PERANCANGAN MESIN BENDING DENGAN TENAGA HIDROLIK Skripsi Disusun Oleh : HENGKI TRIO ANTONI NIM. 003201405003 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK PRESIDENT UNIVERSITY 2018 i PERANCANGAN MESIN BENDING DENGAN TENAGA HIDROLIK Skripsi Disusun Oleh : HENGKI TRIO ANTONI NIM. 003201405003 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK PRESIDENT UNIVERSITY 2018 ii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : HENGKI TRIO ANTONI NIM : 003201405003 Program Pendidikan : Strata Satu (S1) Program Studi : Teknik Mesin Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah kami buat dengan judul: “Perancangan Mesin Bending dengan Tenaga Hidrolik” adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar dan skripsi belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun. Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian hari ternyata kami memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim skripsi yang telah kami buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, kami bersedia diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan kami dari Universitas Presiden dicabut/dibatalkan. Bekasi, Maret 2018 Yang menyatakan, HENGKI TRIO ANTONI iii LEMBAR PENGESAHAN Nama : HENGKI TRIO ANTONI NIM : 003201405003 Program : Strata 1 Program Studi : Teknik Mesin Judul Skripsi : Perancangan Mesin Bending dengan Tenaga Hidrolik Telah di periksa dan di setujui untuk di ajukan serta di pertahankan dalam ujian komprehensif guna memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Presiden. Bekasi, Maret 2018 Dosen Pembimbing Nanang Ali Sutisna M.Eng iv LEMBAR PERSETUJUAN PERANCANGAN MESIN BENDING DENGAN TENAGA HIDROLIK SKRIPSI Oleh : HENGKI TRIO ANTONI 003201405003 Pembimbing ( Nanang Ali Sutisna M.Eng ) Mengetahui Ketua Prodi Teknik Mesin (Dr. Lydia Anggraini, ST, M.Eng ) TEKNIK MESIN PRESIDENT UNIVERSITY 2018 v SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : HENGKI TRIO ANTONI NIM : 003201405003 Program Pendidikan : Strata Satu (S1) Program Studi : Teknik Mesin Dengan ini memberikan ijin kepada pihak Universitas Presiden Hak Bebas Royalti NonEksklusif atas karya ilmiah kami yang berjudul : “Perancangan Mesin Bending Pipa dengan Tenaga Hidrolik”. Pihak UNIVERSITAS PRESIDEN berhak menyimpan, mengelola, mendistribusikan, atau mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai penulis/pencipta karya ilmiah tersebut. Kami bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak UNIVERSITAS PRESIDEN, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah kami. Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya. Bekasi, Maret 2018 Yang menyatakan, HENGKI TRIO ANTONI vi MOTTO Kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan rencana-NYA adalah yang terbaik dari semua yang mempunyai rencana. vii ABSTRAK Dalam dunia industri yang perkembangannya semakin pesat ini dan munculnya alat – alat yang membantu pengerjaan di dunia industri khususnya di bidang workshop fabrikasi. Mesin bending pipa mengunakan tenaga hydroulic dan motor sangat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan sehari – hari khususnya saat pengerjaan bending. Mengunakan tenaga manual saat proses pengerjaan bending selain menguras tenaga dan meningkatnya loss time saat proses pengerjaan menjadi faktor utama dibuatnya mesin bending mengunakan tenaga hydroulic dan motor. Disamping proses pengerjaannya yang relative lebih singkat dari pada mengunakan tenaga manual juga dilihat dari segi safety proses saat pengerjaan. Mesin bending mengunakan tenaga hydroulic dan motor penggerak lebih safety dan mengurangi terjadinya kecelakan kerja dan ikut mengkampanyekan zero accident di lingkuan kerja khususnya PT. Hankook Tire Indonesia. Selain mengunakan motor pengerak juga dibantu oleh inventer dan contaktor yang berfungsi sebagai pengatur laju maju dan mundurnya roller. Sehingga proses pengerjaan fabrikasi menjadi lebih akurat dan presisi tergantung jenis material yang akan dikerjakan. Kata kunci : Bending mesin hydroulic, inventer, contaktor, safety, saving cost. viii ABSTRACT In this rapidly growing industrial world and the emergence of tools - tools that help workmanship in the industrial world, especially in the field of fabrication workshops. Pipe bending machine using hydrolic and motor power is very helpful in completing the daily work - especially when the appeal Using manual power during bending process in addition to exhausting and increasing loos time when the process is the main factor making bending machine using hydrolic power and motor. Besides the process of workmanship is relatively shorter than the use of manual labor is also seen in terms of process safety during workmanship. Bending machine using hydolic power and motor driving more safety and reduce the occurrence of work accidents and participate in campaigning zero accident in the work environment, especially PT. Hankook Tire Indonesia. In addition to using the motor crushers are also assisted by inventer and contributor that serves as a regulator of the rate of forward and reverse roller. So that the process of fabrication becomes more accurate and precision depends on the type of material to be worked on. Keywords : Bending mesin hydrolic, inventer, contaktor, safety, saving cost. ix KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Perancangan Mesin Bending Pipa dengan Tenaga Hidrolik”. Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan Strata Satu UNIVERSITAS PRESIDEN. Tentunya penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang sangat besar sekali sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun non materiil sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan, terutama kepada : 1. Ibu Dr. Lydia Anggraini ST, M.Eng, Selaku Kepala Program Studi Teknik Mesin Universitas President. 