MEMPERTAHANKAN TANAH AIR MEMASUKI ABAD 21

advertisement
MEMPERTAHANKAN TANAH AIR
MEMASUKI ABAD 21
SAMBUTAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena bangsa Indonesia senantiasa memperoleh
limpahan karunia berupa bimbingan, kekuatan dan perlindungan
dalam perjuangan menuju cita-cita bangsa.
Di
tengah
berlangsungnya
proses
globalisasi,
dan
perkembangan konteks strategis, perjuangan bangsa Indonesia
menghadapi sejumlah isu keamanan yang berimplikasi terhadap
kehidupan nasional. Guna menghadapi sejumlah isu
keamanan tersebut, pemerintah melaksanakan fungsi pertahanan yang hakekatnya untuk
menegakkan
kedaulatan,
menjaga
keutuhan
wilayah
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia,dan melindungi keselamatan bangsa dari setiap ancaman baik yang datang dari
luar maupun yang timbul di dalam negeri.
Untuk memberi arah dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi pertahanan tersebut,
diperlukan suatu rumusan kebijakan. Berangkat dari pemikiran tersebut, diperlukan suatu
rumusan kebijakan. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka pemerintah RI menerbitkan
"Buku Putih Pertahanan Negara" yang pada intinya berisi pernyataan kebijakan pertahanan
negara untuk menghadapi tugas -tugas pertahanan di masa datang.
Buku Putih Pertahanan Negara Republik Indonesia ini diberi judul "INDONESIA :
Mempertahanankan Tanah Air Memasuki Abad 21". Di dalam judul tersebut terkandung
makna bangsa Indonesia rela mengorbankan jiwa dan raga demi mempertahankan Tanah
Air. Makna tersebut sangat penting, terlebih lagi dalam memasuki abad 21, dimana
tantangan dan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia tidak semakin ringan.
Kebijakan pertahanan negara disusun berdasarkan tujuan dan kepentingan nasional
dihadapkan pada perkembangan konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab
itu kebijakan pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada
saatnya dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Namun
dihadapkan pada perkembangan konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab
itu kebijakan pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada
saatnya dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Namun
demikian, revisi yang dilakukan harus selalu bertumpu pada faham dan prinsip pertahanan
yang dimuat oleh bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dengan telah diterbitkannya Buku Putih, diharapkan segenap aparat pemerintahan RI
maupun seluruh rakyat Indoensia memahami secara jelas kebijakan pertahanan negara.
Buku ini juga penting bagi Indonesia dalam menjalin kerjasama Internasional. Sikap
keterbukaan, khususnya tentang kebijakan pertahanan, adalah salah satu upaya dalam
rangka membangun rasa saling percaya dengan negara lain.
Akhir kata, saya selaku pimpinan dan atas nama seluruh warga Departemen
Pertahanan RI menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan dan petunjukNya Buku Putih ini dapat diterbitkan sesuai rencana. Tidak lupa saya
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperanserta tersebut merupakan dharma bakti bagi bangsa dan negara Indonesia yang
kita cintai.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada seluruh bangsa Indonesia.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 31 Maret 2003
MENTRI PERTAHANAN RI
H. MATORI ABDUL DJALIL
RINGKASAN EKSEKUTIF
Lahirnya Buku Putih Pertahanan
Perubahan politik dunia yang terjadi di era globalisasi, telah menghadirkan suatu
kompetisi antar bangsa. Kondisi tersebut cenderung mengarah pada perebutan pengaruh
yanh cukup ketat, baik global, regional maupun nasional. Perkembangan tersebut antara lain
meyebabkan terjadinya perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu
keamanan baru. Di masa lalu, isu keamanan tradisional cukup menonjol, yakni yang
berhubungan dengan geopolitik dan geostrategi, khususnya pengaruh kekuatan bl ok barat
dan blok timur. Pada masa itu, kekhawatiran dunia terutama pada masalah pengembangan
kekuatan militer dan senjata strategis serta hegemoni. Isu keamanan pada dekade terakhir
ini makin kompleks dengan meningkatnya aktivitas terorisme, perampokan dan pembajakan,
penyeludupan, imigrasi gelap, penangkapan ikan secara ilegal, dan kejahatan lintas negara
lainnya. Bentuk-bentuk kejahatan trsebut makin kompleks karena dikendalikan oleh aktoraktor dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memil iki kemampuan teknologi
dan dukungan finansial.
Seiring dengan perkembangan global tersebut, di
Indonesia berlangsung Gerakan Reformasi, bertujuan
mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis,
bersih dari praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN).
Sejauh ini reformasi nasional telah memberi isyarat perubahan positif dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, melalui penataan sistem pemerintahan, baik politik, hukum, ekonomi,
sosial, maupun pertahanan serta keamanan dan ketertiban masyarakat.
Di bidang pertahanan negara, perubahan mendasar yang terjadi telah mencakup
aspek-aspek struktur, kultur dan hukum. Perubahan tersebut kemudian diwadahi dalam
Undang-undang (UU) Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. UU Pertahanan
tersebut mengamanatkan penyusunan kebijakan pertahanan negara yang dituangkan dalam
sebuah buku putih. Melalui suatu kajian dan pertimbangan yang dalam, maka Buku Putih
Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan ini diberi judul Indonesia : Mempertahankan
Tanah Air Memasuki Abad 21. Judul tersebut menggambarkan tekad dan semangat bangsa
sebuah buku putih. Melalui suatu kajian dan pertimbangan yang dalam, maka Buku Putih
Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan ini diberi judul Indonesia : Mempertahankan
Tanah Air Memasuki Abad 21. Judul tersebut menggambarkan tekad dan semangat bangsa
Indonesia yang rela mengorbankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Reformasi Nasional dan Pertahanan Negara
Reformasi nasional pada dasarnya adalah suatu proses perubahan yang didoraong
oleh semangat dan cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menata kembali kehidupan dan
masa depan mayarakat yang lebih baik. Cita-cita luhur tersebut akan dicapai melalui
pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa yang mampu menegakkan supremasi
hukum. Melalaui pemerintahan reformasi tersebut, praltik-praktik KKN yang selama ini telah
menghambat pembangunan nasional akan dapat diberantas. Disadari bahwa jalan menuju
masyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan menghadapi tantangan
yang tidak ringan. Meskipun demikian, diyakini bahwa reformasi yang dilaksanakan saat ini
merupakan wahana dan instrumen yang paling tepat untuk menghatarkan bangsa Indonesia
menuju masyarakat "Civil" yang dicita-citakan. Mewujudkan cita-cita luhur tersebut menuntut
kerja keras serta usaha bersama secara sinergis agar agenda-agenda reformasi yang telah
disepakati bersamadapat dilajutkan da diarahkan pada jalur yang benar. Sejalan dengan
komitmen tersebut, reformasi perlu dijaga untuk tidak dinodai oleh tindakan anarkhis maupun
kepentingan kelompok atau golongan, serta tetap dilajutkan dalam kerangka konstitusi
Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dan nilai falsafah Pancasila.
Sejalan dengan komitmen reformasi nasional, reformasi di b idang pertahanan negara
dilaksanakan secara konsepsional yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Reformasi pertahanan negara merupakan salah satu perwujudan dari komitmen reformasi
yang dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan
tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh.
Penataan struktur mencakup penataan organisasi pertahanan negara yang menyentuh
segi-segi substansial. Meliputi perubahan struktur organisasi, tataran kewenangan, fungsi
dan tugas Departemen Pertahanan (Dephan) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Penataan organisasi dimaksudkan agar lebih efektif, sesuai dengan perkembangan konteks
strategis serta kehendak masyarakat demokratis. Perubahan pada aspek kultur dan tata ni lai,
diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggaraa pertahanan negara dalam memposisikan
diri sesuai peran dan tugasnya sebagai insan pertahanan negara yang profesional.
diri sesuai peran dan tugasnya sebagai insan pertahanan negara yang profesional.
Komitmen TNI untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik TNI
yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesioanl dalam memerankan diri sebagai alat
negara di bidang pertahanan negara. Sebagai tentara profesioanl, TNI telah memiliki
komitmen untuk menjauhkan diri dari keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di
dalam bingkai demokrasi. Harapan TNI sebagai tentara profesional meliputi TNI yang tidak
berpolitik, berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara cara demokratis dan konstitusional, TNI yang terdidik dan terlatih baik, TNI yang terlengkapi
secara memadai, serta prajurit TNI yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatan yang layak.
Sebagai tentara rakyat, TNI harus selalu dekat dengan rakyat. TNI perlu mengenal dan
hidup bersama rakyat. Oelh karena itu, upaya -upaya untuk memisahkan TNI dari rakyat
merupakan pengingkaran akan kodrat TNI sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang
bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan
fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memel ihara kedekatan dengan rakyat dan
teritorialnya.
Konteks Strategis.
Dinamika konteks strategis yang diwarnai berbagai isu politik, ekonomi mempengaruhi
aspek keamanan global, regional mauipun domestik. Isu politik, ekonomi dan keamanan
global, regional m aupun domistik. Isu poltik, ekonomi dan keamanan merupakan aspekaspek yang saling kait-mengkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya.
Pada lingkup global, berakhirnya perang dingin ternyata tidak menjamin terwujudnya
stabilitas keamanan dunia. Dunia masih tetap diwarnai oleh isu-isu keamanan tradisional
seperti sengketa perbatasan, perlombaan persenjataan atau proliferasi senjata nuklir dan
senjata pembunuh masal. Kompleksitas permasalahan keamanan global makin bertambah
dengan adanya praktek hegemoni yang dikembangkan melalui penguatan aliansi,
kemampuan militer, keunggulan teknologi, termasuk keunggulan di bidang ekonomi.
Disadari bahwa hubungan antar negara yang dibangun atas dasar saling percaya dan
menghormati dapat meredam potensi konflik. Namun lebarnya jurang kemampuan negara
maju dan berkembang terytama di bidang ekonomi, teknologi dan militer, dapat menjadi
penghalang dalam menjalin hubungan antar bangsa. Dalam kondisi demikian, perlombaan
untuk merebut pengaruh melaui praktik-praktik hegemoni di berbagai bidang tidak jarang
menjadi sumber-sumber konflik yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia.
untuk merebut pengaruh melaui praktik-praktik hegemoni di berbagai bidang tidak jarang
menjadi sumber-sumber konflik yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia.
Kekuatiran dan ketidakpastian yang melanda bangsa-bangsa di dunia menjadi semakin
kompleks dengan timbulnya isu keamanan baru yakni isu -isu keamanan non-tradisional
seperti terorisme, konflik etnis, Pembajakan di laut atau di udara, penyelundupan, narkoba,
imigran gelap, serta kriminal lintas negara lainnya. Sejak tragedi yang menimpa World Trade
Center (WTC) 11 September 2001, terorisme intrnasional telah menjadi ancaman nyata bagi
dunia. Berbagai upaya telah dilakukan negara-negara di dunia untuk memerangi terorisme,
namun tampaknya belum sepenuhnya berhasil meniadakan kelompok terorisme maupun
menghentikan aksinya. Bahkan setahun setelah peristiwa WTC, aksi terorisme kembali
terjadi seperti yang dialami dalam tragedi Bali 12 Oktober 2002. Melihat perkembangan ini,
diperkirakan ancaman terorisme internasional masih akan terus membayangi dunia. Oleh
karena itu terorisme harus diperangi bersama oleh semua negara di dunia, dan tidak
memberi tempat atau melindunginya.
Intensitas kegiatan ilegal berupa kejahatan lintas negara juga menunjukan peningkatan
yang cukup tajam pada dekade terakhir ini. Aksi perompakan/pembajakan, penyeludupan
manusia, senjata amunisi, perdagangan obat-obatan terlarang, dan imigrasi gelap cendrung
meningkat dan berdampak buruk pada stabilitas kawasan serta negara tersebut antara lain
didoraong oleh adanya jaringan berskala internasional. Perkembangan di sejumlah kawasan
menunjukan bahwa kejahatan lintas negara telah menjadi ancaman nyata yang terorganisir.
Kejahatan ini digerakkan oleh aktor dengan didukung kemampuan teknologi dan finansial,
serta jaringan yang rapi dan tersebar di sejumlah negara.
Pada lingkup regional, perkembangan dan kecendrungan global merupakan salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi dinamika keamanan kawasan regional. Kecendrungan
yang muncul di kawasan adalah terjadinya pergeseran pada masalah keamanan regional,
antara lain adanya konflik yang menyangkut klaim teritorial, jalur komunikasi laut dan jalur
perdagangan melalui laut. Isu-isu keamanan non-tradisional yang terjadi pada lingkup global,
juga menjadi isu utama kawasan regional. Interaksi dan dinamika hubungan negara-negara
besar dunia seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia dan Uni Eropa, akan merupakan
faktor yang berpengaruh dalam peta keamanan di Asia Pasifik.
Pada lingkup domestik, Indonesia sebagai bangsa yang berada di tengah-tengah
perkembangan dunia, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global dan regional.
Dinamika politik ekonomi, sosial dan keamanan yang terjadi di kawasan, ikut berpengaruh
terhadap perkembangan sosial politik dan keamanan yang terjadi di Indonesia. Isu
keamanan domestik yang timbul pada dekade terakhir i ni, tidak terlepas dari kontribusi
Dinamika politik ekonomi, sosial dan keamanan yang terjadi di kawasan, ikut berpengaruh
terhadap perkembangan sosial politik dan keamanan yang terjadi di Indonesia. Isu
keamanan domestik yang timbul pada dekade terakhir i ni, tidak terlepas dari kontribusi
faktor-faktor eksternal, baik langsung maupun tidak langsung. Selain faktor eksternal,
terdapat pula sejumlah faktor internal yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan
nasional. Faktor-faktor tersebut antara lain, dampak heterogenitas suku bangsa Indonesia,
situasi ekonomi yang menyebabkan beban hidup semakin berat, serta faktor politik dan
sosial. Akumulasi faktor eksternal dan internal tersebut kemudian muncul dalam berbagai
bentuk ancaman dan gangguan terhadap keam anan nasional, dan pada skala yang luas
dapat mengganggu stabilitas kawasan.
Perkiraan Ancaman dan Kepentingan Strategis Pertahanan
Geopolitik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan
Australian serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, menyebabkan kondisi nasional
sangat dipengaruhi oleh perkembangan konteks strategis. Posisi seperti ini, berimplikasi
pada terjalia kepentingan negara-negara lain dengan kepentingan nasional Indonesia.
Mencermati dinamika konteks strategis, baik global, regional maupun domestik, maka
ancaman yang sangat mungkin dihadapi Indonesia ke depan, dapat berbentuk ancaman
keamanan tradisonal dan ancaman keamanan non-tradisional. Ancaman kemanan
tradisional
berupa invansi atau agresi militer dari negara lain terhadap Indonesia
diperkirakan kecil kemungkinannya. Peran PBB dan reaksi dunia internasional diyakini
mampu mencegah, atau sekurang-kurangnya membatasi penggunaan kekuatan bersenjata
oleh suatu negara untuk memaksakan kehendaknya terhadap negara lain.
Ancaman dari luar lebih besar kemungkinan bersumber dari kejahatan terorganisir
lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara, dengan memanfaatkan kondisi
dalam negeri yang tidak kondusif. Perkiraan ancaman dan gangguan yang dihadapi
Indonesia ke depan, meliputi terorisme, gerakan separatisme, kejahatan lintas negara
(penyelundupan, penangkapan ikan ilegal), pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi
gelap, pembajakan/perampokan, aksi radikalisme, konflik komunal, dan dampak bencana
alam.
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, kepentingan nasional
Indonesia adalah menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, keselamatan dan kehormatan bangsa, serta ikut secara aktif
dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Berangkat dari amanat UUD 1945, maka
kepentingan strategis pertahanan Indonesia harus dapat menjamin tercapainya kepentingan
Kesatuan Republik Indonesia, keselamatan dan kehormatan bangsa, serta ikut secara aktif
dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Berangkat dari amanat UUD 1945, maka
kepentingan strategis pertahanan Indonesia harus dapat menjamin tercapainya kepentingan
nasional. Berangkat dari esensi tersebut, maka kepentingan strategis pertahanan negara
kedepan, meliputi kepentingan strategis yang bersifat tetap, kepentingan strategis yang
bersifat mendesak, dan kerjasama internasional di bidang pertahanan.
Kepentingan pertahanan negara yang bersifat tetap adalah penyelenggaraan usaha
pertahanan negara untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan dan kehormatan bangsa dari setiap
ancaman, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Meskipun
perkiraan ancaman menunjukan bahwa ancaman fisik dari luar yang mengarah pada
ancaman kedaulatan kecil kemungkinannya, namun sebagai negara merdeka, berdaulat dan
bermartabat, kepentingan strategis untuk mempertahanankan diri harus selalu disiapkan dan
dilaksanakan tanpa memandang ada atau tidaknya ancaman nya.
Kepentingan strategis pertahanan yang bersifat mendesak pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan dari kepentingan strategis pertahanan yang bersifat tetap. Isu keamanan aktual
seperti diuraikan sebelumnya menunjukan peningkatan yang cukup berarti terutama pada
dekade terakhir. Oleh karena itu, maka kepentingan strategis yang bersifat mendesak
diarahkan untuk mengatasi isu-isu keamanan aktual dimaksud, agar keutuhan wilayah NKRI,
keselamatan dan kehormatan bangsa dapat terjamin. Dengan demiki an maka perioritas
penyelenggaraan pertahanan negara diarahkan untuk mengatasi isu-isu keamanan yang
timbul di dalam negeri.
Sebagai bagian dari masyarakat internasional, Indonesia tidak dapat melepaskan diri
dari keterkaitan dengan dunia luar. Oleh karena itu kebijakan pertahanan ke depan, juga
diarahkan dalam kerangka menjalin hubungan dengan negara-negara lain, baik di kawasan
regional maupun lingkup yang lebih luas.
Kerjasama pertahanan dengan negara-negara lain, diletakkan diatas prinsip-prinsip
kerjasama luar negeri pemerintah Indonesia, serta diarahkan untuk kepentingan
pembangunan dan pengembangan sektor pertahanan negara, maupun untuk tujuan
menciptakan stabilitas keamanan kawasan regional dan dunia. Keterlibatan sektor
pertahanan secara fisik tersebut dilaksanakan atas keputusan politik pemerintah.
Lahirnya Buku Putih Pertahanan
Mencari
hakekat
ancaman
yang
dihadapi
Indonesia, serta kepentingan nasional dan pertahanan
negara, maka kebijakan pertahanan negara Indonesia
dalam
memasuki
penggunaan
abad
kekuatan
21
meliputi
pertahanan,
kebijakan
pembangunan
kekuatan pertahanan dan kerjasama internasional di
bidang pertahanan.
Penggunaan
kekuatan
pertahanan
diarahkan
untuk menghadapi ancaman
atau gangguan terhadap keamanan nasional, serta untuk m embantu pemerintah dalam
upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional.
Dalam menghadapi ancaman dari luar berupa kekuatan militer negara lain, TNI
melaksanakan tugas Operasi Militer Perang (OMP). Meskipun perkiraan ancaman
tradisional berupa agresi atau invasi negara lain sangat kecil kemungkinannya, namun
tidak membuat kesiapsiagaan pertahanan negara menjadi kendor. Dalam konteks ini upaya
penyelenggaraan pertahanan negara lebih diarahkan pada upaya preventif guna
mencegah dan mengatasi dampak keamanan yang lebih besar melalui kehadiran dan
kesiapan kekuatan TNI.
Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia diperkirakan lebih besar kemungkinan
berasal dari ancaman non-tradisional, baik yang bersifat lintas negara maupun yang timbul
di dalam negeri. Oleh karena itu, kebijakan strategis pertahanan Indonesia yang diarahkan
untuk menghadapi dan mengatasi ancaman non-tradisional merupakan perioritas dan
sangat mendesak. Dalam pelaksanaannya mengedepankan TNI dengan menggunakan
Operasi Militer selain Perang (OMSP). TNI melaksanakan OMSP bersama-sama dengan
segenap komponen bangsa lain dalam suatu keterpaduan usaha sesuai tingkat eskalasi
ancaman yang dihadapi. Terhadap setiap ancaman dan gangguan keamanan, TNI akan
senantiasa mengedepankan upaya pencegahan sebagai cara terbaik guna menghindari
korban dan dampak lain yang lebih besar.
