HALAMAN JUDUL PENGARUH PENERAPAN LITERASI DIGITAL TERHADAP PEMBANGUNAN DESA PADA ERA DIGITAL DI KECAMATAN KARANGANOM, KABUPATEN KLATEN Proposal Skripsi Diajukan kepada: Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Oleh: Mohamad Triaji H 0416040 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2020 i HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH PENERAPAN LITERASI DIGITAL TERHADAP PEMBANGUNAN DESA PADA ERA DIGITAL DI KECAMATAN KARANGANOM, KABUPATEN KLATEN Proposal Skripsi Oleh: Mohamad Triaji H0416040 Telah disetujui Pembimbing Utama tanggal: ............................... Dr. Dwiningtyas Padmaningrum, S.P., M.Si. NIP. 197712262005011002 Pembimbing Pendamping tanggal: ............................... Arip Wijianto, S.P., M.Si. NIP. 197712262005011002 Mengesahkan, Kepala Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Dr. Suminah, M.Si. NIP. 196610012000032001 ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 II. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 7 1. Literasi................................................................................................ 10 2. Literasi Digital ................................................................................... 11 3. Pembangunan Desa ............................................................................ 13 4. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ..................................... 15 1. Variabel Penelitian ............................................................................. 16 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................. 17 III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 24 1. Populasi .............................................................................................. 25 2. Sampel ................................................................................................ 25 1. Data Primer ........................................................................................ 25 2. Data Sekunder .................................................................................... 25 iii 1. Interview (wawancara) ....................................................................... 26 2. Kuisioner (angket) .............................................................................. 26 3. Observasi (pengamatan) ..................................................................... 26 4. Dokumentasi ...................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28 LAMPIRAN ......................................................................................................... 31 iv DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Hasil Survei Nasional Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia oleh APJII Tahun 2018 ................................................................................................... 1 Gambar 2. Hasil Survei Nasional Profil Perilaku Pengguna Internet di Indonesia oleh APJII Tahun 2018 ........................................................................................... 2 Gambar 3. Tingkatan Literasi Digital ................................................................... 12 Gambar 4. The Digital Competence Framework for Citizens 2.0......................... 18 Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................... 22 v DAFTAR TABEL Tabel 1. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 7 Tabel 2. Klasifikasi Literasi Digital ...................................................................... 13 vi BAB I I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah masyarakat pengguna internet terbesar di dunia. Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2018, dari total populasi penduduk Indonesia yaitu sebanyak 264 juta jiwa, ada sebanyak 171,71 juta jiwa atau sekitar 64,8 persen yang sudah terhubung ke internet. Perkembangan dunia digital ini dapat menimbulkan dua sisi yang berlawanan dalam kaitannya dengan pengembangan literasi digital di Indonesia. Gambar 1. Hasil Survei Nasional Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia oleh APJII Tahun 2018 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mitchell Kapoor menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki keahlian dalam menggunakan media digital, saat ini belum bisa memaksimalkan kemampuannya dalam menggunakan media digital untuk memperoleh informasi dan pengembangan diri (Self-development). Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil survei nasional profil perilaku pengguna internet di Indonesia yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2018 yang menyebutkan bahwa persentase terbesar alasan paling utama masyarakat 1 dalam menggunakan internet adalah komunikasi lewat pesan sebanyak 24,7%; diikuti sosial media 18,9%; dan mencari informasi terkait pekerjaan sebanyak 11,5%. Perkembangan media digital saat ini juga dapat memberikan peluang lain seperti peluang bisnis e-commerce, peluang lapangan kerja baru yang berbasis media digital, dan pengembangan kemampuan literasi digital. Perkembangan pesat dunia digital di Indonesia yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah berkembangnya sektor ekonomi kreatif dan usaha-usaha baru untuk menciptakan lapangan pekerjaan (Asosiasi Penyelenggara Jasa Pengguna Internet Indonesia, 2018) Gambar 2. Hasil Survei Nasional Profil Perilaku Pengguna Internet di Indonesia oleh APJII Tahun 2018 Rektor IPB University yaitu Prof. Dr. Arif Satria S.P., M.Si dalam kesempatannya di acara Organisasi Pangan dan Pertanian Sedunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) Roma menyampaikan pokok-pokok pikirannya tentang “Digital Agriculture: Challenges to be Addressed”. Rektor IPB University menyampaikan empat strategi pertanian era digital untuk negara-negara berkembang. Pertama, masyarakat pedesaan disiapkan untuk dapat memanfaatkan inovasi digital dengan sebaik mungkin. Kedua, membuat peta jalan riset Agro-Maritim 4.0 untuk hasil riset lebih terarah dan terukur serta bermanfaat untuk masyarakat secara konkret. Ketiga, membuat kerangka implementasi konsep Agro-Maritim 4.0 untuk seluruh pelaku usaha dari 2 berbagai lapisan sosial yang mampu menerapkan model pertanian era digital. Syarat pembangunan desa jika menggunakan literasi digital salah satunya adalah apakah desa tersebut sudah memiliki akses internet. Desa yang belum memiliki akses internet akan sulit untuk menerapkan konsep literasi digital. Literasi digital untuk pembangunan desa merupakan salah satu solusi dalam menghadapi era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Desa memiliki salah satu potensi yaitu sumber daya manusia (SDM) sebagai pengelola sumber daya alam, budaya, dan modal sosial yang harus dipersiapkan untuk menghadapi persaingan sektor ekonomi. Oleh karena itu, hal tersebut adalah tantangan bagi Indonesia saat ini. Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat pada kominfo.go.id (2019) mengatakan bahwa Desa Digital bertujuan untuk menyediakan akses internet di desa yang sebelumnya tidak memiliki koneksi internet sama sekali. Program Desa Digital bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat pada berbagai bidang seperti pendidikan dengan memanfaatkan teknologi media digital. Selain itu, harapannya setiap desa mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada, seperti media sosial Instagram dan WhatsApp Group untuk dapat berkomunikasi dengan perangkat desa serta dapat mempromosikan potensi desa. Program Desa Digital memberikan peluang untuk dapat membuka akses informasi, pendidikan, serta meningkatkan produktivitas masyarakat dalam memasarkan produk-produk lokal yang menjadi salah satu potensi desa. Akses internet yang ada pada Desa nantinya akan mendorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam mempromosikan produk-produk lokal menggunakan saluran e-commerce atau market place. Desa digital merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui pemanfaatan teknologi media digital dalam pembangunan potensi desa, pemasaran, pelayanan desa, dan percepatan akses informasi. Saat ini. sudah ada beberapa desa di Indonesia yang menerapkan literasi digital dalam memanfaatkan teknologi digital serta dapat memberikan hasil yang positif untuk kemajuan pembangunan desa. Salah satu desa di 3 Kecamatan Karanganom yaitu Desa Blanceran, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah telah mengembangkan produk situs web desa yang menampung banyak data tentang warga desa, termasuk data kependudukan, pelayanan untuk pembuatan surat menyurat serta potensi produk-produk lokal Desa Blanceran. Pengembangan website yang dilakukan Desa Blanceran ini dalam rangka menuju Desa Digital terutama dalam meningkatkan pelayanan masyarakat. Harapannya dengan adanya program desa digital ini, warga Desa Blanceran paham akan dunia sosial media serta melek digital. Hal ini perlu mengingat bahwa saat ini kita sudah memasuki era digital. Seluruh akses pelayanan untuk masyarakat desa melalui teknologi digital yang terkoneksi dengan jaringan nirkabel dan memiliki command center. Desa Blanceran juga memiliki akun media sosial untuk promosi dan menyalurkan informasi berita. Bambang Heri Novianto sebagai Kepala Desa menerangkan bahwa kegunaan aplikasi selain untuk pengurusan surat juga digunakan untuk promosi mengunggah hasil produk UMKM dan wisata Desa Blanceran. Program Desa Digital ini bekerja sama dengan Diskominfo Klaten dengan menyiapkan penyajian data secara digital dari seluruh desa yang ada. Aplikasi Desa Digital yang dimiliki Desa Blanceran menyajikan beberapa fitur seperti data kependudukan, sistem informasi layanan publik, peta desa dalam bentuk bidang tanah, sistem informasi keuangan desa dan lain-lain. 4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat literasi digital masyarakat Desa di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten? 2. Bagaimana tingkat pembangunan desa pada era digital di masyarakat Desa di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten? 3. Bagaimana pengaruh penerapan literasi digital terhadap pembangunan desa pada era digital di masyarakat Desa di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan tujuan yang akan dicapai dengan melakukan penelitian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat literasi digital masyarakat Desa di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. 2. Menganalisis tingkat pembangunan desa yang terjadi setelah adanya penerapan literasi digital. 3. Menganalisis pengaruh penerapan literasi digital terhadap pembangunan desa pada era digital di masyarakat Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan yang diraih dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi sarana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama perkuliahan terutama mengenai topik literasi digital. 2. Bagi instansi terkait, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan selanjutnya, dan atau untuk bahan evaluasi dalam pengadaan program-program yang berkaitan. 