Uploaded by User65908

Makalah Pendidikan Agama IslaM KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

advertisement
Makalah Pendidikan Agama Islam
KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
D
i
s
u
s
u
n
Oleh:
Kelompok 11
HIJRAWATI
FAHRANA FATTAH
ASTUTI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas
Sulawesi Barat.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………….
Saran .......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rahmat bagi
alam semesta (Q.s.al-anbiya/21:107). Ajaran-ajarannya selalu membawa
kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. Allah swt sendiri telah
menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut dalam Q.s. Thaha/20:2,”kami tidak
menurunkan al-quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” Artinya bahwa umat
manusia yang mau mengikuti petunjuk al-quran ini akan dijamin oleh allah bahwa
kehidupan manusia akan bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat. Sebaliknya siapa
saja yang membangkang dan mengingkari ajaran islam ini, niscaya dia akan
mengalami kehidupan yang sempit dan penuh penderitaan. (Q.s. Thaha/20:124).
Ajaran-ajaran islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini
tentunya mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk
kegiatan yang dilakukan manusia, kecuali allah telah meletakkan aturan-aturannya
dalam ajaran islam ini. Seni dan budaya adalah salah satu dari sisi penting dari
kehidupan manusia, dan islam pun telah mengatur dan memberikan batasanbatasannya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan hakikat seni dan budaya dalam Islam?
2. Bagaimana wujud dari kebudayaan?
3. Bagaimana prinsip-prinsip kebudayaan Islam?
4. Bagaimana hubungan antara agama dan budaya?
5. Apa yang dimaksud dengan seni Islam sebagai manifestasi budaya umat Islam?
6. Bagaimana kedudukan masjid sebagai pusat peradaban Islam?
7. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia?
8. Bagaimana hubungan antara Islam dan budaya lokal?
9. Apa yang dimaksud dengan lokal wisdom?
C. Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat seni dan budaya dalam Islam.
2. Untuk mengetahui wujud kebudayaan.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebudayaan Islam.
4. Untuk mengetahui hubungan antara agama dan budaya.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan seni Islam sebagai manifestasi
budaya umat Islam.
6. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan masjid sebagai pusat peradaban Islam.
7. Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia.
8. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Islam dan budaya lokal.
9. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lokal wisdom.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakikat Seni dan Budaya dalam Islam
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa : budaya adalah
pikiran, akal budi, adat istiadat. Bahasa inggris sering menggunakan
istillah Culture dan Civilization untuk merujuk arti budaya. Sedangkan daalm bahasa
arab, terdapat istillah al-tsaqafah dan al-hadlarah. Para ahli sosial cenderung
berpendapat bahwa kata al-tsaqafah menunjuk pada aspek ide. Sedangkan kata alhadlarah menunjuk kepada aspek material. Maka al-hadlarah lebih tepat sebagai
terjemahan dari civilization, sementara kata al-tsaqafah lebih tepat diterjemahkan
sebagai culture. Sedang kan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (
akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi
mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan ( adat, akhlak, kesenian ,
ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudaaan sebagai warisan atau tradisi.
Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan
kelakuan.
Definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa jangkauan kebudayaan sangatlah luas. Untuk
memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1. Kehidupan Spritual 2.
Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan. Menurut Taylor, kebudayaan
adalah kompleks yang menyangkut pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat
dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Aspek kehidupan Spritual, mencakup kebudayaan fisik, seperti sarana (candi, patung nenek
moyang, arsitektur) , peralatan (pakaian, makanan, alat-alat upacara). Juga mencakup sistem sosial,
seperti upacara-upacara (kelahiran, pernikahan, kematian). Adapun aspek bahasa dan kesusteraan
mencakup bahasa daerah, pantun, syair, novel-novel. Aspek seni dapat dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu ; visual arts dan performing arts, yang mencakup ; seni rupa (melukis), seni pertunjukan (tari,
musik) Seni Teater (wayang) Seni Arsitektur (rumah,bangunan , perahu). Aspek ilmu pengetahuan
meliputi scince (ilmu-ilmu eksakta) dan humanities (sastra, filsafat kebudayaan dan sejarah).
