DEWAN PENGURUS PUSAT ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA KODE UNIT KOMPETENSI M.71KKK01.001.1 MERANCANG STRATEGI PENGENDALIAN RISIKO K3 DI TEMPAT KERJA UNIVERSITAS NURTANIO Bandung, 21 Juli 2020 BEKERJA SAMA DENGAN : IR. H. MOCH. ICHWAN N. E., MT. IAI. STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NO. 38 TAHUN 2019 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran; Analisis dan Uji Teknis Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Jabatan Kerja Personil Keselamatan dan Kesehatan Kerja OPERATOR K3 Unit Kompetensi M.71KKK01.001.1 Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja Elemen Kompetensi : 1. Merencanakan pengendalian risiko K3 di tempat kerja • Menganalisis hasil identifikasi faktor bahaya pada setiap lokasi di tempat kerja • Menilai faktor bahaya sesuai metode penilaian risiko K3 yang ditentukan STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONALINDONESIA – ELEMEN KOMPETENSI 2. Merancang pengendalian risiko K3 di tempat kerja sesuai hirarki • Menetapkan hasil penilaian risiko sesuai tingkat risiko K3 • Merancang pengendalian risiko K3 sesuai skala prioritas dan hirarki pengendalian 3. Meninjau kembali Rancangan pengendalian risiko K3 di tempat kerja • Mengkomunikasikan rancangan pengendalian risiko K3 kepada pihak-pihak terkait • Memperbaiki dokumen rancangan pengendalian risiko K3 sesuai hasil komunikasi 4. Melaporkan hasil Rancangan pengendalian risiko K3 • Menyusun hasil perbaikan rancangan pengendalian risiko K3 sesuai format • Melaporkan dokumen hasil rancangan pengendalian risiko K3 pada atasan dan pihak terkait • Mendokumentasikan dokumen hasil rancangan pengendalian risiko K3 sesuai prosedur PERATURAN PERATURAN terkait penilaian dan pengendalian risiko UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN PERATURAN MENTERI PUPR RI NOMOR PER.21/PRT/M/2019 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KOSTRUKSI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2019 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI Bagian Ketiga PASAL 7 Elemen Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi a. kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam Keselamatan Konstruksi; b. perencanaan Keselamatan Konstruksi; c. dukungan Keselamatan Konstruksi; d. operasi Keselamatan Konstruksi; dan e. evaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi PASAL 9 Perencanaan Keselamatan Konstruksi merupakan kegiatan yang paling sedikit meliputi: a. mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian, dan peluang PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Bagian Ketiga Perencanaan K3 PASAL 9.3 Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan: a. hasil penelaahan awal; b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan d. sumber daya yang dimiliki BAHAYA (hazard) Segala sesuatu (sumber/kondisi/tindakan) berpotensi merugikan/ mencederakan pada; (manusia, kerusakan alat/harta benda, gangguan proses produksi, kerusakan lingkungan Andry Kurniawan, SKM., MKKK. - 2020 Yang (mungkin) mendatangkan kecelakaan (bencana, kesengsaraan, kerugian, dan sebagainya) KBBI potensi BAHAYA kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM – PASAL 1 HURUF 6 CONTOH BAHAYA • • • • • • • Berkendara Melebihi Batas Kecepatan Dipengaruhi alkohol Narkoba Bekerjadi ketinggian Tanpa APD Sarana pelindung jatuh Menggunakan alat kerja/APD tak layak/tak sesuai KONDISI TIDAK AMAN TINDAKAN TIDAK AMAN Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan: a. peraturan dan prosedur kerja, faktor sosial (termasuk beban kerja, jam kerja, pelecehan dan intimidasi), kepemimpinan dan budaya dalam organisasi; b. kegiatan rutin dan non-rutin, termasuk bahaya yang timbul dari: 1) kondisi prasarana, peralatan, material, zat berbahaya dan kondisi fisik tempat kerja; 2) desain produk dan layanan, penelitian, pengembangan, pengujian, produksi, perakitan, pengadaan, pemeliharaan dan pembuangan; 3) faktor manusia; 4) cara pelaksanaan pekerjaan. PERTIMBANGAN IDENTIFIKASI BAHAYA c. kejadian yang pernah terjadi pada periode sebelumnya, baik