MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam SUKSES BAGI MUSLIM Fakultas Program Studi Teknik Teknik Mesin Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh MK90002 Ayatullah, M. Pd Abstract Kompetensi Setiap manusia pada hakikatnya ingin meraih sukses dalam hidupnya. Memahami konsep Muslim Sukses yang hakiki. Pendahuluan Latar Belakang Dalam Surah Al-Baqarah ayat 28 Allah SWT berfirman : " Mengapa kamu kafir kepada Allah padahal kamu tadinya mati lalu Allah menghidupkan kamu kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan kembali kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan". Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Al Fakh Al Razi mengatakan bahwa hidup adalah nikmat pertama yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia sebelum nikmat lainnya termasuk nikmat iman lantaran tanpa kehidupan maka nikmat lain tak bisa diperolehnya. Karena itulah maka nikmat hidup harus disyukuri dengan memberdayakannya dan dikelola secara baik sehingga memiliki makna dan nilai positif semaksimal mungkin. Pemberdayaan dan pemaknaan hidup tersebut diidentifikasikan oleh Allah sebagai 'imaratul ard' (pemakmuran dunia) sebagai tugas manusia di muka bumi dalam dimensinya yang amat luas meliputi pembangunan masyarakat manusia yang kuat dan sehat secara fisik dan ruhani. Tugas mulia ini ditegaskan oleh Allah di dalam Alqur'an : "Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu yang melakukan pemakmurannya…" (QS Hud : 61). Inilah tugas membangun peradaban Rabbani yang menjadikan peradaban agar relevan dan mengandung nilai dan tuntunan Allah yang mampu memciptakan kebahagiaan bagi manusia dalam kehidupan di dunia dan di akherat kelak serta sebagai sarana mencapai puncak tujuan hidup manusia yaitu ibadah kepada Allah SWT : "Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah" ( QS Al Dzariyat : 56). Agar pemberdayaan kehidupan dunia menjadi efisien dan tepat sasaran maka kehidupan seseorang harus dikelola secara baik dan dipersiapkan dengan matang. Di Dalam Alqur'an Allah memerintahkan orang Islam agar merencanakan dan mempersiapkan masa depan dalam firman-Nya : " Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatiakan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan " (QS Al Hasyr : 18). Dalam beberapa Hadits, Rasulullah saw sangat menekankan kepada optimalisasi dan maksimalisasi pemberdayaan hidup lantaran umur adalah modal utama yang apabila telah sampai jalur “finish” maka tidak mungkin kembali lagi, antara lain : 'Siapkanlah lima hal sebelum datangnya lima hal : hidupmu sebelum matimu, masa mudamu sebelum masa tuamu, masa senggangmu sebelum masa sibukmu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu dan masa kayamu sebelu masa miskinmu' (HR Tirmidzi). 2014 2 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sukses Hidup bagi Muslim A. Kunci Pembuka Kesuksesan Hidup "Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu..." (Q. S Ali Imran (3) : 160) Sukses merupakan sebuah kata yang terkesan indah dan enak untuk didengar. Dan keindahan itu mungkin dapat mudah dinikmatinya atau bisa jadi sulit untuk dicapainya. Karena berita sukses bukan hanya cukup didengar akan tapi harus dapat dibuktikan dan dirasakan langsung. Lalu, apakah yang dapat menjadi kunci utama untuk mendapatkan hal tersebut. Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses yang hakiki? Dari mana harus memulainya ketika kita ingin segera memperjuangkannya? Dibawah ini ada beberapa tips yang dapat dipraktikan langsung, semoga dapat bermanfaat. Sukses itu terletak pada proses atau hasil. Dua hal ini yang mungkin menjadi tujuan kita semua. Sehingga ada orang yang berorientasi penuh pada hasil dengan mengindahkan proses. Dan ada juga orang yang menikmati proses dan tidak terlalu berambisi pada hasil yang optimal. Dan ada juga orang yang serius dalam proses agar berharap hasil optimal. Dibawah ini dijelaskan beberapa ilustrasi semoga menjadi inspirasi bagi kita semua. Tampaknya tidak terlalu salah bila ada orang yang telah berhasil menempuh jenjang pendidikan tinggi, bahkan lulusan luar negeri, lalu menganggap dirinya orang sukses. Mungkin juga seseorang yang gagal atau tidak lulus dalam menempuh jalur pendidikan formal yang ditempuhnya selama belasan tahun, tetapi akhirnya ia berani menepuk dada karena yakin bahwa dirinya telah mencapai sukses. Mengapa demikian? Karena, ia telah memilih dunia wirausaha, lalu berusaha keras tanpa mengenal lelah, sehingga terwujudlah segala buah jerih payahnya itu dalam belasan perusahaan besar yang menguntungkan. Dan dia melihat teman-temannya yang memiliki predikat lulusan terbaik di kampusnya tidak sesukses dirinya dalam karir hidupnya. Seorang ayah yang sederhana dan bersahaja dihari tuanya tersenyum puas dengan penuh suka cita karena telah berhasil mengayuh bahtera rumah tangga yang tentram dan 2014 3 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bahagia, dikarenakan anak-anaknya telah ia antar ke gerbang cakrawala keberhasilan hidup yang mandiri yang kesuksesannya melebihi kesuksesan kedua orang tuanya. Lain halnya, Seorang kiai atau mubaligh juga berusaha mensyukuri kesuksesan hidupnya ketika jutaan ummat telah menjadi jamaahnya yang setia dan telah menjadikannya sebagai panutan, terlebih pesantrennya selalu dipenuhi oleh ribuan santri yang ingin mengkaji ilmu. Akan tetapi, sayangnya sang kiai tersebut sangat sedih karena tidak ada keturunannya yang dianggap mampu dan layak untuk melanjutkan atau menjadi generasi penerus sang kiai ketika nanti beliau wafat. Pendek kata, adalah hak setiap orang untuk menentukan sendiri dari sudut pandang mana ia melihat kesuksesan hidup. Akan tetapi, dari sudut pandang manakah seharusnya seorang Muslim dapat menilai dirinya sebagai orang yang telah meraih hidup sukses dalam urusan dunianya sebagai gerbang kesuksesan di akhirat kelak. Ada 4 hal yang bisa menjadi tips yang bisa kita renungkan dan pahami terlebih dahulu. Tips Merahi Kesuksesan a. Membangun Pondasi Kalau kita hendak membangun rumah, maka yang perlu terlebih dahulu dibuat dan diperkokoh adalah pondasinya. Karena, pondasi yang tidak kuat sudah dapat dipastikan akan membuat bangunan cepat ambruk kendati dinding dan atapnya dibuat sekuat dan sebagus apapun. Dan sebaik-baik pondasi adalah tauhid dan kehambaan kita kepada Allah semata. Karena Allah lah yang menguatkan dan menjaga hati-hati ini. Kalau dia tidak menjaganya maka hati ini akan menjadi liar tidak tahu arah dan tidak menentu. Dan dengan membangun kedekatan bersama-Nya untuk menjadi “Muslim Paripurna” adalah kunci pembuka kesuksesan hidup kita. Dan bagaimana menjadi Muslim Paripurna akan di bahas di bagian selanjutnya dibawah ini. Sering terjadi menimpa sebuah perusahaan, misalnya yang asalnya memiliki kinerja yang baik, sehingga maju pesat, tetapi ternyata ditengah jalan rontok. Padahal, perusahaan tersebut tinggal satu dua langkah lagi menjelang sukses. Mengapa bisa demikian? ternyata 2014 4 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id faktor penyebabnya adalah karena didalamnya merajalela ketidakjujuran, penipuan, intrik dan aneka kezhaliman lainnya. Tak jarang pula terjadi sebuah keluarga tampak berhasil membina rumah tangga dan berkecukupan dalam hal materi. Sang suami sukses meniti karir dikantornya, sang isteri pandai bergaul ditengah masyarakat, sementara anak-anaknya pun berhasil menempuh jenjang studi hingga ke perguruan tinggi, bahkan yang sudah bekerjapun beroleh posisi yang bagus. Namun apa yang terjadi kemudian? Suatu ketika hancurlah keutuhan rumah tangganya itu karena beberapa faktor yang mungkin mental mereka tidak sempat dipersiapkan sejak sebelumnya untuk menghadapinya. Suami menjadi lupa diri karena harta, gelar, pangkat dan kedudukannya, sehingga tergelincir mengabaikan kesetiaannya kepada keluarga. Isteripun menjadi lupa akan posisinya sendiri, terjebak dalam prasangka, mudah iri terhadap sesamanya dan bahkan menjadi pendorong suami dalam berbagai perilaku licik dan curang. Anak-anakpun tidak lagi menemukan ketenangan karena sehari-hari menonton keteladanan yang buruk yang tidak patut untuk dicontoh dalam kaca mata mereka. b. Menyantap harta yang halal dan berkah. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk merintis sesuatu secara baik? Alangkah indah dan mengesankan kalau kita meyakini satu hal, bahwa tiada kesuksesan yang sesungguhnya, kecuali kalau Allah Azza wa Jalla menolong segala urusan kita. Dengan kata lain apabila kita merindukan dapat meraih tangga kesuksesan, maka segala aspek yang berkaitan dengan dimensi sukses itu sendiri harus disandarkan pada satu prinsip, yakni sukses dengan dan karena pertolongan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan pondasi yang harus diperkokoh sebelum kita membangun dan menegakkan menara gading kesuksesan. Segala hal yang dimulai dengan sebuah kebaikan, dijalankan dengan penuh keridhaan, dan diakhiri dengan sebuah ketulusan kelak insha Allah akan berakhir dengan kebaikan pula. Kita diperintahkan untuk berdoa agar mendapat kerjaan yang baik dan berkah agar bernilai kebaikan dan mendapat keberkahan pula. c. Sunnatullah dan Inayatullah 2014 5 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Terjadinya seseorang bisa mencapai sukses atau terhindar dari sesuatu yang tidak diharapkannya, ternyata amat bergantung pada dua hal yakni sunnatullah dan inayatullah. Sunatullah artinya sunnah-sunnah Allah yang merupakan hukum alam yang terjadinya menghendaki proses sebab-akibat, sehingga membuka peluang bagi perekayasaan oleh perbuatan manusia. Seorang mahasiswa ingin menyelesaikan studinya tepat waktu dan dengan predikat memuaskan. Keinginan itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam belajarnya, mempersiapkan fisik dan pikirannya dengan sebaikbaiknya, lalu meningkatkan kuantitas dan kualitas belajarnya sedemikian rupa, sehingga melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan rekan-rekannya. Dalam konteks sunnatullah, sangat mungkin ia bisa meraih apa yang dicita-citakannya itu. Akan tetapi, ada bis yang terjatuh ke jurang dan menewaskan seluruh penumpangnya, tetapi seorang bayi selamat tanpa sedikitpun terluka. Seorang anak kecil yang terjatuh dari gedung lantai ketujuh ternyata tidak apa-apa, padahal secara logika terjatuh dari lantai dua saja ia bisa tewas. Sebaliknya, mahasiswa yang telah bersungguhsungguh berikhtiar tadi, bisa saja gagal total hanya karena Allah menakdirkan ia sakit parah menjelang masa ujian akhir studinya, misalnya. Segala yang mustahil menurut akal manusia sama sekali tidak ada yang mustahil bila inayatullah atau pertolongan Allah telah turun. Demikian pula kalau kita berbisnis hanya mengandalkan ikhtiar akal dan kemampuan saja, maka sangat mungkin akan beroleh sukses karena toh telah menetapi prasyarat sunnatullah. Akan tetapi, bukankah rencana manusia tidak mesti selalu sama dengan rencana Allah. Dan adakah manusia yang mengetahui persis apa yang telah menjadi rencana-Nya atas manusia? Boleh saja kita berjuang habis-habisan karena dengan begitu orang kafirpun toh beroleh kesuksesan. Akan tetapi, kalau ternyata Dia menghendaki lain lantas kita mau apa? mau kecewa? kecewa sama sekali tidak mengubah apapun. Lagipula, kecewa yang timbul dihati tiada lain karena kita amat menginginkan rencana Allah itu selalu sama dengan rencana kita. Padahal Dialah penentu segala kejadian karena hanya Dia yang Maha Mengetahui hikmah dibalik segala kejadian. Dan apa yang kita nilai baik bisa jadi hal tersebut tidak baik di mata Allah SWT dan begitupula sebaliknya dalam hal keburukan. 