THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta KARAKTERISTIK GEOFISIK LAHAN PESISIR DI KABUPATEN BREBES BERBASIS TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG Suwarsito1), Anang Widhi Nirwansyah2) 1), 2) Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email: [email protected] [email protected] Abstrak Tujuan penelitian adalah mengkaji karakteristik geofisik lahan pesisir di Kabupaten Brebes dengan memanfaatkan data spasial menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Penelitian ini merupakan penelitian berbasis SIG untuk mengekstraksi karakteristik lahan dan lingkungan tambak udang. Data spasial diperoleh dari analisis citra satelit dan hasil survey lapangan dengan menggunakan perangkat GPS (Global Positioning System). Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif. Identifikasi dan analisis dilakukan dengan menggali aspek lahan sebagai faktor utama dalam pengembangan budidaya tambak di pesisir Kabupaten Brebes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik geofisik lahan pesisir Kabupaten Brebes terdiri dari wilayah yang secara topografi merupakan dataran aluvial pantai dengan proses fluvial yang cukup mendominasi. Karakteristik tanah yang terdiri dari tanah regosol dan aluvial kelabu dengan tekstur halus hingga kasar serta curah hujan yang cukup tinggi memberikan peluang untuk dikembangkannya budidaya udang tambak. Disisi lain penggunaan lahan wilayah pesisir yang didominasi lahan budidaya baik tambak ataupun lahan pertanian yang luas terhampar di 5 kecamatan dapat dikembangkan sebagai area budidaya tambak udang baik secara tradisional maupun modern. Kata Kunci: karakteristik geofisik, lahan tambak udang, pesisir Kabupaten Brebes 1. PENDAHULUAN Kabupaten Brebes yang terletak di utara barat Provinsi Jawa Tengah memiliki panjang pantai ±53 km, yang sebagian besar wilayah pantainya digunakan untuk usaha pertambakan. Dominasi hasil perikanan tambak di Kabupaten Brebes yakni udang, dengan sebaran wilayah di Kecamatan Brebes, Wanasari dan Kecamatan Tanjung. Dalam laporan Dinas Perikanan tahun 2002, produktivitas tambak di Kabupaten Brebes mencapai 1.897 kg/ha. Produksi terbesar adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan udang windu (Penaeus monodon). Aktivitas usaha tambak ini berkembang semakin pesat pada era tahun 1990-an, pada saat pemerintah menetapkan udang sebagai salah satu komoditas andalah di sektor non migas untuk pasar ekspor. Permintaan serta harga yang tinggi di pasaran, mendorong petambak untuk THE 5TH URECOL PROCEEDING membudidayakan udang sebagai peningkatan pemasukan devisa. Menurut Poernomo (1992) untuk meningkatkan penanganan atau dalam upaya mengembangkan sistem pengelolaan tambak, maka perlu diukur beberapa kriteria yang meliputi beberapa parameter lingkungan yang berpengaruh dalam pengelolaan tambak, sehingga lahan untuk suatu usaha budidaya tambak harus memenuhi persyaratan teknis, fisik, dan ekologis. Secara geomorfologi sebagian besar pesisir Kabupaten Brebes dimana budidaya tambak udang berada merupakan wilayah aluvial dengan topografi yang relatif datar, dengan material tanah didominasi tekstur lumpur dengan kondisi fisik yang sesuai untuk budidaya. Namun demikian, eksploitasi berlebih budidaya tambak ini cukup mengancam produksi udang karena kemampuan lahan untuk mendukung aktivitas produksi udang juga terbatas. Disisi lain, ancaman rob, gelombang besar, dan perubahan musim yang tidak menentu 406 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 cenderung mengancam keberlangsungan kegiatan tambak di Kabupaten Brebes. Pengembangan kawasan pesisir untuk tambak dapat dilakukan secara multidisiplin. Potensi tambak ini perlu dikaji secara mendalam baik aspek fisik maupun sosial. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji karakteristik geofisik lahan pesisir di Kabupaten Brebes dengan memanfaatkan data spasial dengan Sistem Informasi Geografi (SIG). 2. KAJIAN LITERATURE A. Model Spasial Geo-Fisik Lahan Tambak Model adalah abstraksi dari sistem dunia nyata yang memiliki kedetilan masalah yang signifikan dengan masalah yang sedang dipelajari, dan juga memiliki transparansi, sehingga mekanisme dan faktor kunci yang mempengaruhi dapat diidentifikasi (Berger et.al dalam Munibah, 2008). Model spasial adalah sebuah metodologi atau prosedur analisis yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang hubungan spasial antara fenomena geografis (ESRI, 1999). Geo-fisik atau geografi fisik dalam hal ini yakni cabang ilmu geografi yang memfokuskan diri pada karakteristik fisik permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Kerangka geografi fisik ditunjang oleh geologi, geomorfologi, ilmu tanah, meteorologi, klimatologi dan oceanografi atau oceanologi. Menurut Gurniwan (2002) geografi fisik adalah suatu kajian yang memadukan dan mengaitkan unsur-unsur lingkungan fisik manusia (bersifat antroposentris), perhatian utama geografi fisik adalah lapisan hidup (biosfera/life layer) dari lingkungan fisik, yaitu zone tipis dari daratan dan lautan dimana didalamnya terdapat sebagian besar kehidupan. Model geo-fisik mengutamakan karakteristik fisik lahan yang terkait dalam penyediaan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk budidaya. Beberapa aspek fisik yang terkait dengan lahan diantaranya tanah, udara, air yang akan diukur dalam menentukan tingkat kesesuaian untuk pengembangan lahan tambak udang di THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta wilayah pesisir. Model yang sering digunakan dalam hal ini adalah model evaluasi kesesuaian lahan. B. Sistem Informasi Geografi (SIG) Sistem informasi Geografi adalah suatu sistem informasi tentang pengumpulan dan pengolahan data serta penyampaian informasi dalam koordinat ruang, baik secara manual maupun digital. Menurut ESRI (2009), Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat berbasis komputer untuk memetakan dan meneliti hal-hal yang ada dan terjadi di muka bumi. Sistem informasi geografi mengintegrasikan datadata spasial untuk merepresentasikan fenomena di permukaan bumi. Secara umum, terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk merepresentasikan atau memodelkan fenomena-fenomena yang terdapat di dunia nyata. Pertama adalah jenis data yang mempresentasikan aspek-aspek keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Jenis data ini sering disebut sebagai data-data posisi, koordinat, ruang atau spasial. Kedua adalah jenis data yang mempresentasikan aspekaspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya atau atribut (Prahasta, 2005:1). Mengelola kedua jenis data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang terintegritas mampu mengelola baik data spasial maupun data atribut secara sederhana, salah satu sistem yang menawarkan kemudahan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem informasi geografi seringkali juga terkait dengan penginderaan jauh (remote sensing). Kedua teknologi tersebut merupakan teknologi informasi atau lebih spesifik lagi teknologi informasi spasial karena berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data spasial (Barus dan Wiradisastra, 2000). Menurut Danoedoro, dalam Prahasta (2005), SIG atau Sistem Informasi Geografi secara sederhana dapat diartikan sebagai sistem manual atau digital (dengan manggunakan komputer sebagai alat pengolahan dan analisis) yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan menghasilkan informasi yang mempunyai rujukan spasial dan geografis. 