Uploaded by User59291

Chapter II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Minyak Atsiri
Sejak dahulu orang telah mengenal berbagai jenis tanaman yang memiliki
bau spesifik.Bau tersebut bukan ditimbulkan oleh bunganya, tetapi oleh tanaman,
baik dari batang, daun,rimpang atau keseluruhan bagian tanaman.Masyarakat
kemudian mengenalnya sebagai tanaman beraroma. Bau khas dari tanaman
tersebut ternyata ditimbulkan secara biokimia sejalan dengan perkembangan
proses hidupnya sebagai suatu produk metabolit sekunder yang disebut minyak
atsiri (Gunawan,2004).
Minyak atsiri (volatile oils atau essential oils) didefinisikan sebagai
campuran kompleks yang menunjukkan dan merupakan senyawa yang menguap
bersama uap air. Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah
menguap pada suhu kamar (sering digunakan untuk parfum). Selain itu,
mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang
menghasilkannya dan umunya larut dalam pelarut organik. (Agoes,2007; Lutony
dan Rahmayati, 2002).
Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold de
Villanova.Produksi secara modern baru dilakukan Lavoisier (Perancis) pada tahun
1760-1770. Untuk memperoleh minyak atsiri diterapkan beberapa cara, seperti
Universitas Sumatera Utara
penyulingan, pemerasan/ekspresi, ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, atau
pengikatan dengan lemak padat atau enflurage (Agoes,2007).
Minyak atsiri dari tanaman dapat diperoleh dengan cara berikut ini :
a.
Penyulingan (destilasi)
Penyulingan dapat diperoleh dengan carapenyulingan air, penyulingan
dengan air dan uap sertapenyulingan dengan uap. Destilasi juga dipengaruhi oleh
besarnya tekanan uap, bobot molekul dari tiap-tiap komponen yang berada dalam
minyak atsiri serta kecepatan pengeluaran minyak atsiri dari simplisia(Lutony dan
Rahmayati, 2002).
Namun disisi lain terdapat juga kelemahan-kelemahan perolehan minyak
atsiri dengan cara penyulingan seperti tidak dapat diaplikasikan untuk minyak
atsiri yang terurai oleh pengaruh panas dan air. Misalnya minyak atsiri yang
mengandung ester (Lutony dan Rahmayati, 2002).
b.
Metode pengepresan atau pemerasan
Metode pemerasan atau pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-
minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk
(citrus). Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah
akibat pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang
rendemennya relatif besar. Bila tidak, nantinya hanya akan habis di dalam proses
(Gunawan,2004).
c.
Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap
Simplisia diestraksi dengan pelarut yang sesuai, seperti heksan, benzen,
toluene dan sebagainya dalam suatu ekstraktor. Produk yang dihasilkan berupa
masa setengah padat, seperti malam. Kemudian masa diekstraksi ulang dengan
Universitas Sumatera Utara
etanol dan didinginkan hingga menghasilkan 2 fraksi, yaitu fraksi pelarut
ditambah malam dan minyak atsiri dalam alkohol. Larutan minyak atsiri dalam
alkohol yang disuling, pada suhu dan tekanan rendah akan menghasilkan minyak
atsiri yang murni (Lutony dan Rahmayati, 2002).
d.
Penyarian dengan lemak padat
Dilakukan tanpa pemanasan atau pemanasan pada suhu rendah (maserasi)
dan hanya menggunakan lemak. Proses ini ditujukan untuk minyak atsiri yang
tidak tahan panas atau enflurage(Lutony dan Rahmayati, 2002).
2.2
Uraian Tanaman
2.2.1 Sistematika Tanaman
Tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut(Khoirotunnisa, 2008) :
Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Classis
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales
Familia
: Poaceae
Genus
: Cymbopogon
Spesies
: Cymbopogon nardus (L.) Randle
2.2.2 Nama Daerah
Nama daerah di Indonesia untuk tanaman sereh wangi antara lain sere
mangat (Aceh), sange-sange (Toba), sere (Gayo, Jawa, Madura), sarai
Universitas Sumatera Utara
(Minangkabau),
serai
(Kalimantan),kendoung
witu
(Sumba),
timbuala
(Gorontalo), hisa-hisa (Ambon), isola (Nusa Laut) (Dalimantha, 2008).