Penggunaan kekuatan TNI dalam tugas OMSP diarahkan untuk kepentingan
pertahanan yang bersifat mendesak. Tugas-tugas mendesak tersebut antara lain melawan
terorisme, menghadapi kel ompok separatis Aceh dan Papua, menghadapi gangguan
kelompok
radikal,
mengatasi
konflik
komunal,
mengatasi
perampok
dan
pembajak,mengatasi imigrasi ilegal dan pencemaran laut, mengatasi penebangan kayu
kelompok
radikal,
mengatasi
konflik
komunal,
mengatasi
perampok
dan
pembajak,mengatasi imigrasi ilegal dan pencemaran laut, mengatasi penebangan kayu
ilegal, mengatasi penyeludupan, membantu pemerintahan sipil dalam mengatasi dampak
bencana alam, penanganan pengungsi, bantuan pencarian dan pertolongan (Search an
Rescue), pangamanan tugas-tugas perdamaian dunia.
Penggunaan kekuatan pertahanan, selain untuk menghadapi tugas-tugas mengatasi
isu-isu keamanan dalam negeri, juga untuk tugas-tugas internasional. Kerja sama
pertahanan merupakan salah satu kebijakan strategis pertahanan yang sngat penting.
Kerjasama internasional yang tepat akan memberi kontribusi yang tidak kecil artinya bagi
keberhasilan penggunaan maupun pembangunan kekuatan pertahanan. Kerjasama
pertahanan dilaksanakan sebagai bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia.
Kerjasama pertahanan dilaksanakan sebagai bagian integral dari kebijakan luar negeri
Indonesia. Kerjasama internasional di bidang pertahanan merupakan salah satu jembatan
untuk membangun rasa saling percaya dengan bangsa-bangsa lain bagi terwujudnya
stabilitas keamanan kawasan. Permasalahan-permasalahan kawasan akan dapat
diselesaikan
dengan
mengedepakan
semangat
kebersamaan
dan
perimbangan
kepentingan, yang dibangun berdasarkan prinsip persamaan hak, saling menghormati, dan
tidak saling intervensi.
Pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia merupakan suatu kebutuhan
yang tidak dapat dihindari. Isu-isu keamanan yang mendesak akan dapat diatasi apabila
kapasitas dan kemampuan kekuatan pertahanan yakni TNI berada pada kondisi yang
memadai. Keperluan untuk membangun TNI yang diharapkan, semakin mendesak bila
dihadapkan dengan kondisi personel dan materiel TNI yang ada s aat ini. Baik kualitas
maupun kuantitasnya masih memiliki banyak kekurangan, sementara tuntutan tugas ke
depan semakin berat dan kompleks. Demikian pula halnya dengan komponen pertahanan
lainnya, yakni Komponen Cadangan dan Pendukung, yang penyiapan dan pe ngelolaannya
hingga saat ini belum memenuhi harapan.
Penentuan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi geografi, demografi, sumber kekayaan alam dan buatan, serta
kondisi sosial termasuk kemampuan keuangan negara. Selain itu, pertimbangan utama
lainnya dalam perumusan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan juga meliputi
tingkat penguasaan teknologi, terutama di bidang alat utama sistem senjata (Alutsista),
ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara, serta perkembangan konteks
strategis yang meliputi aspek -aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya.
ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara, serta perkembangan konteks
strategis yang meliputi aspek -aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya.
Arah san sasaran pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia bukan untuk
memperbesar kekuatan, melainkan dalam rangka mengisi kesenjangan (fil ling the gap).
Dihadapkan pada kemampuan anggaran negara, serta perkiraan kemungkinan ancaman
berupa invasi asing relatif kecil, maka pembangunan kekuatan pertahanan lebih difokuskan
untuk membangun kekuatan TNI (minimum required essential force). Minimum Required
Essential Force dimaksud adalah kekuatan dan kemampuan TNI yang diperlukan untuk
mengatasi ancaman keamanan yang bersifat mendesak. Sejalan dengan upaya
membangun TNI sebagai komponen utama pertahanan negara, pembangunan komponen
cadangan dan pendukung juga dilakukan secara bertahap.
Dukungan Anggaran
Salah satu faktor penunjang terwujudnya kemampuan pertahanan adalah daya
dukung anggaran untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Selama ini, kemampuan negara
mengalokasikan anggaran pertahanan rata-rata pertahun di bawah 1 % dari produk
Domestik Bruto (PDB). Sebgai bahan banding, negara -negara di kawasan Asia Tenggara
pada umumnya memiliki resiko lebih tinggi, anggaran pertahanan bahkan berkisar 4 % - 5
% PDB. Dengan alokasi anggaran kurang dari 1 % PDB sangat sulit untuk membangun
kekuatan pertahanan yang memadai. Bahkan untuk membangun kekuatan minimum
sekalipun, sulit dapat diwujudkan.
Pembangunan ini tidak akan memperbesar kekuatan TNI dari struktur yang sudah
ada, kecuali bila ada yang benar-benar penting dan sangat mendesak. Pengisian personil
dan materiel selain untuk mengganti penyusutan, juga diarahkan untuk menutup
kesenjangan
antara
kondisi
nyata
dengan
TOP/DSPP
(Tabel
Organisasi
dan
Perlengkapan/Daftar Susunan Personil dan Peralatan). Selain itu juga diarahkan untuk
penyiapan Komponen Cadangan dan Pendukung secara bertahap untuk menjamin
tersedianya kekuatan pengganda Komponen Utama (TNI).
Perlu dipahami bersama bahwa kebijakan pertahanan tersebut sangat memerlukan
dukungan anggaran yang rasional. Profesionalisme TNI sudah merupakan tuntutan jaman.
Tuntutan profesionalisme bukan hanya demi kepentingan TNI sendiri, tetapi demi
kepentingan seluruh bangsa Indonesia. Akhirnya harus disadari bahwa profesionalisme
TNI dapat terwujud hanya apabila prajurit TNI dilatih dengan baik, memiliki perlengkapan
yang memadai, serta hidup secara layak.
TNI dapat terwujud hanya apabila prajurit TNI dilatih dengan baik, memiliki perlengkapan
yang memadai, serta hidup secara layak.
BAB SATU
LAHIRNYA BUKU PUTIH
Kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi dan transportasi telah mendorong
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dengan terbentuknya masyarakat
dunia yang makin transparan dan terbuka. Keterbukaan tersebut memberi peluang terjadinya
penetrasi nilai-nilai universal yang kemudian berinteraksi dengan nilai-nilai fundamental suatu
bangsa, sehingga membentuk masyarakat global. Ciri masyarakat global antara lain adanya
saling ketergantungan antar bangsa dan tidak jarang berkembang dalam suatu kompetisi
yang ketat. Bersamaan dengan itu peta politik dunia cenderung berkembang ke arah
perebutan pengaruh sebagai bagian dari perebutan pengaruh antar bangsa, baik pada
lingkup global maupun regional.
Implikasi dari perkembangan yang terjadi pada lingkup global dan regional tersebut
ikut mempengaruhi perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu
keamanan baru. Isu-isu keamanan yang dimasa lalu lebih menonjolkan aspek geopolitik dan
geostrategi, seperti pengembangan kekuatan militer dan senjata strategi serta hegemoni
mulai bergeser ke arah isu-isu keamanan seperti terorisme, perompakan dan pembajakan,
penyelundupan manusia, senjata dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya. Isu -isu ini
menunjukan peningkatan cukup tajam dan berkembang menjadi isu keamanan dunia.
Bentuk-bentuk kejahatan tersebut makin kompleks karena dikendalikan oleh aktor-aktor
dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memiliki kemampuan teknologi dan
dukungan finansial. Di samping itu, isu-isu keamanan domestik seperti separatisme
bersenjata, radikalisme dan konflik komunal masih melanda sejumlah negara terutama
negara-negara berkembang. Isu-isu keamanan dunia yang makin kompleks tersebut
memerlukan cara penanganan yang lebih komprehensif.
Seiring dengan perkembangan global tersebut, di Indonesia juga berlangsung proses
perubahan melalui format Gerakan Reformasi yang terjadi di seluruh wilayah nasional dari
Sabang sampai Merauke. Gerakan reformasi tersebut menuntut suatu perubahan pada
segenap aspek yang memungkinkan tatanan kehidupan masyarakat yang demokratis dapat
terwujud.
Silang hubungan yang berlangsung dalam proses perubahan global, regional dan
domestik telah membentuk spektrum ancaman dan gangguan keamanan nasional Indonesia
yang kompleks dan multidimensi. Kondisi tersebut tidak dapat diabaikan dan harus segera
diatasi, sehingga stabilitas keamanan nasional dapat tercipta bagi terselenggar anya
pembangunan nasional.
TNI dan Polri yang di masa lalu berada dalam satu wadah Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia, telah mengalami reformasi dengan pemisahan ke dua institusi diikuti
penataan peran masing-masing Undang Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara pasal 16 ayat 4 mengamanatkan Menteri Pertahanan untuk menyusun buku putih
pertahanan serta penetapkan kebijakan kerja sama bilateral, regional, dan internasional di
bidangnya.
Kebijakan pertahanan negara disusun berdasarkan kondisi obyektif yang dihadapi
Indonesia serta dengan memperhatikan perkembangan konteks strategis baik global maupun
regional. Isu keamanan nasional Indonesia yang dihadapi saat ini sangat komplek dan
berdampak serius pada keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Ancaman nyata
terhadap Indonesia cenderung meningkat baik yang bersifat lintas negaramaupun yang
timbul di dalam negeri. Isu-isu keamanan tersebut perlu penanganan serius dan mendesak,
karena itu menjadi prioritas dalam kebijakan pertahanan.
Pada sisi lain, isu keamanan regional dan global juga memerlukan keterlibatan aktif
semua negara untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Munculnya ancaman
terorisme serta kejahatan lintas negara lainnya, maka dalam rangka menumpasnya
memerlukan kesatuan usaha kerjasama antar negara. Oleh karena itu, di samping
mengembangkan kebijakan pertahanan negara yang diarahkan untuk mengatasi isu -isu
keamanan aktual dalam negeri, juga perlu dikembangkan kerjasama keamanan dengan
negara lain. Kerjasama antar negara diwujudkan dengan prinsip saling percaya dan saling
menghormati hak kedaulatan masing-masing negara, dan tidak saling mengintervensi urusan
internal negara lain. Bagi Indonesia, kerjasama keamanan dengan negara lain berdasarkan
pada politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif dan sebagai bangsa merdeka yang
berdaulat. Kerjasama dengan negara lain tersebut diarahkan untuk kepentingan bilateral,
sekaligus mewujudkan keamanan kawasan dan perdamaian dunia.
Dari hal-hal tersebut diatas, Buku Putih Pertahanan ini memiliki dua arti penting.
Pertama, untuk memberikan pemahaman yang lengkap dan utuh tentang penyelenggaraan
pertahanan
negara
Indonesia
dan
keterpaduan
perwujudannya.
Kedua,
untuk
mengkomunikasikan kebijakan pertahanan Indonesia kepada masyarakat internasional.
Melalui pemahaman tersebut akan tercipta rasa saling percaya dan saling menghormati
antara segenap komponen bangsa Indonesia, begitupun dengan negara-negara di kawasan
regional dan internasional.
Disadari bahwa beban pemerintah cukup berat, terutama dalam kondisi pemerintah
mengghadapi berbagai permasalahan dan tantangan bangsa yang multidimensi saat ini.
Dalam kondisi demikian, tidak dapat dipungkiri, bahwa penyelenggaraan pertahanan negara
di masa mendatang juga akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Pencapaian
sasaran penyelenggaraan pertahanan negara memerlukan dukungan semua pihak dan
segenap komponen bangsa, sebagai perwujudan hak dan kewajiban setiap negara. Oleh
karena itu, peran aktif segenap komponen bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan
negara merupakan kekuatan bangsa Indonesia dalam menjamin tetap tegaknya NKRI.
BAB DUA
REFORMASI NASIONAL DAN PERTAHANAN NEGARA
Reformasi Nasional
Semangat dan cita-cita luhur untuk menata kembali kehidupannya untuk meraih masa
depan yang lebih cerah, telah mendorong segenap rakyat Indonesia melakukan Gerakan
Reformasi. Hakekat reformasi nasional adalah suatu perubahan seluruh
kehidupan bangsa
aspek
menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan dimaksud berskala
nasional dan
dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, serta oleh segenap komponen
bangsa. Arah dan tujuan reformasi tersebut sejalan
dengan
cita-cita
Proklamasi
Kemerdekaan
17
Agustus 1945, serta selaras dengan nilai-nilai kultur
bangsa Indonesia dan nilai -nilai universal.
Cita-cita luhur reformasi tersebut hanya mungkin tercapai melalui pembentukan
pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa. Pemerintah yang diinginkan adalah
pemerintahan yang mampu menata kehidupan demokratis dan mewujudkan supremasi
hukum, mampu memberantas KKN dan segenap penyimpangan lainnya yang menghambat
pembangunan maupun kepentingan nasional. Upaya untuk mencapai cita-cita luhur tersebut
bukanlah hal ringan dan mudah. Kondisi obyektif Indonesia merupakan realita adanya
tantangan dan kendala yang menghadang antara lain k risis ekonomi dan moneter, serta
berbagai konflik yang belum teratasi secara tuntas. Kondisi obyektif tersebut telah
menimbulkan dampak-dampak terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Persoalan yang
dihadapi makin kompleks, karena iklim politik yang berkembang sebagai akibat dari
kedewasaan berpolitik yang belum memadai, cenderung menggiring suasana ke arah euforia
demokrasi.
Gambaran kondisi di atas mengisyaratkan, bahwa jalan menujumasyarakat demokratis
yang diharapkan masih sangat panjang dan menghadapi tantangan yang berat. Meskipun
demikian, diyakini bahwa reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan kebutuhan, yakni
sebagai wahana dan instrumen yang paling tepat untuk mengantarkan bangsa Indonesia
menuju masyarakat "civil" yang dicita-citakan. Walaupun menghadapi tantangan yang berat,
namun keyakinan akan kebenaran arah perjuangan reformasi nasional, telah mendorong
semangat untuk terus melanjutkan proses reformasi. Upaya untuk mewujudkan cita-cita
reformasi membutuhkan kebulatan tekad serta dukungan segenap bangsa Indonesia.
Tekad dan dukungan tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama secara sinergis
agar agenda reformasi yang telah disepakati bersama tetap berada pada jalur yang benar.
Sejalan dengan komitmen tersebut, tindakan yang menghambat dan menggagalkan
reformasi harus dihindarkan agar tidak dinodai oleh tindakan anarkhis atau upaya
memaksakan kepentingan kelompok atau golongan. Reformasi nasional harus tetap
dilanjutkan dan dijaga kesinambungannya dalam kerangka konstitusi Undang Undang Dasar
(UUD) 1945 dan nilai falsafah Pancasila.
Reformasi Pertahanan Negara
Sejalan dengan komitmen reformasi nasional, reformasi di bidang pertahana n negara
dilaksanakan secara konsepsional dengan berlandaskan pada kostitusi UUD 1945 dan
falsafah Pancasila.
Reformasi pertahanan negara merupakan komitmen bangsa yang dilaksanakan
secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan tata nilai sebagai
satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh.
Agenda penataan struktur sejauh ini telah mencakup penataan organisasi pertahanan
negara yang menyentuh segi -segi substansial. Penataan tersebut meliputi perubahan
struktur organisasi, tataran kewenangan, fungsi dan tugas Departemen Pertahanan
(Dephan), fungsi dan tugas TNI. Upaya penataan dimaksudkan agar penyelenggaraan
pertahanan negara dapat lebih efektif sesuai dengan perkembangan konteks stratregis serta
dalam bingkai masyarakat demokratis. Pada aspek kultur dan tata nilai, perubahan diarahkan
pada sikap dan perilaku penyelenggara pertahanan negra untuk mampu memposisikan diri
ssuai peran dan tugasnya. Perubahan dimaksud berlaku pada segenap jajaran di Dephan
dan TNI, mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah.
Reformasi di bidang pertahanan negara bertitik tolak dari Ketetapan (TAP) MPR
nomor VI tahun 2000, tentang Pemisahan TNI dan Polri dan TAP MPR nomor VII tahun 2000
tentang Peran TNI dan Peran Polri. Salah satu wujudnya adalah Undang Undang (UU)
Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menggantikan UU RI Nomor 20 tahun
1982. UU RI Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan -ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi. UU Pertahanan
Nomor 3 tahun 2002, di samping mengatur penataan negara ke depan untuk mendukung
kepentingan nasional sesuai cita-cita reformasi serta untuk tujuan nasional.
Secara substansi UU RI Nomor 3 tahun 2002 mengatur wewenang dan tanggung
jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas TNI, wewenang dan tanggung jawab Panglima
TNI, nilai-nilai demokratis, hak azasi manusia, perlindungan lingkungan hidup, peran DPR
dalam pertahanan negara, hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara. Secara
ringkas, diatur sebagai berikut :
Wewenang dan Tanggung Jawab Menteri Pertahanan
·
Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan
negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan Presiden.
·
Menteri Pertahanan menyusun buku putih pertahanan serta mene tapkan kebijakan
kerjasama bilateral, regional dan internasional di bidangnya.
·
Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan,
pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri
pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya.
pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya.
Peran dan Tugas Nasional Indonesia
·
Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
·
Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan
negara untuk :
§
Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.
§
Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.
§
Melaksanakan Operasi Militer selain perang.
§
Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional
dan internasional.
Wewenang dan Tanggung Jawab Panglima TNI
·
Panglima TNI memimpin Tentara Nasional Indonesia.
·
Panglima TNI menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer,
pembinaan profesi dan kekuatan militer, serta memelihara kesiagaan operasional.
·
Panglima TNI berwenang menggunakan segenap komponen pertahanan negara
dalam penyelenggaraan operasi militer berdasarkan undang-undang.
·
Panglima TNI bertanggung jawab kepada Presiden dalam penggunaan komponen
pertahanan negara dan bekerjasama dengan Menteri Pertahanan dalam pemenuhan
kebutuhan Tentara Nasional Indonesia.
Nilai-nilai Demokrasi, HAM, dan Lingkungan Hidup
·
Pertahanan negara disusun atas dasar prinsip demokrasi, hak azasi manusia (HAM),
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum
internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara
damai.
·
Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus memperhatikan prinsipprinsip berkelanjutan, keragaman, dan produktivitas lingkungan hidup.
Keterlibatan DPR
·
Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan TNI. Dalam
hal pengerahan kekuatan TNI untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan
Presiden harus mendapat persetujuan DPR.
·
Presiden mengankat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat pe rsetujuan
DPR.
·
DPR melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum pertahanan
negara.
Keterlibatan Rakyat
·
Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
·
Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI
sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen
pendukung.
·
Komponen cadangan terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya
buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan
melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.
·
Komponen pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya
buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan
komponen pendukung.
Reformasi Internal TNI
Sejalan dengan komitmen reformasi pertahanan negara, TNI melakukan reformasi
internal. Reformasi internal TNI pada hakekatnya merupakan tekad dan komitmen TNI untuk
melakukan pembaharuan institusi TNI melalui langkah-langkah konstruktif sejalan dengan
pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis. Pembaharuan dimaksud
melakukan pembaharuan institusi TNI melalui langkah-langkah konstruktif sejalan dengan
pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis. Pembaharuan dimaksud
dilakukan TNI secara konseptual untuk menata fungsi dan tugasnya sesuai yang
diamanatkan dalam UU RI nomor 3 tahun 2002. Reformasi internal merupakan kebutuhan
TNI untuk mewujudkan institusi TNI yang profesional dan dilaksanakan secara bertahap dan
berlanjut. Dalam kaitan tersebut, TNI telah melakukan berbagai upaya untuk kembali pada
jati dirinya sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan melindungi
keselamatan rakyat. Oleh karena jiwa rakyat adalah jiwa TNI, maka TNI harus senantiasa
memelihara kemanunggalannya dengan rakyat yang merupakan andalan kekuatan
pertahanannegara Indonesia.