407 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian berbasis SIG. Penggunaan SIG adalah mengekstraksi karakteristik lahan dan karakter lingkungan tambak udang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk metode analisis datanya, sehingga penelitian ini hanya menjelaskan pengalaman empiris yang ditemui di lapangan, baik yang bersifat data laboratorium, ataupun fenomena yang ditemui. Identifikasi dan analisis dilakukan dengan menggali aspek lahan sebagai faktor utama dalam pengembangan budidaya tambak di pesisir Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 – April 2016 di wilayah pesisir Kabupaten Brebes yang meliputi Kecamatan Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari dan Kecamatan Brebes. Persiapan dan analisis sampel air tambak dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Analisis dan pengolahan data Sistem Informasi Geografis dilakukan di Laboratorium Pendidikan Geografi Universitas Muhammadyah Purwokerto. Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: 1. Citra satelit GeoEye (diakuisisi oleh GoogleEarth) difungsikan sebagai peta dasar (base map) dalam membuat peta penggunaan lahan (land use) terkini. Peta topografi pesisir Kabupaten Brebes diekstraksi dari data ketinggian yang dipublikasikan oleh Badan Informasi Geospasial dalam InaGeoportal. 2. Data hasil survei lapang yaitu nilai pengukuran pH dan salinitas tambak yang menjadi parameter dalam penentuan kesesuaian lahan tambak udang. 3. Data pasang kabupaten Brebes dari Dinlutkan Kabupaten Brebes sebagai dasar perhitungan perencanaan sempadan laut dan muara sungai. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Seperangkat komputer dengan program Arc GIS 10.1, digunakan THE 5TH URECOL PROCEEDING 2. 3. 4. 5. 6. UAD, Yogyakarta untuk menyusun peta lokasi, peta titik sampel, dan peta hasil. Kamera digital, untuk pengambilan gambar/ foto fenomena yang ada di lapangan. Refraktometer untuk mengukur salinitas air. Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui posisi titik di dengan referensi koordinat. Botol plastik untuk wadah sampel air Alat tulis menulis Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei/observasi di lapangan yang dilengkapi dengan alat pengukuran. Data sekunder diperoleh melalui hasil referensi dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian.Data spasial yang diperoleh dari analisis citra satelit, dan hasil survey lapangan dengan menggunakan perangkat GPS (Global Positioning System). Titik pengambilan contoh ditentukan pada daerah yang mewakili areal penelitian yang diasumsikan sebagai lahan pengembangan budidaya tambak, dan penentuan posisinya dilakukan dengan menggunakan GPS. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling atau berdasarakan pertimbangan. Penarikan sampel berdasarkan pertimbangan merupakan bentuk penarikan sampel nonprobabilitas yang didasarkan kriteriakriteria tertentu, yaitu jenis tanah dan warna tanah, sumber airnya dan kegiatan budidaya tambak. Penentuan lokasi sampling berdasarkan pertimbangan tertentu antara lain kemudahan menjangkau lokasi titik sampling, serta efisiensi waktu dan biaya yang didasari pada interpretasi awal lokasi penelitian dan pengambilan sampel hanya terbatas pada unit sampel yang sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu (karakteristik tanah) yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Pengambilan sampel sebagai data primer dilakukan di 53 titik sampling di 5 kecamatan pesisir yang mewakili wilayah penelitian. Setiap lokasi pengamatan titik sampling dicatat posisi grografisnya dengan GPS (Gambar 1). 