BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi terjadi bila mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan berbagai gangguan fisiologi normal tubuh sehingga timbul penyakit infeksi. Penyakit infeksi mempunyai kemampuan menular pada orang lain yang sehat sehingga populasi penderita dapat meluas. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop (Radji, 2011). Bagi negara berkembang timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik pada penyakit infeksi merupakan masalah penting. Kekebalan bakteri terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Penanganan penyakit infeksi tersebut tidak hanya meningkatkan biaya kesehatan karena diperlukan penanganan kombinasi antibiotik, tetapi juga menyebabkan meningkatnya kematian terutama di negara berkembang karena antibiotik yang diperlukan tidak tersedia. Dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengimpor bahan baku antibiotik setiap tahunnya berkisar antara 18,6 – 122,4 milyar rupiah (Akmal, 1996). Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi diantaranya adalah bakteri Staphylooccus aureus (S. aureus) dan Escherichia coli (E. coli). Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif berbentuk bulat yang merupakan bakteri patogen bagi manusia. Hampir tiap orang akan mengalami beberapa tipe infeksi S. aureus sepanjang hidupnya. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat terinfeksi dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piemia yang fatal. Umumnya bakteri S. aureus menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik (Anonim, 1994) sedangkan E. coli termasuk organisme enterik 1 2 golongan heterogen gram negatif, berbentuk batang, tidak berspora yang merupakan flora normal dalam usus. Bakteri ini dapat mengakibatkan infeksi klinis apabila mencapai jaringan di luar intestinal normal. Escherichia coli merupakan bakteri yang dapat memfermentasikan karbohidrat kecuali laktosa dan penyebab paling banyak untuk infeksi saluran kencing terutama pada wanita muda serta penyebab diare. Escherichia coli dapat menyebabkan gastroenteritis dan meningitis pada bayi, peritonitis, infeksi luka, kolesistitis, syok bakteremia karena masuknya organisme ke dalam darah dari uretra, kateterisasi atau sistoskopi atau dari daerah sepsis pada abdomen atau pelvis (Gibson, 1996). Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik, antara lain S. aureus, E. coli dan P. aeruginosa. Diketahui jenis bakteri S. aureus dan E. coli telah menjadi kebal terhadap antibiotika, seperti metisilin dan eritromisin (Kumala et al., 2007). Umumnya masyarakat dalam mengobati penyakit infeksi sering menggunakan obat antibiotik seperti tetrasiklin atau ampisilin atau antibiotika jenis lainnya yang dengan mudah dapat diperoleh. Pemakaian antibiotika secara berlebihan dan kurang terarah dapat mengakibatkan terjadinya resistensi, dengan timbulnya resistensi pada beberapa antibiotik tertentu, dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi, sehingga untuk mengatasinya diperlukan pencarian bahan alami sebagai alternatif pengobatan. Bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik alami salah satunya berasal dari spesies flora. Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora, dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di dunia, 30.000 diantaranya tumbuh di Indonesia. Kegiatan budidaya flora telah mencapai 26% dari total flora yang tumbuh di Indonesia. Jenis flora yang sudah dibudidayakan ± 940 jenis. Flora tersebut digunakan sebagai tanaman obat tradisional (Syukur dan Hernani, 2002). Tumbuhan obat terkesan sebagai tanaman liar sehingga keberadaanya sering dianggap mengganggu keindahan atau mengganggu kehidupan tumbuhan lainnya. Pemanfaatan tanaman obat tradisional pada saat ini terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan dari sebagian besar masyarakat bahwa efek 3 samping yang ditimbulkan oleh tanaman obat tersebut tidak berbahaya, sehingga timbul pemikiran dari masyarakat untuk kembali ke cara alamiah dengan memanfaatkan tanaman obat sebagai salah satu alternatif untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit. Indonesia memiliki berbagai spesies tanaman yang sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat, namun belum dibudidayakan secara khusus. Salah satunya adalah teki (Cyperus rotundus). Selain belum dibudidayakan secara khusus, teki juga sangat mudah didapatkan bahkan hampir tidak memerlukan biaya sama sekali. Teki merupakan herba menahun yang tumbuh liar dan kurang mendapat perhatian, padahal bagian tumbuhan ini terutama umbinya dapat digunakan sebagai analgetik (Sudarsono et al., 1996). Umbi teki mengandung komponen-komponen kimia antara lain minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, polifenol, resin, amilum tanin, triterpen, d-glukosa, dfruktosa dan gula tak mereduksi. Kandungan minyak atsiri pada umbi teki sebesar 0,45 – 1%, berat jenis 0,989 – 0,991 dan indeks bias 1,513 (Atal dan Kapur, 1982). Minyak atsiri teki yang berasal dari Cina mengandung siperen, paskolenon, sedangkan yang berasal dari Jepang mengandung siperol, siperen, α-siperone, siperotundon dan siperulon, di samping itu ditemukan pula alkaloid, flavonoid dan triterpen. Minyak atsiri yang terkandung dalam umbi teki dilaporkan memiliki potensi sebagai antibiotik terhadap bakteri S. aureus (Hembing et al., 1993). Kandungan kimia dalam umbi teki sebagian besar memberikan efek farmakologi, akan tetapi komponen aktif utamanya adalah kelompok senyawa seskuiterpen yang terdapat dalam minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan. Meskipun kenyataan untuk memperoleh minyak atsiri dapat menggunakan cara lain seperti ekstraksi menggunakan pelarut organik atau dengan cara dipres (Sastrohamidjojo, 2004). Beberapa minyak atsiri yang digunakan sebagai pewangi yaitu minyak atsiri dari bunga kenanga, bunga mawar, jeruk manis, jeruk nipis dan lemon, selain itu minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aromaterapi). 4 Dalam bidang kesehatan, minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang akhir-akhir ini menarik perhatian dunia, hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa tanaman bersifat aktif biologis sebagai antibakteri. Minyak atsiri dapat menghambat beberapa jenis bakteri merugikan seperti E. coli, Salmonella sp, S. aureus, Klebsiella dan Pasteurella (Agusta, 2000). Penelitian yang telah dilakukan yaitu umbi teki memiliki kandungan kimia berupa minyak atsiri yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri, tetapi belum ada penelitian mengenai daun teki. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncul beberapa permasalahan yaitu : 1. Apakah minyak atsiri daun teki dapat diisolasi dengan metode destilasi air dan apa saja komponen kimia penyusun minyak atsiri tersebut? 2. Apakah minyak atsiri daun teki dapat dipisahkan dengan metode KLTP? 3. Bagaimana aktivitas antibakteri minyak atsiri daun teki dan fraksi-fraksinya terhadap bakteri S. aureus dan E. coli? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengisolasi minyak atsiri daun teki (Cyperus rotundus) dengan metode destilasi air dan mengidentifikasi komponen senyawa yang terkandung didalamnya menggunakan GC-MS. 2. Memperoleh fraksi-fraksi minyak atsiri daun teki (Cyperus rotundus) melalui pemisahan kimia dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). 3. Mengetahui aktivitas minyak atsiri daun teki dan fraksi-fraksinya sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bahan alam Indonesia yang dapat digunakan sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli terutama minyak atsiri. Selain itu diharapkan diperoleh data jenis senyawa yang berperan sebagai antibakteri sebagai dasar pengendalian yang tepat sasaran, efektif, dan efisien serta dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kimia dan aplikasinya.