2.2.3 Deksripsi
Minyak sereh, lazim digunakan sebagai disinfektan, bahan pengikat dan
bahan pengusir nyamuk.Sisa hasil dari destilasi mengandung sekitar 2% nitrogen
yang dapat digunakan sebagai pupuk (Sastrohamidjojo,2004).
2.2.4 Syarat Tumbuh
Tanaman sereh tumbuh pada berbagai tanah yang memiliki kesuburan
cukup, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Untuk mendapatkan
tanah yang sesuai dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah
masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak justru dapat menjadi
sumber
inokulum
yang
mengakibatkan
busuknya
akar
sereh
wangi
(Santoso,1992).
Tanah jenis geluh pasiran pada ketinggian 180-450 m di atas permukaan
laut, iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan minyak berkualitas
tinggi. Hasil minyak sereh yang paling tinggi diperoleh dari tanaman yang
ditanam pada tanah geluh pasiran dengan pH 6,00 hinga 6,50. Sedangkan tanah
dengan pH lebih rendah tidak cocok untuk tanaman sereh (Santoso,1992).
Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan curah hujan
setiap tahun berkisar 200 hingga 250 cm merupakan syarat utama untuk
menghasilkan
daun
dan
minyak
sereh
yang
baik.
Kekeringan
yang
berkepanjangan atau curah hujan yang berlebihan akan merusak tanaman sereh.
Tanaman yang terlindung akan mempengaruhi kandungan total geraniol. Pada
Universitas Sumatera Utara
daerah yang memiliki curah hujan sedikit perlu memperoleh air dan irigasi
(Santoso,1992).
Tanaman sereh tumbuh paling baik pada ketinggian 180 hingga 450 m di
atas permukaan laut.Pada ketinggian yang lebih tinggi dari pada 450 m,
pertumbuhan tanaman lambat hingga minyak sereh yang dihasilkan rendah
(Sastrohamidjojo,2004).
Tanaman sereh dikembangbiakkan melalui akar pada permulaan musim
hujan.Rumpun tanaman sereh yang sehat dibagi menjadi beberapa bagian. Dua
batang tanaman yang mengandung akar sehat ditanam dalam setiap lubang dengan
kedalaman 15cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman berukuran 90x90 cm atau
ukuran 75x75 cm. Sedangkan jarak tanaman lebih dekat daripada 75x75 akan
menurunkan hasil daun per satuan area lahan (Santoso,1992).
Sebelum panen tiba maka penyiangan gulma perlu dilakukan.Panen
pertama dilakukan 6 hingga 8 bulan setelah penanaman.Panen berikutnya dapat
dilakukan dalam jarak 3 hingga 4 bulan (Sastrohamidjojo,2004).
Panen dikerjakan pada pagi hari dan tidak pada saat hujan. Pemotongan
terlalu pendek akan menyebabkan minyak yang dihasilkan rendah yang berarti
juga akan mengurangi hasil minyak secara keseluruhan. Hasil panen daun sereh
wangi dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur. Cara
penjemuran: daun sereh wangi dihamparkan setipis mungkin. Tujuannya untuk
mencegah prosesnya terjadinya fermentasi yang dapat mengurangi aroma minyak
sereh nantinya (Sastrohamidjojo,2004; Santoso,1992).
Lama pengeringan sekitar 3-4 jam, atau kandungan airnya tinggal sekitar
30-50%. Pengeringan daun yang terlalu lama dapat mengakibatkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
penguapan unsur-unsur yang mudah terbang dari bahan atau justru terjadinya
oksidasi dari minyak yang akan dihasilkan (Santoso,1992).
2.3 Minyak Sereh
Dalam perdagangan dikenal ada tipe minyak sitronella (minyak sereh)
yaitu, tipe Ceylon. Tipe yang pertama diperoleh dengan cara destilasi daun dari
Cymbopogon nardus Rendle, di Ceylon disebut Lenabatu.