408 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta m (u) : m(uP) : λα (u) : n : Gambar 1. Peta sebaran sampel tanah dan air c. Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk menghasilkan peta tematik sebagai bahan analisis. Penggunaan perangkat lunak ArcGIS dan model builder untuk membangun model spasial statis yang diwujudkan dalam bentuk peta pengembangan lahan tambak udang di pesisir. d. Interpolasi Data pH dan Salinitas Pengolahan data keasaman (pH) dan salinitas tambak eksisting dilakukan untuk menghasilkan peta sebaran pH dan salinitas pada tambak. Nilai pH dan salinitas dipetakan menggunakan interpolasi.. Teknik interpolasi yang digunakan dalam hal ini adalah kriging. Secara umum, kriging merupakan suatu metode untuk menganalisis data geostatistik untuk menginterpolasi suatu nilai berdasarkan data. Metode ini digunakan untuk mengestimasi besarnya nilai karakteristik Ẑ pada titik tidak tersampel berdasarkan informasi dari karakteristik titik-titik tersampel yang berada di sekitarnya dengan mempertimbangkan korelasi spasial yang ada dalam data tersebut (Alfiana, 2010). Produk dari interpolasi ini adalah model elevasi dijital atau sering dikenal dengan DEM. DEM berfungsi untuk menampilkan informasi ketinggian atau elevasi daerah penelitian (Kresch et al., 2002; Demerkisen et al., 2006). Perhitungan formula kriging dapat dituliskan sebagai berikut: u, uα : vektor lokasi untuk perhitungan dan salah satu dari data yang THE 5TH URECOL PROCEEDING berdekatan, dinyatakan sebagai α. nilai ekspektasi dari Z(u). nilai ekspektasi dari Z(uα). Nilai Z(uα) untuk perhitungan lokasi u. nilai Z(uα) yang sama akan memiliki nilai yang berbeda untuk estimasi pada lokasi berbeda. Jumlah data sampel yang digunakan untuk estimasi. e. Buffering Jarak Penggunaan teknik buffer difokuskan pada data jarak dari sungai, jarak dari pantai, dan data perencanaan pembuatan sempadan diolah dengan membuat buffer dengan masukkan data dari tepi sungai untuk buffer sungai dan dari garis pantai untuk buffer pantai. Jarak yang dibuat untuk buffer sungai adalah 50 m, 500 m, dan 1000 m. Sedangkan untuk jarak yang dibuat untuk buffer pantai adalah 100 m, 300 m, 500 m, dan 4000 m. Proses buffer akan menghasilkan cincin-cincin jarak dari obyek utama sesuai dengan jarak yang ditentukan. Pengolahan ini bertujuan untuk membuat basis data dari setiap parameter sehingga basis data dapat diperoleh. Basis data tersebut meliputi: 1) peta penggunaan lahan; 2) peta tekstur tanah; 3) peta jenis tanah; 4) peta kelerengan; 5) peta jarak dari garis pantai; 6) jarak dari sungai; 7) peta sebaran nilai pH; 8) peta sebaran nilai salinitas; 9) Peta curah hujan. Hasil petapeta tersebut diolah dan diproses dalam sistem informasi geografi menggunakan overlay dan analisis multikriteria. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Geo-fisik Lahan Pesisir di Kabupaten Brebes 1. Penggunaan Lahan Wilayah pesisir Brebes merupakan wilayah urban dimana kegiatan ekonomi masyarakat tumbuh 409 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 dan berkembang. Sektor pertanian yang mendominasi berasosiasi dengan penggunaan lahan pertanian yang cukup banyak. Disisi lain permukiman yang tumbuh di sepanjang jalan utama pantura serta di sepanjang tepi sungai berkembang meski tidak sebanyak lahan pertanian, karena sebagian besar wilayah permukiman berada di bagian selatan wilayah pesisir Kabupaten Brebes dimana areal pertanian khususnya bawang tumbuh berkembang. Areal tegalan di sepanjang pesisir juga sedikit dengan dominasi tanaman jagung dan palawija. Wilayah pesisir yang berbatasan dengan pantai didominasi oleh tambak dan sedikit mangrove dengan luasan hampir sepertiga