Jiwa dan semangat pembaharuan selalu melekat dalam TNI sesuai tantangan dan
dinamika lingkungan yang berlaku. Komitmen tersebut telah dilakukan antara lain melalui
kegiatan
mengumpulkan
berbagai
bahan
pemikiran
strategis
melalui
kegiatan
mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan seminar, diskusi dan
pengkajian-pengkajian, baik yang dilaksanakan di lingkungan sendiri, maupun bersamasama dengan kalangan lain. Dari kegiatan-kegiatan tersebut TNI telah menyusun suatu
konsep pemikiran strategis, suatu konsep reformasi internal yang dikenal dengan "Paradigma
Baru Peran TNI". Paradigma Baru Peran TNI berisikan dokumen tentang Redefinisi, Reposisi
dan Reaktualisasiperan TNI dalam Kehidupan Bangsa di Masa Depan. Dokumen tersebut
ditanda-tangani oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI) pada 5 Oktober 1998. Niat dan komitm en untuk mereformasi diri
tersebut, kemudian diwadahi secara formal oleh wakil -wakil rakyat melalui TAP MPR-RI
Nomor : VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri, dan Tap MPR -RI Nomor :
VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Peran Polri.
Implementasi reformasi internal TNI meliputi
·
TNI tunduk pada otoritas politik pemerintah yang dipilih oleh rakyat sesuai dengan
nilai-nilai demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan
tugasnya TNI senantiasa melaksanakan tugas negara untuk kepentingan nasional.
·
Tugas TNI untuk melaksanakan kebijakan pertahanan sebagaimana diatur dalam
pasal 10 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ditentukan melalui
keputusan politik pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik TNI ada pada
pimpinan nasional.
keputusan politik pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik TNI ada pada
pimpinan nasional.
·
TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara dengan menyelenggarakan
perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer serta
memelihara kesiapsiagaan (pasal 10, 14 dan 18 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara).
·
TNI sebagai bagian dari sistem nasional, tidak mengambil posisi eksklusif tetapi
senantiasa memelihara keterkaitan dengan komponen bangsa yang lain.
·
TNI dalam menjalankan tugasnya sesuai aturan pelibatan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
·
Beberapa perubahan struktural antara lain : Pemisahan Polri dan TNI yang semula
bersama-sama tergabung dalam ABRI. Perubahan tersebut diikuti penghapusan
jabatan Kassospol TNI dan Kaster TNI, penghapusan Dwi Fungsi ABRI, likuidasi
fungsi kekaryaan serta sosial politik TNI, penghapusan keberadaan Fraksi TNI/Polri di
lembaga legislatif paling lambat tahun 2009, serta perubahan doktrin dan organisasi
TNI. Pemisahan TNI dan Polri tersebut juga berimplikasi pada perubahan Dephankam
menjadi Dephan.
Komitmen TNI untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik TNI
yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesional, TNI telah memiliki komitmen untuk
menjauhkan diri dari keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di bawah kekuasaan
pemerintah yang dipilih rakyat secaa konstitusional dan demokratis.
Harapan TNI sebagai tentara profesional meliputi TNI yang tidak berpolitik, berada di
bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara-cara demokratis dan
konstitusional, TNI yang terdidik dan terlatih
baik, TNI yang terlengkapi kebutuhan
alutsistanya secara memadai, serta prajurit TNI yang dicukupi kesejahteraan dan
pendapatannya secara layak.
Sebagai tentara rakyat, TNI harus selalu dekat dengan rakyat, TNI harus mengenal
dan hidup bersama rakyat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memisahkan TNI dari rakyat
merupakan pengikaran akan kodrat TNI sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang
bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan
fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan
teritorialnya.
bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan
fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan
teritorialnya.
BAB TIGA
KONTEKS STRATEGIS
Dalam tingkat strategis, isu politik, ekonomi, dan tindakan ilegal lintas negara,
memiliki jangkauan wilayah nasional, regional, serta global, dan isu tersebut merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap keamanan nasional, regional, dan global. Isu politik,
ekonomi, dan keamanan memiliki keterkaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi,
selanjutnya isu tersebut akan selalu menjadi perhatian masyarakat internasional karena
akan menyangkut pada kepentingan nasional masing-masing negara.
Indonesia yang merupakan negara terbuka, tidak bebas dari pengaruh
perkembangan global dan regional. Kondisi politik, ekonomi, sosial, dan keamanan Indonesia
yang terbentuk selama ini, tidak berdiri sendiri namun dipengaruhi juga oleh faktor eksternal.
Isu domestik yang dihadapi Indonesi a pada dekade terakhir ini tidak terlepas dari kontribusi
faktor-faktor eksternal, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga faktor yang saling
berhubungan perlu dicermati.
Global
Berakhirnya perang dingin belum menjamin bagi terwujudnya keamanan dan
perdamaian dunia. Konflik antar etnis/ras, terorisme, pencucian uang, penyelundupan
manusia, perdagangan ilegal, narkoba adalah ancaman non tradisional, dan merupakan
ancaman terhadap keamanan domestik, regional, dan global. Sedangkan ancaman
tradisional seperti senjata pemusnah masal, sengketa antar negara, dan perlombaan senjata
tetap merupakan isu laten. Ancaman tradisional maupun ancaman non-tradisional tetap
menimbulkan kekuatiran bagi masyarakat internasional karenamerupakan bentuk ancaman
terhadap perdamaian dunia yang dapat berkembang menjadi ancaman berskala besar.
menimbulkan kekuatiran bagi masyarakat internasional karenamerupakan bentuk ancaman
terhadap perdamaian dunia yang dapat berkembang menjadi ancaman berskala besar.
Kecenderungan keamanan dunia diwarnai oleh isu keamanan non-tradisional yang
semakin marak, disamping isu keamanan tradisional yang belum dapat diabaikan sama
sekali. Kompleksitas keamanan global semakin bertambah dengan adanya upaya
mengembangkan
pengembangan
dan
mempertahankan
kemampuan
militer,
hegemoni
keunggulan
melalui
penguatan
aliansi,
teknologi,
maupun
dengan
mempertahankan keunggulan ekonomi.
Globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi telah menghadirkan
perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dunia. Akses informasi semakin mudah dan
cepat, dapat mencapai tempat lain tanpa memandang jarak dan batas negara. Batas suatu
negara seakan-akan menjadi kabur dan seolah-olah menghadirkan dunia tanpa batas.
Hakekat kedaulatan negara mendapat tantangan karena kewenangan negara berkurang
jangkauannya dalam aspek tertentu. Seperti menghadapi arus informasi, negara tidak dapat
sepenuhnya mengatur arus informasi, walaupun informasi tersebut dapat mempengaruhi
perilaku warga negaranya.
Segala kemudahan yang
diperoleh
dalam
globalisasi
proses
mendorong
ketergantungan antar negara,
namun
juga
memaksakan
kompetisi antar umat manusia,
antar
golongan,
dan
antar
negara.
Negara dan bangsa yang memiliki keunggulan akan mampu memenangkan kompetisi,
berarti mampu mengejar kepentingan nasionalnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya. Seiring dengan kemajuan tersebut, tindakan ilegal dan kriminal lintas n egara juga
meningkat, dalam bentuk ancaman baru seperti terorisme, penyelundupan manusia, atau
drugtraficking yang dilakukan secara terorganisasi.
Kecenderungan hubungan masyarakat internaisonal dan hubungan antar negara
dibangun atas dasar saling percaya dan saling menghormati. Penciptaan kondisi seperti itu
memberikan peluang yang sangat baik bagi suatu dialog guna menghadapi perbedaan
dibangun atas dasar saling percaya dan saling menghormati. Penciptaan kondisi seperti itu
memberikan peluang yang sangat baik bagi suatu dialog guna menghadapi perbedaan
pandangan atas suatu isu bersama. Dialog dan diplomasi menjadi sarana penting untuk
meredam konflik dan memperoleh penyelesaian secara damai. Namun, perbedaan posisi
dan lebarnya kesenjangan antar negara maju dengan negara berkembang di bidang
ekonomi, teknologi dan militer menjadi salah satu faktor penghalang dalam suatu dialog.
Upaya memperoleh dukungan dari negara lain atau merebut pengaruh arat negara lain,
mengembangkan dan mempertahankan hegemoni di berbagai bidang, tidak jarang menjadi
sumber potensi konflik antar bangsa.
Sejak tragedi yang menimpa World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada
11 September 2001, terorisme internasional menjadi bentuk baru perang, merupakan
ancaman asimetri dan menjadi ancaman nyata bagi dunia. Pembentukan definisi terorisme
internasional dan resolusi PBB untuk mengatasinya merupakan upaya masyarakat
internasional untuk memerangi terorisme internasional. Kampanye global memerangi
terorisme dilakukan dengan langkah-langkah konkrit secara intensif. Setiap negara wajib
menyelidiki kelompok teroris, mengidentifikasi sumber dan aliran dana teroris serta
menghentikannya, kemudian melaporkannya ke PBB. Negara-negara maju melakukan
tindakan memberikan bantuan teknik dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan negara
lain dalam menghadapi terorisme. Upaya nyata dan kerja keras masyarakat internasional
dalam memerangi terorisme internasional belum mampu sepenuhnya menghentikan aksi
terorisme internasional. Bahkan setahun setelah tragedi WTC, teroris beraksi kembali di Bali
dan dikenal sebagai tragedi Bali 12 Oktober 2002.
Selain dua tragedi tersebut yang mengguncangkan dunia, aksi terorisme dalam
skala kecil terjadi di berbagai negara. Tindakan terorisme selalu menimbulkan korban jiwa,
mengancam keselamatan publik, menimbulkan kekacauan yang luas sehingga mengancam
keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Konflik di Timur Tengah, Asia S elatan, maupun
di Asia Tenggara merupakan bentuk terorisme sehingga ancaman terorisme internasional
masih terus membayangi dunia. Terorisme internasional menjadi musuh bersama
masyarakat dunia sehingga harus diperangi secara bersama-sama oleh masyarakat
internasional.
Kegiatan ilegal dan kejahatan lintas negara seperti penyelundupan manusia,
senjata, perdagangan obat-obatan terlarang, pencucian uang, imigran gelap, menunjukan
peningkatan yang tajam. Tindakan ilegal dan kejahatan lintas negara umumnya m enimbulkan
kerugian terhadap negara lain, dan sangat mungkin berkembang mengganggu keamanan
senjata, perdagangan obat-obatan terlarang, pencucian uang, imigran gelap, menunjukan
peningkatan yang tajam. Tindakan ilegal dan kejahatan lintas negara umumnya m enimbulkan
kerugian terhadap negara lain, dan sangat mungkin berkembang mengganggu keamanan
kawasan sera mengganggu hubungan antar bangsa. Peningkatan tersebut antara lain
didorong oleh masalah politik, kesenjangan ekonomi, serta adanya jaringan kejahatan lintas
negara berskala internasional. Pergolakan politik dan disparitas ekonomi di beberapa negara
telah menimbulkan migrasi berskala besar yang berusaha mencari peluang kerja dan iklim
kehidupan yang lebih baik di negara lain. Di samping itu, dampak kesulitan ekonomi yang
menyebabkan kesulitan mendapatkan lapangan kerja, juga mendorong manusia untuk
melakukan segala cara agar dapat bertahan hidup. Kejahatan lintas negara dilakukan secara
terorganisasi dalam suatu jaringan antar negara, digerakkan oleh aktor dengan dukungan
teknologi dan finansial sehingga diperlukan upaya yang sistemati dan kerjasama antar
negara untuk mengatasinya.
Runtuhnya Uni Soviet diikuti dengan perubahan drastis atas struktur kekuatan
dunia, yang semula bipolar berubah menjadi m ultipolar serta memunculkan Amerika Serikat
menjadi satu-satunya kekuatan adidaya. Meskipun dunia didominasi oleh kekuatan Amerika
Serikat, namun Rusia, Uni Eropa, Cina, dan Jepang meripakan negara besar yang
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat internasional. Dengan kekuatan
politik, ekonomi, dan militer yang dimilikinya, negara -negara tersebut di atas tidak dapat
diabaikan dan mempunyai kemampuan yang signifikan dalam menentukan keamanan
kawasan dan perdamaian dunia.
Di samping polarisasi kekuatan masyarakat, organisasi internasional seperti
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Gerakan Non Blok (GNB) mempunyai peran yang
signifikan dalam memelihara ketertiban dunia. PBB terus berusaha meningkatkan eksistensi
dan perannya dalam memecahkan masalah-masalah internasional di sejumlah kawasan.
Pada dasa warsa terakhir ini, PBB giat mengembangkan konsep keamanan kemanusiaan
(human security concept). Konsep tersebut diarahkan untuk menyelamatkan umat manusia
dari tindakan kesewenang-wenangan. Dalam konsep tersebut, UN Charter Chapter VII
dapat digunakan sebagai alat legitimasi untuk melakukan intervensi kemanusiaan
(humanitarian intervention) ke dalam wilayah suatu negara, dengan mengabaikan kedaulatan
negara yang bersangkutan. Namun alat legitimasi UN Charter Chapter VII tersebut belum
diterima oleh semua negara, terutama karena perbedaan kepentingan serta adanya
karakteristik bangsa yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain.
diterima oleh semua negara, terutama karena perbedaan kepentingan serta adanya
karakteristik bangsa yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang menghadirkan kemudahan
dalam melakukan akses informasi, aktivitas perekonomian berkembang pesat melampaui
batas negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang membentuk
pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan hadirnya aliansialiansi ekonomi seperti Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade
Agreement (AFTA), Nort American Free Trade Agreement (NAFTA), dan European Union
(EU). Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi yang
ketat, mendorong setiap negara mengembangkan produk-produk unggulan yang kompetitif.
Keterbatasan kemampuan terutama sektor permodalan, kualitas sumber daya
manusia, dan teknologi, serta aturan pasar bebas yang sangat ketat, telah mela hirkan
kekuatiran bagi negar-negara berkembang. Ketidakmampuan negara berkembang dalam
berkompetisi akan menjadikannya hanya sebagai pasar bagi produk -produk negara maju.
Ketimpangan persaingan ekonomi negara maju terhadap negara berkembang akan
menimbulkan peluang bagi munculnya ketidakpuasan dan tindakan proteksi, sehingga
akhirnya memicu konflik dan krisis yang dapat menggangu stabilitas keamanan.
Isu kerusakan lingkungan hidup semakin meningkat dan menjadi titik perhatian
masyarakat dunia. Konferensi Tingkat Tinggi Lingkungan Hidup dan Pembangunan (KTT
Bumi) Rio de Janeiro tahun 1992, serta KTT Johanesburg 2002, mencanangkan diadopsinya
prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Prinsip pembangunan
berkelanjutan dimaksudkan untuk m enyelamatkan lingkungan hidup akibat tindakan
sewenang-wenang masyarakat. Dalam mengeksploitasi lingkungan hidup untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya, diharapkan masyarakat jangan sampai merusak lingkungan hidup
sehingga menimbulkan kerugian bagi umat manusia dan mengorbankan generasi berikutnya.
Namun kenyataan menunjukan bahwa praktek pembakaran hutan, perambahan hutan tanpa
memperhatikan ekosistem, pembuangan limbah kelaut oleh negara -negara tertentu di
wilayah negara lain, masih terus berlangsung yang menyebabkan kerusakan lingkungan
makin bertambah.
Proses deforestasi yang terjadi, tidak diimbangi dengan penurunan emisi dunia,
bahkan ada kecenderungan Protokol Kyoto masih ditanggapi setengah hati oleh negara
tertentu. Kerusakakkn lingkungan yang terus berlanjut, akan mengakibatkan kelangkaan
sumber daya alam. Kerusakan lingkunagn yang semakin parah tanpa diimbangi dengan
bahkan ada kecenderungan Protokol Kyoto masih ditanggapi setengah hati oleh negara
tertentu. Kerusakakkn lingkungan yang terus berlanjut, akan mengakibatkan kelangkaan
sumber daya alam. Kerusakan lingkunagn yang semakin parah tanpa diimbangi dengan
upaya konstruktif untuk memperbaikinya, akan menimbulkan kesengsaraan umat manusia
yang sulit dicegah. Meningkatnya kesadaran umat manusia terhadap lingkungan hidup telah
menjadikan lungkungan hidup tersebut sebagai isu global yang penting.
Regional
Perkembangan dan kecenderungan global merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi dinamika keamanan regional. Faktor-faktor lain yang juga sangat
berpengaruh, adalah peran dan kepentingan negara-negara besar, ditambah dengan
permasalahan hubungan antar negara di kawasan.
Peran Negara-negara Besar
Kecenderungan keamanan Asia Tenggara yang dihadapi adalah terjadinya
pergeseran pada permasalahan keamanan regional, seperti adanya berbagai konflik yang
bersumber dari klaim teritorial, keamanan jalur komunikasi laut dan jalur perdagangan
melalui laut, sampai kepada masalah keamanan non -tradisional seperti terorisme,
perompakan dan pembajakan di laut , penyelundupan senjata, migrasi ilegal, ataupun
penangkapan ikan ilegal. Selain dipengaruhi oleh negara-negara yang mendiami kawasan,
dinamika keamanan kawasan, khususnya kawasan Asia Tenggara ikut dipengaruhi oleh
kekuatan negara-negara besar karena adanya kepentingan mereka di Asia Tenggara.
Amerika Serikat (AS) yang merupakan satu-satunya negara adidaya, memiliki
kepentingan yang sangat besar di seluruh kawasan dunia, termasuk di kawasan Asia
Tenggara, baik kepentingan poloti k, ekonomi, maupun keamanan. Tekad AS untuk
mempertahankan dan mewujudkan kepentingannya di berbagai belahan dunia tidak
diragukan karena mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya. Keunggulan AS
sebagai kekuatan dunia didukung oleh adanya penguasaan tek nologi, kekuatan ekonomi,
kekuatan militer, maupun dukungan politik dalam negeri, dan hal tersebut akan tetap
dipertahankannya untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Karena itu, AS tetap memiliki
perhatian dan peran yang sangat signifikan pada isu keamanan kawasan dan global.
Perkembangan ekonomi Republik Rakyat Cina (RRC) yang pesat telah
menempatkan Cina sebagai salah satu negara besar dan penting secara regional maupun
global. Untuk mempertahankan kemajuan yang telah diperolehnya, maka upaya memenuhi
kepentingan nasional Cina akan menjangkau berbagai belahan dunia. Pemenuhan
kepentingannya
itu
akan
dilakukan
dengan
menggunakan
instrumen
hubungan
internasionalnya. Negara-negara besar maupun negara-negara di kawasan Asia Pasifik tidak
dapat mengabaikan peran Cina bagi keamanan kawasan, karena Cina memiliki kepentingan
dan mempunyai kekuatan yang harus diperhitungkan dalam menentukan stabilitas
keamanan kawasan. Maka sangat beralasan menyatakan bahwa interaksi hubungan Cina
dengan kekuatan utama di kawasan seperti Amerika Serikat, Jepang, Ruasia dan Uni Eropa,
merupakan faktor yang berpengaruh dalam peta keamanan kawasan, khususnya di Asia
Pasifik. Dalam kaitan keamanan kawasan, hubungan politik RRC dengan Cina Taiwan
masih dilanda ketegangan dan belum menunjukan tanda-tanda penyelesaian secara
damai. Hubungan RRC - Cina Taiwan ini tetap menjadi fokus perhatian isu keamanan
kawasan bagi masyarakat internasional. Ketidakjelasan penyelesaian damai Cina - Taiwan
akan mewarnai prospek keamanan kawasan Asia Pasifik dan dunia pada umumnya.
Jepang,
merupakan
negara
yang kuat di bidang ekonomi,
negara pemasok hasil industri,
serta
pengimpor
terkemuka
atas minyak dan gas bumi.
Perekonomian
Jepang
menjangkau
seluruh
pelosok
dunia
dan
perdagangan
internasionalnya merupakan bagian dari upaya pemenuhan kepentingan nasionalnya.
Keamanan perekonomian Jepang sangat dipengaruhi oleh keamanan wilayah perdagangan
internasionalnya, sehingga Jepang sangat memperhatikan keamanan regional dan global.
Karena itu, Jepang memiliki kepentingan yang kuat atas stabilitas keamana dunia. Jepang
juga memiliki pengaruh dalam upaya mewujudkan keamanan regional dan global. Karena itu,
sikap politik Jepang akan selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar dunia, dan
merupakan salah satu kekuatan penyeimbang bagi stabilitas keamanan kawasan.
sikap politik Jepang akan selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar dunia, dan
merupakan salah satu kekuatan penyeimbang bagi stabilitas keamanan kawasan.