B. Wujud Kebudayaan
Menurut Kontjaraningrat, wujud kebudayaan meliputi :
1. Wujud ideal, berupa ide-ide,norma, peraturan, hukum, dan sebagainya
2. Wujud tingkah laku, berupa aktivitas tingkah laku berpola dari manuasia dalam
masyarakat. Pola tingkah laku yang mendasar dan dimaksudkan dalam ajaran islam
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Ketakwaan, beriman, cinta , dan takut kepada allah swt. Tidak ada satupun yang patut
disembah dan dihormati selain allah swt yang membuahkan kerendahan hati dan
keberanian moral dan optimisme.
b) Penyerahan diri mencakup penghindaran diri dari kejahatan nafsu hewani,
memberikan kemuliaan sejati pada kepribadian, dan menjamin kelestarian serta usaha
untuk kebajikan.
c) Kebenaran menciptakan pola tingkah laku setia pada realita atau suatu pendekatan
realistis terhadap kehidupan dan ketulusan.
d) Keadilan baik terhadap diri sendiri, maupun orang lain,atau makhluk lain. Keadilan
menjamin penghindaran diri dari perbuatan tidak adil yang tidak sepatutnya dilakukan
terhadap siapapun. Keadilan pada diri sendiri menjamin upaya yang tinggi untuk
meningkatkan kehidupan yang alamiah,sehat,dan teguh.
e) Cinta terhadap makhluk tuhan, termasuk terhadap diri sendiri, akan membuahkan
upaya yang simpati, kebaikan,rasa hormat,kemurahan hati dan menghindarkan diri
dari melukai perasaan pihak lain.
f) Hikmah mendorong seseorang untuk menumbuhkan tingkah laku berdasarkan
keilmuan dan mencapai penalaran yang semakin tinggi terhadap realita dan fenomena.
g) Keindahan membuahkan kemanisan, kelembutan, dan keluwesan yang muncul dalam
moral dan kebiasaan.
3. Wujud benda, berupa benda hasil karya. Peradaban sering disebut juga untuk
kebudayaan yang memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan, dan sebagainya. Maka, peradaban adalah bagian dari kebudayaan tapi
tidak sebaliknya.
C. Prinsip-Prinsip Kebudayaan Islam
Suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih maju atau bergerak
mundur. Dalam istillah lain, suatu kebudayaan bisa bergerak kearah yang lebih baik
atau bergerak ke arah yang lebih buruk. Dalam hal ini tergantung pada aktor-aktor
penggeraknya.
Prinsip kebudayaan dalam islam adalah salah satu di antara dua alternatif.
Sepanjang sejarah umat manusia, kebudayaan hanya mempunyai dua model tersebut
yaitu membangun atau merusak. Kedua model kebudayaan itu hidup dan berkembang
saling berganti (al-anbiya:104)
Di samping itu, prinsip kebudayaan dalam pandangan islam adalah adanya
ruh (jiwa) di dalamnya dan ruh itu tidak lain adalah wahyu allah (al-quran menurut
sunnah rasul-nya), seperti yang dinyatakan oleh surat asy-syuraa: 52 dan 53. Selain itu
tentu saja ada ruh di luar wahyu.
Jika ruh budaya adalah wahyu allah, maka kebudayaan bergerak ke arah
membangun. Seperti yang dibuktikan oleh para rasul allah sejak adam sampai nabi
muhammad saw. Sebaliknya jika ruh budaya adalah bukan wahyu allah, maka
kebudayaan bergerak ke arah yang merusak. Itulah model kebudayaan yang
digerakkan fir’aun, qorun, para kapitalis, dan komunis.
D. Hubungan Antara Agama dan Budaya
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk
berbudaya meupakan dinamika ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar
insane yang beupa ilmu, tata hokum, tata Negara, kesenian, dan filsafat tak lain
daipada proses realisasi diri dari ruh ilahi.
Sebaliknya, menurut kaum rohaniawan (terutama dari kalangan Katolik),
menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena
1.
2.
