Identifikasi Kandungan Dan Aktifitasi Larvasida Minyak Daun Sereh

advertisement
IDENTIFIKASI KANDUNGAN DAN AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK DAUN SEREH
WANGI (Cymbopogon winterianus Jowitt) TERHADAP NYAMUK ANOPHELES sp.
Susi Stephanie*,Dra. Moerfiah, M. Si1. Sri Wardatun, M. Fram., Apt2
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS PAKUAN
Abstrak
Salah satu dari tanaman yang berpotensi insektisida adalah tanaman sereh wangi (Cymbopogon
winterianus Jowitt).Minyak atsiri sereh wangi mengandung sitronelal yang dapat membunuh
serangga, termasuk nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi minyak atsiri daun
sereh wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt) sebagai larvasida nyamuk Anopheles sp penyebab
malaria, dan mengidentifikasi kandungan bahan kimia dalam minyak atsiri daun sereh wangi dengan
metode kromatografi gas spektroskopi massa. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa minyak atsiri
daun sereh wangi mempunyai potensi sebagai larvasida sebesar LC50 236,59 ppm dan produk merk
dagang sebesar LC50 5,12 ppm. Hasil identifikasi dengan metode GCM, minyak atsiri daun sereh
wangi mengandung 23,95 % citronelal, yang diduga berperan sebagai larvasida.
Kata kunci : Kata kunci : Minyak daun sereh wangi, Larvasida, Anopheles sp.
Abstract
One of the potential crop insecticides are plant citronella (Cymbopogon winterianus Jowitt)
containing citronella essential .Minyak citronellal that can kill insects, including mosquitoes. The
purpose of this study was to determine the potential of the leaf essential oil of citronella
(Cymbopogon winterianus Jowitt) as larvicides malaria mosquito Anopheles causes, and identify the
chemicals in the leaves of lemongrass essential oil by gas chromatography mass spectroscopy. Results
of the study showed that the leaf essential oil of citronella has potential as larvicides for 236.59 ppm
LC50 and LC50 of product trademarks of 5.12 ppm. Results of identification with GCM method, leaf
essential oil of citronella contains 23.95% citronelal, which is thought to act as larvicides.
Keywords: Keywords: leaf oil of citronella, larvicides, Anopheles sp.
Pendahuluan
Penyakit malaria masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia karena angka morbilitas dan
mortalitasnya yang tinggi terutama di daerah luar
Jawa dan Bali. Di daerah trasmigrasi yang terdapat
campuran penduduk yang berasal dari daerah yang
endemik malaria, masih sering terjadi ledakan
kasus atau wabah yang menimbulkan banyak
kematian (Widoyono, 2008). Penyakit malaria
sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Seorang
ilmuan
Hippocrates
(400-377SM)
sudah
membedakan jenis-jenis malaria. Alophose
Laveran (1880) menemukan plasmodium sebagai
penyebab malaria, dan Ross (1897) menemukan
perantara malaria adalah nyamuk Anopheles
(Widoyono, 2008).
Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa
Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina infektif. penurunan
kesadaran, dehidrasi, manifestasi pendarahan,
ikterik, gangguan fungsi Eritrosit yang terinfeksi
biasanya pecah yang bermanifestasi pada gejala
klinis yang dapat menyebabkan ginjal, pembesaran
hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya
gejala neurologis (refleks patologis dan kaku
kuduk) (Widoyono, 2008). Daur hidup nyamuk
meliputi stadium-stadium telur, larva, pupa, dan
dewasa. Larva dan pupa hidup dalam air. Masa
inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung
spesies nya. P. falciparum menularkan waktu 7-14
hari, P. vivax dan P. ovale 8-14 hari, sedangkan P.
falciparumriae memerlukan waktu 7-30 hari. Masa
inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai
faktor seperti pengobatan dan pemberianprofilaksis
dengan dosis yang tidak adekuat (Widoyono,
2008).
