MEMPERTAHANKAN TANAH AIR MEMASUKI ABAD 21 SAMBUTAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena bangsa Indonesia senantiasa memperoleh limpahan karunia berupa bimbingan, kekuatan dan perlindungan dalam perjuangan menuju cita-cita bangsa. Di tengah berlangsungnya proses globalisasi, dan perkembangan konteks strategis, perjuangan bangsa Indonesia menghadapi sejumlah isu keamanan yang berimplikasi terhadap kehidupan nasional. Guna menghadapi sejumlah isu keamanan tersebut, pemerintah melaksanakan fungsi pertahanan yang hakekatnya untuk menegakkan kedaulatan, menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,dan melindungi keselamatan bangsa dari setiap ancaman baik yang datang dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Untuk memberi arah dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi pertahanan tersebut, diperlukan suatu rumusan kebijakan. Berangkat dari pemikiran tersebut, diperlukan suatu rumusan kebijakan. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka pemerintah RI menerbitkan "Buku Putih Pertahanan Negara" yang pada intinya berisi pernyataan kebijakan pertahanan negara untuk menghadapi tugas -tugas pertahanan di masa datang. Buku Putih Pertahanan Negara Republik Indonesia ini diberi judul "INDONESIA : Mempertahanankan Tanah Air Memasuki Abad 21". Di dalam judul tersebut terkandung makna bangsa Indonesia rela mengorbankan jiwa dan raga demi mempertahankan Tanah Air. Makna tersebut sangat penting, terlebih lagi dalam memasuki abad 21, dimana tantangan dan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia tidak semakin ringan. Kebijakan pertahanan negara disusun berdasarkan tujuan dan kepentingan nasional dihadapkan pada perkembangan konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab itu kebijakan pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada saatnya dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Namun dihadapkan pada perkembangan konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab itu kebijakan pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada saatnya dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Namun demikian, revisi yang dilakukan harus selalu bertumpu pada faham dan prinsip pertahanan yang dimuat oleh bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan telah diterbitkannya Buku Putih, diharapkan segenap aparat pemerintahan RI maupun seluruh rakyat Indoensia memahami secara jelas kebijakan pertahanan negara. Buku ini juga penting bagi Indonesia dalam menjalin kerjasama Internasional. Sikap keterbukaan, khususnya tentang kebijakan pertahanan, adalah salah satu upaya dalam rangka membangun rasa saling percaya dengan negara lain. Akhir kata, saya selaku pimpinan dan atas nama seluruh warga Departemen Pertahanan RI menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan petunjukNya Buku Putih ini dapat diterbitkan sesuai rencana. Tidak lupa saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta tersebut merupakan dharma bakti bagi bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh bangsa Indonesia. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, 31 Maret 2003 MENTRI PERTAHANAN RI H. MATORI ABDUL DJALIL RINGKASAN EKSEKUTIF Lahirnya Buku Putih Pertahanan Perubahan politik dunia yang terjadi di era globalisasi, telah menghadirkan suatu kompetisi antar bangsa. Kondisi tersebut cenderung mengarah pada perebutan pengaruh yanh cukup ketat, baik global, regional maupun nasional. Perkembangan tersebut antara lain meyebabkan terjadinya perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu keamanan baru. Di masa lalu, isu keamanan tradisional cukup menonjol, yakni yang berhubungan dengan geopolitik dan geostrategi, khususnya pengaruh kekuatan bl ok barat dan blok timur. Pada masa itu, kekhawatiran dunia terutama pada masalah pengembangan kekuatan militer dan senjata strategis serta hegemoni. Isu keamanan pada dekade terakhir ini makin kompleks dengan meningkatnya aktivitas terorisme, perampokan dan pembajakan, penyeludupan, imigrasi gelap, penangkapan ikan secara ilegal, dan kejahatan lintas negara lainnya. Bentuk-bentuk kejahatan trsebut makin kompleks karena dikendalikan oleh aktoraktor dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memil iki kemampuan teknologi dan dukungan finansial. Seiring dengan perkembangan global tersebut, di Indonesia berlangsung Gerakan Reformasi, bertujuan mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, bersih dari praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sejauh ini reformasi nasional telah memberi isyarat perubahan positif dalam kehidupan masyarakat Indonesia, melalui penataan sistem pemerintahan, baik politik, hukum, ekonomi, sosial, maupun pertahanan serta keamanan dan ketertiban masyarakat. Di bidang pertahanan negara, perubahan mendasar yang terjadi telah mencakup aspek-aspek struktur, kultur dan hukum. Perubahan tersebut kemudian diwadahi dalam Undang-undang (UU) Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. UU Pertahanan tersebut mengamanatkan penyusunan kebijakan pertahanan negara yang dituangkan dalam sebuah buku putih. Melalui suatu kajian dan pertimbangan yang dalam, maka Buku Putih Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan ini diberi judul Indonesia : Mempertahankan Tanah Air Memasuki Abad 21. Judul tersebut menggambarkan tekad dan semangat bangsa sebuah buku putih. Melalui suatu kajian dan pertimbangan yang dalam, maka Buku Putih Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan ini diberi judul Indonesia : Mempertahankan Tanah Air Memasuki Abad 21. Judul tersebut menggambarkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang rela mengorbankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Reformasi Nasional dan Pertahanan Negara Reformasi nasional pada dasarnya adalah suatu proses perubahan yang didoraong oleh semangat dan cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menata kembali kehidupan dan masa depan mayarakat yang lebih baik. Cita-cita luhur tersebut akan dicapai melalui pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa yang mampu menegakkan supremasi hukum. Melalaui pemerintahan reformasi tersebut, praltik-praktik KKN yang selama ini telah menghambat pembangunan nasional akan dapat diberantas. Disadari bahwa jalan menuju masyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Meskipun demikian, diyakini bahwa reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan wahana dan instrumen yang paling tepat untuk menghatarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat "Civil" yang dicita-citakan. Mewujudkan cita-cita luhur tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama secara sinergis agar agenda-agenda reformasi yang telah disepakati bersamadapat dilajutkan da diarahkan pada jalur yang benar. Sejalan dengan komitmen tersebut, reformasi perlu dijaga untuk tidak dinodai oleh tindakan anarkhis maupun kepentingan kelompok atau golongan, serta tetap dilajutkan dalam kerangka konstitusi Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dan nilai falsafah Pancasila. Sejalan dengan komitmen reformasi nasional, reformasi di b idang pertahanan negara dilaksanakan secara konsepsional yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Reformasi pertahanan negara merupakan salah satu perwujudan dari komitmen reformasi yang dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh. Penataan struktur mencakup penataan organisasi pertahanan negara yang menyentuh segi-segi substansial. Meliputi perubahan struktur organisasi, tataran kewenangan, fungsi dan tugas Departemen Pertahanan (Dephan) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penataan organisasi dimaksudkan agar lebih efektif, sesuai dengan perkembangan konteks strategis serta kehendak masyarakat demokratis. Perubahan pada aspek kultur dan tata ni lai, diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggaraa pertahanan negara dalam memposisikan diri sesuai peran dan tugasnya sebagai insan pertahanan negara yang profesional. diri sesuai peran dan tugasnya sebagai insan pertahanan negara yang profesional. Komitmen TNI untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik TNI yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesioanl dalam memerankan diri sebagai alat negara di bidang pertahanan negara. Sebagai tentara profesioanl, TNI telah memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di dalam bingkai demokrasi. Harapan TNI sebagai tentara profesional meliputi TNI yang tidak berpolitik, berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara cara demokratis dan konstitusional, TNI yang terdidik dan terlatih baik, TNI yang terlengkapi secara memadai, serta prajurit TNI yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatan yang layak. Sebagai tentara rakyat, TNI harus selalu dekat dengan rakyat. TNI perlu mengenal dan hidup bersama rakyat. Oelh karena itu, upaya -upaya untuk memisahkan TNI dari rakyat merupakan pengingkaran akan kodrat TNI sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memel ihara kedekatan dengan rakyat dan teritorialnya. Konteks Strategis. Dinamika konteks strategis yang diwarnai berbagai isu politik, ekonomi mempengaruhi aspek keamanan global, regional mauipun domestik. Isu politik, ekonomi dan keamanan global, regional m aupun domistik. Isu poltik, ekonomi dan keamanan merupakan aspekaspek yang saling kait-mengkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pada lingkup global, berakhirnya perang dingin ternyata tidak menjamin terwujudnya stabilitas keamanan dunia. Dunia masih tetap diwarnai oleh isu-isu keamanan tradisional seperti sengketa perbatasan, perlombaan persenjataan atau proliferasi senjata nuklir dan senjata pembunuh masal. Kompleksitas permasalahan keamanan global makin bertambah dengan adanya praktek hegemoni yang dikembangkan melalui penguatan aliansi, kemampuan militer, keunggulan teknologi, termasuk keunggulan di bidang ekonomi. Disadari bahwa hubungan antar negara yang dibangun atas dasar saling percaya dan menghormati dapat meredam potensi konflik. Namun lebarnya jurang kemampuan negara maju dan berkembang terytama di bidang ekonomi, teknologi dan militer, dapat menjadi penghalang dalam menjalin hubungan antar bangsa. Dalam kondisi demikian, perlombaan untuk merebut pengaruh melaui praktik-praktik hegemoni di berbagai bidang tidak jarang menjadi sumber-sumber konflik yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia. untuk merebut pengaruh melaui praktik-praktik hegemoni di berbagai bidang tidak jarang menjadi sumber-sumber konflik yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia. Kekuatiran dan ketidakpastian yang melanda bangsa-bangsa di dunia menjadi semakin kompleks dengan timbulnya isu keamanan baru yakni isu -isu keamanan non-tradisional seperti terorisme, konflik etnis, Pembajakan di laut atau di udara, penyelundupan, narkoba, imigran gelap, serta kriminal lintas negara lainnya. Sejak tragedi yang menimpa World Trade Center (WTC) 11 September 2001, terorisme intrnasional telah menjadi ancaman nyata bagi dunia. Berbagai upaya telah dilakukan negara-negara di dunia untuk memerangi terorisme, namun tampaknya belum sepenuhnya berhasil meniadakan kelompok terorisme maupun menghentikan aksinya. Bahkan setahun setelah peristiwa WTC, aksi terorisme kembali terjadi seperti yang dialami dalam tragedi Bali 12 Oktober 2002. Melihat perkembangan ini, diperkirakan ancaman terorisme internasional masih akan terus membayangi dunia. Oleh karena itu terorisme harus diperangi bersama oleh semua negara di dunia, dan tidak memberi tempat atau melindunginya. Intensitas kegiatan ilegal berupa kejahatan lintas negara juga menunjukan peningkatan yang cukup tajam pada dekade terakhir ini. Aksi perompakan/pembajakan, penyeludupan manusia, senjata amunisi, perdagangan obat-obatan terlarang, dan imigrasi gelap cendrung meningkat dan berdampak buruk pada stabilitas kawasan serta negara tersebut antara lain didoraong oleh adanya jaringan berskala internasional. Perkembangan di sejumlah kawasan menunjukan bahwa kejahatan lintas negara telah menjadi ancaman nyata yang terorganisir. Kejahatan ini digerakkan oleh aktor dengan didukung kemampuan teknologi dan finansial, serta jaringan yang rapi dan tersebar di sejumlah negara. Pada lingkup regional, perkembangan dan kecendrungan global merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dinamika keamanan kawasan regional. Kecendrungan yang muncul di kawasan adalah terjadinya pergeseran pada masalah keamanan regional, antara lain adanya konflik yang menyangkut klaim teritorial, jalur komunikasi laut dan jalur perdagangan melalui laut. Isu-isu keamanan non-tradisional yang terjadi pada lingkup global, juga menjadi isu utama kawasan regional. Interaksi dan dinamika hubungan negara-negara besar dunia seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia dan Uni Eropa, akan merupakan faktor yang berpengaruh dalam peta keamanan di Asia Pasifik. Pada lingkup domestik, Indonesia sebagai bangsa yang berada di tengah-tengah perkembangan dunia, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global dan regional. Dinamika politik ekonomi, sosial dan keamanan yang terjadi di kawasan, ikut berpengaruh terhadap perkembangan sosial politik dan keamanan yang terjadi di Indonesia. Isu keamanan domestik yang timbul pada dekade terakhir i ni, tidak terlepas dari kontribusi Dinamika politik ekonomi, sosial dan keamanan yang terjadi di kawasan, ikut berpengaruh terhadap perkembangan sosial politik dan keamanan yang terjadi di Indonesia. Isu keamanan domestik yang timbul pada dekade terakhir i ni, tidak terlepas dari kontribusi faktor-faktor eksternal, baik langsung maupun tidak langsung. Selain faktor eksternal, terdapat pula sejumlah faktor internal yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan nasional. Faktor-faktor tersebut antara lain, dampak heterogenitas suku bangsa Indonesia, situasi ekonomi yang menyebabkan beban hidup semakin berat, serta faktor politik dan sosial. Akumulasi faktor eksternal dan internal tersebut kemudian muncul dalam berbagai bentuk ancaman dan gangguan terhadap keam anan nasional, dan pada skala yang luas dapat mengganggu stabilitas kawasan. Perkiraan Ancaman dan Kepentingan Strategis Pertahanan Geopolitik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australian serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, menyebabkan kondisi nasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan konteks strategis. Posisi seperti ini, berimplikasi pada terjalia kepentingan negara-negara lain dengan kepentingan nasional Indonesia. Mencermati dinamika konteks strategis, baik global, regional maupun domestik, maka ancaman yang sangat mungkin dihadapi Indonesia ke depan, dapat berbentuk ancaman keamanan tradisonal dan ancaman keamanan non-tradisional. Ancaman kemanan tradisional berupa invansi atau agresi militer dari negara lain terhadap Indonesia diperkirakan kecil kemungkinannya. Peran PBB dan reaksi dunia internasional diyakini mampu mencegah, atau sekurang-kurangnya membatasi penggunaan kekuatan bersenjata oleh suatu negara untuk memaksakan kehendaknya terhadap negara lain. Ancaman dari luar lebih besar kemungkinan bersumber dari kejahatan terorganisir lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara, dengan memanfaatkan kondisi dalam negeri yang tidak kondusif. Perkiraan ancaman dan gangguan yang dihadapi Indonesia ke depan, meliputi terorisme, gerakan separatisme, kejahatan lintas negara (penyelundupan, penangkapan ikan ilegal), pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/perampokan, aksi radikalisme, konflik komunal, dan dampak bencana alam. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, kepentingan nasional Indonesia adalah menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keselamatan dan kehormatan bangsa, serta ikut secara aktif dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Berangkat dari amanat UUD 1945, maka kepentingan strategis pertahanan Indonesia harus dapat menjamin tercapainya kepentingan Kesatuan Republik Indonesia, keselamatan dan kehormatan bangsa, serta ikut secara aktif dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Berangkat dari amanat UUD 1945, maka kepentingan strategis pertahanan Indonesia harus dapat menjamin tercapainya kepentingan nasional. Berangkat dari esensi tersebut, maka kepentingan strategis pertahanan negara kedepan, meliputi kepentingan strategis yang bersifat tetap, kepentingan strategis yang bersifat mendesak, dan kerjasama internasional di bidang pertahanan. Kepentingan pertahanan negara yang bersifat tetap adalah penyelenggaraan usaha pertahanan negara untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan dan kehormatan bangsa dari setiap ancaman, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Meskipun perkiraan ancaman menunjukan bahwa ancaman fisik dari luar yang mengarah pada ancaman kedaulatan kecil kemungkinannya, namun sebagai negara merdeka, berdaulat dan bermartabat, kepentingan strategis untuk mempertahanankan diri harus selalu disiapkan dan dilaksanakan tanpa memandang ada atau tidaknya ancaman nya. Kepentingan strategis pertahanan yang bersifat mendesak pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kepentingan strategis pertahanan yang bersifat tetap. Isu keamanan aktual seperti diuraikan sebelumnya menunjukan peningkatan yang cukup berarti terutama pada dekade terakhir. Oleh karena itu, maka kepentingan strategis yang bersifat mendesak diarahkan untuk mengatasi isu-isu keamanan aktual dimaksud, agar keutuhan wilayah NKRI, keselamatan dan kehormatan bangsa dapat terjamin. Dengan demiki an maka perioritas penyelenggaraan pertahanan negara diarahkan untuk mengatasi isu-isu keamanan yang timbul di dalam negeri. Sebagai bagian dari masyarakat internasional, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari keterkaitan dengan dunia luar. Oleh karena itu kebijakan pertahanan ke depan, juga diarahkan dalam kerangka menjalin hubungan dengan negara-negara lain, baik di kawasan regional maupun lingkup yang lebih luas. Kerjasama pertahanan dengan negara-negara lain, diletakkan diatas prinsip-prinsip kerjasama luar negeri pemerintah Indonesia, serta diarahkan untuk kepentingan pembangunan dan pengembangan sektor pertahanan negara, maupun untuk tujuan menciptakan stabilitas keamanan kawasan regional dan dunia. Keterlibatan sektor pertahanan secara fisik tersebut dilaksanakan atas keputusan politik pemerintah. Lahirnya Buku Putih Pertahanan Mencari hakekat ancaman yang dihadapi Indonesia, serta kepentingan nasional dan pertahanan negara, maka kebijakan pertahanan negara Indonesia dalam memasuki penggunaan abad kekuatan 21 meliputi pertahanan, kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan dan kerjasama internasional di bidang pertahanan. Penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanan nasional, serta untuk m embantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional. Dalam menghadapi ancaman dari luar berupa kekuatan militer negara lain, TNI melaksanakan tugas Operasi Militer Perang (OMP). Meskipun perkiraan ancaman tradisional berupa agresi atau invasi negara lain sangat kecil kemungkinannya, namun tidak membuat kesiapsiagaan pertahanan negara menjadi kendor. Dalam konteks ini upaya penyelenggaraan pertahanan negara lebih diarahkan pada upaya preventif guna mencegah dan mengatasi dampak keamanan yang lebih besar melalui kehadiran dan kesiapan kekuatan TNI. Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia diperkirakan lebih besar kemungkinan berasal dari ancaman non-tradisional, baik yang bersifat lintas negara maupun yang timbul di dalam negeri. Oleh karena itu, kebijakan strategis pertahanan Indonesia yang diarahkan untuk menghadapi dan mengatasi ancaman non-tradisional merupakan perioritas dan sangat mendesak. Dalam pelaksanaannya mengedepankan TNI dengan menggunakan Operasi Militer selain Perang (OMSP). TNI melaksanakan OMSP bersama-sama dengan segenap komponen bangsa lain dalam suatu keterpaduan usaha sesuai tingkat eskalasi ancaman yang dihadapi. Terhadap setiap ancaman dan gangguan keamanan, TNI akan senantiasa mengedepankan upaya pencegahan sebagai cara terbaik guna menghindari korban dan dampak lain yang lebih besar. Penggunaan kekuatan TNI dalam tugas OMSP diarahkan untuk kepentingan pertahanan yang bersifat mendesak. Tugas-tugas mendesak tersebut antara lain melawan terorisme, menghadapi kel ompok separatis Aceh dan Papua, menghadapi gangguan kelompok radikal, mengatasi konflik komunal, mengatasi perampok dan pembajak,mengatasi imigrasi ilegal dan pencemaran laut, mengatasi penebangan kayu kelompok radikal, mengatasi konflik komunal, mengatasi perampok dan pembajak,mengatasi imigrasi ilegal dan pencemaran laut, mengatasi penebangan kayu ilegal, mengatasi penyeludupan, membantu pemerintahan sipil dalam mengatasi dampak bencana alam, penanganan pengungsi, bantuan pencarian dan pertolongan (Search an Rescue), pangamanan tugas-tugas perdamaian dunia. Penggunaan kekuatan pertahanan, selain untuk menghadapi tugas-tugas mengatasi isu-isu keamanan dalam negeri, juga untuk tugas-tugas internasional. Kerja sama pertahanan merupakan salah satu kebijakan strategis pertahanan yang sngat penting. Kerjasama internasional yang tepat akan memberi kontribusi yang tidak kecil artinya bagi keberhasilan penggunaan maupun pembangunan kekuatan pertahanan. Kerjasama pertahanan dilaksanakan sebagai bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia. Kerjasama pertahanan dilaksanakan sebagai bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia. Kerjasama internasional di bidang pertahanan merupakan salah satu jembatan untuk membangun rasa saling percaya dengan bangsa-bangsa lain bagi terwujudnya stabilitas keamanan kawasan. Permasalahan-permasalahan kawasan akan dapat diselesaikan dengan mengedepakan semangat kebersamaan dan perimbangan kepentingan, yang dibangun berdasarkan prinsip persamaan hak, saling menghormati, dan tidak saling intervensi. Pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Isu-isu keamanan yang mendesak akan dapat diatasi apabila kapasitas dan kemampuan kekuatan pertahanan yakni TNI berada pada kondisi yang memadai. Keperluan untuk membangun TNI yang diharapkan, semakin mendesak bila dihadapkan dengan kondisi personel dan materiel TNI yang ada s aat ini. Baik kualitas maupun kuantitasnya masih memiliki banyak kekurangan, sementara tuntutan tugas ke depan semakin berat dan kompleks. Demikian pula halnya dengan komponen pertahanan lainnya, yakni Komponen Cadangan dan Pendukung, yang penyiapan dan pe ngelolaannya hingga saat ini belum memenuhi harapan. Penentuan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi geografi, demografi, sumber kekayaan alam dan buatan, serta kondisi sosial termasuk kemampuan keuangan negara. Selain itu, pertimbangan utama lainnya dalam perumusan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan juga meliputi tingkat penguasaan teknologi, terutama di bidang alat utama sistem senjata (Alutsista), ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara, serta perkembangan konteks strategis yang meliputi aspek -aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya. ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara, serta perkembangan konteks strategis yang meliputi aspek -aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya. Arah san sasaran pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia bukan untuk memperbesar kekuatan, melainkan dalam rangka mengisi kesenjangan (fil ling the gap). Dihadapkan pada kemampuan anggaran negara, serta perkiraan kemungkinan ancaman berupa invasi asing relatif kecil, maka pembangunan kekuatan pertahanan lebih difokuskan untuk membangun kekuatan TNI (minimum required essential force). Minimum Required Essential Force dimaksud adalah kekuatan dan kemampuan TNI yang diperlukan untuk mengatasi ancaman keamanan yang bersifat mendesak. Sejalan dengan upaya membangun TNI sebagai komponen utama pertahanan negara, pembangunan komponen cadangan dan pendukung juga dilakukan secara bertahap. Dukungan Anggaran Salah satu faktor penunjang terwujudnya kemampuan pertahanan adalah daya dukung anggaran untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Selama ini, kemampuan negara mengalokasikan anggaran pertahanan rata-rata pertahun di bawah 1 % dari produk Domestik Bruto (PDB). Sebgai bahan banding, negara -negara di kawasan Asia Tenggara pada umumnya memiliki resiko lebih tinggi, anggaran pertahanan bahkan berkisar 4 % - 5 % PDB. Dengan alokasi anggaran kurang dari 1 % PDB sangat sulit untuk membangun kekuatan pertahanan yang memadai. Bahkan untuk membangun kekuatan minimum sekalipun, sulit dapat diwujudkan. Pembangunan ini tidak akan memperbesar kekuatan TNI dari struktur yang sudah ada, kecuali bila ada yang benar-benar penting dan sangat mendesak. Pengisian personil dan materiel selain untuk mengganti penyusutan, juga diarahkan untuk menutup kesenjangan antara kondisi nyata dengan TOP/DSPP (Tabel Organisasi dan Perlengkapan/Daftar Susunan Personil dan Peralatan). Selain itu juga diarahkan untuk penyiapan Komponen Cadangan dan Pendukung secara bertahap untuk menjamin tersedianya kekuatan pengganda Komponen Utama (TNI). Perlu dipahami bersama bahwa kebijakan pertahanan tersebut sangat memerlukan dukungan anggaran yang rasional. Profesionalisme TNI sudah merupakan tuntutan jaman. Tuntutan profesionalisme bukan hanya demi kepentingan TNI sendiri, tetapi demi kepentingan seluruh bangsa Indonesia. Akhirnya harus disadari bahwa profesionalisme TNI dapat terwujud hanya apabila prajurit TNI dilatih dengan baik, memiliki perlengkapan yang memadai, serta hidup secara layak. TNI dapat terwujud hanya apabila prajurit TNI dilatih dengan baik, memiliki perlengkapan yang memadai, serta hidup secara layak. BAB SATU LAHIRNYA BUKU PUTIH Kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi dan transportasi telah mendorong perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dengan terbentuknya masyarakat dunia yang makin transparan dan terbuka. Keterbukaan tersebut memberi peluang terjadinya penetrasi nilai-nilai universal yang kemudian berinteraksi dengan nilai-nilai fundamental suatu bangsa, sehingga membentuk masyarakat global. Ciri masyarakat global antara lain adanya saling ketergantungan antar bangsa dan tidak jarang berkembang dalam suatu kompetisi yang ketat. Bersamaan dengan itu peta politik dunia cenderung berkembang ke arah perebutan pengaruh sebagai bagian dari perebutan pengaruh antar bangsa, baik pada lingkup global maupun regional. Implikasi dari perkembangan yang terjadi pada lingkup global dan regional tersebut ikut mempengaruhi perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu keamanan baru. Isu-isu keamanan yang dimasa lalu lebih menonjolkan aspek geopolitik dan geostrategi, seperti pengembangan kekuatan militer dan senjata strategi serta hegemoni mulai bergeser ke arah isu-isu keamanan seperti terorisme, perompakan dan pembajakan, penyelundupan manusia, senjata dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya. Isu -isu ini menunjukan peningkatan cukup tajam dan berkembang menjadi isu keamanan dunia. Bentuk-bentuk kejahatan tersebut makin kompleks karena dikendalikan oleh aktor-aktor dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memiliki kemampuan teknologi dan dukungan finansial. Di samping itu, isu-isu keamanan domestik seperti separatisme bersenjata, radikalisme dan konflik komunal masih melanda sejumlah negara terutama negara-negara berkembang. Isu-isu keamanan dunia yang makin kompleks tersebut memerlukan cara penanganan yang lebih komprehensif. Seiring dengan perkembangan global tersebut, di Indonesia juga berlangsung proses perubahan melalui format Gerakan Reformasi yang terjadi di seluruh wilayah nasional dari Sabang sampai Merauke. Gerakan reformasi tersebut menuntut suatu perubahan pada segenap aspek yang memungkinkan tatanan kehidupan masyarakat yang demokratis dapat terwujud. Silang hubungan yang berlangsung dalam proses perubahan global, regional dan domestik telah membentuk spektrum ancaman dan gangguan keamanan nasional Indonesia yang kompleks dan multidimensi. Kondisi tersebut tidak dapat diabaikan dan harus segera diatasi, sehingga stabilitas keamanan nasional dapat tercipta bagi terselenggar anya pembangunan nasional. TNI dan Polri yang di masa lalu berada dalam satu wadah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, telah mengalami reformasi dengan pemisahan ke dua institusi diikuti penataan peran masing-masing Undang Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 16 ayat 4 mengamanatkan Menteri Pertahanan untuk menyusun buku putih pertahanan serta penetapkan kebijakan kerja sama bilateral, regional, dan internasional di bidangnya. Kebijakan pertahanan negara disusun berdasarkan kondisi obyektif yang dihadapi Indonesia serta dengan memperhatikan perkembangan konteks strategis baik global maupun regional. Isu keamanan nasional Indonesia yang dihadapi saat ini sangat komplek dan berdampak serius pada keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Ancaman nyata terhadap Indonesia cenderung meningkat baik yang bersifat lintas negaramaupun yang timbul di dalam negeri. Isu-isu keamanan tersebut perlu penanganan serius dan mendesak, karena itu menjadi prioritas dalam kebijakan pertahanan. Pada sisi lain, isu keamanan regional dan global juga memerlukan keterlibatan aktif semua negara untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Munculnya ancaman terorisme serta kejahatan lintas negara lainnya, maka dalam rangka menumpasnya memerlukan kesatuan usaha kerjasama antar negara. Oleh karena itu, di samping mengembangkan kebijakan pertahanan negara yang diarahkan untuk mengatasi isu -isu keamanan aktual dalam negeri, juga perlu dikembangkan kerjasama keamanan dengan negara lain. Kerjasama antar negara diwujudkan dengan prinsip saling percaya dan saling menghormati hak kedaulatan masing-masing negara, dan tidak saling mengintervensi urusan internal negara lain. Bagi Indonesia, kerjasama keamanan dengan negara lain berdasarkan pada politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif dan sebagai bangsa merdeka yang berdaulat. Kerjasama dengan negara lain tersebut diarahkan untuk kepentingan bilateral, sekaligus mewujudkan keamanan kawasan dan perdamaian dunia. Dari hal-hal tersebut diatas, Buku Putih Pertahanan ini memiliki dua arti penting. Pertama, untuk memberikan pemahaman yang lengkap dan utuh tentang penyelenggaraan pertahanan negara Indonesia dan keterpaduan perwujudannya. Kedua, untuk mengkomunikasikan kebijakan pertahanan Indonesia kepada masyarakat internasional. Melalui pemahaman tersebut akan tercipta rasa saling percaya dan saling menghormati antara segenap komponen bangsa Indonesia, begitupun dengan negara-negara di kawasan regional dan internasional. Disadari bahwa beban pemerintah cukup berat, terutama dalam kondisi pemerintah mengghadapi berbagai permasalahan dan tantangan bangsa yang multidimensi saat ini. Dalam kondisi demikian, tidak dapat dipungkiri, bahwa penyelenggaraan pertahanan negara di masa mendatang juga akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Pencapaian sasaran penyelenggaraan pertahanan negara memerlukan dukungan semua pihak dan segenap komponen bangsa, sebagai perwujudan hak dan kewajiban setiap negara. Oleh karena itu, peran aktif segenap komponen bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan negara merupakan kekuatan bangsa Indonesia dalam menjamin tetap tegaknya NKRI. BAB DUA REFORMASI NASIONAL DAN PERTAHANAN NEGARA Reformasi Nasional Semangat dan cita-cita luhur untuk menata kembali kehidupannya untuk meraih masa depan yang lebih cerah, telah mendorong segenap rakyat Indonesia melakukan Gerakan Reformasi. Hakekat reformasi nasional adalah suatu perubahan seluruh kehidupan bangsa aspek menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan dimaksud berskala nasional dan dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta oleh segenap komponen bangsa. Arah dan tujuan reformasi tersebut sejalan dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta selaras dengan nilai-nilai kultur bangsa Indonesia dan nilai -nilai universal. Cita-cita luhur reformasi tersebut hanya mungkin tercapai melalui pembentukan pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa. Pemerintah yang diinginkan adalah pemerintahan yang mampu menata kehidupan demokratis dan mewujudkan supremasi hukum, mampu memberantas KKN dan segenap penyimpangan lainnya yang menghambat pembangunan maupun kepentingan nasional. Upaya untuk mencapai cita-cita luhur tersebut bukanlah hal ringan dan mudah. Kondisi obyektif Indonesia merupakan realita adanya tantangan dan kendala yang menghadang antara lain k risis ekonomi dan moneter, serta berbagai konflik yang belum teratasi secara tuntas. Kondisi obyektif tersebut telah menimbulkan dampak-dampak terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Persoalan yang dihadapi makin kompleks, karena iklim politik yang berkembang sebagai akibat dari kedewasaan berpolitik yang belum memadai, cenderung menggiring suasana ke arah euforia demokrasi. Gambaran kondisi di atas mengisyaratkan, bahwa jalan menujumasyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan menghadapi tantangan yang berat. Meskipun demikian, diyakini bahwa reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan kebutuhan, yakni sebagai wahana dan instrumen yang paling tepat untuk mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat "civil" yang dicita-citakan. Walaupun menghadapi tantangan yang berat, namun keyakinan akan kebenaran arah perjuangan reformasi nasional, telah mendorong semangat untuk terus melanjutkan proses reformasi. Upaya untuk mewujudkan cita-cita reformasi membutuhkan kebulatan tekad serta dukungan segenap bangsa Indonesia. Tekad dan dukungan tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama secara sinergis agar agenda reformasi yang telah disepakati bersama tetap berada pada jalur yang benar. Sejalan dengan komitmen tersebut, tindakan yang menghambat dan menggagalkan reformasi harus dihindarkan agar tidak dinodai oleh tindakan anarkhis atau upaya memaksakan kepentingan kelompok atau golongan. Reformasi nasional harus tetap dilanjutkan dan dijaga kesinambungannya dalam kerangka konstitusi Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dan nilai falsafah Pancasila. Reformasi Pertahanan Negara Sejalan dengan komitmen reformasi nasional, reformasi di bidang pertahana n negara dilaksanakan secara konsepsional dengan berlandaskan pada kostitusi UUD 1945 dan falsafah Pancasila. Reformasi pertahanan negara merupakan komitmen bangsa yang dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh. Agenda penataan struktur sejauh ini telah mencakup penataan organisasi pertahanan negara yang menyentuh segi -segi substansial. Penataan tersebut meliputi perubahan struktur organisasi, tataran kewenangan, fungsi dan tugas Departemen Pertahanan (Dephan), fungsi dan tugas TNI. Upaya penataan dimaksudkan agar penyelenggaraan pertahanan negara dapat lebih efektif sesuai dengan perkembangan konteks stratregis serta dalam bingkai masyarakat demokratis. Pada aspek kultur dan tata nilai, perubahan diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggara pertahanan negra untuk mampu memposisikan diri ssuai peran dan tugasnya. Perubahan dimaksud berlaku pada segenap jajaran di Dephan dan TNI, mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah. Reformasi di bidang pertahanan negara bertitik tolak dari Ketetapan (TAP) MPR nomor VI tahun 2000, tentang Pemisahan TNI dan Polri dan TAP MPR nomor VII tahun 2000 tentang Peran TNI dan Peran Polri. Salah satu wujudnya adalah Undang Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menggantikan UU RI Nomor 20 tahun 1982. UU RI Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan -ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi. UU Pertahanan Nomor 3 tahun 2002, di samping mengatur penataan negara ke depan untuk mendukung kepentingan nasional sesuai cita-cita reformasi serta untuk tujuan nasional. Secara substansi UU RI Nomor 3 tahun 2002 mengatur wewenang dan tanggung jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas TNI, wewenang dan tanggung jawab Panglima TNI, nilai-nilai demokratis, hak azasi manusia, perlindungan lingkungan hidup, peran DPR dalam pertahanan negara, hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara. Secara ringkas, diatur sebagai berikut : Wewenang dan Tanggung Jawab Menteri Pertahanan · Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan Presiden. · Menteri Pertahanan menyusun buku putih pertahanan serta mene tapkan kebijakan kerjasama bilateral, regional dan internasional di bidangnya. · Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya. pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya. Peran dan Tugas Nasional Indonesia · Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. · Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk : § Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah. § Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa. § Melaksanakan Operasi Militer selain perang. § Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Wewenang dan Tanggung Jawab Panglima TNI · Panglima TNI memimpin Tentara Nasional Indonesia. · Panglima TNI menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer, serta memelihara kesiagaan operasional. · Panglima TNI berwenang menggunakan segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi militer berdasarkan undang-undang. · Panglima TNI bertanggung jawab kepada Presiden dalam penggunaan komponen pertahanan negara dan bekerjasama dengan Menteri Pertahanan dalam pemenuhan kebutuhan Tentara Nasional Indonesia. Nilai-nilai Demokrasi, HAM, dan Lingkungan Hidup · Pertahanan negara disusun atas dasar prinsip demokrasi, hak azasi manusia (HAM), kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai. · Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus memperhatikan prinsipprinsip berkelanjutan, keragaman, dan produktivitas lingkungan hidup. Keterlibatan DPR · Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan TNI. Dalam hal pengerahan kekuatan TNI untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan Presiden harus mendapat persetujuan DPR. · Presiden mengankat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat pe rsetujuan DPR. · DPR melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum pertahanan negara. Keterlibatan Rakyat · Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. · Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. · Komponen cadangan terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama. · Komponen pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen pendukung. Reformasi Internal TNI Sejalan dengan komitmen reformasi pertahanan negara, TNI melakukan reformasi internal. Reformasi internal TNI pada hakekatnya merupakan tekad dan komitmen TNI untuk melakukan pembaharuan institusi TNI melalui langkah-langkah konstruktif sejalan dengan pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis. Pembaharuan dimaksud melakukan pembaharuan institusi TNI melalui langkah-langkah konstruktif sejalan dengan pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis. Pembaharuan dimaksud dilakukan TNI secara konseptual untuk menata fungsi dan tugasnya sesuai yang diamanatkan dalam UU RI nomor 3 tahun 2002. Reformasi internal merupakan kebutuhan TNI untuk mewujudkan institusi TNI yang profesional dan dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut. Dalam kaitan tersebut, TNI telah melakukan berbagai upaya untuk kembali pada jati dirinya sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan melindungi keselamatan rakyat. Oleh karena jiwa rakyat adalah jiwa TNI, maka TNI harus senantiasa memelihara kemanunggalannya dengan rakyat yang merupakan andalan kekuatan pertahanannegara Indonesia. Jiwa dan semangat pembaharuan selalu melekat dalam TNI sesuai tantangan dan dinamika lingkungan yang berlaku. Komitmen tersebut telah dilakukan antara lain melalui kegiatan mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan seminar, diskusi dan pengkajian-pengkajian, baik yang dilaksanakan di lingkungan sendiri, maupun bersamasama dengan kalangan lain. Dari kegiatan-kegiatan tersebut TNI telah menyusun suatu konsep pemikiran strategis, suatu konsep reformasi internal yang dikenal dengan "Paradigma Baru Peran TNI". Paradigma Baru Peran TNI berisikan dokumen tentang Redefinisi, Reposisi dan Reaktualisasiperan TNI dalam Kehidupan Bangsa di Masa Depan. Dokumen tersebut ditanda-tangani oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 5 Oktober 1998. Niat dan komitm en untuk mereformasi diri tersebut, kemudian diwadahi secara formal oleh wakil -wakil rakyat melalui TAP MPR-RI Nomor : VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri, dan Tap MPR -RI Nomor : VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Peran Polri. Implementasi reformasi internal TNI meliputi · TNI tunduk pada otoritas politik pemerintah yang dipilih oleh rakyat sesuai dengan nilai-nilai demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan tugasnya TNI senantiasa melaksanakan tugas negara untuk kepentingan nasional. · Tugas TNI untuk melaksanakan kebijakan pertahanan sebagaimana diatur dalam pasal 10 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ditentukan melalui keputusan politik pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik TNI ada pada pimpinan nasional. keputusan politik pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik TNI ada pada pimpinan nasional. · TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara dengan menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer serta memelihara kesiapsiagaan (pasal 10, 14 dan 18 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara). · TNI sebagai bagian dari sistem nasional, tidak mengambil posisi eksklusif tetapi senantiasa memelihara keterkaitan dengan komponen bangsa yang lain. · TNI dalam menjalankan tugasnya sesuai aturan pelibatan yang ditetapkan oleh pemerintah. · Beberapa perubahan struktural antara lain : Pemisahan Polri dan TNI yang semula bersama-sama tergabung dalam ABRI. Perubahan tersebut diikuti penghapusan jabatan Kassospol TNI dan Kaster TNI, penghapusan Dwi Fungsi ABRI, likuidasi fungsi kekaryaan serta sosial politik TNI, penghapusan keberadaan Fraksi TNI/Polri di lembaga legislatif paling lambat tahun 2009, serta perubahan doktrin dan organisasi TNI. Pemisahan TNI dan Polri tersebut juga berimplikasi pada perubahan Dephankam menjadi Dephan. Komitmen TNI untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik TNI yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesional, TNI telah memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih rakyat secaa konstitusional dan demokratis. Harapan TNI sebagai tentara profesional meliputi TNI yang tidak berpolitik, berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara-cara demokratis dan konstitusional, TNI yang terdidik dan terlatih baik, TNI yang terlengkapi kebutuhan alutsistanya secara memadai, serta prajurit TNI yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatannya secara layak. Sebagai tentara rakyat, TNI harus selalu dekat dengan rakyat, TNI harus mengenal dan hidup bersama rakyat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memisahkan TNI dari rakyat merupakan pengikaran akan kodrat TNI sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan teritorialnya. bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan teritorialnya. BAB TIGA KONTEKS STRATEGIS Dalam tingkat strategis, isu politik, ekonomi, dan tindakan ilegal lintas negara, memiliki jangkauan wilayah nasional, regional, serta global, dan isu tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keamanan nasional, regional, dan global. Isu politik, ekonomi, dan keamanan memiliki keterkaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi, selanjutnya isu tersebut akan selalu menjadi perhatian masyarakat internasional karena akan menyangkut pada kepentingan nasional masing-masing negara. Indonesia yang merupakan negara terbuka, tidak bebas dari pengaruh perkembangan global dan regional. Kondisi politik, ekonomi, sosial, dan keamanan Indonesia yang terbentuk selama ini, tidak berdiri sendiri namun dipengaruhi juga oleh faktor eksternal. Isu domestik yang dihadapi Indonesi a pada dekade terakhir ini tidak terlepas dari kontribusi faktor-faktor eksternal, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga faktor yang saling berhubungan perlu