oleh PDAM sehingga masyarakat sekitar masih menggunakan sumur pompa untuk mendapatkan air bersih. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengadaan air bersih pada kawasan dan massa bangunan di Agrowisata Kopi akan menggunakan sumur pompa kemudian ditampung ke dalam bak tampung air yang di letakkan di daerah barat site yang memiliki kontur tertinggi dalam site, sehingga pendistribusian air akan menggunakan sistem gravitasi (mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah). Dari bak tampung tersebut air akan didistribusikan ke kawasan langsung. SUMUR POMPA BAK PENAMPUNGAN Distribusi Gambar V – 54. Skema sistem Jaringan Air Bersih 5.6.2. Analisa Sistem Jaringan Air Kotor dan Drainase Air Hujan Analisa sistem jaringan air kotor dan drainase air hujan merupakan analisa yang dilakukan untuk mendapatkan sistem pembuangan, pengelolaan air kotor, dan drainase air hujan dalam kawasan Agrowisata Kopi Kledung. Analisa ini commit to user dilakukan dengan dengan pertimbangan terjaganya sumber air di dalam tanah 146 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan sistem pengelolaan yang tidak mengganggu kesehatan, lingkungan, penciuman, dan visual. 5.6.2.a. Analisa sistem jaringan air kotor Air kotor berupa kotoran metabolisme dari setiap bangunan lavatory yang terdapat dalam kawasan, dan lavatory yang terdapat dalam setiap bangunan cottage. Air kotor ini akan dialirkan keluar bangunan melalui pipa- pipa menuju ke bak air kotor yang terdapat dalam setiap zona. Kemudian dari bak tersebut air kotor akan dialirkan menuju bak control, bak lemak, dan septictank yang kemudian dialirkan menuju sumur resapan yang teradapat di daerah timur site (kontur terendah dalam site). Di sekitar site tidak terdapat riol kota sehingga semua pembuangan akhir disalurkan ke peresapan. Jika suatu saat septictank penuh, dapat disediakan mobil tinja. Air kotor (grey water) berupa pembuangan air bekas mandi dan cuci akan dialirkan ke sistem pengolahan air limbah melalui pipa saluran pembuangan. Selanjutnya air tersebut disalurkan ke kolam yang berisi tanaman perumpung, pandan air, pakis air, dan kangkung. Di bawah kolam tersebut masih ada lapisan ijuk, dan kerikil pasir sebagai penjernih alami. Selanjutnya air serapan yang telah bersih akan ditampung dalam sebuah kolam berisi ikan sebagai indikator jernih dan sehatnya air. Setelah itu air dapat digunakan untuk menyiram tanaman,flushing toilet, dan air untuk hydrant. GREY WATER KOLAM PENGOLAHAN POMPA Distribusi Gambar V – 55. Skema sistem jaringan air kotor (grey water) 5.6.2.b. Drainase air hujan Drainase air hujan merupakan pengelolaan air hujan dari atap setiap bangunan dan site dalam kawasan Agrowisata Kopi. Pengelolaan drainase air hujan dari atap setiap bangunan akan disalurkan melalui talang untuk commit to user diserapkan ke tanah. Sedangkan pengelolaan drainase air hujan dari site 147 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diresapkan ke tanah melalui lahan yang tidak tertutup bangunan, dan diresapkan ke tanah melalui lubang – lubang biopori yang terdapat di sekitar site agar sumber air di dalam tanah tetap terjaga. AIR HUJAN DARI SITE RUANG TERBUKA HIJAU LUBANG BIOPORI Gambar V – 56. Skema sistem drainase air hujan 5.6.3. Analisa Limbah Kopi Analisa limbah kopi merupakan analisa limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kopi berupa limbah cair dan limbah padat (kulit buah kopi dan kulit kering kopi). Analisa ini dilakukan dengan dengan pertimbangan pemanfaaatan kembali limbah kopi untuk mengurangi pencemaran lingkungan sekitar. Limbah cair yang mengandung tingkat keasaman tinggi berupa air bekas pencucian dan fermentasi