KONFLIK DI ASIA MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS SEJARAH Oleh Adinda Andarisa XII IPS 2 Guru Pembimbing : Rumiati,S.Pd SMA NEGERI 7 PALEMBANG TAHUN AJARAN 2019/2020 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Sejarah Peminatan yang berjudul “Konflik di Asia”. Tugas ini saya buat untuk memberikan penjelasan Tentang Konflik Di Asia. Semoga Makalah ini dapat membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi. Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca… Palembang, 17 Februari 2020 Adinda Andarisa i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2 2.1 Sebab Terjadi / Latar Belakang Konflik Di Asia .................................................................... 2 2.2 Pihak Yang Terlibat Konflik Di Asia ..................................................................................... 4 2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Di Asia ..................................................................................... 10 2.4 Akhir Konflik Di Asia ............................................................................................................ 13 BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 15 3.2 Saran ....................................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 16 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benturan kepentingan antar negara-negara di kawasan manapun berpotensi menyebabkan konflik dan bisa menciptakan instabilitas baik secara global maupun regional, konflik kepentingan yang bersumber dari kepentingan ekonomi, politik, sosial apabila tidak di manage dengan baik, bisa berujung terjadinya konflik secara langsung yang melibatkan kekuatan militer antar negara-negara tertentu yang merasa national interest mereka terusik. Kebanyakan kasus perselisihan antar Negara ialah karena permasalahan batas wilayah. Dalam permasalahan dua Negara ini kita nantinya harus bisa bercermin mengenai masalah toleransi dan saling menghargai satu sama lain. Karena dari permasalahan ini kita bisa melihat kurangnya rasa toleransi pada kedua Negara yang lebih mementingkan egoisme masing-masing.Dalam kehidupan internasional, sebuah perselisihan bahkan peperangan antar Negara tentunya akan menjadi sorotan dunia. Karena meupakan sebuah permasalahan yang fatal jika tidak segera diatasi. Permasalahan yang demikian inilah yang nantinya akan membutuhkan lembaga internasional yang memberikan naungan kepada Negara-negara di dunia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Latar Belakang Konflik Di Asia ? 2. Bagaimana Kronologi Konflik Di Asia ? 3. Apa Saja Upaya Penyelesaian Konflik Di Asia ? 4. Bagaimana Akhir Konflik Di Asia ? 1.3 Batasan Masalah Agar makalah ini lebih terarah dan terfokus maka dilakukan batasan-batasan terhadap permasalahan yaitu : 1. Latar belakang terjadi Konflik di Asia. 2. Kronologi konflik di Asia. 3. Upaya penyelesaian Konflik di Asia 4. Akhir dari Konflik di Asia. 1.4 Tujuan 1. Kita dapat mengetahui latar belakang Konflik di Asia 2. Kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis mengenai Kronologi Konflik di Asia 3. Kita dapat mempelajari mengenai Upaya penyelesaian Konflik Di Asia ? 4. Kita dapat mengatahun Akhir dari Konflik di Asia 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Latar Belakang Konflik Di Asia A. Konflik Perbatasan Di Asia Tenggara 1. Konflik Pulau Sipadan dan Ligitan Sengketa Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas: 50.000 meter²) dengan koordinat: 4°6′52.86″N 118°37′43.52″E dan pulau Ligitan (luas: 18.000 meter²) dengan koordinat: 4°9′N 118°53′E. Internasional Konflik Indonesia dengan Malaysia ini berawal pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara , yang secara bersamaan memasukkan pulau Sipadan dan Ligitan dalam batas – batas wilayahnya. Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum Mahkamah 2. Konflik Laut China Selatan Dan Kepulauan Spratly Konflik Laut China Selatan memanas pada 1947. Tiongkok, Malaysia, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Taiwan menjadi pihak yang bersengketa atas masalah ini. Akibat perebutan klaim wilayah atas Laut China Selatan berserta Kepulauan Spratly antara Tiongkok dan negara – negara lain yang bersengketa. 