2. Bapak Nanang Ali Sutisna M.Eng, Selaku Dosen Pembimbing, yang telah menyediakan waktu dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam penyusunan penulisan skripsi ini. 3. Seluruh Dosen dan Staff Universitas President yang telah membantu penulis selama penulis berkecimpung di dunia akademik. 4. Orang tua yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, semangat, motivasi,nasehat dan do’a kepada penulis. 5. Risma Setiani S.kom, (Istri) yang tidak lelah memberikan dukungan, semangat motivasi kepada penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penyusunan Skripsi. 7. Engineering Team PT. HANKOOK TIRE INDONESIA x Kepada beliau – beliau, kami tidak dapat membalas kebaikan semua, selain semoga amal kebaikan dibala oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin. Mengingat keterbatasan kemampuan diri penulis, penulis sadar bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua yang membaca, terutama untuk perkembangan teknologi informasi dikalangan akademis, praktisi, serta masyarakat umum. Bekasi, Maret 2018 Penulis xi DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................iv LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................ v SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...............................................vi MOTTO ............................................................................................................................ vii ABSTRAK ....................................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ......................................................................................................... x BAB I ................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah............................................................................................... 2 1.3. Batasan Masalah .................................................................................................... 3 1.4. Tujuan dan Manfaat .............................................................................................. 3 1.5. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 4 BAB II .................................................................................................................................. 5 DASAR TEORI ................................................................................................................... 5 2.1. Pengertian Bending ............................................................................................... 5 2.2 Deformasi plastis ................................................................................................... 5 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Bending ........................................................ 6 2.3.1 Ketebalan Material ......................................................................................... 6 2.3.2 Metode Bending ............................................................................................. 6 2.3.3 Ukuran Material ............................................................................................. 6 2.3.4 Peralatan Pendukung ...................................................................................... 6 2.4. Prinsip Kerja Mesin Bending ................................................................................ 7 2.5. Analisa Bahan ....................................................................................................... 9 2.5.1. Baja Paduan Berdasarkan Komposisi ............................................................ 9 2.5.2. Baja Paduan Berdasarkan Struktur .............................................................. 10 2.5.3. Baja Paduan Berdasarkan Penggunaan ........................................................ 10 2.5.4. Pengaruh Unsur Carbon Terhadap Baja ...................................................... 11 xii 2.6. Faktor Keamanan ................................................................................................ 13 2.7. Hidrolik ............................................................................................................... 14 2.7.1. Hukum – Hukum Dasar Hidrolik ..................................................................... 14 BAB III .............................................................................................................................. 17 METODOLOGI PENELITIAN......................................................................................... 17 3.1. Diagram Alir ....................................................................................................... 17 3.1.1. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 18 3.1.2. Pengumpulan Data ....................................................................................... 18 3.1.3. Membuat Konsep Desain ............................................................................. 18 3.1.4. Analisa Perancangan .................................................................................... 18 BAB IV .............................................................................................................................. 20 ANALISA PERANCANGAN MESIN BENDING .......................................................... 20 4.1 Desain mesin bending ......................................................................................... 20 4.1.1 Keterangan Komponen – Komponen Mesin bending .................................. 22 4.2. Cara Kerja Mesin Bending .................................................................................. 23 4.3. Analisa Bahan ..................................................................................................... 