KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah سبحانه و تعالىyang telah memberikan kemudahan sehingga pemulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad ﷺyang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah سبحانه و تعالىatas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Al-Quran Sebagai Sumber Syariah ”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Makassar, 13 Maret 2020 Erika Riski Melani i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1 C. Tujuan ...................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2 A. Sumber Syariah ....................................................................................... 2 B. Al Quran sebagai Sumber Syariah Pertama .......................................... 13 BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...18 A. Kesimpulan ........................................................................................... 18 B. Saran ...................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….19 ii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syariah adalah tatanan dan ketentuan Allah yang harus dijalankan perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, dalam syariah diajarkan tentang hal-hal yang wajib, yang sunnah, yang mubah, yang makruh dan yang haram dikerjakandalam seluruh aspek kehidupan manusia baik dalam beribadah maupun dalam pergaulan hidup manusia. Karena hal inilah syariah sangat penting untuk dipelajari sejak dini mungkin oleh seluruh umat manusia di bumi ini. Syariah akan ada disepanjang masa selama dunia ini belum kiamat, senantiasa relevan dengan keadaan dunia, karena syariah adalah aturan Allah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiannya di dunia dan akhirat. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari sumber syariah? 2. Bagaimana kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber syariah pertama? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian sumber syariah 2. Untuk mengetahui kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber syariah pertama 1 BAB II PEMBAHASAN A. Sumber Syariah Menurut aqidah Islam, hukum yang wajib dijalankan adalah hukum syariah, yakni hukum Allah, bukan hukum buatan manusia. Karena itu, dalil yang darinya digali hukum harus bersumber dari wahyu. Penetapan bahwa dalil yang darinya digali hukum itu benar-benar bersumber dari wahyu harus dengan qath’i (definitif/ pasti), sebab ini termasuk bagian dari akidah, sementara akidah tidak boleh diambil kecuali dari sesuatu yang memberi keyakinan. Apabila sumber hukum sudah salah, maka seluruh hukum-hukum yang dihasilkannya menjadi salah pula. “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. (10) Yunus: 36) 1. Al-Qur’an Al-Qur’an adalah sumber atau dasar hukum yang utama dari semua ajaran dan syari’at islam. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 105 yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. 2 Pengertian Al Qur'an Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Pengertian Al Qur'an Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt. Definisi tentang Al-Qur’an telah banyak dirumuskan oleh beberapa ulama’,akan tetapi dari beberapa definisi tersebut terdapat empat unsur pokok,yaitu : Bahwa Al-Qur’an itu berbentuk lafazt yang mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna dan dilafazkan oleh Nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Al-Qur’an. Bahwa Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW Bahwa Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir Kemukjizatan al-Qur’an juga menjadi dalil yang qath’i bahwa alQur’an merupakan kalam (firman) Allah, bukan perkataan manusia. QS. (2) Al-Baqarah: 23 Artinya: “(Dan) apabila kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang 3 Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an, dan ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” Al-Qur’an yang merupakan kalam (firman) Allah itu dengan pasti menyebutkan bahwa wahyu telah diturunkan kepada Rasulullah. QS al An’am [6]: 19 Artinya: “Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah." Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an (kepadanya)...” QS al-Anbiya’ [21]: 45 Artinya : “Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan.” 4 Dua ayat ini dan yang lainnya merupakan dalil-dalil yang qath’i bahwa al-Qur’an disampaikan melalui wahyu yang berasal dari Allah SWT (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 50). Selain dari bahasanya, isi Al-Qur'an sekaligus menjadi hujjah atas kebenarannya. Misalnya perihal akan menangnya kaum Muslimin memasuki Makkah dengan aman (QS. Al-Fath), juga tentang akan menangnya pasukan Romawi atas Persia (QS. Ar-Ruum) dsb. Selain itu, isi AlQur'an juga menunjukan tentang kejadian sejarah terdahulu yang sesuai dengan fakta, atau kisah tentang sebagian iptek, misalnya penyerbukan oleh lebah, terkawinkannya bungabunga oleh bantuan angin dsb, yang pada akhirnya terbukti kebenarannya. Semua itu menunjukan bahwa AlQur'an memang bukan datang dari manusia, melainkan dari Allah SWT; Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta. Karenanya memang sudah menjadi kelayakan bahkan keharusan untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai landasan kehidupan dan hukum manusia. 2. As-Sunnah Sunah ( ةنسsunnah, plural س ننsunan) adalah kata Arab yang berarti "kebiasaan" atau "biasa dilakukan". Secara istilah sunah adalah jalan yang di tempuh oleh rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun penetapan As-Sunnah yaitu perkataan, perbuatan dan ketetapan yang datang dari Rasulullah berkaitan dengan kehidupan manusia atau tentang suatu hal, atau disebut juga dengan sunnah Qauliyyah. Dan adapun Hadist merupakan bagian dari sunnah Rasulullah. Pengertian sunnah sangat luas,sebab sunnah mencakup dan meliputi: Semua ucapan Rasulullah SAW yang mencakup sunnah qauliyah Semua perbuatan Rasulullah SAW disebut sunnah fi’liyah 5 Semua persetujuan Rasulullah SAW yang disebut sunnah taqririyah Pada prinsipnya fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an sebagai penganut hukum yang ada dalam Al-Qur’an.Sebagai penganut hukum yang ada dalam Al-Qur’an,sebagai penjelasan/penafsir/pemerinci hal-hal yang masih global.Sunnah dapat juga membentuk hukum sendiri tentang suatu hal yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.Dalam sunnah terdapat unsur-unsur sanad (keseimbangan antar perawi),matan (isi materi) dan rowi (periwayat). Kedudukan as-Sunnah sebagai dalil yang qath’i—yang merupakan dalil yang dibawa oleh wahyu, yang maknanya dari Allah SWT, sementara redaksinya dari Rasulullah saw.—telah disebutkan dengan tegas dan jelas di dalam beberapa ayat al-Qur’an. Allah SWT berfirman: QS al-A’raf [7]: 203 Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku.” QS al-Hasyr [59]: 7 6 Artinya: “Apa yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya.” Ayat-ayat ini dan yang lainnya menunjukkan dengan tegas dan jelas bahwa as-Sunnah yang diucapkan Rasulullah tidak lain adalah wahyu dari Allah SWT. Dengan tegas dan jelas pula. Allah SWT telah memerintahkan kita agar menaati apa saja yang Rasulullah perintahkan, dan menjauhi apa yang beliau larang. Dalil bahwa as-Sunnah datang melalui wahyu adalah dalil yang qath’i. Oleh karena itu, kedudukan as-Sunnah sebagai dalil ditetapkan berdasarkan nash yang qath’i ats-tsubut qath’i ad-dilalah, yakni sumber dan maknanya pasti (AnNabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm. 50). Al-Qur'an telah menegaskan bahwa selain dari Al-Qur'an, Rasulullah juga menerima wahyu yang lain, yaitu ‘Al-Hikmah’ yang pengertiannya sama dengan As-Sunnah, baik perkataan, perbuatan, ataupun ketetapan (diamnya). QS Ali Imran: 164 7 Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” QS Al-Jumu’ah: 2 Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (AsSunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” QS Al-Ahzab:34 8 Artinya: “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” 3. Ijmak Menurut bahasa, Ijma’ adalah kata benda verbal (mashdar) dari kata أجمعyang mempunyai dua makna, memutuskan dan menyepakati sesuatu. Menurut istilah, al-Ghazali mengatakan bahwa pengertian Ijma’ adalah kesepakatan umat Muhammad saw, khususnya atau suatu persoalan keagamaan. Menurut jumhur ulama ushul, Ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid umat Muhammad saw. setelah wafatnya di satu kurung waktu, atas hukum agama di dalam suatu kejadian (warqi’ah). Arti Ijmak ini bukan berarti kesepakatan atas pendapat pribadi Sahabat nabi, melainkan kesepakatan atas hukum tertentu bahwa ia merupakan hukum syariah. Sebab, pendapat Sahabat bukan wahyu, dan masingmasing mereka tidak ma’shum (terpelihara) dari kesalahan. Kesepakatan mereka atas hukum suatu perkara menunjukkan bahwa mereka mengetahui dalil, lalu mereka bersepakat atas hukum tersebut, tetapi dalil hukum itu tidak mereka riwayatkan Dengan kata lain, bahwa mereka tidak akan bersepakat kecuali atas perkara yang ada nash-nya (Abu Zahra, Ushûl alFiqh, hlm. 198). Adapun dalil yang membuktikan bahwa Ijmak Sahabat merupakan dalil hukum syariah yang qath’i, bersumber dari wahyu, adalah: 9 Pertama: Allah SWT telah memuji mereka di dalam al-Qur’an dengan nash yang qath’i atstsubut qath’i