ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN MASA DEPAN : MENGELOLA

advertisement
Opini
Arah Pembangunan Pertanian Masa Depan :
Mengelola Tantangan dan Mengoptimalkan Potensi
Kemandirian Bangsa
Oleh:
Atang Trisnanto, S. Hut
Tenaga Ahli Menteri Pertanian
Bidang Pelayanan Publik
Krisis pangan global akan menjadi masalah serius di
masa depan. Bumi tidak berubah, sedangkan populasi
manusia terus bertambah. Penduduk Indonesia saat ini
telah mencapai 245 juta orang dengan pertumbuhan
sebesar 1.49% per tahun. Dengan pertumbuhan
populasi tersebut, kebutuhan akan pangan dipastikan
meningkat. Di sisi lain, pertambahan penduduk juga
akan mengurangi ketersediaan lahan pertanian akibat
konversi ke perumahan, industri, sarana publik, dan
berbagai kepentingan lain di luar sektor pertanian.
Dengan kondisi tersebut, upaya peningkatan produksi
pangan-terutama
pangan
utama- merupakan
upaya yang mutlak dilakukan. Kebijakan pangan
yang dicerminkan melalui kebijakan UU No 18 tahun
2012 tentang pangan menugaskan tercapainya
Ketahanan Pangan Nasional dengan capaian berupa
terpenuhinya pangan bagi Negara dan perseorangan
dengan tersedianya pangan yang cukup (jumlah
dan mutu), beragam, bergizi, aman, seimbang, dan
tidak bertentangan dengan keyakinan dan agama
masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan pangan secara jumlah saja
sangatlah tidak mudah, apalagi menyediakan pangan
dari sisi kuantitas, kualitas, dan kandungan gizinya
20
Volume 19 No. 1 Juni 2014
secara sekaligus. Dengan demikian, upaya pemenuhan
kebutuhan pangan dalam negeri yang dilakukan melalui
pembangunan pertanian pada masa mendatang akan
semakin sulit dan kompleks dan mengalami banyak
tantangan dibanding pertanian saat ini dan era
sebelumnya karena permasalahan semakin banyak dan
kompleks.
Diantara tantangan pembangunan pertanian yang harus
diatasi adalah meningkatnya ancaman degradasi dan
konversi lahan; variabilitas dan ketidakpastian iklim;
erosi sumberdaya genetik yang disebabkan oleh hama
dan penyakit; pengurangan jumlah pekerja di bidang
pertanian; ketersediaan air; rendahnya kapasitas
sumber daya manusia dan kelembagaan pertanian;
serta mulai berlakunya sistem pasar bebas .
Ditengah banyaknya hambatan dan tantangan tersebut,
setidaknya Negara kita masih memiliki berbagai
keunggulan yang bisa terus dikelola dan dioptimalkan.
Potensi sumber daya genetik yang tinggi,unggul,
dan beragam; kesuburan lahan yang relatif masih
cukup tinggi; budaya kerja keras petani; hasil-hasil
riset teknologi; dan potensi lahan terlantar dan lahan
pekarangan; serta sumber daya infrastruktur existing
yang masih dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
Dengan berbagai potensi tersebut,
kita perlu
melakukan terobosan dalam menggunakan IPTEK
yang lebih maju untuk pertanian seperti biosciences,
biotechnology, bioprocesses, bioindustry, dan teknologi
informasi. Upaya mitigasi terhadap perubahan iklim
harus ditingkatkan dan dikembangkan agar dapat
mengantisipasi variabilitas dan ketidakpastian iklim.
Agrimedia
Sistem pembangunan pertanian yang mengoptimalkan
sumber daya lokal melalui penerapan integrated
farming dan asas zero waste perlu digalakkan dan
menjadi model pertanian ke depan. Salah satu contoh
konsep penerapan bioindustry yang menganut sistem
integrated farming dan zero waste adalah usaha budi
daya sereh wangi dan integrasi ternak di Kabupaten
Subang Jawa Barat. Dari mulai hulu sampai hilir,
semuanya terintegrasi dan tidak ada yang terbuang.
Pakan ternak dari sisa pemanfaatan tanaman sereh
wangi, pemanfaatan sereh wangi untuk biosolar, dan
pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan pupuk
organik menjadikan sistem budi daya tani menjadi lebih
efisien, ramah lingkungan, dan bernilai ekonomi tinggi.
Pemerintah ke depan perlu mengembangkan sistem
integrated farming ke berbagai produk dan komoditas
dengan dukungan kebijakan, anggaran, dan political
will yang kuat mulai dari Pemerintah Pusat, Propinsi,
sampai Kabupaten/Kota.
Selain inovasi teknologi yang telah diuraiakan diatas,
tantangan pertanian yang semakin kompleks harus
dikelola dengan baik melalui keberpihakan kebijakan
pemerintah, baik itu regulasi, anggaran, maupun
instrumen yang lain. Pembangunan pertanian jangan
lagi hanya bertumpu pada orientasi peningkatan
produksi, namun juga harus diikuti dengan pendekatan
peningkatan kesejahteraan petani. Dengan karakteristik
petani dalam negeri yang masih menggunakan pola
usaha tani subsistem dan tidak terpadu, kepemilikan
lahan yang sempit, tingkat pendidikan yang ratarata masih rendah, kelembagaan petani yang belum
kuat, dan akses teknologi dan informasi pasar serta
modal yang terbatas, pemerintah harus ekstra kerja
keras berada pada pihak terdepan dalam melakukan
pemberdayaan petani.
Agrimedia
Dua upaya penting yang seyogyanya dilakukan oleh
pemerintah di masa mendatang adalah masalah
penguatan kebijakan dan penguatan anggaran. Konsep
basis pembangunan yang bertumpu pada industri dan
perdagangan harus kembali direposisi menjadi basis
agribisnis dengan dukungan industri. Kebijakan tersebut
bisa tercermin dari kebijakan realokasi lahan, peraturan
perdagangan, pengembangan industri pertanian dalam
negeri, dan proteksi produk pangan dalam negeri.
Aturan pasar bebas dapat disiasati dengan aturan
teknis seperti persyaratan sanitary and phytosanitary
karantina pertanian, serta pembinaan peningkatan
mutu produk pangan dalam negeri.
Kebijakan lain yang sudah diundangkan, yaitu UU No. 19
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani harus diimplementasikan dalam kebijakan
setiap Kementerian. Penyediaan prasarana dan
sarana produksi pertanian; jaminan kepastian usaha;
penciptaan kondisi yang menghasilkan harga komoditas
pertanian yang menguntungkan petani; penghapusan
praktik ekonomi biaya tinggi; ganti rugi akibat gagai
panen; asuransi pertanian; pendidikan dan pelatihan;
penyuluhan dan pendampingan; pengembangan sistem
dan sarana pemasaran hasil pertanian; konsolidasi dan
jaminan luasan lahan pertanian; serta penyediaan
fasilitas pembiayaan dan permodalan harus diperkuat
oleh kebijakan fiskal Pemerintah. Sudah saatnya,
kesalahan berupa underinvestment anggaran fiskal
di bidang pertanian diperbaiki di masa yang akan
datang. Dan satu hal lagi yang tak kalah penting,
jangan sampai anggaran investasi Pemerintah tersebut
dialokasikan pada program-program yang salah dan
tidak signifikan dalam meningkatkan produksi pangan
dan kesejahteraan petani. Semoga, pertanian semakin
jaya. Petani Sejahtera, Bangsa Berjaya.
Volume 19 No. 1 Juni 2014
21
Download