2014 6 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Rekayasa Diri Apa kuncinya? Kuncinya adalah kalau kita menginginkan hidup sukses di dunia, maka janganlah hanya sibuk merekayasa diri dan keadaan dalam rangka ikhtiar dzahir (tampak) semata, tetapi juga rekayasalah diri kita supaya menjadi orang yang layak ditolong oleh Allah. Ikhtiar dzahir akan menghadapkan kita pada dua pilihan, yakni tercapainya apa yang kita dambakan - karena faktor sunnatullah tadi - namun juga tidak mustahil akan berujung pada kegagalan kalau Allah menghendaki lain. Lain halnya kalau ikhtiar dzahir itu diselaraskan dengan ikhtiar bathin. Mengawalinya dengan dasar niat yang benar dan ikhlas semata mata demi ibadah kepada Allah. Berikhtiar dengan cara yang benar, kesungguhan yang tinggi, ilmu yang tepat sesuai yang diperlukan, jujur, lurus, tidak suka menganiaya orang lain dan tidak mudah berputus asa. Senantiasa menggantungkan harap hanya kepada Nya semata, seraya menepis sama sekali dari berharap kepada makhluk. Memohon dengan segenap hati kepada Nya agar bisa sekiranya apa-apa yang tengah diikhtiarkan itu bisa membawa maslahat bagi dirinya mapun bagi orang lain, kiranya Dia berkenan menolong memudahkan segala urusan kita. Dan tidak lupa menyerahkan sepenuhnya segala hasil akhir kepada Dia Dzat Maha Penentu segala kejadian. Bila Allah sudah menolong, maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan-Nya? Walaupun bergabung semua jin dan manusia untuk menghalangi pertolongan yang diturunkan Allah atas seorang hamba-Nya sekali-kali tidak akan pernah terhalang karena Dia memang bebas dan berhak menolong hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah merupakan sumber dari segala sumber, jadi hanya kepada Dia sajalah seorang Muslim hanya dapat berharap dan berserah diri. "Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan) maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal" (QS Ali Imran (3) : 160). 2014 7 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id B. Kriteria Muslim Paripurna Siapa yang telah mentauhidkan Allah berarti dia telah bersyahadat. Bersyahadat adalah asas dan syarat yang paling pokok untuk menjadi orang Islam. Mengapa Tauhid atau bersyahadat benar-benar menjadi sumber dari segala sumber akhlak mulia? Alasannya adalah sebagai berikut: Pertama, bersyahadat berarti bersaksi, berjanji dan berbai’at dari lubuk hati yang terdalam,dengan perkataan dan perbuatan untuk meniadakan Tuhan atau menghabiskan Tuhan palsu. Setiap muslim bersyahadat, menyatakan: “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan”, maksudnya tidak ada yang saya pentingkan sedemikian rupa sehingga saya membiarkan diri saya di kuasai oleh-Nya, maksudnya, saya tidak mau dikuasai oleh Tuhan palsu atau hawa nafsu terhadap tiga “ta” (harta,tahta,wanita (seksualitas), egoisme, arogansi, munafik, zalim,fasik, iri hati, sombong, dan sifat-sifat tercela lainnya. Bahwa tidak ada Tuhan palsu lainnya kecuali hanya dikuasai oleh Allah SWT semata, dikuasai oleh sunnatullah baik yang tertiulis maupun yang tidak tertulis. Hanya Allah, firman Allah atau Al-Qur’an yang bertahta dalam diri ini. Kedua, dan saya bersaksi berjanji berbai’at bahwa Muhamad itu adalah Rasulullah. Maksudnya, Muhammad itu adalah utusan Allah bagi diri saya untuk menjadi tauladan hidup dan idola dalam kehidupan pibadi saya, keluarga, dalam bersikap, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara”. Al-Qur'an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur'an dan Sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim. 1. Salimul Aqidah Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan 2014 8 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam' (QS. 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da'wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid. 2. Shahihul Ibadah. Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasulullah Saw yang penting, dalam satu Haditsnya; beliau menyatakan: 'shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.' Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasulullah Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan. 3. Matinul Khuluq. Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya: 'Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung' (QS. 68:4). 4. Qowiyyul Jismi. Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: 'Mu'min yang kuat lebih aku cintai daripada mu'min yang lemah' (HR. Muslim). 2014 9 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Mutsaqqoful Fikri Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: 'pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.' Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari keperluan.' Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9). 6. Mujahadatul Linafsihi. Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim). 7. Harishun Ala Waqtihi. Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. 2014 10 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: 'Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.' Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memenej waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin. 8. Munazhzhamun fi Syuunihi. Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya. 9. Qodirun Alal Kasbi. Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur'an maupun Hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab 2014 11 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan. 10. Nafi'un Lighoirihi. Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum karakter atau karakter seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits, sesuatu yang perlu kita standardisasikan pada diri kita masing-masing. C. Diantara Sukses Kecil dan Sukses Besar Ada beberapa kisah yang menarik untuk menjadi perenungan dan diambil hikmahnya bagi kita semua. Sebaik-baiknya kisah adalah yang dapat menjadikan hati kita tergetar agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi kelak. Dikisahkan Tiga Komandan pasukan dalam perang Mut’ah itu berguguran sebagai syuhada. Zaid Bin Haritsah, Jafar Bin Abi Thalib dan Abdullah Bin Rawahah. Pasukan muslim yang berjumlah sekitar 3000 orang itu, memang tampak tidak seimbang ketika harus berhadapan dengan 200.000 orang dari pasukan Romawi, dan dipimpin langsung oleh raja mereka, Heraclius. Kelihatannya Rasulullah SAW sudah meramalkan kejadian itu, maka beliau berpesan kepada pasukan ini, bahwa apabila ketiga komandan mereka gugur, maka mereka harus memilih seorang komandan baru diantara mereka, yang dipilih oleh kaum muslimin ketika itu adalah Khalid Bin Walid. Tapi apakah yang kemudian dilakukan Khalid Bin Walid ? beliau justru menarik mundur pasukannya ke Madinah. Penduduk Madinah tidak dapat memahami strategi ini. Maka anak-anak mereka melampari pasukan Khalid karena menganggap mereka pengecut 2014 12 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan meninggalkan peperangan. Tapi Rasulullah SAW justru memberi gelar kepada Khalid sebagai ("Saefullah al-Maslul" ) pedang Allah yang senantiasa terhunus Secara gemilang Khalid telah berhasil menyelamatkan banyak nyawa para sahabat dari sebuah pertempuran yang tidak seimbang. Ini bukan sekedar sebuah pertempuran, tapi sebuah peperangan. Masih ada medan lain yang akan mempertemukan mereka dengan pasukan Romawi. Hanya lima tahun setelah itu, Khalid Bin Walid membuktikan sabda Nabi dalam perang Yarmuk. Sukses dalam perang Yamuk adalah puncak dari sederet sukses-sukses kecil yang telah diraih Khalid sebelumnya. Dialah ujung tombak pembebasan Mekkah, komandan perang Riddah, dan pembuka pintu pembebasan Persi. Maka begitulah sesungguhnya merupakan kumpulan dari kesuksesan-kesuksesan kecil, yang dirakit perlahan-lahan, dalam rentang waktu yang panjang. Sukses besar, dalam sejarah hidup seorang pahlawan