Uploaded by User66329

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN NURUL

advertisement
MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN
MODEL – MODEL PERTUMBUHAN DAN MODEL DISTRIBUSI
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK IV PENDIDIKAN EKONOMI
NAMA : ANNI SORAYA
NELMI
NURUL MAWADDAH
TOTONAFO KRISTIAN MENDROFA
DOSEN PEMBIMBING : ARMANSYAH LUBIS,S.E,.M.M
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN (IPTS)
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang Model – Model Pertumbuhan dan Model
Distribusi yang merupakan tugas mata kuliah Pembangunan Ekonomi oleh
Bapak Pembimbing Armansyah Lubis,S.E,.M.M. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
wssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. ii
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... iii
1.3. Tujuan .............................................................................................. iii
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Model – Model Pertumbuhan ........................................................ 1
2.2. Model Distribusi ............................................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 16
3.2. Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian
dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan
nasional. Para ekonom dan politisi dari semua negara, baik negara-negara kaya
maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran,
semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi
(economic growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu
mengumpulkan
data-data
statistiknya
yang
berkenaan
dengan
tingkat
pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan
munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. “Pengejaran
pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara
di dunia dewasa ini. Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program
pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggirendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian
pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara
luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha
mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut.
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu
pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya
pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat,
meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan
pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan
jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
ii
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja model-model pertumbuhan itu ?
2. Apa saja model Distribusi itu ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui model-model pertumbuhan itu
2. Untuk mengetahui model distribusi
iii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Model-Model Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai seorang mahasiswi ekonomi, tentu kita tidak akan asing dengan
nama-nama Adam Smith, Davis Ricardo, Arthur Lewis, dan lain sebagainya. Kali
ini saya mem-posting matei mengenai model-model pertumbuhan ekonomi,
dimana para ekonom klasik dan modern saling mengemukakakn pendapat mereka
mengenai model-model atau ukuran-ukuran bahwa suatu negara dikatakan telah
tumbuh. Materi ini biasanya akan muncul bagi teman-teman yang berada pada
jurusan Ilmu Ekonomi. Sayajuga menambahkan foto-foto dari para ekonom
tersebut, dengan tujuan agar kita sebagai seorang mahasiswa/i ekonomi mengnal
para ekonom sebelmnya, karena ada ungkapan tidak kenal maka tidak sayang.
Walaupun hanya foto, semoga kita semua juga dapat memahami mengapa beliaubeliau menggunakan cara-cara tersebut dalam merumuskan penemuannya.
1. Model Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith
Sebagai peneliti yang telah dikenal dalam
perekonomian dunia, Adam Smith juga menaruh
perhatiannya terhadap pertumbuhan ekonomi dalam
bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of
The Wealth of Nations (1776), beliau mengemukakan
tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang secara sistematis. Agar inti dari proses
pertumbuhan ekonomi mudah dipahami, terdapat dua apek utama dalam
pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith, yaitu :
1. Pertumbuhan output total
Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu :
1. Sumberdaya
alam
yang
tersedia
(atau
faktor
roduksi
“tanah”). Menurut beliau, sumberdaya alam yang tersedia merupakan
wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat.
Jumlah sumberdaya alam yang tersedia merupakan “batas maksimum”
bagi pertumbuhan suatu perekonomian. Maksudnya, jika sumberdaya
ini belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok
modal yang ada yang memegang peranan dalam pertumbuhan output
tersebut akan berhenti jika semua sumberdaya alam tersebut telah
digunakan secara penuh.
2. Sumberdaya insani (atau jumlah penduduk). Unsur ini dikatakan
memiliki peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output.
Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.
3. Stok barang modal yang ada. Stok modal, menurut Adam Smith,
merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat
output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output.
Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju
pertumbuhan stok modal. Pengaruh stok modal terhadap tingkat output
total bisa secara langsung dan tak langsung. Pengaruh langsung ini
maksudnya adalah karena pertambahan modal (sebagai input) akan
langsung meningkatkan output. Sedangkan pengaruh tak langsung
maksudnya adalah peningkatan produktivitas per kapita yang
dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja
yang lebih tinggi. Semakin besar stok modal, menurut Smith, semakin
besar kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan pembagian kerja
yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas per kapita.