Uni Eropa (EU) sebagai organisasi yang beranggotakan negara -negara industri,
memiliki kekuatan ekonomi cukup besar serta mempunyai peran dan pengaruh yang besar
dalam perekonomian global. Hubungan ekonomi anggota UE dengan negara-negara di
kawasan Asia Tenggara telah berkembang sedemikian rupa sehingga negara-negara UE
memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang besar atas kawasan Asia Tenggara, baik
sebagai pasar maupun pemasok bahan mentah. Karena itu keamanan kawasan Asia
Tenggara memiliki nilai strategis bagi Uni Eropa.
Isu Keamanan Perairan Kawasan
Berdasarkan data Internasional Maritime Bureau (IMB) Kuala Lumpur tahun 2001, dari
213 laporan pembajakan dan perompakan yang terjadi di perairan Asia dan kawasan
Samudera Hindia, 91 kasus diantaranya terjadi di perairan Indonesia. Namun data
pemerintah Indonesia yang dikeluarkan oleh TN I-AL, menyatakan bahwa selama tahun 2001
terjadi 61 kasus yang murni dikatagorikan sebagai aksi pembajakan dan perompakan
dengan lokasi tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Meskipun terdapat perbedaan
angka oleh kedua institusi tersebut, namun data tersebut menunjukan bahwa keamanan
perairan Indonesia pada dekade terakhir memiliki ancaman dan gangguan keamanan yang
cukup serius dan perlu penangan segera.
Internasional Maritime
Organization (IMO)
menyatakan bahwa
aksiperompakan yang terjadi
diperairan Asia Pasifik,
khususnya kawasan Asia Tenggara adalah yang tertinggi di dunia. Pelaku perompakan tidak
hanya menggunakan senjata tradisional, tetapi juga senjata api dan peralatan berteknologi
canggih. Keamanan di laut merupakan masalah yang kompleks karena upaya untuk
mengatasi perompakan di laut tidak dapat dilakukan hanya oleh satu negara saja, tetapi
melibatkan berbagai negara dan organisasi internasional. Karena itu upaya mewujudkan
keamanan di laut memerlukan kerja sama yang erat antarnegara.
keamanan di laut memerlukan kerja sama yang erat antarnegara.
Disamping masalah perompakan, penyelundupan manusia melalui perairan kawasan
Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara, juga cenderung meningkat. Australia yang berada di
bagian selatan kawasan Asia Tenggara, merupakan salah satu negara tujuan para imigran
gelap. Hal tersebut menjadikan perairan di kawasan Asia Tenggara, termasuk perairan
Indonesia, menjadi jalur laut menuju benua tersebut. Penyelundupan manusia tidak dapat
dipandang sebagai masalah yang sederhana. Upaya penanggulangannya melibatkan
beberapa negara dengan berbagai kepentingan yang berbeda, terutama keamanan,
kemanusiaan, ekonomi, dan politik. Kegiatan migrasi ilegal berskala besar kerap kali
dilakukan oleh organisasi yang memiliki jaringan internasional. Migrasi ilegal memberikan
dampak negatif terhadap negara tujuan dan negara transit sehingga sering menimbulkan
persoalan politik, sosial ekonomi, dan ketegangan hubungan antarnegara. Disamping migrasi
ilegal, kasus penyelundupan manusia, seperti penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan
bayi, atau wanita ke negara lain melalui wilayah perairan juga marak akhir-akhir ini.
Kegiatan penyelundupan melalui wilayah perairan antar negara yang tidak kalah
maraknya pada dekade terakhir ini di kawasan Asia Tenggara adalah penyelundupan
senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kegiatan ilegal tersebut memiliki aspek politik,
ekonomi, dan keamanan antar negara maupun di negara tujuan. Di bidang keamanan,
penyelundupan senjata menimbulkan masalah yang sangat serius karena secara langsung
akan mengancam stabilitas keamanan negara tujuan.
Perompakan di laut dan
penyelundupan yang diuraikan
di atas merupakan tindakan
ilegal
lintas
menimbulkan
negara-negara
negara
yang
kerugian
bagi
di
kawasan
maupun bagi
negara-negara yang menggunakan lintas perairan. Tindakan ilegal lintas negara itu cukup
signifikan dan semakin menguatirkan negara-negara di kawasan. Tindakan ilegal tersebut
diorganisasi dengan rapi, sehingga perlu kerjasama antar negara untuk mengatasinya.
Isu Perbatasan Antar Negara
Belum tuntasnya penentuan garis batas suatu negara terhadap negara lain dapat
berpotensi menjadi sumber permasalahan hubungan keduanya di masa datang. Di samping
garis batas, masalah pelintas batas, pencurian sumber daya alam, dan kondisi geografi juga
merupakan sumber masalah yang dapat menggangu hubungan antar negara.
Di kawasan Asia Tenggara, ketidakjelasan batas antar dua negara dialami oleh
beberapa negara yang berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan. Indonesia juga memiliki
permasalahan perbatasan dengan negara-negara lain, terlebih lagi mengingat demikian
luasnya wilayah darat dan perairan. Indonesia memiliki sepuluh negara tetangga yang
berbatasan, yakni Malaysia, Singapura, Thailand, India, Filipina, Vietnam, Papua Nugini,
Australia, Palau dan Timor Leste.
·
Perbatasan Indonesia-Singapura.
Penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yakni wilayah yang
berbatasan langsung dengan Sinagpura, telah berlangsung sejak tahun 1970.
Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir setiap hari dan mengaki batkan
kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu mata pencaharian
nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu oleh akibat
penambangan pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh penambangan
pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para nelayan.
Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil
karena dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah. Tenggelamnya
pulau-pulau kecil tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena
dengan perubahan pada kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan
batas maritim dengan Singapura di kemudian hari.
·
Perbatasan Indonesia-Malaysia.
Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian wilayah
perairan Selat Malaka masih belum disepakati ke dua negara. Ketidakjelasan batas
maritim tersebut sering menimbulkan friksi di lapangan antara petugas lapangan dan
nelayan Indonesia dengan pihak Malaysia.
Demikian pula dengan perbatasan darat di Kalimantan, beberapa titik batas
belum tuntas disepakati oleh kedua belah pihak. Permasalahan lain antar kedua
negara adalah masalah pelintas batas, penebangan kayu ilegal, dan penyelundupan.
Forum General Border Committee (GBC) dan Joint Indonesia Malaysia Boundary
Committee (JIMBC), merupakan badan formal bilateral dalam menyelesaikan masalah
perbatasan kedua negara yang dapat dioptimalkan.
·
Perbatasan Indonesia-Filipina.
Belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia dengan
Filipina di perairan utara dan s elatan Pulau Miangas, menjadi salah satu isu yang
harus dicermati. Forum RI-Filipina yakni Joint Border Committee (JBC) dan Joint
Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) yang memiliki agenda sidang secara
berkala, dapat dioptimalkan menjembatani permasalahan perbatasan kedua negara
secara bilateral.
·
Perbatasan Indonesia-Australia.
Perjanjian perbatasan RI-Australia yang meliputi perjanjian batas landas
kontinen dan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mengacu pada Perjanjian RIAustralia yang ditandatangani pada tanggal 14 Maret 1997. Penentuan batas yang
baru RI-Australia, di sekitar wilayah Celah Timor perlu dibicarakan secara trilateral
bersama Timor Leste.
·
Perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Indonesia dan PNG telah menyepakati batas-batas wilayah darat dan maritim.
Meskipun demikian, ada beberapa kendala kultur yang dapat menyebabkan timbulnya
salah pengertian. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antar penduduk yang
terdapat di kedua sisi perbatasan, menyebabkan klaim terhadap hak -hak tradisional
dapat berkembang menjadi masalah kompleks di kemudian hari.
·
Perbatasan Indonesia-Vietnam.
Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau
Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur landas
kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke
dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna
menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut.
kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke
dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna
menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut.
·
Perbatasan Indonesia-India.
Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan pulau
Nicobar di India. Batas maritim dengan landas kontinen yang terletak pada titik -titik
koordinat tertentu di kawasan perairan Samudera Hindia dan Laut Andaman, sudah
disepakati oleh kedua negara. Namun permasalahan di antara kedua negara masih
timbul karena sering terjadi pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak, terutama
yang dilakukan para nelayan.
·
Perbatasan Indonesia-Thailand.
Ditinjau dari segi geografis, kemungkinan timbulnya masalah perbatasan
antara RI dengan Thailand tidak begitu kompleks, karena jarak antara ujung pulau
Sumatera dengan Thailand cukup jauh, RI-Thailand sudah memiliki perjanjian Landas
Kontinen yang terletak di dua titik koordinat tertentu di kawasan perairan Selat Malaka
bagian utara dan Laut Andaman. Penangkapan ikan oleh nelayan Thailand yang
mencapai wilayah perairan Indonesia, merupakan masalah keamanan di laut. Di
samping itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing merupakan masalah sosioekonomi karena keberadaan masyarakat pantai Indonesia.
·
Perbatasan Indonesia-Republik Palau.
Sejauh ini kedua negara belum sepakat mengenal batas perairan ZEE Palau
dengan ZEE Indonesia yang terletak di utara Papua. Akibat hal ini, sering timbul
perbedaan pendapat tentang pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh para nelayan
kedua pihak.
·
Perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Saat ini sejumlah masyarakat Timor Leste yang berada diperbatasan masih
menggunakan mata uang rupiah, bahasa Indonesia, serta berinteraksi secara sosial
dan budaya dengan masyarakat Indonesia.
Persamaan
budaya dan ikatan
kekeluargaan antarwarga desa yang terdapat di kedua sisi perbatasan,
menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional,
dapat
dapat berkembang menjadi
masalah yang lebih kompleks. Disamping itu, keberadaan pengungsi Timor Leste
menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional,
dapat berkembang menjadi
masalah yang lebih kompleks. Disamping itu, keberadaan pengungsi Timor Leste
yang masih berada di wilayah Indonesia dalam jumlah yang cukup besar potensial
menjadi permasalahan perbatasan di kemudian hari.
Nasional
Pencermatan terhadap perkembangan dan kecenderungan nasional, baik politik,
ekonomi dan keamanan, menunjukkan bahwa isu domestik yang timbul, tidak terlepas dari
pengaruh eksternal, baik global mapun regional. Selain pengaruh faktor eksternal, terdapat
pula sejumlah faktor dari dalam negeri yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan
nasional. Faktor tersebut antara lain, sisi negatif dari heterogenitas suku bangsa Indonesia,
situasi ekonomi yang semakin memberatkan beban hidup, serta faktor politik, dan sosial.
Akumulasi dari faktor eksternal dan internal tersebut kemudian muncul dalam berbagai
bentuk eskalasi ancaman dan gangguan terhadap keamanan nasional, dan pada skala
yang luas dapat mengganggu stabilitas kawasan.
Gerakan Separatis Bersenjata
Salah satu bentuk ancaman yang timbul di dalam negeri adalah aksi-aksi yang
dilakukan kelompok separatis di beberapa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Saat ini terdapat dua kelompok separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI,
yakni Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Aksi-aksi yang dik embangkan oleh kelompok separatis dalam bentuk tindakan
kejahatan dan kekerasan telah menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat. Kejahatan dan kekerasan yang dilakukan kelompok separatis tersebut, tidak
saja
menyebabkan kerugian materi dan korban jiwa, juga mengakibatkan terjadinya
pengungsian penduduk, serta mengganggu fungsi pemerintahan.
Perhatian dan prioritas
pemerintah
dalam
upaya
menciptakan kehidupan yang
lebih baik bagi masyarakat di
wilayah tersebut,
belum menyadarkan kelompok separatis. Penyelesaian isu separatis menjadi semakin
kompleks karena kelompok separatis berlindung dibalik isu HAM, mencari dukungan dan
mengalihkan basis gerakan di luar negeri.
Terorisme
Terorisme telah merupakan ancaman nyata terhadap keselamatan bangsa, bahkan
menjadi ancaman bagi demokrasi
dan masyarakat sipil (civil society). Sejak tahun 1999
hingga peristiwa pemboman di Bali tanggal 12 Oktober 2002, kegiatan teror di Indonesia
cukup meningkat.
Sejumlah aksi teror yang terjadi di Indonesia antara lain :
·
Peledakan Toserba Ramayana Jakarta, tanggal 2 Januari 1999.
·
Peledakan Mal kelapa Gading Jakarta, tanggal 9 Februari 1999.
·
Peledakan Plaza Hayam Wuruk Jakarta, tanggal 15 April 1999.
·
Peledakan mesjid Istiqlal tahun 1999 yang menghancurkan sejumlah ruangan
dan fasilitas lainnya di mesjid tersebut.
·
Peledakan Gereja (GKPI) di Medan tanggal 28 Mei 2000, dan Gereja Khatolik,
Jalan Pemuda Medan, tanggal 29 Mei 2000.
·
Peledakan Gedung Kejaksanaan Agung Jakarta, tanggal 4 Juli 2000.
·
Peledakan kantor Komisi Pemilu (KPU) Jakarta, tanggal 1 Juli 2000.
·
Peledakan di halaman Kedutaan Besar Filipina, tanggal 1 Agustus 2000 yang
menewaskan 2 orang, 22 orang luka berat, serta kerugian materiel antara lain
menghancurkan 29 kendaraan.
·
Peledakan di depan kantor Departemen Pertanian tanggal 30 Agustus 2000,
menghancurkan 1 buah bus penumpang.
menghancurkan 1 buah bus penumpang.
·
Peledakan gedung Bursa Efek Jakarta tanggal 13 September 2000 yang
menewaskan 15 orang,
serta 37
orang luka berat dan menghancurkan 81
kendaraan.
·
Peledakan gedung Atrium Senen Jakarta,
masing-masing tanggal 11
Desember 1998, 1 Agustus 2001 dan 23 September 2001.
·
Peledakan sejumlah gedung gereja pada malam Natal tahun 2000 dan 2001.
·
Peledakan di Bali tanggal 12 Oktober 2002, menewaskan lebih dari 200 jiwa
dan korban luka berat WNA dan WNI, serta kerugian harta benda.
·
Peledakan Mc Donald, Mal Ratu Indah di Makasar tanggal 5 Desember 2002
yang menewaskan 3 orang.
·
Peledakan Wisma Bhayangkari di Kompleks Mabes Polri - Jakarta Selatan
pada tanggal 3 Februari 2003.
Isu Konflik Komunal
Komposisi masyarakat Indonesia yang heterogen, disertai karakteristik geografis
berupa negara kepulauan, sangat potensial munculnya friksi-friksi komunal. Konflik komunal
dapat dipicu
oleh ekslusivisme suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), serta
kesenjangan sosial ekonomi. Selain itu, perpindahan penduduk secara masal dari satu
wilayah ke wilayah lain selain berpengaruh terhadap tata kehidupan dan budaya setempat,
juga berpotensi sebagai sumber
konflik. Konflik yang terjadi di Maluku, Sulawesi Tengah (Poso), Kalimantan (Sanggau Ledo,
Sampit, Sambas), adalah contoh nyata konflik komunal. Kerugian yang diakibatkan oleh
konflik komunal berupa timbulnya gelombang pengungsian, penderitaan luar biasa bagi
masyarakat, korban jiwa, serta kerugian harta benda yang cukup besar. Resiko terbesar
konflik komunal berupa timbulnya gelombang pengungsian, penderitaan luar biasa bagi
masyarakat, korban jiwa, serta kerugian harta benda yang cukup besar. Resiko terbesar
yang ditimbulkan oleh konflik komunal adalah rusaknya solidaritas berbangsa maupun
rusaknya ikatan persatuan dan kesatuan bangsa. Disamping itu, kerusakan berbagai
infrastruktur, fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam skala besar,
menyebabkan
terganggunya kegiatan pemerintahan, terhambatnya kegiatan pelayanan masyarakat, serta
terbengkalainya penyelenggaraan pendidikan.
Kondisi
masyarakat
Indonesia
yang
rentan
terhadap
tindakan
provokasi,
memudahkan konflik komunal berkembang cepat dan luas, serta memungkinkan gangguan
terhadap ketertiban publik yang seara eskalatif dapat mengganggu stabilitas keanaman
nasional. Struktur masyarakat yang heterogen, tingkat pendidikan yang belum maju, serta
krisis ekonomi yang belum pulih, menjadi celah yang dapat dimanfaatkan oleh kelompokkelompok yang ingin mengganggu stabilitas nasional.
Gerakan Kelompok Radikal
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sarat dengan pengalaman menumpas berbagai
gerakan radikal di dalam negeri, seperti DI/TII, PRRI, Permesta dan PKI. Berbagai motivasi
melatarbelakangi gerakan-gerakan tersebut seperti agama, etnik atau kedaerahan, ideologi
dan politik.
Dengan menggunakan kekuatan militer, pemerintah berhasil menumpas
gerakan-gerakan tersebut.
Memasuki abad 21, isu ideologi terdesak oleh isu global, yakni demokratisasi, hak
azasi manusia dan lingkungan hidup. Begitu kuatnya perhatian masyarakat dunia terhadap
isu global, menyebabkan masalah ideologi tergeser dan tidak populer lagi. Bagi negaranegara maju dengan masyarakatnya sudah berada pada tingkat kedewasaan berpolitik,
ideologi bukan lagi menjadi masalah yang dipertentangkan. Berbeda dengan negara-negara
berkembang, seperti Indonesia, ideologi sering menjadi persoalan bangsa. Ideologi
bahkan kadangkala diperalat sebagai kendaraan untuk meraih kepentingan dan tujuan politik
tertentu.
Sejarah
bangsa
Indonesia sejak kemerdekaan
hingga saat ini menunjukkan
bahwa
persoalan
ideologi
selalu muncul dari waktu ke
waktu.
Ketika
bangsa
Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya, pada saat itu pula Pancasila dikumandangkan sebagai
ideologi negara. Namun demikian, selalu ada saja kelompok-kelompok yang berupaya
mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Berbagai upaya dilakukan oleh kelompokkelompok dimaksud, baik melalui jalur politik maupun melalui gerakan bersenjata.Usaha
kelompok-kelompok teresbut masih eksis hingga saat ini, dan diperkirakan dalam waktu
mendatang masih terus berlangsung.
Suasana kebebasan demokratis dan penghormatan terhadap HAM yang berlangsung
selama ini, seakan-akan telah memberikan peluang bagi gerakan-gerakan radikal tersebut
untuk muncul kembali ke permukaan. Dengan memanfaatkan isu yang populer selama era
reformasi, kelompok-kelompok radikal menggunakan cara-cara baru atau menyusup ke
dalam kelompok-kelompok tertentu, sehingga tampak seakan-akan penopang gerakan
reformasi. Gerakan-gerakan radikal yang muncul sekarang ini, sebagian merupakan
penjelmaan dari kelompok-kelompok yang pada masa
Kelompok-kelompok tersebut
lalu merasa dimarginalkan.
memiliki jaringan yang tersebar di seluruhan
wilayah
Nusantara, bahkan sampai ke luar negeri. Tidak menutup kemungkinan mereka bahkan
merupakan bagian dari jaringan terorisme internasional.
Selain yang berbasis ideologi, muncul pula radikalisme dalam bentuk lain, misalnya
dengan menggunakan atribut agama. Konflik di Maluku dan Poso, menunjukkan adanya
peran kelompok-kelompok tersebut. Faham keagamaan telah diimplementasikan secara
sesat dan menyimpang, untuk mempengaruhi dan meyakinkan para pengikutnya, bahwa
perjuangannya adalah perjuangan suci, sehingga mereka tidak segan-segan menggunakan
cara apa saja untuk mencapai tujuannya. Kelompok-kelompok itulah yang disebut sebagai
kelompok radikal yang keberadaannya serta cara-cara perjuangannnya sangat mengganggu
ketertiban publik dan pada muaranya akan mengganggu keamanan nasional.
ketertiban publik dan pada muaranya akan mengganggu keamanan nasional.
Kerusuhan Sosial
Kondisi ekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih kembali sejak terpaan krisis
ekonomi dan moneter tahun 1997, telah menimbulkan sejumlah permasalahan kruasial.
Keterbatasan lapangan kerja di tengah peningkatan pertumbuhan tenaga kerja, isu
perburuhan, masalah TKI, niali rupiah yang berfluktuasi, isu investasi, isu perdagangan
bebas dan isu lainnya, telah menyebabkan beban pemerintah semakin berat. Meskipun
awalnya isu tersebut berangk at dari isu ekonomi, namun dapat berkembang menjadi isu
politis. Isu politis yang menimbulkan kekuatiran dan ketidakpercayaan kepada pemerintah
dan hari esok, akhirnya dapat menimbulkan kerusuhan-kerusuhan masal luas yang akan
meningkat menjadi gangguan terhadap stabilitas nasional dan mengancam keamanan
nasional. Kesenjangan ekonomi yang semakin lebar berpotensi menimbulkan keresahan
sosial, khususnya apabila dimanipulasi oleh kelompok -kelompok tertentu yang ingin
mengacaukan Indonesia.