3.
menurutnya, agama merupakan keyakinan hidup rohani pemeluknya, sebagai jawaban
atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakanpemberian dari
Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa
ditemukan. Adapun menurut para ahli antropologi, bahwa agama merupakan salah
satu unsure kebudayaan. Hal itu, karena para ahli antropologi mengatakan bahwa
manusia mempunyai akal pikiran dan mempunyai sistem pengetahuan yang
digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta simbol – simbol agama.
Pemahaman manusia sangat terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari ayatayat dalam kitab suci masing-masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayatayat suci tersebut sesuai dengan kemampuan nalanya.
Disinilah bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai
tingkah laku keagamaan, menurut ahli antropologi, bukanlah diatur oleh ayat-ayat dari
kitab suci, melainkan oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut. Dari
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai
pendapat yang berbeda di dalam memandang hubungan antara agama dan
kebudayaan.
Sebagai sebuah kenyataan, agama dan kebudayaan dapat saling
mempengaruhi kaena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama dalah simbol yang
melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan
simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol,
dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan. Tetapi keduanya perlu dibedakan.
Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan
(absolut). Sedangkan kebudayaan bersifat particular, relative dan temporer. Agama
tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa
kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.
Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan :
Agama mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama,
tetapi simbolnya adalah kebudayaan. Contoh: bagaimana solat mempengaruhi
bangunan.
Agama dapat mempengaruhi simbol agama.
Contoh : kebudayaan Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang
berasal dari padepokan.
Kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.Agama dan
kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu, keduanya adalah sistem nilai dan
sistem simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada peubahan.
Agama dalam persepektif ilmu-ilmu sosial adalah sebuah sistem nilai yang
memuat sejumlah konsepsi mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam
menjelaskan struktur tata normative dan tata sosial serta memahamkan dan
menafsikan dunia sekitar. Sementara seni tradisi meupakan ekspresi cipta, karya, dan
karsa manusia (dalam masyarakat tertentu) yang berisi nilai-nilai dan pesan-pesan
religiusitas, wawasan filosofis dan kearifan lokal.
Baik agama maupun kebudayaan, sama-sama memberikan wawasan dan cara
pandang dalam mensikapi kehidupan agar sesuai dengan kehendak Tuhan dan
kemanusiaannya. Misalnya, dalam menyambut anak yang baru lahir, bila agama
memberikan wawasan untuk melaksanakan aqiqah, sementara kebudayaan yang
dikemas dalam marhaban dan bacaan berjanji memberikan wawasan dan cara
pandang lain, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu mendoakan kesolehan anak
yang baru lahir agar sesuai dengan harapn ketuhanan dan kemanusiaan. Demikian
juga dalam tahlilan, baika agama maupun budaya lokal dalam tahlilan sama-sama
saling memberikan wawasan dan cara pandang dalam menyikapi orang yang
meninggal.
Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada
kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian islam tidaklah datang untuk
menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu
yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari
hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa madharat di dalam kehidupannya.
Sehingga islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di
masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi
derajat kemanusiaa.
Dari sudut pandang Islam, kebudayaan itu terbagi menjadi tiga macam :
1. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
Dalam kaidah fiqh disebutkan : al-a’datu muhakkamatun. Maksudnya, adat
istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya
manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat,
bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya
dalam syariat, seperti kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan.
2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan ajaran Islam, kemudian
direkonstruksi sehingga menjadi Islami.
Contohnya adalah tradisi jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan caracara yang bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti talbiyah yang sarat dengan
kesyirikan, thawaf di Ka’bah dengan telanjang direkonstruksi dengan menghilangkan
unsur-unsur jahiliyahnya menjadi bentuk ibadah yang telah ditetapkan aturanaturannya. Dalam konteks seni sastra budaya Arab dalam bentuk syair-syair Jahiliyah
isinya direkonstruksi dengan memasukkan nilai-nilai Islam.
3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.
Contohnya, budaya ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali, yaitu
upacara pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan
gegap gempita dan secara besar-besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk
penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya kembali kepada penciptanya.
Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar.