3. Konflik Thailand Dan Kamboja Konflik antara Thailand dan Kamboja terjadi terkait kepemilikan Kuil Preah Vihear, yang termasuk daftar warisan sejarah dunia oleah UNESCO. Kuil abad XI, Preach Vihear, terletak di antara distrik Choam Khsant di Provinsi Preah Vihear. Kamboja dan distrik Kantharalak di provinsi Sisaket. Thailand. B. Konflik Di Asia Selatan 1. Konflik Kashmir Antara India dan Pakistan Latar belakang konflik kedua Negara ini sebenarnya bukan hanya bermula setelah adanya kemerdekaan dari Pakistan. Namun sebenarnya konflik antara India-Pakistan dari 1947-1999 telah tumbuh sejak lama. Pada masa ini terdapat dua orgnisasi besar yang mewakili dua agama di India yakni agama Hindu yang diwakili oleh Partai Kongres pada tahun 1885 dan Liga Muslim pada tahun 1906. Pada awalnya Kongres dan Liga Muslim mampu bekerjasama, bahu-membahu dalam perjuangan kebangsaan India (Suwarno, 2012: 181). Namun seiring berjalannya waktu yakni 2 pada pemilu 1935 dimana pada saat itu pemilu dimenangkan oleh Partai Kongres memicu perselisihan antara kedua organisasi yang pada awalnya dapat berjalan sejajar tersebut. Perselisihan dipicu pula dengan penolakan Kongres pada pinangan Liga Muslim untuk membentuk koalisi 2. Perang Saudara Di Sri Lanka Perang saudara di Sri lanka merupakan perang dua etnis di Sri Lanka, yaitu Sinhala dan Tamil. Suku Sinhala merupakan etnis dominan di Sri Lanka (70%), sedangkan Tamil menjadi etnis pinggiran dan sering mendapatkan dikriminasi dari pemerintahan, yang kemudian memuculkan pergerakan sepratisme Tamil, Militansi Nasionalis Macan Tamil Sri Lanka (militant Sri Lankan Tamil nationalists) seperti Gerakan Pejuang Pembebasan Macan Tamil Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE). Dimana konflik ini terjadi antara gerakan separatis dengan pihak militer Sri Lanka yang telah berkecamuk sejak tahun 1983. Tujuan dari gerakan sepratis ini adalah untuk pembentukansebuah negaramerdekadiutara dan timurpulau, dimana di kedua kawasan tersebut mayoritas dihuni oleh suku Tamil. 3. Konflik Thailand Dan Kamboja Pada Bulan Juli 2008 Kuil Preah Vihear yang telah berumur 900 tahun di masukkan dalam daftar warisan Budaya Dunia (Word Heritage List) oleh UNESCO. hal ini disambut gembira oleh pemerintah Kamboja, namun memicu masalah di Thailand. C. Konflik Di Asia Timur 1. Konflik Korea Utara Dan Korea Selatan Penyebab meledaknya perang Korea Utara dan Korea Selatan terdiri dari 2 versi. Informasi versi Korut, pihak Korsel bersikeras menggelar latihan militer pada selasa sore di wilayah sengketa sekitar puluhan kilometer dari pulau Yeonpyeong dan mengabaikan peringatan dari Korut. Latihan militer tersebut diduga sengaja memancing suasana panas kedua Korea, sehingga semula Korut telah mengerahkan militer untuk memukul mundur latihan militer yang sifatnya provokasi itu. Langkah ini diambil untuk menekan para provokator. Pihak Korut menambahkan, jika pihak Korsel berani mengganggu ke perairan DPRK (Korea Utara) maka pihaknya akan mengambil langkah militer. Peringatan itu sudah berulangkali disampaikan kepada pihak Korsel. Sedangkan Versi Korsel menyalahkan pihak Korut, yang terlebih dahulu meluncurkan roket ke arah Korsel saat berlangsungnya latihan perang sehingga memancing keadaan memanas dan terpaksa Korsel memberikan tindakan militer balasan. 3 Serangan artileri Korut tersebut menyebabkan 2 tentara Korsel tewas dan beberapa sipil terluka parah. Pihak Korsel juga menambahkan bahwa serangan pelanggaran tersebut merusak sejumlah rumah di Pulau Yeonpyeong, milik Korsel. Di sisi lain, penilaian pengamat akan serangan Korut hanya sebagai bentuk cari perhatian terhadap public akan kekuatan militernya, saat pergantian kekuasaan dari Kim Jong-il kepada anaknya Kim Jongun. 