5 3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 6 BAB II II. LANDASAN TEORI Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat menambah wawasan teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu yang akan digunakan merupakan skripsi, tesis, maupun hasil penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian yang penulis akan lakukan baik dari segi tema, topik, serta metode yang akan digunakan. Pada penelitian terdahulu ini, penulis menggunakan lima penelitian sebagai referensi yang dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya. 7 Tabel 1. Penelitian Terdahulu No. 1 2 Nama Peneliti Adityar (2017) Bella Elpira (2018) Judul Penelitian Pengaruh Literasi Digital Terhadap Perilaku Internet Berisiko di Kalangan Siswa SMA dan MA Kota Makassar Pengaruh Penerapan Literasi Digital Terhadap Peningkatan Pembelajaran Siswa di SMP Negeri 6 Banda Aceh Hasil dan Aspek Penelitian Literasi Digital berpengaruh secara signifikan terhadap Perilaku Internet Berisiko di kalangan siswa SMA dan MA Kota Makassar. Literasi informasi memberikan pengaruh terhadap kemampuan mengajar guru sebesar 75%, sedangkan sisanya 25% dipengaruhi oleh faktor lain. Penerapan Literasi Digital berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pembelajaran siswa di SMP Negeri 6 Banda Aceh. Literasi Digital memberikan pengaruh terhadap peningkatan pembelajaran siswa sebesar 44%, sedangkan sisanya 56% dipengaruhi oleh faktor lain. 7 Perbedaan Penelitian Dulu Penelitian Ini Penelitian menggunakan Penelitian menggunakan variabel Y Perilaku Variabel Y Tingkat Internet Berisiko Pembangunan Desa Penelitian ini menggunakan 4 kompetensi inti Literasi Digital yang dikemukakan oleh Paul Gilster (1997), yaitu: Internet Searching, Hypertext Navigation, Content Evaluation, dan Knowledge Assembly Penelitian ini menggunakan kompetensi Literasi Digital yang dikembangkan oleh European Comission yaitu DigComp 2.0 No. 3 4 Nama Peneliti Ervina Nurjanah, Agus Rusmana, dan Andri Yanto (2017) Hasil dan Aspek Penelitian Hubungan Literasi Literasi digital memiliki Digital dengan hubungan yang signifikan Kualitas Penggunaan dengan kualitas e-Resources penggunaan e-resources, dengan kategori very high correlation, artinya literasi digital menjadi faktor yang sangat menentukan terhadap tingginya kualitas penggunaan e-resources Mulyanto (2014) Indikator dan Karakteristik Pembangunan Desa sebagai Basis Implementasi atas Undang-Undang Desa Judul Penelitian Hasil penelitian ditemukan bahwa dari 9 indikator penentu Indeks Pembangunan Desa (IPDesa), Indikator Kesejahteraan Masyarakat (IJAHMAS) mempunyai peran yang penting dalam pembentukan IPDesa. 8 Perbedaan Penelitian Dulu Penelitian Ini Penelitian ini Penelitian ini menggunakan menggunakan konseptualisasi literasi kompetensi Literasi digital yang Digital yang dikemukakan oleh dikembangkan oleh Bawden (2008) yang European Comission terdiri dari 4 dimensi yaitu DigComp 2.0 utama yaitu kemampuan dasar, latar belakang pengetahuan informasi, kompetensi utama literasi digital, serta sikap dan perspektif. Penelitian ini adalah Penelitian ini untuk model pengembangan mengetahui pengaruh untuk menyusun Indeks literasi digital terhadap Pembangunan Desa. pembangunan desa. No. 5 6 Nama Judul Penelitian Peneliti Syafliansyah Pengaruh Partisipasi (2007) Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa Maluhu di Kecamatan Tenggarong Anis Pengaruh Peran serta Triyono Masyarakat dan (2019) Pembangunan Desa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Desa Petaling Jaya Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Hasil dan Aspek Penelitian Partisipasi masyarakat mempunyai korelasi atau hubungan positif dengan pembangunan desa. Perbedaan Penelitian Dulu Penelitian Ini Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Variabel menggunakan Variabel X yaitu Partisipasi X yaitu Literasi Digital Masyarakat dan dan Variabel Y yaitu Variabel Y yaitu Pembangunan Desa Pembangunan Desa Partisipasi Masyarakat dan Pembangunan Desa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Partisipasi Masyarakat dan Pembangunan Desa memberikan pengaruh terhadap Kesejahteraan Masyarakat sebesar 84,7%, sedangkan sisanya 15,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Penelitian ini menggunakan indikator pembangunan yang dikemukakan oleh Santosa (2006) yaitu Perencanaan, Perubahan, Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat, Peningkatan Kesejahteraan, Peningkatan Kualitas Manusia. 9 Penelitian ini menggunakan indikator dari 9 indikator penentu Indeks Pembangunan Desa (IPDesa) yang dikembangkan oleh Mulyanto (2014) Tinjauan Pustaka 1. Literasi Literasi atau yang kita sebut dengan Literacy berasal dari bahasa latin yaitu Littera (huruf). Literasi dapat dimaknai sebagai kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Biasanya, orang yang memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis disebut literat, sedangkan orang yang tidak memiliki kemampuan tersebut disebut iliterat atau buta aksara. Menurut Kern (2000) mendefinisikan literasi sebagai berikut: “Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaannya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kultural.” Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan literasi adalah keterampilan individu seseorang dalam memahami informasi khususnya ketrampilan kognitif seseorang dalam membaca dan menulis yang dipengaruhi oleh kompetensi individu seseorang tersebut seperti bidang akademik, nilainilai budaya, dan pengalaman. Literasi tidak hanya berhubungan dengan membaca dan menulis teks saja. Teks pada era digital saat ini telah memiliki makna yang luas sehingga mencakup teks dalam bentuk visual dan audiovisual. Dalam era digital dan teknologi saat ini, masyarakat intelektual suatu masyarakat dapat dinilai berbudaya literasi ketika masyarakat tersebut dapat memanfaatkan informasi yang mereka dapat untuk dapat berkomunikasi sosial dengan tanggung jawab. Oleh karena itu, literasi tidak terbatas dengan aktivitas membaca dan menulis saja melainkan juga mencakup bagaimana individu berkomunikasi dalam masyarakat sosial. 