Berdasarkan hasil analisis, minyak sereh tersusun dari senyawa-senyawa
sitronellal, sitronelol dan geraniol, alpa-pinena, limonen, linalool, sitronelil asetat,
beta-kariofilen, geranil asetat, beta-kadinen sitral Khavikol, Eugenol, Kadinol,
Kadinen, Vanilin, dan Elemol. Beberapa dari senyawa tersebut hanya ada tiga
senyawa yang kuantitasnya besar yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol. Dengan
presentase komponen sebagai berikut : Sitronelal 32-45%, Geraniol 12-18%,
Sitronelol 11-15%(Sastrohamidjojo,2004).
Minyak sereh wangi dapat menenangkan, menyegarkan dan mempertajam
pikiran. Minyak ini juga merupakan salah satu deodoran alami, dan dapat
digunakan untuk perawatan kulit. Namun, tidak dianjurkan bagi wanita hamil
(Agusta,2000).
Selain itu minyak sereh merupakan salah satu minyak atsiri yang paling
penting dan merupakan sumber dari beberapa komponen yang dapat diisolasi,
yang digunakan secara luas dalam bidang parfum (sitronellal, hidroksi-sitronellal,
mentol sintetik dan ester geraniol), sebagai disinfektan, bahan pengikat dan bahan
pengusir nyamuk. Hasil sisadari destilasi mengandung sekitar 2% nitrogen yang
dapat digunakan sebagai pupuk (Sastrohamidjojo,2004).
Universitas Sumatera Utara
2.4
Standar Mutu MinyakSereh
Mutu minyak sereh khususnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu mutu dan
kemurniannya(tidak ditambah atau dicampur dengan benda atau cairan lain).
Penilaian kemurnian minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan
kimianya, terutamaterhadap penampilan, warna, bau, berat jenis, putaran optik,
indeks bias dan tingkat kelarutannya dalam alkohol (Lutony dan Rahmayati,
2002).
Menurut standar pasar internasional, kandungansitronellal harus lebih
tinggi daripada 35%, dan jumlah total alkohol harus lebih besar daripada
35%(Sastrohamidjojo,2004).
Pada tahun 1951 juga sekitar tahun 1970, kualitas minyak sereh turun. Hal
ini disebabkan kebutuhan minyak sereh pada saat tersebut naik, hingga untuk
memenuhinya para pengusaha atau petani melakukan panen serta pemotongan
tanaman sereh sebelum waktunya dan sebagai akibat, kandungan sitronellal dan
total alkohol menjadi lebih rendah(Sastrohamidjojo,2004).
Pemalsuan minyak atsiri sangat mudah dilakukan oleh produsen maupun
eksportir yang memang nakal.Praktek pemalsuan minyak atsiri dilakukan dengan
mencampurkan bahan asing sehingga mutu dari minyak atsiri berkurang.Namun,
kini pemalsuan minyak atsiri mudah diketahui karena pihak konsumen atau
importir telah memiliki peralatan untuk mengukur tingkat kemurnian dan adanya
laboratorium pengujian yang berada dibawah pengawasan pemerintahan yang
juga memberlakukan standar mutu secara umum (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, uji mutu minyak sereh wangi terdiri atas 2 tahap. Tahap
pertama adalah uji organoleptik, dan tahap kedua uji sifat fisik dan kimia yang
umumnya meliputi (SNI-06-3953-1995) (BSN,1995) yaitu: bobot jenis, indeks
bias, total geraniol, sitronellal, kelarutan dalam etanol 80% dan zat asing.