2. Konflik Tiongkok Dan Jepang Konflik antara Tiongkok dan Jepang terjadi akibat perebutan Kepulauan Senkaku. Kepulauan Senkaku terdiri dari lima pulau, yang terdiri dari Pulau Uotsuri (Diaoyu Dao), Pulau Taisho (Chiwei Yu), Kubajima (Huangwei Yu), Pulau Kita Kojima (Bei Xiaodao) dan Pulau Minami Kojima (Nan Xiaodao) 2.2 Kronologi Konflik di Asia A. Konflik Perbatasan Di Asia Tenggara 1. Konflik Pulau Sipadan dan Ligitan Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. karena kita taat pada hukum internasional yang melarang mengunjungi daerah status quo, ketika anggota kita pulang dari sana membawa laporan, malah dimarahi. Sedangkan Malaysia malah membangun resort di sana SIPADAN dan Ligitan tiba-tiba menjadi berita, awal bulan lalu. Ini, gara-gara di dua pulau kecil yang terletak di Laut Sulawesi itu dibangun cottage. Di atas Sipadan, pulau yang luasnya hanya 4 km2 itu, kini, siap menanti wisatawan. Pengusaha Malaysia telah menambah jumlah penginapan menjadi hampir 20 buah. Dari jumlahnya, fasilitas pariwisata itu memang belum bisa disebut memadai. Tapi pemerintah Indonesia, yang juga merasa memiliki pulau-pulau itu, segera mengirim protes ke Kuala Lumpur, minta agar pembangunan di sana disetop dahulu. Alasannya, Sipadan dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus siapa pemiliknya. Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia 4 Tenggara atau TAC (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) dalam KTT pertama ASEAN di pulau Bali ini antara lain menyebutkan bahwa akan membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak beralasan karena terlibat pula sengketa dengan Singapura untuk klaim pulau Batu Puteh, sengketa kepemilikan Sabah dengan Filipina serta sengketa kepulauan Spratley di Laut Cina Selatan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Cina, dan Taiwan. Pihak Malaysia pada tahun 1991 lalu menempatkan sepasukan polisi hutan (setara Brimob) melakukan pengusiran semua warga negara Indonesia serta meminta pihak Indonesia untuk mencabut klaim atas kedua pulau. Setelah hampir 30 tahun, perundingan tiba pada jalan buntu, karena baik Indonesia yang bertahan pada posisi dan argumentasi bahwa kedua pulau tersebut telah menjadi bagian wilayahnya sejak masa penjajahan Belanda, maupun Malaysia yang juga meyakini kedaulatannya atas pulau-pulau tersebut sejak masa colonial Inggris, tetap bertahan pada posisi masing-masing. Pada 1997 kedua belah pihak sepakat menempuh jalan hukum yaitu dengan menyerahkan sengketa tersebut kepada Mahkamah Internasional. 2. Konflik Laut China Selatan Dan Kepulauan Spratly Sengketa di wilayah perairan yang mengandung banyak sumber daya alam serta menjadi jalur ekonomi yang strategis bermula ketika pada tahun 1947, Cina membuat peta yang mengklaim sebagian besar wilayah tersebut. Partai Komunis yang mengambil alih kekuasaan di Tiongkok pada tahun 1949, kemudian membuat sembilan garis putus-putus (nine dash lines) di seputar kawasan Laut Cina Selatan di peta resminya pada 1953. Sembilan garis putus-putus itu meliputi wilayah-wilayah yang disengketakan dengan negara lain. Seperti, kepulauan Spratly dan Paracel yang disengketakan oleh Vietnam, kemudian Scarborough Reef yang disengketakan dengan Filipina. Sengketa terus berlanjut antara Cina dan beberapa negara ASEAN, bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Pada 1994, Filipina mengajukan tuntutan ke pengadilan Arbitrase di bawah Konvensi Hukum Laut PBB 1982 yang kemudian diratifikasi oleh 60 negara. Perjanjian ini mendefinisikan wilayah perairan, landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif. Pada 1995, Cina semakin frontal dengan melakukan pembangunan di pulau Mischief Reef, yang dikatakan akan berfungsi sebagai tempat penampungan bagi nelayan. Filipina kemudian menyampaikan protes melalui ASEAN. Berlanjut pada 1997 kapal angkatan laut Filipina mencegah kapal Cina mendekati Scarborough Shoal, pulau karang tidak berpenghuni yang dikenal sebagai Pulau Huangyan di Cina. Hal tersebut memicu protes keras dari Cina terhadap pulau yang berjarak sekitar 1.000 5 kilometer dari daratannya dan 230 kilometer dari Filipina. Dalam