Gangguan Keamanan Laut
Wilayah kedaulatan NKRI dengan lebih dari 17.500 pulau, menempatkan Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia.
Dua pertiga dari wilayah Indonesia
merupakan wilayah laut, dengan garis pantai 81.000 km serta wilayah ZEE seluas 4 j uta
km 2.
Kegiatan perdagangan dan transportasi internasional melalui Sea Lane of
Communication (SLOC) dan Sea Lane of Transportation (SLOT) di perairan Indonesia terus
meningkat. Aktivitas perairan yang meningkat tersebut menempatkan laut memegang
peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia maupun
bagi masyarakat internasional. Arti penting laut yang dimaksud, bukan hanya terbatas pada
kekayaan sumber daya alam belaka, tetapi juga sebagai penghubung pulau-pulau yang
tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Oleh karena itu, keamanan laut sangat vital bagi
Indonesia.
Akhir-akhir
ini,
isu
keamanan laut cukup perlu
perhatian
serius.
keamanan
laut
Isu
tersebut
meliputi ancaman kekerasan
(pembajakan
,
perompakan
dan sabotase serta teror obyek
vital),
ancaman navigasi (kekurangan dan pencurian sarana bantu navigasi), ancaman sumber
daya (perusakan serta pencemaran laut dan ekosistemnya), dan ancaman kedaulatan dan
hukum (penangkapan ikan secara ilegal, imigran gelap, eksporasi dan ekspoitasi sumber
kekayaan alam secara ilegal, termasuk pengambilan harta karun, penyelundupan barang
dan senjata, serta penyelundupan kayu gelondongan melaui laut). Isu keamanan laut
memiliki dimensi gangguan terhadap hubungan internasional Indonesia.
Data menunjukkan bahwa penangkapan ikan secara ilegal di wilayah laut Indonesia
terus meningkat, dengan total kerugian yang dialami Indonesia sekitar US$ 2 milyar, atau
sekitar Rp. 18 Trilyun per tahun. Dari kegiatan penyelundupan, Indo nesia mengalami
kerugian sekitar US$ 1milyar pertahun. Ekspoitasi pasir secara ilegal merugikan Indonesia
lebih dari Rp. 2 Trilyun setiap tahun. Sementara kegiatan pencurian kayu (ilegal logging)
merugikan negara sekitar Rp. 30 Trilyun. Kondisi yang memprihatinkan tersebut menuntut
upaya sistematis bangsa dan pemerintah untuk menyelamatkan perairan Indonesia,
maupun meningkatkan kemampuan sumber daya untuk memanfaatkan laut Indonesia.
Gangguan Keamanan Udara
Posisi strategis Indonesia sebagai salah satu poros lalu lintas dunia internasional,
menempatkan Indonesia rawan terhadap berbagai ancaman keamanan udara.
Isu
keamanan udara dengan potensi ancaman di masa mendatang meliputi ancaman kekerasan
(pembajakan udara, sabotase obyek vital, teror), ancaman pelanggaran udara (penerbangan
gelap dan pengintaian terhadap wilayah Indonesia), ancaman sumber daya (pemanfaatan
wilayah udara oleh negara lain), dan anc aman pelanggaran hukum melalui media udara
(migrasi ilegal dan penyelundupan manusia). Untuk mengawasi dan mengamankan wilayah
udara dari segala gangguan dan ancaman, Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai
kelemahan antara lain SDM, sarana serta prasarana yang diperlukan.
Seperti halnya wilayah laut, kepentingan keamanan wilayah udara bukan hanya
menjadi kepentingan Indonesia, tetapi juga dalam rangka mengamankan kepentingan
kawasan dan dunia internasional.
BAB EMPAT
PERKIRAAN ANCAMAN
DAN KEPENTINGAN STRATEGIS
PERTAHANAN
Perkiraan Ancaman
Konstelasi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan posisi diantara
benua Asia dan Australia serta diantara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, menempatkan
Indonesia menjadi daerah kepentingan bagi negara-negara dari berbagai kawasan. Posisi
strategis ini menyebabkan kondisi politik, ekonomi, dan keamanan ditingkat regional dan
global menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kondisi Indonesia. Dalam era globalisasi
abad ke 21 ini, perkembangan lingkungan strategis regional dan global lebih menguat
pengaruhnya terhadap kondisi nasional karena diterimanya nilai-nilai universal seperti
perdagangan bebas, demokratisasi, serta hak asasi dan lingkungan hidup.
Eksistensi kepentingan negara-negara besar di kawasan ini mendorong terjalinnya
hubungan timbal balik yang erat antara permasalahan dalam negeri dan luar negeri yang
memiliki kepentingan bersama. Informasi kejadian didalam negeri dengan cepat menyebar
kesegala penjuru dunia, selanjutnya negara-negara lain akan memberikan responnya sesuai
kepentingannya masing-masing. Sebaliknya, informasi kejadian di negara lain, khususnya
negara-negara besar dan negara -negara dikawasan ini, dengan cepat mencapai seluruh
wilayah, dan mempengaruhi kondisi nasional
Demikian pula halnya dengan isu keamanan, ancaman yang berasal dari luar dan
ancaman
yang
mempengaruhi,
timbul
didalam
negeri
selalu
memiliki
sehingga sulit untuk dapat dipisahkan.
Perbedaan hanya mungkin
dilakukan dalam konteks bentuk dan organisasi ancaman,
berdasarkan sumber timbulnya ancaman,
kenyataan tersebut,
upaya pertahanan
keterkaitan dan saling
sementara perbedaan
sangat sulit ditentukan.
Berangkat dari
tidak hanya mengacu pada isu keamanan
tradisional, yakni kemungkinan invasi atau agresi dari negara lain, tetapi juga pada isu
keamanan non-tradisional, yaitu setiap aksi yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, serta keselamatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mencermati kecendrungan perkembangan lingkuntan strategis, ancaman invasi atau
agresi militer negara lain terhadap Indonesia diperkirakan kecil kemungkinannya .
Upaya diplomasi, peran PBB, dan opini dunia internasional menjadi faktor yang akan
mencegah, atau sekurang-kurangnya membatasi negara lain untuk menggunakan kekuatan
bersenjatanya terhadap Indonesia. Ancaman yang paling mungkin dari luar negeri terhadap
Indonesia adalah kejahatan yang terorganisasi, dilakukan oleh aktor-aktor non-negara,
untuk memperoleh keuntungan dengan memanipulasi kondisi dalam negeri dan keterbatasan
aparatur pemerintah.
Dinamika dan perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun sejak tahun 1998, cukup memperihatinkan. Dalam
kurun waktu tersebut,
terjadi tiga kali pergantian kepemimpinan nasional yang
menggambarkan lembaga kepemimpinan nasional yang rapuh dan tatanan politik yang
belum mapan. Lembaga supra dan infra struktur politik masih mencari tatanan politik yang
tepat, mencari etika dan sistem politik Indonesia yang memenuhi kebutuhan.
Reformasi yang bertuj uan untuk menegakkan kehidupan yang demokratis dan
pemerintahan yang bersih dan baik, mendapat rintangan yang berat. Jalan untuk mencapai
tujuan reformasi bertambah panjang. Semangat reformasi lambat laun mulai luntur,
penonjolan yang mengemuka hanya retorika dan euphoria reformasi.
Kebebasan
menyampaikan pendapat acapkali keluar dari norma demokrasi, tidak jarang berkembang
dan menyimpang dalam bentuk keberingasan masa yang anarkhis.
Usaha sistematis kelompok penekan terus merongrong pemerintah,
kegamangan dan menyebabkan
posisi
menimbulkan
pemerintah, menimbulkan kegamangan dan
menyebabkan posisi pemerintahan tidak stabil. Managemen keamanan nasional menjadi
lemah, lambat laun menjadi tidak efektif dalam menegakkan stabilitas keamanan nasional
sehingga berpengaruh terhadap kondisi keamanan nasional.
Krisis ekonomi yang belum teratasi menimbulkan dampak terhadap bidang lain yaitu
instablilitas politik dan perekonomian nasional, serta gangguan keamanan yang cenderung
meningkat, Angkatan kerja tumbuh dengan pesat sebagai akibat dari peningkatan
pertambahan penduduk, sementara lapangan kerja terbatas. Sejumlah perusahaan tidak
mampu bertahan dan terpaksa menghentikan usahanya sehingga menyulitkan kondisi
angkatan kerja dan meningkatkan angka pengangguran secara tajam.
Peningkatan
pengangguran berkontribusi terhadap peningkatan angka kejahatan.
Disisi lain, tumbuhnya fanatisme ideologi selain Pancasila cukup mengganggu fungsifungsi pemerintahan dan kemasyarakatan, dalam skala tertentu akan berkembang menjadi
radikalisme.
Pemerintah pada hakekatnya terus berupaya meningkatkan kualitas
kehidupan, seperti pencanangan Wajib Belajar Sembilan Tahun, perbaikan kesehatan,
maupun peningkatan kualitas hidup pada aspek lainnya. Namun dengan adanya kekurangan
dan keterbatasan yang dimiliki Indonesia, peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia secara umum bergerak lambat.
Dengan
kondisi ini, masyarakat mudah
dimanipulasi dan dipengaruhi tindakan provokasi olehp ihak-pihak tertentu, bahkan mudah
digerakkan untuk melakukan tindakan diluar norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Pengaruh globalisasi yang sulit dibendung semakin memungkinkan untuk melemahkan
simpul-simpul persatuan dan kesatuan bangsa maupun ketahanan nasional. Demikian pula
dengan kondisi dalam negeri yang tidak stabil dan permasalahan multi dimensi yang
dihadapi akibat krisis nasional yang belum teratasi, menjadi peluang bagi peningkatan
gangguan terhadap keamanan nasional.
Peningkatan gangguan yang digambarkan diatas akan memberikan dampak negatif
yang cukup serius bagi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa
apabila tidak dapat ditangani dengan tepat, menjadi isu keamanan nasional. Gangguan
terhadap ketertiban publik seperti teror, konflik komunal yang berlatar belakang primordial
(etnis, agama) radikalisme, kerusuhan atau pembangkangan masal, perdagangan narkoba,
perjudian dan kejahatan lainnya yang ditangani dengan tepat, dapat meningkat dan
berkembang menjadi ancaman terhadap keamanan nasional. Perubahan yang terjadi
sebagai konsekuensi reformasi dan yang melemahkan manajemen keamanan nasional,
akan membawa implikasi negatif terhadap stabilitas keamanan nasional.
Situasi ini
perkirakan masih akan berlangsung dalam waktu mendatang.
Dalam konteks strategis, diperkirakan ancaman dan gangguan terhadap kepentingan
pertahanan Indonesia dimasa datang, meliputi :
·
Terorisme internasional yang memiliki jaringan lintas negara dan timbul di dalam
negeri.
·
Gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia terutama gerakan separatis bersenjata yang mengancam kedaulatan dan
keutuhan wilayah Indonesia.
·
Aksi radikalisme yang berlatar belakang primordial etnis, ras dan agama serta ideologi
di luar Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan kekuatan kekuatan di luar negeri.
·
Konflik komunal, kendatipun bersumber pada masalah sosial ekonomi, namun dapat
berkembang menjadi konflik antar suku, agama maupun ras/keturunan dalam skala
yang luas.
·
Kejahatan lintas negara, seperti penyelundupan barang, senjata, amunisi dan bahan
peledak, penyelundupan manusia, narkoba, pencucian uang dan bentuk -bentuk
kejahatan terorganisasi lainnya.
·
Kegiatan imigrasi gelap yang menjadikan Indonesia sebagai tujuan maupun batu
loncatan ke negara lain.
·
Gangguan keamanan laut seperti pembajakan dan perompakan, penangkapan ikan
secara ilegal, pencemaran dan perusakan ekosistem.
·
Gangguan keamanan udara seperti pembajakan udara, pelanggaran wilayah udara,
dan terorisme melalui sarana transportasi udara.
·
Perusakan lingkungan seperti pembakaran hutan, perambahan hutan ilegal,
pembuangan limbah bahan beracun dan berbahaya.
·
Bencana alam dan dampaknya terhadap keselamatan banga.
Kepentingan Nasional
Pada hakekatnya kepentingan nasional Indonesia adalah menjamin kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Karena itu sangat penting menjamin tetap tegaknya NKRI yang memiliki wilayah
yurisdiksi nasional dari
Sabang samapai Merauke. Wilayah negara Indonesia yang terdiri
lebih dari 17.500 pulau, memiliki posisi sangat strategis diantara benua Asia dan Australia,
serta diantara Samudra Pasific dan Samudra Hindia. Dengan posisi strategis tersebut,
maka berbagai negara khususnya negara-negara besar memiliki kepentingan terhadap
kondisi stabilitas keamanan di Indonesia. Implikasi dari kepentingan negara lain tersebut
menimbulkan kecenderungan campur tangan atau kepedulian yang tinggi dari negara-negara
tersebut terhadap kemungkinan gangguan stabilitas keamanan Indonesia.
Disamping itu, kondisi obyektif Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar
(sekitar 210 juta jiwa) dan tingkat pluralitas yang sangat tinggi (suku, agama, ras dan
golongan), mengandung dimensi positif dan negatif. Kondisi obyektif tersebut berpengaruh
terhadap upaya pemenuhan kepentingan nasional Indonesia. Oleh sebab itu, dalam
berbagai keragaman aspek kehidupan bangsa, maka persatuan bangsa dan keutuhan
kesatuan wilayah Indonesia merupakan geopolitik bangsa Indonesia. Geopolitik tersebut
berkembang dalam dua dimensi pemikiran dasar, yakni kewilayahan sebagai suatu realita
dan kehidupan masyarakat sebagai suatu fenomena hidup. Perjuangan untuk memenuhi
kepentingan nasional tetap berlandaskan pada dua dimensi pemikiran.
Sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, maka kepentingan nasional Indonesia adalah
melindungi kedaulatan negara dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, melindungi keselamatan dan kehormatan bangsa, dan ikut serta secara aktif
dalam usaha-usaha perdamaian dunia.
Kepentingan Strategis Pertahanan Indonesia
Kepentingan strategis pertahanan Indonesia pada dasarnya adalah terwujudnya
penyelenggaraan pertahanan yang mampu menjamin upaya pemenuhan kepentingan
nasional. Oleh karena itu, maka pertahanan negara memiliki peran dan fungsi untuk
mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia dari setiap ancaman dan gangguan, baik dari
luar negeri maupun yang timbul di dalam negeri.
Berdasarkan
perkiraan ancaman serta kepentingan nasional Indonesia,
maka
kepentingan strategis pertahanan negara ke depan, meliputi kepentingan strategis yang
bersifat tetap, kepentingan strategis yang bersifat mendesak, dan kerjasama internasional
di bidang pertahanan.
Kepentingan Strategis yang bersifat Tetap
Kepentingan pertahanan negara yang bersifat tetap adalah penyelenggaraan usaha
pertahanan negara untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan dan kehormatan bangsa dari
setiap ancaman, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri.
Meskipun perkiraan ancaman menunjukkan bahwa ancam an fisik dari luar yang
mengarah pada ancaman kedaulatan kecil kemungkinannya, namun sebagai negara
merdeka, berdaulat, dan bermartabat, kepentingan strategis untuk mempertahankan diri
harus selalu disiapkan dan dilaksanakan tanpa mempermasalahkan ada atau tidak adanya
ancaman nyata.
Disamping itu, pembangunan kekuatan pertahanan memerlukan waktu
yang cukup lama dibandingkan dengan dinamika politik yang memungkinkan munculnya
ancaman.
Dalam melaksanakan kepentingan pertahanan yang bersifat tetap, ba ngsa Indonesia
senantiasa memegang prinsip sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta akan
kemerdekaan dan kedaulatannya. Penggunaan kekuatan pertahanan untuk tujuan perang
hanya sebagai jalan terakhir setelah usaha-usaha diplomatik tidak membuahkan hasil.
Dalam menyelesaikan setiap bentuk pertikaian dan persengketaan, bangsa Indonesia akan
mengedepankan penggunaan cara-cara damai. Sejalan dengan prinsip tersebut, bangsa
Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan intervensi terhadap kedaulatan bangsa
lain. Oleh karena itu, Indonesia memilih pola defensif aktif dalam upaya pertahanannya.
Dalam menjamin kepentingan yang bersifat tetap, penyelenggaraan pertahanan
dilaksanakan dengan sistem kesemestaan, melibatkan seluruh rakyat dan sumber daya,
serta sarana dan prasarana nasional sebagai satu kesatuan pertahanan. Keikutsertaan
seluruh rakyat dalam pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara
sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, serta mencerminkan kehormatan dan tanggung
jawab sebagai bangsa yang percaya akan kemampuan sendiri. Mengacu pada hal tersebut,
pertahanan negara Indonesia disusun berdasarkan prinsip demokrasi, penghormatan
terhadap hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum
nasional dan internasional, serta prinsip hidup berdampingan dengan negara lain secara
damai.
Kepentingan Strategis Yang Bersifat Mendesak
Kepentingan strategis pertahanan yang bersifat mendesak pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan dari kepentingan strategis pertahanan yang bersifat tetap. Kepentingan strategis
yang bersifat mendesak ini lebih diarahkan untuk mengatasi isu keamanan aktual, yaitu
tindakan yang dapat mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI, serta gangguan
terhadap keselamatan dan kehormatan bangsa. Mencermati kondisi nasional saat ini,
terdapat sejumlah ancaman dan gangguan nyata yang mengancam stabilitas nasional
terutama di beberapa wilayah NKRI. Ancaman dan gangguan nyata tersebut terutama
berwujud ancaman non-tradisional yang bersifat lintas negara serta sejumlah isu aktual yang
timbul di dalam negeri.
BAB LIMA
KEBIJAKAN STRATEGIS
PENYELENGGARAAN
PERTAHANAN NEGARA
Konsep Strategis
Perjuangan rakyat Indonesia berhasil memerdekakan rakyat indonesia
dari penjajahan, menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )
yang merdeka dan berdaulat, dengan wilayah dari sabang sampai marauke.
Kemerdekaan dan kedaulatan negara merupakan kehormatan dan harga diri
rakyat Indonesia , menjadi milik warisan bangsa yang sangat berharga dan
tak ternilai. Segenap komponen bangsa Indonesia wajib untuk senantiasa
menjaga serta melindungi kemerdekaan dan kedaulatannya, selanjutnya
mengisi kemerdekaannya dengan pembangunan nasional.Pertahanan negara
Indonesia dalam abad 21 diselenggarakan dengan tiga pilar utama yaitu
penggunaan kekuatan pertahanan, kerjasama Internasional di bidang
pertahanan, dan pembangunan kekuatan pertahanan. Karena itu, pedoman
utama penyelenggaraan pertahanan di tingkat strategis memerlukan
kebijakan atas tiga pilar utama atas, yakni kebijakan penggunaan kekuatan
pertahanan, kebijakan kerjasama pertahanan dan kebijakan pembangunan
kekuatan pertahanan.
Secara tradisional, tentara adalah salah satu kekuatan nasional negara
( Instrument of national power ), disiapkan untuk menghadapi ancaman yang
berbentuk kekuatan militer. Dalam tugasnya, TNI melaksanakan Operasi
Militer Perang ( OMP ) dan Operasi Militer Selain Perang ( OMSP ). OMP
adalah Operasi militer dalam menghadapi kekuatan militer negara lawan, baik
berupa invasi, agresi, maupun infiltrasi. OMSP adalah Operasi militer yang
dilaksanakan bukan dalam rangka perang dengan negara lain, tetapi untuk
tugas - tugas lain seperti melawan pemberontakan bersenjata gerakan
separatis ( counter insurgency ) tugas mengatasi kejahatan lintas negara,
tugas bantuan, tugas kemanusiaan, dan tugas perdamaian.
Perkembangan dan kecenderungan dalam konteks strategis memberi
indikasi bahwa ancaman tradisional berupa agresi atau invasi sesuatu negara
Perkembangan dan kecenderungan dalam konteks strategis memberi
indikasi bahwa ancaman tradisional berupa agresi atau invasi sesuatu negara
terhadap
negara
lain
sangat
kecil
kemungkinannya.