Permasalahan resistensi terhadap obat malaria
semakin lama semakin bertambah. Resistensi obat
menyebabkan semakin kompleknya pengobatan
dan penangulangan penyakit malaria. Upaya untuk
mencegah penyakit ini terjadi adalah membunuh
vektor penyakit sejak dini dengan cara membunuh
larva yang sebelum berkembang menjadi nyamuk
yang lebih sulit untuk dikendalikan. Insektisida
sintetis dapat menekan populasi nyamuk, tetapi
memiliki dampak negatif, meliputi polusi
lingkungan (kontaminasi air, tanah, dan udara),
hama menjadi resisten, resurgen maupun resisten
terhadap peptisida, karena itu perlu dikembangkan
insektisida nabati yang dapat mengurangi dampak
negatif dari bahan kimia (Kardinan, 2011).
sangge (Batak Toba), sarae arun (Minangkabau),
sorae (Lampung), sereh (Sunda), see (Melayu),
patahambori (Bima), kedoung witu (Sumba), sare
(Makasar), garamakusu (Manado dan Ternate),
serai (Ambon) (Susetyo dan Haryati, 2004).
Tinjaun Pustaka
Sereh Wangi
Tanaman sereh wangi termasuk ke dalam
famili Poaceae, dan spesies Cymbopogon
winterianus. Daun sereh wangi (Cymbopogon
winterianus Jowitt). Minyak sereh wangi jawa
disuling dari Cymbopogon winterianus Jowitt.
Tanaman ini berdaun lebar, membutuhkan tanah
yang subur serta perawatan pertumbuhan dan
pemeliharaan yang lebih cermat. Tanaman ini harus
diremajakan setelah berumur beberapa tahun,
karena bongkol akarnya dengan sendirinya muncul
ke permukaan tanah. Tunas muda yang tumbuh dari
pangkal daun induk, tumbuh manjadi rumoun dan
bedaun (tinggi 3 sampai 4 kaki) hingga akhirnya
ujungnya menyentuh tanah. Tanaman akan
berbunga jika dibiarkan tumbuh secara alami.
Tanaman yang tinggi biasanya kurang mengandung
minyak dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh dengan ketinggian biasanya kurang
mangandung minyak dibandingkan dengan
tanaman yang tumbuh dengan ketinggian normal.
Di Jawa terdapat beberapa vaeritas tanaman sereh
wangi yang tumbuh liar. (Guenther, 1987)
Komposisi Kimia Sereh Wangi
Minyak atsiri yang terpenting sitronelal,
yang kemudian di ubah menjadi sitronelol,
sitronelol-sitronelol ester, hidroksi sitronelal, dan
mentol sintetik (Ketaren, 1990).
Gambar 1. Daun sereh wangi (Dokumentasi
Pribadi )
Sereh dibudidayakan di pekarangan, tegalan,
dan sela-sela tumbuhan lain. Biasanya sereh dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu, Sereh lemon
atau sereh bumbu (Cymbopogon citrus) dan sereh
sitronellal (Cymbopogon winterianus Jowitt). Sereh
wangi di Indonesia ada dua jenis yaitu Mahapengiri
dan Lenabatu. Mahapegiri dikenal dari bentuk daun
yang lebih pendek dan lebih luas dibandingkan
Lenabatu. Jenis Mahapegiri memberikan hasil
minyak atsiri yang lebih tinggi dengan kualitas
yang lebih baik, artinya kandungan geraneol dan
sitronelanya lebih tinggi dari jenis Lenabatu. Selain
itu jenis Mahapegiri memerlukan tanah yang lebih
subur, hujan yang lebih banyak dan pemeliharaan
yang lebih baik (Ketaren dan Djatmiko, 1978).
Sebutan untuk tanaman ini di beberapa
daerah Indonesia diantaranya sereue (Aceh), sere
(Gayo, Jawa Tengah, Madura, Bugis), sangge-
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan,
dari bulan Juli sampai Oktober 2014 di
Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan di
Bogor. Dilanjutkan uji larvasida larva nyamuk
Anopheles sp Dilaboratorium Loka Penelitian dan
Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang di Ciamis.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seperangkat alat destilasi uap, seperangkat
alat kromatografi gas spektroskopi masa gelas
ukur, labu ukur, pipet tetes, vial kecil, piknometer,
pipet.
