BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri adalah campuran dari berbagai persenyawaan organik yang mudah menguap, mudah larut dalam pelarut organik serta mempunyai aroma yang khas sesuai dengan jenis tanamannya. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan obat – obatan, parfum, minuman, penyedap makanan dan juga sebagai pestisida (Gusmalini, 1987). Berdasarkan unsur penyusunnya, komponen minyak atsiri terdiri atas dua golongan yaitu hidrokarbon dan „oxygenated hidrocarbon’. Golongan hidrokarbon terdiri atas unsur hidrogen (H) dan karbon (C) yang terdapat dalam bentuk terpen, parafin, dan hidrokarbon aromatik. Sedangkan golongan oxygenated hidrocarbon terdiri dari karbon (C) hidrogen (H) dan Oksigen (O), dan merupakan senyawa paling penting dalam minyak atsiri karena mempunyai aroma yang lebih wangi (Guenther, 1972). Komponen kimia minyak atsiri sangat bervariasi tergantung dari jenis tanaman, iklim, tanah, umur panen, cara pengolahan dan penyimpanan (Pramono, 1985). Saat ini para ahli mikrobiologi pangan telah banyak meneliti dan menemukan aktivitas antimikroba khususnya antibakteri pada tanaman rempah - rempah yang banyak mengandung senyawa antimikroba dari golongan fenolik termasuk flavonoid dan beberapa senyawa minyak atsiri, 1 Potensi Antibakteri Daun..., Istifah Yuliani, Teknik UMP, 2015 terpen, asam organik tanaman, asam lemak atau ester asam lemak tertentu dan sebagian alkaloida tanaman (Rahayu, 1999). Tumbuhan salam (Syzygium polyanthum) merupakan tumbuhan herbal yang dapat bermanfaat selain sebagai bumbu masakan juga dapat digunakan sebagai tanaman obat. Daun salam mempunyai kandungan kimia yaitu tanin, flavonoid, dan minyak asiri 0,05% yang terdiri dari eugenol dan sitral (Winarto, 2004). Kandungan Syzygium polyanthum merupakan bahan aktif yang diduga mempunyai efek farmakologis. Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek anti - inflamasi dan antimikroba, sedangkan minyak asiri mempunyai efek analgesic (Robinson, 1995). Hasil analisis dengan kromatografi gas menunjukan minyak atsiri daun salam mengandung sekitar 28 komponen, salah satunya eugenol, sedangkan analisis dengan kromatografi lapis tipis disimpulkan bahwa minyak atsiri daun salam terdiri dari seskuiterpen lakton yang mengandung fenol. Konsentrasi terkecil minyak atsiri yang mampu menghambat pertumbuhan Escherichia Coli adalah 40%, sedangkan terhadap Staphylococcus aurus sekitar 5%. Uji mikroba dengan menggunakan metode cakram menunjukan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menghambat pertumbuhan Escherichia Coli, Vibrio cholerae, dan Salmonella sp (Wahyudi, 2005). Senyawa minyak atsiri dari tanaman pangan dan rempah - rempah umumnya termasuk dalam kelompok GRAS (Generally Recognized As Safe) sehingga aman digunakan sebagai pengawet pada makanan. Daun salam merupakan salah satu tanaman pangan dan rempah-rempah yang termasuk 2 Potensi Antibakteri Daun..., Istifah Yuliani, Teknik UMP, 2015 kedalam kelompok GRAS, sehingga aman untuk digunakan sebagai pengawet pada makanan. Beberapa riset ilmiah membuktikan bahwa daun salam mengandung minyak atsiri, tanin, flavonoid, dan eugenol (Purwati, 2004). Penelitian secara in vitro membuktikan bahwa ekstrak daun salam dapat menghambat pertumbuhan bakteri – bakteri patogen seperti Salmonella, vibrio cholera, Escherichia Coli serta Staphylococcus aurus (Dalimartha, 2005). Penelitian ini penting dilakukan untuk membuktikan apakah minyak atsiri daun salam dapat digunakan sebagai antimikroba dan untuk mengetahui kandungan – kandungan senyawa minyak atsiri daun salam dari daerah lokal banyumas, dan juga untuk membandingkan minyak atsiri hasil dari destilasi dan ekstraksi sebagai antibakteri, sehingga perlu dilakukan mengenai uji efektifitas antibakteri minyak atsiri daun salam untuk menentukan MIC (Minimum Inhibitory Concentration). 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan kandungan senyawa minyak atsiri daun salam hasil destilasi dan hasil ekstraksi? 2. Berapa MIC yang dibutuhkan dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji minyak atsiri daun salam hasil dari destilasi dan ekstraksi? 3. Bagaimana pengaruh antibakteri minyak atsiri daun salam terhadap bakteri Bacillus subtilis, Escherichia Coli, Salmonella thypomirium, Staphylococcus aureus dan Vibrio cholerae? 3 Potensi Antibakteri Daun..., Istifah Yuliani, Teknik UMP, 2015 4. Apakah metode destilasi atau ekstraksi yang memiliki daya penghambat bakteri lebih efektif? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan kandungan senyawa atsiri daun salam hasil destilasi dan hasil ekstraksi. 2. Mengetahui MIC yang dibutuhkan terhadap bakteri uji minyak atsiri daun salam hasil dari destilasi dan ekstraksi. 3. Mengetahui pengaruh antibakteri minyak atsiri daun salam terhadap bakteri Bacillus subtilis, Escherichia Coli, Salmonella thypomirium, staphylococcus aureus dan Vibrio cholerae. 4. Mengetahui hasil minyak atsiri daun salam yang lebih efektif sebagai antibakteri dari metode esktraksi atau metode destilasi. 1.4 Manfaat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang minyak atsiri daun salam sebagai bahan pengawet pada makanan yang aman untuk dikonsumsi. 4 Potensi Antibakteri Daun..., Istifah Yuliani, Teknik UMP, 2015