Sedangkan
kecenderungan keamanan global memunculkan ancaman baru, yakni
ancaman keamanan yang bersifat nontradisional yang dilakukan oleh aktor
non - negara. Ancaman kemanan non tradisional tersebut pada awalnya
merupakan ancaman terhadap kemanan dan ketertiban publik. Namun pada
tingkat eskalasi tertentu, ancaman dapat berkembang sampai pada taraf yang
membahayakan keselamatan bangsa. Untuk mencegah dampak yang lebih
luas dan mengatasi ancaman yang mungkin timbul, diperlukan kehadiran
kekuatan militer. Diperkirakan, ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia
lebih besar kemungkinannya yang berasal dari ancaman non - tradisonal ,
baik yang bersifat lintas negara maupun yang timbul didalam negeri. Oleh
karena itu , kebijakan strategis pertahanan Indonesia untuk menghadapi dan
mengatasi ancaman non - tradisional merupakan prioritas dan mendesak. Hal
ini sejalan dengan amanat UU No. 3 tahun 2002, yaitu TNI mempunyai tugas
untuk melaksanakan Operasi Militer Selain Perang ( OMSP ) . Oleh karena itu
, kebijakan pertahanan negara untuk menghadapi dan mengatasi ancaman
non - tradisional dilaksanakan dengan OMSP yang dipertanggung jawabkan
kepada TNI. Dalam pengalaman tugasnya, TNI sarat dengan pengalaman
operasi militer selain perang, baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam melaksanakan OMSP, TNI tidak akan mengambil alih peran
instansi pemerintah yang lain dan tidak selalu berperan secara tunggal. Pada
keadaan tertentu, TNI melaksanakan OMSP bersama sama dengan instansi
fungsional dalam suatu keterpaduan usaha yang sinergis. Sesuai bentuk
instansi pemerintah yang lain dan tidak selalu berperan secara tunggal. Pada
keadaan tertentu, TNI melaksanakan OMSP bersama sama dengan instansi
fungsional dalam suatu keterpaduan usaha yang sinergis. Sesuai bentuk
ancaman, OMSP dilaksanakan TNI dengan memprioritaskan tindakan
preventif dibandingkan dengan tindakan refresif. Keberhasilan tindakan
preventif akan mampu menghindari jatuhnya korban dampak negatif yang
lebih besar.
OMSP oleh TNI diimplementasikan melalui kekikutsertaanya secara
aktif dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa
Indonesia. Di samping untuk menghadapi ancaman kekuatan bersenjata,
OMSP diwujudkan sebagai keikutsertaan TNI mengatasi masalahan di
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Lingkup OMSP antara lain menindak
gerakan separatis bersenjata, melawan terorisme, mengatasi radikalisme,
mengatasi konflik komunal, memberi bantuan kepada pemerintah sipil dalam
mengembalikan ketertiban publik, mengatasi dampak bencana
alam,
penaganan pengungsi, bantuan pencarian dan pertolongan, ( search anf
rescue ) serta melaksanakan tugas perdamaian dunia.
Konsep OMSP mungkin menimbulkan kesan adanya kerancuan atau
tumpang tindih antara peran TNI dengan institusi lain, khususnya
kewenangan Polri dalam masalah kemanan umum atau ketertiban publik.
Kerancuan tidak akan timbul bila hakekat TAP MPR No. VI dan VII tahun
2000 dipahami. Peran TNI sebagai kekuatan pertahanan negara adalah
penggunaan kekuatan kekerasan bersenjata untuk mengatasi ancaman,
sedangkan Polri sebagai kekuatan keamanan adalah menegakkan keamanan
dan ketertiban umum ( public order ) berdasarkan peraturan perundang undangan. Pertahanan negara kemudian dijabarkan dalam UU No. 3 tahun
2002, antara lain menetapkan OMSP sebagai salah satu tugas TNI. Setia p
tugas pertahanan negara akan tetap berpegang teguh dan berpedoman pada
tujuan pertahanan negara yaitu menegakkan kedaulatan negara, menjaga
keutuhan wilayah nasional, dan menjaga keselamatan dan kehormatan
bangsa.
bangsa.
Dalam konteks strategis, hakekat pertahanannegara merupakan salah
satu upaya mewujudkan salah satu upaya mewujudkan keamanan nasional (
national security ) dengan kekuatan militer. Disamping pertahanan negara ,
upaya mewujudkan keamanan nasional secara damai adalah dengan
instrumen politik danekonomi, yaitu menggunakan kekuatan diplomasi dan
atau kekuatan ekonomi secara mandiri atau kombinasi keduanya, Dukungan
pertahanan negara terhadap kemanan nasional dengan penggunaan
kekuatan bersenjata, pertama - tama berperan sebagai kekuatan pengkal,
kemudian berperan sebagai kekuatan penindak dengan kekerasan bersenjata
bila penangkalan diabaikan atau gagal. Karena itu, pertahanan negara tidak
dapat dipisahkan dari aspek keamanan dalam arti luas.
Dalam perspektif spektrum ancaman yang eskalatif dan mengkin
menjadi ancaman terhadap keamanan nasional, pemisahan kelembagaan
antara TNI dan Polri memberi dorongan untuk menetapkan secara tegas
kewenangan dan tanggung jawab kedua intitusi. Untuk itu, diperlukan
kesepahaman dan pengaturan lebih lanjut mengenai eskalasi ancaman dan
tingkat ancaman yang menjadi kewenangan TNI. Juga perlu diatur wujud
kerjasama TNI dan Polri dalam menangani ancaman yang eskalatif, terutam a
pada saat terjadinya persinggungan kewenangan dan tanggung jawab .
Pendekatan dalam meninjau wewenang dan tanggung jawab harus diletakkan
dalam kerangka kepentingan nasional, dan bukan untuk kepentingan sektoral.
Ketidak jelasan kewenangan dan kesenjangan tanggung jawab dalam
mengatasi ancaman, akan mengundang resiko bagi keselamatan bangsa dan
negara. Pembidangan peran TNI dan Polri dalam rangka mengatasi ancaman
perlu ditetapkan berdasarkan tingkat eskalasi dan spektrum ancaman.
Dalam konteks tersebut diatas , penugasan TNI dalam operasi militer
selain perang digambarkan pada model : Keterlibatan TNI dalam Konteks
Keamanan Nasional Dihadapkan pada Eskalasi Ancaman. Model tersebut
adalah sebuah model sederhana untuk memudahkan pemahaman tugas TNI
dalam konteks operasi militer selain perang. Titik ekstrim paling kiri
menunjukan kondisi ideal dimana relatif tid ak ada ancaman, sehingga belum
memerlukan kehadiran TNI. Pada kondisi dimana spektrum ancaman masih
berupa tindak kejahatan ( kriminal ) penanganan sepenuhnya merupakan
kewenangan Polri.
Model keterlibatan TNI dalam konteks Keamanan Nasional dihadapkan pada eskalasi ancaman
Dalam situasi rawan dapat diklasifikasikan sebagai keadaan konflik
intensitas rendah. Konflik intensitas rendah yang dimaksud seperti
pemberontakan bersenjata, konflik komunal yang meluas, kerusuhan yang
berlarut dan dalam skala besar yang mengganggu ketertiban publik dan
kelangsungan fungsi pemerintahan maupun pelayanan masyarakat. Contoh
aktual adalah konflik yang terjadi di Poso, Maluku, Kal imantan Tengah,
berlarut dan dalam skala besar yang mengganggu ketertiban publik dan
kelangsungan fungsi pemerintahan maupun pelayanan masyarakat. Contoh
aktual adalah konflik yang terjadi di Poso, Maluku, Kal imantan Tengah,
Kalimanatan
Barat
pada
beberapa
tahun
lalu.
Dalam
kondisi
ini,
penanggulangan konflik tidak dapat dilakukan secara biasa dan semata mata oleh instansi fungsional, tetapi perlu menggunakan sumber daya secara
khusus.
Apabila ancaman terus meningkat sampai memasuki situasi gawat ,
status wilayah beralih dari tertib sipil menjadi Keadaan Darurat Militer,
keterlibatan TNI masih dalam tugas OMSP. Jenis OMSP yang dilakukan oleh
TNI sesuai dengan jenis dan bobot ancamanyang dihadapi. Dalam keadaan
Darurat Perang, konflik yang terjadi adalah antara dua negara dengan
mengutamakan penggunaan kekerasan bersenjata didukung oleh kekuatan
diplomasi dan ekonomi. Dalam kondisi ini, TNI tidak lagi melaksanakan tugas
OMSP, tetapi sepenuhnya melaksanakan tugas OMP, Unsur - unsur
pemerintahan sipil maupun Polri tetap melaksanakan kewenangan dan
tanggung jawab nya di daerah - daerah yang memungkinkan.
Penggunaan Kekuatan Pertahanan
Kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk
menghadapi ancaman atau gangguan terhadap kemanan nasional, apapun
jenis dan bentuknya , kekuatan pertahana tidak hanya digunakan untuk
menghadapi ancaman, tetapi juga untuk membantu pemerintah dalam upaya
pembangunan nasional dan tugas - tugas Internasional. Dari hasil perkiraan
ancaman , Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk mencegah dan
mengatasi ancaman keamanan tradisional dan non - tradisional.
Menghadapi Ancaman Keamanan Tradisional
Salah satu sasaran penyelenggaraan pertahana negara adalah
mempertahankan Indonesia dari ancaman kemanan tradisional, yaitu
ancaman yang berbentuk kekuatan militer negara lain yang membahayakan
kemerdekaan , kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Meskipun ancaman
dan gangguan dalam bentuk invasi tau agresi militer negara l ain terhadap
Indonesia
kecil
kemungkinannya
,
namun
kepentingan
untuk
dan gangguan dalam bentuk invasi tau agresi militer negara l ain terhadap
Indonesia
kecil
kemungkinannya
,
namun
kepentingan
untuk
penyelenggaraan pertahanan Indonesia tetap dilaksanakan tanpa batas
waktu. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin eksistensi kekuatan pertahanan
yang mampu tetap memelihara tegaknya kedaulatan dan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menghadapi ancaman terhadap
kedaulatan dan keutuhan wilayah, kebijakan pertahanan Indonesia tetap
mengacu pada prinsip Indonesia sebagai banmgsa yang cinta damai tetapi
lebih cinta kemerdekaan.
Bagi Indonesia, menghadapi setiap bentuk perselisihan dengan negara
lain, akan selalu diupayakan sebesar - besarnya melalui penyelesaian secara
damai, dan sejauh mungkin menghindari penggunaan kekuatan militer.
Perang sebagai bentuk penyelesaian permasalahan akan menimbulkan
korban dan penderitaan bagi umat manusia. Sebagai bangsa yang cinta
damai,
Indonesia
mengutamakan
tindakan
pencegahan
dengan
mengoptimalkan upaya diplomatik dalam kerangka Confidence Building
Measure ( CBM ) dan Preventive Diplomacy. Penggunaan kekuatan militer
untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa yang harus dilakukan
sebagai jalan terakhir apabila cara cara damai tidak membuahkan hasil.
Untuk menghadapi setiap ancaman dan gangguan militer dari luar,
kekuatan pertahanan negara disusun dalam Komponen Utama yakni TNI,
didukung Komponen Cadangan , dan Komponen Pendukung yakni segenap
sumber daya nasional yang dimilki bagsa Indonesia . Penggunaan kekuatan
TNI yang meliputi Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, serta
komponen pertahanan lainnya untuk tujuan perang , dilakukan atas
keputusan politik pemerintah sebagaimana diatur dalam undang undang dan
disesuaikan dengan sasaran serta tingkat eskalasi ancaman yang dihadapi.
Menghadapi Ancaman Kemanan Non - Tradisional
Selain untuk menghadapi ancaman kemanan nasional, pertahanan
negara juga diarahkan untuk menghadapi ancaman dan gangguan keamanan
non - tradisional , yang pada dekade terakhir menunjukan insentitas yang
cukup tinggi . Dinamika politik di sejumlah negara serta kesenjangna ekonomi
dunia yang makin lebar telah menyebabkan kondisi timpang menjadi tidak
terhindarkan. Kondisi tersebut lambat laun berkembang dan m enjalar
melampaui batas batas negara serta memunculkan aktor - aktor yang
memanfaatkan titik - titik rawan di setiap negara. Sebagai negara kepulauan ,
dengan kemajemukan ethno - religious , Indonesia berpeluang menjadi
sasaran ancaman dan gangguan kemanan non - tradisional. Aksi teror ,
perompakan dan pembajakan, penyelundupan , imigrasi gelap, perdagangan
narkotik dan obat obat terlarang, penagkapan ikan secara ilegal, erta
pencurian kekayaan alam merupakan bentuk bentuk ancman non - tradisional
yang juga dihadapi Indonesia.
Tindak kejahatan lintas negara yang semakin meningkat , tidak boleh
dibiarkan terus berkembang. Oleh karena itu penggunaan kemampuan
pertahanan yang diarahkan untuk memerangi tindak kejahatan lintas negara
merupakan prioritas. Sektor pertahanan yang dijadikan prioritas adalah gelar
pasukan TNI AD dan TNI AL, di dukung TNI AU terutama untuk
mengamankan wilayah wilayah perbatasan, baik wilayah perbatasan darat
dan wilayah perbatasan laut, maupun tempat tempat lain dengan tingkat
pasukan TNI AD dan TNI AL, di dukung TNI AU terutama untuk
mengamankan wilayah wilayah perbatasan, baik wilayah perbatasan darat
dan wilayah perbatasan laut, maupun tempat tempat lain dengan tingkat
kerawanan yang tinggi. Dalam menghadapi kejahatan lintas negara tersebut
TNI tidak bekerja sendiri, karena terkait dengan lingkup fungsi dan tanggung
jawab unsur-unsur lembaga pemerintah lainnya. Untuk mewujudkan suatu
kesatuan usaha secara nasional, TNI senantias a melakukan koordinasi dan
kerjasama dengan semua lembaga fungsional pemerintah dan komponen
bangsa terkait. Mengingat tindak kejahatan tersebut juga bersifat lintas
negara, maka kerjasama keamanan regional dengan negara-negara lain
menjadi penting.
Ancaman keamanan non - tradisional yang timbul di dalam negeri
dengan motivasi separatisme, akan dihadapi dengan mengedepankan cara
cara dialogis. Pendekatan dialogis diharapkan mampu mempengaruhi para
pelaku untuk kembali setia kepada Negara Kesatuan Republik indonesia.
Apabila pendekatan dialogis untuk mendapat respon positif, maka
penggunaan cara cara lain yang lebih tegas sangat mungkin dilakukan demi
terpeliharanya stabilitas keamanan nasional dan tetap tegaknya NKRI.
·
Melawan Terorisme.
Ancaman terorisme memerlukan penanganan segera dan TNI
berkepentingan langsung untuk mengemban peran dan fungsi
memerangi tindak kejahatan terorisme sesuai spektrum ancaman.
Dalam memerangi tindak kejahatan terorisme , TNI berpedoman pada
pasal 17 Undang - Undang Nomor 3 tahun 2002 , sebagai payung
hukum, Landasan hukum lain adalah Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Undang Nomor 1 dan nomor 2 tahun 2002 tentang
pasal 17 Undang - Undang Nomor 3 tahun 2002 , sebagai payung
hukum, Landasan hukum lain adalah Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Undang Nomor 1 dan nomor 2 tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yang telah disetujui DPR
menjadi undang - undang.
Dalam menghadapi ancaman terorisme, sektor pertahanan akan
selalu berpijak pada aturan dan ketentuan hukum yang berlaku baik
secara nasional maupun internasional . Pokok pokok kebijakan yang
menjadi pedoman dalam memerangi terorisme adalah sebagai berikut :
· Perang melawan teroris merupakan kebutuhan mendesak dan
dilaksanakan
untuk
melindungi
kedaulatan
NKRI
dan
keselamatan warga negara Indonesia serta warga negara lain
yang berada di Indonesia.
· Dalam
pelaksanaan
pemberantasan
terorisme,
tetap
memperhatikan peraturan perundang - undangan yang berlaku
serta tidak melanggar hak azazi manusia.
· Dalam penggunaan kekuatan pertahanan yakni TNI untuk
menumpas terorisme, tidak bersifat diskriminatif , dalam arti
bahwa siapapun yang melakukan perbuatan teror akan
dihadapi tanpa melihat latar belakang etnis, agama atau
golongannya.
· Terorisme yang bersifat internasional maupun lokal atau yang
saling berkolaborasi, dalam mengatasi nya dilakukan melalui
upaya secara terpadu dan terkoordinasi secara lintas instansi
dan lintas negara.
saling berkolaborasi, dalam mengatasi nya dilakukan melalui
upaya secara terpadu dan terkoordinasi secara lintas instansi
dan lintas negara.
Dalam melaksanakan pokok pokok kebijakan diatas, secara
konkrit penanganan ancaman terorisme dapat bersifat mendahului (
preemptif ) , mencegah ( preventif ) , dan menekan ( refresif ) . Upaya
preemtif dilaksanakan melalui suatu kegiatan infiltrasi atau operasi
untuk menghancurkan basis - basis teroris yang berada di wilayah
NKRI, termasuk kegiatan untuk mengungkap jaringan teroris secara
tuntas. Untuk menunjang maksud tersebut maka penyiapan pasukan
khusus anti teroris yang diperlengkapi dan di latih , maupun
peningkatan kemampuan satuan - satuan intelejen penting untuk
dilaksanakan.
Upaya preventif dimaksudkan untuk mencegah wilayah dan
segenap bangsa indonesia, termasuk warga negara lain yang berada di
Indonesia dari korban keganasan teroris. Untuk mewujudkan maksud
tersebut, maka langkah - langkah kewaspadaan melalui deteksi dan
hubungan satuan maupun individu akan terus dikembangkan. Dalam
rangka preventif , kegiatan pengamanan VIP ( Very Important Person/s
), obyek dan instalasi vital, sarana dan prasarana publik, sarana dan
prasarana internasional, fasilitas negara dan fasilitas penting lainnya
akan ditingkatkan. Kegiatan yang bersifat menunjang kegiatan deteksi
dan cegah dini seperti surveillance, identifikasi, dan dukungan teknis
lainnya akan dilengkapi secara bertahap dan berlanjut.
Upaya represif dilaksanakan melalui kegiatan counter - terrorist
dalam bentuk operasi militer untuk menumpas jaringan teroris di
seluruh wilayah NKRI . Operasi militer dimaksud antara lain meliputi
serangan komando ke markas atau basis - basis teroris untuk
melumpuhkan para teroris , serta pembebasan sandera , dan kegiatan
operasi lain untuk menumpas teroris secara tuntas. Pelaksanaannya
melalui koordinasi lintas instansi dan bila diperlukan secara lintas
negara.
negara.
Upaya rehabilitasi diperlukan guna mengembalikan kondisi suatu
tempat atau daerah yang terkena dampak kegiatan terorisme,
Pelaksanaan rehabilitasi dilaksanakan melalui
koordinasi lintas
instansi sesuai fungsi masing - masing. Untuk menjamin terlaksananya
tindakan terhadap suatu kegiatan teror yang memerlukan penanganan
segera, maka peningkatan kemampuan satuan - satuan khusus yang
dipersiapkan dan sewaktu - waktu digerakkan adalah penting.
Ancaman terorisme dapat bersifat domestik maupun lintas
negara, sehingga penanganan nya perlu kerja sama dengan negara negara lain. Dalam memerangi terorisme, kerja sama pertahanan yang
telah dilaksnakan mencakup kerjasama intelejen dan kerjasama teknis
lainnya. Bentuk - bentuk kerjasama tersebut akan tetap dilanjutkan di
masa - masa mendatang. Meskipun menjalin kerjasama internsional ,
tidak berarti bahwa Indonesia bergantung pada negara lain terutama
dalam membuat kesimpulan atau keputusan untuk suatu tindakan
terhadap setiap kasus yang terjadi diwilayah indonesia .Terhadap
setiap kasus yang dilakukan oleh terorisme diwilayah indonesia,
Indonesia senantiasa bersikap independen dan tidak ingin didikte oleh
negara manapun. Bantuan negara - negara lain berupa informasi informasi akan diterima dan diposisikan sebagai masukan berharga
untuk dipertimbangkan . Namun keputusan atas tindakan yang akan
dilakukan tetap merupakan hak pemerintah indonesia . Prinsip dan
sikap indonesia seperti ini diharapkan mendapat pemahaman yang
proposional dari masyarakat internasional, sehingga tidak mengganggu
hubungan dan kerjasama di masa - masa mendatang.