dicermati. Global Berakhirnya perang dingin belum menjamin bagi terwujudnya keamanan dan perdamaian dunia. Konflik antar etnis/ras, terorisme, pencucian uang, penyelundupan manusia, perdagangan ilegal, narkoba adalah ancaman non tradisional, dan merupakan ancaman terhadap keamanan domestik, regional, dan global. Sedangkan ancaman tradisional seperti senjata pemusnah masal, sengketa antar negara, dan perlombaan senjata tetap merupakan isu laten. Ancaman tradisional maupun ancaman non-tradisional tetap menimbulkan kekuatiran bagi masyarakat internasional karenamerupakan bentuk ancaman terhadap perdamaian dunia yang dapat berkembang menjadi ancaman berskala besar. menimbulkan kekuatiran bagi masyarakat internasional karenamerupakan bentuk ancaman terhadap perdamaian dunia yang dapat berkembang menjadi ancaman berskala besar. Kecenderungan keamanan dunia diwarnai oleh isu keamanan non-tradisional yang semakin marak, disamping isu keamanan tradisional yang belum dapat diabaikan sama sekali. Kompleksitas keamanan global semakin bertambah dengan adanya upaya mengembangkan pengembangan dan mempertahankan kemampuan militer, hegemoni keunggulan melalui penguatan aliansi, teknologi, maupun dengan mempertahankan keunggulan ekonomi. Globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi telah menghadirkan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dunia. Akses informasi semakin mudah dan cepat, dapat mencapai tempat lain tanpa memandang jarak dan batas negara. Batas suatu negara seakan-akan menjadi kabur dan seolah-olah menghadirkan dunia tanpa batas. Hakekat kedaulatan negara mendapat tantangan karena kewenangan negara berkurang jangkauannya dalam aspek tertentu. Seperti menghadapi arus informasi, negara tidak dapat sepenuhnya mengatur arus informasi, walaupun informasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku warga negaranya. Segala kemudahan yang diperoleh dalam globalisasi proses mendorong ketergantungan antar negara, namun juga memaksakan kompetisi antar umat manusia, antar golongan, dan antar negara. Negara dan bangsa yang memiliki keunggulan akan mampu memenangkan kompetisi, berarti mampu mengejar kepentingan nasionalnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Seiring dengan kemajuan tersebut, tindakan ilegal dan kriminal lintas n egara juga meningkat, dalam bentuk ancaman baru seperti terorisme, penyelundupan manusia, atau drugtraficking yang dilakukan secara terorganisasi. Kecenderungan hubungan masyarakat internaisonal dan hubungan antar negara dibangun atas dasar saling percaya dan saling menghormati. Penciptaan kondisi seperti itu memberikan peluang yang sangat baik bagi suatu dialog guna menghadapi perbedaan dibangun atas dasar saling percaya dan saling menghormati. Penciptaan kondisi seperti itu memberikan peluang yang sangat baik bagi suatu dialog guna menghadapi perbedaan pandangan atas suatu isu bersama. Dialog dan diplomasi menjadi sarana penting untuk meredam konflik dan memperoleh penyelesaian secara damai. Namun, perbedaan posisi dan lebarnya kesenjangan antar negara maju dengan negara berkembang di bidang ekonomi, teknologi dan militer menjadi salah satu faktor penghalang dalam suatu dialog. Upaya memperoleh dukungan dari negara lain atau merebut pengaruh arat negara lain, mengembangkan dan mempertahankan hegemoni di berbagai bidang, tidak jarang menjadi sumber potensi konflik antar bangsa. Sejak tragedi yang menimpa World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001, terorisme internasional menjadi bentuk baru perang, merupakan ancaman asimetri dan menjadi ancaman nyata bagi dunia. Pembentukan definisi terorisme internasional dan resolusi PBB untuk mengatasinya merupakan upaya masyarakat internasional untuk memerangi terorisme internasional. Kampanye global memerangi terorisme dilakukan dengan langkah-langkah konkrit secara intensif. Setiap negara wajib menyelidiki kelompok teroris, mengidentifikasi sumber dan aliran dana teroris serta menghentikannya, kemudian melaporkannya ke PBB. Negara-negara maju melakukan tindakan memberikan bantuan teknik dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan negara lain dalam menghadapi terorisme. Upaya nyata dan kerja keras masyarakat internasional dalam memerangi terorisme internasional belum mampu sepenuhnya menghentikan aksi terorisme internasional. Bahkan setahun setelah tragedi WTC, teroris beraksi kembali di Bali dan dikenal sebagai tragedi Bali 12 Oktober 2002. Selain dua tragedi tersebut yang mengguncangkan dunia, aksi terorisme dalam skala kecil terjadi di berbagai negara. Tindakan terorisme selalu menimbulkan korban jiwa, mengancam keselamatan publik, menimbulkan kekacauan yang luas sehingga mengancam keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Konflik di Timur Tengah, Asia S elatan, maupun di Asia Tenggara merupakan bentuk terorisme sehingga ancaman terorisme internasional masih terus membayangi dunia. Terorisme internasional menjadi musuh bersama masyarakat dunia sehingga harus diperangi secara bersama-sama oleh masyarakat internasional. Kegiatan ilegal dan kejahatan lintas negara seperti penyelundupan manusia, senjata, perdagangan obat-obatan terlarang, pencucian uang, imigran gelap, menunjukan peningkatan yang tajam. Tindakan ilegal dan kejahatan lintas negara umumnya m enimbulkan kerugian terhadap negara lain, dan sangat mungkin berkembang mengganggu keamanan senjata, perdagangan obat-obatan terlarang, pencucian uang, imigran gelap, menunjukan peningkatan yang tajam. Tindakan ilegal dan kejahatan lintas negara umumnya m enimbulkan kerugian terhadap negara lain, dan sangat mungkin berkembang mengganggu keamanan kawasan sera mengganggu hubungan antar bangsa. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh masalah politik, kesenjangan ekonomi, serta adanya jaringan kejahatan lintas negara berskala internasional. Pergolakan politik dan disparitas ekonomi di beberapa negara telah menimbulkan migrasi berskala besar yang berusaha mencari peluang kerja dan iklim kehidupan yang lebih baik di negara lain. Di samping itu, dampak kesulitan ekonomi yang menyebabkan kesulitan mendapatkan lapangan kerja, juga mendorong manusia untuk melakukan segala cara agar dapat bertahan hidup. Kejahatan lintas negara dilakukan secara terorganisasi dalam suatu jaringan antar negara, digerakkan oleh aktor dengan dukungan teknologi dan finansial sehingga diperlukan upaya yang sistemati dan kerjasama antar negara untuk mengatasinya. Runtuhnya Uni Soviet diikuti dengan perubahan drastis atas struktur kekuatan dunia, yang semula bipolar berubah menjadi m ultipolar serta memunculkan Amerika Serikat menjadi satu-satunya kekuatan adidaya. Meskipun dunia didominasi oleh kekuatan Amerika Serikat, namun Rusia, Uni Eropa, Cina, dan Jepang meripakan negara besar yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat internasional. Dengan kekuatan politik, ekonomi, dan militer yang dimilikinya, negara -negara tersebut di atas tidak dapat diabaikan dan mempunyai kemampuan yang signifikan dalam menentukan keamanan kawasan dan perdamaian dunia. Di samping polarisasi kekuatan masyarakat, organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Gerakan Non Blok (GNB) mempunyai peran yang signifikan dalam memelihara ketertiban dunia. PBB terus berusaha meningkatkan eksistensi dan perannya dalam memecahkan masalah-masalah internasional di sejumlah kawasan. Pada dasa warsa terakhir ini, PBB giat mengembangkan konsep keamanan kemanusiaan (human security concept). Konsep tersebut diarahkan untuk menyelamatkan umat manusia dari tindakan kesewenang-wenangan. Dalam konsep tersebut, UN Charter Chapter VII dapat digunakan sebagai alat legitimasi untuk melakukan intervensi kemanusiaan (humanitarian intervention) ke dalam wilayah suatu negara, dengan mengabaikan kedaulatan negara yang bersangkutan. Namun alat legitimasi UN Charter Chapter VII tersebut belum diterima oleh semua negara, terutama karena perbedaan kepentingan serta adanya karakteristik bangsa yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. diterima oleh semua negara, terutama karena perbedaan kepentingan serta adanya karakteristik bangsa yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang menghadirkan kemudahan dalam melakukan akses informasi, aktivitas perekonomian berkembang pesat melampaui batas negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang membentuk pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan hadirnya aliansialiansi ekonomi seperti Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), Nort American Free Trade Agreement (NAFTA), dan European Union (EU). Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap negara mengembangkan produk-produk unggulan yang kompetitif. Keterbatasan kemampuan terutama sektor permodalan, kualitas sumber daya manusia, dan teknologi, serta aturan pasar bebas yang sangat ketat, telah mela hirkan kekuatiran bagi negar-negara berkembang. Ketidakmampuan negara berkembang dalam berkompetisi akan menjadikannya hanya sebagai pasar bagi produk -produk negara maju. Ketimpangan persaingan ekonomi negara maju terhadap negara berkembang akan menimbulkan peluang bagi munculnya ketidakpuasan dan tindakan proteksi, sehingga akhirnya memicu konflik dan krisis yang dapat menggangu stabilitas keamanan. Isu kerusakan lingkungan hidup semakin meningkat dan menjadi titik perhatian masyarakat dunia. Konferensi Tingkat Tinggi Lingkungan Hidup dan Pembangunan (KTT Bumi) Rio de Janeiro tahun 1992, serta KTT Johanesburg 2002, mencanangkan diadopsinya prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Prinsip pembangunan berkelanjutan dimaksudkan untuk m enyelamatkan lingkungan hidup akibat tindakan sewenang-wenang masyarakat. Dalam mengeksploitasi lingkungan hidup untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, diharapkan masyarakat jangan sampai merusak lingkungan hidup sehingga menimbulkan kerugian bagi umat manusia dan mengorbankan generasi berikutnya. Namun kenyataan menunjukan bahwa praktek pembakaran hutan, perambahan hutan tanpa memperhatikan ekosistem, pembuangan limbah kelaut oleh negara -negara tertentu di wilayah negara lain, masih terus berlangsung yang menyebabkan kerusakan lingkungan makin bertambah. Proses deforestasi yang terjadi, tidak diimbangi dengan penurunan emisi dunia, bahkan ada kecenderungan Protokol Kyoto masih ditanggapi setengah hati oleh negara tertentu. Kerusakakkn lingkungan yang terus berlanjut, akan mengakibatkan kelangkaan sumber daya alam. Kerusakan lingkunagn yang semakin parah tanpa diimbangi dengan bahkan ada kecenderungan Protokol Kyoto masih ditanggapi setengah hati oleh negara tertentu. Kerusakakkn lingkungan yang terus berlanjut, akan mengakibatkan kelangkaan sumber daya alam. Kerusakan lingkunagn yang semakin parah tanpa diimbangi dengan upaya konstruktif untuk memperbaikinya, akan menimbulkan kesengsaraan umat manusia yang sulit dicegah. Meningkatnya kesadaran umat manusia terhadap lingkungan hidup telah menjadikan lungkungan hidup tersebut sebagai isu global yang penting. Regional Perkembangan dan kecenderungan global merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dinamika keamanan regional. Faktor-faktor lain yang juga sangat berpengaruh, adalah peran dan kepentingan negara-negara besar, ditambah dengan permasalahan hubungan antar negara di kawasan. Peran Negara-negara Besar Kecenderungan keamanan Asia Tenggara yang dihadapi adalah terjadinya pergeseran pada permasalahan keamanan regional, seperti adanya berbagai konflik yang bersumber dari klaim teritorial, keamanan jalur komunikasi laut dan jalur perdagangan melalui laut, sampai kepada masalah keamanan non -tradisional seperti terorisme, perompakan dan pembajakan di laut , penyelundupan senjata, migrasi ilegal, ataupun penangkapan ikan ilegal. Selain dipengaruhi oleh negara-negara yang mendiami kawasan, dinamika keamanan kawasan, khususnya kawasan Asia Tenggara ikut dipengaruhi oleh kekuatan negara-negara besar karena adanya kepentingan mereka di Asia Tenggara. Amerika Serikat (AS) yang merupakan satu-satunya negara adidaya, memiliki kepentingan yang sangat besar di seluruh kawasan dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara, baik kepentingan poloti k, ekonomi, maupun keamanan. Tekad AS untuk mempertahankan dan mewujudkan kepentingannya di berbagai belahan dunia tidak diragukan karena mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya. Keunggulan AS sebagai kekuatan dunia didukung oleh adanya penguasaan tek nologi, kekuatan ekonomi, kekuatan militer, maupun dukungan politik dalam negeri, dan hal tersebut akan tetap dipertahankannya untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Karena itu, AS tetap memiliki perhatian dan peran yang sangat signifikan pada isu keamanan kawasan dan global. Perkembangan ekonomi Republik Rakyat Cina (RRC) yang pesat telah menempatkan Cina sebagai salah satu negara besar dan penting secara regional maupun global. Untuk mempertahankan kemajuan yang telah diperolehnya, maka upaya memenuhi kepentingan nasional Cina akan menjangkau berbagai belahan dunia. Pemenuhan kepentingannya itu akan dilakukan dengan menggunakan instrumen hubungan internasionalnya. Negara-negara besar maupun negara-negara di kawasan Asia Pasifik tidak dapat mengabaikan peran Cina bagi keamanan kawasan, karena Cina memiliki kepentingan dan mempunyai kekuatan yang harus diperhitungkan dalam menentukan stabilitas keamanan kawasan. Maka sangat beralasan menyatakan bahwa interaksi hubungan Cina dengan kekuatan utama di kawasan seperti Amerika Serikat, Jepang, Ruasia dan Uni Eropa, merupakan faktor yang berpengaruh dalam peta keamanan kawasan, khususnya di Asia Pasifik. Dalam kaitan keamanan kawasan, hubungan politik RRC dengan Cina Taiwan masih dilanda ketegangan dan belum menunjukan tanda-tanda penyelesaian secara damai. Hubungan RRC - Cina Taiwan ini tetap menjadi fokus perhatian isu keamanan kawasan bagi masyarakat internasional. Ketidakjelasan penyelesaian damai Cina - Taiwan akan mewarnai prospek keamanan kawasan Asia Pasifik dan dunia pada umumnya. Jepang, merupakan negara yang kuat di bidang ekonomi, negara pemasok hasil industri, serta pengimpor terkemuka atas minyak dan gas bumi. Perekonomian Jepang menjangkau seluruh pelosok dunia dan perdagangan internasionalnya merupakan bagian dari upaya pemenuhan kepentingan nasionalnya. Keamanan perekonomian Jepang sangat dipengaruhi oleh keamanan wilayah perdagangan internasionalnya, sehingga Jepang sangat memperhatikan keamanan regional dan global. Karena itu, Jepang memiliki kepentingan yang kuat atas stabilitas keamana dunia. Jepang juga memiliki pengaruh dalam upaya mewujudkan keamanan regional dan global. Karena itu, sikap politik Jepang akan selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar dunia, dan merupakan salah satu kekuatan penyeimbang bagi stabilitas keamanan kawasan. sikap politik Jepang akan selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar dunia, dan merupakan salah satu kekuatan penyeimbang bagi stabilitas keamanan kawasan. Uni Eropa (EU) sebagai organisasi yang beranggotakan negara -negara industri, memiliki kekuatan ekonomi cukup besar serta mempunyai peran dan pengaruh yang besar dalam perekonomian global. Hubungan ekonomi anggota UE dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara telah berkembang sedemikian rupa sehingga negara-negara UE memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang besar atas kawasan Asia Tenggara, baik sebagai pasar maupun pemasok bahan mentah. Karena itu keamanan kawasan Asia Tenggara memiliki nilai strategis bagi Uni Eropa. Isu Keamanan Perairan Kawasan Berdasarkan data Internasional Maritime Bureau (IMB) Kuala Lumpur tahun 2001, dari 213 laporan pembajakan dan perompakan yang terjadi di perairan Asia dan kawasan Samudera Hindia, 91 kasus diantaranya terjadi di perairan Indonesia. Namun data pemerintah Indonesia yang dikeluarkan oleh TN I-AL, menyatakan bahwa selama tahun 2001 terjadi 61 kasus yang murni dikatagorikan sebagai aksi pembajakan dan perompakan dengan lokasi tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Meskipun terdapat perbedaan angka oleh kedua institusi tersebut, namun data tersebut menunjukan bahwa keamanan perairan Indonesia pada dekade terakhir memiliki ancaman dan gangguan keamanan yang cukup serius dan perlu penangan segera. Internasional Maritime Organization (IMO) menyatakan bahwa aksiperompakan yang terjadi diperairan Asia Pasifik, khususnya kawasan Asia Tenggara adalah yang tertinggi di dunia. Pelaku perompakan tidak hanya menggunakan senjata tradisional, tetapi juga senjata api dan peralatan berteknologi canggih. Keamanan di laut merupakan masalah yang kompleks karena upaya untuk mengatasi perompakan di laut tidak dapat dilakukan hanya oleh satu negara saja, tetapi melibatkan berbagai negara dan organisasi internasional. Karena itu upaya mewujudkan keamanan di laut memerlukan kerja sama yang erat antarnegara. keamanan di laut memerlukan kerja sama yang erat antarnegara. Disamping masalah perompakan, penyelundupan manusia melalui perairan kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara, juga cenderung meningkat. Australia yang berada di bagian selatan kawasan Asia Tenggara, merupakan salah satu negara tujuan para imigran gelap. Hal tersebut menjadikan perairan di kawasan Asia Tenggara, termasuk perairan Indonesia, menjadi jalur laut menuju benua tersebut. Penyelundupan manusia tidak dapat dipandang sebagai masalah yang sederhana. Upaya penanggulangannya melibatkan beberapa negara dengan berbagai kepentingan yang berbeda, terutama keamanan, kemanusiaan, ekonomi, dan politik. Kegiatan migrasi ilegal berskala besar kerap kali dilakukan oleh organisasi yang memiliki jaringan internasional. Migrasi ilegal memberikan dampak negatif terhadap negara tujuan dan negara transit sehingga sering menimbulkan persoalan politik, sosial ekonomi, dan ketegangan hubungan antarnegara. Disamping migrasi ilegal, kasus penyelundupan manusia, seperti penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan bayi, atau wanita ke negara lain melalui wilayah perairan juga marak akhir-akhir ini. Kegiatan penyelundupan melalui wilayah perairan antar negara yang tidak kalah maraknya pada dekade terakhir ini di kawasan Asia Tenggara adalah penyelundupan senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kegiatan ilegal tersebut memiliki aspek politik, ekonomi, dan keamanan antar negara maupun di negara tujuan. Di bidang keamanan, penyelundupan senjata menimbulkan masalah yang sangat serius karena secara langsung akan mengancam stabilitas keamanan negara tujuan. Perompakan di laut dan penyelundupan yang diuraikan di atas merupakan tindakan ilegal lintas menimbulkan negara-negara negara yang kerugian bagi di kawasan maupun bagi negara-negara yang menggunakan lintas perairan. Tindakan ilegal lintas negara itu cukup signifikan dan semakin menguatirkan negara-negara di kawasan. Tindakan ilegal tersebut diorganisasi dengan rapi, sehingga perlu kerjasama antar negara untuk mengatasinya. Isu Perbatasan Antar Negara Belum tuntasnya penentuan garis batas suatu negara terhadap negara lain dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan hubungan keduanya di masa datang. Di samping garis batas, masalah pelintas batas, pencurian sumber daya alam, dan kondisi geografi juga merupakan sumber masalah yang dapat menggangu hubungan antar negara. Di kawasan Asia Tenggara, ketidakjelasan batas antar dua negara dialami oleh beberapa negara yang berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan. Indonesia juga memiliki permasalahan perbatasan dengan negara-negara lain, terlebih lagi mengingat demikian luasnya wilayah darat dan perairan. Indonesia memiliki sepuluh negara tetangga yang berbatasan, yakni Malaysia, Singapura, Thailand, India, Filipina, Vietnam, Papua Nugini, Australia, Palau dan Timor Leste. · Perbatasan Indonesia-Singapura. Penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Sinagpura, telah berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir setiap hari dan mengaki batkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu mata pencaharian nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu oleh akibat penambangan pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh penambangan pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para nelayan. Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah. Tenggelamnya pulau-pulau kecil tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena dengan perubahan pada kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian hari. · Perbatasan Indonesia-Malaysia. Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian wilayah perairan Selat Malaka masih belum disepakati ke dua negara. Ketidakjelasan batas maritim tersebut sering menimbulkan friksi di lapangan antara petugas lapangan dan nelayan Indonesia dengan pihak Malaysia. Demikian pula dengan perbatasan darat di Kalimantan, beberapa titik batas belum tuntas disepakati oleh kedua belah pihak. Permasalahan lain antar kedua negara adalah masalah pelintas batas, penebangan kayu ilegal, dan penyelundupan. Forum General Border Committee (GBC) dan Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee (JIMBC), merupakan badan formal bilateral dalam menyelesaikan masalah perbatasan kedua negara yang dapat dioptimalkan. · Perbatasan Indonesia-Filipina. Belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia dengan Filipina di perairan utara dan s elatan Pulau Miangas, menjadi salah satu isu yang harus dicermati. Forum RI-Filipina yakni Joint Border Committee (JBC) dan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) yang memiliki agenda sidang secara berkala, dapat dioptimalkan menjembatani permasalahan perbatasan kedua negara secara bilateral. · Perbatasan Indonesia-Australia. Perjanjian perbatasan RI-Australia yang meliputi perjanjian batas landas kontinen dan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mengacu pada Perjanjian RIAustralia yang ditandatangani pada tanggal 14 Maret 1997. Penentuan batas yang baru RI-Australia, di sekitar wilayah Celah Timor perlu dibicarakan secara trilateral bersama Timor Leste. · Perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Indonesia dan PNG telah menyepakati batas-batas wilayah darat dan maritim. Meskipun demikian, ada beberapa kendala kultur yang dapat menyebabkan timbulnya salah pengertian. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antar penduduk yang terdapat di kedua sisi perbatasan, menyebabkan klaim terhadap hak -hak tradisional dapat berkembang menjadi masalah kompleks di kemudian hari. · Perbatasan Indonesia-Vietnam. Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur landas kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut. kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut. · Perbatasan Indonesia-India. Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan pulau Nicobar di India. Batas maritim dengan landas kontinen yang terletak pada titik -titik koordinat tertentu di kawasan perairan Samudera Hindia dan Laut Andaman, sudah disepakati oleh kedua negara. Namun permasalahan di antara kedua negara masih timbul karena sering terjadi pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak, terutama yang dilakukan para nelayan. · Perbatasan Indonesia-Thailand. Ditinjau dari segi geografis, kemungkinan timbulnya masalah perbatasan antara RI dengan Thailand tidak begitu kompleks, karena jarak antara ujung pulau Sumatera dengan Thailand cukup jauh, RI-Thailand sudah memiliki perjanjian Landas Kontinen yang terletak di dua titik koordinat tertentu di kawasan perairan Selat Malaka bagian utara dan Laut Andaman. Penangkapan ikan oleh nelayan Thailand yang mencapai wilayah perairan Indonesia, merupakan masalah keamanan di laut. Di samping itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing merupakan masalah sosioekonomi karena keberadaan masyarakat pantai Indonesia. · Perbatasan Indonesia-Republik Palau. Sejauh ini kedua negara belum sepakat mengenal batas perairan ZEE Palau dengan ZEE Indonesia yang terletak di utara Papua. Akibat hal ini, sering timbul perbedaan pendapat tentang pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh para nelayan kedua pihak. · Perbatasan Indonesia-Timor Leste. Saat ini sejumlah masyarakat Timor Leste yang berada diperbatasan masih menggunakan mata uang rupiah, bahasa Indonesia, serta berinteraksi secara sosial dan budaya dengan masyarakat Indonesia. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antarwarga desa yang terdapat di kedua sisi perbatasan, menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional, dapat dapat berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks. Disamping itu, keberadaan pengungsi Timor Leste menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional, dapat berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks. Disamping itu, keberadaan pengungsi Timor Leste yang masih berada di wilayah Indonesia dalam jumlah yang cukup besar potensial menjadi permasalahan perbatasan di kemudian hari. Nasional Pencermatan terhadap perkembangan dan kecenderungan nasional, baik politik, ekonomi dan keamanan, menunjukkan bahwa isu domestik yang timbul, tidak terlepas dari pengaruh eksternal, baik global mapun regional. Selain pengaruh faktor eksternal, terdapat pula sejumlah faktor dari dalam negeri yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan nasional. Faktor tersebut antara lain, sisi negatif dari heterogenitas suku bangsa Indonesia, situasi ekonomi yang semakin memberatkan beban hidup, serta faktor politik, dan sosial. Akumulasi dari faktor eksternal dan internal tersebut kemudian muncul dalam berbagai bentuk eskalasi ancaman dan gangguan terhadap keamanan nasional, dan pada skala yang luas dapat mengganggu stabilitas kawasan. Gerakan Separatis Bersenjata Salah satu bentuk ancaman yang timbul di dalam negeri adalah aksi-aksi yang dilakukan kelompok separatis di beberapa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat ini terdapat dua kelompok separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI, yakni Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Aksi-aksi yang dik embangkan oleh kelompok separatis dalam bentuk tindakan kejahatan dan kekerasan telah menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat. Kejahatan dan kekerasan yang dilakukan kelompok separatis tersebut, tidak saja menyebabkan kerugian materi dan korban jiwa, juga mengakibatkan terjadinya pengungsian penduduk, serta mengganggu fungsi pemerintahan. Perhatian dan prioritas pemerintah dalam upaya menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah tersebut, belum menyadarkan kelompok separatis. Penyelesaian isu separatis menjadi semakin kompleks karena kelompok separatis berlindung dibalik isu HAM, mencari dukungan dan mengalihkan basis gerakan di luar negeri. Terorisme Terorisme telah merupakan ancaman nyata terhadap keselamatan bangsa, bahkan menjadi ancaman bagi demokrasi dan masyarakat sipil (civil society). Sejak tahun 1999 hingga peristiwa pemboman di Bali tanggal 12 Oktober 2002, kegiatan teror di Indonesia cukup meningkat. Sejumlah aksi teror yang terjadi di Indonesia antara lain : · Peledakan Toserba Ramayana Jakarta, tanggal 2 Januari 1999. · Peledakan Mal kelapa Gading Jakarta, tanggal 9 Februari 1999. · Peledakan Plaza Hayam Wuruk Jakarta, tanggal 15 April 1999. · Peledakan mesjid Istiqlal tahun 1999 yang menghancurkan sejumlah ruangan dan fasilitas lainnya di mesjid tersebut. · Peledakan Gereja (GKPI) di Medan tanggal 28 Mei 2000, dan Gereja Khatolik, Jalan Pemuda Medan, tanggal 29 Mei 2000. · Peledakan Gedung Kejaksanaan Agung Jakarta, tanggal 4 Juli 2000. · Peledakan kantor Komisi Pemilu (KPU) Jakarta, tanggal 1 Juli 2000. · Peledakan di halaman Kedutaan Besar Filipina, tanggal 1 Agustus 2000 yang menewaskan 2 orang, 22 orang luka berat, serta kerugian materiel antara lain menghancurkan 29 kendaraan. · Peledakan di depan kantor Departemen Pertanian tanggal 30 Agustus 2000, menghancurkan 1 buah bus penumpang. menghancurkan 1 buah bus penumpang. · Peledakan gedung Bursa Efek Jakarta tanggal 13 September 2000 yang menewaskan 15 orang, serta 37 orang luka berat dan menghancurkan 81 kendaraan. · Peledakan gedung Atrium Senen Jakarta, masing-masing tanggal 11 Desember 1998, 1 Agustus 2001 dan 23 September 2001. · Peledakan sejumlah gedung gereja pada malam Natal tahun 2000 dan 2001. · Peledakan di Bali tanggal 12 Oktober 2002, menewaskan lebih dari 200 jiwa dan korban luka berat WNA dan WNI, serta kerugian harta benda. · Peledakan Mc Donald, Mal Ratu Indah di Makasar tanggal 5 Desember 2002 yang menewaskan 3 orang. · Peledakan Wisma Bhayangkari di Kompleks Mabes Polri - Jakarta Selatan pada tanggal 3 Februari 2003. Isu Konflik Komunal Komposisi masyarakat Indonesia yang heterogen, disertai karakteristik geografis berupa negara kepulauan, sangat potensial munculnya friksi-friksi komunal. Konflik komunal dapat dipicu oleh ekslusivisme suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), serta kesenjangan sosial ekonomi. Selain itu, perpindahan penduduk secara masal dari satu wilayah ke wilayah lain selain berpengaruh terhadap tata kehidupan dan budaya setempat, juga berpotensi sebagai sumber konflik. Konflik yang terjadi di Maluku, Sulawesi Tengah (Poso), Kalimantan (Sanggau Ledo, Sampit, Sambas), adalah contoh nyata konflik komunal. Kerugian yang diakibatkan oleh konflik komunal berupa timbulnya gelombang pengungsian, penderitaan luar biasa bagi masyarakat, korban jiwa, serta kerugian harta benda yang cukup besar. Resiko terbesar konflik komunal berupa timbulnya gelombang pengungsian, penderitaan luar biasa bagi masyarakat, korban jiwa, serta kerugian harta benda yang cukup besar. Resiko terbesar yang ditimbulkan oleh konflik komunal adalah rusaknya solidaritas berbangsa maupun rusaknya ikatan persatuan dan kesatuan bangsa. Disamping itu, kerusakan berbagai infrastruktur, fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam skala besar, menyebabkan terganggunya kegiatan pemerintahan, terhambatnya kegiatan pelayanan masyarakat, serta terbengkalainya penyelenggaraan pendidikan. Kondisi masyarakat Indonesia yang rentan terhadap tindakan provokasi, memudahkan konflik komunal berkembang cepat dan luas, serta memungkinkan gangguan terhadap ketertiban publik yang seara eskalatif dapat mengganggu stabilitas keanaman nasional. Struktur masyarakat yang heterogen, tingkat pendidikan yang belum maju, serta krisis ekonomi yang belum pulih, menjadi celah yang dapat dimanfaatkan oleh kelompokkelompok yang ingin mengganggu stabilitas nasional. Gerakan Kelompok Radikal Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sarat dengan pengalaman menumpas berbagai gerakan radikal di dalam negeri, seperti DI/TII, PRRI, Permesta dan PKI. Berbagai motivasi melatarbelakangi gerakan-gerakan tersebut seperti agama, etnik atau kedaerahan, ideologi dan politik. Dengan menggunakan kekuatan militer, pemerintah berhasil menumpas gerakan-gerakan tersebut. Memasuki abad 21, isu ideologi terdesak oleh isu global, yakni demokratisasi, hak azasi manusia dan lingkungan hidup. Begitu kuatnya perhatian masyarakat dunia terhadap isu global, menyebabkan masalah ideologi tergeser dan tidak populer lagi. Bagi negaranegara maju dengan masyarakatnya sudah berada pada tingkat kedewasaan berpolitik, ideologi bukan lagi menjadi masalah yang dipertentangkan. Berbeda dengan negara-negara berkembang, seperti Indonesia, ideologi sering menjadi persoalan bangsa. Ideologi bahkan kadangkala diperalat sebagai kendaraan untuk meraih kepentingan dan tujuan politik tertentu. Sejarah bangsa Indonesia sejak kemerdekaan hingga saat ini menunjukkan bahwa persoalan ideologi selalu muncul dari waktu ke waktu. Ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, pada saat itu pula Pancasila dikumandangkan sebagai ideologi negara. Namun demikian, selalu ada saja kelompok-kelompok yang berupaya mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Berbagai upaya dilakukan oleh kelompokkelompok dimaksud, baik melalui jalur politik maupun melalui gerakan bersenjata.Usaha kelompok-kelompok teresbut masih eksis hingga saat ini, dan diperkirakan dalam waktu mendatang masih terus berlangsung. Suasana kebebasan demokratis dan penghormatan terhadap HAM yang berlangsung selama ini, seakan-akan telah memberikan peluang bagi gerakan-gerakan radikal tersebut untuk muncul kembali ke permukaan. Dengan memanfaatkan isu yang populer selama era reformasi, kelompok-kelompok radikal menggunakan cara-cara baru atau menyusup ke dalam kelompok-kelompok tertentu, sehingga tampak seakan-akan penopang gerakan reformasi. Gerakan-gerakan radikal yang muncul sekarang ini, sebagian merupakan penjelmaan dari kelompok-kelompok yang pada masa Kelompok-kelompok tersebut lalu merasa dimarginalkan. memiliki jaringan yang tersebar di seluruhan wilayah Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri. Tidak menutup kemungkinan mereka bahkan merupakan bagian dari jaringan terorisme internasional. Selain yang berbasis ideologi, muncul pula radikalisme dalam bentuk lain, misalnya dengan menggunakan atribut agama. Konflik di Maluku dan Poso, menunjukkan adanya peran kelompok-kelompok tersebut. Faham keagamaan telah diimplementasikan secara sesat dan menyimpang, untuk mempengaruhi dan meyakinkan para pengikutnya, bahwa perjuangannya adalah perjuangan suci, sehingga mereka tidak segan-segan menggunakan cara apa saja untuk mencapai tujuannya. Kelompok-kelompok itulah yang disebut sebagai kelompok radikal yang keberadaannya serta cara-cara perjuangannnya sangat mengganggu ketertiban publik dan pada muaranya akan mengganggu keamanan nasional. ketertiban publik dan pada muaranya akan mengganggu keamanan nasional. Kerusuhan Sosial Kondisi ekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih kembali sejak terpaan krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, telah menimbulkan sejumlah permasalahan kruasial. Keterbatasan lapangan kerja di tengah peningkatan pertumbuhan tenaga kerja, isu perburuhan, masalah TKI, niali rupiah yang berfluktuasi, isu investasi, isu perdagangan bebas dan isu lainnya, telah menyebabkan beban pemerintah semakin berat. Meskipun awalnya isu tersebut berangk at dari isu ekonomi, namun dapat berkembang menjadi isu politis. Isu politis yang menimbulkan kekuatiran dan ketidakpercayaan kepada pemerintah dan hari esok, akhirnya dapat menimbulkan kerusuhan-kerusuhan masal luas yang akan meningkat menjadi gangguan terhadap stabilitas nasional dan mengancam keamanan nasional. Kesenjangan ekonomi yang semakin lebar berpotensi menimbulkan keresahan sosial, khususnya apabila dimanipulasi oleh kelompok -kelompok tertentu yang ingin mengacaukan Indonesia. Gangguan Keamanan Laut Wilayah kedaulatan NKRI dengan lebih dari 17.500 pulau, menempatkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan wilayah laut, dengan garis pantai 81.000 km serta wilayah ZEE seluas 4 j uta km 2. Kegiatan perdagangan dan transportasi internasional melalui Sea Lane of Communication (SLOC) dan Sea Lane of Transportation (SLOT) di perairan Indonesia terus meningkat. Aktivitas perairan yang meningkat tersebut menempatkan laut memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia maupun bagi masyarakat internasional. Arti penting laut yang dimaksud, bukan hanya terbatas pada kekayaan sumber daya alam belaka, tetapi juga sebagai penghubung pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Oleh karena itu, keamanan laut sangat vital bagi Indonesia. Akhir-akhir ini, isu keamanan laut cukup perlu perhatian serius. keamanan laut Isu tersebut meliputi ancaman kekerasan (pembajakan , perompakan dan sabotase serta teror obyek vital), ancaman navigasi (kekurangan dan pencurian sarana bantu navigasi), ancaman sumber daya (perusakan serta pencemaran laut dan ekosistemnya), dan ancaman kedaulatan dan hukum (penangkapan ikan secara ilegal, imigran gelap, eksporasi dan ekspoitasi sumber kekayaan alam secara ilegal, termasuk pengambilan harta karun, penyelundupan barang dan senjata, serta penyelundupan kayu gelondongan melaui laut). Isu keamanan laut memiliki dimensi gangguan terhadap hubungan internasional Indonesia. Data menunjukkan bahwa penangkapan ikan secara ilegal di wilayah laut Indonesia terus meningkat, dengan total kerugian yang dialami Indonesia sekitar US$ 2 milyar, atau sekitar Rp. 18 Trilyun per tahun. Dari kegiatan penyelundupan, Indo nesia mengalami kerugian sekitar US$ 1milyar pertahun. Ekspoitasi pasir secara ilegal merugikan Indonesia lebih dari Rp. 2 Trilyun setiap tahun. Sementara kegiatan pencurian kayu (ilegal logging) merugikan negara sekitar Rp. 30 Trilyun. Kondisi yang memprihatinkan tersebut menuntut upaya sistematis bangsa dan pemerintah untuk menyelamatkan perairan Indonesia, maupun meningkatkan kemampuan sumber daya untuk memanfaatkan laut Indonesia. Gangguan Keamanan Udara Posisi strategis Indonesia sebagai salah satu poros lalu lintas dunia internasional, menempatkan Indonesia rawan terhadap berbagai ancaman keamanan udara. Isu keamanan udara dengan potensi ancaman di masa mendatang meliputi ancaman kekerasan (pembajakan udara, sabotase obyek vital, teror), ancaman pelanggaran udara (penerbangan gelap dan pengintaian terhadap wilayah Indonesia), ancaman sumber daya (pemanfaatan wilayah udara oleh negara lain), dan anc aman pelanggaran hukum melalui media udara (migrasi ilegal dan penyelundupan manusia). Untuk mengawasi dan mengamankan wilayah udara dari segala gangguan dan ancaman, Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai kelemahan antara lain SDM, sarana serta prasarana yang diperlukan. Seperti halnya wilayah laut, kepentingan keamanan wilayah udara bukan hanya menjadi kepentingan Indonesia, tetapi juga dalam rangka mengamankan kepentingan kawasan dan dunia internasional. BAB EMPAT PERKIRAAN ANCAMAN DAN KEPENTINGAN STRATEGIS PERTAHANAN Perkiraan Ancaman Konstelasi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan posisi diantara benua Asia dan Australia serta diantara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, menempatkan Indonesia menjadi daerah kepentingan bagi negara-negara dari berbagai kawasan. Posisi strategis ini menyebabkan kondisi politik, ekonomi, dan keamanan ditingkat regional dan global menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kondisi Indonesia. Dalam era globalisasi abad ke 21 ini, perkembangan lingkungan strategis regional dan global lebih menguat pengaruhnya terhadap kondisi nasional karena diterimanya nilai-nilai universal seperti perdagangan bebas, demokratisasi, serta hak asasi dan lingkungan hidup. Eksistensi kepentingan negara-negara besar di kawasan ini mendorong terjalinnya hubungan timbal balik yang erat antara permasalahan dalam negeri dan luar negeri yang memiliki kepentingan bersama. Informasi kejadian didalam negeri dengan cepat menyebar kesegala penjuru dunia, selanjutnya negara-negara lain akan memberikan responnya sesuai kepentingannya masing-masing. Sebaliknya, informasi kejadian di negara lain, khususnya negara-negara besar dan negara -negara dikawasan ini, dengan cepat mencapai seluruh wilayah, dan mempengaruhi kondisi nasional Demikian pula halnya dengan isu keamanan, ancaman yang berasal dari luar dan ancaman yang mempengaruhi, timbul didalam negeri selalu memiliki sehingga sulit untuk dapat dipisahkan. Perbedaan hanya mungkin dilakukan dalam konteks bentuk dan organisasi ancaman, berdasarkan sumber timbulnya ancaman, kenyataan tersebut, upaya pertahanan keterkaitan dan saling sementara perbedaan sangat sulit ditentukan. Berangkat dari tidak hanya mengacu pada isu keamanan tradisional, yakni kemungkinan invasi atau agresi dari negara lain, tetapi juga pada isu keamanan non-tradisional, yaitu setiap aksi yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mencermati kecendrungan perkembangan lingkuntan strategis, ancaman invasi atau agresi militer negara lain terhadap Indonesia diperkirakan kecil kemungkinannya . Upaya diplomasi, peran PBB, dan opini dunia internasional menjadi faktor yang akan mencegah, atau sekurang-kurangnya membatasi negara lain untuk menggunakan kekuatan bersenjatanya terhadap Indonesia. Ancaman yang paling mungkin dari luar negeri terhadap Indonesia adalah kejahatan yang terorganisasi, dilakukan oleh aktor-aktor non-negara, untuk memperoleh keuntungan dengan memanipulasi kondisi dalam negeri dan keterbatasan aparatur pemerintah. Dinamika dan perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun sejak tahun 1998, cukup memperihatinkan. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi tiga kali pergantian kepemimpinan nasional yang menggambarkan lembaga kepemimpinan nasional yang rapuh dan tatanan politik yang belum mapan. Lembaga supra dan infra struktur politik masih mencari tatanan politik yang tepat, mencari etika dan sistem politik Indonesia yang memenuhi kebutuhan. Reformasi yang bertuj uan untuk menegakkan kehidupan yang demokratis dan pemerintahan yang bersih dan baik, mendapat rintangan yang berat. Jalan untuk mencapai tujuan reformasi bertambah panjang. Semangat reformasi lambat laun mulai luntur, penonjolan yang mengemuka hanya retorika dan euphoria reformasi. Kebebasan menyampaikan pendapat acapkali keluar dari norma demokrasi, tidak jarang berkembang dan menyimpang dalam bentuk keberingasan masa yang anarkhis. Usaha sistematis kelompok penekan terus merongrong pemerintah, kegamangan dan menyebabkan posisi menimbulkan pemerintah, menimbulkan kegamangan dan menyebabkan posisi pemerintahan tidak stabil. Managemen keamanan nasional menjadi lemah, lambat laun menjadi tidak efektif dalam menegakkan stabilitas keamanan nasional sehingga berpengaruh terhadap kondisi keamanan nasional. Krisis ekonomi yang belum teratasi menimbulkan dampak terhadap bidang lain yaitu instablilitas politik dan perekonomian nasional, serta gangguan keamanan yang cenderung meningkat, Angkatan kerja tumbuh dengan pesat sebagai akibat dari peningkatan pertambahan penduduk, sementara lapangan kerja terbatas. Sejumlah perusahaan tidak mampu bertahan dan terpaksa menghentikan usahanya sehingga menyulitkan kondisi angkatan kerja dan meningkatkan angka pengangguran secara tajam. Peningkatan pengangguran berkontribusi terhadap peningkatan angka kejahatan. Disisi lain, tumbuhnya fanatisme ideologi selain Pancasila cukup mengganggu fungsifungsi pemerintahan dan kemasyarakatan, dalam skala tertentu akan berkembang menjadi radikalisme. Pemerintah pada hakekatnya terus berupaya meningkatkan kualitas kehidupan, seperti pencanangan Wajib Belajar Sembilan Tahun, perbaikan kesehatan, maupun peningkatan kualitas hidup pada aspek lainnya. Namun dengan adanya kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki Indonesia, peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara umum bergerak lambat. Dengan kondisi ini, masyarakat mudah dimanipulasi dan dipengaruhi tindakan provokasi olehp ihak-pihak tertentu, bahkan mudah digerakkan untuk melakukan tindakan diluar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pengaruh globalisasi yang sulit dibendung semakin memungkinkan untuk melemahkan simpul-simpul persatuan dan kesatuan bangsa maupun ketahanan nasional. Demikian pula dengan kondisi dalam negeri yang tidak stabil dan permasalahan multi dimensi yang dihadapi akibat krisis nasional yang belum teratasi, menjadi peluang bagi peningkatan gangguan terhadap keamanan nasional. Peningkatan gangguan yang digambarkan diatas akan memberikan dampak negatif yang cukup serius bagi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa apabila tidak dapat ditangani dengan tepat, menjadi isu keamanan nasional. Gangguan terhadap ketertiban publik seperti teror, konflik komunal yang berlatar belakang primordial (etnis, agama) radikalisme, kerusuhan atau pembangkangan masal, perdagangan narkoba, perjudian dan kejahatan lainnya yang ditangani dengan tepat, dapat meningkat dan berkembang menjadi ancaman terhadap keamanan nasional. Perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi reformasi dan yang melemahkan manajemen keamanan nasional, akan membawa implikasi negatif terhadap stabilitas keamanan nasional. Situasi ini perkirakan masih akan berlangsung dalam waktu mendatang. Dalam konteks strategis, diperkirakan ancaman dan gangguan terhadap kepentingan pertahanan Indonesia dimasa datang, meliputi : · Terorisme internasional yang memiliki jaringan lintas negara dan timbul di dalam negeri. · Gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia terutama gerakan separatis bersenjata yang mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. · Aksi radikalisme yang berlatar belakang primordial etnis, ras dan agama serta ideologi di luar Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan kekuatan kekuatan di luar negeri. · Konflik komunal, kendatipun bersumber pada masalah sosial ekonomi, namun dapat berkembang menjadi konflik antar suku, agama maupun ras/keturunan dalam skala yang luas. · Kejahatan lintas negara, seperti penyelundupan barang, senjata, amunisi dan bahan peledak, penyelundupan manusia, narkoba, pencucian uang dan bentuk -bentuk kejahatan terorganisasi lainnya. · Kegiatan imigrasi gelap yang menjadikan Indonesia sebagai tujuan maupun batu loncatan ke negara lain. · Gangguan keamanan laut seperti pembajakan dan perompakan, penangkapan ikan secara ilegal, pencemaran dan perusakan ekosistem. · Gangguan keamanan udara seperti pembajakan udara, pelanggaran wilayah udara, dan terorisme melalui sarana transportasi udara. · Perusakan lingkungan seperti pembakaran hutan, perambahan hutan ilegal, pembuangan limbah bahan beracun dan berbahaya. · Bencana alam dan dampaknya terhadap keselamatan banga. Kepentingan Nasional Pada hakekatnya kepentingan nasional Indonesia adalah menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Karena itu sangat penting menjamin tetap tegaknya NKRI yang memiliki wilayah yurisdiksi nasional dari Sabang samapai Merauke. Wilayah negara Indonesia yang terdiri lebih dari 17.500 pulau, memiliki posisi sangat strategis diantara benua Asia dan Australia, serta diantara Samudra Pasific dan Samudra Hindia. Dengan posisi strategis tersebut, maka berbagai negara khususnya negara-negara besar memiliki kepentingan terhadap kondisi stabilitas keamanan di Indonesia. Implikasi dari kepentingan negara lain tersebut menimbulkan kecenderungan campur tangan atau kepedulian yang tinggi dari negara-negara tersebut terhadap kemungkinan gangguan stabilitas keamanan Indonesia. Disamping itu, kondisi obyektif Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (sekitar 210 juta jiwa) dan tingkat pluralitas yang sangat tinggi (suku, agama, ras dan golongan), mengandung dimensi positif dan negatif. Kondisi obyektif tersebut berpengaruh terhadap upaya pemenuhan kepentingan nasional Indonesia. Oleh sebab itu, dalam berbagai keragaman aspek kehidupan bangsa, maka persatuan bangsa dan keutuhan kesatuan wilayah Indonesia merupakan geopolitik bangsa Indonesia. Geopolitik tersebut berkembang dalam dua dimensi pemikiran dasar, yakni kewilayahan sebagai suatu realita dan kehidupan masyarakat sebagai suatu fenomena hidup. Perjuangan untuk memenuhi kepentingan nasional tetap berlandaskan pada dua dimensi pemikiran. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka kepentingan nasional Indonesia adalah melindungi kedaulatan negara dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, melindungi keselamatan dan kehormatan bangsa, dan ikut serta secara aktif dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Kepentingan Strategis Pertahanan Indonesia Kepentingan strategis pertahanan Indonesia pada dasarnya adalah terwujudnya penyelenggaraan pertahanan yang mampu menjamin upaya pemenuhan kepentingan nasional. Oleh karena itu, maka pertahanan negara memiliki peran dan fungsi untuk mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia dari setiap ancaman dan gangguan, baik dari luar negeri maupun yang timbul di dalam negeri. Berdasarkan perkiraan ancaman serta kepentingan nasional Indonesia, maka kepentingan strategis pertahanan negara ke depan, meliputi kepentingan strategis yang bersifat tetap, kepentingan strategis yang bersifat mendesak, dan kerjasama internasional di bidang pertahanan. Kepentingan Strategis yang bersifat Tetap Kepentingan pertahanan negara yang bersifat tetap adalah penyelenggaraan usaha pertahanan negara untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan dan kehormatan bangsa dari setiap ancaman, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Meskipun perkiraan ancaman menunjukkan bahwa ancam an fisik dari luar yang mengarah pada ancaman kedaulatan kecil kemungkinannya, namun sebagai negara merdeka, berdaulat, dan bermartabat, kepentingan strategis untuk mempertahankan diri harus selalu disiapkan dan dilaksanakan tanpa mempermasalahkan ada atau tidak adanya ancaman nyata. Disamping itu, pembangunan kekuatan pertahanan memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan dinamika politik yang memungkinkan munculnya ancaman. Dalam melaksanakan kepentingan pertahanan yang bersifat tetap, ba ngsa Indonesia senantiasa memegang prinsip sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta akan kemerdekaan dan kedaulatannya. Penggunaan kekuatan pertahanan untuk tujuan perang hanya sebagai jalan terakhir setelah usaha-usaha diplomatik tidak membuahkan hasil. Dalam menyelesaikan setiap bentuk pertikaian dan persengketaan, bangsa Indonesia akan mengedepankan penggunaan cara-cara damai. Sejalan dengan prinsip tersebut, bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan intervensi terhadap kedaulatan bangsa lain. Oleh karena itu, Indonesia memilih pola defensif aktif dalam upaya pertahanannya. Dalam menjamin kepentingan yang bersifat tetap, penyelenggaraan pertahanan dilaksanakan dengan sistem kesemestaan, melibatkan seluruh rakyat dan sumber daya, serta sarana dan prasarana nasional sebagai satu kesatuan pertahanan. Keikutsertaan seluruh rakyat dalam pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, serta mencerminkan kehormatan dan tanggung jawab sebagai bangsa yang percaya akan kemampuan sendiri. Mengacu pada hal tersebut, pertahanan negara Indonesia disusun berdasarkan prinsip demokrasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional dan internasional, serta prinsip hidup berdampingan dengan negara lain secara damai. Kepentingan Strategis Yang Bersifat Mendesak Kepentingan strategis pertahanan yang bersifat mendesak pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kepentingan strategis pertahanan yang bersifat tetap. Kepentingan strategis yang bersifat mendesak ini lebih diarahkan untuk mengatasi isu keamanan aktual, yaitu tindakan yang dapat mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI, serta gangguan terhadap keselamatan dan kehormatan bangsa. Mencermati kondisi nasional saat ini, terdapat sejumlah ancaman dan gangguan nyata yang mengancam stabilitas nasional terutama di beberapa wilayah NKRI. Ancaman dan gangguan nyata tersebut terutama berwujud ancaman non-tradisional yang bersifat lintas negara serta sejumlah isu aktual yang timbul di dalam negeri. BAB LIMA KEBIJAKAN STRATEGIS PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA Konsep Strategis Perjuangan rakyat Indonesia berhasil memerdekakan rakyat indonesia dari penjajahan, menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) yang merdeka dan berdaulat, dengan wilayah dari sabang sampai marauke. Kemerdekaan dan kedaulatan negara merupakan kehormatan dan harga diri rakyat Indonesia , menjadi milik warisan bangsa yang sangat berharga dan tak ternilai. Segenap komponen bangsa Indonesia wajib untuk senantiasa menjaga serta melindungi kemerdekaan dan kedaulatannya, selanjutnya mengisi kemerdekaannya dengan pembangunan nasional.Pertahanan negara Indonesia dalam abad 21 diselenggarakan dengan tiga pilar utama yaitu penggunaan kekuatan pertahanan, kerjasama Internasional di bidang pertahanan, dan pembangunan kekuatan pertahanan. Karena itu, pedoman utama penyelenggaraan pertahanan di tingkat strategis memerlukan kebijakan atas tiga pilar utama atas, yakni kebijakan penggunaan kekuatan pertahanan, kebijakan kerjasama pertahanan dan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan. Secara tradisional, tentara adalah salah satu kekuatan nasional negara ( Instrument of national power ), disiapkan untuk menghadapi ancaman yang berbentuk kekuatan militer. Dalam tugasnya, TNI melaksanakan Operasi Militer Perang ( OMP ) dan Operasi Militer Selain Perang ( OMSP ). OMP adalah Operasi militer dalam menghadapi kekuatan militer negara lawan, baik berupa invasi, agresi, maupun infiltrasi. OMSP adalah Operasi militer yang dilaksanakan bukan dalam rangka perang dengan negara lain, tetapi untuk tugas - tugas lain seperti melawan pemberontakan bersenjata gerakan separatis ( counter insurgency ) tugas mengatasi kejahatan lintas negara, tugas bantuan, tugas kemanusiaan, dan tugas perdamaian. Perkembangan dan kecenderungan dalam konteks strategis memberi indikasi bahwa ancaman tradisional berupa agresi atau invasi sesuatu negara Perkembangan dan kecenderungan dalam konteks strategis memberi indikasi bahwa ancaman tradisional berupa agresi atau invasi sesuatu negara terhadap negara lain sangat kecil kemungkinannya. Sedangkan kecenderungan keamanan global memunculkan ancaman baru, yakni ancaman keamanan yang bersifat nontradisional yang dilakukan oleh aktor non - negara. Ancaman kemanan non tradisional tersebut pada awalnya merupakan ancaman terhadap kemanan dan ketertiban publik. Namun pada tingkat eskalasi tertentu, ancaman dapat berkembang sampai pada taraf yang membahayakan keselamatan bangsa. Untuk mencegah dampak yang lebih luas dan mengatasi ancaman yang mungkin timbul, diperlukan kehadiran kekuatan militer. Diperkirakan, ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia lebih besar kemungkinannya yang berasal dari ancaman non - tradisonal , baik yang bersifat lintas negara maupun yang timbul didalam negeri. Oleh karena itu , kebijakan strategis pertahanan Indonesia untuk menghadapi dan mengatasi ancaman non - tradisional merupakan prioritas dan mendesak. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 3 tahun 2002, yaitu TNI mempunyai tugas untuk melaksanakan Operasi Militer Selain Perang ( OMSP ) . Oleh karena itu , kebijakan pertahanan negara untuk menghadapi dan mengatasi ancaman non - tradisional dilaksanakan dengan OMSP yang dipertanggung jawabkan kepada TNI. Dalam pengalaman tugasnya, TNI sarat dengan pengalaman operasi militer selain perang, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam melaksanakan OMSP, TNI tidak akan mengambil alih peran instansi pemerintah yang lain dan tidak selalu berperan secara tunggal. Pada keadaan tertentu, TNI melaksanakan OMSP bersama sama dengan instansi fungsional dalam suatu keterpaduan usaha yang sinergis. Sesuai bentuk instansi pemerintah yang lain dan tidak selalu berperan secara tunggal. Pada keadaan tertentu, TNI melaksanakan OMSP bersama sama dengan instansi fungsional dalam suatu keterpaduan usaha yang sinergis. Sesuai bentuk ancaman, OMSP dilaksanakan TNI dengan memprioritaskan tindakan preventif dibandingkan dengan tindakan refresif. Keberhasilan tindakan preventif akan mampu menghindari jatuhnya korban dampak negatif yang lebih besar. OMSP oleh TNI diimplementasikan melalui kekikutsertaanya secara aktif dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Di samping untuk menghadapi ancaman kekuatan bersenjata, OMSP diwujudkan sebagai keikutsertaan TNI mengatasi masalahan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Lingkup OMSP antara lain menindak gerakan separatis bersenjata, melawan terorisme, mengatasi radikalisme, mengatasi konflik komunal, memberi bantuan kepada pemerintah sipil dalam mengembalikan ketertiban publik, mengatasi dampak bencana alam, penaganan pengungsi, bantuan pencarian dan pertolongan, ( search anf rescue ) serta melaksanakan tugas perdamaian dunia. Konsep OMSP mungkin menimbulkan kesan adanya kerancuan atau tumpang tindih antara peran TNI dengan institusi lain, khususnya kewenangan Polri dalam masalah kemanan umum atau ketertiban publik. Kerancuan tidak akan timbul bila hakekat TAP MPR No. VI dan VII tahun 2000 dipahami. Peran TNI sebagai kekuatan pertahanan negara adalah penggunaan kekuatan kekerasan bersenjata untuk mengatasi ancaman, sedangkan Polri sebagai kekuatan keamanan adalah menegakkan keamanan dan ketertiban umum ( public order ) berdasarkan peraturan perundang undangan. Pertahanan negara kemudian dijabarkan dalam UU No. 3 tahun 2002, antara lain menetapkan OMSP sebagai salah satu tugas TNI. Setia p tugas pertahanan negara akan tetap berpegang teguh dan berpedoman pada tujuan pertahanan negara yaitu menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah nasional, dan menjaga keselamatan dan kehormatan bangsa. bangsa. Dalam konteks strategis, hakekat pertahanannegara merupakan salah satu upaya mewujudkan salah satu upaya mewujudkan keamanan nasional ( national security ) dengan kekuatan militer. Disamping pertahanan negara , upaya mewujudkan keamanan nasional secara damai adalah dengan instrumen politik danekonomi, yaitu menggunakan kekuatan diplomasi dan atau kekuatan ekonomi secara mandiri atau kombinasi keduanya, Dukungan pertahanan negara terhadap kemanan nasional dengan penggunaan kekuatan bersenjata, pertama - tama berperan sebagai kekuatan pengkal, kemudian berperan sebagai kekuatan penindak dengan kekerasan bersenjata bila penangkalan diabaikan atau gagal. Karena itu, pertahanan negara tidak dapat dipisahkan dari aspek keamanan dalam arti luas. Dalam perspektif spektrum ancaman yang eskalatif dan mengkin menjadi ancaman terhadap keamanan nasional, pemisahan kelembagaan antara TNI dan Polri memberi dorongan untuk menetapkan secara tegas kewenangan dan tanggung jawab kedua intitusi. Untuk itu, diperlukan kesepahaman dan pengaturan lebih lanjut mengenai eskalasi ancaman dan tingkat ancaman yang menjadi kewenangan TNI. Juga perlu diatur wujud kerjasama TNI dan Polri dalam menangani ancaman yang eskalatif, terutam a pada saat terjadinya persinggungan kewenangan dan tanggung jawab . Pendekatan dalam meninjau wewenang dan tanggung jawab harus diletakkan dalam kerangka kepentingan nasional, dan bukan untuk kepentingan sektoral. Ketidak jelasan kewenangan dan kesenjangan tanggung jawab dalam mengatasi ancaman, akan mengundang resiko bagi keselamatan bangsa dan negara. Pembidangan peran TNI dan Polri dalam rangka mengatasi ancaman perlu ditetapkan berdasarkan tingkat eskalasi dan spektrum ancaman. Dalam konteks tersebut diatas , penugasan TNI dalam operasi militer selain perang digambarkan pada model : Keterlibatan TNI dalam Konteks Keamanan Nasional Dihadapkan pada Eskalasi Ancaman. Model tersebut adalah sebuah model sederhana untuk memudahkan pemahaman tugas TNI dalam konteks operasi militer selain perang. Titik ekstrim paling kiri menunjukan kondisi ideal dimana relatif tid ak ada ancaman, sehingga belum memerlukan kehadiran TNI. Pada kondisi dimana spektrum ancaman masih berupa tindak kejahatan ( kriminal ) penanganan sepenuhnya merupakan kewenangan Polri. Model keterlibatan TNI dalam konteks Keamanan Nasional dihadapkan pada eskalasi ancaman Dalam situasi rawan dapat diklasifikasikan sebagai keadaan konflik intensitas rendah. Konflik intensitas rendah yang dimaksud seperti pemberontakan bersenjata, konflik komunal yang meluas, kerusuhan yang berlarut dan dalam skala besar yang mengganggu ketertiban publik dan kelangsungan fungsi pemerintahan maupun pelayanan masyarakat. Contoh aktual adalah konflik yang terjadi di Poso, Maluku, Kal imantan Tengah, berlarut dan dalam skala besar yang mengganggu ketertiban publik dan kelangsungan fungsi pemerintahan maupun pelayanan masyarakat. Contoh aktual adalah konflik yang terjadi di Poso, Maluku, Kal imantan Tengah, Kalimanatan Barat pada beberapa tahun lalu. Dalam kondisi ini, penanggulangan konflik tidak dapat dilakukan secara biasa dan semata mata oleh instansi fungsional, tetapi perlu menggunakan sumber daya secara khusus. Apabila ancaman terus meningkat sampai memasuki situasi gawat , status wilayah beralih dari tertib sipil menjadi Keadaan Darurat Militer, keterlibatan TNI masih dalam tugas OMSP. Jenis OMSP yang dilakukan oleh TNI sesuai dengan jenis dan bobot ancamanyang dihadapi. Dalam keadaan Darurat Perang, konflik yang terjadi adalah antara dua negara dengan mengutamakan penggunaan kekerasan bersenjata didukung oleh kekuatan diplomasi dan ekonomi. Dalam kondisi ini, TNI tidak lagi melaksanakan tugas OMSP, tetapi sepenuhnya melaksanakan tugas OMP, Unsur - unsur pemerintahan sipil maupun Polri tetap melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab nya di daerah - daerah yang memungkinkan. Penggunaan Kekuatan Pertahanan Kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman atau gangguan terhadap kemanan nasional, apapun jenis dan bentuknya , kekuatan pertahana tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman, tetapi juga untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugas - tugas Internasional. Dari hasil perkiraan ancaman , Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan non - tradisional. Menghadapi Ancaman Keamanan Tradisional Salah satu sasaran penyelenggaraan pertahana negara adalah mempertahankan Indonesia dari ancaman kemanan tradisional, yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara lain yang membahayakan kemerdekaan , kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Meskipun ancaman dan gangguan dalam bentuk invasi tau agresi militer negara l ain terhadap Indonesia kecil kemungkinannya , namun kepentingan untuk dan gangguan dalam bentuk invasi tau agresi militer negara l ain terhadap Indonesia kecil kemungkinannya , namun kepentingan untuk penyelenggaraan pertahanan Indonesia tetap dilaksanakan tanpa batas waktu. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin eksistensi kekuatan pertahanan yang mampu tetap memelihara tegaknya kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah, kebijakan pertahanan Indonesia tetap mengacu pada prinsip Indonesia sebagai banmgsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. Bagi Indonesia, menghadapi setiap bentuk perselisihan dengan negara lain, akan selalu diupayakan sebesar - besarnya melalui penyelesaian secara damai, dan sejauh mungkin menghindari penggunaan kekuatan militer. Perang sebagai bentuk penyelesaian permasalahan akan menimbulkan korban dan penderitaan bagi umat manusia. Sebagai bangsa yang cinta damai, Indonesia mengutamakan tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya diplomatik dalam kerangka Confidence Building Measure ( CBM ) dan Preventive Diplomacy. Penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa yang harus dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara cara damai tidak membuahkan hasil. Untuk menghadapi setiap ancaman dan gangguan militer dari luar, kekuatan pertahanan negara disusun dalam Komponen Utama yakni TNI, didukung Komponen Cadangan , dan Komponen Pendukung yakni segenap sumber daya nasional yang dimilki bagsa Indonesia . Penggunaan kekuatan TNI yang meliputi Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, serta komponen pertahanan lainnya untuk tujuan perang , dilakukan atas keputusan politik pemerintah sebagaimana diatur dalam undang undang dan disesuaikan dengan sasaran serta tingkat eskalasi ancaman yang dihadapi. Menghadapi Ancaman Kemanan Non - Tradisional Selain untuk menghadapi ancaman kemanan nasional, pertahanan negara juga diarahkan untuk menghadapi ancaman dan gangguan keamanan non - tradisional , yang pada dekade terakhir menunjukan insentitas yang cukup tinggi . Dinamika politik di sejumlah negara serta kesenjangna ekonomi dunia yang makin lebar telah menyebabkan kondisi timpang menjadi tidak terhindarkan. Kondisi tersebut lambat laun berkembang dan m enjalar melampaui batas batas negara serta memunculkan aktor - aktor yang memanfaatkan titik - titik rawan di setiap negara. Sebagai negara kepulauan , dengan kemajemukan ethno - religious , Indonesia berpeluang menjadi sasaran ancaman dan gangguan kemanan non - tradisional. Aksi teror , perompakan dan pembajakan, penyelundupan , imigrasi gelap, perdagangan narkotik dan obat obat terlarang, penagkapan ikan secara ilegal, erta pencurian kekayaan alam merupakan bentuk bentuk ancman non - tradisional yang juga dihadapi Indonesia. Tindak kejahatan lintas negara yang semakin meningkat , tidak boleh dibiarkan terus berkembang. Oleh karena itu penggunaan kemampuan pertahanan yang diarahkan untuk memerangi tindak kejahatan lintas negara merupakan prioritas. Sektor pertahanan yang dijadikan prioritas adalah gelar pasukan TNI AD dan TNI AL, di dukung TNI AU terutama untuk mengamankan wilayah wilayah perbatasan, baik wilayah perbatasan darat dan wilayah perbatasan laut, maupun tempat tempat lain dengan tingkat pasukan TNI AD dan TNI AL, di dukung TNI AU terutama untuk mengamankan wilayah wilayah perbatasan, baik wilayah perbatasan darat dan wilayah perbatasan laut, maupun tempat tempat lain dengan tingkat kerawanan yang tinggi. Dalam menghadapi kejahatan lintas negara tersebut TNI tidak bekerja sendiri, karena terkait dengan lingkup fungsi dan tanggung jawab unsur-unsur lembaga pemerintah lainnya. Untuk mewujudkan suatu kesatuan usaha secara nasional, TNI senantias a melakukan koordinasi dan kerjasama dengan semua lembaga fungsional pemerintah dan komponen bangsa terkait. Mengingat tindak kejahatan tersebut juga bersifat lintas negara, maka kerjasama keamanan regional dengan negara-negara lain menjadi penting. Ancaman keamanan non - tradisional yang timbul di dalam negeri dengan motivasi separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan cara cara dialogis. Pendekatan dialogis diharapkan mampu mempengaruhi para pelaku untuk kembali setia kepada Negara Kesatuan Republik indonesia. Apabila pendekatan dialogis untuk mendapat respon positif, maka penggunaan cara cara lain yang lebih tegas sangat mungkin dilakukan demi terpeliharanya stabilitas keamanan nasional dan tetap tegaknya NKRI. · Melawan Terorisme. Ancaman terorisme memerlukan penanganan segera dan TNI berkepentingan langsung untuk mengemban peran dan fungsi memerangi tindak kejahatan terorisme sesuai spektrum ancaman. Dalam memerangi tindak kejahatan terorisme , TNI berpedoman pada pasal 17 Undang - Undang Nomor 3 tahun 2002 , sebagai payung hukum, Landasan hukum lain adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 dan nomor 2 tahun 2002 tentang pasal 17 Undang - Undang Nomor 3 tahun 2002 , sebagai payung hukum, Landasan hukum lain adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 dan nomor 2 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yang telah disetujui DPR menjadi undang - undang. Dalam menghadapi ancaman terorisme, sektor pertahanan akan selalu