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah daun sereh wangi
(Cymbopogon winterianus Jowitt) yang berasal dari
Balitro, larva nyamuk Anopheles, larvasida kimia
(Abate), pelarut dimetil sulfoksida, aquades.
Pengumpulan Bahan
Tanaman yang akan digunakan diperoleh
dari Ballitro (Balai Penelitian Tanaman Obat
Bogor) yang diambil dengan ukuran dan usia yang
seragam.
Determinasi Tanaman
Determinasi
tanaman
dilakukan
di
Herbarium Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
kebun raya bogor.
Pembuatan Minyak Atsiri Dengan Metode
Destilasi Uap
1. Ditimbang 5 kg daun sereh wangi segar
(dilayukan selama 2-4 jam), setelah dirajang
daun diletakkan di atas sebuah piringan yang
berlubang seperti ayakan dan terletak beberapa
cm di atas permukaan air di dalam ketel
kemudian disuling menggunakan metode
penyulingan uap dan air (dikukus) selama
kurang lebih
4 – 5 jam. Ketel ini
disambungkan dengan kondensor, uap air dan
uap minyak dapat berkondensasi sehingga
menjadi minyak dan air.
2.
3.
Campuran minyak dan air ini akan tertampung
pada suatu wadah dan minyak akan terpisah
dari air karena air akan masuk kembali ke
dalam ketel. Proses penyulingan selesai ketika
bahan sudah tidak menghasilkan minyak lagi
(Ketaren, 1985), dengan ciri-ciri sudah tidak
ada lagi campuran minyak dan air yang
menetes pada wadah penampung.
Minyak hasil penyulingan ini adalah minyak
atsiri daun sereh wangi.
Alur destilasi minyak atsiri daun sereh wangi
dapat dilihat pada lampiran1.
Rendemen
Rendemen minyak atsiri total dihitung
dengan membandingkan berat minyak atsiri yang
dihasilkan dan berat simplisia (Depkes RI, 2000).
Perhitungan rendemen minyak atsiri total dapat
dilakukan berdasarkan persamaan berikut:
Penetepan Berat Jenis Minyak Atsiri
Penetapan berat jenis minyak atsiri
dilakukan untuk mengkonversikan berat minyak
atsiri yang berupa cairan (v/b) menjadi berat
minyak atsiri (b/b). Berat jenis minyak atsiri
ditentukan dengan mengunakan piknometer bersih
dan kering dalam lingkungan yang sama. Berat
jenis minyak atsiri adalah hasil yang diperoleh
dengan membagi berat minyak atsiri dengan berat
air (Depkes RI, 1995).
Pemeliharaan Larva Nyamuk
Telur nyamuk ditetaskan dalam botol kaca
yang berisi air suling. Telur akan menetas dalam
waktu 24 jam menjadi instar I, selanjutnya larva
tersebut dipelihara sampai menjadi instar III (72-96
jam ). Perbedaan instar dapat dilihat dengan adanya
pergantian kulit. Makanan yang diberikan berupa
campuran roti dengan perbandingan 3 : 2 yang
dilarutkan dalam air suling. Pemberian makanan
diatur sesuai dengan umur larva, yaitu umur 1 hari
diberi makan sebanyak 0,2 mg / larva, umur 2 hari
sebanyak 0,3 mg/ larva (Percakapan pribadi dengan
petugas P2B2 Ciamis).
Uji Larvasida
Minyak atsiri diuji toksisitasnya terhadap
larva nyamuk Anopheles. Sampel diuji pada
konsentrasi 0 ppm, 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 250
ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm selanjutnya
ditentukan LC50 (konsentrasi yang menyebabkan
kematian 50% larva nyamuk).
Tahapan uji toksisitas (LC50)
yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
Telur nyamuk Anopheles dibiarkan dalam
media yang berisi air.
b.
dari nyamuk Anopheles terus disimpan pada
tempat yang lembab sampai telur menetas
menjadi larva dan siap digunakan dalam
pengujian.
c.
