LAPORAN EVALUASI PEMBELAJARAN PELAKSANAAN PENGUJIAN & ANALISIS BUTIR SOAL MATERI POLINOMIAL PADA SISWA KELAS XI MAN 1 KOTA MALANG Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Dosen Pengampu : Taufiq Satria Mukti, M.Pd Oleh: Munirotul Lailiyah 18190019 JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2020 A. Latar Belakang Suatu pendidikan tidak pernah terlepas dari proses belajar mengajar (PBM). Proses belajar mengajar ini bertujuan agar siswa memiliki hasil yang terbaik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dalam proses belajar mengajar (PBM) di suatu kelas pastinya terdapat satu komponen penting yang memegang peranan sentral di kelas tersebut yaitu adalah seorang guru. Berdasarkan UU RI No.14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen Bab I pasal 1 ayat 1 menegaskan bahwa “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.1 Maka dari itu sudah sepatutnya seorang guru memiliki tugas utama serta keahlian seperti yang dijelaskan diatas diantaranya adalah menilai dan mengevaluasi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan mengukur, menilai dan mengevaluasi memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan, dikarenakan kegiatan tersebut merupakan suatu siklus dimana dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana penerapan pendidikan telah terlaksana. Dalam pendidikan kegiatan pertama dalam mengevaluasi yaitu adalah menyusun instrument, terdapat bermacam-macam instrument atau alat evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. Instrumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua jenis yakni, tes dan non-tes. Tes dapat berbentuk lisan, tulisan maupun tindakan sedangkan non-tes dapat berbentuk observasi, wawancara, studi kasus, skala penilaian, check list dan inventory. Dan untuk penyusunan instrument tes dan non-tes guru perlu mengacu kepada pedoman penyusunan masing-masing jenis instrumennya. Hal tersebut bertujuan agar instrument yang disusun memenuhi syarat instrument yang baik. Biasanya intrumen tes didalamnya berisi butir-butir soal yang harus diujikan dan dijawab oleh peserta didik/siswa. Butir-butir soal tersebut 1 Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2011. Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia, hlm2. haruslah disusun, dikembangkan dan disesuaikan dengan pedoman seperti pada Kurikulum, Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator yang telah ditentukan oleh pihak sekolah maupun oleh pemerintah. Sampai saat ini masih banyak guru yang mengembangkan instrument tes namun belum memenuhi persyaratan tes yang ideal. Akibatnya butir soal yang digunakan tidak mengukur apa yang semestinya diukur dan tidak mencapai tujuan yang dari diadakannya tes tersebut, Maksud dari persyaratan ideal ini adalah bahwa instrument tes tersebut telah terstandar. Tes terstandar adalah tes yang sudah mengalami uji coba berkali-kali , direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat dikatakan cukup baik. Di dalam tes yang terstandar sudah dicantumkan: petunjuk pelaksanaan, waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup, dan hal-hal yang lain, misalnya validitas dan reabilitas.2 Di dalam instrumen tes terdapat berbagai bentuk butir soal diantaranya yaitu soal pilihan ganda dan soal uraian atau isian. Suatu soal dikatakan bermutu apabila mengikuti kaidah-kaidah dalam penulisan soal tersebut. Kaidah penulisan soal adalah petunjuk atau pedoman dalam penulisan soal, sehingga soal mampu menjaring informasi yang diperlukan dan berfungsi secara optimal. Kaidah-kaidah penulisan soal meliputi segi materi, konstruksi soal dan segi bahasa. Setelah dilakukan penyusunan instrument selanjutnya dapat dilakukan pengujian instrument yang telah disusun kepada peserta didik/siswa. Selanjutnya hasil pengujian instrument tersebut akan kita analisis mengenai butir soal pada instrument dan hasil kemampuan siswa. Analisis butir soal itu sendiri mencakup tingkat kesulitan atau kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pilihan jawaban. Dalam menerapkan kegiatan diatas mahasiswa melakukan evaluasi dalam dunia pendidikan secara nyata, yaitu mahasiswa melakukan pengujian instrument berupa pengujian soal mata pelajaran Matematika Peminatan kepada peserta didik kelas 11 MAN 1 Kota Malang serta melakukan penilaian dan menganalisis butir soal untuk mengetahui dan melatih bagaimana 2 Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, hlm 198-199 penerapan mahasiswa sebagai calon pendidik melakukan kegiatan evaluasi di dunia pendidikan. B. Tujuan 1. Bagi Mahasiswa Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa dalam membuat atau menyusun instrument sebagai alat evaluasi dalam pembelajaran serta diharapkan mahasiswa mampu menganalisis butir soal yang telah di ujikan dengan baik. 2. Bagi Siswa Untuk mengetahui apakah siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan sesuai dengan materi yang telah diterima. 3. Bagi Guru Pengampu Mata Pelajaran a. Untuk mengetahui apakah siswa menguasai materi pelajaran yang telah direncanakan sesuai dengan program pembelajaran. b. Untuk mengetahui adanya kesesuaian antara tes yang diuji cobakan dengan kondisi siswa sehingga hasil dari tes tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman guru dalam meningkatkan kualitas pengajarannya. 4. Bagi Pihak Sekolah Untuk memberikan informasi dan masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum sekolah yang diperoleh dari hasil pengujian dan hasil analisis intrumen tes yang telah dilakukan. C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Menambah wawasan dan pemahaman mengenai penyusunan instrumen tes, pengujian serta analisis butir soal yang sesuai kriteria tes baku dalam mengevaluasi siswa sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman di lapangan. 2. Bagi Siswa Dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan. 3. Bagi Guru Pengampu Mata Pelajaran a. Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas serta meningkatkan kemampuan guru untuk membuat soal tes yang dapat dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pencapaian siswa. b. Guru dapat membuat bank soal dari kumpulan soal-soal yang telah teruji kualitasnya. 4. Bagi Pihak Sekolah Memberikan masukan kepada guru dalam perbaikan kualitas mengenai instrument tes pada masa yang akan datang. D. Isi I. Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. II. Kisi-kisi Penulisan Soal KISI-KISI PENULISAN SOAL Satuan Pendidikan : MAN 1 KOTA MALANG Jumlah Soal : 15 Mata Pelajaran Ganda : Matematika Peminatan Bentuk Soal/Tes : Pilihan Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : Kelas : XI Penyusun : Kompetensi Dasar 3.4. Menganalisis keterbagian dan faktorisasi polinomial Materi Pokok Polinomial Indikator soal Kelompok 3 Butir Soal Tk. Kognitif 3. 4. 1 Siswa dapat menentukan derajat dan koefisienkoefisien tiap suku dari polinomial serta mengidentifikasi bentuk matematika yang merupakan polinomial. Diberikan polinomial berikut π(π₯) = 2π₯ 3 − π₯ 2 + 4π₯ − 1dan π(π₯) = 2π₯ 3 + π₯ 2 − 5π₯. Nilai koefisien dari variabelπ₯ berpangkat tertinggi dari π(π₯) − π(π₯) adalah … . A. −4 B. −2 C. 2 D. 4 E. 5 C4 3. 4. 2 Siswa menentukan dari Nilai polinomial 3π₯ 3 + 2π₯ 2 + π₯ + 5π₯ 0 untuk π₯ = −2 adalah … . C3 dapat nilai suatu Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator soal 3.4.4 Butir Soal Tk. Kognitif −18 −13 −28 18 13 polinomial dengan menggunakan cara substitusi dan skema. A. B. C. D. E. Siswa dapat menentukan hasil bagi dan sisa pembagian dari pembagian suku banyak oleh bentuk linear dan kuadrat dengan menggunakan teorema sisa. Polinom π(π₯) mempunyai sisa π₯ + 3 jika dibagi dengan (π₯ 2 − 4π₯ − 5). Sisa dari π(π₯) dibagi (π₯ − 5) adalah … . A. −3 B. −2 C. 0 D. 3 E. 8 C3 Sebuah polinom π(π₯) jika dibagi dengan (π₯ − 2) sisa 7, dan jika dibagi dengan (π₯ + 3) sisa 12. Sisa π(π₯) jika dibagi dengan (π₯ 2 + π₯ − 6) adalah ... . A. −π₯ + 13 B. −π₯ + 9 C. π + π D. π₯ − 7 E. π₯ + 13 C4 Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator soal Butir Soal Sisa dari sebuah polinom π(π₯) dibagi dengan (π₯ − 2)(π₯ − 3)adalah ... . A. (π₯ − 2)(π(3)) − (π₯ − 3)(π(2)) B. (π₯ + 2)(π(2)) − (π₯ + 3)(π(3)) C. (π₯ − 2)(π(3)) − (π₯ + 3)(π(2)) D. (π₯ − 2)(π(3)) + (π₯ − 3)(π(2)) E. (π₯ + 2)(π(3)) + (π₯ + 3)(π(2)) 3.4.5 3.4.6 Tk. Kognitif C3 Siswa dapat menentukan faktor linear dari polynomial dengan menggunakan teorema faktor. Jika salah satu akar dari π(π₯) = π₯ 4 + ππ₯ 3 − 6π₯ 2 + 7π₯ − 6adalah 2, maka akar linear lainnya adalah... . A. 3 B. 2 C. 0 D. −1 E. −3 C3 Siswa dapat mementukan akarakar persamaan polinomial Banyaknya akar-akar rasional bulat dari persamaan 4π₯ 4 − 15π₯ 2 + 5x + 6 = 0 adalah… . A. 3 B. −4 C. 5 C3 Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator soal Butir Soal Tk. Kognitif D. −3 E. 2 Jika salah satu akar persamaan 2π₯ 3 − 7π₯ 2 − 7x + 30 = 0 adalah 3. maka jumlah dua akar yang lain adalah…. . A. 1 B. 2 1 C. 2 C3 1 D. – 2 E. −1 Diketahui π(π₯) = 2π₯ 3 + ππ₯ 2 + ππ₯ + 6 dan β(π₯) = π₯ 2 + π₯ − 6 adalah faktor dari π(π₯). Nilai π yang memenuhi adalah ... A. −3 B. −1 C. 1 D. 2 E. 5 C3 Hasil kali akar-akar dari persamaan π₯ 3 − 3π₯ 2 + 4π₯ + 2 = 0 adalah... . C3 Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator soal Butir Soal Tk. Kognitif 1 A. − 2 B. 2 1 C. 2 D. −2 E. 1 Salah satu akar persamaan π₯ 3 − 3π₯ 2 − ππ₯ + 3 = 0 berlawanan dengan akar lainnya. Sehingga nilai π yang mungkin adalah... . A. −6 B. −1 C. 1 D. 2 E. 4 4. 4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan faktorisasi polinomial Polinomial 4. 4. 1 Siswa dapat menyelesaian operasi antar polinomial yang meliputi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian polinomial Diketahui π(π₯) = (π₯ − 3)2 dan (5π₯ + 7). Hasil dari (π₯). π(π₯) = ... . A. 5π₯ 3 − 23π₯ 2 + 3π₯ + 63 B. 5π₯ 3 −10π₯ 2 + 3π₯ − 63 C. 5π₯ 3 − 10π₯ 2 − 3π₯ + 63 D. 5π₯ 3 − 23π₯ 2 − 3π₯ − 63 E. 5π₯ 3 − 10π₯ 2 − 3π₯ − 63 C4 π(π₯) = C3 Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator soal Butir Soal Andi memiliki bak mandi yang berukuran 3π₯ m, (2π₯ + 4) m, dan (7π₯ + 1) π. Setiap kali ia mengisi bak, ibunya selalu memberinya upah 1000/πππ‘ππ. Akan tetapi, Andi belum pernah mengisi bak mandinya sampai penuh sehingga ia tidak tahu berapa jumlah upah yang di dapat jika ia berhasil mengisi bak mandi sampai penuh. Pada hari minggu besok, Andi ingin mengisinya sampai penuh, jika Andi berhasil maka berapa banyak upah yang akan ia dapatkan? A. −42000π₯ 3 + 90000π₯ 2 + 12000π₯ B. 42000π₯ 3 + 90000π₯ 2 − 12000π₯ C. 42000π₯ 3 − 90000π₯ 2 + 12000π₯ D. 42000π₯ 3 − 90000π₯ 2 − 12000π₯ E. 42000π₯ 3 + 90000π₯ 2 + 12000π₯ 4. 4. 2 Siswa dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan materi mengenai Salah satu faktor dari sukubanyak π(π₯) = 2π₯ 3 + ππ₯ 2 − 11π₯ + 6 yaitu (π₯ + 2). Faktor linear yang lain adalah … . A. (2π₯ + 1) Tk. Kognitif C4 C3 Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator soal pengertian polinomial, menentukan nilai polinomial, operasi antar polinomial, cara menentukan hasil bagi dan sisa pembagian dari pembagian polinomial oleh bentuk linear dan kuadrat dengan menggunakan teorema sisa dan cara menyelesaikan suatu persamaan polinomial dengan menentukan faktor linear menggunakan teorema faktor. III. Lampiran Hasil analisis butir dan kemampuan siswa. Butir Soal B. C. D. E. Tk. Kognitif (2π₯ + 3) (π₯ − 1) (π₯ − 2) (π₯ − 3) Jika 4 adalah salah satu akar persamaan π₯ 3 − 5π₯ 2 + 2π₯ + π = 0 dan π₯1 , π₯2 , danπ₯3 merupakan akar-akar dari persamaan tersebut, maka nilai dari π₯1 β π₯2 β π₯3 = … . A. −6 B. −7 C. −8 D. −9 E. −10 C4 PEMBAHASAN Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Salah satu komponen terpenting dalam proses pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan terancang guna membuat alternatif keputusan atas dasar pengukuran dan penilaian yang telah dilakukan. Sistem evaluasi juga harus mampu memberikan umpan balik kepada guru untuk terus menerus meningkatkan kemampuan peserta didik. Dalam evaluasi pendidikan baik tes maupun nontes, keduanya merupakan instrumen atau alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti. Ciri-ciri/karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi adalah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Inilah alasan mengapa alat evaluasi yang baik dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektivitas, (4) praktikabilitas, (5) daya pembeda, (6) taraf atau derajat kesukaran, (7) efektivitas option, (8) efisiensi.3 Dari semua segi yang disebutkan diatas hal tersebut terkait dengan analisis butir soal. Analisis soal sesungguhnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi soalsoal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek (tidak layak uji). Dengan analisis butir soal dapat diperoleh informasi tentang ketidaklayakan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan. Dalam analisis butir soal terdapat tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu taraf kesukaran (tingkat kesulitan), daya pembeda, dan efektivitas option (pilihan jawaban).4 a. Tingkat Kesukaran (Tingkat Kesulitan) Tingkat kesukaran (Tingkat Kesulitan) butir soal adalah pernyataan seberapa mudah atau seberapa sukar (sulit) sebuah butir soal tersebut bagi siswa yang berkaitan. Butir soal harus diketahui tingkat kesukarannya, karena setiap pembuat tes perlu mengetahui apakah soal itu termasuk kedalam tingkat soal yang sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari jawaban yang 3 4 M. Subana dan Sudrajat, 2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah , Bandung: Pustaka Setia, hlm 128. Suharsimi Arikunto, 2013, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Akasara, hlm 207. dihasilkan oleh siswa yang terkait. Semakin sedikit jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar soal tersebut, maka dapat dikatakan tingkat kesukaran (tingkat kesulitan) soal tersebut adalah tinggi atau dapat dikatakan soal tersebut termasuk soal yang sukar, begitupun sebaliknya. Untuk memperoleh kualitas soal yang efektif untuk mengukur hasil belajar yang baik adalah keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah perbandingan antara butir-butir soal yang termasuk kategori mudah, sedang dan sukar. Adapun bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran soal ini menunjukkan taraf atau tingkat kesukaran suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu sukar/sulit, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi symbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan seperti tabel berikut: Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran P Klasifikasi 0,00-0,30 Sulit / Sukar 0,31-0,70 Sedang 0,71-1,00 Mudah Untuk menghitung tingkat kesukaran pada butir soal digunakan persamaan sebagai berikut: P= π΅π π΅ Dimana: P = Proporsi (Indeks Kesukaran) Np = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar N = Jumlah seluruh siswa yang menjawab b. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pintar (berkemampuan rendah).5 Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar) berkisar antara -1,00 sampai +1,00. Akan tetapi pada indeks diskriminasi ini mengenal/ ada tanda negatif (-). Butir soal tes yang baik juga harus dapat menunjukan daya pembedanya. Soal dapat dikatakan baik mempunyai daya pembeda jika soal tersebut dapat dijawab oleh siswa berkemampuan tinggi dan tidak dapat dijawab oleh siswa berkemampuan rendah. Jika suatu soal dapat dijawab oleh siswa pintar maupun kurang, berarti soal tersebut tidak mempunyai daya beda, jika soal dapat dijawab oleh siswa yang berkemampuan rendah dan soal tidak bisa dijawab oleh siswa yang berkemampuan tinggi , berarti soal tersebut mempunyai daya pembeda negatif dan soal harus dibuang. Demikian juga jika soal tersebut tidak dapat dijawab oleh siswa pintar dan siswa kurang, berarti soal tersebut tidak baik sebab tidak mempunyai daya pembeda ataupun terdapat soal yang perlu perbaikan. Semakin tinggi indeks diskriminasi berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi serta semakin baik kualitas soal tersebut. Indeks Diskriminasi (angka yang menunjukkan daya pembeda) dapat diklasifikasikan seperti tabel berikut: 5 Arikunto, Op. Cit., hlm 213. Tabel 2. Klasifikasi Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi) D Klasifikasi (-) / Negatif Tidak baik/ harus dibuang ≤ 0,20 Perlu Perbaikan 0,21-0,30 Cukup Baik 0,31-1,00 Baik Untuk menghitung daya pembeda pada butir soal digunakan persamaan sebagai berikut : rpbs = Μ Μ Μ Μ −πΏπ Μ Μ Μ Μ πΏπ πΊπ«π Dimana : √ππ rpbs = Daya pembeda korelasi point (menggunakan biserial ) Μ Μ Μ Μ ππ = rata-rata benar Μ ππ Μ Μ Μ = rata-rata salah SDt = Standar Deviasi p = tingkat kesukaran. (q=1-p) c. Efektivitas Pilihan Jawaban Untuk mengetahui keefektifan tiap option (pilihan jawaban) soal dapat dilakukan dengan menghitung berapa banyak siswa yang memilih option tersebut. Selain itu dapat dilihat pengecoh mana yang berfungsi efektif, pengcoh mana yang tidak efektif, dan pengecoh mana yang menyesatkan. Jika ternyata lebih banyak siswa yang memilih suatu pengecoh tertentu dan hanya sedikit yang memilih kunci, maka ada kemungkinan penilai salah membuat kunci jawaban, dan mungkin pengecoh tersebut sebenarnya adalah kunci jawaban. Namun mungkin pula kuncinya sudah benar, tetapi pengecoh terlalu menarik untuk dipilih. Option yang merupakan jawaban yang benar disebut option kunci, sedangkan option lainnya disebut option pengecoh. Agar suatu option yang disajikan efektif harus diusahakan homogen (serupa), baik dari segi isi (materi), notasi, maupun panjangpendeknya kalimat pada option tersebut. Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, soal yang kurang baik pengecohnya akan dipilih tidak merata. Pengecoh berfungsi dengan baik apabila terdapat sekurang-kurangnya 5% siswa memilih jawaban tersebut.6 Semua pengecoh yang ada dalam butir soal harus ada yang memilih, dengan kata lain harus tersebar secara merata dan pengecoh ini harus berhasil menarik perhatian kelompok rendah. Rumus : π·= π΄ × 100% π Dimana : D = Tingkat Distraktor (pengecoh) A = Jumlah Siswa yang memilih opsi atau pilihan jawaban tersebut. N = Jumlah siswa seluruhnya. Kriteria: D ≥ 5% = Diterima karena sudah baik 5% > D > 0 = Revisi dengan ditulis kembali karena kurang baik. D=0 = Ditolak atau dibuang karena tidak baik d. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrument. Kevalidan tes dapat ditentukan dengan menggunakan rumus pearson product moment, yaitu sebagai berikut:7 ππ₯π¦ = πΣππ − (Σπ)(Σπ) √(πΣπ 2 − (π)2 )(πΣπ 2 − (Σπ)2 ) Dimana: ππ₯π¦ = Koefisien korelasi (validitas) N = Banyaknya subjek 6 Suharsimi Arikunto, 2013, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Akasara, hlm 220. 7 Anas Sudijono, 2008, Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 206. X = Skor pada subjek item n Y = Skor total subjek XY = Skor pada subjek item n dikalikan skor total Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5% jika rxy > r tabel maka item tersebut valid. 1) 0,90 ≤ rxy 1,00 = validitas sangat tinggi 2) 0,70 ≤ rxy < 0,90 = validitas tinggi 3) 0,40 ≤ rxy < 0,70 = validitas sedang 4) 0,20 ≤ rxy < 0,40 = validitas rendah 5) 0,00 ≤ rxy < 0,20 = validitas sangat rendah e. Reliabilitas Reliabilitas suatu tes adalah kemampuan suatu tes untuk memberikan hasil yang relative tetap bila digunakan pada waktu atau tempat yang berlainan. Semakin tinggi reliabilitas suatu tes , menununjukkan bahwa tes tersebut semakin tetap dalam mengukur kemampuan siswa, artinya tes tersebut memberikan hasil yang relative tidak berbeda apabila dilakukan tes pada subyek yang sama meskipun dalam waktu yang berbeda. Kriteria pensokaran reliabilitas soal adalah sebagai berikut: 1) 0,000 – 0,400 : Rendah artinya kurang baik 2) 0,401 – 0,700 : Sedang artinya cukup 3) 0,701 – 1,000 : Tinggi artinya baik. Menggunakan rumus : ππ = πΎ π(πΎ − π) (1 − ) (πΎ − 1) πΎ. ππ‘ 2 Dimana: K = jumlah soal M = mean atau rata-rata skor total St = varians total Hasil Analisis Instrument tes ini diujikan di kelas XI-MIPA 4 yang dilakukan melalui website game yaitu Quizizz. Setelah pengujian dilakukan, hasil tes kemudian dianalisis secara kuantitatif menggunakan program Microsoft excel untuk mengetahui tingkat kesukaran (kesulitan) butir soal, daya pembeda, efektivitas pilihan jawaban (option), validitas dan reabilitas. Dari hasil analisis kuantitatif pengujian di kelas XI-MIPA 4 MAN 1 Kota Malang didapatkan hasil sebagai berikut : a. Tingkat Kesulitan (tingkat kesukaran) Dari hasil analisis instrument tes untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Tingkat Kesulitan Tingkat Kesulitan Nomor Soal Frekuensi 0,00-0,30 (Sulit/Sukar) 3 dan 13. 2 0,31-0,70 (Sedang) 1, 2, 11, 12, 14, dan 15. 6 0,71-1,00 (Mudah) 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. 7 Jumlah 15 Pada Tabel 1 terlihat bahwa sebagian soal berada pada kategori soal yang mudah yaitu pada butir nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya adalah siswa telah memahami materi yang diberikan oleh guru sehingga siswa dapat menyelesaikan soal tersebut dan membuat soal tersebut masuk kedalam kategori mudah. Selanjutnya butir soal nomor 1, 2, 11, 12, 14, dan 15 dikategorikan sedang dikarenakan sebagian siswa dapat menyelesaikan soal tersebut akan tetapi jawaban mereka masih kurang tepat hal ini mungkin disebabkan karena siswa tidak atau belum belajar dengan maksimal. Sisanya butir soal nomor 3 dan 13 masuk kedalam kategori sulit atau sukar. b. Daya Pembeda Berdasarkan penghitungan hasil daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hasil Daya Pembeda Daya Pembeda (D) (-) atau negatif (Tidak Nomor Soal Frekuensi - 0 ≤ 0,20 (Perlu Perbaikan) 3 1 0,21- 0,30 (Cukup Baik) 13 dan 14 2 baik/ Harus dibuang) 0,31- 1,00 (Baik) 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 15. Jumlah 12 15 Pada Tabel 2 ditunjukkan terdapat 12 butir soal yang dapat dikategorikan mempunyai daya pembeda yang baik sehingga 12 butir soal tersebut dapat diterima tanpa perbaikan. Hal ini menunjukkan bahwa 12 butir soal tersebut dapat membedakan antara siswa yang berada pada kelompok tinggi atau yang telah memahami materi dengan siswa yang berada pada pada kelompok bawah atau yang belum memahami materi. 2 butir soal dikategorikan mempunyai daya pembeda yang cukup baik sehingga 2 butir soal tersebut dapat diterima dengan perbaikan. 1 butir soal dikategorikan mempunyai daya pembeda soal yang perlu perbaikan sehingga 1 butir soal tersebut perlu pembahasan dan perlu diperbaiki. Serta tidak terdapat soal yang tidak baik atau harus dibuang. c. Efektivitas Pilihan Jawaban Berdasarkan penghitungan hasil efektivitas pilihan jawaban dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Terdapat beberapa pilihan jawaban (option) pada butir soal yang perlu diganti atau direvisi yaitu pada butir soal 1, 4, 5, 8, 10, 11,12, 14,dan 15. Sebelebihnya efektivitas pilihan jawaban sudah berfungsi dengan baik. Jadi terdapat 2 butir soal yang seluruh pilihan jawabannya (option) dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat diterima dan terdapat 9 butir soal yang sebagian pilihan jawabannya (option) tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga 9 butir soal perlu direvisi. Serta 10 butir soal yang option nya ditolak. Tabel 3. Hasil Efektivitas Pilihan Jawaban Kesimpulan Butir 1 2 3 4 5 Revisi 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 A Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Revisi B Baik Baik Baik Ditolak Ditolak Baik Baik Revisi Baik Baik Baik Revisi Baik Revisi Baik C Baik Baik Baik Revisi Baik Baik Baik Ditolak Revisi Ditolak Baik Ditolak Baik D Revisi Baik E Baik Baik Baik Ditolak Baik Ditolak Baik Baik Baik Baik Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Baik Baik Baik Baik Revisi Baik Baik Baik Baik Baik Ditolak Baik Ditolak Revisi Baik d. Kaitan Jumlah Ketuntasan Dengan Analisis Butir Soal Terdapat keterkaitan antara jumlah ketuntasan atau KKM dengan analisis butir soal yang dilakukan yaitu dalam penilaian seringkali penguji membuat instrument penilaian tanpa melalui analisis butir soal. Sehingga menyebabkan banyak siswa yang merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan, hal ini akan berdampak pada nilai ataupun ketuntasan bagi siswa dikarenakan nilai kecil atau kurang dari KKM. Hal ini terjadi karena adakalanya soal yang dibuat oleh penguji terdapat kata-kata atau pun symbol yang kurang dipahami oleh siswa. Maka dari itu analisis butir soal ini sangat diperlukan dalam pembuatan instrument penilaian karena akan berdampak atau berpengaruh pada hasil ketuntasan siswa juga. Apabila instrument yang penguji buat berkualitas baik maka peluang ketuntasan siswa juga akan semakin besar dikarenakan instrument telah melalui analisis butir soal. Jangan hanya siswa yang disalahkan ketika mereka tidak mencapai ketuntasan