berpijak pada aturan dan ketentuan hukum yang berlaku baik secara nasional maupun internasional . Pokok pokok kebijakan yang menjadi pedoman dalam memerangi terorisme adalah sebagai berikut : · Perang melawan teroris merupakan kebutuhan mendesak dan dilaksanakan untuk melindungi kedaulatan NKRI dan keselamatan warga negara Indonesia serta warga negara lain yang berada di Indonesia. · Dalam pelaksanaan pemberantasan terorisme, tetap memperhatikan peraturan perundang - undangan yang berlaku serta tidak melanggar hak azazi manusia. · Dalam penggunaan kekuatan pertahanan yakni TNI untuk menumpas terorisme, tidak bersifat diskriminatif , dalam arti bahwa siapapun yang melakukan perbuatan teror akan dihadapi tanpa melihat latar belakang etnis, agama atau golongannya. · Terorisme yang bersifat internasional maupun lokal atau yang saling berkolaborasi, dalam mengatasi nya dilakukan melalui upaya secara terpadu dan terkoordinasi secara lintas instansi dan lintas negara. saling berkolaborasi, dalam mengatasi nya dilakukan melalui upaya secara terpadu dan terkoordinasi secara lintas instansi dan lintas negara. Dalam melaksanakan pokok pokok kebijakan diatas, secara konkrit penanganan ancaman terorisme dapat bersifat mendahului ( preemptif ) , mencegah ( preventif ) , dan menekan ( refresif ) . Upaya preemtif dilaksanakan melalui suatu kegiatan infiltrasi atau operasi untuk menghancurkan basis - basis teroris yang berada di wilayah NKRI, termasuk kegiatan untuk mengungkap jaringan teroris secara tuntas. Untuk menunjang maksud tersebut maka penyiapan pasukan khusus anti teroris yang diperlengkapi dan di latih , maupun peningkatan kemampuan satuan - satuan intelejen penting untuk dilaksanakan. Upaya preventif dimaksudkan untuk mencegah wilayah dan segenap bangsa indonesia, termasuk warga negara lain yang berada di Indonesia dari korban keganasan teroris. Untuk mewujudkan maksud tersebut, maka langkah - langkah kewaspadaan melalui deteksi dan hubungan satuan maupun individu akan terus dikembangkan. Dalam rangka preventif , kegiatan pengamanan VIP ( Very Important Person/s ), obyek dan instalasi vital, sarana dan prasarana publik, sarana dan prasarana internasional, fasilitas negara dan fasilitas penting lainnya akan ditingkatkan. Kegiatan yang bersifat menunjang kegiatan deteksi dan cegah dini seperti surveillance, identifikasi, dan dukungan teknis lainnya akan dilengkapi secara bertahap dan berlanjut. Upaya represif dilaksanakan melalui kegiatan counter - terrorist dalam bentuk operasi militer untuk menumpas jaringan teroris di seluruh wilayah NKRI . Operasi militer dimaksud antara lain meliputi serangan komando ke markas atau basis - basis teroris untuk melumpuhkan para teroris , serta pembebasan sandera , dan kegiatan operasi lain untuk menumpas teroris secara tuntas. Pelaksanaannya melalui koordinasi lintas instansi dan bila diperlukan secara lintas negara. negara. Upaya rehabilitasi diperlukan guna mengembalikan kondisi suatu tempat atau daerah yang terkena dampak kegiatan terorisme, Pelaksanaan rehabilitasi dilaksanakan melalui koordinasi lintas instansi sesuai fungsi masing - masing. Untuk menjamin terlaksananya tindakan terhadap suatu kegiatan teror yang memerlukan penanganan segera, maka peningkatan kemampuan satuan - satuan khusus yang dipersiapkan dan sewaktu - waktu digerakkan adalah penting. Ancaman terorisme dapat bersifat domestik maupun lintas negara, sehingga penanganan nya perlu kerja sama dengan negara negara lain. Dalam memerangi terorisme, kerja sama pertahanan yang telah dilaksnakan mencakup kerjasama intelejen dan kerjasama teknis lainnya. Bentuk - bentuk kerjasama tersebut akan tetap dilanjutkan di masa - masa mendatang. Meskipun menjalin kerjasama internsional , tidak berarti bahwa Indonesia bergantung pada negara lain terutama dalam membuat kesimpulan atau keputusan untuk suatu tindakan terhadap setiap kasus yang terjadi diwilayah indonesia .Terhadap setiap kasus yang dilakukan oleh terorisme diwilayah indonesia, Indonesia senantiasa bersikap independen dan tidak ingin didikte oleh negara manapun. Bantuan negara - negara lain berupa informasi informasi akan diterima dan diposisikan sebagai masukan berharga untuk dipertimbangkan . Namun keputusan atas tindakan yang akan dilakukan tetap merupakan hak pemerintah indonesia . Prinsip dan sikap indonesia seperti ini diharapkan mendapat pemahaman yang proposional dari masyarakat internasional, sehingga tidak mengganggu hubungan dan kerjasama di masa - masa mendatang. · Menghadapi Ancaman Kelompok Separatis Bersenjata di Aceh dan Papua. Pada dekade terakhir, gerakan separatis bersenjata yang dilakukan oleh GAM di Aceh dan OPM di Papua cenderung meningkat. Kelompok separatis tersebut bahkan telah mengembangkan basis basis di luar negeri untuk mendapat simpati dan dukungan dari negara lain. Sementara itu, tindakan destruktif berupa kejahatan dan Kelompok separatis tersebut bahkan telah mengembangkan basis basis di luar negeri untuk mendapat simpati dan dukungan dari negara lain. Sementara itu, tindakan destruktif berupa kejahatan dan kekerasan yang dilakukan kelompok separatis tersebut meningkat cukup tajam terutama yang terjadi di Aceh. Tindakan kejahatan dan kekerasan tersebut menimbulkan keresahan dan ketakutan bagi masyarakat, bahkan meyebabkan gelombang pengungsian dalam jumlah besar. Ancaman dari kelompok separatis bersenjata sesungguhnya merupakan urusan dalam negeri indonesia, sehingga akan diselesaikan dengan cara - cara bangsa indonesia dan dengan memperhatikan hak azazi manusia sebagai nilai - nilai universal yang harus dijunjung . UU Nomor 3 tahun 2002 menugaskan TNI untuk mengatasi ancaman separatis bersenjata . Sejauh ini pemerintah berupaya menempuh penyelesian secara damai dan dialog. Guna penyelesaian konflik di kedua wilayah tersebut , pemerintah telah berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah bersangkutan dengan memberikan otonomi khusus di provinsi Nangroe Aceh darusallam ( NAD ) dan Papua , serta meningkatkan pembangunan di daerah . Aceh Pemulihan keamanan di Aceh merupakan urusan dalam negeri Indonesia, namun peran serta pihak lain untuk menuju perdamaian abadi tetap dihargai. Karena itu , perjanjian untuk mengakhiri permusuhan dengan pihak GAM yang ditanda tangani tanggal 9 Desember 2002 di jenewa, diterima menjadi kerangka acuan menuju langkah langkah penyelesaian selanjutnya. Mekanisme penyelesaian yang telah disepakati bersama perlu tetap dipatuhi semua pihak. Pemerintah RI akan menghormati kesepakatan tersebut dan melanjutkan dengan tahap -tahap berikutnya dengan keinginan luhur untuk menyadarkan kelompok GAM agar kembali kepangkuan ibu pertiwi, membangun masa depan masyarakat Aceh dalam bingkai NKRI yang lebih cerah. Jalan menuju perdamaian abadi masih sangat pertiwi, membangun masa depan masyarakat Aceh dalam bingkai NKRI yang lebih cerah. Jalan menuju perdamaian abadi masih sangat panjang serta menuntut usaha dan kerja bersama antara Pemerintah Indonesia dan GAM . Pemerintah Indonesia tetap berharap bahwa kemauan bersama untuk mewujudkan perdamaian di Aceh didukung semua pihak, baik Henry Dunant Center ( HDC ) maupun utusan negara - negara lain yang tergabung dalam Joint Securty Committee ( JSC ) dapat dilaksanakan dengan baik. Apabila di kemudian hari ternyata perjanjian kesepakatan damai tidak dapat dilaksanakan dengan baik , maka pemerintah RI pada saatnya terpaks a harus mengambil langkah - langkah lain guna mempertahankan kedaulatan negara , keutuhan wilayah nasional, dan keselamatan rakyat Aceh. Papua Kelompok separatis OPM di Papua masih terus melakukan aktifitasnya, antara lain dengan pola propaganda, hasutan, teror. perompak dan tekanan masyarakat. Tindakan OPM tersebut menimbulkan keresahan dan ketakutan masyarakat. OPM dan simpatisannya meningkatkan aktifitasnya dengan membangun jaringan di luar negeri untuk mencari dukungan masyarakat internasional. SEjauh ini intehrasi wilayah NKRI tetap mendapat dukungan kuat dari masyarakat internasional yang memandang masalah Papua adalah urusan internal bangsa Indonesia. Mengatasi kelompok separatis OPM merupakan tugas TNI untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI. Dalam pelaksanaan nya mengedepankan pendekatan - pendekatan persuasif . Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan pihak - pihak separatis OPM agar kembali bersatu dengan saudara - saudara nya yang lain dalam bingkai NKRI. Namun demikia , apabila dengan upaya dan pendekatan tersebut tidak mendapat respons positif dari pihak OPM, maka Pemerintah akan mempertimbangkan penggunaan cara lain yang lebih efektif. Pemerintah akan mempertimbangkan penggunaan cara lain yang lebih efektif. · Menghadapi Ancaman dan Gangguan Kelompok Radikal. Selain mengahadapi kelompok separatis, Indonesia juga mengahdapi ancaman dan gannguan yang di lakukan oleh kelompok kelompok radikal. Radikalisme di Indonesia pada umumnya bersumber dari masalah ideologi dan politik . Di negara - negara berkembang, termasuk Indonesia, terdapat beberapa kelompok masyarakat yang belum memiliki kedewasaan dalam berpolitik. Ideologi sering dipertentangkan dan berkembang menjadi gerakan - gerakan radikal yang mengganggu stabilitas keamanan nasional. Akibat fanatisme berlebihan dalam mempertahankan ideologi masing - masing dan belum adanya kematangan berpolitik mendorong para penggerak dan pengikutnya melakukan tindakan radikal yang dapat mengancam stabilitas nasional. Berbagai aksi radikalisme dialami Indonesia, dalam bentuk tindakan kekerasan sampai kepada pemberontakan yang berlatar belakang ideologi . Aksi - aksi tersebut di antaranya pemberontakan DI / TII ( Darul Islam / Tentara Islam Indonesia ) Pemberontakan PKI ( Partai Komunis Indonesia ) 1948 dan 1965, dan pembajakan pesawat Garuda Woyla di bandar udara Don Muang, Bangkok pada tanggal 31 Maret 1981. Penggunaan kekuasaan otoriter di masa lalu mampu meredam kelompok - kelompok radikal, sehingga tidak dapat berkembang . Namun dalam era Reformasi cenderung memberi peluang kebebasan yang berlebihan , maka muncul kembali gerakan radikal yang memperjuangkan kepentingan dan keinginannya yang bertentangan dengan kepentingan nasional. Hal itu dapat dilihat dari aksi - aksi demonstrasi massa yang berubah menjadi gerakan anarkhis, perusakan beberapa fasilitas umum, provoakasi - provokasi yang kemudian menimbulkan konflik komunal berkepanjangan, peledakan bom di berbagai tempat dan di Pantai Kuta Bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Kehadiran TNI dalam mengatasi aksi - aksi kelompok radikal tersebut pada dasarnya adalah melaksanakan tugas OMSP dalam bentuk memberi bantuan kepada Polri. Apabila spektrum ancaman meningkat menjadi ancaman terhadap kemananan nasional yang ditimbulkan oleh aksi - aksi radikal, pemerintah perlu mengambil langkah - langkah yang lebih efektif. Keberadaan laskar - laskar ( milisi ) dengan atribut dan kelengkapan meyerupai militer, terlebih lagi apabila memiliki atau menggunakan senjata tajam atau senjata api telah menimbulkan keresahan masyarakat . Penggunaan kekerasan bersenjata atau kekuatan militer untuk mewujudkan keamanan nasional merupakan monopoli negara ( monopoly of forces ) . Kewenangan penguasaan dan penggunaan nya hanya di tangan pemerintah yang sah. Kehadiran laskar - laskar dengan atribut dan peralatan menyerupai militer akan mengganggu tata nasional Indonesia (national order ), khususnya penegakan keamanan dan ketertiban masyarakat yang diemban Polri , maupun penggunaan kekuatan bersenjata yang di emban TNI. Untuk kepentingan kemanan yang lebih luas, perlu dipromosikan peraturan perundangan yang melarang organisasi kemasyarakatan berwujud milisi atau beratribut menyerupai aparat keamanan. yang · Mengatasi Konflik Komunal. Heterogenitas bangsa Indonesia dalam suku, agama , ras dan antar golongan ( SARA ) mengandung kerawanan dan berpeluang timbulnya konflik komunal yang terjadi selama ini banyak di picu oleh isu SARA. Peristiwa yang terjadi di Sulawesi Tengah ( Poso ), Maluku serta Kalimantan ( Sampit, Sambas dan Sanggau Ledo ) merupakan akibat provokasi pihak tertentu yang kemudian berkembang menjadi konflik yang luas. Perselisihan kecil antar warga masyarakat yang semula berawal dari masalah sosio - ekonomi misalnya, dapat dihembuskan menjadi isu SARA dan berkembang menjadi konflik dengan kekerasan. Konflik - konflik tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang pengungsian besar - besaran, korban jiwa, harta benda, kerusakan lingkungan dan infrastruktur dalam jumlah besar. Konflik yang berlangsung relatif lama itu telah mengakibatkan gangguan terhadap stabilitas keamanan di daerah , bahkan melumpuhkan sendi sendi kehidupan masyarakat setempat dan mengganggu stabiltas nasional. Pmerintah telah berupaya mengatasi konflik -konflik tersebut dengan memadukan segenap kemampuan bangsa. Walaupun upaya tersebut telah dapat meredakan situasi. Pelibatan kekuatan TNI dalam penanganan konfli komunal adalah dalam kerangka pelaksanaan tugas OMSP. · Mengatasi Kerusuhan Sosial Kerusuhan sosial yang dimaksud dalam bagian ini adalah berbagai tindakan kerusuhan yang dilakukan masyarakat yang kemudian berkembang menjadi anarkhis dan destruktif sehingga menyebabkan terganggunya funsi pemerintahan dan masyarakat , seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan perdagangan . Dalam hal instrumen negara lainnya memerlukan bantuan TNI untuk menghadapinya, maka bantuan dimaksud akan diberikan oleh TNI sesuai mekanisme dan peraturan pelibatan yang berlaku. Bantuan TNI dimaksud dapat dikatogorikan dalam Pemerintah Sipil atau bantu kepada Polri. bentuk bantuan kepada dimaksud dapat dikatogorikan dalam bentuk bantuan kepada Pemerintah Sipil atau bantu kepada Polri. · Mengatasi Perompakan dan Pembajakan di Laut. Salah satu bentuk ancaman nyata yang dihadapi Indonesia adalah perompakan dan pembajakan di wilayah perairan Indonesia. Bentuk kejahatan tersebut pada dekade terakhir ini memperlihatkan peningkatan yang menonjol, dan menyebabkan keamanan serta penegakkan hukum di wilayah perairan Indonesia sangat terganggu. dampak nya tidak saja dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara negara lain yang turut menggunakan wilayah perairan Indonesia. Menjamin keamanan dan penegakkan hukum di laut merupakan salah satu tugas pokok TNI. Namun berbagai instansi fungsional pemerintah lainnya juga mempunyai kewenangan dalam kemanan di laut, seperti polri , Departemen Kelautan dan perikanan, Departemen Kehakiman dan HAM serat unsur - unsur kemanan laut lainnya. Kerjasama TNI dengan lembaga - lembaga tersebut sengat penting dalam mengatasi tindakan kejahatan perompakan dan pembajakan di laut. Selain dengan lembaga pemerintah, keterlibatan segenap lapisan masyarakat sesuai kemampuan dan fungsi masing - masing juga akan mendukung terciptannya kesatuan usaha untuk mempersempit ruang gerak para pelaku kejahatan. Sejauh ini telah berusaha untuk memerangi para perompak dan pembajak, namun belum dapat mengatasi masalah secara tuntas. Mengingat kejahatan ini bersifat lintas negara dan menyangkut kepentingan negara - negara lain, maka perlu kerjasama anatar negara pembajak, namun belum dapat mengatasi masalah secara tuntas. Mengingat kejahatan ini bersifat lintas negara dan menyangkut kepentingan negara - negara lain, maka perlu kerjasama anatar negara kawasan Asia Tenggara. Kerjasama antar negara yang sudah terjalin seperti dengan Singapura, Malaysia dan Jepang, perlu terus dilanjutkan dan dikembangkan di masa mendatang dengan memperhatikan kepentingan bangsa Indonesia. · Mengatasi Imigrasi Ilegal Posisi strategis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera, telah dimanfaatkan oleh imigran gelap dengan menjadikan wilayah Indonesia sebagai daerah transit untuk mencapai negara tujuan. Kegiatan ilegal tersebut diorganisir secara rapi oleh jaringan internasional, baik yang berada di n egara asal maupun di negara tujuan. Gelombang imigran gelap meningkat tajam ketika beberapa negara di Asia Tengah , Timur Tengah , dan beberapa negara di Afrika dilanda konflik. Indonesia tidak mengijinkan wilayah dan warga negara nya terlibat dalam kegiatan imigran gelap. Mengatasi imigran gelap memerlukan kerjasama dan saling pengertian pemerintah negara negara yang terkait. Untuk memerangi kegiatan ilegal tersebut Indonesia meningkatkan intensitas patroli dan pengawasan oleh unsur - unsur TNI. Mengingat kegiatan tersebut bersifat lintas negara, maka kerjasama dengan negara lain penting dilaksanakan. Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya pertahanan dalam bentuk penegakan kedaulatan dan huku di laut akan terus ditingkatkan . Pemenuhan perlengkapan TNI dengan kapal - kapal patroli cepat, teknologi pengawasan yang menggunakan radio satelit. akan dilaksanakan secara bertahap. Kekurangan yang terjadi selama ini telah menyebabkan maraknya kegiatan ilegal tersebut, antara lain karena faktor perijinan, pengawasan, penegakan hukum, penyidikan, dan pengadilan. Ke depan , kelemahan - kelemahan tersebut perlu di benahi . Karena itu, peningkatan kerjasama antara TNI dengan i nstansi pemerintah yang terkait dengan penegagkan keamanan di laut akan terus dilakukan. · Mengatasi Penebangan Kayu Ilegal dan Penyelundupan. seperti hal nya penagkapan ikan secara ilegal, perambahan hutan secara ilegal dan kegiatan penyelundupan kayu gelondongan melalui wilayah - wilayah perbatasan cukup marak terjadi. Keterbatasan kemampuan pemerintah RI melakukan pengawasan wilayah perbatasan darat dan laut, memperbesar peluang terjadinya kegiatan penyelundupan. Penyelundupan yang terjadi tidak hanya berupa penyelundupan kayu gelondongan dan hasil hutan, tetapi juga penyelundupan barang-barang lain seperti barang elektronik, mesinmesin, bahkan penyelundupan senjata ringan serta amunisi dan bahan peledak.Berbagai tindakan kejahatan tersebut secara langs ung atau tidak langsung merupakan ancaman bagi keamanan Indonesia. Para penyelundup tersebut memiliki organisasi yang cukup rapi dan profesional, serta jaringan lintas negra dan perlu diwaspadai kemungkinan memiliki hubungan dengan kelompok teroris dan separatis. Untuk memutuskan rantai kegiatan penyelundupan tersebut , kegiatan pengawasan dan pengamanan perbatasan akan ditingkatkan dan akan menjadi perhatian sektor pertahanan. Selanjutnya kerjasama pengamanan perbatasan seperti GBC dan JBC dengan Malaysia , Filipina, dan Papua Nugini termasuk kerjasama operasional anatar matra akan teurs di laksanakan. Membantu Pemerintahan Sipil ( Pemerintahan Daerah ) Pemerintahan sipil yang dimakksud di sini adalah pemerintahan yang dipimpin dipilh oleh rakyat seperti Gubernur dengan provinsinya , Bupati dengan Kabupatennya dan Walikota dengan kotanya. Membantu pemerintahan sipil dalamkonteks ini adalah membantu Gubernur, Bupati dan Walikota dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi pemerintahan masing masing. Bantuan kepada pemerintahan sipil merupakan kewajiban TNI untuk menegakkan stabilitas nasional bagi kelangsungan pelaksanaan pembangunan nasional. Bantuan dimaksud dapat ditempuh dalam dua cara yakni atas permintaan pemerintah daerah (cq. Gubernur , Bupati, Walikota ) kepada komando militer daerah setempat, atau melalui program bhakti TNI yang dikoordinasikan. Apabila pemerintah daerah (Gubernur, Bupati, Walokota) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan menghadapi kesulitan yang memerlukan bantuan militer, maka dapat meminta kepada komandan militer daerah. Sesuai PP No. 16 Tahun 1960, dalam hal pemerintah daerah meminta bantuan mileter, maka pemerintah daerah mengajukan permintaan bantuan kepada komandan militer daerah setempat. Selanjutnya komandan militer daerah akan menunjuk unsur TNI untuk memberikan bantuan sesuai yang bantuan mileter, maka pemerintah daerah mengajukan permintaan bantuan kepada komandan militer daerah setempat. Selanjutnya komandan militer daerah akan menunjuk unsur TNI untuk memberikan bantuan sesuai yang diperlukan. Dalam hal komandan militer daerah merasa keberatan, maka dapat mengajukan keberatan kepada Presiden dalam hal ini Menteri Pertahanan secara hierarkhis. Bantuan TNI kepada Pemerintah Daerah, dapat pula dilaksanakan atas dasar rasa terpanggil unsur-unsur TNI oleh adanya situasi khusus yang memerlukan penanganan segra. Misalnya adanya bencana alam, aksi terorisme, kerusuhan-kerusuhan, yang kalau dibiarkan akan mengakibatkan terjadinya korban-korban, pembunuhan-pembunuhan, pelanggaran HAM, perusakan dan penjarahan. Bantuan TNI kepada pemerintahan sipil dapat berwujud dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti : · Melaksanakan tugas bantuan kepolisian untuk menegakkan keamanan dan ketertiban masyarakat, seperti mengatasi gangguan keamanan akibat kerusuhan dan hurhara, teror, konflik komunal, konflik etnis, dan konflik lain yang mengganggu stabilitas keamanan. · Melaksanakan tugas bantuan kemanusiaan mengatasi dampak bencana alam yang menimbulkan korban terhadap penduduk dan kerusakan infrastruktur di sekitar lokasi bencana alam. · Melaksanakan tugas bantuan kemanusian mengatasi kondisi darurat seperti terjadinya gelombang pengungsian akibat kerusuhan, huruhara, konflik komunal, bencana alam atau karena alasan lain. · Melaksanakan tugas bantuan kemanusiaan mengatasi kesulitan sarana nagkutan misalnya pada saat hari raya keagamaan, terjadi pemogokan pekerja transportasi, atau membantu penanganan TKI yang bermasalah. yang bermasalah. Bantuan kepada pemerintahan sipil telah dilaksanakan TNI sejak lama. Secara terprogram bantuan tersebut diwadahi dalam kegiatan " Bhakti TNI " yang telah di mulai sejak tahun 1980 dilaksanakan secara gabungan maupun berdiri sendiri oleh tiap matra, antara lain : Operasi " TNI Manunggal Masuk Desa " secara gabungan Operasi " surya Bhaskara Jaya " oleh TNI AL , Operasi " Pelangi Nusantara " oleh TNI AU , Operasi " Bhakti Imbangan " yang dilaksanakan TNI AD dan kegiatan bhakti dalam skala terbatas sesuai situasi dan kebutuhan. Operasi Bhakti TNI tidak hanya melibatkan TNI, tetapi juga merupakan kegiatan bersama dengan instansi pemerintah lainnya. Sejak tahap perencanaan , telah melibatkan Pemerintah Daerah setempat serta instansi instansi terkait lainnya dalam menyusun sasaran, kegiatan, serta mekanisme pelaksanaannya. Bentuk - bentuk kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan non fisik maupun fisik. Kegiatan non fisik bertujuan untuk memantapkan nilai nilai kebangsaan. Sedangkan kegiatan fisik bertujuan untuk membantu mengatasi kesulitanyang dihadapi masyarakat, dengan menyiapkan sarana non fisik maupun fisik. Kegiatan non fisik bertujuan untuk memantapkan nilai nilai kebangsaan. Sedangkan kegiatan fisik bertujuan untuk membantu mengatasi kesulitanyang dihadapi masyarakat, dengan menyiapkan sarana dan prasarana lain : · Berpartisipasi dalam kegiatan membangun dan memperbaiki fasilitas umum seperti ; jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, dan sarana ibadah, prasarana penunjang kesehatan, iigasi, pasar, rumah penduduk dan sebagainya. · Memberikan bantuan pelayanan kesehatan dan obat - obatan bagi masyarakat yang tidak mampu serta bantuan logistik terutama Sembilan Bahan Pokok . Kegiatan ini diutamakan untuk daerah terpencil di seluruh wilayah Indonesia yang sulit dijangkau oleh transportasi umum. · Membantu pemerintah dalam melaksanakan penghijauan kembali hutan yang telah gundul ( Manunggal Reboisasi ) · Membantu program pmerintah di bidang pendidikan , seperti bantuan melaksanakan pengajaran terhadap rakyat yang masih buta aksara agar dapat membaca dan menulis , terutama di daerah pedalaman. Kegiatan Bhakti TNI yang dilakukan sejak tahun 1980 telah menghasilkan sejumlah pembangunan fisik maupun non fisik sampai dengan tahun 2002, pembangunan fisik yang telah diselesaikan melalui Bahkti TNI secara gabungan antara lain : · Jalan, panjang total 25.795 Km ( membuka jalan baru, pengaspalan , pelebaran ) · Sekolah sebanyak 762 buah ( bagunanan baru dan rehabilitasi ) · Sarana ibadah 4.493 buah ( terdiri atas mesjid, gereja dan pura, baik bangunan baru maupun rehabilitasi ) · Jembatan 8.927 buah ( bangunan baru dan rehabilitasi ) · Irigasi 5.301 km. · Pencetakan sawah 563 Ha · Sarana air minum berupasumur / pemasangan pompa 61.318 buah · Gedung Puskesmas 936 buah ( bangunan baru dan rehabilitasi ) · Jamban keluarga dan WC umum 5.235 buah · Sarana MCK ( Mandi - Cuci - Kakus ) 10.927 buah Data yang disajikan di atas adalah sebagian dari hasil Bhakti TNI yang dilaksanakan secara gabungan semua matra dalam Operasi " TNI Manunggal Masuk Desa " Selain data tersebut , masih banyak lagi hasil - hasil pembangunan fisik lainnya, Khususnya pembangunan fisik yang dihasilkan dalam kegiatan Bhakti TNI secara gabungan maupun yang dilakukan masing - masing matra secara mandiri. Dari hasil evaluasi dan umpan balik dari pemerintah daerah dan masyarakat yang sudah terlayani menyatakan bahwa Bhakti TNI sangat positif dan layak dilanjutkan . Oleh karena itu, kegiatan Bhakti TNI dan bentuk -bentuk bantuan lainnya kepada pemerintah daerah akan tetap dilaksanakan sesuai kebutuhan. Pembangunan Teritorial Untuk Pertahanan Dalam konteks penyelenggaraan pertahanan negara, teritorial meliputi wilayah negara, penduduk , sumber kekayaan alam dan buatan, sarana dan prasarana lainnya, serta kondisi sosial masyarakat . Teritorial merupakan wadah , alat dan kondisi juang bagi berlangsungnya penyelenggaraan fungsi pertahanan negara. Berlangsungnya penyelenggaraan pertahanan negara sangat tergantung dari kesiapan dan daya dukung teritorial. Untuk mencapai kesiapan dan daya dukung tersebut, maka teritorial perlu dibangun dan dikelola baik untuk kepentingan kesejahteraan, sekaligus bagi kepentingan pertahanan negara. Sejalan dengan Sistem Pertahanan Semesta seperti kesiapan dan daya dukung tersebut, maka teritorial perlu dibangun dan dikelola baik untuk kepentingan kesejahteraan, sekaligus bagi kepentingan pertahanan negara. Sejalan dengan Sistem Pertahanan Semesta seperti tertuang dalam UU No. 3 tahun 2002 , maka TNI selaku Komponen Utama peetahanan negara dituntut untuk memahami secara mendalam dan turut membangun kondisi teritorial wilayah yang mendukung upaya - upaya pertahanan negara . Oerganisasi teritorial atau wilayah TNI yang ada saat ini masih relevan dan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan lingkungan dan tuntutan pertahana negara. Pengamanan Obyek Vital Obyek vital yang dimaksud disini adalah tempat, sarana dan prasarana produksi, atau bangunan penting yang mempunyai nilai strategis, baik secara nasional maupun internasional. Obyek vital dimaksud rawan terhadap sabotase, peledakan, maupun tindakan perusakan lainnya. Atas dasar itu, maka pengamanan obyek vital menjadi penting, sehingga mendapat penekanan tersendiri dalam Peraturan Pemerintah Penggati Undang Undang ( Perpu ) Nomor 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yang telah disetujui DPR menjadi undang - undang. Dengan adanya ancaman non - tradisional seperti terorisme dan aksi huru - hara, maka diperlukan langkah - langkah pengamanan obyek vital. Selama ini tugas tersebut telah dilaksanakan dan dimasa depan masih relevan dilaksanakan TNI. Kerjasama Pertahanan Kerjasama Internasional di bidang pertahanan merupakan bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia sebagai salah satu jembatan untuk membangun rasa saling percaya dengan bangsa - bangsa lain. Keterlibatan Indonesia secara aktif dalam menjamin stabilitas dan perdam aian dunia telah ditunjukkan melalui pengiriman pasukan perdamaian ke sejumlah negara di dunia yang dilanda konflik. Keterlibatan TNI dalam pasukan PBB telah dimulai sejak tahun 1957 dengan mengirimkan Kontingen Garuda ( KONGA - I ) ke Mesir dengan kekuatan 559 pasukan. Semenjak itu TNI senantiasa terlibat secara aktif dalam tugas - tugasa Internasional di bawah bendera PBB, dengan melaksanakan tugas pengawasan polisionil , gencatan KONGA - I ) ke Mesir dengan kekuatan 559 pasukan. Semenjak itu TNI senantiasa terlibat secara aktif dalam tugas - tugasa Internasional di bawah bendera PBB, dengan melaksanakan tugas pengawasan polisionil , gencatan senjata, perlindungan keamanan keselamatan serta bantuan kemanusiaan. Sealam 46 tahun turut melaksanakan tugas - tugas Internasional, TNI telah mengirimkan 95 Kontingen Garuda dan Pengamat Militer ( atau total 15.838 personel ) ke 18 nnegara yang tersebar di tiga benua yakni Asia, Eropa dan Afrika. Saat ini Indonesia mengirimkan personel militer TNI untuk memperkuat Kontingen PBB di 5 negara , yakni di Georgia, Sierra Leone, Kongo, Kuwait dan Prevlaka. Pelibatan pasukan TNI di masa manda tang tetap dilanjutkan, disesuaikan dengan permintaan PBB dan keputusan politik pemerintah. Dalam rangka turut memelihara regional, kerjasama pertahanan akan di prioritaskan pada kerjasama bilateral dengan negara - negara di Asia Tenggara dan dengan negara - negara sub kawasan Pasifik Barat Daya. ASEAN (South East Asia Nations) serta forum kerjasama keamanan ARF (ASEAN Regional Foum) dan Forum Dialog Pasifik Barat Daya merupakan wadah kerjasama antar negara anggota kawasan yang penting untuk dikembangkan di masa mendatang. Melalui forum -forum tersebut permasalahan-permasalahan kawasan akan dapat diselesaikan dengan mengedepankan semangat kebersamaan, perimbangan kepentingan yang dibangun berdasarkan prinsip persamaan hak, saling menghormati dan tidak saling intervensi. Kerjasama bilateral di bidang pertahanan diarahkan untuk membangun rasa saling percaya dan memecahkan masalah -masalah keamanan yang dihadapi bersama. Masalah keamanan yang mendesak untuk ditangani bersama adalah mengatasi kejahatan lintas negara dan isuisu keamanan perbatasan lainnya. keamanan yang dihadapi bersama. Masalah keamanan yang mendesak untuk ditangani bersama adalah mengatasi kejahatan lintas negara dan isuisu keamanan perbatasan lainnya. Wilayah perbatasan yang jauh dari pengawasan sering dimanfaatkan pihak-pihak tertentu sebagai gerbang kegiatan ilegal, misalnya perompakan/pembajakan, penyelundupan, penangkapan ikan secara ilegal, perambahan hutan ilegal, penggeseran patok-patok perbatasan dan pelintasan batas ilegal. Ancaman-ancaman tersebut diatas juga sering terjadi di sekitar alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) yang menyebabkan terganggunya pelayaran di sekitar wilayah tersebut. Akibatnya tidak saja dirasakan oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara lain yang memanfaatkan ketiga ALKI tersebut. Singapura Kerjasama pertahanan antara Indonesia - Singapura telah berlangsung lama melalui pembentukan komite kerjasama kedua negara. Kerjasama pertahanan dengan Singapura terus berkembang dengan adanya latihan bersama antara matra, seperti antar Angkatan Darat (SAFKAR -INDOPURA), antar Angkatan Laut (EAGLE-INDOPURA) dan antar Angkatan Udara (ELANG - INDOPURA) yang diselenggarakan secara rutin. Selain dalam bentuk latihan, kerjasama dengan Singapura juga dilaksanakan melalui perjanjian tentang Military Training Area (MTA) sebagai daerah latihan yang dapat digunakan ke dua negara. Untuk lebih menyempurnakan proses dan prosedur penggunaan MTA RI - Singapura, ke depan perlu adanya evaluasi terhadap perjanjian tersebut. Dalam menghadapi isu-isu kejahatan lintas negara seperti terorisme, perompakan dan pembajakan, kerjasama dengan Singapura adalah penting. Oleh karena itu perlu ditingkatkan pada tahun-tahun yang akan datang. Malaysia Kerjasama di bidang Pertahanan dengan Malaysia telah diawali melalui security Arrangement pada tahun 1972, yang kemudian membentuk Komite Perbatasan. Komite Perbatasan tersebut bermanfaat untuk penanganan isuisu keamanan di wilayah perbatasan. Isu-isu keamanan tersebut antara lain, perompakan/pembajakan dan penyelundupan, perambahan hutan ilegal, penggeseran patok-patok perbatasan, dan masalah pelintas batas. Unsur-unsur TNI telah ditempatkan di perbatasan, bekerjasama dengan pihak Malaysia dalam rangka mencegah dan mengatasi isu-isu keamanan perbatasan. Luasnya wilayah yang harus diamankan, serta kondisi alam yang sangat berat, cukup menyulitkan aparat keamanan. Saat ini unsur-unsur TNI yang ditempatkan di perbatasan masih dalam hubungan satuan tugas yang kecil. Ke depan, kekuatan dan kemampuan TNI tersebut akan ditingkatkan secara bertahan sesuai keperluan dan kondisi. Kerjasama terpadu dengan unsur-unsur dari lembaga pemerintah terkait dalam melaksanakan pengamanan wilayah perbatasan sangat penting dan akan ditingkatkan. Selama ini kerjasama di wilayah perbatasan berlangsung dalam mekanisme yang dipayungi forum GBC dan JMBC. Diharapkan forum ini akan menjadi wadah yang efektif TNI dalam m enyelesaikan masalah-masalah perbatasan. Kerjasama pertahanan dalam bentuk latihan militer seperti KEKAR MALINDO, MALINDOJAYA, ELANG MALINDO, AMANMALINDO, DARSASA, sangat bermanfaat dalam rangka meningkatkan hubungan pertahanan ke dua negara. Selanjutnya kerjasama juga akan ditingkatkan dalam rangka mengatasi gangguan keamanan yang mendesak seperti terorisme, perompakan/pembajakan di laut, penyelundupan dan kejahatan lintas negara lainnya. Filipina Hubungan dengan Filipina telah berlangsung lama dan terjalin cukup baik. Hubungan Indonesia - Filipina makin erat dengan keterlibatan Indonesia dalam beberapa kali pengiriman personel militer yang bertugas sebagai pengawas internasional dalam masalah Moro. Hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang batas maritim ke dua negara. Kerjasama RI - Filipina dalam isu perbatasan telah terjalin melalui forum JBC, dengan agenda yang dilaksanakan secara rutin. Disamping JBC terdapat forum JBC (Joint Commision for Bilateral Cooperation) membicarakan keamanan masalah-masalah bersama. Antara yang lain, berhubungan pelintasan dengan batas yang isu-isu tradisional, penyelundupan, perompakan dan pembajakan di perbatasan maritim dan kejahatan lintas negara lainnya. Menghadapi isu terorisme dan kejahatan lintas negara lainnya, kerjasama pertahanan dengan Filipina penting untuk dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk yang lebih konkrit. Thailand Hubungan dan kerjasama pertahanan dengan Thailand berlangsung sejak lama dan cukup baik. Dengan Thailand terdapat kesamaan pandangan terutama dalam menyikapi isu-isu keamanan nontradisional di kawasan Asia Tenggara. Sejauh ini Thailand banyak membantu Indonesia untuk mengatasi pelaku tindak kejahatan lintas negara yang berusaha menyelundupkan senjata membantu Gerakan Aceh Merdeka. Khusus dalam menangani isu terorisme International, dan kejahatan lintas negara lainnya, kerjasama pertahanan dengan Thailand di masa-masa mendatang penting untuk dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk yang lebih operasional. Anggota ASEAN lainnya Tidak kalah pentingnya adalah kerjasama internasional di bidang pertahanan dengan negara-negara anggota ASEAN yang lain. Kerjasama yang ditempuh selama ini berada dalam mekanisme bilateral, dan ke depan penting untuk terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan stabilitas pertahanan dengan negara-negara anggota ASEAN yang lain. Kerjasama yang ditempuh selama ini berada dalam mekanisme bilateral, dan ke depan penting untuk terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara. Papua Nugini (PNG) PNG merupakan negara tetangga di sebelah Timur dengan perbatasan darat yang panjang dengan Indonesia. Hubungan bilateral dengan PNG telah berlangsung cukup baik. Sejak awal kedua negara telah menyepakati batasbatas wilayah darat dan perairan. Isu keamanan yang dihadapi banyak bersumber dari gangguan keamanan yang dilakukan kelompok separatis OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang memanfaatkan wilayah PNG. Seringkali anggota OPM masuk ke wilayah PNG untuk menghindari pengejaran yang dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia. Selain itu, kegiatan pelintas batas secara tradisional juga sering dilakukan oleh penduduk yang bermukim di sekitar garis perbatasan. Dalam menangani isu-isu keamanan tersebut memerlukan kerjasama kedua negara. Wadah kerjasama Indonesia - PNG, yakni JBC (Joint Border Committee) dinilai masih cukup efektif. Berbagai agenda bersama dilaksanakan secara rutin untuk mencegah dan menangani masalah-masalah yang timbul. Ke depan, wadah kerjasama JBC masih tetap diperlukan. Timor Leste Adanya enclave Oekusi di tengah wilayah Indonesia merupakan kenyataan yang cukup spesifik didalam menangani masalah perbatasan dengan Timor Leste. Lalu lintas manusia dan barang dari Oekusi melalui wilayah Indonesia perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil potensi gangguan keamanan, terlebih kerena masih adanya sentimensentimen masa lalu terutama oleh penduduk ex Timor-Timur. Diwilayah perbatasan darat lainnya juga masih berpotensi timbulnya gangguan keamanan, seperti perdagangan ilegal dan penyelundupan, serta gangguan kriminal, termasuk pelintas batas tradisional. Isu-isu milisi yang masih sering diangkat oleh pihak-pihak tertentu, berpotensi mengganggu hubungan kedua negara. Masih terdapatnya sejumlah pengungsi Timor Leste di wilayah Timor Barat juga akan banyak berpengaruh terhadap penyelesaian masalah-masalah keamanan di perbatasan. Penempatan TNI di wilayah perbatasan diharapkan dapat membantu menegakkan keamanan dan masih perlu dipertahankan keberadaannya. Perundingan-perundaingan bilateral dengan Timor Leste sedang dilaksanakan untuk penentuan batas wilayah kedua negara. Australia Australia merupakan tetangga yang berbatasan dengan Indonesia di luar kawasan Asia Tenggara. Hubungan kerjasama pertahanan Indonesia Australia telah terjalin lama, namun seringkali mengalami pasang surut sebagai dampak dari pasang surut hubungan politik kedua negara. Kerjasama pertahanan kedua negara pernah berada pada titik terendah pada tahun 1999 sehubungan dengan posisi Australia dalam penyelesaian masalah Tmor Leste. Tmor Leste. Kerjasama di bidang pertahanan dengan Australia, Indonesia tetap berpijak pada prinsip-prinsip CBM yang mengedepankan semangat kebersamaan dan perimbangan kepentingan dan dibangun berdasarkan persamaan hak, saling menghormati, dan tidak mencampuri urusan intern masing-masing. Kerjasama dengan Australia kedepan akan lebih ditingkatkan untuk mengatasi isu-isu kejahatan lintas negara seperti terorisme dan imigran gelap, termasuk dalam penanganan masalah nelayan tradisional. Cina Normalisasi hubungan diplomatik RI-Cina tahun 1990, telah membawa banyak kemajuan dalam peningkatan kerjasama di berbagai bidang, termausk bidang pertahanan. Cina dapat merupakan alternatif dalam mendukung pengadaan peralatan TNI. Hubungan kerjasama pertahanan selama ini masih dalam taraf penjajagan, dan penting untuk dilanjutkan di masa mendatang. Amerika Serikat Kerjasama Pertahanan dengan Amerika Serikat telah berlangsung sejak tahun 1950. Hingga saat ini kerjasama yang berlangsung diwujudkan melalui wadah IMET (International Military Education and Training) atau E IMET (Expanded IMET). Begitupun kerjasama dalam bentuk latihan militer. Sejak tahun 1999 Amerika Serikat memberlakukan restriksi kerjasama pertahanan, dimana IMET dibekukan dan pengadaan alat peralatan militer dibatasi pada alat peralatan militer yang tidak mematikan (non-lethal weapon). Dibalik kondisi yang digambarkan diatas, kerjasama pertahanan Indonesia-AS masih tetap berlangsung dalam skala terbatas. Kerjasama dimaksud antara lain melalui latihan operasional laut bersama. Hubungan bilateral di bidang pertahanan dengan AS penting artinya, baik bagi kedua negara, mapun dalam menghadapi isu-isu keamanan global dan regional. negara, mapun dalam menghadapi isu-isu keamanan global dan regional. Upaya-upaya untuk menyehatkan kembali hubungan tersebut telah dilakukan. Pada bulan September 2001 Presiden Megawati mengunjungi AS seminggu setelah peristiwa 11 September 2001. Dalam Joint Statement dengan Presiden Bush disepakati untuk dilaksanakan security dialog antara kedua Departem en Pertahanan. Security dialog yang pertama dilaksanakan di Jakarta pada bulan April 2002, dan selanjutnya akan dilaksanakan setiap tahun secara bergantian. Pada tanggal 13 Mei 2002, Menteri Pertahanan RI, H. Matori Abdul Djalil melaksanakan kunjungan ke Amerika Serikat, bertemu dengan Menhan AS Donald Rumsfeld dan beberapa anggota Kongres dan Senat. Kunjungan tersebut cukup positif dan telah menghasilkan beberapa kemajuan diantaranya dengan telah dibukanya program IMET mulai tahun 2003. Inggris Kerjasama pertahanan dengan Kerajaan Inggris pada dasarnya telah terjalin lama. Dimasa lalu kerjasama tersebut banyak berhubungan dengan pembelian sejumlah alat-alat utama TNI. Saat ini dan beberapa tahun yang akan datang, kerjasama pertahanan akan lebih ditekankan pada pembahasan isu-isu strategis sektor keamanan melalui pertukaran informasi dan studi banding. dan studi banding. Negara-Negara Uni Eropa Lainnya Hubungan kerjasama di bidang pertahanan antara Indonesia denga negara-negara anggota Uni Eropa meliputi pendidikan dan pembelian peralatan militer oleh Indonesia. Saat ini Indonesia sedang mempelajari berbagai kemungkinan untuk meningkatkan kerja sama bidang pertahanan dengan beberapa negara anggota Uni Eropa yang dilaksanakan secara bilateral. Rusia Hingga saat ini belum ada hubungan konkrit di bidang pertahanan terutama kerjasama militer yang secara formal dilaksanakan kedua negara. Kerjasama yang sudah berlangsung terbatas pada pengadaan beberapa jenis persenjataan. Kerjsama tersebut akan menjadi awal untuk ditingkatkan di masa-masa mendatang. Pembangunan Kekuatan Pertahanan Kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan dan kebijakan strategis pembangunan kekuatan pertahanan merupakan dua substansi yang tidak dapat dipisahkan. Kedua kebijakan strategis pertahanan negara. Oleh karenanya pembangunan kekuatan pertahanan harus dilakukan sejak dini, terarah, terpadu dan berkesinambungan dalam suatu kebijakan yang sejalan dengan kebijakan penggunaan kekuatan pertahanan. Mencermati perkembangan konteks strategis dengan berbagai isu yang mengemuka tentang ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara, maka pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Kebutuhan tersebut semakin mendesak bila dihadapkan dengan kondisi personel dan materiel TNI. Baik kualitas maupun kuantitasnya masih memiliki banyak kekurangan, sementara tuntutan tugas ke depan semakin berat dan kompleks. Demikian pula halnya dengan komponen pertahanan lainnya, yakni Komponen Cadangan dan Pendukung, yang penyiapan dan pengelolaannya belum sesuai harapan. Cadangan dan Pendukung, yang penyiapan dan pengelolaannya belum sesuai harapan. Perumusan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan, dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi geografi demografi, sumber kekayaan alam dan buatan, serta kondisi sosial termasuk kemampuan keuangan negara. Selain itu, pertimbangan utama lainnya dalam perumusan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan juga meliputi tingkat penguasaan teknologi, terutama dibidang alat utama sistem senjata (Alutsista), ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara serta perkembangan konteks strategis yang meliputi aspek-aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya. Pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia bukan untuk memperbesar kekuatan, tetapi untuk mengisi kesenjangan (filling the gap) antara kondisi nyata dengan kekuatan sesuai Tabel Organisasi dan Perlengkapan (TOP) atau Daftar Susunan Personel dan Peralatan (DSPP). Kekuatan Pertahanan Saat ini Komponen Utama · Personil Kekuatan personil TNI saat ini berjumlah sekitar 346.000 prajurit, atau 0,15% dari populasi penduduk Indonesia sebesar 220 juta jiwa. Dari sejumlah TNI tersebut, terdiri atas sekitar 265.000 prajurit TNI Angkatan Darat, sekitar 57.000 prajurit TNI Angkatan Laut dan sekitar 24.000 prajurit TNI Angkatan Udara. Jumlah kekuatan TNI tersebut masih belum memenuhi jumlah kebutuhan berdasarkan TOP/DSPP. Proses rekrutmen yang diselenggarakan secara periodik selama ini belum mampu sepenuhnya menutupi penyusutan jumlah personel yang pensiun, meninggal/gugur atau karena alasan lain. Begitupun dari segi kualitas, dikarenakan terbatasnya anggaran pendidikan dan latihan. Sisi lain yang mempengaruhi kualitas personel adalah tingkat kesejahteraan prajurit yang masih rendah, bahkan bila diukur dari standar kebutuhan minimal sekalipun, secara rata-rata masih berada dibawah standar. · Materiel dan Alat Utama Sistem Senjata Kondisi kesiapan materiel dan alat utama sistem senjata ditiap matra baik dari segi kualitas maupun kuantitas belum memenuhi kebutuhan sesuai TOP/DSPP. Alutsista dan materiel yang ada pada umumnya sudah sangat tua. Sejauh ini TNI terus melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi materiel yang ada agar tetap dapat dimanfaatkan, antara lain melalui pemeliharaan dan perbaikan. Namun beberapa jenis materiel tidak mungkin lagi diperpanjang usia pakainya, sehingga berakibat pada berkurangnya jumlah kekuatan. · Piranti Lunak Reformasi pertahanan negara telah membawa konsekuensi perubahan pada piranti lunak. Dihadapkan dengan perubahan konteks strategis serta hakekat ancaman yang dihadapi, maka piranti lunak yang ada secara umum harus disesuaikan dengan kondisi yang berkembang. Dengan diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menggantikan UU Nomor 20 tahun 1982, maka hampir keseluruhan piranti diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menggantikan UU Nomor 20 tahun 1982, maka hampir keseluruhan piranti lunak yang berkaitan dengan pertahanan negara memerlukan revisi. Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung Komponen cadangan yang telah terbentuk masih merupakan model yang akan dikembangkan di m asa yang akan datang dan masih dalam lingkup kekuatan matra darat. Kekuatan tersebut tersusun dalam kompi kompi Bala Cadangan tersebar di 8 Komando Daerah Militer (Kodam) dengan jumlah keseluruhan sekitar 900 orang. Cadangan, Selain dalam bentuk Bala juga terdapat unsur Mahasiswa dan Alumni Mahasiswa yang sudah mendapatk pelatihan dasar kemiliteran yang tersusun dalam organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa) dan Alumni Menwa. Hingga saat ini jumlah Menwa dan Alumni Menwa masing-masing sekitar 25.000 orang dan 62.000 orang. Disamping yang disebutkan diatas, yang tergabung dalam kekuatan nyata Cadangan Pertahanan adalah anggota Veteran berjumlah sekitar 30.000 orang dimana sebagian sudah berusia lanjut. Komponen pendukung adalah segenap warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana nasional yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama dan Cadangan. Ini adalah merupakan potensi kekuatan nasional yang bisa diarahkan sebagai pendukung Sistem Pertahanan Semesta. Saat ini Komponen Pendukung masih merupakan kekuatan potensial yang memerlukan pengelolaan lebih lanjut sesuai dengan rencana pembangunan nasional. Arah dan Sasaran Pembangunan Kekuatan Pertahanan Pembangunan kekuatan pertahanan negara Komponen Utama tidak diarahkan untuk mewujudkan kekuatan maksimal, tetapi diarahkan untuk mewujudkan kekuatan dan kemampuan yang dapat mengatasi ancaman dan gangguan yang bersifat nyata dan mendesak. Sedangkan sasarannya adalah mengisi kesenjangan kapasitas sumber daya manusia dan alat utama sistem senjata, serta melengkapi piranti lunak dan fasilitas penunjang. Pengisian kekosongan tersebut diperkirakan belum dapat terwujud dalam sistem senjata, serta melengkapi piranti lunak dan fasilitas penunjang. Pengisian kekosongan tersebut diperkirakan belum dapat terwujud dalam jangka waktu satu atau dua tahun mendatang. dihadapkan dengan ratio pemisahan personel, Belum lagi apabila dan tingkat keusangan materiel yang tinggi. Dengan demikian pembangunan kekuatan pertahanan bukan untuk menambah kekuatan baru, tetapi lebih pada memenuhi kekurangan. Kalaupun ada penambahan baru, hanya untuk sektor-sektor tertentu yang memiliki urgensi sangat tinggi dihadapkan dengan perkembangan ancaman dan keperluan strategis yang mendesak. Meskipun dihadapkan pada keterbatasan anggaran, serta perkiraan kemungkinan ancaman berupa invasi asing yang relatif kecil, pembagunan kekuatan pertahanan tetap memperhatikan kemungkinan menghadapi ancaman tradisional. Mengingat ancaman yang timbul di dalam negeri maupun kejahatan lintas negara cukup meningkat, maka pembangunan pertahanan kedepan lebih dititikberatkan pada pembangunan kekuatan TNI dalam kerangka memenuhi kebutuhan kekuatan minimal yang diperlukan (minimum required essential forces) Pada tingkat tersebut diharapkan TNI sudah mampu melaksanakan tugas-tugas untuk menghadapi ancaman sudah sangat mendesak. Pembangunan kekuatan minimal TNI yang diperlukan meliputi : · Penyempurnaan sistem, untuk melaksanakan perubahan sesuai komitmen reformasi TNI, tantangan dan ancaman yang dihadapi. · Pemeliharaan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI guna meningkatkan kesiapan termasuk mempertahankan atau menambah usia pakai. · Penggantian Alutsista dan alat peralatan lainnya yang telah usang atau tidak layak pakai. · Pengembangan kemampuan dan kekuatan personil guna memperkecil kesenjangan TOP/DSPP, sekaligus meningkatkan profesionalitas. · Pembangunan dan pemeliharaan fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana penunjang lainnya. Arah pembangunan Komponen Cadangan dan Pendukung akan dititikberatkan pada mekanisme rencana pembangunan nasional sesuai dengan fungsi masing-masing lembaga pemerintahan dan kemampuan keuangan negara. Komponen Cadangan yang ada saat ini masih berwujud embrio matra darat, maka sasaran pembangunan ke depan akan diperluas mencakup matra laut dan udara. Pembangunan dan Penataan Kekuatan Pertahanan Negara Pembangunan dan penataan kekuatan pertahanan negara diarahkan untuk mencapai efektifitas dan fleksibilitas pemberdayaan TNI sebagai Komponen Utama Pertahanan. Pembangunan dan penataan tersebut dilaksanakan sesuai sifat dasar tiap matra dalam menjalankan peran dan tugasnya, baik untuk tugas perang maupun Pembangunan dan penataan kekuatan tugas selain perang. pertahanan negara disusun berdasarkan hakekat tantangan dan ancaman yang dihadapi, berdasarkan geopolitik dan geostrategi negara, dengan memperhatikan daya dukung Pembangunan dan penataan kekuatan pertahanan negara disusun berdasarkan hakekat tantangan dan ancaman yang dihadapi, berdasarkan geopolitik dan geostrategi negara, dengan memperhatikan daya dukung nasional. Komponen Utama Pembangunan dan penataan kekuatan komponen utama pertahanan yakni TNI diarahkan untuk menjawab kebutuhan pengisian kesenjangan dengan mengutamakan pembenahan kualitas, yakni kemampuan yang profesional dan pembenahan kuantitas secara bertahap. Kebutuhan untuk membangun kemampuan prajurit ditempatkan mendesak agar TNI benar-benar berfungsi sebagai sebagai kebutuhan alat negara yang profesional. Sedangkan pengisian kesenjangan yang berhubungan dengan kuantitas dilakukan secara bertahap dan berlanjut untuk memenuhi kebutuhan sesuai TOP/DSPP, baik dari segi personel maupun materiel. Pembangunan kemampuan dititik beratkan pada kemampuan TNI terutama yang berkaitan dengan kemampuan intelijen. Kemampuan bertempur untuk mempertahankan NKRI, kemampuan untuk melaksanakan Operasi Militer selain Perang, serta kemampuan dukungan. · Peningkatan Kemampuan Intelijen. Peningkatan kemampuan intelijen pertahanan dilaksanakan melalui penataan organisasi intelijen agar lebih efektif sehingga mampu menyajikan informasi intelijen penyelenggaraan yang pertahanan akurat untuk negara. mendukung Penataan tugas-tugas organisasi intelijen merupakan suatu tuntutan mendesak, mengingat perubahan konteks strategis yang begitu cepat, serta kebutuhan akan informasi yang makin meningkat. Penataan ini mencakup struktur organisasi, personel, piranti lunak dan sarana prasarana, serta anggaran yang dibutuhkan. Di bidang struktur organisasi, penataan organisasi intelijen pertahanan diarahkan pada penataan kembali organisasi intelijen strategis dan intelijen tingkat matra. Penataan dilakukan agar dapat mengakomodasi setiap perubahan yang berlaku, tanpa mengganggu kinerja sistem secara menyeluruh. Organisasi intelijen pertahanan ke depan disiapkan untuk mampu melaksanakan tugas dalam mendukung upaya pertahanan negara menghadapi ancaman aktual dan mendesak sesuai perkiraan ancaman. Di bidang personel, sasaran pembenahan diarahkan pada peningkatan kualitas personel intelijen meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penataan kuantitas untuk mencapai tingkat efektifitas, Di bidang piranti lunak, dilakukan dengan melengkapi perangkat-perangkat hukum sampai pada ketentuan untuk mendukung pelaksanaan tugas. Di bidang sarana prasarana, diarahkan pada pemenuhan kebutuhan Sistem Penginderaan dan Deteksi, serta peningkatan kemampuan Komando, Kontrol, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan Pengintaian (K4IPP). · Peningkatan Kemampuan Bertempur Peningkatan kemampuan bertempur diarahkan untuk tujuan mempertahankan NKRI dari setiap ancaman baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Untuk mewujudkan kemampuan tersebut dilakukan dengan meningkatkan dukungan bagi penyelenggaraan latihan tingkat satuan dan gabungan, baik di tingkat matra mapun gabungan matra. Sasaran peningkatan kemampuan bertempur meliputi : § Peningkatan kemampuan untuk mencegah dan menangkal, menghambat serta menghacurkan setiap ancaman. § Peningkatan kemampuan pemukul darat, laut, dan udara strategis untuk mampu mengatasi ancaman dari luar. § Peningkatan kemampuan pemukul darat strategis untuk mampu mengatasi ancaman secara berlanjut. · Peningkatan Kemampuan Melaksanakan OMSP. Pembangunan kekuatan TNI tidak diarahkan secara khusus kepada kemampuan TNI melaksanakan OMSP. Kemampuan tersebut sudah melekat pada kemampuan TNI secara reguler dalam melaksanakan tugas menghadapi setiap bentuk ancaman. Dalam tugas -tugas khusus atau spesifik , TNI dilatih dan disiapkan secara selektif. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah : § Kemampuan penegakan hukum dan keamanan di laut, udara dan mengatasi gangguan keamanan wilayah perbatasan, mencegah dan mengatasi setiap bentuk kejahatan lintas negara, ancaman terhadap obyek vital, dan berbagai bentuk ancaman keamanan lainnya. Untuk menunjang kemampuan diatas, maka peningkatan kekuatan diarahkan kepada personel, alat peralatan berupa kapal-kapal patroli cepat, serta sarana deteksi baik darat, laut dan udara akan dilakukan secara bertahap. Pelaksanaannya diatur berdasarkan ketentuan perundang - undangan nasional dan internasional serta kesepakatan internasional. § Kemapuan menghadapi ancaman terorisme, baik yang bersifat domestik maupun internasional. Untuk menunjang kebutuhan kebutuhan tersebut, kemampuan satuan - satuan penanggulangan teror yang ada akan ditingkatkan, baik dari segi personel, maupun peralatannya. § Kemampuan untuk mencegah dan mengatasi ancaman separtis bersenjata guna menjamin keutuhan wilayah NKRI. bersenjata guna menjamin keutuhan wilayah NKRI. § Kemampuan untuk mengatasi tindakan brutal dan anarkis akibat huruhara, kerusuhan sosial dan tugas -tugas lainnya dalam rangka membantu tugas-tugas kepolisian. § Kemampuan untuk menanggulangi dampak bencana alam, Search And Rescue (SAR). § Kemampuan untuk mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik komunal serta mengatasi dampak-dampak yang ditimbulkannya. § Kemampuan melaksanakan tugas-tugas perdamaian dunia baik di tingkat regonal maupun internasional. § · Kemampuan untuk melaksanakan tugas - tugas OMSP lainnya. Peningkatan Kemampuan Dukungan. Peningkatan kemampuan dukungan diarahkan untuk memelihara kesinambungan penyelenggaraan pertahanan negara, dalam keadaan damai maupun dalam kondisi darurat. Dilakukan dengan menyusun kebutuhan anggaran yang rasional untuk mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar penyelenggaraan pertahanan negara dapat berlangsung dan mencapai sasaran. Peningkatan kemampuan dukungan yang diarahkan untuk : § Pembangunan kemampuan surveillance dan early-warning system terpadu untuk mendteksi tindak kejahatan dan kegiatan ilegal lintas negara di wilayah perbatasan darat dan laut serta daerah-daerah rawan lainnya. § Peningkatan kemampuan dukungan logistik pangkalan, dan secara bertahap menyiapkan kemampuan logistik wilayah untuk kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara secara mandiri dan berkelanjutan. § Peningkatan kemampuan K4IPP untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi bagi penyelenggaraan pertahanan negara. § Peningkatan kemampuan lembaga pendidikan dan latihan di tiap matra untuk membentuk dan mengembangkan prajurit yang berkualitas. § Pembenahan Piranti Lunak untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi. Menyusun dan melengkapi instrumen ilegal seperti undang-undang, aturanaturan tetap, prosedur tetap, prosedur operasi dan aturan pelibatan. § Peningkatan dukungan kesejahteraan prajurit secara bertahap, seperti layanan kesehatan, perumahan dan gaji ses uai kemampuan negara. Komponen Cadangan. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilitas guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan komponen utama. Penyiapan Komponen Cadangan di tiap Komando Kewilayahan, dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan kekuatan pengganda bagi Komponen Utama. Pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Pertahanan dan TNI berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan lembaga fungsional pemerintah yang trkait, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan dukungan anggaran pertahanan. Kebutuhan mendesak dalam pembangunan Komponen Cadangan meliputi : § Penyusunan perangkat hukum dan perundang-undangan tentang Komponen Cadangan pertahanan negara. guna kelancaran penyelenggaraan Komponen Cadangan guna kelancaran penyelenggaraan pertahanan negara. § Membentuk Komponen Cadangan untuk tiap mitra dan memelihara yang sudah ada di tiap Komando Kewilayahan. Pelaksanaannya dilakukan secara dini dan berkesinambungan di setiap wilayah sesuai kemampuan keuangan negara. Komponen Pendukung Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama dan Komponen Cadangan. Penyiapan Komponen Pendukung diarahkan untuk menjamin daya dukung nasional, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penyelenggaraan pertahanan negara. Komponen Pendukung disiapkan oleh pemerintah melalui : § Pembangunan nasional di bidang sumber daya manusia, diarahkan untuk membangun dan mem elihara kesadaran segenap warga negara untuk menjalankan hak dan kewajibannya dalam pembelaan negara sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Perwujudannya melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran melalui lembaga pendidikan instansi pemerintah maupun swasta, pengabdian sebagai prajurit TNI sukarela atau wajib, serta pengabdian sesuai bidang prifesi. § Pembangunan nasional di bidang pengelolaan sumber daya alam dilaksanakan dengan landasan pembangunan berwawasan lingkungan dan kesejahteraan berkelanjutan. dan keamanan, Selain juga diarahkan untuk kesinambungan dan kelestarian lingkungan hidup. untuk menjamin lingkungan dan kesejahteraan berkelanjutan. dan keamanan, Selain juga diarahkan untuk untuk menjamin kesinambungan dan kelestarian lingkungan hidup. § Pembangunan nasional di bidang sumber daya buatan diarahkan untuk membangun kemandirian bangsa Indonesia dalam mencukupi kebutuhannya. Untuk mewujudkan kemandirian di bidang peralatan bagi kepentingan pertahanan, Departemen Pertahanan turut mendorong pertumbuhan industri pertahanan dalam negeri. Pelaksanaannya dilakukan secara dini dan berkesinambungan di setiap wilayah sesuai kemampuan keuangan negara. Teknologi dan Industri Pertahanan Kerjasama Dephan dan TNI dengan lembaga-lembaga lain merupakan bagian penting dari kebijaksanaan Strategis Pertahanan. Sesuai UU Nomor 3 Tahun 2002, kerjasama tersebut dilaksanakan dalam rangka pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan TNI dan Komponen pertahanan lainnya. Kerjasama dimaksud memiliki nilai strategis, karena dapat mendorong percepatan menuju kemandirian nasional di bidang teknologi pertahanan, termasuk memberi ruang bagi sektor lain untuk terlibat dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Melalui kerjasama tersebut, Departemen Pertahanan dan TNI akan berusaha untuk ikut mendorong pengembangan industri nasional agar di samping menghasilkan produk utamanya juga mengembangkan kemampuan memproduksi alat peralatan yang dibutuhkan bagi keperluan pertahanan. Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah mensinergikan perkembangan industri strategis, melalui model kemitraan tiga pelaku Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yaitu : Industri, Perguruan Tinggi, dan Industri Pertahanan sebagai pengguna. Sasaran yang dikembangkan melalui kerjasama tersebut adalah : § Kerjasama bidang kedirgantaraan, perkapalan, teknik sipil, industri alat berat, otomotif, elektronika, informatika dan industri nasional lainnya. § Melaksanakan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang desain dan engineering, meliputi keahlian dan kemampuan pengembangan dan pembuatan pesawat angkut militer, pesawat misi khusus, kapal patroli cepat, kapal perang, kendaraan tempur militer, sistem senjata, sistem jaringan komunikasi, pusat komando dan pengendalian serta sistem informasi. § Memberdayakan industri nasional dalam rangka menciptakan kemandirian, sekaligus memperkecil ketergantungan di bidang pertahanan terhadap negara lain. § Kerjasama pemenuhan kebutuhan alat peralatan pertahanan lainnya. § Kerjasama Penelitinan dan Pengembangan pertahanan di kembangkan guna menghasilkan kajian-kajian tentang konsep pertahanan, baik yang berkaitan dengan teknologi, manajemen maupun sumber daya manusia. Dalam rangka pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan negara, kerjasama dengan departemenen dan instansi pemerintah lainnya penting dilaksanakan. Kerjasama tersebut diperlukan dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis sesuai fungsi dan kewenangan masing-masing BAB ENAM DUKUNGAN ANGGARAN Dukungan Anggaran Pertahanan Saat Ini Orientasi pembangunan nasional masih berfokus pada bidang ekonomi, Sedangkan pembangunan bidang pertahanan kurang mendapat perhatian, seperti ditunjukannya dari kecil jumlah anggaran yang dialokasikan , Kondisi ini berlaku sejak masa Orde Baru hingga saat ini. Selama ini, penentuan jumlah anggaran pertahanan banyak didasrkan pada faktor kemampuan keuangan negara dan prioritas pembangunan. Apabila diperhatikan , saat ini beban dan tanggung jawab pertahanan negara cukup berat , terutama dengan meningkatnya potensi ancaman dihadapkan kepada faktor geografi , luas wilayah yuridiksi nasional, perkembangan konteks strategi, dan kebutuhan standar kemampuan pertahanan negara. Selama 10 tahun terakhir, anggaran belanja pertahanan RI rata - rata berada di bawah 1% Pendapatan Domestik Bruto ( PDB ). Seabagai pembanding, anggaran pertahanan di negara -negara di kawasan Asia Tenggara, kebanyakan memiliki anggaran pertahanan di atas 1 % PDB masing - masing, Beberapa negara bahkan mengalokasikan anggaran pertahanan 3% - 5% dari PDB nya. Keterbatasan anggaran pertahanan Indonesia masih dirasakan karena pemulihan ekonomi negara belum sepenuhnya tercapai. Secara nominal memang terdapat peningkatan, namun akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang asing, khususnya dollar AS, serta laju inflasi mengakibatkan nilai riel anggaran pertahanan menurun. Penurunan nilai riel tersebut sangat membatasi upaya pembangunan kemampuan pertahanan negara. Alokasi anggaran pertahanan seperti pada tabel dibawah ini menunjukan bahwa Anggaran rutin ( Gaji ; Belanja Barang ; Belanja Pemeliharaan ; dan Perjalanan Dinas ) lebih besar dari pada anggaran pembangunan ( Pembangunan sistem ; Pembangunan personel; Pembangunan fasilitas ; dan Pembangunan materiel ), Data tersebut memberi gambaran bahwa anggaran pertahanan lebih banyak digunakan untuk membiayai kegiatan rutin daripada untuk membiayai pengembangan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara. Rendahnya anggaran pembangunan tersebut sangat menyulitkan untuk penyusunan program yang besar dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional TNI secara utuh dan meyeluruh. program yang besar dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional TNI secara utuh dan meyeluruh. TAHUN ANGGARAN NO URAIAN 1999/2000 2000 2001 2002 RATA RATA/ TAHUN III Anggaran Pembangunan Anggaran Rutin Jumlah PDB 1.756,76 8.307,43 10.064 1.134.600,00 1.945,31 6.594,42 8.339,73 988.300,00 2.520,85 9.150,97 11.671,82 1.476.200,00 2.880,11 9.874,83 12.754,94 1.685,400,00 2.275,76 8.481,91 10.722,67 1.321.125,00 IV APBN 231.900,00 221.000,00 354.500,00 344,008,80 287.852,20 % PDB %APBN 0,89 4,34 0,85 3,80 0,60 3,29 0,76 3,71 0,78 3,79 I II V - Meningat keterbatasan anggran , maka prioritas anggaran akan diarahkan untuk membiayai program - program pembangunan dalam rangka mencapai " Kekuatan minimal yang diperlukan " . Kekuatan minimal tersebut disiapkan untuk menghadapi tugas - tugas mendesak. Proyeksi ke Depan Kondisi nasional ke depan akan banyak dipengaruhi oleh dinamika perkembangan lingkungan yang berubah dengan cepat dan tidak menentu. Di bidang ekonomi, prospektif pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun mendatang belum menunjukan tanda - tanda menggembirakan. Dengan kondisi tersebut maka peluang Indonesia dalam menggunakan kapasitas ekonomi untuk pengembangan kekuatan pertahanan akan sangat terbatas. Hal ini akan dapat menyulitkan upaya - upaya pemerintah dalam menghadapi ancaman dan gangguan keamanan yang mendesak. Kesulitan ini akan dapat diatasi apabila ada kesepakatan politik bersama untuk menambah alokasi anggaran pertahanan. Penentuan alokasi anggaran pertahanan tidak cukup hanya berdasarkan kondisi ekonomi nasional, tetapi juga perlu didasrkan pada rasio kebutuhan pertahanan.Pemenuhan rasio tersebut akan membangun kemampuan pertahanan guna mendukung lancarnya pembangunan nasional. Pembangunan nasional tidak akan berjalan dengan baik, apabilatidak ditunjang oleh stabilitas kemanan nasional. Dimasa lalu , kendatipun anggaran pertahanan sangat kecil, namun stabilitas kemanan nasional relatif terjaga, Hal itu dapat dipahami, karena adanya tatanan politik yang jauh berbeda dari kondisi sekarang. Oleh sebab itu , saat ini dan yang akan datang , kenaikan anggaran pertahanan yang lebih rasional dalam tatanan politik yang lebih demokratis sangat diperlukan. Proyeksi anggaran sebab itu , saat ini dan yang akan datang , kenaikan anggaran pertahanan yang lebih rasional dalam tatanan politik yang lebih demokratis sangat diperlukan. Proyeksi anggaran pertahanan untuk dua - tiga tahun kedepan diharapkan dapat mencapai sekitar 2% dari PDB , dan meningkat bertahap dalam waktu lima tahun ke depan, Dalam kurun waktu 10 - 15 tahun kedepan, kebutuhan anggaran pertahanan yang rasional diproyeksikan sebesar 3,68% dari PDB.