10 2. Literasi Digital Paul Gilster (1997) menyebutkan bahwa literasi digital merupakan kemampuan seseorang untuk mencari dan memahami informasi yang diakses melalui sumber perangkat TIK dalam berbagai bentuk. Sehingga, dapat diartikan juga sebagai kecakapan seseorang dalam menggunakan media digital untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi dengan beretika dan dapat dipertanggungjawabkan. Literasi Digital berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer dipergunakan masyarakat pada tahun 1980-an ketika komputer mikro semakin luas beredar. Namun, literasi informasi dipergunakan masyarakat baru pada tahun 1990-an ketika informasi semakin mudah untuk diakses dan disebarkan melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dengan demikian, literasi digital sangat berkaitan dengan keterampilan seseorang dalam mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi (Bawden, 2008). Konsep literasi digital berdasarkan penelitian UNESCO (2011) mendefinisikan literasi digital sebagai kecakapan (life skills) yang tidak harus mengenai kemampuan dalam menggunakan perangkat teknologi melainkan kecakapan (life skills) seseorang dalam bersosialisasi, pembelajaran, sikap, etika, berpikir kritis, serta kreatif sebagai orang yang berkompeten secara digital. Berkompeten secara digital berarti menggunakan teknologi digital dengan cara yang baik dan aman untuk berbagai keperluan seperti halnya bekerja, mendapatkan pekerjaan, belajar, belanja online, mencari informasi, hiburan, dll. Menurut Listiana (2017) menyebutkan bahwa literasi digital adalah kemampuan untuk dapat mengakses dan secara kritis dapat mengevaluasi dan menyebarluaskan informasi melalui teknologi digital. Literasi digital adalah kemampuan untuk menghargai dan membuat informasi menggunakan berbagai teknologi digital secara efektif dan kritis. Penelitian terkait literasi digital selalu berkaitan dengan aspek-aspek pembelajaran bagaimana cara efektif untuk menemukan, menggunakan, 11 mengevaluasi, membuat, dan menyebarluaskan informasi menggunakan teknologi digital. Gambar 3. Tingkatan Literasi Digital Martin (2008) menjelaskan bahwa terdapat tingkatan dalam literasi digital. Pertama, kompetensi digital (Digital Competence) yang berada di tingkat paling dasar yaitu meliputi keterampilan, konsep, pendekatan dan perilaku. Kedua, penggunaan media digital (digital usage) yaitu meliputi pengaplikasian kompetensi meningkatkan produktivitas digital dan yang bisa lingkup digunakan profesional untuk seperti menggunakan media digital untuk bisnis, pembelajaran, dan kampanye sosial. Ketiga, transformasi digital (digital transformation) yang berada pada tingkat paling atas yaitu dapat menggunakan media digital untuk membuat inovasi dan kreativitas yang dapat digunakan masyarakat luas. Martin (2008) menunjukkan bahwa literasi digital bersifat multidimensi. Seseorang dapat menguasai literasi digital secara bertahap dari tingkat satu menuju tingkat selanjutnya yang lebih tinggi. Riel et al (2012) sependapat bahwa literasi digital bersifat multidimensi. Literasi digital memiliki klasifikasi yang dijelaskan pada tabel ini. 12 Tabel 2. Klasifikasi Literasi Digital Konteks Sejarah Budaya Kewargaan Digital Alat dan Sistem Informasi dan Data Berbagi dan Kreasi Dasar Komputer Representasi Berpikir Kreatif Perangkat Keras Komputer Pencarian Dokumen (Teks) Keragaman Aplikasi Komputer Perikatan Multimedia Hak Intelektual Jaringan Analisis dan Penilaian Komunikasi Privasi dan Identitas Desain Pengambilan Kesimpulan Pencitraan Karakter di Dunia Maya Agenda yang terprogram Pengayaan Penyimpanan Produktivitas Dampak Teknologi Navigasi Kolaborasi Sumber: (Riel, Christian, & Hinson, 2012) Konsep, dimensi, dan klasifikasi yang dikemukakan oleh Riel et al (2012) mengandung teknologis, psikologis, dan sosial. Oleh karena itu, literasi digital adalah bentuk keterampilan yang harus dimiliki manusia saat berhadapan dengan era digital saat ini. Interaksi yang ada di media digital tidak hanya membutuhkan kemampuan teknis untuk dapat mengakses teknologi tetapi juga untuk memahami konten lebih dalam sehingga membawa konsekuensi terhadap keamanan diri dan privasi seseorang. Klasifikasi literasi digital yang disampaikan oleh Riel et al (2012) menghadirkan logika komunikasi yang sangat interaktif dan berbeda dengan media konvensional seperti media cetak dan penyiaran. 3. Pembangunan Desa Pembangunan menurut Santosa (2006) merupakan proses atau tahapan yang dilakukan secara terkoordinasi dalam melakukan perubahan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, kesejahteraan, dan kualitas hidup. Selanjutnya disebutkan bahwa indikator pembangunan 13 antara lain sebagai berikut: Perencanaan, Perubahan, Peningkatan taraf hidup masyarakat, Peningkatan kesejahteraan, dan Peningkatan kualitas manusia (Santosa, 2006). Desa adalah satuan pemerintahan terkecil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa berada di bawah pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan sendiri dengan serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri. Desa menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu wilayah yang ditempati oleh kesatuan masyarakat yang didalamnya terdapat pemerintahan terendah di bawah camat dan berhak untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Irawan (2014) menyebutkan bahwa pembangunan adalah perubahan sosial yang dikehendaki atau dengan kata lain interested social change yang mana hasil akhir yang diinginkan dari perubahan sosial tersebut dimaknai sebagai visi pembangunan