tahun-tahun berikutnya, Filipina menahan nelayan Cina berkali-kali untuk dugaan pencurian ikan di kawasan itu. Untuk mematenkan Laut Cina Selatan sebagai teritorialnya, pada 2009 Cina mengajukan peta sembilan garis putus-putusnya kepada PBB. Pengajuan itu lantas ditentang oleh Vietnam dan Malaysia, diikuti protes dari Filipina dan Indonesia. Ketegangan terus berlanjut dengan beberapa gesekan serius, seperti saling cegat oleh kapal angkatan laut masing-masing negara. Lalu pada 2013, Filipina membawa sengketa dengan Cina ke Pengadilan Tetap Arbitrase di Den Haag, Belanda, yang kemudian memancing kemarahan Beijing. Sengketa berlanjut pada 2014 ketika Cina menyatakan bahwa panel tidak memiliki yurisdiksi atas kasus tersebut, karena menyangkut masalah kedaulatan dan definisi batas, yang tidak tercakup oleh Konvensi PBB. Selain itu, Cina juga menyatakan bahwa Filipina dan Cina telah sepakat untuk menyelesaikan sengketa hanya melalui negosiasi. 3. Konflik Thailand Dan Kamboja Konflik antara Thailand dan Kamboja terjadi terkait kepemilikan Kuil Preah Vihear, yang termasuk daftar warisan sejarah Dunia oleh UNESCO. Kuil Abad XI, Preah Vihear, terletak di Antara distrik Choam Khsant di Provinsi PreahVihear, Kamboja dan Distrik Kantharalak di Provinsi Sisaket, Thailand. Pada Bulan Juli 2008 Kuil Preah Vihear yang telah berumur 900 tahun di masukkan dalam daftar warisan Budaya Dunia (Word Heritage List) oleh UNESCO. hal ini disambut gembira oleh Pemerintah Kamboja, namun memicu masalah di Thailand. Akibatnya, terjadilah kontak senjata antara tentara militer Kamboja dengan Thailand di perbatasan dekat Kuil Preah Vihear yang menjadi jantung sengketa antara kedua negara. Baku tembak yang pecah antara tentara militer kedua negara terjadi pada tanggal 15 Oktober 2008 dan 3 April 2009 yang mengakibatkan jatuhnya korban dari kedua anggota militer. Thailand kemudian meminta dewan keamanan (DK) PBB untuk mengerahkan pasukan pemelihara perdamaian PBB ke perbatasan itu, Akan tetapi PBB memutuskan akan mengadakan perundingan di New York yang akan di hadiri Menlu Thailand Kasit Piromya, Hun Sen, dan Menlu Marthy Natalegawa dari Indonesia sebagai ketua ASEAN pada 14 Februari 2011. Pertemuan Trilateral antara Menlu Indonesia Marthy Natalegawa, Menlu Thailand Kasit Piromya dan Menlu Kamboja Hor Namhong memastikan untuk tetap menyelesaikan masalah mereka dengan cara damai 6 B. Konflik Di Asia Selatan Kawasan Asia Selatan membentang mulai dari Afghanistan, memotong Pakistan, India, Nepal, Bhutan, Bangladesh, dan Sri Lanka, Negara – negara di wilayah tersebut menghadapi berbagai problema yang menyangkut Rasial – Etnis, Agama, Ekonomi yang pada akhirnya memengaruhi Stabilitas Politik Interns negara – negara di wilayah tersebut. 1. Konflik Kashmir Antara India dan Pakistan Kala itu Kashmir memilih untuk tidak bergabung ke Pakistan atau India, hingga Oktober 1947 pasukan bersenjata Pakistan menyerang Kashmir. Kemudian Maharaja Kashmir menandatangani sebuah surat untuk bergabung dengan India. Pakistan tidak menganggap surat tersebut dokumen resmi, oleh karena itu mulailah Pakistan dan India berperang memperebutkan Kashmir. India dan pakistan sepakat menarik pasukan masing-masing dari Kashmir dan menetapkan batas anti senjata api, yang disebut Garis Kekuasaan. Cina dan India terlibat dalam perang singkat untuk menguasai Aksai Chin pada 1962, sebagaimana diwartakan BBC. Kemudian, pada 1963, Pakistan menyerahkan traktat Trans-Karakoramatau Lembah Shaksgam, yang berbatasan dengan Xinjiang. India dan Pakistan kembali memperebutkan Kashmir, dan Pakistan mendapat sebagian kecil wilayah. Hingga Januari 1966 kedua belah pihak menarik pasukannya kembali. Perang kembali pecah pada 1971 hingga 2 Juli 1972 sehingga dibuatlah Perjanjian Simla yang menegaskan wilayah-wilayah di Kashmir yang berada di bawah kuasa India, dan mana saja wilayah di bawah kekuasaan Pakistan. Namun, kedua negara masih berselisih paham mengenai perbatasan. Pada 1974, Front oposisi meminta pemerintah India memberikan referendum otonomi konstitusi