23 4.3.1. Analisa Bahan Rangka Mesin ...................................................................... 24 4.3.2. Analisa Bahan Poros .................................................................................... 25 4.3.3. Analisa Bahan Roller ................................................................................... 26 4.4. Analisa Komponen – Komponen Mesin Bending............................................... 27 4.4.1. 4.5. Analisa Gaya yang Dibutuhkan ................................................................... 27 Analisa Tegangan Pada Poros ............................................................................ 33 4.5.1. Analisa Tegangan Tekan Pada Poros ........................................................... 33 4.5.2. Analisa Tegangan Geser Pada Poros ........................................................... 35 4.6. Analisa Tegangan Pada Roller ........................................................................... 37 BAB V ............................................................................................................................... 40 KESIMPULAN dan SARAN ............................................................................................ 40 5.1. Kesimpulan.......................................................................................................... 40 5.2. Saran .................................................................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 41 xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Deformasi plastis....................................................................................... 5 Gambar 2.8a Prinsip kerja mesin bending ( 1 ) .............................................................. 7 Gambar 2.8b Prinsip kerja mesin bending ( 2 ) .............................................................. 7 Gambar 2.8c Prinsip kerja mesin bending ( 3 ) .............................................................. 8 Gambar 2.8d Prinsip kerja mesin bending ( 4 ) .............................................................. 8 Gambar 2.8e Prinsip kerja mesin bending ( 5 ) .............................................................. 8 Gambar 2.6.1.1 “ Hukum pascal “ Tekanan di alirkan ke segala arah dan sama besar .... 14 Gambar 2.6.1.2 Pipa U Untuk menentukan massa jenis ................................................... 15 Gambar 4.1 Desain mesin bending ............................................................................. 20 Gambar 4.3.1 Rangka mesin bending ........................................................................... 24 Gambar 4.3.2 Poros ....................................................................................................... 25 Gambar 4.3.3 Roller ...................................................................................................... 25 Gambar 4.4.1 (1) Analisa Gaya yang dibutuhkan ......................................................... 26 Gambar 4.4.1 (2) Analisa Gaya yang dibutuhkan ......................................................... 28 Gambar 4.4.1 (3) Hollow bar 50mm x 50mm .............................................................. 29 Gambar 4.4.1 (4) Gaya yang terjadi pada material ........................................................ 31 Gambar 4.5 Spesifikasi Poros .................................................................................... 32 Gambar 4.5.1 Gaya yang terjadi pada poros L1 ............................................................ 32 Gambar 4.5.2 Gaya yang terjadi pada poros .................................................................. 34 Gambar 4.6 Spesifikasi roller .................................................................................... 36 xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri yang perkembangan dan persaingannya semakin pesat, tentunya memerlukan alat-alat penunjang dalam proses produksi yang memadai untuk menyelesaikan perkerjaan dengan mudah khususnya di bagian workshop fabrikasi khususnya pada PT. Hankook Tire Indonesia (tempat penulis melakukan riset), dan untuk mempercepat pengerjaan waktu serta efesiensi biaya yang di keluarkan oleh perusahaan tersebut. Dengan proses pengerjaan penekukan (bending) secara manual tentunya akan menguras tenaga dan menimbulkan lost time yang sangat merugikan perusahaan. Karena proses pengerjaannya yang lama. dan di lihat dari segi safety kurang aman bagi operator yang mengerjakan tugas tersebut secara manual. Semakin majunya teknologi yang digunakan maka semakin cepat laju produksi yang dihasilkan oleh industri itu sendiri. Di samping mempengaruhi lebih cepat dan banyak hasil produksinya, juga produk yang dihasilkan lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dalam dunia industri seseorang dituntut untuk lebih aktif dan kreatif. Seseorang dituntut mampu memiliki kemampuan terhadap hasil produk untuk di inovasi. Guna tercapainya kemajuan dan perkembangan dalam industri itu sendiri. Untuk menghasilkan/membuat alat/mesin yang baru dirasa memang sulit. seseorang harus kreatif mampu mempunyai ide dan menuangkan gagasannya tersebut. Dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan efisiensi, maka di butuhkan sebuah alat penunjang yang bisa mempermudah, mempercepat proses pengerjaan 1 penekukan (bending) pada workshop fabrikan untuk hasil yang lebih akurat dan presisi. Pada umumnya alat mesin bending ini di gunakan untuk membengkokkan pipa dalam pembuatan kanopi (canopy), pagar tralis, jendela tralis, pintu tralis. Perancangan alat mesin bending pipa ini di khususkan hanya untuk mengerol material dengan ukuran maximum 50 x 50 mm. Karena dalam pengaplikasiannya tidak banyak di gunakan untuk membengkokkan satu lingkaran penuh. Misalnya dalam pembuatan kanopi (canopy) hanya