Suatu hal yang harus disadari bahwa asas (fondasi) dari budaya Islam itu
adalah menumbuh kembangkan kesadaran berketuhanan (rabbaniyah, ribbiyah). Maka
dari itu, apapun bentuk manivestasi dari budaya Islam tersebut didasari dan
dimaksudkan untuk tegaknya nilai-nilai ketuhanan pada setiap manusia dan tujuannya
tidak lain dalam rangka mencari keredaan Tuhan. Karena itu dapat dipastikan dalam
rangka mencari keredaan Tuhan tersebut, setiap muslim dalam aktivitasnya
mengharapkan balasan dari Tuhan berupa pahala.
E. Seni Islami sebagai Manifestasi Budaya Umat Islam
Seni (fan,art) secara umum merupakan penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke
dalam bentuk yang ditangkap oleh indera pendengar (seni suara) penglihatan (seni
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
tulis/lukis) atau dilahirkan dengan perantara gerak (seni tari, drama)” (Ensiklopedi
Indonesia, V/3080,3081). Secara sederhana bisa dikatakan bahwa esensi dari seni itu
adalah apa saja yang mengandung keindahan atau kebaikan. Penilaian terhadap
keindahan atau kebaikan itu sendiri kadang-kadang sangat subyektif, temporer (tidak
abadi), dan lokal (tidak global).
Dalam Islam, untuk menggambarkan sesuatu itu indah atau baik dapat
digunakan istilah ihsan, shalih, atau jamil. Dalam hadis dijelaskan ihsan termasuk
salah satu dari trilogy arkan al-din (tiang/fondasi agama), yaitu iman,
islam, dan ihsan. Penjabaran dari ihsan bedasarkan hadis tersebut adalah “ engkau
menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak
melihatnya, maka pasti sesungghunya Dia melihatmu. Sedang kata shalih biasanya
disandarkan dengan kata amal, sehingga menjadi amal shalih, secara harfiyah
bermakna kerja yang baik. Perkataan jamil biasanya dihubungkan dengan hadis Nabi
yang popular, “ Allah itu indah (jamil) dan menyenangi keindahan”.
Secara definitive, seni menurut Islam pada hakikatnya sebgai refleksi dan
ekspresi dari berbagai cita rasa, gagasan, dan ide sebgai media komunikasi yang
begaya estetis untuk menggugah citarasa inderawi dan kesadaran manusiawi dalam
memahami secara benar berbagai fenomena, panorama, dan aksioma yang
menyangkut dimensi alam, kehidupan, manusia dan keesaan / keagungan ketuhanan
berdasarkan konsepsi ilahi dan nilai-nilai fiti yang tertuang dan tesajikan dalam
bentuk suara/ucapan, lukisan/tulisan, geak dan berbagai implementasi dan apresiasi
lainnya. Oleh karena itu tiada satu pun bentuk apresiasi dan karya seni yang bebas
nilai. Maka dalam menilai satu seni sebagai seni Islam diperlukan criteria dan ramburambu yang jelas sehingga dapat membedakan dan memilahkannya dari kesenian
jahiliyah meskipun bernama ataupun menyebut lafal keislaman.
Di antara kaidah-kaidah (rambu-rambu) yang menjadi criteria seni Islam
tersebut, menurut Yusuf Al-Qaradhawi, adalah :
Harus mengandung pesan-pesan kebijakan dan ajaran kebaikan di antara sentuhan
estetiknya agar terhindar laghwun (perilaku absurdisme, hampa, sia-sia).
Menjaga dan menghormati nilai-nilai susila Islam dalam pertunjukkannya.
Tetap menjaga aurat dan menghindari erotisme dan keseronokan.
Menghindari semua syair, teknik, metode, sarana dan instrument yang diharamkan
syariat terutama yang meniru gaya khas ritual religious agama lain (tasyabbuh bil
kuffar) dan yang menjurus kemusyrikan.
Menjauhi kata-kata, gerakan, gambaran yang tidak mendidik atau meracuni fitrah.
Menjaga disiplin dan prinsip hijab.
Menghindari perilaku takhanus (kebancian).