·
Menghadapi Ancaman Kelompok Separatis Bersenjata di Aceh dan
Papua.
Pada dekade terakhir, gerakan separatis bersenjata yang
dilakukan oleh GAM di Aceh dan OPM di Papua cenderung meningkat.
Kelompok separatis tersebut bahkan telah mengembangkan basis basis di luar negeri untuk mendapat simpati dan dukungan dari negara
lain. Sementara itu, tindakan destruktif berupa kejahatan dan
Kelompok separatis tersebut bahkan telah mengembangkan basis basis di luar negeri untuk mendapat simpati dan dukungan dari negara
lain. Sementara itu, tindakan destruktif berupa kejahatan dan
kekerasan yang dilakukan kelompok separatis tersebut meningkat
cukup tajam terutama yang terjadi di Aceh. Tindakan kejahatan dan
kekerasan tersebut menimbulkan keresahan dan ketakutan bagi
masyarakat, bahkan meyebabkan gelombang pengungsian dalam
jumlah besar.
Ancaman dari kelompok separatis bersenjata sesungguhnya
merupakan
urusan
dalam
negeri
indonesia,
sehingga
akan
diselesaikan dengan cara - cara bangsa indonesia dan dengan
memperhatikan hak azazi manusia sebagai nilai - nilai universal yang
harus dijunjung . UU Nomor 3 tahun 2002 menugaskan TNI untuk
mengatasi ancaman separatis bersenjata . Sejauh ini pemerintah
berupaya menempuh penyelesian secara damai dan dialog. Guna
penyelesaian konflik di kedua wilayah tersebut , pemerintah telah
berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah bersangkutan
dengan memberikan otonomi khusus di provinsi Nangroe Aceh
darusallam ( NAD ) dan Papua , serta meningkatkan pembangunan di
daerah .
Aceh
Pemulihan keamanan di Aceh merupakan urusan dalam negeri
Indonesia, namun peran serta pihak lain untuk menuju perdamaian
abadi tetap dihargai. Karena itu , perjanjian untuk mengakhiri
permusuhan dengan pihak GAM yang ditanda tangani tanggal 9
Desember 2002 di jenewa, diterima menjadi kerangka acuan menuju
langkah langkah penyelesaian selanjutnya. Mekanisme penyelesaian
yang telah disepakati bersama perlu tetap dipatuhi semua pihak.
Pemerintah
RI
akan
menghormati
kesepakatan
tersebut
dan
melanjutkan dengan tahap -tahap berikutnya dengan keinginan luhur
untuk menyadarkan kelompok GAM agar kembali kepangkuan ibu
pertiwi, membangun masa depan masyarakat Aceh dalam bingkai
NKRI yang lebih cerah. Jalan menuju perdamaian abadi masih sangat
pertiwi, membangun masa depan masyarakat Aceh dalam bingkai
NKRI yang lebih cerah. Jalan menuju perdamaian abadi masih sangat
panjang serta menuntut usaha dan kerja bersama antara Pemerintah
Indonesia dan GAM . Pemerintah Indonesia tetap berharap bahwa
kemauan bersama untuk mewujudkan perdamaian di Aceh didukung
semua pihak, baik Henry Dunant Center ( HDC ) maupun utusan
negara - negara lain yang tergabung dalam Joint Securty Committee (
JSC ) dapat dilaksanakan dengan baik.
Apabila di kemudian hari ternyata perjanjian kesepakatan damai
tidak dapat dilaksanakan dengan baik , maka pemerintah RI pada
saatnya terpaks a harus mengambil langkah - langkah lain guna
mempertahankan kedaulatan negara , keutuhan wilayah nasional, dan
keselamatan rakyat Aceh.
Papua
Kelompok separatis OPM di Papua masih terus melakukan
aktifitasnya, antara lain dengan pola propaganda, hasutan, teror.
perompak
dan
tekanan
masyarakat.
Tindakan
OPM
tersebut
menimbulkan keresahan dan ketakutan masyarakat. OPM dan
simpatisannya meningkatkan aktifitasnya dengan membangun jaringan
di luar negeri untuk mencari dukungan masyarakat internasional.
SEjauh ini intehrasi wilayah NKRI tetap mendapat dukungan kuat dari
masyarakat internasional yang memandang masalah Papua adalah
urusan internal bangsa Indonesia.
Mengatasi kelompok separatis OPM merupakan tugas TNI untuk
menjaga
keutuhan
wilayah
NKRI.
Dalam
pelaksanaan
nya
mengedepankan pendekatan - pendekatan persuasif . Hal ini
dimaksudkan untuk menyadarkan pihak - pihak separatis OPM agar
kembali bersatu dengan saudara - saudara nya yang lain dalam bingkai
NKRI. Namun demikia , apabila dengan upaya dan pendekatan
tersebut tidak mendapat respons positif dari pihak OPM, maka
Pemerintah akan mempertimbangkan penggunaan cara lain yang lebih
efektif.
Pemerintah akan mempertimbangkan penggunaan cara lain yang lebih
efektif.
·
Menghadapi Ancaman dan Gangguan Kelompok Radikal.
Selain mengahadapi kelompok separatis, Indonesia juga
mengahdapi ancaman dan gannguan yang di lakukan oleh kelompok kelompok radikal. Radikalisme di Indonesia pada umumnya bersumber
dari masalah ideologi dan politik . Di negara - negara berkembang,
termasuk Indonesia, terdapat beberapa kelompok masyarakat yang
belum memiliki
kedewasaan
dalam
berpolitik.
Ideologi
sering
dipertentangkan dan berkembang menjadi gerakan - gerakan radikal
yang mengganggu stabilitas keamanan nasional. Akibat fanatisme
berlebihan dalam mempertahankan ideologi masing - masing dan
belum adanya kematangan berpolitik mendorong para penggerak dan
pengikutnya melakukan tindakan radikal yang dapat mengancam
stabilitas nasional.
Berbagai aksi radikalisme dialami Indonesia, dalam bentuk
tindakan kekerasan sampai kepada pemberontakan yang berlatar
belakang ideologi . Aksi - aksi tersebut di antaranya pemberontakan DI
/ TII ( Darul Islam / Tentara Islam Indonesia ) Pemberontakan PKI (
Partai Komunis Indonesia ) 1948 dan 1965, dan pembajakan pesawat
Garuda Woyla di bandar udara Don Muang, Bangkok pada tanggal 31
Maret 1981.
Penggunaan kekuasaan otoriter di masa lalu mampu meredam
kelompok - kelompok radikal, sehingga tidak dapat berkembang .
Namun dalam era Reformasi cenderung memberi peluang kebebasan
yang berlebihan , maka muncul kembali gerakan radikal yang
memperjuangkan kepentingan dan keinginannya yang bertentangan
dengan kepentingan nasional. Hal itu dapat dilihat dari aksi - aksi
demonstrasi massa yang berubah
menjadi gerakan anarkhis,
perusakan beberapa fasilitas umum, provoakasi - provokasi yang
kemudian menimbulkan konflik komunal berkepanjangan, peledakan
bom di berbagai tempat dan di Pantai Kuta Bali pada tanggal 12
Oktober 2002.
Kehadiran TNI dalam mengatasi aksi - aksi kelompok radikal
tersebut pada dasarnya adalah melaksanakan tugas OMSP dalam
bentuk memberi bantuan kepada Polri. Apabila spektrum ancaman
meningkat menjadi ancaman terhadap kemananan nasional yang
ditimbulkan oleh aksi - aksi radikal, pemerintah perlu mengambil
langkah - langkah yang lebih efektif.
Keberadaan laskar - laskar ( milisi ) dengan atribut dan
kelengkapan meyerupai militer, terlebih lagi apabila memiliki atau
menggunakan senjata tajam atau senjata api telah menimbulkan
keresahan masyarakat . Penggunaan kekerasan bersenjata atau
kekuatan militer untuk mewujudkan keamanan nasional merupakan
monopoli negara ( monopoly of forces ) . Kewenangan penguasaan
dan penggunaan nya hanya di tangan pemerintah yang sah. Kehadiran
laskar - laskar dengan atribut dan peralatan menyerupai militer akan
mengganggu tata nasional Indonesia (national order ), khususnya
penegakan keamanan dan ketertiban masyarakat yang diemban Polri ,
maupun penggunaan kekuatan bersenjata yang di emban TNI. Untuk
kepentingan kemanan yang lebih luas, perlu dipromosikan peraturan
perundangan
yang
melarang
organisasi
kemasyarakatan
berwujud milisi atau beratribut menyerupai aparat keamanan.
yang
·
Mengatasi Konflik Komunal.
Heterogenitas bangsa Indonesia dalam suku, agama , ras dan
antar golongan ( SARA ) mengandung kerawanan dan berpeluang
timbulnya konflik komunal yang terjadi selama ini banyak di picu oleh
isu SARA. Peristiwa yang terjadi di Sulawesi Tengah ( Poso ), Maluku
serta Kalimantan ( Sampit, Sambas dan Sanggau Ledo ) merupakan
akibat provokasi pihak tertentu yang kemudian berkembang menjadi
konflik yang luas. Perselisihan kecil antar warga masyarakat yang
semula berawal dari masalah sosio - ekonomi misalnya, dapat
dihembuskan menjadi isu SARA dan berkembang menjadi konflik
dengan kekerasan. Konflik - konflik tersebut mengakibatkan terjadinya
gelombang pengungsian besar - besaran, korban jiwa, harta benda,
kerusakan lingkungan dan infrastruktur dalam jumlah besar. Konflik
yang berlangsung relatif lama itu telah mengakibatkan gangguan
terhadap stabilitas keamanan di daerah , bahkan melumpuhkan sendi sendi kehidupan masyarakat setempat dan mengganggu stabiltas
nasional. Pmerintah telah berupaya mengatasi konflik -konflik tersebut
dengan memadukan segenap kemampuan bangsa. Walaupun upaya
tersebut telah dapat meredakan situasi. Pelibatan kekuatan TNI dalam
penanganan konfli komunal adalah dalam kerangka pelaksanaan tugas
OMSP.
·
Mengatasi Kerusuhan Sosial
Kerusuhan sosial yang dimaksud dalam bagian ini adalah
berbagai tindakan kerusuhan yang dilakukan masyarakat yang
kemudian berkembang menjadi anarkhis dan destruktif sehingga
menyebabkan terganggunya funsi pemerintahan dan masyarakat ,
seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan perdagangan . Dalam hal
instrumen
negara
lainnya
memerlukan
bantuan
TNI
untuk
menghadapinya, maka bantuan dimaksud akan diberikan oleh TNI
sesuai mekanisme dan peraturan pelibatan yang berlaku. Bantuan TNI
dimaksud
dapat
dikatogorikan
dalam
Pemerintah Sipil atau bantu kepada Polri.
bentuk
bantuan
kepada
dimaksud
dapat
dikatogorikan
dalam
bentuk
bantuan
kepada
Pemerintah Sipil atau bantu kepada Polri.
·
Mengatasi Perompakan dan Pembajakan di Laut.
Salah satu bentuk ancaman nyata yang dihadapi Indonesia
adalah perompakan dan pembajakan di wilayah perairan Indonesia.
Bentuk kejahatan tersebut pada dekade terakhir ini memperlihatkan
peningkatan yang menonjol, dan menyebabkan keamanan serta
penegakkan hukum di wilayah perairan Indonesia sangat terganggu.
dampak nya tidak saja dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara negara lain yang turut menggunakan wilayah perairan Indonesia.
Menjamin keamanan dan penegakkan hukum di laut merupakan
salah satu tugas pokok TNI. Namun berbagai instansi fungsional
pemerintah lainnya juga mempunyai kewenangan dalam kemanan di
laut, seperti polri , Departemen Kelautan dan perikanan, Departemen
Kehakiman dan HAM serat unsur - unsur kemanan laut lainnya.
Kerjasama TNI dengan lembaga - lembaga tersebut sengat penting
dalam mengatasi tindakan kejahatan perompakan dan pembajakan di
laut. Selain dengan lembaga pemerintah, keterlibatan segenap lapisan
masyarakat sesuai kemampuan dan fungsi masing - masing juga akan
mendukung terciptannya kesatuan usaha untuk mempersempit ruang
gerak para pelaku kejahatan.
Sejauh ini telah berusaha untuk memerangi para perompak dan
pembajak, namun belum dapat mengatasi masalah secara tuntas.
Mengingat kejahatan ini bersifat lintas negara dan menyangkut
kepentingan negara - negara lain, maka perlu kerjasama anatar negara
pembajak, namun belum dapat mengatasi masalah secara tuntas.
Mengingat kejahatan ini bersifat lintas negara dan menyangkut
kepentingan negara - negara lain, maka perlu kerjasama anatar negara
kawasan Asia Tenggara. Kerjasama antar negara yang sudah terjalin
seperti dengan Singapura, Malaysia dan Jepang, perlu terus
dilanjutkan
dan
dikembangkan
di
masa
mendatang
dengan
memperhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
·
Mengatasi Imigrasi Ilegal
Posisi strategis Indonesia di antara dua benua dan dua
samudera, telah dimanfaatkan oleh imigran gelap dengan menjadikan
wilayah Indonesia sebagai daerah transit untuk mencapai negara
tujuan. Kegiatan ilegal tersebut diorganisir secara rapi oleh jaringan
internasional, baik yang berada di n egara asal maupun di negara
tujuan. Gelombang imigran gelap meningkat tajam ketika beberapa
negara di Asia Tengah , Timur Tengah , dan beberapa negara di Afrika
dilanda konflik. Indonesia tidak mengijinkan wilayah dan warga negara
nya terlibat dalam kegiatan imigran gelap. Mengatasi imigran gelap
memerlukan kerjasama dan saling pengertian pemerintah negara negara yang terkait. Untuk memerangi kegiatan ilegal tersebut
Indonesia meningkatkan intensitas patroli dan pengawasan oleh unsur
- unsur TNI. Mengingat kegiatan tersebut bersifat lintas negara, maka
kerjasama dengan negara lain penting dilaksanakan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya pertahanan dalam
bentuk penegakan kedaulatan dan huku di laut akan terus ditingkatkan
. Pemenuhan perlengkapan TNI dengan kapal - kapal patroli cepat,
teknologi pengawasan yang menggunakan radio satelit. akan
dilaksanakan secara bertahap. Kekurangan yang terjadi selama ini
telah menyebabkan maraknya kegiatan ilegal tersebut, antara lain
karena faktor perijinan, pengawasan, penegakan hukum, penyidikan,
dan pengadilan. Ke depan , kelemahan - kelemahan tersebut perlu di
benahi . Karena itu, peningkatan kerjasama antara TNI dengan i nstansi
pemerintah yang terkait dengan penegagkan keamanan di laut akan
terus dilakukan.
·
Mengatasi Penebangan Kayu Ilegal dan Penyelundupan.
seperti hal nya penagkapan ikan secara ilegal,
perambahan
hutan
secara
ilegal
dan
kegiatan
penyelundupan
kayu
gelondongan melalui wilayah - wilayah perbatasan cukup marak terjadi.
Keterbatasan kemampuan pemerintah RI melakukan pengawasan
wilayah perbatasan darat dan laut, memperbesar peluang terjadinya
kegiatan penyelundupan. Penyelundupan yang terjadi tidak hanya
berupa penyelundupan kayu gelondongan dan hasil hutan, tetapi juga
penyelundupan barang-barang lain seperti barang elektronik, mesinmesin, bahkan penyelundupan senjata ringan serta amunisi dan bahan
peledak.Berbagai tindakan kejahatan tersebut secara langs ung atau
tidak langsung merupakan ancaman bagi keamanan Indonesia. Para
penyelundup tersebut memiliki organisasi yang cukup rapi dan
profesional, serta jaringan lintas negra dan perlu diwaspadai
kemungkinan memiliki hubungan dengan kelompok teroris dan
separatis.
Untuk memutuskan rantai kegiatan penyelundupan tersebut ,
kegiatan pengawasan dan pengamanan perbatasan akan ditingkatkan
dan akan menjadi perhatian sektor pertahanan. Selanjutnya kerjasama
pengamanan perbatasan seperti GBC dan JBC dengan Malaysia ,
Filipina, dan Papua Nugini termasuk kerjasama operasional anatar
matra akan teurs di laksanakan.
Membantu Pemerintahan Sipil ( Pemerintahan Daerah )
Pemerintahan sipil yang dimakksud di sini adalah pemerintahan yang
dipimpin dipilh oleh rakyat seperti Gubernur dengan provinsinya , Bupati
dengan
Kabupatennya
dan
Walikota
dengan
kotanya.
Membantu
pemerintahan sipil dalamkonteks ini adalah membantu Gubernur, Bupati dan
Walikota dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi pemerintahan masing masing. Bantuan kepada pemerintahan sipil merupakan kewajiban TNI untuk
menegakkan
stabilitas
nasional
bagi
kelangsungan
pelaksanaan
pembangunan nasional. Bantuan dimaksud dapat ditempuh dalam dua cara
yakni atas permintaan pemerintah daerah (cq. Gubernur , Bupati, Walikota )
kepada komando militer daerah setempat, atau melalui program bhakti TNI
yang dikoordinasikan.
Apabila pemerintah daerah (Gubernur, Bupati, Walokota) dalam
melaksanakan fungsi pemerintahan menghadapi kesulitan yang memerlukan
bantuan militer, maka dapat meminta kepada komandan militer daerah.
Sesuai PP No. 16 Tahun 1960, dalam hal pemerintah daerah meminta
bantuan mileter, maka pemerintah daerah mengajukan permintaan bantuan
kepada komandan militer daerah setempat. Selanjutnya komandan militer
daerah akan menunjuk unsur TNI untuk memberikan bantuan sesuai yang
bantuan mileter, maka pemerintah daerah mengajukan permintaan bantuan
kepada komandan militer daerah setempat. Selanjutnya komandan militer
daerah akan menunjuk unsur TNI untuk memberikan bantuan sesuai yang
diperlukan. Dalam hal komandan militer daerah merasa keberatan, maka
dapat mengajukan keberatan kepada Presiden dalam hal ini Menteri
Pertahanan secara hierarkhis.
Bantuan TNI kepada Pemerintah Daerah, dapat pula dilaksanakan atas
dasar rasa terpanggil unsur-unsur TNI oleh adanya situasi khusus yang
memerlukan penanganan segra. Misalnya adanya bencana alam, aksi
terorisme, kerusuhan-kerusuhan, yang kalau dibiarkan akan mengakibatkan
terjadinya korban-korban, pembunuhan-pembunuhan, pelanggaran HAM,
perusakan dan penjarahan.
Bantuan TNI kepada pemerintahan sipil dapat berwujud dalam berbagai
bentuk kegiatan, seperti :
·
Melaksanakan tugas bantuan kepolisian untuk menegakkan
keamanan dan ketertiban masyarakat, seperti mengatasi gangguan
keamanan akibat kerusuhan dan hurhara, teror, konflik komunal,
konflik etnis, dan konflik lain yang mengganggu stabilitas keamanan.
·
Melaksanakan tugas bantuan kemanusiaan mengatasi dampak
bencana alam yang menimbulkan korban terhadap penduduk dan
kerusakan infrastruktur di sekitar lokasi bencana alam.
·
Melaksanakan tugas bantuan kemanusian mengatasi kondisi
darurat seperti terjadinya gelombang pengungsian akibat kerusuhan,
huruhara, konflik komunal, bencana alam atau karena alasan lain.
·
Melaksanakan tugas bantuan kemanusiaan mengatasi kesulitan
sarana nagkutan misalnya pada saat hari raya keagamaan, terjadi
pemogokan pekerja transportasi, atau membantu penanganan TKI
yang bermasalah.
yang bermasalah.
Bantuan kepada pemerintahan sipil telah dilaksanakan TNI sejak lama.
Secara terprogram bantuan tersebut diwadahi dalam kegiatan " Bhakti TNI "
yang telah di mulai sejak tahun 1980 dilaksanakan secara gabungan maupun
berdiri sendiri oleh tiap matra, antara lain : Operasi " TNI Manunggal Masuk
Desa " secara gabungan Operasi " surya Bhaskara Jaya " oleh TNI AL ,
Operasi " Pelangi Nusantara " oleh TNI AU , Operasi " Bhakti Imbangan "
yang dilaksanakan TNI AD dan kegiatan bhakti dalam skala terbatas sesuai
situasi dan kebutuhan.