desa. Pembangunan dapat dikatakan suatu proses yang dilakukan secara bertahap serta berorientasi pada pertumbuhan dan perubahan yang lebih baik. Pembangunan harus mencakup seluruh aspek kehidupan baik lahir maupun batin. Pengertian pembangunan desa menurut Adisasmita (2006) adalah suatu proses kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan desa dilaksanakan secara terpadu dan gotong royong. Tujuan dari pembangunan desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa sesuai kemampuan dan potensi sumber daya alam (SDA) melalui program seperti peningkatan kualitas hidup, maupun keterampilan masyarakat. Dimana prinsip-prinsip pembangunan pedesaan meliputi: transparansi, partisipatif, dapat dinikmati masyarakat, akuntabilitas, dan berkelanjutan. Sitompul (2009) menjelaskan bahwa pembangunan pedesaan selalu melibatkan berbagai faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya dan teknologi. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam proses pembangunan. Pembangunan akan menuju pada perubahan yang dampaknya terhadap 14 satu wilayah akan berbeda dengan wilayah lain sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing. Pelaksanaan pembangunan pedesaan pada era digital membutuhkan media digital/TIK dan internet. Tujuannya adalah mempercepat proses pembangunan dan meningkatkan partisipasi dari pihak lain. Sebab proses pembangunan harus melibatkan berbagai elemen masyarakat. Pembangunan di daerah pedesaan perlu melibatkan kolaborasi antara pemerintah dan partisipasi masyarakat. Bahkan pada hakikatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat sendiri. Pemerintah seharusnya hanya memberikan bimbingan dan pengawasan yang terarah sehingga mewujudkan masyarakat desa yang sejahtera. 4. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi. TIK mencakup semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, penyimpanan, penyebaran, dan penyebarluasan informasi. Teknologi ini merupakan hasil kolaborasi antara komputer untuk data digital, dan komunikasi untuk suara (Kemeneg Ristek RI, 2006) Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat digunakan sebagai fasilitas penyampaian informasi dari masyarakat kepada pemerintah desa, maupun sebaliknya. Perkembangan ini dapat meningkatkan kemudahan, dan efisiensi di berbagai bidang (Alas, 2018). Pemanfaatan media TIK secara luas dapat mendukung proses pembangunan pedesaan yang ketertinggalan dalam penggunaan teknologi. Burman (2013) menyatakan bahwa TIK sangat membantu proses pembangunan pedesaan terutama untuk mendorong partisipasi dan sharing pengetahuan dan ketrampilan. Dinamika pembangunan pedesaan mendorong negara maju dan berkembang untuk memberikan perhatian yang lebih pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) melalui kegiatan penyuluhan pertanian dan pedesaan (Subejo, 2013). Analisis pemanfaatan media digital dan TIK 15 untuk pembangunan pedesaan telah diteliti oleh Yadav (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa media yang berpengaruh pada pembangunan pedesaan yaitu diantaranya Televisi, Radio, Internet dan Smart phone. World Bank (2003) menyatakan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mempunyai pengaruh dalam strategi pembangunan dan dapat meningkatkan akses terhadap pasar, meningkatkan efisiensi serta akses terhadap pendidikan. Pemanfaatan TIK tidak hanya dimanfaatkan oleh pemerintah, tetapi dapat dilakukan melalui inisiatif masyarakat sebagai bentuk dari pemberdayaan masyaraat dalam pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Keberadaan serta pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang maksimal akan memunculkan profesi baru di desa. Sebagaimana yang telah diteliti oleh Mulyana (2017) mengenai pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan TIK di Desa Kaliabu ini mengungkapkan bahwa telah terjadi pemberdayaan individu dan kelompok melalui pemanfaatan TIK. Sementara itu, Swartiningsih (2016) mengungkapkan dalam penelitiannya ada perubahan ekonomi dari segi peningkatan pendapatan dan perubahan sosial setelah adanya pemanfaatan TIK untuk pekerjaan. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel Penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Variabel dalam desain penelitian ini terdiri dari 2 jenis yaitu: a) Variabel Independen atau Variabel Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya 16 variabel dependen (terikat). Variabel Bebas pada penelitian ini adalah penerapan literasi digital. b) Variabel Dependen atau Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembangunan desa. 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a) Literasi Digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal. Lebih lanjut, literasi ekonomi juga merupakan ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu dalam menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi seperti smartphone, tablet, laptop, dan PC desktop untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. b) Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Pembangunan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong yang diarahkan untuk memanfaatkan sumber daya alam, mengembangkan keterampilan, prakarsa, dengan mendapatkan bantuan dan bimbingan dari pemerintah. pembangunan desa tidak terlepas dari konteks manajemen pembangunan daerah baik di tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi karena kedudukan desa dalam konteks yang lebih luas (sosial, ekonomi, akses pasar, dan politik) harus melihat keterkaitan antardesa, desa dalam kecamatan, antarkecamatan dan kabupaten dan antar kabupaten. Pembangunan desa memiliki sebuah 17 peran yang cukup penting dalam proyek pembangunan