dari total luas kawasan pesisir. Gambar 2. Peta penggunaan lahan pesisir Kabupaten Brebes Hasil analisis citra yang menghasilkan peta penggunaan lahan (Gambar 2) menunjukkan total luas penggunaan lahan sawah irigasi di pesisir Kabupaten Brebes yang terdiri dari 5 Kecamatan yakni seluas 258,15 km2 (57,72%). Sawah irigasi tersebut terdistribusi hampir merata di seluruh wilayah kecamatan pesisir karena mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani. Penggunaan lahan tambak yang tersebar disepanjang pantai Kabupaten Brebes dengan total luas sebesar 99,54 km2 (22,26%) menempati luasan kedua yang mendominasi di wilayah pesisir Brebes. Permukiman sebagai ruang tinggal bagi THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta masyarakat di 5 kecamatan pesisir mencakup luasan wilayah sebesar 59,61 km2 (13,32%), sedangkan fungsi tegalan mencakup 6,37% total luas wilayah atau sebesar 28,51 km2. Kawasan hutan hanya melingkupi luasan sebesar 1,43 km2 atau 0,32% dari total luas wilayah pesisir di Kabupaten Brebes. Tabel 1 berikut ini menjelaskan distribusi luas penggunaan lahan di pesisir Kabupaten Brebes. Tabel 1. Penggunaan lahan di pesisir Kabupaten Brebes tahun 2014 N Penggunaa Luas Persentas o n lahan (km2) e (%) 1 Sawah 258,1 57,72 irigasi 5 2 Permukima 59,61 13,32 n 3 Tambak 99,54 22,26 4 Tegalan 28,51 6,37 5 Hutan 1,43 0,32 Total 447,2 100,00 4 Sumber : Hasil analisis (2016) 2. Kondisi Jenis Tanah Kondisi jenis tanah di pesisir Kabupaten Brebes didominasi oleh tanah aluvial yang merupakan tanah hasil sedimen dari bagian hulu yang didominasi areal perbukitan. Wilayah pesisir Kabupaten Brebes yang terbentang di bagian utara dari ujung timur berbatasan dengan Kabupaten Tegal dan wilayah barat berbatasan dengan Kabupaten Cirebon memiliki sejumlah sungai yang bermuara di pesisir utara Brebes. Di bagian tepi pantai Kabupaten Brebes didominasi tanah regosol yang memiliki porositas yang rendah sehingga dapat digunakan untuk menahan air tambak. Peta tanah yang bersumber dari Bappeda menunjukkan luas tanah regosol di pesisir Kabupaten Brebes adalah 47,88 km2 sedangkan tanah aluvial memiliki luas sebesar 399,4 km2. Gambar 3 berikut ini menjelaskan distribusi jenis tanah di pesisir Kabupaten Brebes. 410 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Gambar 3. Peta jenis tanah wilayah pesisir Kabupaten Brebes 3. Kondisi Tekstur Tanah Tekstur tanah di wilayah pesisir Brebes yang merupakan dataran aluvial pantai didominasi pasir dan liat. Adapun pengukuran tekstur tanah dilakukan di lapangan dengan menggunakan tangan. Sebagian besar tambak didominasi tanah lumpur regosol dengan tekstur liat berpasir dan di bagian selatan wilayah pesisir yang merupakan areal permukiman memiliki tekstur pasir berdebu. Gambar 4. Kondisi tanah di pesisir Kab. Brebes, (kiri) jenis tanah regosol dengan tekstur liat berdebu, dan (kanan) tanah aluvial dengan tekstur liat berpasir THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta Berdasarkan hasil kajian Nurjanah (2009) menunjukkan bahwa di wilayah Desa Sawojajar, Kecamatan Wanasari didominasi oleh tanah liat berdebu (silty clay) dengan kontribusi liat sebesar 55%, debu 40% dan pasir sebesar 5%. Kondisi porositas tanah cenderung rendah sehingga dapat menahan air untuk pembangunan tambak. Sampel yang diambil di Desa Randusanga Wetan, Kecamatan Brebes menunjukkan tekstur tanah lempung berpasir (sandy loam) dengan rasa kasar saat dilakukan uji tekstur dengan menggunakan tangan dan juga membentuk bola agak keras namun mudah hancur. Tanah dengan tekstur lempung berliat (clay loam) mendominasi wilayah di Desa Pangaradan, Kecamatan Tanjung dengan persentase komposisi tekstur hampir merata