membutuhkan ¼ lingkaran untuk membuat bagian rangka atapnya. Untuk itu penulis melakukan sebuah perancangan mesin bending pipa pada PT. Hankook Tire Indonesia, untuk mengatasi masalah yang ada pada proses penekukan (bending) pipa ini. Selain untuk mempermudah dan mempercepat dalam proses pengerjaan, hasil yang di dapat juga di harapkan lebih baik. Dalam pembuatan mesin bending pipa ini di butuhkan pemilihan bahan yang tepat, dan juga desain yang baik sehingga mesin ini mampu bekerja secara optimal. Serta pengoperasiannya sangat sederhana, agar semua operator dapat menggunakan mesin tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalah di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan yang ada, yaitu : Terjadinya loss time saat proses pengerjaan manual bending maka berinovasi membuat mesin bending auto. 2 1.3. Batasan Masalah Dari perumusan masalah di atas, batasan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Hanya membahas tentang perhitugan tenaga hidrolik yang dibutuhkan saat sedang melakukan proses bending. b. Membahas tentang kekuatan komponen – komponen mesin bending yaitu poros dan roller serta wiring diagram. c. Perancangan mesin bending sesuai kebutuhan yaitu proses bending material JIS G3101 : 1995 grade SS400 dengan spesifikasi 50 x 50 x 2500mm 1.4. Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin di peroleh dalan pembuatan perancangan mesin bending hidrolik ini adalah sebagai berikut : a. Dapat menghitung kapasitas mesin hidrolik yang dibutuhkan untuk menekuk material. b. Membuat rancangan mesin bending dengan tenaga hidrolik. Manfaat mesin bending hidrolik ini antara lain: a. Mempermudah dan mempercepat kinerja operator untuk mengoperasikan mesin bending dengan tenaga hidrolik ini, sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. b. Proses kerja lebih aman dan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja 3 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini sangat di butuhkan sehingga dapat mempermudah dalam penyelesaian penyusunan penulisan skripsi ini, Berikut adalah sistematika dalam penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULIAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini mejelaskan tentang mesin bending, macam – macam mesin bending, pengertian hidrolik, hukum – hukum hidrolik dan komponen – komponen mesin bending. BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan tentang diagram alir proses perancangan mesin bending. BAB IV PERANCANGAN MESIN BENDING Dalam bab ini menjelaskan tentang analisa material yang digunakan, perancangan kekuatan bahan yang dibutuhkan, perancangan design mesin bending, perancangan wiring diagram BAB V KESIMPULAN dan SARAN Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan secara keseluruhan dalam pembuatan laporan. Dan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya. 4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Bending Bending merupakan pengerjaan dengan cara memberi tekanan pada bagian tertentu sehingga terjadi deformasi plastis pada bagian yang diberi tekanan. Sedangkan proses bending merupakan proses penekukan menggunakan alat bending manual maupun menggunakan mesin. Pengerjan bending biasanya dilakukan pada bahan plat baja karbon rendah untuk menghasilkan suatu produk dari bahan plat. [1] 2.2 Deformasi plastis Perubahan bentuk pada benda saat diberi tekanan melebihi batas Yield strengthnya, sehingga mengakibatkan putusnya ikatan atom satu dengan yang lainnya sehingga benda tidak dapat kembali ke bentuk semula. [2] Gambar 2.2 Deformasi plastis 5 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Bending Faktor yang mempengaruhi dalam proses kerja bending adalah : a. Ketebalan material b. Metode bending c. Ukuran material d. Peralatan pendukung 2.3.1 Ketebalan Material Proses bending akan mengakibatkan penarikan pada sisi luar dan pengkerutan pada sisi dalam diameter kelengkungan. Ketebalan plat akan berpengaruh pada radius bending dapat dibentuk dan kemampuan material untuk dapat mengalami peregangan tanpa terjadi distorsi. 2.3.2 Metode Bending Prosedur atau metode yang tepat proses bending yang dilakukan sangat berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan. 2.3.3 Ukuran Material Material dengan ukuran besar apabila dilengkungkan dengan radius yang kecil akan mudah mengalami distorsi dibandingkan material dengan ukuran kecil dan radius bending yang besar. 2.3.4 Peralatan Pendukung Peralatan pendukung seperti alat ukur berfungsi sebagai media untuk melakukan pengecekan hasil bending, dan indikator tekanan untuk mengetahui seberapa besar tekanan yang diterima oleh material saat proses bending. 6 2.4. Prinsip Kerja Mesin Bending Dalam memahami kinerja dari mesin terlebih dahulu harus mengetahui dasar penggunaan dari mesin tersebut. Dasar penggunaan ialah tata cara atau prinsip kerja dalam pengoperasian dari suatu mesin. Prinsip kerja mesin bending ini pada awalnya adalah menempatkan pipa di atas roller 1. Gambar 2.8a prinsip kerja mesin bending ( 1 ) Kemudian material melewati roll 2 yang berada ditengah sampai berada di atas roll 3. Pada posisi ini material harus benar-benar berada di tengah dari roll 1 dan 3. Agar proses bending tidak cacat Gambar 2.8b prinsip kerja mesin bending ( 2 ) Selanjutnya poros geser diturunkan sampai menyentuh material dan diputar, sehingga terjadi bending di titik roll 2. 7 Gambar 2.8c prinsip kerja mesin bending ( 3 ) Gambar 2.8d prinsip kerja mesin bending ( 4 ) Ketika motor menyala dan putaran motor ditransmisikan ke inverter kemudian dari akan ditransmisikan ke poros melalui sprocket dan rantai. Ketika rantai pada poros berputar maka poros pun ikut berputar karena terpasang pasak pada gear dengan poros. Poros inilah yang memutar roller sehingga material akan bergerak dari kiri ke kanan. Bending yang terjadi di titik roll 2 akan terdistribusi pada tiap material, sehingga material akan melengkung akibat tekanan bending tersebut Gambar 2.8e prinsip kerja mesin bending ( 5 ) 8 Proses berakhir ketika ujung pipa tepat berada di atas roll 1 dan motor dimatikan. Kemudian motor dinyalakan lagi dengan arah putaran berlawanan, sehingga pipa akan bergerak dari kanan ke kiri. Langkah yang terkhir ini dilakukan agar hasil pengerollan lebih sempurna. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sampai bending pada pipa sesuai keinginan dan kegunaan. 2.5. Analisa Bahan Pada baja yang terdiri dari unsur karbon saja biasanya ada pula unsur-unsur lainnya yang ikut dalam baja, umumnya disebut baja paduan. Baja paduan ini terdiri dari kromium, mangan, silisium, nikel, wolfram, molibdin, titanium, vanadium, dan unsur- unsur lainnya.[3] Baja paduan dapat diklasifikasikan sesuai dengan : a . Komposisi b . Struktur c . Penggunaan 2.5.1. Baja Paduan Berdasarkan Komposisi Berdasarkan komposisi, baja paduan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Baja tiga komponen Terbentuk dari tiga unusr komposisi didalamnya seperti mangan, silisium, nikel, wolfram, b. Baja empat komponen Terbentuk dari tiga unusr komposisi didalamnya seperti wolfram, molibdin, titanium, vanadium 9 2.5.2. Baja Paduan Berdasarkan Struktur Berdasarkan strukturnya, baja paduan dapat diklasifikasikan sebagai berikut [2] : a. Baja Ferrite, terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu Cr, W, dan Si tetapi karbonnya rendah dan tidak dapat dikeraskan. b. Baja Pearlite, didapat jika unsur-unsur paduan relatif kecil maksimum 5% dan baja ini mampu dimesin, sifat mekaniknya meningkat oleh kekerasan. c. Baja Martensit, baja ini unsur pemadunya lebih dari 5%, sukar dalam proses pemesinan. d. Baja Autensit, terdiri dari 10% : 30 % unsur pemadu tertentu Ni, Mn dan Co misalnya baja tahan karat stainless steel, non magnetis dan baja tahan panas. e. Baja Ledeburit atau karbit, terdiri dari sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbit, yaitu Cr, W, Mn, Ti, Zr. 2.5.3. Baja Paduan Berdasarkan Penggunaan Berdasarkan penggunaannya baja dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yang pokok yaitu : a. Baja konstruksi, baja ini dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : baja paduan rendah, maksimum 2%, baja paduan menengah 2 % : 5% dan baja paduan tinggi lebih dari 5%. Persentase kadungan karbon baja konstruksi ini adalah lebih kurang 0,3% : 0,83% b. Baja perkakas, baja ini dipakai untuk alat pemotong, persentase kandungan karbonnya lebih kurang 0,84% : 2%. c. Baja dengan sifat fisik khusus, baja ini dipakai pada hal-hal yang khusus misalnya : baja tahan karat, baja tahan panas, baja tahan pakai suhu tinggi, paja paduan istimewa. 10 2.5.4. Pengaruh Unsur Carbon Terhadap Baja Sifat dari logam baja unsur-unsur yang dikandung akan mempengaruhi sifat keuletan dan kekerasan. Unsur-unsur untuk baja antara lain, nikel, phospor, silikon, mangan, kromium, molybdenum, vanadium, wolfram, belerang dan karbon. Unsur karbon (C) pada baja merupakan unsur utama yang terdapat dalam besi sehingga disebut baja. Unsur karbon dapat membuat baja menjadi keras dan rapuh. Sifat keras dan lunak unuk baja tergantung persentase karbon, semakin tinggi komposisinya semakin kuat dan rapuh, dan semakin rendah komposisinya baja akan semakin lunak dan elastis.[4] Baja karbon adalah suatu baja yang mengandung karbon sampai maksimum 2%. Baja karbon ini dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu [4] : a. Baja karbon rendah b. Baja karbon sedang ( medium ) c. Baja karbon tinggi ( HSC ) 2.5.4.1. Baja Karbon Rendah Baja karbon rendah (mild steel) mengandung karbon antara 0,008% - 0,3% C. Setiap satu ton baja karbon rendah mengandung 10 – 30 kg karbon. Baja karbon ini dalam perdangangan dibuat dalam bentuk plat- plat baja, baja strip dan baja batang atau profil. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja, maka baja karbon rendah dapat digunakan atau dijadikan baja-baja sebagai berikut : a. Baja karbon rendah yang mengandung 0,008 % - 0,10% C dijadikan baja-baja plat atau strip. b. Baja karbon rendah yang mengandung 0,05 % C digunakan untuk keperluan badan-badan kendaraan.Baja ini mempunyai kekuatan tarik kira-kira 40 kgmm-2. c. Baja karbon rendah yang mengandung 0,15% - 0,25% C digunakan untuk 11 kosntruksi jembatan, bangunan atau dijadikan baja-baja konstruksi. d. Baja karbon rendah yang mengandung 0,20% - 0,30% C digunakan untuk membuat baut-baut dan paku-paku keling atau untuk keperluan konstruksi. Baja karbon rendah ini mempunyai sifat yang mudah dikerjakan dengan mesin ataupun ditempa dan karena itu baja karbon ini disebut juga baja tempa atau baja mesin atau baja alat-alat perkakas. 2.5.4.2. Baja Karbon Sedang Baja karbon sedang ini mengandung karbon antar 0,30% - 0,60%C. Setiap ton baja karbon ini mengandung karbon antara 30 – 60 kg. Baja karbon ini banyak digunakan untuk keperluan alat-alat perkakas bagian- bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam baja, maka baja karbon ini dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut : a. Mengandung 0,40% C digunakan untuk keperluan industri kendaraan misalnya untuk bahan membuat baut-baut atau mur- mur, poros engkol, batang-batang torak atau poros-poros dan lain sebagainya. b. Mengandung 0,50% dipergunakan untuk membuat roda-roda gigi, martil, clamp (alat penjepit). c. Mengandung 0,55% - 0,60% C dipergunakan untuk membuat pegas- pegas. 2.5.5.3. Baja Karbon Tinggi Baja karbon ini mengandung karbon antara 0,70% - 1,30% (70 – 130 point) dan setiap 1 ton mengandung karbon antara 70 – 130 kg. Baja karbon ini banyak dipergunakan untuk pekerjaan – pekerjaan yang mengalami panas ( heat treartment). Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung di dalam baja, maka baja karbon ini dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut : 12 a. Mengandung kira-kira 0,95% C dipergunakan untuk keperluan pembuatan pegas-pegas, alat-alat perkakas seperti paron/landasan, palu/martil, gergaji, dan alat-alat/pahat-pahat potong. b. Mengandung karbon 1% - 1,5% dipergunakan untuk keperluan pembuatan kikir, pisau-pisau cukur, mata-mata gergaji dan bola-bola untuk bantalan bola. 2.6. Faktor Keamanan Faktor Keamanan (Safety factor) adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi agar perencanaan elemen mesin terjamin keamanannya dengan dimensi yang minimum. [6] Faktor Keamanan/ Safety Factor (sf) berdasarkan tegangan luluh adalah : a. sf = 1,25 – 1,5 : kondisi terkontrol dan tegangan yang bekerja dapat ditentukan dengan pasti b. sf = 1,5 – 2,0 : bahan yang sudah diketahui, kondisi lingkungan beban dan tegangan yang tetap dan dapat ditentukan dengan mudah. c. sf = 2,0 – 2,5 : bahan yang beroperasi secara rata-rata dengan batasan beban yang diketahui. d. sf = 2,5 – 3,0 : bahan yang diket e. sf = 3,0 – 4,5 : bahan yang sudah diketahui. Kondisi beban, tegangan dan lingkungan yang tidak pasti. 13 2.7. Hidrolik Sistem hidrolik adalah teknologi yang memanfaatkan fluida (zat cair) untuk melakukan gerakan segaris atau putaran. Dalam system hidrolik, fluida digunakan sebagai penerus gaya. Prinsip dasar hidrolik adalah jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala arah dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya (Hukum Archimedes). Bentuk sifat zat cair adalah menyesuaikan terhadap ruangan yang ditempatinya. Zat cair mempunyai sifat tidak dapat dikompresikan (incrompressible), beda dengan gas yang bisa dikompresikan. 2.7.1. Hukum – Hukum Dasar Hidrolik 2.7.1.1. Hukum Pascal Seorang ilmuan Francis bernama Pascal menemukan prinsip dasar tentang fluida yang ada kaitannya dengan cairan sebagai tenaga yang melipat gandakan gaya dan modifikasi gerakan-gerakan. Pascal mengatakan bahwa : “ Tekanan yang diberikan pada suatu fluida, akan diteruskan ke segala arah, bekerja dengan gaya yang sama besar pada luas yang sama dan bergerak kearah tegak lurus terhadap titik-titik mereka bekerja “ Gambar 2.6.1.1 “ Hukum Pascal” tekanan di alirkan ke segala arah dan sama besar 14 Tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas. Tekanan (P) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A). Maka dapat didefinisikan sebagai berikut : 𝑃= 𝐹 𝐴 ( N/m2 ) Dimana : P = Tekanan ( bar ) F = Gaya ( N ) A = Luas penampang ( m2 ) 2.7.1.2. Hukum Hidrostatik Hukum utama hidrostatik berbunyi : “ Tekanan hidrostatik pada sembarang titik yang terletak pada bidang mendatar di dalam wadah suatu jenis zat cair sejenis dalam keadaan seimbang adalah sama “ Gambar 2.6.1.2 Pipa U untuk menentukan massa jenis zat cair 15 Volume kecil fluida pada kedalaman tertentu dalam sebuah bejana akan memberikan tekanan ke atas untuk mengimbangi berat fluida yang ada di atasnya. Untuk suatu volume yang sangat kecil, tegangan adalah sama di segala arah, dan berat fluida yang ada di atas volume sangat kecil tersebut ekuivalen dengan tekanan yang dirumuskan sebagai berikut : Pℎ = ρ.g.h Dimana : Pℎ = Tekanan hidrostatik ( N/m2 ) ρ = Kerapatan fluida ( kg/m3 ) g = Percepatan grafitasi ( m/s2 ) h = Tinggi cairan fluida ( m ) 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Secara umum metodologi penelitian dalam merancang mesin bending ini di tunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini. Mulai Identifikasi masalah Pengumpulan data Membuat konsep desain Evaluasi Desain ? Ya Ya Analisa perancangan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian 17 3.1.1. Identifikasi Masalah Mesin bending manual yang masih mengunakan tenaga manusia memerlukan waktu yang cukup lama dan memakan biaya yang mahal, Hasil dari proses manual bending sangat jauh dari kata akurat. 3.1.2. Pengumpulan Data Sumber data – data yang diperoleh dari literatur yang bertujuan untuk menjawab permasalahan dan memudahkan mendapatkan informasi agar tercapainya sebuah tujuan 3.1.3. Membuat Konsep Desain Konsep desain yang dibuat harus memenuhi dengan standart material yang sudah ditetapkan dan mudah dalam pengaplikasiannya. Dari segi material yang digunakan serta kekuatan meterial yang digunakan..Dalam hal ini konsep desain mengunakan : a. Motor listrik sebagai motor pengerak b. Mengunakan tiga buah poros sebagai penopang roller c. Mengunakan inverter sebagai reducer motor listrik d. Mengunakan chain dan sproket sebagai transmisi putaran 3.1.4. Analisa Perancangan Proses kerja memerlukan suatu perencanaan yang benar-benar matang. Hal ini sangat penting guna menuntun dalam proses kerja, membatasi masalah-masalah apa saja yang perlu diselesaikan sesuai dengan perencanaan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.Perencanaan yang dibuat yaitu perencanaan yang lebih menekankan pada kekuatan pada komponen – komponen mesin bending , maka perlu diperhatikan halhal berikut : 18 a. Analisa bahan b. Analisa kekuatan poros c. Analisa kekuatan roller d. Desain mesin bending e. Analisa gaya yang dibutuhkan 19 BAB IV ANALISA PERANCANGAN MESIN BENDING 4.1 Desain mesin bending Desain mesin bending harus sangat diperhatikan, Selain dari pengalaman perhitungan dan analisis tehnik juga diperhatikan sebagai sarana refrensi. Walaupun dalam pengaplikasiannya nilai teoritik jarang di praktikan di lapangan.Desain mesin bending ditentukan dari pertimbangan sabagai berikut : a. Mengunakan tenaga motor listrik sebagai sumber penggerak mesin bending b. Mengunakan inverter sebagai reducer motor listrik dalam artian bila mengunakan inverter tenaga yang dihasilkan sama besar walaupun kecepatan motor listrik tersebut pelan. c. Mesin ini mengunakan tiga buah poros yaitu dua poros tetap dan satu poros geser yang di topang mengunakan bantalan poros ( block bearing ) serta mengunakan chain dan sprocket untuk mentrasmisikan putaran. d. Desain mesin bending ini mempunyai dimensi tinggi mesin 1000mm dan mempunyai lebar 800mm dan panjang 800mm. Dimensi mesin yang sangan aman bagi operator dan mudah ditempatkan dalam ruangan. e. Sangat mudah dalam maintenance dan penggantian suku cadang mesin bending Gambar : 4.1 Design mesin bending 20 Keterangan komponen mesin bending : Part No Part Name Qty Material 1 Frame 1 4 SS400 2 Frame 2 2 SS400 3 Frame 3 6 SS400 4 Frame 4 1 SS400 5 Frame 5 2 SS400 6 Frame 6 1 SS400 7 Top plate 4 SS400 8 Frame 7 1 SS400 9 Bottom plate 4 SS400 10 Chanel 1 SS400 11 Base plate ( UCP ) 2 SS400 12 Frame 8 1 SS400 13 Roller 3 S45C 14 Stopper 1 SS400 15 Poros tetap 2 S45C 16 Sprocket 3 SS400 17 Poros geser 1 S45C 18 UCP 6 - 19 Hydrolic 1 - 20 Motor 1 - 21 Bolt M6 x 30 2 - 22 Bolt M8 x 40 3 - 23 Bolt M10 x 80 2 - 24 Bolt M10 x 130 2 - 25 Bolt M14 x 60 2 - 26 Bolt M14 x 140 8 - 27 Chain 1 - 28 Electrical base 1 - 29 Handle 1 Set - Table 4.1 Keterangan komponen mesin bending 21 4.1.1 Keterangan Komponen – Komponen Mesin bending Komponen mesin bending dikelompokan menjadi beberapa komponent yaitu : a. Komponen utama b. Komponen pendukung c. 4.1.1.1 Komponen Utama Komponen utama adalah komponen yang berperan langsung saat melakukan proses bending yaiu : a. b. c. d. e. f. 4.1.1.2 Motor listrik Sprocket Poros tetap dan poros geser Roller Inverter Hidroulic Komponen Pendukung Komponen utama adalah komponen yang tidak berperan langsung saat melakukan proses bending yaiu : a. Rangka mesin b. Pengunci c. Handle 22 4.2. Cara Kerja Mesin Bending Dalam prosesnya mesin bending ini mengunakan motor listrik sebagai motor penggeraknya dan mengunakan sprocket dan chain untuk mentrasmisikan laju dari motor listrik. Serta mengunakan hidrolik sebagai sumber tekanan untuk membengkokan material. Mesin bending ini mempunyai kelebihan di control elektriknya yaitu mengunakan inverter sebagai pengatur putaran motor, selain sebagai pengatur putaran motor inverter juga sebagai control utama mesin bending ini. 4.3. Analisa Bahan Pemilihan bahan pada pembuatan mesin bending ini harus benar-benar diperhatikan. Pembuatan dengan bahan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik pula, dari segi kualitas. Komponen-komponen yang terdapat pada mesin bending ini cukup banyak. Pembahasan pemilihan bahan difokuskan pada komponen yang berpengaruh besar terhadap tingkat keamanan dan keawetan mesin. Material yang digunakan untuk proses bending adalah yang berbahan karbon rendah dimana mempunyai kandungan karbon < 0.3% Yang mempunyai sifat mudah berubah bentuk dan bagus untuk proses pengerjaan welding, forging, drilling, machining, cold drawing dan heat treating. Dalam proses bending mengunakan material standart JIS ( Japanese Industrial Standart ). JIS G3101 ( 1995 ) SS400 yang mempunyai yield strength 245 Mpa dan tensile strength 400 – 510 Mpa. [9] 23 4.3.1. Analisa Bahan Rangka Mesin Pada mesin bending pipa ini , rangka merupakan bagian/komponen yang vital dalam merancang mesin bending. Pemilihan bahan dasar rangka juga sangat berpengaruh terhadap hasil pembuatan alat/mesin pengerol pipa. Memilih bahan dasar yang baik dan kokoh merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Selain konstruksi rangka yang baik dan kokoh, bahan dasar rangka juga harus kuat dan mampu dikerjakan fabrikasi dan pemesinan. Berdasarkan pernyataan tersebut maka untuk bahan dasar rangka dipilih standard JIS G3101 Grade SS400 spesifikasi hollow bar 3mm x 100mm x 100mm. Gambar 4.3.1 Rangka mesin bending 24 4.3.2. Analisa Bahan Poros Poros adalah sebuah komponen dari mesin bending pipa yang berfungsi sebagai poros utama untuk memutarkan roller pada saat proses pengerolan pipa. Selain itu, poros juga berfungsi sebagai penahan beban pada saat proses pengerolan berlangsung, serta penahan tekanan pada saat dilakukannya proses pengerolan pipa. Bahan yang baik digunakan untuk membuat poros adalah : 1. Kuat ( mampu tekan ) 2. Ulet ( mampu puntir ) 3. Tidak mudah berubah bentuk 4. Mudah dalam pengerjaan pemesinan Gambar 4.3.2 poros Berdasarkan kriteria tersebut maka bahan poros dipilih standard JIS G4051 Grade SS45C [9] 25 4.3.3. Analisa Bahan Roller Pada mesin bending pipa terdapat sebuah komponen yang berperan penting terhadap proses pengerolan pipa. Komponen tersebut berupa roller yang berfungsi sebagai dudukan atau tempat pipa untuk proses pengerolan pipa. Dikarenakan berhubungan langsung dengan pipa pada saat pengerolan, maka untuk bahan dasar dari roller harus bersifat kuat dan ulet atau mampu puntir dan mampu tekan. Bahan yang baik untuk membuat roller mempunyai sifat antara lain : 1. Kuat ( mampu tekan ) 2. Ulet ( mampu puntir ) 3. Tidak mudah berubah bentuk 4. Mudah dalam pengerjaan pemesinan Gambar 4.3.3 roller Berdasarkan kriteria tersebut maka bahan poros dipilih standard JIS G4051 Grade SS45C [9] 26 4.4. Analisa Komponen – Komponen Mesin Bending 4.4.1. Analisa Gaya yang Dibutuhkan Gaya yang dibutuhkan untuk membengkokkan material benda kerja dapat di peroleh dari perhitungan di bawah ini. [7] Gambar 4.4.1 ( 1 ) Analisa gaya yang dibutuhkan σb = M b. I 1 h 2 Dimana : σb = Yield strength ( Mpa ) = Momen bending / lentur ( 𝑚2 ) MB b = Lebar material h = Tinggi material 27 σb = = = = = = M 1 h 2 1 b.h3 12 b. 1 1 1 1 F.� 2 L � . � 2 h � 1 b.h3 12 F.� 2 L � . � 2 h � 1 b.h2 12 1 1 F.� 2 L � . 2 1 b.h2 12 1 3 F.L b.h2 3 F.L b.h2 Karena b = h maka σb = σb = 3 F.L b3 Maka gaya yang dibutuhkan dapat dihitung dengan : F= σb . b3 3. L ……………………………………………………. ( Rumus 4.1 ) 28 Spesifikasi material yang akan dilakukan analisa adalah hollow bar, maka gaya yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus : Gambar 4.4.1 (2) Analisa gaya yang dibutuhkan σb = = M b. I 1 h 2 1 1 F.� 2 L � . � 2 h � I Maka gaya yang dibutuhkan dapat dihitung dengan : F= � σb . I 1 1 L�. � 2 2 h� …………………………………………. ( Rumus 4.2 ) 29 Spesifikasi material yang akan dilakukan analisa adalah hollow bar 50 x 50 x 2500mm (JIS G3101 – 1995 SS400 ). Maka gaya yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus 4.2 sebagai berikut: Gambar 4.4.1(3) Hollow bar 50mm x 50mm F= � σb . I 1 1 L�. � 2 2 h� Dimana : ℎ = 50 mm = 0,05 m 𝑏2 = 44 mm = 0.044 m 𝑏 = 50 mm = 0,05 m L = 2500 mm = 2,5 m σb = Yield strength = 245 Mpa = 245000000 N/m2 30 Momen inersia pada material : 1 I = ( 12 x b4 ) Itotal = I1 - I2 1 1 I1 = ( 12 x b4 ) 1 = ( 12 x 0,054 ) = 0,0000005187 m4 I2 = ( 12 x 𝑏2 4 ) 1 = ( 12 x 0,0444 ) = 0,0000003111 m4 I = I1 - I2 = 0,0000005187 – 0,0000003111 = 0,2076 x 10-6 𝑚4 Maka gaya yang dibutuhkan untuk membending material dapat di hitung mengunakan rumus ( 4.2 ) : F= 1 σb . I 1 � 2L�. � 2 h� Dimana : F = Beban / Gaya ( N ) σb = Yield strength = 245 Mpa = 245 x 106 N/m2 I = Momen Inertia ( m4 ) ℎ = Tinggi hollow bar ( m ) L = Jarak antar poros (m) 31 Gambar 4.4.1 (4) Gaya yang terjadi pada material Gaya yang terjadi pada material : F = F = � σb . I 1 1 L�. � 2 2 h� 245 x 106 N/m2 . 0,2076x 10−6 m4 1 . 2 1 0.4m x 2 . 0.05m F = 10175 N = 10175 N ≈ 1037,5 kgf = 1038 kgf ≈ 1,1 Ton 32 4.5. Analisa Tegangan Pada Poros Spesifikasi material yang digunakan adalah JIS G4051 grade S45C. [9] Gambar 4.5 Spesifikasi poros 4.5.1. Analisa Tegangan Tekan Pada Poros Analisa tegangan yang terjadi pada poros : Gambar 4.5.1 Gaya yang terjadi pada poros 𝐿1 Tegangan tekan dapat di hitung dengan : σt = F A 33 Dimana : d = 25mm = 0.025m L = 100mm = 0,1m F = 10175 N Yield strength = 343 Mpa = 343000000 N/m2 A = d . L1 = 0,025m . 0,1m = 0,025 m2 σt = 10175 N 0,025 m2 = 407000 N/m2 = 407000 N/m2 ≈ 0,407 Mpa = 0,407 Mpa Safety faktor adalah 2 maka tegangan ijin : σi = = σB v 343 Mpa 2 = 171,5 Mpa Poros aman terhadap tegangan tekan karena tidak melebihi dari tegangan ijin yang diijinkan σt < σi 34 4.5.2. Analisa Tegangan Geser Pada Poros Spesifikasi material yang digunakan adalah JIS G4051 grade S45C tegangan geser yang terjadi pada poros dapat di hitung dengan : tg = F A Gambar 4.5.2 Gaya geser yang terjadi pada poros Dimana : d = 25mm = 0.025m L = 190mm = 0,19m F = 10175 N ts = Shear strength = 171,5. Mpa = 171,5 x 106 N/m2 35 Dimana : π. d2 A= = 4 3,14x0,0252 4 = 0,0049 m2 Sehingga tegangan geser adalah : tg = = F A 10175 N 0,0049 m2 = 2.076.531 N/m2 = 2,1 Mpa Safety faktor adalah 2 maka tegangan ijin : ti = ts / v = 171,5 Mpa 2 = 85,75 Mpa Poros aman terhadap tegangan tekan karena tidak melebihi dari tegangan ijin yang diijinkan σt < σi 36 4.6. Analisa Tegangan Pada Roller Analisa Tegangan yang terjadi pada roller : Gambar 4.6 Spesifikasi roller Diketahui : D = 66 mm = 0,066 m r = 33 mm = 0,033 m π = 3,14 F = 10175 N MB = 2035 N/m Yield strength = 343 Mpa = 343000000 N/𝑚2 37 Tegangan tekan yang terjadi pada roller dapat cari dengan rumus : σt = MB . r 1 . 64 π . d4 1 . 64 3,14 . 0,0664 m 1 . 64 3,14 . 0,0664 m = 2035 N/m . 0,033 m = 2035 N/m . 0,033 m = = 2035 N/m . 33 0,015 . 3,14 . 664 67155 N/m 893711 = 0,075 N/m = 0,075 N/m ≈ 0,000000075 MPa = 0,000000075 MPa Safety faktor adalah 2 maka tegangan ijin : σi = = σB v 343 Mpa 2 = 171,5 Mpa Poros aman terhadap tegangan tekan karena tidak melebihi dari tegangan ijin yang diijinkan σt < σi 38 Dimana : σt = Tegangan tekan ( MPa ) MB = Momen bending / lentur ( N/m ) r = Jari – jari ( m ) d = Diameter spesimen ( m ) 39 BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan Pada perancangan dan pengamatan pada mesin bending pipa ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a . Berdasarkan data dan penelitian yang dilakukan pada material JIS G3101 : 1995 grade SS400 spesifikasi material yang dilakukan penelitian adalah hollow bar 50mm x 50mm x 2500mm dengan ketebalan 3mm dapat di bending dengan gaya 10175 N ( 1038 kgf ≈ 1,1 Ton ) b. Tegangan yang terjadi pada poros dan roller aman terhadap tegangan yang terjadi karena tidak melebihi dari tegangan ijin. Dengan demikian kontruksi yang dibuat dapat menahan beban yang terjadi. 5.2. Saran Saran untuk pengembangan pada mesin bending ini : a. Analisa kekuatan rangka mesin saat menerima tekanan saat terjadi proses bending b. Analisa daya motor yang dibutuhkan c. Improvement pada komponen – komponen mesin bending 40 DAFTAR PUSTAKA [1] https://en.wikipedia.org/wiki/Bending [2] Materials science and engineering : an introduction / William D. Callister, Jr.— 7th ed [3] Anonim.1993. ASM Handbook Volume 1: Properties and Selection: Irons, Steels, and High-Performance Alloys. ASM International. [4] Engineering Materials 2 An Introduction to Microstructures, Processing and Design Third Edition Michael F. Ashby and David R. H. Jones Department of Engineering, Cambridge University, UK [5] Sularso dan Suga, K. 2002. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita [6] Vidosic, J. P.: Machine Design Projects (New York: Ronald Press Co., c1957 [7] Strength Of Materials Fifth Edition William A. Nash, Ph.D and Merle C. Potter, Ph.D. [8] Buku Ajar Dasar Mekanika Fluida 2010, Adri Maldi Subardjah M.Sc [9] Handbook of Comparative World Steel Standart ( third edition ) Jhon E. Bringas [10] Fundamentals of Fluid Mechanics ( sixth edition ) Munson, Young, Okiishi, & Huebsch [11] Juhana, Ohan, dan Suratman, M. 2000. Menggambar Teknik Mesin dengan Standar ISO. Bandung: Pustaka Grafika. 41 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.6.1.1 ( https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pascal ) 2. Gambar 2.6.1.2 ( http://fisikazone.com/hukum-dasar-fluida-statis ) 42