sebagai bentuk perjanjian antara Kashmir dengan India. Sheikh Abdullah menjadi menteri utama. Pada 1989 mulailah para militan bangkit di wilayah Kashmir di bawah kepemimpinan India, menginginkan kemerdekaan kelompoknya. India menuduh Pakistan mempersenjatai kelompok teroris tersebut. India dan Pakistan berperang setelah pasukan bersenjata melintasi batas kontrol wilayah administrasi India, yaitu Kota Kargil. Melalui perang ini, India kembali mendapatkan wilayahnya dua bulan kemudian. Pada November 2003, Perdana menteri India, Atal Bihari Vajpayee bertemu dengan presiden Pakistan, Pervez Musharraf di Islamabad untuk menjalin hubungan diplomatik, usai India menyetujui usul Pakistan untuk gencatan senjata di Kashmir. 7 2. Perang Saudara Di Sri Lanka Sri Lanka merupakan bekas koloni inggris dan memperoleh kemerdekaan tahun 1948. Hampir 74% penduduk menganut Agama Hindu. Sejak kemerdekaan, negara ini menghadapai konflik etnis internal yang terjadi antara mayoritas Sinhala dan Minoritas Tamil. dalam situasi pasca kemerdekaan, Tamin tergeser oleh dominasi mayoritas Sinhala dalam bidang pemerintahan dan kebijakan. Pada Tahun 1970-an, muncul pergerakan separatisme Tamil, salah satunya adalah gerakan Pejuang Pembebasan Macan Tamil atau Liberation Tigers Of Tamil Eelam ( LTTE) yang di pimpin oleh Velupillai Prabhakaran. tujuan dari gerakan separatis ini adalah untuk pembentukan sebuah negara merdeka. LTTE berkembang menjadi kelompok militer yang kuat dan memperburuk konflik. Konflik Etnis dan politik ini telah menewaskan puluhan ribu penduduk Sri Lanka dan hampir setengah juga di antaranya mengungsi, merusak bisnis, merusak kekayaan dalam skala masif dan menghabiskan banyak anggaran. Situasi Berlansung hampir sepanjang 30 tahun hingga LTTE bersedia menyerah pada 17 Mei 2009 akibat keputusan mangakhiri operasi militer oleh Presiden Rajapakse. C. Konflik Di Asia Timur Asia Timur meupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antarnegara didalamnya. Dibalik potensi ekonomi yang besar dan derasnya arus perdagangan di kawasan Asia Timur, ternyata kawasan ini memiliki tingkat kerawanan dalam hubungannya satu sama lain. 1. Konflik Korea Utara Dan Korea Selatan Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB. Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan sebagai aksi polisional di bawah bendera PBB daripada sebuah perang, dikarenakan untuk menghilangkan keperluan kongres mengumumkan perang. 25 Juni 1950 - artileri telah diluncurkan, tank-tank dan pasukan infanteri Tentara Korea 8 Utara mulai menyerang Korea Selatan, sebuah kawasan di selatannya berseberangan haluan secara politik, yang hanya dipisahkan garis imajiner 38˚. 4 Januari 1951 - Tentara Korea Utara yang dibantu Cina berhasil menguasai Seoul. 27 Juli 1953 - Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan saat itu, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini. 60 tahun kemudian.. 26 Maret 2010 - kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam. Korsel menaruh curiga pada Korut. Hubungan kedua negara memanas. 24 November 2010 - Korut melakukan serangan artileri ke pulau Yeonpyeong yang menjadi markas militer Korsel. Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah mengalami perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang terbatas. Meskipun kedua negara memiliki dukungan negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja tak pernah terjadi perang berskala dan intensitas besar maupun massif. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara ini adalah perang Proxy, atau perang yang tak melibatkan kekuatan utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang tahun 1950-1953 berakhir dengan tanpa kemenangan, kecuali angka korban jiwa yang signifikan di kedua belah pihak. Ketika itu, politik global masih bi-polar, Amerika Serikat dan Uni Soviet, perang masih dalam tataran perang militer, kemajuan tekonologi dan peradaban dunia tak sepesat sekarang. Ketika beragam permasalahan bilateral kedua negara bersaudara ini makin kerap terjadi, bisa saja pihak yang merasa terdzalimi, akan melakukan perlawanan. Siapa yang menzalimi dan terdzalimi tentu subyektif bagi kedua negara. Hal sekecil apapun bisa saja menjadi pemicu perang. 