dari internal maupun eksternal organisasi, termasuk keadaan darurat, dan penyebabnya; d. potensi keadaan darurat; e. faktor manusia, termasuk: 1) orang yang memiliki akses ke tempat kerja dan/atau kegiatan Pekerjaan Konstruksi, termasuk pekerja, pengunjung, dan orang lain; 2) orang di sekitar tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan Pekerjaan Konstruksi; 3) pekerja di lokasi yang tidak berada di bawah kendali langsung organisasi; PERTIMBANGAN IDENTIFIKASI BAHAYA f. isu lainnya, meliputi: 1) desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan organisasi kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kebutuhan dan kemampuan pekerja yang terlibat; 2) situasi yang terjadi di sekitar tempat kerja yang disebabkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi; 3) situasi yang tidak di bawah kendali organisasi dan terjadi di sekitar tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera dan penyakit/kesehatan yang buruk bagi orang-orang di tempat kerja; g. perubahan yang terjadi atau perubahan yang diusulkan terkait organisasi, operasi, proses, kegiatan dan SMKK; h. perubahan ilmu pengetahuan dan informasi tentang bahaya. Metode identifikasi bahaya merupakan tekhnik yang dikembangkan untuk mengenal dan mengevaluasi berbagai bahaya yang terdapat dalam proses kerja https://www.synergysolusi.com/berita/berita-k3/pengenalan-metode-identifikasi-bahaya 1. What if/check list o setiap proses dipelajari melalui pendekatan brainstorming untuk memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian yang akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. o Masing-masing pertanyaan dibagi ke dalam tahapan • Operasi • Teknik • Pemeliharaan • inspeksi. o mempertimbangkan skenario terjadinya insiden, identikasi konsekuensi, penilaian kualitatif untuk menentukan tingkat keparahan konsekuensi, kemungkinan dari semua risiko yang ada dan pembuatan rekomendasi untuk mengurangi bahaya. o dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya potensial dari setiap tahapan proses. Metode ini akan efektif apabila dilakukan oleh tim yang berpengalaman untuk evaluasi suatu proses 2. HAZOPS Hazard and Operability Study o digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dari operasional proses yang dapat mempengaruhi efisiensi produksi dan keselamatan. o merupakan metode identifikasi risiko yang berfokus pada analisis terstruktur mengenai operasi yang berlangsung. o harus mempelajari setiap tahapan proses untuk mengidentifikasi semua penyimpangan dari kondisi operasi yang normal, mendeskripsikan bagaimana bisa terjadi dan menentukan perbaikan dari penyimpangan yang ada 3. FMEA Failure Mode and Effect Analysis o menganalisis berbagai pertimbangan kesalahan dari peralatan yang digunakan dan mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut. o Kelemahan : tidak mempertimbangkan kesalahan manusia. o mengidentifikasi kemungkinan abnormal atau penyimpangan yang dapat terjadi pada komponen atau peralatan yang terlibat dalam proses produksi serta konsekuensi yang ditimbulkan 4. FTA Fault Tree Analysis o memprediksi atau alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan dengan melakukan analisis proses kejadian. o menghasilkan penilaian kuantitatif dari probabilitas kejadian yang tidak diinginkan. o metode yang paling efektif dalam menemukan inti permasalahan karena dapat menentukan bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari satu kegagalan. o merupakan kerangka berpikir terbalik di mana evaluasi berawal dari insiden kemudian dikaji penyebabnya 5. ETA Event Tree Analysis o metode yang menunjukkan dampak yang mungkin terjadi dengan diawali oleh identifikasi pemicu kejadian dan proses dalam setiap tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan. o perlu mengetahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem keselamatan atau prosedur o kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah perbaikan terhadap dampak yang ditimbulkan 6. JHA Job Hazard Analysis o fokus pada tahapan pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum suatu kejadian yang tidak diinginkan muncul. o fokus pada interaksi antara pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan. o setelah diketahui bahaya yang tidak bisa dihilangkan, maka dilakukan usaha untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bahaya ke tingkat level yang bisa diterima (OSHA 3071). o dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis pekerjaan, namun terdapat beberapa prioritas pekerjaan yang perlu dilakukan JHA, antara lain: • Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan/kesakitan yang tinggi • Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan luka,cacat atau sakit meskipun tidak terdapat insiden sebelumnya • Pekerjaan yang bila terjadi sedikit kesalahan kecil akan dapat memicu terjadinya kecelakaan parah atau luka • Pekerjaan yang baru atau mengalami perubahan dalam proses dan prosedur • Pekerjaan cukup kompleks untuk ditulis instruksi pelaksanaannya risiko (Risk) akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan KBBI Kemungkinan terjadinya dampak dari suatu bahaya (cedera pada manusia, kerusakan pada alat/proses/ Iingkungan sekitar karena terpapar suatu bahaya) PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NO. 21 TAHUN 2019 BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 – 19 dan 20 risiko keselamatan konstruksi risiko konstruksi yang memenuhi satu atau lebih kriteria berupa besaran risiko pekerjaan, nilai kontrak, jumlah tenaga kerja, jenis alat berat yang dipergunakan dan tingkatan penerapan teknologi yang digunakan. Penilaian risiko keselamatan konstruksi Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi adalah perhitungan besaran potensi berdasarkan kemungkinan adanya kejadian yang berdampak terhadap kerugian atas konstruksi, jiwa manusia, keselamatan publik, dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu, terjadi pada Pekerjaan Konstruksi dengan memperhitungkan nilai kekerapan dan nilai keparahan yang ditimbulkan. OH&S Risk Occupational Health & Safety Risk (ISO 45001:2018 3.22) kombinasi kemungkinan terjadinya kejadian atau paparan berbahaya yang terkait dengan pekerjaan dan tingkat keparahan cedera dan kesehatan yang buruk yang dapat disebabkan oleh peristiwa atau paparan ContohKemungkinanTer-= ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ -peleset jatuh karena lantai licin -jerembab karena housekeeping buruk -kilir punggung karena cara angkat salah -tabrak kendaraan karena cuaca kabut tebal -jatuh dari ketinggian karena tangga patah/APD cacat -sengat listrik karena kulit kabel terkelupas Jenis Bahaya Bahaya Benda Fisik (Physical Hazards) 1. Cahaya yang intensitasnya terlalu tinggi atau rendah (terlalu terang, gelap, remang-remang, dll.); 2. Suara bising melebihi ambang batas; 3. Suhu terlalu panas atau terlalu dingin (ruang, benda); 4. Tekanan terlalu tinggi atau rendah; 5. Radiasi elektromagnetis (ultra violet, infrared, dll.); 6. Radiasi ionisasi (rontgen, radioactive/nuklir, dll.), 7. Getaran benda bekerja dan getaran lingkungan kerja yang melampaui ambang batas. bahaya Listrik (Electrical Hazards) 1. 2. 3. 4. Bahaya Kimiawi (Chemical Hazards) 1. Gas, uap dan cairan serta asap berbahaya 2. debu (Arsenik,Timbal,Silica & Cadmium) Kegagalan alat pengamannya (fuse, grounding, breaker, dsb); Kelebihan beban penggunaan; Loncatan bunga api; Isolasi yang tidak sempurna Bahaya Benda Bergerak 1. Benda yang bergerak lurus/linear movement (mesin penempa, mesin potong, ban berjalan, mobil,dll.); (KineticHazards) 2. Benda bergerak berputar/rotation (roda, roda gigi, crane, gerinda, katrol,dll.); 3. Benda bergerak tak beraturan (debu, percikan metal/ partikel/zatkimia, semprotan bertekanan, dll.); 4. Pengangkatan/pengangkutan (beban yang terlalu berlebihan beratnya atau kecepatannya,dll.) Bahaya Benda Diam (StaticHazards) 1. Bahaya perbedaan elevasi atau gravitasi (printer yang diletakkan diatas lemari kerja sedangkan posisi pekerja berada dibawahnya); 2. Bahaya air (terlalu dalam, terlalu dingin, terlalu panas); 3. Bahaya kerusakan perkakas/sarana kerja; 4. Bahaya konstruksi (jembatan/perancah