Disiapkan untuk proses pengujian, dimana
untuk
masing-masing
konsentrasi
dibutuhkan wadah (pengulangan 3 kali).
d.
Minyak atsiri diambil 993,5 mg dan
dilarutkan dalam 14 ml pelarut dimetil
sulfoksida
larutan
sampel
tersebut
ditambahkan aquades hingga volumenya
100 ml, kemudian diambil 20,13 ml
kemudian dilarutkan dalam aquades hingga
volume 100ml sehingga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 2000 ppm kemudian
diencerkan menjadi 0 ppm, 10 ppm, 50 ppm,
100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000
ppm.
e.
Semua perlakuan dilakukan sebanyak triplo.
f.
Pengamatan terhadap kematian larva
nyamuk dilakukan setelah 24 jam.
g.
Analisis data dilakukan untuk mencari
konsentrasi kematian
Alur penentuan LC50 minyak atsiri daun
sereh wangi dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3.
Perbandingan Dengan
Larvasida Kimia
Temephos (Abate).
Sebanyak 100 mg larvasida kimia
dilarutan dalam labu ukur 50 ml dengan aquades,
sehinga diperoleh konsentrasi 2000 ppm, kemudian
dibuat deret dosis yang sama dengan perbandingan
minyak atsiri yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,
10 ppm, dan 12 ppm dalam wadah
lalu
ditambahkan 10 larva nyamuk Anopheles.
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dengan cara
menghitung jumlah larva yang mati dan dinyatakan
dalam prosentase kematian.
Identifikasi Bahan Kimia Minyak Atsiri Daun
Sereh Wangi dengan Metode GC-MS
Kondisi GC-MS temperatur inlet 250°C,
kecepatan gas pembawa 1,3 mL/menit, suhu oven
(suhu awal 100°C selama 10 menit kemudian
dinaikan
200°C/menit sampai 3 (menit), suhu
detektor 250°C, splitless injector dan digunakan
mode EI (electron impact) sampai 150°C, dinaikan
lagi 10°C/menit sampai 250°C suhu detektor
250°C, splitless injector dan digunakan mode EI
(electron impact) Volume yang injeksi adalah 5µ.
(Percakapan prribadi dengan lab forensik polri)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengumpulan dan Determinasi Tanaman.
Hasil determinasi tanaman menunjukan
tanaman yang digunakan adalah sereh wangi
(Cymbopogon winterianus Jowitt) dengan suku
Poaceae. Tanaman sereh wangi (Cymbopogon
winterianus Jowitt) yang digunakan diperoleh dari
koleksi Ballitro yang berumur seragam, kemudian
disuling dengan metode uap air yang dilakukan di
Ballitro, sehinga di peroleh minyak atsiri.
Rendemen dan Hasil Penyulingan.
Rendemen minyak atsiri yang diperoleh
sebesar 1.1 %. Rendemen simplisia adalah
perbandingan antara bobot minyak atsiri yang di
peroleh setelah proses dengan bobot daun segar
awal. Data perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Hasil penyulingan 5 kg daun sereh wanggi
(Cymbopogon winterianus Jowitt) diperoleh 55 ml
minyak atsiri berwarna kuning jernih dengan aroma
yang sangat spesifik dan berbau khas. Hasil
penyulingan dapat dilihat pada Gambar 6.
Hasil Uji Larvasida dengan Nyamuk Anopheles
sp.
Uji larvasida dilaksanakan di Laboratorium
Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang (B2P2) Ciamis pada tanggal 23-24
September 2014. Gambar 7 menunjukan hubungan
probit dengan log dosis minyak atsiri daun sereh
wangi sedangkan Gambar 8 hubungan probit
dengan log dosis abate.
8
Probit
6
y = 2.6227x 1.2259
R² = 0.9045
4
2
0
0
2
4
Log Dosis
Hasil penetapan Berat Jenis Minyak Atsiri.
Berat jenis
atau densitas merupakan
perbandingan antara berat minyak atsiri dengan
volume. Penetapan berat jenis minyak atsiri
dilakukan untuk mengkonversikan berat minyak
atsiri yang berupa cairan (v/b) menjadi berat
minyak atsiri (b/b). Berat jenis minyak atsiri
ditentukan dengan mengunakan piknometer bersih
dan kering dalam lingkungan yang sama. Berat
jenis minyak atsiri adalah hasil yang diperoleh
dengan membagi berat minyak atsiri dengan berat
air (Depkes RI, 1995). Hasil penetapan berat jenis
diperoleh berat jenis minyak atsiri sebesar 0,935,
sehinga diperoleh 1 ml minyak atsiri adalah 0,935 g
Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Hasil Identifikasi Bahan Kimia Minyak Sereh
Wangi dengan Alat Kromatografi Gas
Spektroskopi Massa (GC-MS).
Identifikasi
minyak
sereh
wangi
(Cymbopogon winterianus Jowitt) dengan alat GC
MS menghasilkan 28 senyawa dengan kemiripan
>95%. Waktu analisis selama 35 menit..
Kromatografi dan spektrum masa minyak atsiri
sereh wangi.Senyawa-senyawa yang diduga
memiliki aktivitas larvasida menurut penelitian
sebelumnya adalah citronella. Hasil identifikasi
minyak atsiri sereh wangi dengan kemiripan 96 %
dengan kadar 23,95 % sedangkan geraniol dengan
kemiripan 91 % dengan kadar 13,10 %.
Gambar 7 Grafik larvasida sereh wangi
(cymbopogon winterianus Jowitt)
8
Probit
Gambar 6 Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi
y = 5.1085x +
1.3559
R² = 0.9684
6
4
2
0
0
2
Log Dosis
Gambar 8 Grafik Efektifitas Larvasida Abate
Jumlah kematian larva dianalisa dengan
analisis probit dengan tingkat kepercayaan 95%
untuk mendapatkan LC50 .Berdasarkan Gambar 7
hubungan antara persamaan regresi log dosis
dengan probit kematian larva nyamuk Anopheles
sp diperoleh persamaan regresi y = 2,622x - 1,225,
sedangkan pada Gambar 8 diperoleh persamaan
regresi Abate y = 5,108 x +1,355. Persamaan
tersebut digunakan untuk menentukan LC50 Minyak
atsiri daun sereh wangi dan larutan pembanding
Abate. Analisis probit LC50 minyak atsiri daun
sereh wangi adalah 239, 59 ppm sedangkan LC50
Abate adalah 5,12 ppm. Abate adalah larvasida
kimia yang direkomendasikan aman oleh dinas
kesehatan karena hinga saat ini belum diketahui
atau dilaporkan adanya gejala yang menyebabkan
keracunan (WHO, 2011).
A: Kondisi percobaan pada larva terhadap
minyak atsiri sereh wangi
B: Kondisi percobaan pada larva terhadap
Abate.
Arswendiyuma, 2011 telah melakukan
penelitian mengenai efek larvasida minyak atsiri
daun dan batang wangi dengan varietas yang
berbeda (Cymbopogon nardus) dengan LC50 422,30
ppm. Sedangkan hasil penelitian ini mengunakan
varietas Cymbopogon winterianus Jowitt dengan
mengunakan minyak atsiri daun sereh wangi
dengan LC50 236,59 ppm. Hasil ini menunjukan
bahwa LC50 minyak atsiri daun sereh wangi
(Cymbopogon winterianus Jowitt) lebih baik
dibandingkan minyak atsiri daun dan barang sereh
wangi varietas Cymbopogon nardus, tetapi aktifitas
minyak atsiri daun sereh wangi Cymbopogon
winterianus Jowitt masih jauh di bawah aktifitas
Abate sekitar 10 % dari daya kerja Abate, tetapi hal
ini masih dapat ditolerir karena minyak atsiri daun
sereh wangi adalah bahan alam sedangkan Abate
adalah bahan sintesis.