Menghindari fitnah dan praktek kemaksiatan dalam penyajian dan pertunjukkannya.
Dilakukan dan dinikmati sebatas keperluan dan menghindari berlebihan
(israf dan tabdzir) sehingga melalaikan kewajiban kepada Allah.
Menurut Islam seni bukan sekedar untuk seni yang absurd dan hampa nilai
(laghwun). Keindahan bukan berhenti pada keindahan dan kepuasan estetis, sebab
semua aktivitas hidup tidak terlepas dari lingkup ibadah yang universal. Seni Islam
harus memiliki semua unsur pembentuknya yang penting yaitu, jiwanya, prinsipnya,
metode, cara penyampaiannya, tujuan dan sasaran. Motivasi seni Islam adalah spirit
ibadah kepada Allah menjalankan kebenaran (haq), menegakkan dan membelanya
1.
2.
3.
demi mencari ridha Allah swt, bukan mencari popularitas ataupun matei duniawi
semata. Seni Islam harus memiliki risalah dakwah melalui sajian seninya yaitu
melalui tiga pesan:
Ketauhidan, dengan menguak dan mengungkap kekuasaan, keagungan dan transdensi
(kelemahannya) dalamm segala-galanya, ekspresi dan penghayatan keindahan alam,
ketakberdayaan manusia dan ketergantungannya terhadap Allah, prinsipprinsip uluhiyah dan ubudiyah.
Kemanusiaan dan penyelamatan hak-hak asasi manusia serta memelihara lingkungan
seperti, mengutuk kezhaliman, penjajahan, perampasan hak, penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan, memberantas kriminalitas, dsb.
Akhlak dan Kepribadian Islam, seperti pengabdian, pengorbanan, kesetiaan,
kepahlawanan , dll. Juga penjelasan nilai-nilai Islam dalam berbagai segi menyangkut
keluarga dan kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, dan politik.
Puncak dari manifestasi seni Islam adalah Al-Qur’an. Maka dari itu ukuran
jiwa seni bagi setiap Muslimitu adalah seberapa besar kesadaran dan penghayatan
nilai-nilai Al-Qur’an pada dirinya. Penghayatan terhadap nilai-nilai Al-Qur’an
tersebut menumbuhkan kesadaran terhadap ayat-ayat Tuhan lainnya, yakni jagad raya
ini (ayat kauniyah). Artinya, estetika dan harmoni seni Islam tidak saja diwarnai oleh
nilai-nilai Al-Qur’an.
F. Masjid sebagai pusat peradaban islam
Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah
khusus seperti shalat. Padahal masjid lebih luas daripada sekedar tempat shalat.
Masjid dijadikan sebagai symbol persatuan umat islam. Selama sekitar 700 tahun
sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan orisinil
sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Masjid Al-Azhar di Mesir merupakan salah
satu contoh yang sangat dikenal luas kaum muslimin indonesia. Masjid ini mapu
memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa. Bahkan pengentasan
kemiskinan pun merupakan program nyata masjid.
Tapi sangat disesalkan masjid kemudian mangalami penyempitan fungsi,
apalagi adanya intervensi pihak-pihak tertentu yang menjadikan masjid sebagai alat
untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Masjid hanya mengajari umat
tentang baca tulis Al-qur’an tanpa pengembangan wawasan dan pemikira islami dan
tempat belajar umat tentang ilmu fiqih ibadah, bahkan lebih sempit lagi yaitu ibadah
praktis dari salah satu mahzab. Kita mungkin tidak akan menemukan masjid yang
memiliki kegiatan yang terprogram secara baik dalam pembinaan keberagaman umat.
Pada pengembangan berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar
untuk mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kesadaran ke arah
optimalisasi fungsi masjid kembali tumbuh terutama di kalangan para intelektual
muda, khususnya para aktivis masjid. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan
pentingnya peranan mesjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya.