untuk pasir (25%), liat (35%) dan debu (40%). Adapun uji di lapangan menunjukkan tekstur agak kasar pada tanah yang diuji, kemudian membentuk bola agak teguh saat kering dan membentuk gumpalan bila dipilin dengan rasa licin namun mudah hancur ketika diameter mengecil. Selain itu daya lekat bola sedang yang menunjukkan komposisi debu yang sedang. Tabel 2 berikut ini menunjukkan karakteristik tekstur tanah di wilayah penelitian. Tabel 2. Komposisi tekstur tanah di wilayah penelitian Komposisi (%) Keca Kat Desa mata L D egor Pa n i ia eb sir t u Sawoja Wana 5 5 40 Silty jar sari 5 clay Randus Breb 24 3 46 Cla anga es 0 y Kulon loa m Randus Breb 58 2 22 San anga es 0 dy Wetan loa m Karang Losar 9 5 35 Silty dempel i 6 clay 411 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING Pangar adan Tanju ng 25 18 February 2017 3 5 40 Cla y loa m Pulola Bula 20 3 43 Cla mpes kamb 7 y a loa m Sumber : Nurjanah (2009) dengan modifikasi 4. Kemiringan Lereng Kemiringan lereng di wilayah penelitian yang merupakan daerah pantai merupakan wilayah yang landai cenderung datar dengan dominasi kemiringan 0 -3%. Kondisi geomorfologi wilayah pesisir yang merupakan daerah aluvial dengan bentukan delta di muara sungai menjadikan wilayah ini cukup datar dan sesuai untuk permukiman dan budidaya pertanian dan pertambakan. Hasil derivasi dari data titik tinggi yang dipublikasikan oleh Badan Informasi Geospasial menunjukkan wilayah pesisir menunjukkan kategori datar. Kondisi kemiringan lereng di wilayah pesisir Kabupaten Brebes dapat ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini. Gambar 5. Peta kemiringan lereng wilayah pesisir Brebes 5. Jarak dengan Pantai Tambak di wilayah pesisir Kabupaten Brebes rata-rata terletak di tepi pantai menjorok ke daratan hingga jarak 1,5 km. Wilayah tambak menempati dataran aluvial dengan tanah cenderung berlumpur dan berpasir. Akses jalan menuju areal tambak juga melewati THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta permukiman yang terletak disekitar area tambak dan ditinggali oleh masyarakat nelayan ataupun pemilik, dan pekerja tambak. Beberapa wilayah desa di Randusanga Kulon, Randusanga Wetan areal disekitar areal tambak ditemukan permukiman ataupun areal padi sawah, sedangkan di Kecamatan Bulakamba, areal tambak mencakup wilayah yang cukup luas dan homogen. Areal permukiman berada di bagian selatan dengan dilengkapi akses jalan yang cukup memadai. Gambar 6 berikut ini menunjukkan jarak dengan sungai di wilayah pesisir Kabupaten Brebes yang dibuat dengan multiple buffer. Gambar 6. Peta jarak dengan pantai 6. Jarak dengan Sungai Sungai memiliki peran dalam pengairan air tawar di kolam tambak dan juga menjadi saluran pembuangan limbah sisa pasca panen. Kondisi sungai serta kualitas air sungai dalam hal ini juga berperan dalam menjaga kestabilan ekosistem dan produktivitas tambak udang. Karakteristik sungai di pesisir Kabupaten Brebes terdiri dari sungai permanen dan sungai musiman. Sungai permanen ini merupakan sungai yang sepanjang musim memiliki aliran air dan dapat digunakan sebagai pengaliran tambak. Adapun sungai musiman merupakan sungai kecil yang hanya memiliki aliran air saat musim hujan. Penghitungan jarak dengan sungai dilakukan dengan multiple ring buffer berdasarkan jarak yang ditentukan. Jarak yang digunakan dalam buffering adalah 50 m, 500 m, 1000 m, dan 1500 m. Peta jarak sungai di wilayah pesisir 412 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini. UAD, Yogyakarta salinitas terendah sebesar 20‰ pada tambak yang berada dekat sungai dan secara aktif dialiri oleh air sungai. Sedangkan terdapat juga tambak dengan salinitas sebesar 100‰ pada tambak yang sudah tidak digunakan