2. Konflik Tiongkok Dan Jepang Konflik antara Tiongkok dan Jepang terjadi akibat perebutan Kepulauan Senkaku. Kepulauan Senkaku terdiri dari lima pulau, yang teridiri dari Pulau Uotsuri (Diaoyu Dao), Pulau Taisho (Chiwei Yu), Kubajima (Huangwei Yu), Pulai Kita Kojima (Bei Xiandao) dan Pulau Minami Kojima (Nan Xiaodo). Pada awalnya, Kepulauan Senkaku adalah pulau tak bertuan dan tak berpenghuni . Pada Zaman Restorasi Meiji Tahun 1885, pemerintah Jepang melakukan Survei yang hasilnya, pulau tersebut tidak ada pemiliknya . saat itu Menteri Dalam Negeri Jepang, Aritomo Yamagata, mengajukan permintaan resmi agar pulau di masukkan ke Jepang. 9 Pada tahun 1969, PBB mengumumkan bahwa di Kepulauan Senkaku banyak Sumber Alam Mineral dengan nilai satu triliun dolar AS. Akibatnya, Pulau Senkaku menarik perhatian dunia, terutama Tiongkok. Sidang Keamanan PBB tanggal 20 Mei 1972 memutuskan Amerika Serikat mengembalikan Okinawa termasuk pulau Senkaku (Tiongkok menyebut pulau Diaoyu) kepada Jepang. Sejak lepas dari Amerika, hingga kini banyak kasus terjadi persengketaan antara Tiongkok dan Jepang. Tiongkok tak mengakui Kepulauan Senkaku milik jepang. Persengketaan internasional tak terhindari , muncul penembakan kapal laut antara kedua negara berulang kali. 2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Di Asia A. Konflik Perbatasan Di Asia Tenggara 1. Konflik Pulau Sipadan dan Ligitan Setelah mengalami perdebatan yang sengit, akhirnya kedua Negara tersebut bersepakat untuk membawa masalah tersebut ke Mahkamah Internasional. Di mana berdasarkan faktafakta yang diajukan oleh kedua belah pihak membuktikan fakta-faktanya sehingga akhirnya Malaysialah yang mampu membuktikan bahwa secara administrasi Malaysia sudah menduduki pulau tersebut. Mahkamah Internasional (International Court of Justice) telah memutuskan bahwa Malaysia memiliki kedaulatan atas Pulau Sipadan-Ligitan. Pemerintah Indonesia menerima keputusan akhir Mahkamah Internasional (MI). Kala itu, pada sidang yang dimulai pukul 10.00 waktu Den Haag, atau pukul 16.00 WIB, MI telah mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. Kemenangan Malaysia, berdasarkan pertimbangan effectivitee, yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercusuar sejak 1960-an. Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu). Di pihak yang lain, MI juga menolak argumentasi Indonesia yang bersandar pada konvensi 1891, yang dinilai hanya mengatur perbatasan kedua negara di Kalimantan. Garis paralel 14 derajat Lintang Utara ditafsirkan hanya menjorok ke laut sejauh 3 mil dari titik pantai timur Pulau Sebatik, sesuai dengan 10 ketentuan hukum laut internasional pada waktu itu yang menetapkan laut wilayah sejauh 3 mil. 2. Konflik Laut China Selatan Dan Kepulauan Spratly Proses damai di Laut China Selatan yang di prakarsai ASEAN tidak hanya di mulai dari Pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) dari tahun ke tahun, tetapi juga dari prakarsa Indonesia sejak 1990-an melalui lokakarya Laut China Selatan sejak 1980-an. Hingga di sepakatilah Declaration On Conduct Of The Parties In South China Sea (DOC) antara Tiongkok dengan ASEAN di Kamboja, pada 4 November 2002. Namun pada saat ini, Upaya yang di lakukan ASEAN belum dapat menjadi Solusi bagi penyelesaian Konflik Laut China Selatan. 3. Konflik Thailand Dan Kamboja PBB memutuskan akan mengadakan perundingan di New York yang akan di hadiri Menlu Thailand Kasit Piromya, Hun Sen, dan Menlu Marthy Natalegawa dari Indonesia sebagai ketua ASEAN pada 14 Februari 2011.Pertemuan Trilateral antara Menlu Indonesia Marthy Natalegawa, Menlu Thailand Kasit Piromya dan Menlu Kamboja Hor Namhong memastikan untuk tetap menyelesaikan masalah konflik mereka dengan cara damai. B. Konflik Di Asia Selatan 1. Konflik Kashmir Antara India dan Pakistan Pada Tanggal 5 Januari 2004, Pada Tanggal 5 Januari 2004, dimulainya usaha perdamaian yang dilakukan oleh Perdana Menteri Vajpayee dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf yaitu berupa kesepakatan di antara kedua pemimpin untuk memulai dialog menyeluruh yang pada akhirnya akan menyelesaikan Konflik Kashmir. Namun, ketengangan antara India dan Pakistan kembali meruncing pada 27 Desember 2008 hingga sekarang. usaha perdamaian yang dilakukan oleh Perdana Menteri Vajpayee dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf yaitu berupa kesepakatan di antara kedua pemimpin untuk memulai dialog menyeluruh yang pada akhirnya akan menyelesaikan Konflik Kashmir. Namun, ketengangan antara India dan Pakistan kembali meruncing pada 27 Desember 2008 hingga sekarang. 2. Perang Saudara Di Sri Lanka Organisasi-organisasi bantuan internasional dan PBB mendorong Sri Lanka untuk segera membuka akses pada warga sipil, terutama yang terjebak di daerah pertempuran, mengingat perang telah dinyatakan selesai. Sekjen PBB Ban Ki-moon dijadwalkan terbang ke Sri Lanka Jumat pekan ini guna membahas bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan negara itu. Pengumuman bahwa perang telah berakhir disambut warga dengan menyalakan petasan di jalan-jalan yang dihiasi bendera Sri Lanka. Pemerintah mengimbau agar setiap rumah 11 menaikkan bendera sebagai tanda kemenangan dan penghormatan bagi tentara yang tewas. Rabu besok diumumkan sebagai hari libur nasional. Lebih dari 80 ribu orang tewas dalam konflik, dan puluhan ribu lainnya cacat serta cedera. Baik pemerintah Sri Lanka dan LTTE dituduh berlaku kejam dan melanggar HAM. C. Konflik Di Asia Timur 1. Konflik Korea Utara Dan Korea Selatan Ketika Presiden Korea Selatan, Kim Dae Jung mulai berkuasa pada tahun 1998 ia mengumumkan “Sunshine Policy”, sebuah kebijakan yang bertujuan meningkatkan interaksi antara kedua negara. akan tetapi pada November 2010 Korea Utara Terus melakukan terus melakukan uji coba Nuklir, dan peluncuran Artileri dari Korea Utara yang menyebabkan kematian dua warga sipil dan dua anggota militer Korea Selatan. Akibatnya, Konflik keduanya berlanjut hingga sekarang. 2. Konflik Tiongkok Dan Jepang Dari lamanya kasus sengketa atas hak kepemilikan Pulau Senkaku ini, sebenarnya sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan guna menyelesaikan masalah ini.Salah satunya, Jepang dan China sama-sama meratifikasi Konvensi PBB tentang hokum laut (UNCLOS) 1982, namun mereka masih membangun sendiri pemahaman yang belum dituntaskan[8]. Selain itu, pada tahun 1997, Jepang mulai mengajukan upaya penyelesain sengketa ini saat Jepang dan China bertemu kembali untuk membahas perjanjian perikanan antara Jepang dan China di Laut China Timur.Namun China tidak menerima upaya tersebut karena China beranggapan bahwa pertemuan mereka hanya sebata membahas perjanjian perikanan tanpa membahas permasalahan hokum lainnya. Pada Delimitasi Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) tahun 1998, China dan Jepang juga diupayakan untuk melakukan upaya penyelesaian sengketa melalui Delimitasi ZEE. Namun, mereka tetap bersikeras terhadap posisinya masing masing, yaitu China bersikeras bahwa ia menggunakan asas natural prolongation dalam menentukan batas kedaulatan terluar negaranya. Sedangkan Jepang memilih untuk membagi wilayahtersebut menjadi dua bagian sesuai dengan garisequidistance.Perbedaan pendapat dari keduanya inilah yang menyebabkan permasalahan ini lagi-lagi tidak mendapatkan titik temu. 12 2.4 Akhir Konflik Di Asia A. Konflik Perbatasan Di Asia Tenggara 1. Konflik Pulau Sipadan dan Ligitan Sesuai dengan kesekapatan antara Indonesia-Malaysia tidak ada banding setelah keputusan ini. Sebab, keputusan mahkamah ini bersifat final dan mengikat. Tentang tindak lanjut pasca keputusan MI, menteri menyatakan, langkah pertama yang diambil adalah merumuskan batas-batas negara dengan negara-negara terdekat. Untuk Sipadan-Ligitan akan ditarik batas laut wilayah sejauh 12 mil dari lingkungan dua pulau tersebut 2. Konflik Laut China Selatan Dan Kepulauan Spratly Hingga di sepakatilah Declaration On Conduct Of The Parties In South China Sea (DOC) antara Tiongkok dengan ASEAN di Kamboja, pada 4 November 2002. Namun pada saat ini, Upaya yang di lakukan ASEAN belum dapat menjadi Solusi bagi penyelesaian Konflik Laut China Selatan. 