ambruk, dll.); 5. Bahaya pemasangan (sambungan/baut tidak kuat, dll.) Bahaya Ergonomi 1. Bentuk perkakas, bentuk peralatan, cara kerja, bentuk tempat kerja dan penanganan secara manual PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2019 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI Risiko Keselamatan Konstruksi a. kecil; b. sedang; c. besar. Risiko Kecil a. bersifat berbahaya rendah berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa berdasarkan perhitungan; b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah); c. mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah kurang dari 25 (dua puluh lima) orang; dan/atau d. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana. Risiko sedang a. bersifat berbahaya sedang berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi; b. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah); c. mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah 25 (dua puluh lima) orang sampai dengan 100 (seratus) orang; dan/atau d. Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi madya. Risiko besar a. b. c. d. e. f. bersifat berbahaya tinggi berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp100.000.000.000; mempekerjakan tenaga lebih dari 100 (seratus) orang; menggunakan peralatan berupa pesawat angkat; menggunakan metode peledakan dan/atau menyebabkan terjadinya peledakan; Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi. PENILAIAN RISIKO Penilaian RISIKO DAN PELUANG KESELAMATAN KONSTRUKSI MELIPUTI a. penilaian risiko bahaya yang telah teridentifikasi, dengan mempertimbangkan keberhasilgunaan pengendalian yang ada; b. penentuan dan penilaian risiko lain yang terkait dengan penerapan, pengoperasian dan pemeliharaan SMKK. c. penilaian peluang Keselamatan Konstruksi untuk meningkatkan kinerja Keselamatan Konstruksi, dengan mempertimbangkan perubahan yang direncanakan terkait organisasi, kebijakan, proses atau kegiatan dan: 1. peluang untuk menyesuaikan pekerjaan, organisasi kerja dan lingkungan kerja; 2. peluang untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko Keselamatan Konstruksi; d. penilaian peluang lain guna peningkatan SMKK. Metodologi dan kriteria penilaian risiko Keselamatan Konstruksi harus ditetapkan dengan memperhatikan a. ruang lingkup, sifat dan jangka waktu untuk memastikan bahwa yang dilakukan adalah lebih bersifat proaktif dari pada reaktif dan digunakan dengan cara yang sistematis. b. kemungkinan terjadinya risiko dan peluang lain untuk Penyedia Jasa sebagai akibat terjadinya risiko Keselamatan Konstruksi dan peluang Keselamatan Konstruksi. Konsep dasar penilaian risiko Identifikasi Bahaya A. Sumber (4M 1 E) 1. Orang (Man) 2. Bahan (Material) 3. Mesin (Machine) 4. Metode Kerja (Method) 5. Lingkungan (Environment) B. jenis 1.Fisika 2.Kimia 3.Biologis 4.Ergonomis 5.Psikososial penilaian risiko Menentukan Pengendalian Menilai Risiko 1. Kemungkinan (likelihood) 2. Konsekuensi (Consequence) 1. Menghilangkan (Eliminasi) 2. Mengganti dengan yang memiliki nilai resiko rendah (Substitusi) 3. Rekayasa (Engineering) 4. Administrasi 5. APD R = F X S frekuensi kekerapan severity keparahan PENETAPAN tingkat kekerapan Tingkat Kekerapan Deskripsi Definisi 5 Hampir pasti • Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan • Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 dalam 1 tahun 4 Sangat mungkin terjadi • Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada hampir semua kondisi • Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir 3 Mungkin terjadi • Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa kondisi tertentu • Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir 2 Kemungkinan kecil terjadi • Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa kondisi tertentu • Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir 1 Hampir tidak pernah terjadi • Dapat terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa kondisi tertentu • Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir PENETAPAN tingkat keparahan Skala Konsekuensi Tingkat Keparahan 5 Keselamatan Manusia (Pekerja & Masyarakat) Timbulnya fatality lebih dari 1 orang meninggal dunia; Atau Lebih dari 1 orang cacat tetap Lingkungan Peralatan Terdapat peralatan utama yang rusak total lebih dari satu dan mengakibatkan pekerjaan berhenti selama lebih dari 1 minggu Material Material rusak dan perlu mendatangkan material baru yang membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu dan mengakibatkan pekerjaan berhenti Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah /suara yang mengakibatkan keluhan dari pihak masyarakat;atau Terjadi kerusakan lingkungan di Taman Nasional yang berhubungan dengan flora dan fauna;atau Rusaknya aset masyarakat sekitar secara keseluruhan Terjadi kerusakan yang parah terhadap akses jalan masyarakat. PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN Skala Konsekuensi Tingkat Keparahan 4 Keselamatan Manusia Lingkungan (Pekerja & Masyarakat) Peralatan Material Timbulnya fatality 1 orang meninggal dunia; Atau 1 orang cacat tetap Terdapat satu peralatan utama yang rusak total dan mengakibatkan pekerjaan berhenti selama 1 minggu Material rusak dan perlu mendatangkan material baru yang membutuhkan waktu 1 minggu dan mengakibatkan pekerjaan berhenti Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara namun tidak adanya keluhan dari pihak masyarakat;atau Terjadi kerusakan lingkungan yang berhubungan dengan flora dan fauna;atau Rusaknya sebagian aset masyarakat sekitar; atau Terjadi kerusakan sebagian akses jalan masyarakat PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN Skala Konsekuensi Tingkat Keparahan 3 Keselamatan Manusia (Pekerja & Masyarakat) Terdapat insiden yang mengakibatkan lebih dari 1 pekerja dengan penanganan perawatan medis rawat inap, kehilangan waktu kerja Lingkungan Peralatan Material erdapat lebih dari satu peralatan yang rusak dan memerlukan perbaikan dan mengakibatkan pekerjaan berhenti selama kurang dari tujuh hari Material rusak dan perlu mendatangkan material baru yang membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu dan tidak mengakibatkan pekerjaan berhenti Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah /suara yang mempengaruhi lingkungan kerja;atau Terjadi kerusakan lingkungan yang berhubungan dengan tumbuhan di lingkungan kerja;atau Terjadi kerusakan akses jalan di lingkungan kerja PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN Tingkat Keparahan 2 Skala Konsekuensi Keselamatan Manusia (Pekerja & Masyarakat) Terdapat insiden yang mengakibatkan 1 pekerja dengan penanganan perawatan medis rawat inap, kehilangan waktu kerja Peralatan Terdapat satu peralatan yang rusak, memerlukan perbaikan dan mengakibatkan pekerjaan berhenti selama lebih dari 1 hari Lingkungan Material Material rusak dan perlu mendatangkan material baru yang membutuhkan waktu kurang dari 1 minggu, namun tidak mengakibatkan pekerjaan berhenti Menimbulkan pencemaran udara/air/tanah/suara yang mempengaruhi sebagian lingkungan kerja;atau Terjadi kerusakan sebagian akses jalan di lingkungan kerja PENETAPAN TINGKAT KEPARAHAN Tingkat Keparahan 1 Skala Konsekuensi Keselamatan Manusia (Pekerja & Masyarakat) Terdapat insiden yang penanganannya hanya melalui P3K, tidak kehilangan waktu kerja Peralatan Terdapat satu peralatan yang rusak, memerlukan perbaikan dan mengakibatkan pekerjaan berhenti selama kurang dari 1 hari Lingkungan Material Tidak mengakibatkan kerusakan material Tidak mengakibatkan gangguan lingkungan PENETAPAN tingkat risiko KEKERAPAN KEPARAHAN KEKERAPAN 1 2 3 4 5 1 1 2 3 4 5 2 2 4 6 8 10 3 3 6 9 12 15 4 4 8 12 16 20 5 5 10 15 20 25 1 - 4 = Tingkat Risiko Kecil 5 - 12 = Tingkat Risiko Sedang 15 - 25 = Tingkat Risiko Besar PENGENDALIAN RISIKO HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO 1 Eliminasi 2 Substitusi 3 Rekayasa/ Engineering 4 Pengendalian Administratif 5 Alat Pelindung Diri PROTEKSI KEHANDALAN salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1. 1. ELIMINASI Hirarki teratas dan paling efektif menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain tujuan : • • • untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis. Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia. ELIMINASI bahaya pada pekerjaan di atas ketinggian : sebaiknya direncanakan sejak tahap awal perencanaan konstruksi, ini bertujuan untuk menentukan desain bangunan, perencanaan dan koordinasi. Menghilangkan (eliminasi) potensi jatuh pada pekerjaan di atas ketinggian, dapat dilakukan dengan cara: • Membuat desain yang lebih aman • Menggunakan alat bantu • Metode alternatif ELIMINASI • Membuat desain yang lebih aman ✓ membuat desain yang telah memperhitungkan aspek-aspek keselamatan ✓ menempatkan peralatan yang membutuhkan perawatan secara berkala pada posisi yang rendah sehingga tidak perlu naik untuk melakukan perawatan pada peralatan tersebut ✓ membuat akses jalan (walkway) yang dilengkapi dengan pegangan tangan (handrail) ✓ membuat tembok pembatas ✓ menempatkan blower AC di posisi yang rendah, sehingga pada saat perbaikan tidak perlu harus naik. ELIMINASI • Menggunakan alat bantu menjadi salah satu pengendalian bahaya jatuh secara eliminasi Dengan menggunakan alat bantu yang sesuai, maka pekerjaan yang seharusnya dilakukan di atas dapat dilakukan dari bawah Penggunaan tongkat (galah) untuk mengecat pada dinding yang tinggi penggunaan ekstensi pada pekerjaan pembersihan jendela • Metode alternatif Melakukan pengecatan genting sebelum dipasang, hal ini dapat menghilangkan pekerjaan pengecatan di atas ketinggian Melakukan perbaikan blower AC di lantai Melakukan perakitan bangunan di bawah, setelah itu baru didirikan 2. SUBSTITUSI Metode pengendalian ini bertujuan untuk • mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. • menurunkan bahaya dan risiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: • Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator • menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya • mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik • mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah 3. REKAYASA/ENGINEERING Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia Pengendalian ini biasanya terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system, sensor, sound enclosure 4. PENGENDALIAN ADMINISTRATIF Kontrol administratif ditujukan : pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll. 5. ALAT PELINDUNG DIRI merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya, hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Melindungi tenaga kerja jika usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak bisa dikerjakan dengan baik., tingkatkan efektivitas dan produktivitas kerja, dan membuat lingkungan kerja yang aman . Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada hirarkinya tentunya dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar efektifitasnya tinggi sehingga bahaya dan resiko yang ada semakin kecil untuk menimbulkan kecelakaan. MESIN BARU Kebisingan 100 dBA Metode Engineering control Safety sign preventive maintenance/manual book pengukuran kebisingan secara berkala pelatihan dan penggunaan earplug yang sesuai Kebisingan 90 dBA pengendalian risiko K3 konstruksi Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tempat kerja; Peralatan kerja; Cara kerja; Alat Pelindung Kerja; Alat Pelindung Diri; Rambu-rambu; dan Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM – PASAL 19 HURUF J CONTOH FORMAT TABEL IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RISIKO NO. URAIAN KEGIATAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK/RISIKO PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO Uraian Kegiatan Tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan rutin dan non-rutin Identifikasi Bahaya Menetapkan karakteristik kondisi bahaya/tindakan bahaya terhadap aktivitas pelaksanaan konstruksi sesuai dengan peraturan terkait Dampak/Risiko Paparan/konsekuensi yang timbul akibat kondisi bahaya dan tindakan bahaya terhadap aktivitas pelaksanaan konstruksi Penetapan Pengendalian Risiko Kegiatan yang dapat mengendalikan baik mengurangi maupun menghilangkan dampak bahaya yang timbul IBPRP IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN