ANALISA KEBUTUHAN DALAM ANDRAGOGI PADA PEMBELAJARAN ORANG DEWASA Oleh Kelompok PIO 2: - Aldean Widi F S 20170810002 - Ibadatul Fajrun N 20170810008 - Yohana Tri W 20170810026 - Muh. Alfaridzi Reza M 20170810030 - Amelia Amanda D 20170810035 - Aditya Rahmat 20170810037 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2020 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3 1.1 Orang Dewasa ........................................................................................................ 3 1.2 Kebutuhan Orang Dewasa ..................................................................................... 5 1.3 Kebutuhan Masyarakat .......................................................................................... 10 1.4 Teknik Pembelajaran Orang Dewasa ..................................................................... 12 BAB II MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA ........................................... 14 2.1 Model pembelajaran dari pengalaman berstruktur dan analisis peranan .............. 14 2.2 Model pembelajaran latihan penyelidikan (Inguiry Training Model) …………. 15 2.3 Model pembelajaran advance organizer ............................................................... 16 2.4 Model pembelajaran pemeroleh konsep pembelajaran model .............................. 17 BAB III METODE-METODE DALAM ANALISA KEBUTUHAN ........................... 19 3.1 Metode dalam analisa kebutuhan.......................................................................... 19 BAB IV STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI) ....... 23 4.1 Strategi pembelajaran orang dewasa .................................................................... 23 BAB V KEBUTUHAN DALAM ANDRAGoGI PADA PEMBELAJARAN ORANG DEWASA ……………………………………………………………………………… 27 5.1. Pengertian analisis kebutuhan pelatihan……………………………………..… 27 5.2. Tujuan analisis kebutuhan pelaihan (TNA) …………………………………….28 5.3. Manfaat analisis kebutuhan pelatihan (TNA) …………………………………..28 5.4. Tingkatan dalam analisis kebutuhan pelatihan (TNA) …………………………28 5.5. Tahap analisis kebutuhan pelatihan (TNA) …………………………………….29 BAB VI PROSES ANALISIS KEBUTUHAN ………………………………………31 6.1. proses analisa kebutuhan ……………………………………………………….31 6.2. kasus …………………………………………………………………………….32 BAB VII PENUTUP ......................................................................................................... 34 7.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 34 7.2. Saran ...................................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 35 2 BAB 1 Pendahuluan I.1. Orang Dewasa Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan mengatasi permasalahan hidup secara mandiri. Orang dewasa terus berusaha meningkatkan pengalaman hidupnya agar lebih matang dalam melakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Orang dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang dibentuk dan dipengaruhiorang lain untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan para pemegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi dalam perspektif pendidikan, orang dewasa lebih mengarahkan dirinya kepada pencapaian pemantapan identitas dan jati dirinya untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan demikian keikutsertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif dalam melakukan perubahan hidup kearah yang lebih baik. Pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan saja, namun harus dibekali dengan rasa percaya yang kuat dalam dirinya sehingga apa yang akan dilakukan dapat dijalankan dengan baik. Orientasi belajar berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bangus akan tetapi orang dewasa belajar untuk meningkatkan kehidupannya. Dengan belajar orang dewasa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi orang dewasa lebih fokus pada peningkatan pengalaman hidup tidak hanya pada pencarian ijazah saja. Pengalaman merupakan sumber terkaya dalam pembelajaran sehingga orang dewasa semakin kaya akan pengalaman dan termotifasi untuk melakukan upaya peningkatan hidup. Sifat belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, hal itulah yang membuat orang dewasa untuk semakin berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga apa yang menjadi harapan dapat tercapai. Konsep diri orang dewasa tidak lagi bergantung pada orang lain, sehingga memiliki kemampuan dan pengalaman secara mandiri dalam pengambilan keputusan. Implikasi dari konsep diri ini, maka dalam pembelajaran hendaknya didesain: 1. iklim belajar yang diciptakan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik warga belajar melalui kerjasama dalam pembelajaran, Suasana belajar memungkinkan orang dewasa untuk leluasa bergerak dan berinisiatif dalam belajar. 2. warga belajar ikut dilibatkan dalam mendiagnosis kebutuhan belajar yang akan dirumuskan dalam tujuan pembelajaran 3 3. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif warga belajar 4. Evaluasi pembelajaran dilakukan lebih banyak menggunakan evaluasi diri. Salah satu prinsip belajar orang dewasa adalah belajar karena adanya suatu kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Seperti yang terlihat dari piramida kebutuhannya teori Maslow tentang sebagai berikut. Piramida Kebutuhan menurut Teori Maslow kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisik atau sandang / pangan. Sebelum seseorang merasakan kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan papan, maka setiap individu belum membutuhkan atau merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan dasar itu terpenuhi, maka seseorang perlu rasa aman jauh dari rasa takut, kecemasan, dan kekhawatiran. Apabila rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai harga diri. Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan jati dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat berpengaruh dalam proses belajarnya. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan. Yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa yang dipelajari peserta, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir nya adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari suatu pelatihan, bukan apa yang dilakukan pengajar atau pelatih dalam pelatihan itu. Pelatihan yang efektif berperan besar dalam pengembangan sumber daya manusia. Perusahaan membutuhkan pelatiham yang terus-menerus sehinggan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi yang cepat. Pelatihan juga menjadi salah satu bagian dari strategi yang digunakan untuk tetap mempertahankan daya saingnya bermodalkan sumber daya manusia yang andal. Bahkan beberapa perusahaan menginvestasikan dana yang besar untuk keperluan pelatihan bagi sumber daya manusia yang dimilikinya. Pelatihan dapat mencapai target yang diharapkan jika pelatihan itu direncanakan secara sistematis serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Proses ini dimuai dengan analisis kebutuhan dan spesifikasi tujuan pelatihan, kemudian diikuti dengan desain dan 4 implementasi pelatihan yang cermat, selanjutnya berujung pada evaluasi tentang seberapa efektif pelatihan mencapai tujuan yang diinginkan. Pelatihan merupakan sebuah subsistem yang tidak dapat berdiri sendiri karena harus dibarengi dengan system yang lebih besar, yaitu organisasi dan dunia di luarnya. Beberapa hal penting untuk diperhatikan dalam menyusun program pelatihan, antara lain sebagai berikut: 1. Evaluasi dan modifikasi terus-menerus. Desain program pelatihan tidak pernah berhenti. Organisasi secara kontinu melakukan pembaharuan dan revisi sehingga dapat mencapai tujuan dengan lebih baik. 2. Metode yang berbeda diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda. 3. Penelitian dilakukan dengan melakukan evaluasi secara ilmiah terhadap program dan pelatihan dapat dilanjutkan, jika terbukti tujuan program tersebut tercapai. 4. Pelatihan merupakan bagian dari system yang lebih besar. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi program pelatihan tidaklah mutlak melainkan ditentukan pula oleh subsistem lain di organisasi. Langkah pertama yang sangat penting sebelum membuat program pelatihan adalah analisis kebutuhan. Analisis ini penting dilakukan untuk efisiensi biaya pelatihan. Analisis yang cermat berguna untuk menentukan di mana dibutuhkan perubahan (bagian mana yang memerlukan perubahan) dan apakah pelatihan dapat memenuhi kebutuhan ini. Semakin besar perbedaan anatar kinerja senyatanya dengan kinerja standar yang diinginkan maka semakin besar kebutuhan akan pelatihan. Untuk melakukan analisis kebutuhan pelatihan, informasi harus dikumpulkan dari organisasi, tugas, dan personil yang melakukan tugas yang dimaksud. I.2. Kebutuhan Orang Dewasa Banyak orang yang menyamakan mengenai pengertian antara kebutuhan (needs) dan keinginan (want). Demikian pula mengenai perbedaan antara keduanya. Tetapi tulisan ini tidak akan membahasnya, mengenai kedua pengertian diatas, tetapi yang utama adalah akan perencanaan program belajar. Pengertian kebutuhan dalam pengembangan rogram pendidikan dapat dibedakan atas kebutuhan dasar dan kebutuhan pendidikan. a. Kebutuhan Dasar walaupun para ahli psikologi setuju bahwa ada sesuatu kebutuhan yang bersifat biologis dan psikologis bagi setiap orang, tetapi mereka belum, apakah kebutuhan itu. 5 Salah satu rumusan dikemukakan oleh Abraham Maslow dengan “kebutuhan yang bersifat hirarkis”. Disamping maslow, gardner murphy menggambarkan kebutuhan diatas, 4 kategori, yang terdiri: Kebutuahn dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara, dan sejenisnya Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan “untuk tetap bergerak”. Kebutuhan sensori meliputi kebutuhan untuk warna, suara, ritme, kebutuhan yang berorientasi lingkungan dan sejenisnya. Kebutuhan untuk emnolak sesuatu yang tidak mengenakkan seperti rasa sakit, ancaman, dan sejenisnya Selanjutnya knowless membagi kebutuhan dasar manusia atas beberapa macam: 1. Kebutuhan fisik Kebutuhan ini yang paling mudah dilihat. Dalam hubungan dengan pendidikan, maka kebutuhan itu meliputi kebutuhan untuk melihat, mendengar, beristirahat. Jika tulisan terlalu kecil, suara terlalu pelan, jika kursi terlalu keras orang cenderung tidak merasa senang, sehingga tidak dapat mengkonsentrasikan dirinya kepada belajar. Kebutuhan fisik merupakan sumber motivasi pada sebagian tindakan manusia. 2. Kebutuhan berkembang Menurut para ahli psikologi dan psikiatri kebutuhan untuk berkembang merupakan kebutuhan yang paling dasar dan universal. Orang dewasa yang merasa tidak mempunyai masa depan untuk berkembang, kehidupan akan tidak berguna. Kebutuhan untuk berkembang ini adalah merupakan dorongan yang kuat untuk pelajar, karena ada dasarnya, pendidikan adalah perkembangan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan minat. Belajar sesuatu yang baru akan memberikan rasa berkembang bagi seseorang. 3. Kebutuhan rasa aman Kebutuhan rasa aman termasuk kebutuhan baik fisik maupun psikologis. Oleh karena adanya kebutuhan ini, maka kita merasa aman dalam pekerjaan. Yang ditata secara teratur dan sistematis. Dengan kebutuhan ini, kita ingin mengetahui dimana dapat memperoleh sesuatu, apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Demikian biasanya kita akna menolak cara baru walaupun cara lama baik, karena 6 kita ingin lebih aman dengan cara yang pernah kita lakukan. Apabila rasa aman itu terganggu, maka aka nada cenderungan kita untuk menarik kita dari berpartisipasi atau kita mencari jalan lain yang berlawanan yaitu dengan cara mencari perlindungan dalam bentuk diawasi dalam bentuk iawasi atau didominasi oleh orang lain. 4. Kebutuhan untuk memperoleh pengalaman baru Berlawanan dengan kebutuhan rasa aman, maka manusia sering melakukan cara berlawanan, yaitu dengan mencari petualangan atua melakukan sesuatu yang mengandung resiko. Manusia cenderung merasa bosan dalam terlalu banyak yang rutin atau terlalu banyak yang rasa aman. Apabila kebutuhan untuk memperoleh pengalaman baru dihalangi, maka dapat mengakibatkan perbuatan yang acuh, impulsive dan tersinggung. Adanya kebutuhan untuk mencari pengalaman baru ini, maka orang didorong untuk mencari kawan baru, minat baru, cara baru, dan gagasan baru. 5. Kebutuhan afeksi Setiap orang ingin disenangi walaupun untuk menuju kesana kadangkadang menunjukkan keinginan yang berlawanan. Apabila orang merasa tidak ingin disukai, atau kebutuhan afeksinya dihalangi, maka mereka akan merespon dalam 2 bentuk perilaku yang ekstrem. Pertama, mereka menarik diri atau bersifat agresif. Kedua, mereka akan memiliki jalan tengah yaitu dengan perilaku yang berpurapura. 6. Kebutuhan untuk memperoleh perlakuan Setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk dipuji dan dihormati oleh orang lain. Keinginan ini mendorong orang untuk memperoleh kedudukan dalam kelompok sosialnya, lembaganya dan masyarakatnya. Dengan kata lain mendorong orang lain untuk mencari status dari perhatian orang lain. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan ini apabila dihalangi, maka orang itu merasa tidak punya harga sehingga ia menarik diri atau ia berusaha untuk memperoleh perhatian. b. Kebutuhan Pendidikan Kebutuhan pendidikan, di lain pihak adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh orang itu demi kebaikan bagi dirinya, bagi lembaganya, maupun bagi kebaikan masyarakatnya. Kebutuhan pendidikan itu adalah merupakan kesenjangan antara penampilan kemampuannya pada saat ini dengan penampilan kemampuan yang diinginkannya oleh dirinya, lembaga ataupun oleh masyarakatnya. 7 c. Hakikat Minat Minat sebagaimana dirumuskan dalam “Encyklopedia of Psychology” adalah faktor yang ada pada diri seseorang yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap objek orang dan kegiatan dalam lingkungannya. Tetapi dalam hubungannya dengan apa yang telah dibicarakan terdahulu, “minat pendidikan” dapat dirumuskan lebih khusus yaitu pilihan diantara beberapa kemungkinan kegiatan yang dipandang akan memuaskan kebutuhan pendidikannya. Jika kebutuhan dapat diekspresikan dengan perilaku “want” atau “desire”, maka minat dapat diekspresikan dengan”liking” atau “preference”. 1. Minat Umum Hakikat minat adalah adalah sangat bersifat pribadi, dan oleh karenanya minat sangat berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya, bahkan minat dalam diri seseorang berbeda dari waktu ke waktu. Tetapi beberapa upaya telah dikembangkan untuk mengkategorisasikan minat yang akan bermanfaat untuk tuntunan dalam menemukan minat khusus seseorang 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beberapa generalisasi tentang pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap minat berdasarkan hasil studi Johnstone adalah: Makin rendah tingkat status sosial ekonomi seseorang, maka makin kurang menekankan pentingnya akan pendidikan Rata-rata warga masyarakat dari tingkat ekonomi yang rendah berminat terhadap pendidikan sepanjang pendidikan itu mempunyai kegunaan praktis terhadapnya Walaupun pendidikan secara luas dipandang sebagai suatu saluran yang tepat untuk mobilitas sosial, rata-rata warga masyarakat yang berasal dari status sosial rendah kurang siap dibandingkan dengan mereka yang status sosial ekonominya tingkat menengah untuk melanjutkan pendidikannya Rata-rata warga masyarakat dari status sosial ekonomi rendah tidak melihat pendidikan sebagai upaya pengembangan atau realisasi diri pribadi, dan ini dapat dijelaskan mengapa mereka kurang siap untuk mengikuti program pendidikan yang bertujuan rekreasi dari pada yang bertujuan keterampilan. 8 Selanjutnya perlu diketahui pula, bahwa minat untuk melanjutkan pendidikan berbeda-beda pula karena faktor kelamin, tempat tinggal, kota atau desa, suku bangsa dan besarnya dan jenis masyarakat. d. Perubahan Minat dalam Daur Kehidupan Salah satu faktor penting dalam perencanaan program yang perlu diperhatikan adalah adanya perubahan minat dalam daur kehidupan seseorang. Walaupun jumlah minat seseorang dalam daur kehidupannya relative konstan, tetapi isinya cenderung berubah. Minat terhadap keterampilan dan kehidupan keluarga cenderung di dominasi oleh orang yang dewasa muda (18-35 tahun). Hal ini disebabkan karena mereka ingin mencari kemapanan dalam pekerjaan dan rumah tangga. Mereka berumur dewasa tua (35-55 tahun) cenderung mempunyai minat terhadap masalah civic, kegiatan sosial, dan kesehatan. Sedangkan mereka yang mendekati masa tua minatnya menunjukkan pada aspek kebudayaan termasuk agama. e. Menilai Kebutuhan dan Minat Ada tiga sumber kebutuhan dan minat yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan program-program pendidikan. Ketiga sumber tersebut berasal dari: Individu yang akan diberi pelayanan pendidikan Organisasi atau lembaga yang akan diberi sponsor Masyarakat secara keseluruhan 1. Kebutuhan dan Minat Individu Apa yang harus dipelajari seseorang dapat diperoleh dari sumbersumber seperti berikut: Dari orang itu. untuk mengetahui kebutuhan belajar orang tersebut dapat dilakukan dengan melalui wawancara, diskusi kelompok, ataupun menggunakan kuesioner. Tetapi cara demikian kurang memperoleh jawaban secara mendalam, serta jawaban yang diberikan mungkin akan dibuat-buat Dari orang yang mempunyai “peran pembantu” orang lain. Dari media massa Dari buku yang bersifat professional Dari organisasi dan survey masyarakat 2. Kebutuhan Organisasi 9 Suatu organisasi atau lembaga adalah organisasi hidup yang mempunyai kebutuhan juga. Apabila mengambil hirarki kebutuhan yang dikemukakan Maslow, maka organisasi itu mempunyai pula kebutuhan untuk hidup, kebutuuhan rasa aman, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk perwujudan diri. Hal tersebut sangat tergantung para personalnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam setiap kelembagaan biasanya memikirkan mengenai kebutuhan latihan, artinya perubahan yang harus dibuat terhadap para pegawainya dengan menggunakan teknik-teknik pendidikan untuk menciptakan efisiensi dan pencapaian tujuan dari lembaga itu. dalam setiap situasi organisasi sering terjadi kebutuhan akan latihan secara berulangulang apabila: Adanya pegawai baru Adanya penguasaan pimpinan baru, yang ia belum kenal akan tugasnya Cara mengerjakan suatu pekerjaan yang terdahulu telah berubah Adanya alat-alat bantu Tujuan dan cara kerja telah berubah Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan latihan adalah: Wawancara Angket Laporan dan catatan manajemen Test Analisis masalah kelompok Analisis pekerjaan yang dikombinasikan dengan penilaian terhadap penampilan Teknik insiden kritis Panel penilaian 1.3.Kebutuhan Masyarakat Pengertian “masyarakat” sering berbeda-beda antara ppendidik yang satu dengan pendidik yang lainnya. Bagi lembaga internasional, pengertian masyarakat berarti masyarakat dunia. Bagi lembaga-lembaga nasional, pengertian masyarakat adalah suatu negara. Bagi seorang ahli tertentu, pengertian masyarakat berarti orang-orang yang 10 berkecimpung dalam bidang keahlian tertentu itu. bisa pula pengertian masyarakat itu meliputi satu kota atau seluruh warga masyarakat. Oleh karena itu setiap pendidik merumuskan sendiri setiap masyarakat yang akan dilayani itu dan selanjutnya mengidentifikasi kebutuhan belajar masyarakat tersebut. Salah satu teknik untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar suatu masyarakat adalah dengan menggunakan community survey. Pengertian community survey dapat meliputi dari studi yang paling sederhana sampai dengan studi yang paling komprehensif. Ada beberapa langkah dalam melaksanakan survey masyarakat: Merumuskan tujuan Setiap kelompok yang ingin melaksanakan survey masyarakat, harus tahu apa yang penting untuk studi dari masyarakat itu. oleh karena itu, harus dirumuskan dalam tujuan survey masyarakat. Membentuk tim pelaksana Walaupun studi ini sangat terbatas, maka perlu dibentuk suatu tim yang akan merencanakan dan melaksanakan survey tersebut. Disarankan pula agar dalam tim itu didudukan wakil-wakil yang berasal unsur-unsur masyarakat dimana data itu akan diperoleh. Menentukan ruang lingkup masalah yang akan disurvey. Masyarakat bagaimanapun kecilnya adalah sangat kompleks. Oleh karena itu tidak ada seorangpun atau kelompok yang mengharapkan dapat melakukan survey yang lengkap mengenai masyarakat itu. suatu hal yang menjadi prioritas dalam survey suatu masyarakat ini adalah merancang pertanyaan-pertanyaan apa yang memerlukan jawaban. Sebab pada akhirnya, suatu studi adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan. Langkah pertama dalam survey adalah tim harus memikirkan pertanyaan apa yang mungkin berguna untuk mendapatkan jawaban, yang selanjutnya disusun dalam suatu urutan. Merekrut dan melatih tenaga sukarela Tergantung pada ruang lingkup masalah yang akan di studi, maka mungkin studi itu memerlukan beberapa tenanga sukarela. Dalam kenyataannya, ada korelasi langsung antara tenaga sukarela dalam suatu survey masyarakat dengan nilai hasil survey itu. Mengidentifikasi sumber yang diperlukan sumber informasi yang diperlukan dalam suatu survey masyarakat dapat diperoleh dari : 11 1. Bahan-bahan cetak, seperti laporan (pemerintahan setempat, sensus, organisasi, buku petunjuk, laporan survey dan sejenisnya) 2. Petugas suatu lembaga, seperti petugas pemerintah, tenaga sukarela, petugas media massa atau anggota dari suatu organisasi. 3. Orang-orang kunci seperti pimpinan-pimpinan masyarakat, petugas humas, pendidik, penyunting surat kabar. 4. Warga masyarakat umum, yaitu anggota warga suatu masyarakat. Mengumpulkan informasi Barangkali prosedur yang paling efisien dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan adalah mengorganisir tim-tim khusus yang sesuai ruang lingkup survey itu. Mengorganisisr informasi Data-data dan informasi yang dikumpulkan harus diorganisir guna dianalisis dan ditafsirkan. Penafsiran informasi biasanya dilakukan oleh suatu kelompok. Datadata yang dikumpulkan harus segera dipadukan untuk klasifikasi. Beberapa saran untuk pengorganisasian data itu, dapat dilakukan menggunakan tabel, disusun secara naratif, peta, bagan, foto dan sejenisnya. Bahan-bahan yang telah disusun/diorganisir ini apabila untuk dipresentasikan bagi public seyoginya disusun dalam bentuk yang ringkas, dibandingkan apabila akan dipresentasikan kepada penyelenggara studi. Menafsirkan informasi Apabila informasi telah disusun, anda harus menyadari bahwa informasi itu belum merumuskan kebutuhan pendidikan untuk masyarakat. Suatu proses lagi masih diperlukan untuk menafsikan informasi tersebut. 1.4.Teknik Pembelajaran Orang Dewasa Dalam pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat sebagai pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, diantaranya model pembelejaran: dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilan pembelajaran semacam ini, apa pun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar peserta didik dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruhan besar jika dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangan sendiri, yaitu menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya 12 disebabkan oleh keinganannya agar dikagumi oleh peserta dikelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai satu metode tertentu saja (Supriadi, 2006). Proses pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkan, apa yang menjadi kebutuhannya, serta keterampilan yang diperluhkan. Contoh: belajar dengan menggunakan program computer yang dibutuhkan ditempat bekerja. Agar dapat memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter dari peserta didik dewasa seperti yang dijelaskan dibawah ini: Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda Orang dewasa lebih suka menerima saran daripada digurui Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik perhatian pada hal-hal yang menarik bagi mereka dan menjadi kebutuhannya Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya Apa yang bisa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap pemahamannya Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk akal Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain. Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan dekat dengan teman baru BAB II MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA 13 2.1.Model pembelajaran dari pengalaman berstruktur dan analisis peranan Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan partisipatori andragogi melalui daur. pengalaman struktur. Model pembelajaran ini merupakan proses membantu belajar orang dewasa secara analisis dan partisipasif melalui tahap-tahap: Pengenalan dan penghayatan terhadap masalah dan kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas menurut pandangan peserta. Pengungkapan masalah/kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas menurut pandangan peserta. Pengolahan masalah dan kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator atau narasumber. Penyimpulan cara pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan penigkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator. Penyerapan dan penerapan cara-cara meningkatan mutu program dan kemampuan petugas dalam penyelenggaraan program. Merujuk pada model pembelajaran daur pengalaman berstruktur untuk analisis peran peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah, dan Peran). Pembelajaran dengan metode ATMAP adalah upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasi metode ATMAP dalam daur pengalaman berstruktur adalah sebagai berikut: a) Arah program dan arah tugas Arah program berkenaan antara lain tujuan kegiatan, cara pelaksanaan dan cara penilaian dari program yang diselenggarakan pada masyarakat. Arah tugas peserta berkenaan tugas pokok, rincian kegiatannya dan proses pelaksanaannya. Metode pembelajaran ini antara lain sajian arah, telaah kaus, curah pendapat, ceramah, tanya jawab, dan metode lain yang sesuai. b) Terapan program dan tugas Terapan program dan terapan tugas dikaitkan dengan situasi dan kondisi wilayah, tempat serta fasilitas pendukungnya. Metode pembelajaran untuk ini antara lain menggunakan curah pendapat, diskusi, telaah terapan, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai. c) Masalah terapan program dan terapan tugas 14 Masalah terapann tugas adalah masalah-masalah yang muncul atau yang diperkirakan akan muncul baik internal maupun eksternal. Masalah terapan tugas arrtinya masalah kemampuan petugas dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan terapan program baik yang muncul atau yang diperkirakan akan muncul (internal maupun eksternal). Metode pembelajaran ini antara lain curah pendapat, telaah kasus, diskusi kelompok, telaah banding, telaah lapangan, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai. d) Alternative pemecahan masalah terapan program dan terapan tugas Alternatif pemecahan masalah terapan program artinya gagasan-gagasan cara pemecahan maslaah yang telah dianalisis baik untuk sekarang ataupun yang akan datang terutama terhadap masalah internal. Alternative pemecahan masalah terapan tugas artinya gagasa-gagasan cara peningkatan kemampuan petugas sesuai dengan tuntutan terapan program aik untuk sekarang maupun untuk yang akan datang terutama yang bersifat internal. Metode pembelajaran untuk ini adalah telaah kasus, diskusi, telaah banding, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai. e) Peran petugas Peran petugas artinya peran dan kemampuannya melaksanakan program serta pemecahan masalahnya, untuk sekarang maupun yang akan datang. Metode pembelajaran untuk itu harus ditekankan kepada belajar, praktek dan bekerja melalui metode diskusi, kerja kelompok atau individu, simulasi, bermain peran dan metode lain yang sesuai. 2.2.Model Pembelajaran latihan penyelidikan (Inguiry Training Model) latihan penyelidikan sebagai salah satu model pembelajaran meliputi lima fase yaitu: Menghadapkan peserta belajar untuuk berkonfrontasi dengan situasi teka-teki Fase operasional pengumpulan data untuk verifikasi, meminta peserta belajar menanyakan serangakaian pertanyaan untuk di jawab oleh fasilitator dengan “ya” atau “tidak” dan menyelenggarakan serangkaian eskperimen mengenai lingkungan situasi masalah. Operasi pengumpulan data untuk eskperimentasi Peserta belajar menyadap informasi dari pemgumpulan data mereka dan menjelaskan masalah sebaik mungkin. 15 Fasilitator dan peserta belajar bekerja sama menganalisis strategi satu sama lain. Tekanan disini ialah pada membantu peserta belajar lebih terarah dalam mengajukan pertanyaan dan mengikuti rencana: pengadaan fakta, menentukan apa yang relevan, menyikapi konsep penjelasan atau hubungan. 2.3.Model Pembelajaran advance organizer Advance organizer ialah materi pengenalan yang disajikan lebih dahulu dari tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi di bandingkan dengan tugas pembelajaran itu sendiri, tujuannya ialah untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengubungkan materi dalam tugas pemebalajaran dengan materi yang telah pelajari lebih dahulu, disamping juga untuk membantu peserta belajar membedakan materi baru dari materi pembelajaran yang telah diberikan, organisasi yang paling efektif adalah materi yang menggunakan konsep,istilah dan dalil yang telah dikenal oleh warga belajar termasuk juga ilustrasi dan analogi. Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam koran atau majalah dan jurnal, ceramah bahkan dapat juga film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar ialah untuk mengahayati informasi, untuk mengingat gagasan sentral dan mungkin juga fakta kunci. Sebelum memperkenalkan materi pembelajaran kepada peserta belajar hendaknya fasilitator menyiapkan materi perkenalan dalam bentuk Advance organizer berupa lampiran yang dapat digunakan untuk mengaitkan data baru yang relevan. Advance organizer pada umumnya didasarkan pada konsep dan hukum/aturan suatu disiplin. Sebagai contoh suatu pelajaran atau uraian mengenai sistem kasta di india dapat di dahului dengan organizer yang didasarkan pada konsep stratifikasi sosial. Biasanya organizer di kaitkan dengan materi bersifat aktual atau kurang abstrak dibandingkan dengan yang mendahului. Organizer timbul dari hubungan dapat juga digunkan secara kreatif untuk menyiapkan perspektif baru. Pembelajaran model Advance Organizer dapat diterapkan melalui beberapa fase yaitu: Penyajian Advance Organizer meliputi kegiatan: menjelaskan tujuan satuan pelajaran, menyajikan organizer, mendorong timbulnya kesadaran akan pengetahuan dan pengalaman yang relevan dengan latar belakang peserta belajar. Penyajian materi tugas pembelajaran, menyusun urutan logis materi pelajaran bagi warga belajar, membina perhatian warga belajar, menyiapkan bahan organiser yang bersifat eksplisit. 16 Memperkuat organisasi kognitif: menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegerasi, mengintegrasikan pembelajaran penerimaan aktif, memperoleh pedekatan kritis pengetahuan yang di pelajari. 2.4.Model pembelajaran pemeroleh konsep pembelajaran model Pemerolehan model pemerolehan konsep mencakup penganalisisan proses berfikir dan diskusi mengenai atribut perolehan konsep. Selanjutnya terhadap variasi pada model dasara yang melibatkan lebih banyak peserta belajar berpartisipasi dan mengendalikan diskusi serta lebih banyak materi yang kompleks.kelaziman di antara materi ini merupakan aplikasi dari teori tentang konsep. Inilag yang membedakan antara model perolehan konsep yang asli dengan perlombaan menebak. Model ini mengandung nilai aplikasi yang penting dan langsung kepada pembelajaran sebagai berikut: Dengan memahamu hakikat dari konsep dan kegiatan yang bersifat konseptual fasilitator dapat menetapkan secara lebih baik apabila peserta belajar memperoleh pengertian suatu konsep. Fasilitator dapat mengenal strategi pengkategorisasian yang digunakan warga belajar dan membantu mereka menggunkan secara lebih efektif. Fasilitator dapat memperbaiki kualitas pembelajaran untuk mempelajari konsep dengan menggunakan model pembelajaran tentang hakikat proses perolehan konsep. Salah satu prinsip belajar orang dewasa adalah belajar karena adanya suatu kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Seperti yang terlihat dari piramida kebutuhannya teori Maslow tentang sebagai berikut. Piramida Kebutuhan menurut Teori Maslow kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisik atau sandang / pangan. Sebelum seseorang merasakan kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan papan, maka setiap individu belum membutuhkan atau merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Piramida Kebutuhan menurut Teori Maslow 17 Setelah kebutuhan dasar itu terpenuhi, maka seseorang perlu rasa aman jauh dari rasa takut, kecemasan, dan kekhawatiran. Apabila rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai harga diri. Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan jati dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat berpengaruh dalam proses belajarnya. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan. Yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa yang dipelajari peserta, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir nya adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari suatu pelatihan, bukan apa yang dilakukan pengajar atau pelatih dalam pelatihan itu. BAB III Metode-Metode Dalam Analisa Kebutuhan 18 3.1.Metode dalam analisa kebutuhan Analisis kebutuhan adalah salah satu langkah pertama dalam menetapkan tujuan program atau mengembangkan rencana strategis, dan proses analisis kebutuhan akan mudah bagi para pembaca. Sebuah analisis kebutuhan di definisikan sebagai evaluasi lingkungan (Szuba et. Al. 2005). Menurut jurnal dari Erin N, (2016: 3) tujuan dari analisis kebutuhan ada dua: (1) Untuk memastikan kemampuan yang ada dan untuk menentukan kesenjangan yang ada, jika ada antara kondisi saat ini dan kondisi akhir yang diinginkan, (2) Kajian tentang analisis kebutuhan lebih dari sekedar mengidentifikasi kesenjangan, namun proses juga berfungsi untuk memberikan arahan untuk program, proyek, dan kegiatan. 1. Sampling Van Dalen D (1978:78) menyatakan bahwa banyak masalah dalam penelitian ilmiah yang tidak dapat diselesaikan tanpa menggunakan alat sampling. Karena sebagian fenomena pendidikan terdiri dari sejumlah besar unit, peneliti tidak bisa selalu mewawancarai, tes atau mengamati setiap unit dalam kondisi yang terkendali. Alat sampling pemecahan dilemma ini, karena mereka membantu para peneliti memilih untuk wakil dari populasi. Sugiyono (2010:118) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sejalan dengan pernyataan Ary, Jacobs, & Sorensen (2010) dalam Punaji (2013: 196) yang menyatakan bahwa sampel dalam penelitian adalah kelompok dimana informasi diperoleh. 2. Wawancara Blaxter L, Hughes C, & Tight M (2001:259) berpendapat bahwa metode wawancara yang melibatkan pengajuan pertanyaan atau pembahasan hal-hal dengan orang-orang .metode ini dapat menjadi teknik yang bermanfaat dalam mengumpulkan data yang tidak dapat diakses dengan menggunakan teknik-teknik observasi atau kuisioner. Hal senada juga diungkapkan oleh Sugiyono (2013:194) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. 3. Kuisioner (Angket) 19 Angket atau kuisioner menurut Sugiyono (2010:199) merupakan teknik pengumpulan datayang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Banyak peneliti yang menggunakan angket sebagai salah satu metode pengumpulan data dikarenakan angket mempunyai banyak kebaikan sebagai metode pengumpulan data. Sebuah penelitian akan memiliki angket atau kuisioner yang baik, apabila cara dan pengadaan angket atau kuisioner mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. 4. Observasi Nasution (1998) dalam Sugiono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil dapat diobservasi dengan jelas. Winarno (2011:146) menjelaskan dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format dan blangko pengamatan sebagai instrument. Selanjutnya, Sprandley dalam Susan Stainhack (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu passive participation, dan complete participation. Untuk memudahkan pemahaman tentang bermacam-macam observasi, maka dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Macam-Macam Observasi a. Observasi partisipatif Menurut Sugiono (2012 : 227) bahwa peneliti terlihat dengan kegiatan sehari-hari yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. b. Observasi non partisipasif Menurut Sugiyono (2012 : 228) dalam observasi non partisipasif peneliti tidak terlihat dan hanya sebagai pengamat independen. 2. Objek Observasi Objek penelitian yang diobservasi menurut Sprandley dalam Sugiyono (2012 : 229) dinamakan situasi social, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1) tempat dimana interaksi dalam situasi social sedang berlangsung, 2) pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, 3) aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam situasi social yang sedang berlangsung. Selanjutnya Sugiyono (2012 : 229) memperluas tiga elemen utama tersebut menjadi: 1)Tempat: ruang dalam aspek fisiknya, 2)Pelaku: semua orang yang 20 terlihat dalam situasi, 3)Aktivitas: seperangkat kegiatan yang dilakukan, 4)Objek: benda-benda yang terdapat di tempat itu, 5)Perbuatan: pwebuatan atau tindakan tertentu, 6)Rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang, 7)Waktu: urutan kegiatan, 8)Tujuan: tujuan yang ingin dicapai, 9)Emosi yang dirasakan dan diekspresikan orang-orang. 3. Tahapan Observasi Sprandley dalam Sugiyono (2012 : 230) juga menjelaskan tentang tahapan observasi yang terdapat tiga, yaitu: a. Observasi Deskriptif Observasi ini dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi social tertentu sebagai suatu objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peeliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, mekakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Oleh karena itu hasil observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertera. Bservasi pada tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui. b. Observasi Terfokus Tahap ini peneliti sdah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan taksonomi sehingga menemukan fokus, namun masih berlum terstruktur. c. Observasi terseleksi Tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti menemukan perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara kategori satu dengan yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang lebih mendalam atau hipotesis. 21 22 BAB IV Strategi Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi) 4.1.Strategi pembelajaran orang dewasa Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan atau memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini hendaknya memenuhi kriteria efisien dan efektif. Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila startegi tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, strategi dan pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani , “stratego” yang berarti merencanakan (to plan). Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya sistematis dalam membantu warga belajar dalam mengembangkan potensinya secara optimal melalui kegiatan belajar. Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik dengan lingkungann.Tujuan strategi pembelajaran adalah untuk mewujudkan efisiensi, efektivutas dan produktifitas kegiatan pembelajaran. Isi kegiatan pembelajaran adalah bahan/materi pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang telah disusun dalam program pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran (Sudjana, 2005) 23 Menurut Dick dan Carey (1990 : 1) strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Lebih lanjut Dick dan Carey (1990: 1) menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut: 1) kegiatan pra instruksional, 2) penyajian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5) tindak lanjut. Gagne dan Briggs dalam Atwi Suparman (1996: 156) mengemukakan sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 1) memberikan motivasi atau menarik perhatian, 2) menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik, 3) mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) memberi stimulus (masalah, topik, dan konsep), 5) memberikan petunjuk belajar, 6) menentukkan penampilan peserta didik, 7) memberi umpan balik, 8) menilai penampilan, 9) menyimpulkan. Strategi pembelajaran orang dewasa pada pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari lima langkah kegiatan, yaitu menulis, membaca, berhitung, diskusi dan aksi/penerapan. Langkah-langkah tersebut, bukan berarti langkah yang baku/kaku atau harus berurutan. Tetapi bisa saja dilakukan secara acak, misalnya dimulai dari diskusi, kemudian belajar membaca, menulis dan seterusnya. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi serta kesepakatan di dalam kelompok belajar. Namun demikian, kebiasaan yang ditemui adalah melalui diskusi terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa juga dimulai dari masalah yang ditemui (aksi) peserta didik, kemudian didiskusikan di kelompok belajar, menulis, membaca dan seterusnya. Keefektifan kegiatan belajar, sangat bergantung pada kemampuan tutor dalam mengarahkan, dan membimbing peserta didik di dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman juga menunjukkan bahwa, kegiatan menulis perlu didahulukan dan pada kegiatan membaca. Karena melalui kegiatan belajar menulis, peserta didik sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya apabila peserta didik didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis. Kegiatan pembelajaran partisipatif sebagai upaya pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005:155) keikutsertaan peserta didik diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu: perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Partisipasi dalam perencanaan merupakan bentuk keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan dan menentukan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia,. Hasil dari identifikasi digunakan sebagai dasar dalam menentukan tujuan pembelajaran.dan penetapan program kegiatan pembelajaran. Partisipasi dalam pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik 24 dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif ditandai dengan 1) kedisiplinan peserta didik, 2) terjadi hubungan antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik yang akrab, terbuka, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar, 3) Interaksi pembelajar yang sejajar. Kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada peran peserta didik (student centered). Peserta didik diberikan kesempatan secara luas dalam kegiatan pembelajaran, peran pendidik membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam menciptakan iklim pembelajaran kondusif, misalnya: pendekatan tematik, descoveri-inkuiri, kontektual, cooperative learning, konstruktrukvistik, meaningfull learning, dsb. Adapun metode pembelajaran yang diterapkan, misalnya; metode diskusi, tanya jawab, problem solving, discovery-inkuiri, simulasi, brainstorming, role playing, games, siklus belajar berbasis pengalaman, demonstrasi, kooperatif, dan sebagainya. Partisipasi dalam evaluasi pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menghimpun informasi mengenai pengelolaan pembelajaran dan perubahan yang dirasakan selama mengikuti proses pembelajaran. Dalam partisipasi evaluasi pembelajaran ini, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan penilaian pada seluruh komponen pembelajaran (refeksi pembelajaran) dan suasana diri (moood meter) dalam mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran partisipatif adalah: 1) melakukan asesment kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, mengidentifikasi hambatan, dan menetapkan prioritas yang akan digunakan untuk mengelola kegiatan pembelajaran. 2) Memilih tema/pokok bahasan dan/atau tugas yang harus dilakukan dalam pembelajaran dan menentuka indicator pencapaian tujuan pembelajaran. 3) Mengenai dan mengkaji karakteristik peserta didik sebagai bahan masukan dalam menyusun rencana pembelajaran 4) Mengidentifikasi isi/materi atau bahan pelajaran/rincian tugas pembelajaran 5) Merumuskan tujuan pembelajaran 6) Merancang kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode, media pembelajaran yang digunakan secara tepat dan pengelolaan waktu. 7) Memilih fasilitas pembelajaran Mempersiapkan dan sumber bahan yang mendukung proses pembelajaran. 8) sistem evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran. 9) Mempersiapkan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Tom Nesbit, Linda Leach & Griff Foley (2004) bahwa ada enam prinsip dalam praktek pembelajaran orang dewasa agar dapat diterapkan secara efektif, yaitu: 1) adanya partisipasi secara sukarela, 2) adanya perasaan respek secara timbal balik, 3) Adanya 25 semangat berkolaborasi dan kooperasi, 4) adanya aksi dan refleksi, 5) tersedianya kesempatan refleksi kritis dan 6) adanya iklim pembelajaran yang kondusif untuk belajar secara mandiri. Prinsip tersebut sangat berkaitan dengan karakteristik orang dewasa yang telah memiliki konsep diri dan pengalaman yang cukup banyak. Konsep diri orang dewasa telah mandiri dan bergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam menentukan pilihan atau keputusan pemecahan masalah. Pengalaman merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi orang dewasa. Setiap peserta memiliki pengalaman yang bervariasi, tingkat pendidikan, kematangan dan lingkungan yang berbeda pula. Untuk itu pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) peserta sebagai sumber belajar, oleh karena itu teknik pembelajaran yang diterapkan diorientasikan pada upaya penyerapan pengalaman mereka melalui; diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, fokus broup discussion. 2) penekanan pada aplikasi praktis, pengetahuan baru, konsep-konsep, dan pengalaman baru dapat dijelaskan melalui pengalaman praktis yang pernah dialami peserta didik. Hasil dari pembelajaran dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupannya. 3) materi pembelajaran dirancang berdasarkan pengalaman dan kondisi peserta didik 26 BAB V Kebutuhan Dalam Andragogi Pada Pembelajaran Orang Dewasa 5.1.Pengertian Analisis Kebutuhan Pelatihan Analisis Kebutuhan Pelatihan menurut Rosset dan Arwady menyebutkan bahwa Training Needs Assessment (TNA) adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam analisis untuk memahami permasalahan kinerja atau permasalahan yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru. Menurut Rossett and Sheldon “Training Needs Assessment is the study done in order to design and develop appropriate instructional and informational programs and material.” Studi yang dilakukan untuk merancang dan mengembangkan program pembelajaran dan berbasis informasi yang tepat. Allison Rossett menuliskan bahwa Training Needs Assessment merupakan sebuah umbrella term dari beberapa istilah seperti problem analysis, pre-training analysis, frontend analysis, discrepancy analysis digunakan untuk menganalisis, memeriksa dan memahami kinerja organisasi. Allison Rossett menuliskan bahwa TNA adalah studi yang digunakan agar pelaksana mengambil keputusan yang tepat dan memberikan rekomendasi mengenai langkah apa yang seharusnya ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan kinerja organisasi terkait pelatihan dan pengembangan SDM dengan mengumpulkan informasi berupa data, opini dari berbagai sumber. TNA adalah suatu langkah yang dilakukan sebelum melakukan pelatihan dan merupakan bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang materi, alokasi waktu tiap materi, dan strategi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan pelatihan agar pelatihan bermanfaat bagi peserta pelatihan. Dari analisis tersebut dapat ditentukan kebutuhan dan tujuan organisasi apa yang ingin dicapai dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. TNA dapat didefinisikan untuk menentukan kesenjangan antara apa yang harus mampu dilakukan oleh karyawan dan apa yang dapat ia lakukan pada saat itu. Pada Training Needs Assessment (TNA) / Analysys terdapat 5 Prinsip 5W 1H, yaitu: Who : Siapa orang yang akan diberikan pelatihan? Why : Kenapa pelatihan diperlukan? When : Waktunya pelatihan? Where : Dimana pelatihannya diberikan? What : Jenis pelatihan diberikan? 27 How : Bagaimana cara memberikan pelatihannya? 5.2.Tujuan Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA) Adapun beberapa tujuan dari diadakannya kegiatan training need assessment (TNA) adalah 1. Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas organisasi. 2. Memastikan bahwa para peserta pelatihan benar-benar orang yang tepat untuk mengikuti pelatihan. 3. Memastikan bahwa kompetensi yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu. 4. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan materi pelatihan. 5. Memastikan bahwa penurunan kinerja atau masalah sejenis memang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kerja, bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan. 5.3.Manfaat Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA) Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan training need assessment (TNA) yaitu a. Manfaat langsung 1. Menghasilkan program pelatihan yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan dan individu. 2. Sebagai dasar penyusunan program pelatihan yang tepat. b. Manfaat tidak langsung 1. Menjaga produktivitas kerja. 2. Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas baru. 3. Efisiensi biaya organisasi 5.4.Tingkatan dalam Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA) Menurut Coetzee (2006), penilaian kebutuhan dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: 28 No Level (Tingkatan) 1 Macro level Tipe analisis Sectoral deskripsi analysis Mengidentifikasi (analisis sektoral) dan menilai kekurangan terkait keterampilan pada sebuah sektor 2 Meso level Organizational analysis Memeriksa berbagai tujuan dan (analisis masalah organisasi) menentukan perusahaan dimana untuk pelatihan diperlukan 3 Micro level Task (job) analysis Memeriksa pengetahuan, (analisis keterampilan, sikap dan perilaku tugas/pekerjaan) karyawan lainnya untuk menentukan tugas apa yang harus dilakukan karyawan untuk mencapai keberhasilan. Person analysis Perilaku (analisis individu) karyawan dalam organisasi 5.5.Tahap Analisis kebutuhan pelatihan (TNA) Adapun beberapa tahap dari Training need assessment (TNA) yaitu sebagai berikut 1. Organizational Assessment (Penilaian Organisasi) Penilaian organisasi mengevaluasi kinerja organisasi secara keseluruhan. Sebuah penilaian atau analisis pada tipe ini menentukan skill, knowledge, and abilities seperti apa yang dibutuhkan organisasi sehingga menentukan apa yang diperlukan dalam mengatasi masalah dan kelemahan yang ada pada organisasi agar meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Penilaian pada level organisasi secara internal dapat dilakukan dengan cara mengadakan survei sikap karyawan terhadap kepuasan kerja, persepsi karyawan, dan sikap karyawan dalam administrasi. Di samping itu, analisis organisasi dapat menggunakan turn over, absensi, kartu pelatihan, daftar kemajuan karyawan, dan data perencanaan karyawan. Penilaian organisasi mempertimbangkan faktor eksternal seperti perubahan demografi, faktor politik, teknologi, dan ekonomi. 2. Task Analysis (Analisis Tugas) 29 Analisis tugas mengidentifikasi pelatihan apa saja yang harus diberikan kepada karyawan terkait dengan pekerjaannya dan membantu memastikan bahwa pelatihan yang dikembangkan relevan dengan content pekerjaan. Tujuan analisis ini adalah mengetahui tentang tugas yang harus dilakukan karyawan, penentuan standar kinerja untuk suatu pekerjaan, penentuan pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan dalam suatu pekerjaan. 3. Individual Assessment (Penilaian Individu) Penilaian individu menganalisis bagaimana seorang karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan menentukan kemampuan individu dalam menyelesaikan new and different work. Penilaian dalam tahap ini menghasilkan informasi mengenai training apa yang dibutuhkan oleh karyawan. Pada penilaian level individu mencoba mencari jawaban ”siapa” di dalam perusahaan yang memerlukan pelatihan dan pelatihan apa yang dibutuhkannya. Yang harus dilakukan pada cara ini adalah membandingkan kinerja aktual dari seseorang karyawan atau unit kerja dengan standar yang ditetapkan atau harapan perusahaan. Kesenjangan yang ditemukan dapat mengidentifikasikan jenis pelatihan apa yang diperlukan karyawan. 30 BAB VI Proses Analisis Kebutuhan 6.1.Proses Analisa Kebutuhan Ada beberapa proses-proses analisa kebutuhan dalam andragogi, yaitu sebagai berikut: 1. Melakukan asesment kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, mengidentifikasi hambatan, dan menetapkan prioritas yang akan digunakan untuk mengelola kegiatan pembelajaran. 2. Memilih tema/pokok bahasan dan/atau tugas yang harus dilakukan dalam pembelajaran dan menentuka indikator pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Mengenai dan mengkaji karakteristik peserta didik sebagai bahan masukan dalam menyusun rencana pembelajaran 4. Mengidentifikasi isi/materi atau bahan pelajaran/rincian tugas pembelajaran 5. Merumuskan tujuan pembelajaran 6. Merancang kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode, media pembelajaran yang digunakan secara tepat dan pengelolaan waktu. 7. Memilih fasilitas pembelajaran dan sumber bahan yang mendukung proses pembelajaran. 8. Mempersiapkan sistem evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran. 9. Mempersiapkan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 31 6.2.KASUS : Menengok Pendidikan Komando TNI AL: Latihan Perang Hingga Makan Ular Banyuwangi - Sebanyak 193 calon bintara dan perwira Marinir TNI Angkatan Laut digembleng dalam pendidikan komando. Lima materi pendidikan digelar selama 77 hari, sebelum nantinya mereka dilantik. Salah satu materi yang paling penting dalam pendidikan komando yakni survival atau cara bertahan hidup di dalam hutan. Materi survival penting bagi prajurit untuk tetap bertahan dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki dan peralatan yang seadanya. Mereka yang terdiri dari 19 taruna dan 174 siswa bintara Dikmaba 38 dan 37 dilatih di Daerah Latihan Komando 159 Marinir. Yakni di Dusun Selogiri, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. "Saya lihat langsung apa yang dilakukan dengan penuh kebanggaan. Bagaimana melaksanakan sea survival termasuk jungle survival. Termasuk bagaimana menangkap binatang buas," kata Direktur Pendidikan dan Latihan Kodiklatal, Laksamana Pertama Deni Septriana kepada detikcom, Senin (29/4/2019). Menurut Deni, pendidikan komando harus dijalani semua prajurit marinir. Dari mulai tahap dasar komando sampai ke tahap lintas medan yakni jalan kaki dari Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 400 kilometer. Pada materi jungle survival, para siswa dan taruna marinir dibekali pengetahuan bagaimana menghadapi hewan buas yang ada di hutan, dan memasak tanpa alat tapi lebih memanfaatkan alam. Mereka juga diberi ilmu untuk memanfaatkan tumbuhan yang ada di hutan sebagai makanan dan minuman. Sehingga mereka bisa tetap bertahan hidup di dalam hutan meski bekal makanan dan minuman sudah habis. "Ini adalah tahap hutan. Semua para prajurit siswa melaksanakan. Saya lihat langsung apa yang dilakukan dengan penuh kebanggaan. Ada latihan tembak lorong, tembak reaksi, latihan menangkap hewan liar," imbuhnya. "Untuk para prajurit siswa Dikmaba akan dilantik menjadi Bintara Marinir dan lulusan taruna akan menjadi Perwira Marinir. Ini adalah pasukan profesional yang punya kebanggaan tinggi," tambahnya. Pendidikan komando yang harus dilalui siswa dan taruna Marinir ini ada lima tahap. Pertama, Tahap Laut dengan materi latihan renang sejauh satu kilometer. Kedua, Tahap Dasar Komando yakni siswa harus mampu naik turun tali mountain ring dari mana dia harus turun di mana dia harus naik dengan menggunakan tali-talian. Ketiga adalah Tahap Hutan. Di tahap ini siswa komando harus mampu melaksanakan perang di hutan dalam kondisi apapun. Keempat Tahap GLG yaitu gerilya lawan gerilya. Pada 32 tahap ini siswa harus dibekali ilmu perang di dalam hutan untuk mengamankan negara. Terakhir adalah Tahap Lintas Medan. Siswa dan Taruna Marinir harus berjalan kaki dari Banyuwangi sampai Gunungsari, Surabaya. Mereka harus menempuh berbagai medan mulai gunung, hutan dan perkampungan. Kelima tahap ini dijalani selama 77 hari dimulai 17 Maret 2019 lalu. 1. Subyek Anggota TNI AL. Sebanyak 193 calon bintara dan perwira Marinir TNI Angkatan Laut digembleng dalam pendidikan komando. Mereka yang terdiri dari 19 taruna dan 174 siswa bintara Dikmaba 38 dan 37 dilatih di Daerah Latihan Komando 159 Marinir. 2. Materi materi yang paling penting dalam pendidikan komando yakni survival atau cara bertahan hidup di dalam hutan. Materi survival penting bagi prajurit untuk tetap bertahan dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki dan peralatan yang seadanya. 3. Metode Latihan partisipatif 4. Pelaksanaan Pendidikan komando yang harus dilalui siswa dan taruna Marinir ini ada lima tahap. Pertama, Tahap Laut dengan materi latihan renang sejauh satu kilometer. Kedua, Tahap Dasar Komando yakni siswa harus mampu naik turun tali mountain ring dari mana dia harus turun di mana dia harus naik dengan menggunakan tali-talian. Ketiga adalah Tahap Hutan. Di tahap ini siswa komando harus mampu melaksanakan perang di hutan dalam kondisi apapun. Keempat Tahap GLG yaitu gerilya lawan gerilya. Pada tahap ini siswa harus dibekali ilmu perang di dalam hutan untuk mengamankan negara. Terakhir adalah Tahap Lintas Medan. Siswa dan Taruna Marinir harus berjalan kaki dari Banyuwangi sampai Gunungsari, Surabaya. Mereka harus menempuh berbagai medan mulai gunung, hutan dan perkampungan. Kelima tahap ini dijalani selama 77 hari dimulai 17 Maret 2019 lalu. pendidikan komando harus dijalani semua prajurit marinir. Dari mulai tahap dasar komando sampai ke tahap lintas medan yakni jalan kaki dari Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 400 kilometer. 33 BAB VII PENUTUP 7.1.Kesimpulan Dari hasil penelitianyang di lakukan dengan judul penelitian analisa kebutuhan dalam andragogi pada pembelajaran orang dewasa, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa analisa kebutuhan dalam andragogi pada pembelajaran orang dewasa atau Training Needs Assessment (TNA) adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam analisis untuk memahami permasalahan kinerja atau permasalahan yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru.TNA adalah suatu langkah yang dilakukan sebelum melakukan pelatihan dan merupakan bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang materi, alokasi waktu tiap materi, dan strategi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan pelatihan agar pelatihan bermanfaat bagi peserta pelatihan. 7.2.Saran Bedasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan mengenai analisa kenutuhan dalam andragogi pada pembelajaran orang dewasa, peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi tempat pelatihan 1. Bagi perusahaan Diharapkan untuk rutin melakukan workshop atau pelatihan bagi karyawan sehingga dengan adanya kegiatan tersebut dapat membuat SDM yang ada pada perusahaan menjadi lebih berkualitas. 2. Bagi pelatih Diharapkan untuk terus berinovasi dalam membuat materi workshop sehingga hal tersbut dapat diterima bagi karyawan/ maupun peserta workshop lainnya 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi pihak-pihak lain yang tertatik meneliti topik ini secara lebih mendalam, maka penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat menelitilebih dalam lagi dan perlu di lanjutkan guna pentingnya meningkatkan kenutuhan dalam andragogi pada pembelajaran orang dewasa 34 DAFTAR PUSTAKA Manusia, M. S. D. Training and Development, Perencanaan Pelatihan, Training Need Assessment (TNA). https://www.slideshare.net/AwalAkbarJamaluddin/metode-melakukan-analisis-kebutuhandalam-penelitian-pengembangan 35