ad-dilâlah, yakni sumber dan maknanya pasti. QS at-Taubah: 100 Artinya : “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” Pujian Allah ini ditujukan kepada semua Sahabat. Karena itu, hukum yang disepakati oleh mereka yang mendapat pujian dari Allah ini pasti benar. Sebab, mustahil mereka sepakat atas sesuatu yang salah, karena hal itu bertentangan dengan pujian Allah kepada mereka. Kedua: Sahabat adalah orang yang menjadi tempat kita mengambil agama ini. Merekalah yang menyampaikan al-Qur’an kepada kita. Allah SWT telah berjanji untuk menjaga al-Qur’an. QS al-Hijr [15]: 9 10 Artinya : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya.” QS Fushilat: 42) Artinya : Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Sahabat adalah orang yang membawanya kepada kita. Dengan demikian, janji Allah itu juga menunjukkan jaminan-Nya kepada orang yang membawanya, yaitu para Sahabat. Selain itu, mustahil mereka yang membawa agama dan al-Qur’an kepada kita sepakat melakukan kesalahan dan kedustaan, karena secara logika hal ini mustahil terjadi. Sebab, jika terjadi maka hal itu bertentangan dengan jaminan Allah melalui dalil yang qath’i. Dengan demikian, Ijmak Sahabat merupakan dalil yang qath’i (AnNabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, hlm.51). Karena itu, hanya Ijmak Sahabat Nabi saja yang dapat dijadikan sebagai hujjah. Imam Dawud berkata: Ijmak (yang diakui) tidak lain hanyalah Ijmak Sahabat saja (Asy-Syaukani, Irsyâdul Fukhûl, hlm. 53). Bahkan 11 Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullâh mengatakan: Siapa saja yang mengklaim ada ijmak (setelah masa Sahabat) maka ia berdusta. (AlJauziyah, A’lâm al-Muwaqqi’în, I/498). 4. Qiyas Qiyas secara etimologis berasal dari bahasa arab, yang artinya mengukur dan menyamakan antara dua hal, baik yang konkrik, serti benda-benda yang dapat dipegang, diukir dan sebagainya, maupun yang abstrak, seperti kebahagiaan, kepribadian dan sebagainya. Qiyas menurut istilah ushul fiqhi, ialah menyamakan suatu masalah yang tidak terdapat ketentuan hukumnya dalam nash (Al-Qur'an dan Sunnah), karena adanya persamaan illat hukumnya (motif hukum) antara kedua masalah itu. Dalil yang qath’i yang menunjukkan bahwa qiyas adalah hujjah dalam menentukan hukum berangkat dari tempat yang menjadikan qiyas sebagai dalil syariah, dalam hal ini tidak lain adalah nash itu sendiri yang menjadi rujukan qiyas. Sebab, ‘illat dalam qiyas tidak diambil kecuali apabila nash telah menunjukkannya. Dengan demikian, menganggap qiyas sebagai dalil syariah merupakan suatu keharusan. Qiyas pada hakikatnya kembali pada nash itu sendiri. Oleh karena itu, qiyas dikatakan dengan ma’qul an-nash (nash yang rasional). Atas dasar ini, qiyas ini dalilnya adalah nash itu sendiri yang mengandung ‘illat, yakni kondisi yang mengharuskan berlakunya hukum syariah tertentu. Jadi, apabila dalil ‘illat adalah al-Qur’an maka dalil qiyas ini juga al-Qur’an. Apabila dalil ‘illat adalah as-Sunnah maka dalil qiyas ini juga adalah as-Sunnah. Apabila dalil ‘illat adalah Ijmak Sahabat maka dalil qiyas ini adalah juga Ijmak Sahabat. Dengan demikian, dalil qiyas adalah dalil yang qath’i, sama dengan dalil-dalil al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijmak Sahabat. (An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah, III/320). 12 Contoh qiyas: mengadakan transaksi jual-beli tatkala adzan sholat Jum’at adalah haram. QS. (62) Al-Jumu’ah: 9 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jum’ah, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (shalat) dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” ‘Illat pada ayat di atas adalah lalai dari sholat Jum’at. Oleh karena itu, sewa-menyewa, transaksi perdagangan, maupun perbuatan lainnya yang mempunyai kesamaan ‘illat, yaitu melalaikan dari shalat Jum’at, maka perbuatan tersebut hukumnya di-qiyas-kan dengan perbuatan jual-beli, yaitu haram. B. Al Quran Sebagai Sumber Syariah Pertama Syariat Islam adalah agama Islam itu sendiri. Oleh karenanya sumber-sumber syariah Islam adalah sumber-sumber agama Islam itu sendiri salah satunya yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sumber ajaran Islam yang berasal dari wahyu Allah SWT, sehingga ia sempurna dan terjaga kemurniaannya. 1. Pengertian Al-Qur’an 13 Secara Etimlogi, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang artiya bacaan atau himpunan. Al-Qur’an berarti bacaan, karena merupakan kitab yang wajib dibaca dan dipelajari, dan hipunan karena merupakan himpunan firman-firman Allah SWT (wahyu). Sedangkan secara terminologi Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada Rasul/Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW, yang membacanya adalah ibadah. Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dibacakan secara mutawatir sebaga petunjuk bagi seluruh umat manusia. Terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6666 ayat, 86 surat turun di Mekah (Makiyah) berisi tentang Tauhid dan jihad dan 28 surat turun di Madinah (Madaniyah) bersi tentang undang-undang kemasyarakatan. Dalam banyak ayat-Nya, Allah SWT menegaskan bahwa AlQur’an adalah pedoman hidup satu-satunya dan hukum yang terbaik bagi seluruh makhluk-Nya. Al-Qur’an adalah segalanya bagi kita. AlQur’an adalah ruh (nyawa), tanpanya kita adalah mayat yang berjalan. Al-Qur’an adalah cahaya, tanpanya kita buta dalam menapaki kehidupan di dunia. Al-Qur’an adalah petunjuk, tanpanya kita hanyalah binatang ternak yang tersesat. 2. Kedudukan Al-Qur’an a. Kitab berita dan kabar (kitabun naba’i wal akhbar) tentang berbagai hal yang telah, sedang dan akan terjadi baik yang terindra maupun yang tidak (ghaib) b. Kitab hukum dan syari’at (kitabul hukmi wasy syari’ah) karena di dalamnya memuat hukum dan perundangan yang harus dipatuhi dan diterapkan dalam kehidupan manusia tanpa kecuali. 14 c. Kitab jihad (kitabul jihad) karena di dalamnya menggelorakan semangat jihad dan sekaligus panduan bagi para mujahidin (orang orang yang berjihad di jalan Allah) d. Kitab tarbiyah (kitabut tarbiyah) karena di dalamnya terdapat petunjuk petunjuk yang mendidik orang orang yang beriman agar menjadi seorang mukmin yang lebih baik e. Pedoman hidup (minhajul hayah) karena di dalamnya terdapat panduan hidup bagi orang orang yang beriman. Jadi keimanan dan pola hidup orang-orang yang beriman sudah ada manhajnya dari Allah buka sesuatu yang menduga-duga atau mengikuti keinginan hawa nafsu belaka. Dan kebenaran jalan hidup ini harus dapat dipertanggungjawabkan. f. Kitab ilmu pengetahuan (kitabul ‘ilm) karena al Qur’an di dalamnya mengandung berbagai macam ilmu pengetahuan dan dasar dasar yang kuat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Fungsi Al-Qur’an a. Al-Huda (petunjuk) Al-Qur’an sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT Q.S Fushshilat ayat 44: Artinya: “Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam 15 bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". b. Al Bayan Artinya penjelas atas berbagai hal terkait dengan manusia dan seluruh alam semesta baik lahir maupun yang ghaib. QS Ali imran ayat 138 : Artinya : “Inilah (al Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” c. Al-Furqon (Pemisah) Al-Qur’an yang membedakan atau memisahkan antara yang hak dan yang batil atau antara yang benar dengan yang salah d. Asy-Sifa’( Obat) dan Ar-Rahman (Kasih Sayang) Al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit hati seperti takabur, serakah, dzolim dan dengki dapat merusak kemanan seseorang dan apabila seseorang telah rusak atau sampai hilang keimanannya, maka manusia itu jahatnya dapat melebihi binatang. Akan tetapi didalam a Al-qur’an telah dijeaskan petunjuk-petunjuk yang bisa menyembuhkan penyakit hati 16 tersebut. Dan Al-quran adalah sebagai rahmat atau bentuk kasih sayang dari Allah bagi umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT Q.S al-Isra' ayat 82 : Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” e. Al-Mau’izah (Nasihat) Sebagaimana firman Allah SWT Q.S Yunus ayat 57 : Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam Islam tardapat empat sumber yang menjadi pokok dalam Syariah yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijmak, dan Qiyas. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. As-Sunnah merupakan perkataan, perbuatan dan ketetapan yang datang dari Rasulullah berkaitan dengan kehidupan manusia atau tentang suatu hal. Ijmak adalah kesepakatan para Sahabat tentang hukum suatu perkara, bahwa hukum tersebut merupakan hukum syariah. Qiyas adalah analogi atau perumpamaan, untuk menuntukan hukum terhadap sesatu yang belum ada ketentuan hukumnya. Ke empat sumber tersebut memberikan tuntunan hidup bagi umat Islam seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan B. Saran Masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memabngun bagi para pembacanya seabgai keempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin 18 DAFTAR PUSTAKA https://www.slideshare.net/IslamBerkuasa/dalildalil-syariah-sumbersumber-hukumislam https://www.kiblat.net/2015/05/25/belajar-syariat-islam-1-al-quran-sebagai-sumbersyariat-islam/ https://yohanalipha.wordpress.com/2014/09/22/kedudukan-al-quran-dalam-islam/ https://irmansiswantoaceh.blogspot.com/2018/02/sumber-sumber-hukum-islam-alquran.html 19