dimana ia mencapai puncak, lebih mirip sebuah pendakian. Tidak semua orang sampai ke puncak. Tapi, semua yang sampai ke puncak harus memulai langkah pertamanya dari kaki gunung, ini kaidah yang terjadi dalam semua medan kepahlawanan. Imam Syafi'i menulis banyak buku. tapi prestasi ilmiahnya yang paling gemilang adalah temuannya atas ilmu Ushul Fiqh. Ibnu Taimiyah menulis banyak buku, tapi kumpulan fatwanyalah yang paling monumental. Dr, Yusuf Al-Qardhawi menuulis banyak buku, tapi mungkin buku Fiqh Zakat yang paling prestisius. Sayyid Quthub menulis banyak buku, tapi Fii Dzilalil Quran yang paling abadi. Apa yang perlu kita ketahui adalah proses perjalanan dari sukses kecil ke sukses besar. Secara psikologis sukses-sukses kecil itu membangun dan memperkokoh rasa percaya diri para pahlawan. Tapi dalam proses kreativitas, sukses-sukses kecil itu memberi mereka inspirasi untuk memunculkan karya yang lebih besar. Ibnun Qoyyim benar ketika beliau mengatakan: "Setiap kebaikan yang kita lakukan akan mengajak saudara-saudaranya yang lain." 2014 13 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesimpulan Salah satu tugas mulia ummat manusia ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Alqur'an : "Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu yang melakukan pemakmurannya…" (QS Hud : 61). Inilah tugas membangun peradaban Rabbani yang menjadikan peradaban agar relevan dan mengandung nilai dan tuntunan Allah yang mampu memciptakan kebahagiaan bagi manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat kelak serta sebagai sarana mencapai puncak tujuan hidup manusia yaitu ibadah kepada Allah SWT : "Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah" ( QS Al Dzariyat : 56). Setiap manusia pasti mengharapkan peran positif dalam membangun peradaban tersebut yang mengantarkannya kepada kebahagiaan dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dikarenakan kehidupan akhirat seseorang merupakan natijah (hasil) dan dampak dari kehidupan dunia, maka kehidupan dunia menjadi sangat berarti dan penting karena merupakan modal utama yang sangat berharga bagi manusia dalam pencapaian dua kebahagiaan sekaligus. Agar pemberdayaan kehidupan dunia menjadi efisien dan tepat sasaran maka kehidupan seseorang harus dikelola secara baik dan dipersiapkan dengan matang. Di Dalam Alqur'an Allah memerintahkan orang Islam agar merencanakan dan mempersiapkan masa depan dalam firman-Nya : " Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatiakan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan " (QS Al Hasyr : 18). Dalam beberapa hadits, Rasulullah saw sangat menekankan kepada optimalisasi dan maksimalisasi pemberdayaan hidup dikarenakan umur adalah modal utama yang apabila telah lewat maka tidak mungkin kembali lagi, antara lain : 'Siapkanlah lima hal sebelum datangnya lima hal : hidupmu sebelum matimu, masa mudamu sebelum masa tuamu, masa senggangmu sebelum masa sibukmu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu dan masa kayamu sebelu masa miskinmu' (HR Tirmidzi). Wallohu ta’ala a’lam 2014 14 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Al Qur’an dan Terjemahnya, Team Depag RI, 1990, Depag RI 2. Shohih Buchori dan Muslim, 2008, Albayan, Hendra S & Tim Redaksi Jabal, Jabal Bandung. 3. Shahih Tafsir Ibnu Katsir [edisi lengkap 1 set 9 Jilid], Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, 2012, syigma creative media group. Bandung. 4. ETIKA Membangun Masyarakat Islam Modern, 2007, edisi 2, Srijanti, Purwanto, dan Wahyudi P, Graha Ilmu dan UMB. 5. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, untuk perguruan tinggi, Drs. H. Abu Ahmadi, Drs, Noor Salimi, 2004, Bumi aksara, Jakarta 6. Inilah Islam, jilid 2, Prof. Dr. ZS. Nainggolan, MA, 2010, Kalam Mulia, Jakarta 2014 15 Pendidikan Agama Islam Ayatullah, M. Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id