yang ditetapkan akan tetapi penguji juga perlu mengetahui apakah terdapat sebab lain yang menyebabkan siswa tidak tuntas , bisa jadi ketidak tuntasan siswa tersebut salah satunya bisa disebabkan oleh kualitas soal yang kita berikan kurang baik sehingga siswa susah untuk memahami soal yang di ujikan. Maka dari itu analisis butir soal juga berkaitan dengan jumlah ketuntasan siswa. e. Validitas Dari hasil pengolahan data di lampiran, diketahui terdapat 13 butir soal dinyatakan valid dan 2 butir soal lainnya tidak valid yaitu pada butir soal nomor 3 dan 14. Hal ini dikarenakan r hitung > r tabel, dimana penulis menggunakan taraf signifikan r tabel sebesar 0,01 atau 1% maka r tabelnya adalah sebesar 0,2826. Apabila menggunakan r tabel sebesar 0,05 atau 5% maka terdapat 12 butir soal yang valid dan 3 butir soal yang tidak valid. f. Relabilitas Dari hasil pengolahan data yang dilakukan oleh penulis untuk mengetatahui tingkat keajegan atau ketetapan soal , didapatkan data bahwa soal tersebut memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,72833982. Sesuai dengan criteria pensokaran reliabilitas soal , bahwa apabila hasil perhitungan reliabilitas berada diantara koefisien 0,701 – 1,000 maka termasuk ke dalam tingkat reliabilitas tinggi yang artinya reliabilitas soal tersebut adalah baik. Hal ini menunjukkan bahwa soal yang diujikan tersebut memiliki hasil pengukuran yang ajeg atau tetap,sehingga dapat dikatakan dapat dipercaya (reliable). KESIMPULAN Berdasakan hasil analisis butir soal ujian mata pelajaran Matematika Peminatan kelas XI MIPA 4 MAN 1 Kota Malang yang terdiri dari tingkat kesulitan (kesukaran), daya pembeda, efektivitas pilihan jawaban,validitas dan reabilitas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kualitas butir soal dapat dilihat dari tingkat kesulitan (kesukaran). Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 2 butir soal yang termasuk dalam soal yang sukar/sulit, 6 butir soal tergolong dalam soal sedang dan 7 butir soal yang tergolong dalam soal mudah. 2. Kualitas butir soal dapat dilihat dari daya pembeda, disimpulkan bahwa hasil penghitungan daya pembeda dengan bantuan program ms. Excel menunjukkan dalam 15 butir soal yang diujikan terdapat 1 butir soal yang daya pembedanya jelek sehingga butuh perbaikan, 2 butir soal memiliki daya pembeda soal yang cukup baik, dan 12 butir soal memiliki daya pembeda soal yang baik. 3. Kualitas butir soal dapat dilihat dari efektivitas pilihan jawaban (option), menunjukkan bahwa ada option yang termasuk dalam criteria soal yang berfungsi baik yaitu terdapat 2 butir soal sehingga 2 butir soal tersebut diterima sedangkan terdapat 9 butir soal yang tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu direvisi serta terdapat 10 butir soal yang option nya ditolak. 4. Kualitas butir soal dapat dilihat dari tingkat validitas, butir soal dalam bentuk pilihan ganda dinyatakan valid berjumlah 13 butir soal . 5. Kualitas butir soal dilihat dari tingkat reliabilitas dalam bentuk pilihan ganda yang telah dianalisis menunjukkan angka 0,72833982. Dengan demikian 15 butir soal dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2013, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Akasara. Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2011. Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia. Sudrajat dan E Sudjana, 2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah , Bandung: Pustaka Setia. Sudijono Anas, 2008, Pengantar Statistika Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.