kopi akan disalurkan dari bak pencucian dan fermentasi ke bak pengolahan biogas. Selanjutnya gas hasil pengolahan ini akan didistribusikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar dalam kawasan Agrowisata Kopi. BAK PENCUCIAN & FERMENTASI BAK PENGOLAHAN BIOGAS Distribusi Gambar V – 57. Skema sistem pengolahan limbah cair kopi Limbah kulit buah kopi akan ditampung pada penampungan sementara yang diletakkan di dekat massa bangunan pengolahan kopi. Kemudian limbah ini akan dimanfaatkan sebagai bahan baku amelioran tanah alami yang berfungsi untuk meningkatkan daya dukung tanah yang nantinya bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman kopi. Amelioran ini dibuat dari kulit kopi segar (90% b/b) yang telah dicampur dengan 10% (b/b) bubuk bahan mineral berupa 50% zeolit dan 50% fosfat alam, diproses dengan cara commitpasta. to user penghalusan sampai membentuk 148 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Limbah kulit kopi kering akan ditampung pada penampungan sementara yang berbeda dengan penampungan sementara limbah kulit buah yang diletakkan di dekat massa bangunan pengolahan kopi. Limbah ini nantinya dapat diolah sebagai pengganti briket batu bara. 5.6.4. Analisa Sistem Jaringan Listrik Analisa sistem jaringan listrik merupakan analisa yang dilakukan untuk memperoleh sistem jaringan listrik yang digunakan di kawasan Agrowisata Kopi Kledung. Analisa ini dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan bagi pengguna dan lingkungan sekitar. Sumber jaringan listrik utama dalam kawasan Agrowisata Kopi Kledung adalah jaringan listrik yang berasal dari PLN yang didukung oleh genset. Apabila terjadi kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN, maka akan diganti dengan menggunakan sistem standby emergency power (SEB) dari genset. Selain itu diterapkan pula solar lamp sebagai alternatif penerangan di malam hari dalam kawasan. 5.6.4.a. Instalasi untuk penerangan Instalasi yang mendistribusikan energi listrik untuk seluruh jaringan penerangan, yaitu : Penerangan bangunan menggunakan listrik yang didistribusikan dari PLN/Genset. Penerangan kawasan yang merupakan penerangan menggunakan solar lamp yang mampu menangkap energi matahari dan menyimpan energi tersebut dalam baterai kemudian menggunakan nya sebagi penerangan di malam hari. 5.6.4.b. Instalasi untuk power Instalasi yang mendistribusikan listrik untuk alat - alat elektronik, pompa, dan sebagainya. commit to user 149 perpustakaan.uns.ac.id GENSET digilib.uns.ac.id PLN METERAN PANEL TRAFO CONVERTER BATERAI SEKRING Distribusi Gambar V – 58. Mekanisme panel listrik dari sumber PLN 5.6.5. Analisa Sistem Pembuangan Sampah Analisa sistem pembuangan sampah merupakan analisa yang dilakukan untuk memperoleh sistem pembuangan sampah yang efektif pada bangunan dan kawasan Agrowisata Kopi sehingga tidak mencemari lingkungan. Tempat pembuangan sampah dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik yang akan diletakkan dalam setiap massa bangunan dan jalur sirkulasi. Setiap hari sampah – sampah tersebut akan diangkut dengan truk sampah menuju TPA untuk sampah anorganik sedangkan sampah organik akan diolah menjadi kompos yang berguna untuk pemupukan perkebunan kopi. SAMPAH ORGANIK SAMPAH ANORGANIK TEMPAT SAMPAH ORGANIK TEMPAT SAMPAH ANORGANIK PENGOLAHAN KOMPOS TRUK SAMPAH TPA Gambar V – 59. Skema sistem pengolahan sampah Sampah dedaunan yang berasal dari tanaman di kawasan Agrowisata Kopi akan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam lubang biopori yang tersebar dalam kawasan yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai kompos untuk menyuburkan tanaman. 