3. Konflik Thailand Dan Kamboja Trilateral antara Menlu Indonesia Marthy Natalegawa, Menlu Thailand Kasit Piromya dan Menlu Kamboja Hor Namhong memastikan untuk tetap menyelesaikan masalah konflik mereka dengan cara damai. B. Konflik Di Asia Selatan 1. Konflik Kashmir Antara India dan Pakistan Setelah beberapa babak peperangan, pada 4 Juli 1999, Nawaz Sharif, Perdana Menteri Pakistan memutuskan bertemu dengan Bill Clinton, Presiden AS. Tentu, mereka ketemuan bukan untuk bikin video Tiktok bareng, melainkan kesepakatan Pakistan untuk menarik mundur pasukannya dari LOC 2. Perang Saudara Di Sri Lanka LTTE bersedia menyerah pada 17 Mei 2009 akibat keputusan mangakhiri operasi militer oleh Presiden Rajapakse. C. Konflik Di Asia Timur 1. Konflik Korea Utara Dan Korea Selatan Perang ini berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Syngman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Namun secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini. 13 2. Konflik Tiongkok Dan Jepang Setelah tidak ditemukannya titik temu pada delimitasi ZEE ini, Jepang dan China kembali bertemu pada tahun 2008, yaitu pada kunjungan Presiden China- Hu Jianto dengan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda pada tanggal 7 Mei 2008 dan disebut dengan “Priciple Concensus”, dalam pertemuan ini telah dicapai 3 kesempakatan penting, yaitu, 1) Jepang menyatakan bahwa ladang gas dan minya seharusnya dikelola bersama (JDA, Joint Development Agreement) tidak hanya China yang memanfaatkannya, 2) Jepang dan China sepakat untuk mengadakan pertemuan puncak tahunan untuk meredakan ketegangan antara China dan Jepang yang telah berlangsung lama dan sebagai akibat dari konflik Kepulauan Senkaku, 3) China dan Jepang juga menyepakati untuk melihat hubungan kedua negara lebih positif dengan tidak melihat masing-masing piak sebagai ancaman 14 BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Dalam permasalahan dua Negara ini kita nantinya harus bisa bercermin mengenai masalah toleransi dan saling menghargai satu sama lain. Karena dari permasalahan ini kita bisa melihat kurangnya rasa toleransi pada kedua Negara yang lebih mementingkan egoisme masing-masing.Dalam kehidupan internasional, sebuah perselisihan bahkan peperangan antar Negara tentunya akan menjadi sorotan dunia. Karena meupakan sebuah permasalahan yang fatal jika tidak segera diatasi. Permasalahan yang demikian inilah yang nantinya akan membutuhkan lembaga internasional yang memberikan naungan kepada Negara-negara di dunia 3.2 Saran Hendaknya sebuah wilayah diberikan kebebasan untuk memilih bergabung dengan wilayah mana yang ia inginkan dan diberikan jaminan atas keberlangsungan kehidupannya. Selain itu bagi Negara yang tidak terpilih untuk bergabung hendaknya lebih memberikan toleransi agar tidak terjadi permasalahan yang berkepanjangan. Namun jika masih terjadi perang hendaknya tidak diikuti dengan dendam. Dan saat ada pihak luar yang ingin membantu meredam permasalahan hendaknya dipikirkan dengan baik dan mencoba menerimanya. 15 DAFTAR PUSAKA https://nopalflashjr.blogspot.com/2019/02/makalah-konflik-di-asia.html?m=1 Buku Sejarah Peminatan kelas XII Kurikulum 2013 Revisi Mediatama http://jepangthings.blogspot.com/2016/02/sengketa-pulau-senkaku.html?m=1 http://bukusejar.blogspot.com/2015/06/konflik-berkepanjangan-antara-india.html?m=1 https://kelasips.co.id/latar-belakang-perang-korea/ https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-12-belajar-sejarah-konflik-asia-timur-dari-drama-korea http://fadelsblog.blogspot.com/2011/07/perang-saudara-sri-lanka.html?m=1 https://blog.ruangguru.com/konflik-kashmir https://historia.id/politik/articles/konflik-kashmir-tiada-akhir-P1Ro2 https://www.academia.edu/32458310/PENYELESAIAN_KONFLIK_KAMBOJATHAILAND_DALAM_PERSPEKTIF_REALIS 16