Berdasarkan penelitian Arswendiyuma,
2011 sitronella dan geraneol adalah komponen
kimia yang berpotensi sebagai larvasida. Kematian
terjadi diduga kerena sifat dasar dari minyak atsiri
yang mudah menguap dan beraktifitas racun yang
dalam tanaman yang digunakan untuk menghalau
seranga. Efek kerja minyak atsiri hampir sama
dengan obat bius yang dapat membunuh pada selsel hewan, dan efek iritasi terhadap jaringan hewan
pada dosis tertentu berguna sebagai aromatik yang
terhirup oleh larva sehinga dapat mengangu sistem
pernafasan dari larva (Guenther, 1990).
Hasil identifikasi GCMS minyak atsiri daun
sereh wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt)
menunjukkan bahwa kadar tertinggi dari minyak
atsiri daun sereh wangi adalah sitronella sekitar 23
% dan geraneol dengan kadar sekitar 13 % adalah
senyawa yang diduga menyebabkan efek larvasida
pada minyak atsiri daun sereh wangi. Sifat minyak
atsiri sereh wangi (Cymbopogon winterianus
Jowitt) dapat menimbulkan sensasi panas bila
terkena kulit hal tersebut juga diduga sebagai dasar
dari meningkat kematian larva. Mekenisme kerja
sitronela menghambat enzim asetilkolinesterase
dengan melakukan fosforilasi asam amino serin
pada pusat asteratik enzim bersangkutan, gejala
keracunannya
karena
adanya
penimbunan
asetilkolin
yang
menyebabkan
terjadinya
keracunaan khusus yang ditandai dengan gangguan
sistem syaraf pusat, kejang, kelumpuhan
pernafasan dan kematian (Mutchler, 1991).
Kandungan sitronela pada sereh wangi yang
menyebabkan kematian pada larva yaitu karena
kehilangan cairan terus-menerus sehinga tubuh
larva nyamuk kekurangn cairan (Guenther, 1987).
Berdasarkan hal-hal tersebut maka toksin
yang berasal dari minyak atsiri daun sereh wangi
dapat digunakan sebagai larvasida menekan
populasi larva
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
1. Sereh wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt)
diketahui efektif sebagai larvasida dengan daya
LC50 236,59 ppm, sedangkan Abate LC50 5,12
ppm.
2. Aktifitas larvasida dari minyak atsiri daun sereh
wangi diduga dari kandungan Citronella yang
mempunyai kadar paling tinggi.
Saran.
1. Dikembangkan untuk dibuat dalam bentuk
sediaan yang lebih praktis.
2. Dikembangkan efektifitasnya dengan sereh
wangi jenis yang berbeda.
Daftar Pustaka
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Dapartemen Kesehatan RI.
Hal.1030-1031
Depkes RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat
Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Dapertemen
Kesehatan RI. Hal. 121-127.
Entomol, J. (2010). Jurnal Pengujian Ektrak
tumbuhan. Vol 7. Bandung. Hal 1-8.
Guenther, E. (1987)The Esensial Oils. Penerjemah:
Ketaren, S. (1990). Minyak Atsiri. Jilid I.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal.
36-51. Hal. 204-220.
Kardinan, A. (2011). Pengembangan Inovasi
Pertanian. Bogor. Hal. 262-278
Ketaren, S, dan B, Djatmiko. (1978). Minyak Atsiri
Bersumber Dari Bunga dan Buah.
Dapertemen Teknologi Hasil Pertanian, IPB.
Bogor. Hal. 1-16.
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak
atsiri. Jakarta. Penerbit: Universitas
Indonesia, Press. Hal. 204-220.
Ketaren, S. (1990). Pengantar Teknologi Minyak
Atsiri, Balai Pustaka. Jakarta. Penerbit:
Universitas Indonesia, Press. Hal. 74
WHO. (2011). Specifications and Evaluations For
Public Healt Pesticides. Temephos. Hal 610.
Widoyono. (2008). Penyakit Tropis . Jakarta.
Penerbit: Erlangga. Hal. 111-112.
Download