5.6.6. Analisa Sistem Jaringan Kebakaran Analisa sistem jaringan kebakaran merupakan analisa yang dilakukan untuk memperoleh sistem penanggulangan dari bahaya kebakaran pada bangunan dalam kawasan Agrowisata Kopi Kledung. Analisa ini dilakukan berdasarkan commit to user 150 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pertimbangan keamanan pengguna, kemudahan penggunaan alat, dan kecepatan evakuasi. Terdapat tiga sistem penanggulangan kebakaran yang dapat digunakan dalam bangunan, yaitu: Penanggulangan kebakaran dengan pendeteksian menggunakan smoke/heat detector yang terhubung dengan fire alarm junction box. Di setiap detector dilengkapi sensor untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran, sehingga ketika smoke/heat detector mendeteksi adanya asap dan panas akan secara otomatis membunyikan alarm dan mengaktifkan sprinkler. Penanggulangan kebakaran dengan cara pemadaman dengan menempatkan alat pemadaman kebakaran seperti APAR (Alat Pemadaman Api Ringan), hydrant indoor, dan hydrant outdoor yang diletakkan di tempat yang strategis. Penanggulangan kebakaran dengan cara evakuasi pengguna bangunan saat terjadi kebakaran melalui jalur – jalur evakuasi yang jelas. Berdasarkan pertimbangan dan dari tiga sistem penanggulangan maka terdapat dua sistem penanggulangan yang akan diterapkan dalam Agrowisata Kopi, yaitu: Penanggulangan kebakaran dengan cara pemadaman dengan menempatkan APAR ditempat yang strategis (mudah dilihat dan dijangkau) pada setiap massa bangunan terutama pada bangunan pengolahan kopi yang memiliki resiko kebakaran tinggi. Selain itu juga akan ditempatkan hydrant indoor dan hydrant outdoor. Penanggulangan kebakaran dengan cara merencanakan jalur-jalur evakuasi yang jelas. 5.6.7. Analisa Sistem Keamanan Analisa sistem keamanan merupakan analisa yang dilakukan untuk mendapatkan sistem keamanan dalam kawasan Agrowisata Kopi. Terdapat beberapa sistem keamanan yang dapat diterapkan, yaitu : commit to user 151 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CCTV (Closed Circuit Television) CCTV merupakan alat yang dapat digunakan untuk memonitor keadaan dan kegiatan dalam suatu kawasan/bangunan. CCTV dapat bekerja selama 24 jam atau sesuai kebutuhan dan dapat menanyangkan ulang setiap gambar pada posisi waktu yang diinginkan.Peralatan untuk CCTV berupa kamera, monitor televisi, kabel coaxial, timelaps video recorder, dan ruang kontrol yang dilengkapi monitor-monitor yang diletakkan pada tempat yang tersembunyi dan tidak mudah diketahui. Terdapat tiga jenis kamera CCTV yang dapat diterapkan pada bangunan/kawasan, yaitu: Kamera CCTV berdasarkan jenis output berupa kamera CCTV analog yang mengirimkan continous streaming video melalui kabel coaxial dan kamera CCTV digital yang mengirimkan discrete streaming video melalui kabel UTP. Kamera CCTV Digital umumnya dilengkapi dengan IP Address. Dengan adanya IP, kamera bisa dapat langsung di akses melalui jaringan LAN/WAN tanpa harus menggunakan tambahan converter. Kamera CCTV berdasarkan lokasi penempatan berupa indoor camera yang ditempatkan di dalam bangunan, umunya berupa Dome (Ceiling) Camera, Standard Box Camera, dan outdoor camera yang ditempatkan di luar bangunan dan memiliki casing yang dapat melindungi kamera terhadap hujan, debu, maupun temperatur yang extreme. Umumnya berupa Bullets camera yang telah dilengkapi dengan Infra Red Led (Infra Red Kamera). Kamera CCTV berdasarkan mekanisme kontrol berupa Motorized Camera CCTV yang dilengkapi dengan motor untuk menggerakan sudut pandang ataupun fokus secara remote, dan Fixed Camera CCTV yang sudut pandang dan fokusnya harus di atur secara manual pada saat instalasi. commit to user 152