Meluasnya fungsi dan peranan masjid ini seiring dengan laju pertumbuhan umat islam
di Indonesia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang tercermin dalam
pertambahan jumlah penduduk muslim dan peningkatan jumla intelektual muslim
yang sadar dan peduli terhadap peningkatan kualitas umat islam Dalam syariat islam
masjid memiliki dua fungsi utama yaitu: pertama sebagai pusat ibadah ritual dan
kedua berfungsi sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi tersebut titik
sentralnya bahwa fungsi utama mesjid adalah sebagai pusat pembinaan umat islam.
G. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Oleh karena itu Islam
besar dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari
budaya Arab. Pada awalnya masuknya dakwah islam ke Indonesia, dirasakan sangat
sulit membedakan mana jaran islam dan mana budaya arab. Sebagaimana para wali di
tanah jawa yang mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa dan budaya. Lebih jauh
lagi nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat di pisahkan dari
kebudayaan mereka. Seperti upacara adat dan penggunaan bahasa sehari-hari. Istilahistilah arab yang masuk ke dalam budaya jawa, seperti dalam pewayangan
actor janoko yang tidak lain dalam bahasa Arab adalah jannaka. Empat sekawan
semar, gareng, petruk, dan bagong merupakan produk personifikasi dari ucapan Ali
Bin Abi thalib “itsmar khairan,fatruk ma bagha”(berbuatlah kebaikan, tinggalkan
perbuatan sia-sia). Dan masih banyak lagi istilah-istilah dalam bahasa arab lainnya,
yang diadopsi menjadi bahasa indonesia.
H. Islam dan Budaya Lokal
Sebagai salah satu agama yang universal, risalah islam ditunjukan untuk
semua umat manusia, segenap ras, dan bangsa serta untuk semua lapisan masyarakat.
Universalisme islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting, dan yang
terbaik adalah dalam ajaran-ajarannya.ajaran-ajaran islam yang mencakup aspek
akidah, syari’ah dan akhlak, menampakkan perhatiannya yang sangat besar terhadap
persoalan utam kemanusiaan. Hal ini dapat dilihat dari lima tujuan umum syari’ah
yaitu; menjamin keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan, harta. Selain itu risalah
islam juga menampilkan nilai-nilai kemasyarakatan (social values) yang luhur, yang
biasa dikatakan sebagai tujuan dasar syari’ah yaitu’ keadilan, ukhuwwah
(persaudaraan), takaful(jaminan keselamatan), kebebasan dan kehormatan. Semua ini
akhirnya bermuara pada keadilan sosial dalam arti sebenarnya. Refleksi dan
manifestasi kosmopolitanisme islam bias dilacak dalam etalase sejarah kebudayaan
sejak rasulullah, baik dalam format non material sepertimkonsep-konsep
pemikiran,maupun yang material seperti arsitektur bangunan dan sebagainya.
Walaupun demikian , menurut Ibnu Khaldun, abhwa diantara hal aneh tapi
nyata bahwa mayoritas ulama dan cendekiawan dalam sejarah perkembangan islam
adalah ‘ajam(non arab). Maka jadilah ilmu-ilmu ini semua ilmu-ilmu keterampilan
yang membutuhkan pengajaran. Begitu juga iintelektual-intelektual dalam bidang
hadits, ushul fiqih, ilmu kalam dan tafsir. Dari paparan di atas, menunjukkan kepada
kita betapa kebudayaan dan peradaban islam dibangun di atas kombinasi nilai
ketaqwaan (Q.S al-Hujurat:13), persamaan dan kreativitas dari jiwa islam yang
universal (Q.S al-Mulk:2) dengan akulturasi timbal balik dari budaya-budaya local
luar arab yang terislamkan, tanpa harus mempertentangkan antara Arab dan non Arab.
I. Local Wisdom (Kearipan Lokal)
Gagasan pribumisasi Islam, secara genelogis dilontarkan pertama kali oleh
Abdurahman Wahid pada tahun 1980an. Dalamg 'Pribumisasi Islam' tergambar
bagaimana Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke
dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masingmasing. Inti 'Pribumisasi Islam' adalah kebutuhan, bukan untuk menghindari
polarisasi antara agama dan budaya, sebab polarisasi demikian memang tidak
terhindarkan. Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling
mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi
mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan
jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya. 'Pribumisasi Islam'
justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktek kehidupan beragama
(Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam tidak lagi
dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi anggapan Islam
yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena Islam
sebagai agama mengalami historitas yang terus berlanjut.