nasional. Karena pembangunan desa ini cakupannya sangat luas karena merupakan dasar dari sebuah pembangunan. Pembangunan desa ditujukan untuk sebuah peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat desa. Banyak hal yang harus dilaksanakan dalam hal pembangunan desa itu. Dalam pelaksanaan pembangunan desa seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan dari pembangunan yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan. Gambar 4. The Digital Competence Framework for Citizens 2.0 Pengukuran variabel literasi digital, peneliti mengadopsi The Digital Competence Framework for citizens (DigComp) yang dikembangkan oleh European Comission mengetahui kompetensi literasi digital masyarakat yang terdiri atas kompetensi informasi, kompetensi komunikasi, kompetensi kreasi konten digital, kompetensi keamanan, dan kompetensi pemecahan masalah (Carretero, Vuorikari, & Punie, 2017). Penjelasan lebih detail tercantum dalam lampiran kompetensi DigComp 2.0. a) Kompetensi Informasi, mencakup kompetensi masyarakat desa dalam mencari informasi melalui internet, menilai kebenaran informasi, dan penggunaan informasi tersebut secara bertanggung jawab. 18 b) Kompetensi komunikasi, mencakup kompetensi masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam forum diskusi dan menggunakan berbagai fitur media sosial untuk berkomunikasi. c) Kompetensi kreasi konten, mencakup kompetensi masyarakat desa menciptakan dan mengirimkan berbagai konten dan dokumen d) Kompetensi keamanan, mencakup kompetensi masyarakat desa untuk menjaga keamanan data dan privasi melalui internet e) Kompetensi pemecahan masalah, mencakup kompetensi masyarakat desa dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan masalah konseptual dan situasi masalah di lingkungan digital. Pengukuran variabel pembangunan desa, peneliti menggunakan model yang dikembangkan oleh Mulyanto dalam penelitiannya berjudul The Model of Index for Measuring the Progress of Rural Development at Autonomy Era in Indonesia: A Pilot Project in Klaten Regency, Central Java. Pembangunan desa diukur menggunakan 9 indikator, yaitu Kapasitas Aparatur dan Jangkauan Pelayanan Publik, Kekayaan dan Keuangan Desa, Sarana Perekonomian Desa, Sarana Transportasi dan Telekomunikasi, Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat Desa, Kesejahteraan Masyarakat, Pendidikan Masyarakat, Kesehatan Masyarakat, dan Kesejahteraan Keluarga (Mulyanto, 2013). Secara operasional, ke-9 indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Kapasitas Aparatur dan Jangkauan Pelayanan Publik (1) Rasio jumlah aparatur pemerintah desa terhadap jumlah penduduk dikali 1.000 (2) Rasio jumlah aparatur pemerintah desa terhadap jumlah rumah tangga dikali 1.000 (3) Rasio jumlah aparatur pemerintah desa terhadap luas wilayah (4) Proporsi aparatur pemerintah desa yang lulus SMA ke atas terhadap keseluruhan jumlah aparatur dikali 100 b) Kekayaan dan Keuangan Desa (1) Rasio Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap jumlah rumah tangga 19 (2) Rasio Pajak Bumi dan Bangunan terhadap jumlah rumah tangga. (3) Rasio Pendapatan Desa dalam APBD terhadap jumlah rumah tangga (4) Rasio Pendapatan Asli Desa dalam APBD terhadap jumlah rumah tangga (5) Rasio Tanah Kas Desa terhadap jumlah rumah tangga dikali 1000 c) Sarana Perekonomian Desa (1) Rasio jumlah fasilitas perdagangan dan lembaga keuangan terhadap jumlah penduduk dikali 1.000 (2) Rasio jumlah industri (Mikro, Kecil dan Menengah) terhadap jumlah penduduk dikali 1.000 (3) Persentase jumlah pekerja di sektor pertanian terhadap total pekerja (4) Persentase jumlah pekerja di sektor Industri terhadap total pekerja d) Sarana Transportasi dan Telekomunikasi (1) Jumlah alat transportasi bermesin terhadap jumlah rumah tangga dikali 100 (2) Rasio panjang jalan beraspal terhadap keseluruhan panjang jalan dikali 100 di suatu desa (3) Rasio keseluruhan panjang jalan terhadap luas wilayah di suatu desa (4) Rasio jumlah sarana telekomunikasi terhadap jumlah rumah tangga dikali 100 e) Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat Desa (1) Jumlah kelembagaan Rukun Warga (RW) terhadap penduduk dikali 1.000 (2) Jumlah kelembagaan Rukun Tetangga (RT) terhadap penduduk dikali 1.000 (3) Rasio jumlah sarana ibadah terhadap penduduk dikali 1.000 (4) Jumlah organisasi kelompok tani yang ada di suatu desa (5) Jumlah organisasi kelompok Dasa Wisma yang ada di suatu desa f) Kesejahteraan Masyarakat 20 (1) Rasio produksi padi terhadap jumlah penduduk (2) Rasio penduduk miskin terhadap jumlah rumah tangga (kepala keluarga) dikali 100% (3) Jumlah penyandang cacat (4) Jumlah peristiwa perceraian yang terjadi selama satu tahun (5) Rasio jumlah ternak terhadap rumah tangga (6) Rasio jumlah unggas terhadap rumah tangga g) Pendidikan Masyarakat (1) Rasio jumlah gedung Sekolah Dasar (SD) terhadap jumlah murid SD dikali 100 (2) Rasio jumlah murid terhadap guru jenjang pendidikan SD (3) Rasio siswa SD terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun dikali 100 (4) Persentase penduduk lulusan SLTA dan AK/PT terhadap penduduk usia 5 tahun ke atas. h) Kesehatan Masyarakat (1) Rasio jumlah sarana kesehatan terhadap penduduk dikali 1.000 (2) Rasio jumlah tenaga medis terhadap jumlah penduduk dikali 1.000 (3) Jumlah posyandu. (4) Rasio jamban keluarga terhadap jumlah rumah tangga kali 100% (5) Tingkat kematian bayi per 1.000 jumlah penduduk pertengahan tahun. (6) Tingkat kelahiran bayi per 1.000 jumlah penduduk pertengahan tahun. i) Kesejahteraan Keluarga (1) Jumlah penduduk dibagi jumlah rumah tangga (2) Jumlah penduduk usia belum produktif dan usia tidak produktif dibagi penduduk usia produktif dikali 100 (3) Rasio rumah permanen terhadap keseluruhan rumah dikali 100%. (4) Rasio peserta Keluarga Berencana (KB) aktif terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) dikali 100% 21 (5) Rasio rumah tangga pelanggan listrik terhadap jumlah tangga keseluruhan dikali 100% Sebelum diagregasi dalam suatu indikator sebagai penentu kemajuan pembangunan desa, variabel tertentu yang membentuk suatu indikator akan ditransformasikan terlebih dahulu ke satu nilai atau besaran dengan sistem indeks. Penilaian dalam sistem indeks mempunyai standar nilai 0 atau artinya tingkat pembangunan paling rendah atau paling buruk sampai dengan standar nilai 10 atau artinya tingkat pembangunan paling tinggi atau paling baik (Mulyanto, 2014). Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis signifikansi pengaruh literasi digital terhadap pembangunan desa. Dengan mengukur tingkat literasi digital, peneliti diharapkan mampu memprediksi pembangunan desa setelah adanya penerapan literasi digital yang dilihat berdasarkan 9 indikator penentu kemajuan pembangunan desa. Pembangunan Desa (Y) 1. Kapasitas Aparatur dan Jangkauan Pelayanan Publik 2. Kekayaan dan Keuangan Desa 3. Sarana Perekonomian Desa 4. Sarana Transportasi dan Telekomunikasi 5. Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat Desa 6. Kesejahteraan Masyarakat 7. Pendidikan Masyarakat 8. Kesehatan Masyarakat 9. Kesejahteraan Keluarga Tingkat Literasi Digital Masyarakat Desa (X) 1. 2. 3. 4. 5. Kompetensi Informasi Kompetensi Komunikasi Kreasi Konten Kompetensi Keamanan Kompetensi Pemecahan Masalah Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan: : berpengaruh 22 Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh literasi digital terhadap pembangunan desa. Pengujian hipotesis yang akan dilakukan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (nilai α=0,05): 1. Ho diterima (apabila nilai signifikansi > nilai α) yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan oleh literasi digital terhadap pembangunan desa 2. Ha diterima (apabila nilai signifikansi < nilai α) yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan oleh literasi digital terhadap pembangunan desa 23 BAB III III. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu suatu metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel yang diukur biasanya dengan menggunakan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu penerapan literasi digital (X) sebagai variabel bebas dan pembangunan desa (Y) sebagai variabel terikat. Alasan penggunaan kuantitatif dalam penelitian ini karena dilihat dari rumusan masalah yang memerlukan data kuantitatif (Juliansyah, 2013). Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan regresi linier sederhana. Regresi linier sederhana adalah penelitian untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, apabila nilai variabel independen dimanipulasi atau dinaikturunkan. Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Adapun persamaan umum regresi linier sederhana adalah: Y= a+bX (Sugiyono, 2013). Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini bertempat di Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom. Desa ini merupakan salah satu desa yang telah mengaplikasikan desa digital. Desa Blanceran menjadi desa yang sudah siap dan menjadi percontohan untuk menampilkan program Desa Digital dalam pameran Festival Dana Desa dan Desa Digital di Kecamatan Karanganom, Klaten, Jawa Tengah. Oleh karena itu, peneliti memilih Desa Blanceran menjadi lokasi untuk penelitian. 24 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2013) Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam desain penelitian ini adalah individu atau masyarakat yang ada di wilayah Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Senada dengan pendapat tersebut, Darmadi (2014) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian. Cara penarikan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan purposive, yakni mereka (masyarakat) yang pernah dan sedang menggunakan layanan TIK seperti komputer ataupun telepon genggam. Jenis Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu maupun perwakilan kelompok. Data ini berupa hasil dari pengisian kuesioner mengenai lima kompetensi literasi digital yang diisi oleh masyarakat di Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. 2. Data Sekunder Data sekunder digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Data sekunder penelitian ini berupa profil desa, monografi desa terkait jumlah aparatur pemerintah desa, dana desa, sarana perekonomian desa, sarana transportasi dan telekomunikasi desa, kelembagaan desa, kesejahteraan masyarakat, pendidikan masyarakat, kesehatan masyarakat, 25 dan kesejahteraan keluarga pada masyarakat Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2013) metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Dalam desain penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Interview (wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2013). 2. Kuesioner (angket) Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013). 3. Observasi (pengamatan) Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2013). 4. Dokumentasi Dokumentasi yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara penelusuran dan pencatatan data, dokumen, arsip, maupun referensi yang relevan di instansi yang ada kaitannya dengan penelitian. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis regresi linier sederhana. Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan literasi digital terhadap pembangunan desa di Desa Blanceran yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yaitu regresi linier sederhana. Langkah dalam menentukan persamaan regresi linier 26 sederhana ini dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: 𝑌𝑌 = 𝑎𝑎 + 𝑏𝑏𝑏𝑏 Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksi a = Harga Y bila X bernilai 0 (konstan) b = Angka arah/koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan (+) atau penurunan (-) variabel kriterium yang didasarkan pada variabel prediktor X = Subjek pada variabel prediktor yang mempunyai nilai tertentu. (Gunawan, 2013) 27 DAFTAR PUSTAKA Adityar. 2017. Pengaruh Literasi Digital Terhadap Perilaku Internet Berisiko Di Kalangan Siswa SMA dan MA di Kota Makassar. Tesis. Makassar: Universitas Hasanuddin. Alas, S. 2018. Analisis Tingkat Literasi Masyarakat Desa Dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi. Konferensi Nasional Sistem Informasi, 894-899. Asosiasi Penyelenggara Jasa Pengguna Internet Indonesia. 2018. Hasil Survei Nasional Penetrasi Pengguna Internet. Jakarta: Polling Indonesia. Bawden, D. 2008. Origins and concepts of digital literacy, in: Digital Literacies: Concepts, Policies and Practices. New York: Peter Lang Publishing. Buckingham, D. (2007). Digital Media Literacies: Rethinking Media Education in the Age of the Internet. Journal Research in Comparative and International Education, 2(1): 43-55. doi:10.2304/rcie.2007.2.1.43 Burman, R. (2013). Information Dynamics for Designing Cyber Extension Model for Agricultural Development. Journal of Community Mobilization and Sustainable Development, 8(2): 182-185. Carretero, S., Vuorikari, R., & Punie, Y. (2017). DigComp 2.1: The Digital Competence Framework for Citizens with eight proficiency levels and examples of use. Luxembourg: European Union. doi:10.2760/38842 Cristensen, C., Raynor, M., & Mcdonald, R. (2015). What is Disruptive Innovation? Cambridge: Harvard Business Review. Darmadi, H. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Sosial. Bandung: Alfabeta. Elpira, B. (2018). Pengaruh Penerapan Literasi Digital Terhadap Peningkatan Pembelajaran Siswa di SMP Negeri 6 Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Gilster, P. (1997). Digital Literacy. New York: Wiley Computer Pub. Gunawan, I. (2013). Statistika untuk Kependidikan Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ombak. Irawan. (2014). Indeks Kemandirian Desa : Metode, Hasil, dan Alokasi Pembangunan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Juliansyah, N. (2013). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Kemeneg Ristek RI. (2006). Buku Putih Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Kemeneg Ristek RI. Kern, R. (2000). Literacy & Language Teaching. Oxford: Oxford University. KOMINFO. (2019, April 14). Luncurkan Desa Digital, Menkominfo: Semua Harus Bisa Rasakan Internet! Retrieved from Website Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia: http://www.kominfo.go.id Listiana, H. (2017). Hate Speech and Digital Literacy. International Conference on Education. Yogyakarta: State Islamic University Sunan Kalijaga. Martin, A. (2008). Digital Literacy and the "Digital Society". In C. L. (Eds.), Digital Literacies: Concepts,Policies and Practices (pp. 151-176). New York: Peter Lang. Mulyana, N. (2017). Pemberdayaan komunitas melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (studi kasus pada komunitas rewo-rewo di Desa Kaliabu). Depok: Universitas Indonesia. Mulyanto. (2013). The Model of Index for Measuring the Progress of Rural Development at Autonomy Era in Indonesia: A Pilot Project in Klaten Regency, Central Java. Paper presented in the 38th Conference of the Federation of ASEAN Economic Associations (FAEA), Singapore, 27-29th November. Mulyanto. (2014). Indikator dan Karakteristik Pembangunan Desa Sebagai Basis Implementasi Atas Undang-Undang Desa. Paper dipresentasikan dalam Kegiatan Sidang Pleno ISEI XVII, Ternate, 3-5 September. Nurjanah, E., Rusmana, A., & Yanto, A. (2017). Hubungan Literasi Digital dengan Kualitas Penggunaan e-Resources. Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan, 3(2), 117-140. Riel, J., Christian, S., & Hinson, B. (2012). Charting digital literacy: A framework for information technology and digital skills education in the community college. Available at SSRN 2781161. Santosa, A. (2006). Beberapa Pengertian Dibidang Pedesaan. Jakarta: Balai Aksara. Santosa, A. (2006). Beberapa Pengertian Dibidang Pembangunan Desa. Jakarta: Balai Aksara. Sitompul. (2009). Merancang Model Pengembangan Masyarakat pedesaan dengan Pendekatan System Dynamics. Jakarta: LIPI Press. Subejo. (2013). Cyber Extension: a New Hope for Agriculture and Rural Extension. Jakara: Jakarta Post. Subejo. (2019). Desain Model Pemanfaatan Informasi dan Komunikasi Digital dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Suluh Pembangunan: Journal of Extension and Development, 1(1): 32-40. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Swartiningsih, N. (2016). Kampung desain dan perubahan sosial ekonomi di Desa Kaliabu, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Yogyakarta: UIN Kalijaga. Syafliansyah. (2007). Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan DESA Maluhu Di Kecamatan Tenggarong. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Indonesia, Vol 7 No 1. Triyono, A. (2019). Pengaruh Peran serta Masyarakat dan Pembangunan Desa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Desa Petaling Jaya Kecamatan Batang Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 10(2): 171180. UNESCO. (2011). Digital literacy in education. Retrieved from UNESDOC Digital Library: http://iite.unesco.org/ publications/3214688/ World Bank. (2003). ICT and MDGs: a world bank group perspective. Washington DC: World Bank. LAMPIRAN