lagi dan mengalami penurunan volume air sehingga menyebabkan meningkatnya salinitas karena penguapan. Hasil model interpolasi data sampel salinitas ini menghasilkan peta tingkat salinitas di wilayah pesisir Kabupaten Brebes (Gambar 9). Gambar 7. Peta jarak dengan sungai 7. Keasaman (pH) Keasaman (pH) air sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya budidaya udang tambak. Nilai ph air dapat menurun karena proses respirasi dan pembusukan zat-zat organik. Nilai pH rendah tersebut dapat menurunkan pH darah udang yang disebut proses acidosis yang menyebabkan fungsi darah untuk mengangkut oksigen menurun sehingga udang sulit bernapas (BPAP, 2004). Kriteria pH tanah menurut Widyaastuti dan Wahyu (1998) yaitu, kelas sesuai 6-7, cukup sesuai <6 atau >8 dan tidak sesuai <4,5 atau >8,5. Kondisi pH di di pesisir Kabupaten Brebes pada angka 7 – 8 didasarkan hasil pengukuran lapangan. Gambar 8 berikut ini merupakan hasil interpolasi titik sampel pH yang diambil menjadi data pH wilayah pesisir Kabupaten Brebes. Gambar 8. Peta tingkat keasaman lahan pesisir Kabupaten Brebes 8. Tingkat salinitas Hasil pengukuran salinitas pada lahan tambak di pesisir Kabupaten Brebes rata-rata adalah 43,11‰ dengan tingkat THE 5TH URECOL PROCEEDING Gambar 9. Peta salinitas wilayah pesisir Kabupaten Brebes 9. Curah Hujan Berdasarkan data BPS hari hujan tertinggi adalah di Kecamatan Brebes dengan jumlah hari hujan sebesar 116 hari sepanjang tahun 2014, sedangkan hari hujan terrendah adalah di Kecamatan Bulakamba dengan jumlah hari hujan sebesar 78 hari sepanjang tahun 2014. Kecamatan Losari yang terletak di ujung barat wilayah Brebes memiliki curah hujan sebesar 1.536 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 104 hari sepanjang tahun 2014 (Tabel 3). Tabel 3. Kondisi hujan di pesisir Kabupaten Brebes tahun 2014 N Curah Rata Hari Kecamata o hujan -rata huja n (mm) n 1 Wanasari 1.592 133 88 2 Brebes 1.536 128 116 3 Losari 1.838 153 104 4 Tanjung 1.624 135 90 5 Bulakamb 1.469 122 78 413 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 a Rerata 1.611, 134, 95 8 1 Sumber : BPS (2015) Distribusi curah hujan tahunan di wilayah pesisir berada pada kisaran 1.000 – 2.000 mm/tahun dan dapat dipetakan dengan menggunakan teknik isohyet. Adapun peta curah hujan dihasilkan dengan menggunakan sistem informasi geografi. Gambar 10 berikut ini menunjukkan agihan curah hujan di pesisir Kabupaten Brebes. Gambar 10. Peta curah hujan di wilayah pesisir Kabupaten Brebes UAD, Yogyakarta sosial ekonomi khususnya pelaku sektor perikanan tambak serta aspek kebencanaan yang belum terintegrasi dalam perencanaan pembangunan wilayah pesisir. b. Pemerintah dapat mengembangkan sektor perikanan udang tambak di wilayah pesisir Kabupaten Brebes dengan mendasarkan pada kriteria geo-fisik dan serta mendorong masyarakat untuk dapat meningkatkan perekonomian melalui komoditas udang dengan harga jual yang lebih tinggi. Ucapan Terima Kasih Penulis menyampaikan terimakasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan dana penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP UMP yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan. DAFTAR PUSTAKA 5. KESIMPULAN DAN SARAN Alfiana, A. Kesimpulan Karakteristik geo-fisik lahan pesisir Kabupaten Brebes terdiri dari wilayah yang secara topografi merupakan dataran aluvial pantai dengan proses fluvial yang cukup mendominasi. Karakteristik tanah yang terdiri dari tanah regosol dan aluvial kelabu dengan tekstur halus hingga kasar serta curah hujan yang cukup tinggi memberikan peluang untuk dikembangkannya budidaya udang tambak. Disisi lain penggunaan lahan wilayah pesisir yang didominasi lahan budidaya baik tambak ataupun lahan pertanian yang luas terhampar di 5 kecamatan dapat dikembangkan sebagai area budidaya tambak udang baik secara tradisional maupun modern. B. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini diantaranya sebagai berikut. a. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut dengan memanfaatkan parameter THE 5TH URECOL PROCEEDING Anantia Nur (2010) Metode Ordinary Kriging pada Geostatistika. 2010. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY. Yogyakarta Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (2004) Kumpulan Materi. Pelatihan Petugas Teknis Inbudkan Tgl 24-30 Mei 2004, Jepara. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. BPAP, Jepara. Barus B, Wiradisastra U. S.(2000). Sistem Informasi Geografi – Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor: Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Demerkisen, A.C.; Evrendilek, F.; Berberoglu, S.; dan Killie, S. 2006. “Coastal flood risk analysis using landsat-7 etm+ imagery and srtm dem: a case study of Izmir, Turkey”. Environmental 414 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Monitoring and Assessment, 131(1-3), 293-300. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), 2002. Kriteria Kesesuaian Lahan. Dirjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Djoemantoro S. dan Rachmawati. N (2002) Cara Pemilihan Lahan Berpotensi untuk Pengembangan Pertanian Suatu Wilayah. Bulletin Teknik Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. ESRI (2009). ArcGIS Desktop Help. http://resources.esri.com/arcgisdeskt op/ diakses pada tanggal 3 Maret 2015 Fauzi, Yulian., Susilo, Boko., Mayasari ZM (2009) Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu Melalui Perancangan Model Spasial Dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Forum Geografi UMS Volume 23 No. 2, Desember 2009 Gurniwan, Pasya Kamil (2002). Geografi : Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung : Buana Nusantara. Hadi, B. S. (2013). Metode Interpolasi Spasial Dalam Studi Geografi (Ulasan Singkat dan Contoh Aplikasinya). Jurnal Geomedia, Volume 11 No. 2 Hardjowigeno, S. (2003). Soil classification and pedogenesis. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Kresch, D.L.; Mastin, M.C. dan Olsen, T.D. 2002. Fifty-Year Flood-Inundation Maps for Olanchito, Honduras. Tacoma, Washington, USA, US Geological Survey. Munibah, K. (2008). Model spasial perubahan penggunaan lahan dan THE 5TH URECOL PROCEEDING UAD, Yogyakarta arahan penggunaan lahan berwawasan lingkungan (studi kasus DAS Cidanau, Provinsi Banten). Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Nirwansyah, Anang W (2015) Komparasi teknik ordinary kriging dan spline dalam pembentukan DEM (studi data titik tinggi kota pekalongan provinsi jawa tengah). Jurnal Geo Edukasi. Vol 1 Tahun 2015 Nurjanah (2009) Analisis Prospek Budidaya Tambak Di Kabupaten Brebes. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Program Studi : Magister Manajemen Sumber Daya Pantai.Semarang Universitas Diponegoro Poernomo, A (1992) Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. 40 pp. Prahasta, Eddy (2005). Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arcview. Bandung: Informatika. Prahasta, Eddy (2008) Model permukaan dijital pengolahan data DTM (Digital Terrain Model) dan DEM (Digital Elevation Model) dengan perangkat lunak :Surfer, Global Suyanto. S. Rachmatun., Takarina, Enny. P (2009) Panduan Budidaya Udang Windu. Jakarta: Niaga Swadaya Widyaastuti, M dan Wahyu, L (1998) Identifikasi dan Pengukuran Parameter-parameter Fisik di Lapangan. PUSPICS Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Bakosurtanal.Yogyakarta. 415 ISBN 978-979-3812-42-7