4. Pertumbuhan Penduduk
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah
yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsistem yaitu tingkat upah yang paspasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat subsisten maka orang-orang
akan kawin pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran
meningkat. Sebaliknya, jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat
upah subsisten, maka jumlah penduduk akan menurun.
Tingkat upah yang berlaku, menurut Smith, ditentukan oleh tarik menarik
antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi
akan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja (DL) tumbuh lebih cepat
daripada penawaran tenaga kerja (SL). Sementara itu permintaan akan tenaga
kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu,
laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan
stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output.
Namun demikian, ada beberapa kritik terhadap teori Adam Smith, yaitu :
1. Pembagian Kelas Dalam Masyarakat. Teori Smith ini didasarkan pada
lingkungan sosial ekonomi yang berlaku di Inggris dan beberapa
negara Eropa. Teori ini mengasumsikan adanya pembagian masyarakat
secara tegas yaitu antara golongan kapitalis (termasuk tuan tanah) dan
para buruh. Padahal dalam kenyataannya, seringkali kelas menengah
mempunyai peran yang sagat penting dalam masyarakat modern.
Dengan kata lain, teori Smith mengabaikan peran kelas menengah
dalam mendorong pembangunan ekonomi.
2. Alasan menabung. Menurut Smith, orang yang dapat menabung adalah
para kapitalis, tuan tanah, dan lintah darat. Namun ini adalah alasan
yang tidak adil, sebab tidak terpikir olehnya bahwa sumber utama
tabungan di dalam masyarakat yang maju adalah para penerima
pendapatan dan bukan kapitalis serta tuan tanah.
3. Asumsi persaingan sempurna. Asumsi utama teori Smith, adalah
persaingan sempurna. Kebijakan pasar bebas dari persaingan sempurna
ini tidak ditemukan di dalam perekonomian manapun. Sejumlah
kendala atau batasan malahan dikenakan pada sektor perorangan
(misalnya
larangan
monopoli)
dan
perdagangan
internasional
(misalnya adanya proteksi) pada setiap negara di dunia.
4. Pengabaian peranan entrepreneur. Smith agak mengabaikan peranan
entrepreneur dalam pembangunan. Padahal para entrepreneur ini
mempunyai peranan yang sentral dalam pembangunan. Mereka inilah
yang menciptakan inovasi dan pada akhirnya menghasilkan akumulasi
modal.
5. Asumsi Stasioner. Menurut Smith, hasil akhir suatu perekonomian
kapitalis adalah keadaan stasioner. Ini berarti bahwa perubahan hanya
terjadi di sekitar titik keseimbangan tersebut. Padahal dalam
kenyataannya proses pembangunan itu sering kali terjadi teratur dan
tidak seragam. Jadi, asumsi ini tidak realistis.
2
Model Pertumbuhan Ekonomi David Ricardo
Garis
besar
proses
pertumbuhan
dan
kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh
berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses
pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara
laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan
output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa
jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak
bisa bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor
pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat.
Teori Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam The Principles of Political
Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun 1917. Sebelum membicarakan
aspek-aspek pertumbuhan dari Ricardo terlebih dahulu kita coba untuk mengenali
ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagai berikut :
1. Jumlah tanah terbatas
2. Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada
apakah tingkat upah diatas atau dibawah tingkat upah minimal (tingkat
upah alamiah = natural wage)
3. Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh
pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang
diperlukan untuk menarik mereka melakukan investasi.
4. Kemajuan teknologi sepanjang waktu
5. Sektor pertanian dominan.
Dengan terbatasnya luas tanah maka pertumbuhan penduduk (tenaga
kerja) akan menurunkan produk marjinal (marginal product) yang kita kenal
dengan istilah The law of diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan
pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah diatas tingkat upah alamiah, maka
penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan menurunkan lagi
produk marjinal tenaga kerja dan pada gilirannya akan menekankan tingkat upah
ke bawah.
Proses yang dijelaskan diatas akan berhenti jika tingkat upah turun sampai
tingkat upah alamiah. Jika tingkat upah turun sampai tingkat upah alamiah, maka
jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah akan naik lagi sampai
tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi, dari segi
faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang selalu
menarik perekonomian kearah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of
diminishing returns.
Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi
adalah cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa
memperlambat bekerjanya the law of diminishing returns, yang pada gilirannya
akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal.
Inilah inti dari proses pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses
ini tidak lain adalah proses tarik-menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu antara
the law of diminishing returns dan kemajuan teknologi.
Sayangnya, proses tarik-menarik tersebut akhirnya dimenangkan oleh the
law of diminishing returns, demikian Ricardo. Keterbatasan faktor produksi tanah
(sumber daya alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu
negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber daya
alam.
Apabila semua potensi sumberdaya alam telah dieksploitir secara penuh
maka perekonomian berhenti tumbuh. Masyarakat mencapai posisi stasionernya,
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tingkat output konstan
2. Jumlah penduduk konstan
3. Pendapatan per kapita juga menjadi konstan
4. Tingkat upah pada tingkat upah alamiah (minimal)
5. Tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal
6. Akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)
7. Tingkat sewa tanah yang maksimal
Namun, adapun kritik terhadap teori Ricardo, antara lain :
1. Pengabaian pengaruh kemajuan teknologi. Ricardo menjelaskan
bahwa kemajuan teknologi di sektor industri akan mengakibatkan
penggantian tenaga kerja. Pada awalnya kemajuan teknologi tersebut
dapat menahan laju berlakunya the law of diminishing returns, tetapi
akhirnya
pengaruh
kemajuan
teknologi
tersebut
habis
dan
perekonomian menuju ke arah stasioner. Kenyataannya kenaikan
produksi pertanian yang sangat pesat di negara-negara maju telah
membuktikan bahwa Ricardo kurang memperhatikan potensi kemajuan
teknologi dalam menahan laju berlakunya the law of diminishing
returns dari faktor produksi tanah.
2. Pengertian yang salah tentang keadaan stasioner. Pandangan Ricardo
bahwa negara akan mencapai keadaan stasioner secara otomatis adalah
tidak beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai
keadaan stasioner dengan laba yang meningkat, produksi yang
meningkat, dan akumulasi modal yang terjadi.
3. Pengabaian faktor-faktor kelembagaan. Salah satu kelemahan pokok
dari teori Ricardo ini adalah pengabaian peranan faktor-faktor
kelembagaan. Faktor ini diasumsikan secara tertentu, meskipun
demikian, faktor tersebut penting sekali dalam pembangunan ekonomi
dan tidak dapat diabaikan.
4. Teori Ricardo bukan teori pertumbuhan. Menurut Schumpeter, teori
Ricardo bukanlah teori pertumbuhan ekonomi, tetapi teori distribusi
yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan
pemilik modal. Bahkan dia menganggap bahwa pangsa untuk tanah
adalah sangat utama, dan sisanya sebagai pangsa tenaga kerja dan
modal. Ricardo gagal menunjukkan teori distribusi fungsional karena
ia tidak menentukan pangsa dari masing-masing faktor produksi secara
terpisah.
5. Pengabaian suku bunga. Kelemahan lain dari teori Ricardo ini adalah
pengabaian
suku
bunga
dalam
pertumbuhan
ekonomi.
Dia
menganggap bahwa suku bunga sebagai imbalan jasa yang terpisah
dari modal tetapi termasuk dalam laba. Pendapat yang salah ini berasal
dari ketidakmampuannya untuk membedakan pemilik modal dari
pengusaha (entrepreneur).
3. Model Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Lewis
Dalam model Lewis pertumbuhan ekonomi terjadi karena membesarnya
sektor industri yang terus mengumpulkan kapital berdampingan dengan sektor
pertanian subsisten yang hampir tidak mengumpulkan kapital sama sekali.
Sumber pengumpulan kapital di sektor industri modern adalah keuntungan dari
upah yang rendah sedangkan upah rendah ini berasal dari suplai surplus tenaga
kerja di sektor pertanian yang terbatas.
Para kapitalis di perkotaan mendapatkan tenaga
kerjanya dengan menarik para pekerja dari sektor
pertanian yang bermigrasi ke daerah perkotaan. Migrasi
ini disebabkan upah di perkotaan yang lebih besar daripad
upah pertanian di pedesaan. Sir W. Arthur Lewis
mengembangkan
hal
tersebut
dalam
menjelaskan
perpindahan tenaga kerja dari pertanian ke industri di
negara-negara industri baru. Kontras dengan para penulis
ekonomi sejak awal tahun 1970-an yang telah memperhatiak urbanisasi yang
berlebihan,
Lewis,
menulis
pada
tahun
1954,
memperhatikan
tentang
kemungkinan kelangkaan tenaga kerja di sektor industri yang sedang berekspansi.
Lewis percaya, adanya produktivitas marginal tenaga kerja yang bernilai
nol di sektor pertanian subsisten, sektor yang hampir tidak menggunakan kapital
dan kemajuan teknologi. Signifikasi dari model Lewis adalah bahwa pertumbuhan
terjadi sebagai hasil dari perubahan struktural. Sebuah perekonomian yang terdiri,
utamanya, dari sektor pertanian yang subsisten (yang tidak melakukan tabungan)
ditransformasi ke sektor kapitalis modern (yang melakukan kegiatan menabung).
Dengan tumbuhnya sektor kapitalis (relatif terhadap sektor pertanian), rasio
keuntungan dan surplus yang lain terhadap pendapatan nasional akan tumbuh.
Sayangnya, teori pertumbuhan ekonomi Lewis ini mendapat beberapa kritikan,
terutama pada dasar teoritis dari model Lewis, yaitu asumsi atas adanya suplai
tenaga kerja yang tak terbatas. Para pengkritik tersebut mengajukan kemungkinan
bahwa tingkat upah kapitalis bisa saja meningkat sebelum semua surplus tenaga
kerja di sektor pertanian berhasil diserap. Sebabnya adalah :
1. Dengan berpindahnya para pekerja dengan produktivitas marginal nol
dari sektor pertanian yang subsisten, para pekerja yang tetap tinggal di
sektor pertanian kemudian akan membagi output (yang konstan
jumlahnya) yang ada di antara penduduk yang tinggal sedikit, sehingga
output pertanian per kepala menjadi semakin besar dan menyebabkan
tingkat hidup mereka naik. Dengan naiknya tingkat hidup mereka,
maka tingkat upah juga menjadi lebih tinggi. Maka kemudian sektor
industri di perkotaan ingin menarik tenaga kerja dari sektor pertanian
ini, mereka harus menaikkan upah yang ditawarkannya.
2. Semakin banyak tenaga kerja yang berpindah ke sektor industri,
permintaan terhadap makanan menjadi semakin tinggi, dan ini akan
meningkatkan harga bahan makanan. Maka sektor industri harus
menaikkan upah untuk menghadapi peningkatan harga bahan makanan
ini.
Maka dari itu, Lewis dianggap berlebihan jika menduga bahwa ketersediaan
tenaga kerja migrasi dari pedesaan yang murah bisa menstimulasi pertumbuhan
industri.
4. Model Pertumbuhan Ekonomi Evsey D.Domar
Domar membangun modelnya disekitar
pertanyaan berikut: karena investasi disatu pihak
menghasilkan
pendapatan
dan
dipihak
lain
menaikkan kapasitas produktif, maka pada laju
berapakah investasi harus meningkat agar kenaikan
pendapatan
sama
dengan
kenaikan
didalam
kapasitas produktif, sehingga pekerjaan penuh
dapat dipertahankan?
Ia menjawab pertanyaan ini dengan mempererat kaitan antara penawaran agragat
dengan permintaan agregat melalui investasi.
5. Model Pertumbuhan Harrod
Prof. R.F. Harrod mencoba menunjukkan dalam modelnya bagaimana
pertumbuhan mantap (yaitu ekuilibrium) dapat terjadi dalam perekonomian.
Sekali laju pertumbuhan mantap itu terganggu dan perekonomian jatuh ke dalam
dis-ekuilibrium, kekuatan-kekuatan kumulatif cenderung mengabaikan perbedaan
tersebutyang selanjutnya akan membawanya ke deflasi jangka panjang atau inflasi
jangka panjang.
Model Harrod didasarkan pada 3
macam laju pertumbuhan. Pertama, laju
pertumbuhan actual, dinyatakan dengan G,
yang ditentukan oleh rasio tabungan dan rasio
modal-output. Laju ini menunjukkan variasi
siklis jangka pendek dalam laju pertumbuhan.
Kedua, laju pertumbuhan terjamin, yang
dinyatakan dengan GW, yang merupakan laju
pertumbhuhan pendapatan kapasitas penuh suatu perekonomian. Terakhir, laju
pertumbuhan alamiah (natural growth rate), dinyatakan dengan Gn, yang oleh
Harrod dianggap sebagai “optimum kesejahteraan”. Ia dapat juga disebut sebagai
laju pertumbuhan potensial atau laju pertumbuhan pekerjaan penuh.
Namun demikian ada beberapa perbedaan penting dalam kedua model tersebut :
1. Domar menganggap investasi memegang peranan kunci didalam
proses pertumbuhan dan memberikan tekanan pada cirri gandanya.
Tetapi Harrod menganggap tingkat pendapatan sebagai faktor paling
penting didalam proses pertumbuhan tersebut. Sementara menjalin
hubungan antara penawaran dan permintaan investasi, Harrod, di pihak
lain, menyamakan permintaan dan penawaran tabungan.
2. Model Domar hanya didasarkan pada satu laju pertumbuhan. Tetapi
Harrod menggunakan tiga laju pertumbuhan yang berbeda-beda: laju
actual (G), laju terjamin (Gw) dan laju natural (Gn).
3. Domar mempergunakan kebalikan dari rasio modal-output marginal,
sedang Harrod menggunakan rasio modal-output marginal.
4. Domar
menggunakan-multiplikator
(pengali)
tetapi
Harrod
menggunakan akselerator (pemacu) yang dalam hal ini tidak
dibicarakan oleh Domar.
5. Identitas formal dari persamaan Gw dalam Harrod dari persamaan
Domar dipertahankan oleh asumsi Domar bahwa . Tetapi Harrod tidak
membuat asumsi seperti itu.
6. Bagi Harrod siklus bisnis merupakan bagian integral lintasan
pembangunan dan bagi Domar tidak demikian halnya tetapi
diakomodasikan didalam modelnya dengan membiarkan produktivitas
rata-rata investasi berfluktuasi.
7. Sementara
Domar
menunjukkan
hubungan
teknologis
antara
akumulasi modal dan pertumbuhan kapasitas penuh dalam output
berikutnya, Harrod sebagai tambahan memperlihatkan hubungan
perilaku antara kenaikan permintaan dengan output saat ini disatu
pihak dan dengan akumulasi modal dipihak lain.
Sebagian dari kesimpulan yang dapat ditarik tergantung pada asumsi-asumsi
pokok yang dibuat Harrod dan Domar, yang menyebabkan model-model ini
menjadi tidak realistik.
1. Kecenderungan menabung dan rasio modal-output adalah tidak
konstan. Kecenderungan untuk menabung dan rasio modal-output
diasumsikan konstan. Keduanya mungkin berubah dalam jangka
panjang,
dan
pertumbuhan
berarti
mantap.
memodifikasikan
Laju
pertumbuhan
persyarat-persyarat
mantap,
bahkan
dapatdipertahankan tanpa asumsi ini. Sebagaimana ditulis Domar
sendiri, “Asumsi ini tidak begitu perlu dan keseluruhan persoalan
dapat dengan mudah dikerjakan kembali.”
2. Buruh dan modal tak dapat dipergunakan dalam proporsi tetap. Asumsi
bahwa buruh dan modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap
tidaklah
dapat
dipertahankan.
Pada
umumnya
buruh
dapat
menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak lebih mulus
kearah lintasan pertumbuhan mantap.
3. Harga tidak akan tetap konstan. Kedua model tersebut juga luput
mempertimbangkan perubahan-perubahan dalam tingkat harga pada
umumnya. Perubahan harga selalu terjadi disetiap waktu dan
sebaliknya dapat menstabilkan situasi yang tidak stabil.
4. Tingkat sukubunga berubah. Asumsi bahwa tidak ada perubahan
dalam tingkat sukubunga tidaklah relevan dengan analisa yang
bersangkutan. Tingkat sukubunga dapat berubah dan mempengaruhi
investasi.
5. Program pemerintah tak dapat diabaikan. Model-model Harrod dan
Domar mengabaikan pengaruh program pemerintah pada pertumbuhan
ekonomi.
6. Perilaku wiraswasta tak dapat diabaikan. Modem ini juga mengabaikan
perilaku wiraswasta yang sebenarnya menentukan laju pertumbuhan
terjamin tersebut dalam perekonomian.
7. Kegagalan membedakan barang modal dengan barang konsumen.
Model Harrod –Domar dikritik karena kegagalan menarik perbedaan
antara barang modal dan barang konsumsi.
8. Menurut Profesor Rose, sumber utama ketidakstabilan dalam system
Harrod terletak pada akibat akses permintaan atau penawaran dalam
keputusan produksi dan tidak pada akibat langkanya modal atau
berlebihnya keputusan investasi.
6. Model Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Solow-Swan
Dalam model pertumbuhan ini yang menjadi perintis adalah Robert Solow
dan Trevor Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi.
Berdasarkan penelitiannya, Solow (1957) mengatakan bahwa peran dari kemajuan
teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi sangat tinggi.
Pandangan teori ini
didasarkan kepada
angapan yang mendasari analisis klasik, yaitu
perekonomian
akan
tetap
mengalami
tingkat
pengerjaan penuh (full employment)dan kapasitas
peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata
lain, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada
pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi.
Selanjutnya, menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio =
cor) bisa berubah (bersifat dinamis). Dengan kata lain, untuk mencipakan
sejumlah output tertentu bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan
bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula sesuai dengan yang
dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih
banyak tenaga kerja yang digunakan. Begitu pula sebaliknya. Dengan adanya
“keluwesan” (fleksibelitas) ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang
tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan
digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Solow membangun
modelnya disekitar asumsi berikut:
1. Ada satu komoditi gabungan yang diproduksi.
2. Yang dimaksud output netto, yaitu sesudah dikurangi biaya
penyusutan modal.
3. Return to scale bersifat konstan. Dengan kata lain, fungsi produk
adalah homogen pada derajat pertama.
4. Dua faktor produksi buruh dan modal, dibayar sesuai dengan
produktivitas fisik marginal mereka.
5. Harga dan upah fleksibel.
6. Buruh terpekerjakan secara penuh.
7. Stok modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh.
8. Buruh dan modal dapat disubtitusikan satu sama lain.
9. Kemajuan teknik bersifat netral.
Dengan asumsi tersebut, Solow menunjukkan dalam modelnya bahwa
dengan koefisien teknik bersifat variable, rasio modal-buruh akan cenderung
menyesuaikan dirinya, dalam perjalanan waktu, kearah rasio keseimbangan.
Solow adalah seorang perintis dalam membangun suatu model neo-klasik
dengan menggunakan ciri-ciri utama model Harrod Domar seperti modal
homogen, fungsi tabungan proporsional yang terkenal sebagai fungsi produksi
neo-klasik, di dalam menelaah proses pertumbuhan. Asumsi tentang dapat
dipertukarkannya buruh dan modal member kemungkinan kepada proses
pertumbuhan untuk menyesuaikan diri dan memberikan suatu suasana realisme.
Tidak seperti model Harrod-Domar, ia menunjukkan apa yang disebut arah
pertumbuhan keadaan mantap. Tak kalah pentingnya, situasi pertumbuhan jangka
panjang ditentukan oleh perluasan tenaga buruh dan kemajuan teknikal yang
semakin meluas. Jadi, professor Solow berhasil menyingkirkan semua kesulitan
dan kekakuan yang dihadapi analisa pendapatan aliran Keynesian modern.
Lepas dari penegasan Solow ini, modelnya mengandung kelemahan pada
beberapa hal, sebagaimana ditunjukkan oleh Profesor Sen:
1. Model Solow hanya membicarakan masalah keseimbangan antara Gw
dan
Gn
yang
diajukan
Harrod,
dan
mengabaikan
masalah
keseimbangan antara G dan Gw.
2. Didalam model Solow tidak terdapat fungsi investasi dan sekali fungsi
ini dimasukkan masalah ketidakstabilan yang muncul pada model
Harrod akan muncul juga dalam model Solow itu.
3. Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tentang kemajuan teknis
yang memperbesar buruh. Akan tetapi justru sifat khusus kemajuan
teknik yang menurut Harrod bersifat netral.
4. Solow mengansumsikan fleksibilitas harga factor yang mungkin
mempersulit perjalanan menuju pertumbuhan mantap.
5. Model Solow tersebut didasarkan pada asumsi tidak realistis tentang
modal yang homogeny dan dapat diubah-ubah.
6. Solow merupakan kemajuan teknologi sebagai faktor penentu dan
menganggap hal itu sebagai faktor eksogen didalam proses
pertumbuhn.
Ia
dengan
demikian
tidak
memperdulikan
soal
merangsang kemajuan teknologi melalui proses belajar, investasi
dalam penelitian, dan akumulasi modal.
Teori pertumbuhan Neo Klasik ini mempunyai banyak variasi, tetapi pada
umumnya mereka didasarkan kepada fungsi produksi yang telah dikembangkan
oleh Charles Cobb dan Paul Douglas.
2.2. Model Distribusi
Sistem saluran distribusi adalah cara yang ditempuh atau yang digunakan
untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Sistem saluran
distribusi bertujuan agar hasil produksi sampai kepada konsumen dengan lancar,
tetapi harus memperhatikan kondisi produsen dan sarana yang tersedia dalam
masyarakat, dimana sistem saluran distribusi yangbaik akan sangat mendukung
kegiatan produksi dan konsumsi. Dalam penyaluran hasil produksi dari produsen
ke konsumen. Saluran distribusi memiliki elemen yang dalam proses distribusi
yaitu perantara. Perantara yang dimaksud adalah pengecer, pedagang grosir
ataupedagang besar. Pengecer adalah pedagang yang menjual barang hasil
produksiyang dihasilkan oleh produsen langsung kepemakai akhir atau konsumen.
Berikut ini adalah beberapa saluran distribusi yang lazim digunakan dalam
perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Produsen – Konsumen
Disebut
saluran
langsung
atau
saluran
nol
tingkat (zero
level
channel) yaitu dari produsen langsung ke konsumen tanpa melibatkan pedagang
perantara. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penjualan pribadi (door to
door) melalui pos dari toko milik produsen sendiri.
2. Produsen-Pengecer-Konsumen
Disebut saluran satu tingkat (one level channel) adalah saluran yang sudah
menggunakan perantara. Dalam pasar konsumsi, perantara ini adalahpengecer.
Perantara pengecer disini adalah membeli dalam jumlah besardari produsen
kemudian dijual eceran kepada konsumen.
3. Produsen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen
Sering disebut saluran dua tingkat (two level channel) yaitu mencakup dua
perantara. Dalam hal ini perantara tersebut adalah pedagang besar dan pengecer.
Produsen hanya melayani pembelian dalam jumlah yang besar yaitu oleh
pedagang besar, kemudian pedagang besar menjuallagi ke pengecer, baru
kemudian ke konsumen. Saluran ini sering jugadisebut saluran tradisional.
4. Produsen-Agen-Pengecer-konsumen
Tipe saluran ini hampir sama dengan tipe saluran yang ketiga, dimana
melibatkan dua perantara. Hanya saja disini bukan pedagang besar tetapi agen.
Agen disini bertindak sebagai pedagang besar yang dipilih olehprodusen. Sasaran
penjualan agen disini terutama ditujukan kepada pengecer besar.
5. Produsen-Agen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen
Disini terdapat tiga perantara (three level channel) atau disebut saluran tiga
tingkat. Dari agen yang dipilih perusahaan masih melalui pedagang besar terlebih
dahulu sebelum ke pengecer.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
Banyak para ahli yang mengemukakan tentang teori dan model
pertumbuhan ekonomi seperti teori inovasi Schum Peter, model pertumbuhan
ekonomi Harrot-Domar, model Input-Output Leontief model pertumbuhan Lewis,
dan model pertumbuhan ekonomi Rostow.
3.2. Saran
Dalam pertumbuhan ekonomi peran pemerintah sangat penting untuk
mendukung menciptakan suasana yang kondusif sehingga laju ekonomi dapat
dicapai dengan baik. Apabila suasana kondusif dalam suatu negara sudah tercipta
maka minat para investor untuk menanamkan modalnya akan meningkat,
persaingan perdagangan bagus dan masyarakat akan merasa aman dalam
melakukan aktifitas sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11720778/MAKALAH_PERTUMBUHAN_EKONO
MI
https://www.academia.edu/12137408/Makalah_Pertumbuhan_Ekonomi_II
http://edisugiartonos.blogspot.com/2012/11/makalah-pertumbuhan-ekonomi.html
http://utarisilvia14.blogspot.com/2018/06/makalah-distribusi.html
https://www.academia.edu/9840339/Makalah_Distribusi
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-distribusi-41912470
Download