Parameter syarat mutu minyak sereh dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh SNI 06-3953-1995
No
1
Jenis Uji
Warna
Satuan
2
3
4
5
Bobot jenis, 200C/200C
Indeks bias (nD20)
Total Geraniol bobot/bobot
Sitronellal bobot/bobot
Kelarutan dalam etanol
80%
Zat asing :
Lemak
Alkohol tambahan
Minyak pelikan
Minyak terpentin
%
%
6
7
7.1
7.2
7.3
7.4
-
-
Persyaratan
Kuning pucatsampaikuning
kecoklat-coklatan
0,880 – 0,922
1,466 – 1,475
Minimal 85
Minimal 35
1 : 2jernih, seterusnya jernih
opalesensi
Negatip
Negatip
Negatip
Negatip
2.5 Sitronellal
Hasil penyulingan dari (Cymbopogon nardus L) dapat diperoleh minyak
atsiri yang disebut Oleum citronellae, sedangkan bahan aktif yang mematikan
bagi hama adalah Sitronellal dan Geraniol. Dalam konsentrasi tinggi senyawa
sitronelal ini memiliki sifat racun kontak.Sebagai racun kontak, zat tersebut
apabila dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian akibat kehilangan
cairan secara terus-menerus sehingga tubuh rayap kekurangan cairan, sedangkan
dalam konsentrasi rendah dapat bersifat sebagai racun perut(Yulvianti,2014).
Sitronellal adalah cairan tak berwarna, dengan bau menyegarkan dan
mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant).Racun tersebut merupakan racun
Universitas Sumatera Utara
kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terusmenerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.
(Yulvianti,2014).
Sitronellal bila direaksikan dengan berbagai senyawa yang bersifat asam
seperti silika gel dan anhidrida asetat akan mengalami siklisasi menjadi isopulegol
dan sejumlah isomer. Bila isopulegol dihidrogenasi dengan Raney Ni akan
menghasilkan mentol. Salah satu pabrik di Perancis mengonsumsi mentol sintetik
sekitar 10% dari produk total dunia minyak sereh. Penggunaan yang terpenting
sitronellal adalah untuk pembuatan hidroksi sitronellal melalui hidrasi.Senyawa
hidroksi sitronellal tidak diperoleh secara alami tetapi senyawa tersebut
merupakan
salah
satu
senyawa
sintetik
yang
paling
penting
dalam
pewangian.Senyawa tersebut memiliki bau yang harum seperti floral-lilydan
digunakan secara luas dalam pewangi untuk sabun dan kosmetika. Sejumlah orang
menyebutnya dengan namaking of the perfumes(Sastrohamidjojo,2004).
Sitronellal dapat dipisahkan dari penyusun lainnya dengan cara kimia.
Caranya minyak sereh ditambahkan dengan larutan jenuh natrium bisulfit.
Komponen minyak atsiri yang bereaksi hanya sitronellal yang membentuk
produksi
adisi
yang
disebut
dengan
sitronellal
natrium
bisulfit
(Sastrohamidjojo,2004).
Dalam perdagangan sitronelol diperoleh dengan mereduksi sitronellal yang
terdapat dalam minyak sereh.Kandungan sitronellal dalam minyak sereh berkisar
30-45%.Dalam perdagangan dikenal “Rhodinol” merupakan campuran sitronelol
dan geraniol.Rhodinol memiliki bau yang “lembut” sehingga mempunyai harga
yang tinggi bila dibandingkan dengan sitronelol maupun geraniol.Sitronelol dan
Universitas Sumatera Utara
geraniol dapat diesterifikasi dengan menggunakan berbagai asam organik
menghasilkan berbagai ester untuk parfum(Sastrohamidjojo,2004).
2.6
Bobot Jenis
Bobot jenis atau berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan
dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama. Istilah bobot jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah;
akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Sifat ini merupakan
salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu
sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat.Bobot jenis sering dihubungkan dengan berat
komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang
terkndung daam minyak, semakin pula nilai densitasnya.Bobot jenis merupakan
salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.
Dari seluruh sifat fisika - kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam
pustaka(Sebayang,2011; Martin, A, 1993; Depkes RI, 1979; Guenther, 1972).
Bobot jenis dapat ditetapkan menggunakan piknometer. Piknometer adalah
wadah yang terbuat dari gelas umumnya berkapasitas 10-100 ml, bersumbat kaca
asah dilengkapi dengan termometer, terdapat pipa dengan sisi bertanda yang
bertutup kaca asah (Depkes RI, 1980).
Universitas Sumatera Utara
Download