'Islam Pribumi' sebagai jawaban dari Islam otentik mengandaikan tiga hal.
Pertama, 'Islam Pribumi' memiliki sifat kontekstual, yakni dipahami sebagai ajaran
yang terkait dengan konteks zaman dan tempat. Perubahan waktu dan perbedaan
wilayah menjadi kunci untuk menginterpretasikan ajaran. Dengan demikian, Islam
akan mengalmi perubahan dan dinamika dalam merespons perubahan zaman. Kedua,
'Islam Pribumi' bersifat progresif, yakni kemajuan zaman bukan dipahami sebagai
ancaman terhadap penyimpangan ajaran dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai
pemicu untuk melakukan respons kreatif secara intens. Ketiga, 'Islam Pribumi'
memiliki problem-problem kemanusiaan secara universal tanpa melihan perbedaan
agama dan etnik. Dengan demikian, Islam tidak kaku dan rigid dalam menghadapi
realitas sosial masyarakat yang selalu berubah. Sejak kehadiran Islam di Indonesia,
para ulama telah mencoba mengadopsi kebudayaan lokal secara selektif. Kalangan
ulama Indonesia telah berhasil mengintegrasikan antara keislaman dan keindonesiaan,
sehingga apa yang ada di daerah ini telah dianggap sesuai dengan nilai Islam, karena
Islam menyangkut nilai dan norma, bukan selera atau ideologi apalagi adat.
Berbeda dengan agama lain, Islam masuk Indonesia dengan begitu elastis.
Baik itu yang berhubungan dengan pengenalan simbol-simbol Islami (misalnya
bentuk bangunan peribadatan) atau ritus-ritus keagamaan (untuk memahami nilai-nilai
Islam). Inilah pribumisasi Islam yang dilakukan para penyebar Islam di tanah air,
khususnya para Wali Songo di Jawa, yang menggunakan media budaya sebagai
sarana mendakwahkan Islam. Dengan langkah persuasif ini, terbukti Islam bisa
diterima dengan baik sebagai agama baru setelah sebelumnya penduduk lokal
menganut animisme, dinamisme atau Hindu Budha selama bertahun-tahun
lamanya.Yang patut diamati pula, kebudayaan populer di Indonesia banyak sekali
menyerap konsep-konsep dalam simbol-simbol Islam, sehingga seringkali tampak
bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang penting dalam kebudayaan
populer di Indonesia.
BAB III
BAB III
PENUTUP
ü
ü
ü
ü
A.Kesimpulan
Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan
rohani. Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu : Sebagai
makhluk tuhan, Sebagai makhluk individu dan Sebagai makhluk sosial budaya
Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah
seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan,
kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system
teknologi
dan
masyarakat
kota
yang
maju
dan
kompleks. Masyarakat yang beradab
dapat didefinisikan
sebagai masyar
akat yang mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakannya untuk memahami suatu lingkungan, yang meliputi ide, gagasan,
aturan, serta petunjuk yang ada di dalam pikiran manusia.
Sistem kebudayaan
Kebudayaan material
Kebudayaan non material
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan
Factor sekitaran
Faktor saling kontak antar bangsa
Peradaban merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagianbagian atau unsur kebudayaan yang di angap halus,indah,dan maju. Misalnya
perkembangan kesenian,IPTEK,kepandaian manusia, dan sebagainya diman setiap
bangsa di dunia memiliki karakter kebudayaan yang khas maka tak heran bila sebuah
negara hanya unggul IPTEK-Nya saja atau keseniannya saja. Peradaban merupakan
tahap kebudayaan tertentu dan telah maju yang bercirikan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan lain-lain.
B.Saran
Dalam BK kebudayaan dan keberadaban saling berkaitan, dimana perkembangan
kebudayaan di dasarkan dengan pengetahuan manusia, Peradaban juga merupakan
bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya
kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian
menulis, IPTEK.
Download