Operasi Bhakti TNI tidak hanya melibatkan TNI, tetapi juga merupakan
kegiatan bersama dengan instansi pemerintah lainnya. Sejak tahap
perencanaan , telah melibatkan Pemerintah Daerah setempat serta instansi instansi terkait lainnya dalam menyusun sasaran, kegiatan, serta mekanisme
pelaksanaannya. Bentuk - bentuk kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
non fisik maupun fisik. Kegiatan non fisik bertujuan untuk memantapkan nilai nilai kebangsaan. Sedangkan kegiatan fisik bertujuan untuk membantu
mengatasi kesulitanyang dihadapi masyarakat, dengan menyiapkan sarana
non fisik maupun fisik. Kegiatan non fisik bertujuan untuk memantapkan nilai nilai kebangsaan. Sedangkan kegiatan fisik bertujuan untuk membantu
mengatasi kesulitanyang dihadapi masyarakat, dengan menyiapkan sarana
dan prasarana lain :
·
Berpartisipasi dalam kegiatan membangun dan memperbaiki
fasilitas umum seperti ; jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, dan
sarana ibadah, prasarana penunjang kesehatan, iigasi, pasar, rumah
penduduk dan sebagainya.
·
Memberikan bantuan pelayanan kesehatan dan obat - obatan
bagi masyarakat yang tidak mampu serta bantuan logistik terutama
Sembilan Bahan Pokok . Kegiatan ini diutamakan untuk daerah
terpencil di seluruh wilayah Indonesia yang sulit dijangkau oleh
transportasi umum.
·
Membantu pemerintah dalam melaksanakan penghijauan
kembali hutan yang telah gundul ( Manunggal Reboisasi )
·
Membantu program pmerintah di bidang pendidikan , seperti
bantuan melaksanakan pengajaran terhadap rakyat yang masih buta
aksara agar dapat membaca dan menulis , terutama di daerah
pedalaman.
Kegiatan Bhakti TNI yang dilakukan sejak tahun 1980 telah
menghasilkan sejumlah pembangunan fisik maupun non fisik sampai dengan
tahun 2002, pembangunan fisik yang telah diselesaikan melalui Bahkti TNI
secara gabungan antara lain :
·
Jalan, panjang total 25.795 Km ( membuka jalan baru,
pengaspalan , pelebaran )
·
Sekolah sebanyak 762 buah ( bagunanan baru dan rehabilitasi )
·
Sarana ibadah 4.493 buah ( terdiri atas mesjid, gereja dan pura,
baik bangunan baru maupun rehabilitasi )
·
Jembatan 8.927 buah ( bangunan baru dan rehabilitasi )
·
Irigasi 5.301 km.
·
Pencetakan sawah 563 Ha
·
Sarana air minum berupasumur / pemasangan pompa 61.318
buah
·
Gedung Puskesmas 936 buah ( bangunan baru dan rehabilitasi
)
·
Jamban keluarga dan WC umum 5.235 buah
·
Sarana MCK ( Mandi - Cuci - Kakus ) 10.927 buah
Data yang disajikan di atas adalah sebagian dari hasil Bhakti TNI yang
dilaksanakan secara gabungan semua matra dalam Operasi " TNI Manunggal
Masuk Desa " Selain data tersebut , masih banyak lagi hasil - hasil
pembangunan fisik lainnya, Khususnya pembangunan fisik yang dihasilkan
dalam kegiatan Bhakti TNI secara gabungan maupun yang dilakukan masing
- masing matra secara mandiri.
Dari hasil evaluasi dan umpan balik dari pemerintah daerah dan
masyarakat yang sudah terlayani menyatakan bahwa Bhakti TNI sangat
positif dan layak dilanjutkan . Oleh karena itu, kegiatan Bhakti TNI dan bentuk
-bentuk bantuan lainnya kepada pemerintah daerah akan tetap dilaksanakan
sesuai kebutuhan.
Pembangunan Teritorial Untuk Pertahanan
Dalam konteks penyelenggaraan pertahanan negara, teritorial meliputi
wilayah negara, penduduk , sumber kekayaan alam dan buatan, sarana dan
prasarana lainnya, serta kondisi sosial masyarakat . Teritorial merupakan
wadah , alat dan kondisi juang bagi berlangsungnya penyelenggaraan fungsi
pertahanan negara. Berlangsungnya penyelenggaraan pertahanan negara
sangat tergantung dari kesiapan dan daya dukung teritorial. Untuk mencapai
kesiapan dan daya dukung tersebut, maka teritorial perlu dibangun dan
dikelola baik untuk kepentingan kesejahteraan, sekaligus bagi kepentingan
pertahanan negara. Sejalan dengan Sistem Pertahanan Semesta seperti
kesiapan dan daya dukung tersebut, maka teritorial perlu dibangun dan
dikelola baik untuk kepentingan kesejahteraan, sekaligus bagi kepentingan
pertahanan negara. Sejalan dengan Sistem Pertahanan Semesta seperti
tertuang dalam UU No. 3 tahun 2002 , maka TNI selaku Komponen Utama
peetahanan negara dituntut untuk memahami secara mendalam dan turut
membangun kondisi teritorial wilayah yang mendukung upaya - upaya
pertahanan negara . Oerganisasi teritorial atau wilayah TNI yang ada saat ini
masih relevan dan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan
lingkungan dan tuntutan pertahana negara.
Pengamanan Obyek Vital
Obyek vital yang dimaksud disini adalah tempat, sarana dan prasarana
produksi, atau bangunan penting yang mempunyai nilai strategis, baik secara
nasional maupun internasional. Obyek vital dimaksud rawan terhadap
sabotase, peledakan, maupun tindakan perusakan lainnya. Atas dasar itu,
maka pengamanan obyek vital menjadi penting, sehingga mendapat
penekanan tersendiri dalam Peraturan Pemerintah Penggati Undang Undang
( Perpu ) Nomor 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, yang telah disetujui DPR menjadi undang - undang. Dengan
adanya ancaman non - tradisional seperti terorisme dan aksi huru - hara,
maka diperlukan langkah - langkah pengamanan obyek vital. Selama ini tugas
tersebut telah dilaksanakan dan dimasa depan masih relevan dilaksanakan
TNI.
Kerjasama Pertahanan
Kerjasama Internasional di bidang pertahanan merupakan bagian
integral dari kebijakan luar negeri Indonesia sebagai salah satu jembatan
untuk membangun rasa saling percaya dengan bangsa - bangsa lain.
Keterlibatan Indonesia secara aktif dalam menjamin stabilitas dan perdam aian
dunia telah ditunjukkan melalui pengiriman pasukan perdamaian ke sejumlah
negara di dunia yang dilanda konflik. Keterlibatan TNI dalam pasukan PBB
telah dimulai sejak tahun 1957 dengan mengirimkan Kontingen Garuda (
KONGA - I ) ke Mesir dengan kekuatan 559 pasukan. Semenjak itu TNI
senantiasa terlibat secara aktif dalam tugas - tugasa Internasional di bawah
bendera PBB, dengan melaksanakan tugas pengawasan polisionil , gencatan
KONGA - I ) ke Mesir dengan kekuatan 559 pasukan. Semenjak itu TNI
senantiasa terlibat secara aktif dalam tugas - tugasa Internasional di bawah
bendera PBB, dengan melaksanakan tugas pengawasan polisionil , gencatan
senjata, perlindungan keamanan keselamatan serta bantuan kemanusiaan.
Sealam 46 tahun turut melaksanakan tugas - tugas Internasional, TNI telah
mengirimkan 95 Kontingen Garuda dan Pengamat Militer ( atau total 15.838
personel ) ke 18 nnegara yang tersebar di tiga benua yakni Asia, Eropa dan
Afrika.
Saat ini Indonesia mengirimkan personel militer TNI untuk memperkuat
Kontingen PBB di 5 negara , yakni di Georgia, Sierra Leone, Kongo, Kuwait
dan Prevlaka. Pelibatan pasukan TNI di masa manda tang tetap dilanjutkan,
disesuaikan dengan permintaan PBB dan keputusan politik pemerintah.
Dalam rangka turut memelihara regional, kerjasama pertahanan akan di
prioritaskan pada kerjasama bilateral dengan negara - negara di Asia
Tenggara dan dengan negara - negara sub kawasan Pasifik Barat Daya.
ASEAN (South East Asia Nations) serta forum kerjasama keamanan ARF
(ASEAN Regional Foum) dan Forum Dialog Pasifik Barat Daya merupakan
wadah kerjasama antar negara anggota kawasan yang penting untuk
dikembangkan
di
masa
mendatang.
Melalui
forum -forum
tersebut
permasalahan-permasalahan kawasan akan dapat diselesaikan dengan
mengedepankan semangat kebersamaan, perimbangan kepentingan yang
dibangun berdasarkan prinsip persamaan hak, saling menghormati dan tidak
saling intervensi. Kerjasama bilateral di bidang pertahanan diarahkan untuk
membangun rasa saling percaya dan memecahkan masalah -masalah
keamanan yang dihadapi bersama. Masalah keamanan yang mendesak
untuk ditangani bersama adalah mengatasi kejahatan lintas negara dan isuisu keamanan perbatasan lainnya.
keamanan yang dihadapi bersama. Masalah keamanan yang mendesak
untuk ditangani bersama adalah mengatasi kejahatan lintas negara dan isuisu keamanan perbatasan lainnya.
Wilayah perbatasan yang jauh dari pengawasan sering dimanfaatkan
pihak-pihak
tertentu
sebagai
gerbang
kegiatan
ilegal,
misalnya
perompakan/pembajakan, penyelundupan, penangkapan ikan secara ilegal,
perambahan hutan ilegal,
penggeseran patok-patok perbatasan dan
pelintasan batas ilegal.
Ancaman-ancaman tersebut diatas juga sering terjadi di sekitar alur
laut kepulauan Indonesia (ALKI)
yang menyebabkan
terganggunya
pelayaran di sekitar wilayah tersebut. Akibatnya tidak saja dirasakan oleh
Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara lain yang memanfaatkan ketiga
ALKI tersebut.
Singapura
Kerjasama pertahanan antara Indonesia - Singapura telah berlangsung
lama melalui pembentukan komite kerjasama kedua negara. Kerjasama
pertahanan dengan Singapura terus berkembang dengan adanya latihan
bersama antara matra, seperti antar Angkatan Darat (SAFKAR -INDOPURA),
antar Angkatan Laut (EAGLE-INDOPURA) dan antar Angkatan Udara
(ELANG - INDOPURA) yang diselenggarakan secara rutin.
Selain dalam bentuk latihan,
kerjasama dengan Singapura juga
dilaksanakan melalui perjanjian tentang Military Training Area (MTA) sebagai
daerah latihan yang dapat digunakan ke dua negara.
Untuk
lebih
menyempurnakan proses dan prosedur penggunaan MTA RI - Singapura, ke
depan perlu adanya evaluasi terhadap perjanjian tersebut.
Dalam menghadapi isu-isu kejahatan lintas negara seperti terorisme,
perompakan dan pembajakan, kerjasama dengan Singapura adalah penting.
Oleh karena itu perlu ditingkatkan pada tahun-tahun yang akan datang.
Malaysia
Kerjasama di bidang Pertahanan dengan Malaysia telah diawali melalui
security Arrangement pada tahun 1972, yang kemudian membentuk Komite
Perbatasan. Komite Perbatasan tersebut bermanfaat untuk penanganan isuisu keamanan di wilayah perbatasan. Isu-isu keamanan tersebut antara lain,
perompakan/pembajakan dan penyelundupan, perambahan hutan ilegal,
penggeseran patok-patok perbatasan, dan masalah pelintas batas.
Unsur-unsur TNI telah ditempatkan di perbatasan,
bekerjasama
dengan pihak Malaysia dalam rangka mencegah dan mengatasi isu-isu
keamanan perbatasan. Luasnya wilayah yang harus diamankan, serta
kondisi alam yang sangat berat, cukup menyulitkan aparat keamanan. Saat
ini unsur-unsur TNI yang ditempatkan di perbatasan masih dalam hubungan
satuan tugas yang kecil. Ke depan, kekuatan dan kemampuan TNI tersebut
akan ditingkatkan secara bertahan sesuai keperluan dan kondisi. Kerjasama
terpadu dengan unsur-unsur dari lembaga pemerintah terkait dalam
melaksanakan pengamanan wilayah perbatasan sangat penting dan akan
ditingkatkan.
Selama ini kerjasama di wilayah perbatasan berlangsung dalam
mekanisme yang dipayungi forum GBC dan JMBC. Diharapkan forum ini
akan menjadi wadah yang efektif TNI dalam m enyelesaikan masalah-masalah
perbatasan.
Kerjasama pertahanan dalam bentuk latihan militer seperti KEKAR
MALINDO,
MALINDOJAYA,
ELANG
MALINDO,
AMANMALINDO,
DARSASA, sangat bermanfaat dalam rangka meningkatkan hubungan
pertahanan ke dua negara. Selanjutnya kerjasama juga akan ditingkatkan
dalam rangka mengatasi
gangguan keamanan yang mendesak seperti
terorisme, perompakan/pembajakan di laut, penyelundupan dan kejahatan
lintas negara lainnya.
Filipina
Hubungan dengan Filipina telah berlangsung lama dan terjalin cukup
baik.
Hubungan Indonesia - Filipina
makin erat dengan keterlibatan
Indonesia dalam beberapa kali pengiriman personel militer yang bertugas
sebagai pengawas internasional dalam masalah Moro.
Hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang batas maritim ke dua
negara. Kerjasama RI - Filipina dalam isu perbatasan telah terjalin melalui
forum JBC, dengan agenda yang dilaksanakan secara rutin. Disamping JBC
terdapat forum JBC (Joint Commision for Bilateral Cooperation)
membicarakan
keamanan
masalah-masalah
bersama.
Antara
yang
lain,
berhubungan
pelintasan
dengan
batas
yang
isu-isu
tradisional,
penyelundupan, perompakan dan pembajakan di perbatasan maritim dan
kejahatan lintas negara lainnya.
Menghadapi isu terorisme dan kejahatan lintas negara lainnya,
kerjasama pertahanan dengan Filipina penting untuk dikembangkan dan
diwujudkan dalam bentuk yang lebih konkrit.
Thailand
Hubungan dan kerjasama pertahanan dengan Thailand berlangsung
sejak lama dan cukup baik. Dengan Thailand terdapat kesamaan pandangan
terutama dalam menyikapi isu-isu keamanan nontradisional di kawasan Asia
Tenggara. Sejauh ini Thailand banyak membantu Indonesia untuk mengatasi
pelaku tindak kejahatan lintas negara yang berusaha menyelundupkan
senjata membantu Gerakan Aceh Merdeka. Khusus dalam menangani isu
terorisme International, dan kejahatan lintas negara lainnya, kerjasama
pertahanan dengan Thailand di masa-masa mendatang penting untuk
dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk yang lebih operasional.
Anggota ASEAN lainnya
Tidak kalah pentingnya adalah kerjasama internasional di bidang
pertahanan dengan negara-negara anggota ASEAN yang lain. Kerjasama
yang ditempuh selama ini berada dalam mekanisme bilateral, dan ke depan
penting untuk terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan stabilitas
pertahanan dengan negara-negara anggota ASEAN yang lain. Kerjasama
yang ditempuh selama ini berada dalam mekanisme bilateral, dan ke depan
penting untuk terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan stabilitas
keamanan kawasan Asia Tenggara.
Papua Nugini (PNG)
PNG merupakan negara tetangga di sebelah Timur dengan perbatasan
darat yang panjang dengan Indonesia. Hubungan bilateral dengan PNG telah
berlangsung cukup baik. Sejak awal kedua negara telah menyepakati batasbatas wilayah darat dan perairan. Isu keamanan yang dihadapi banyak
bersumber dari gangguan keamanan yang dilakukan kelompok separatis
OPM (Organisasi Papua Merdeka)
yang memanfaatkan wilayah PNG.
Seringkali anggota OPM masuk ke wilayah PNG untuk menghindari
pengejaran yang dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia. Selain itu,
kegiatan pelintas batas secara tradisional juga sering dilakukan
oleh
penduduk yang bermukim di sekitar garis perbatasan.
Dalam menangani isu-isu keamanan tersebut memerlukan kerjasama
kedua negara. Wadah kerjasama Indonesia - PNG, yakni JBC (Joint Border
Committee) dinilai masih cukup efektif.
Berbagai agenda bersama
dilaksanakan secara rutin untuk mencegah dan menangani masalah-masalah
yang timbul. Ke depan, wadah kerjasama JBC masih tetap diperlukan.
Timor Leste
Adanya enclave Oekusi di tengah wilayah Indonesia merupakan
kenyataan yang cukup spesifik didalam menangani masalah
perbatasan
dengan Timor Leste. Lalu lintas manusia dan barang dari Oekusi melalui
wilayah Indonesia perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil
potensi gangguan keamanan, terlebih kerena masih adanya sentimensentimen masa lalu terutama oleh penduduk ex Timor-Timur.
Diwilayah perbatasan darat lainnya juga masih berpotensi timbulnya
gangguan keamanan, seperti perdagangan ilegal dan penyelundupan, serta
gangguan kriminal, termasuk pelintas batas tradisional. Isu-isu milisi yang
masih sering diangkat oleh pihak-pihak tertentu, berpotensi mengganggu
hubungan kedua negara. Masih terdapatnya sejumlah pengungsi Timor Leste
di wilayah Timor Barat juga akan banyak berpengaruh terhadap penyelesaian
masalah-masalah keamanan di perbatasan. Penempatan TNI di wilayah
perbatasan diharapkan dapat membantu menegakkan keamanan dan masih
perlu dipertahankan keberadaannya.
Perundingan-perundaingan bilateral dengan Timor Leste sedang
dilaksanakan untuk penentuan batas wilayah kedua negara.
Australia
Australia merupakan tetangga yang berbatasan dengan Indonesia di
luar kawasan Asia Tenggara. Hubungan kerjasama pertahanan Indonesia Australia telah terjalin lama, namun seringkali mengalami pasang surut
sebagai dampak dari pasang surut hubungan politik kedua negara.
Kerjasama pertahanan kedua negara pernah berada pada titik terendah pada
tahun 1999 sehubungan dengan posisi Australia dalam penyelesaian masalah
Tmor Leste.
Tmor Leste.
Kerjasama di bidang pertahanan dengan Australia, Indonesia tetap
berpijak
pada
prinsip-prinsip
CBM
yang
mengedepankan
semangat
kebersamaan dan perimbangan kepentingan dan dibangun berdasarkan
persamaan hak, saling menghormati, dan tidak mencampuri urusan intern
masing-masing.
Kerjasama dengan Australia kedepan akan lebih ditingkatkan untuk
mengatasi isu-isu kejahatan lintas negara seperti terorisme dan imigran
gelap, termasuk dalam penanganan masalah nelayan tradisional.
Cina
Normalisasi hubungan diplomatik RI-Cina tahun 1990, telah membawa
banyak kemajuan
dalam peningkatan kerjasama di berbagai bidang,
termausk bidang pertahanan.
Cina dapat merupakan alternatif dalam
mendukung pengadaan peralatan TNI. Hubungan kerjasama pertahanan
selama ini masih dalam taraf penjajagan, dan penting untuk dilanjutkan di
masa mendatang.
Amerika Serikat
Kerjasama Pertahanan dengan Amerika Serikat telah berlangsung
sejak tahun 1950. Hingga saat ini kerjasama yang berlangsung diwujudkan
melalui wadah IMET (International Military Education and Training) atau E IMET (Expanded IMET). Begitupun kerjasama dalam bentuk latihan militer.
Sejak tahun 1999 Amerika Serikat memberlakukan restriksi kerjasama
pertahanan, dimana IMET dibekukan dan pengadaan alat peralatan militer
dibatasi pada alat peralatan militer yang tidak mematikan (non-lethal weapon).
Dibalik kondisi yang digambarkan diatas, kerjasama pertahanan
Indonesia-AS masih tetap berlangsung dalam skala terbatas. Kerjasama
dimaksud antara lain melalui latihan operasional laut bersama. Hubungan
bilateral di bidang pertahanan dengan AS penting artinya, baik bagi kedua
negara, mapun dalam menghadapi isu-isu keamanan global dan regional.
negara, mapun dalam menghadapi isu-isu keamanan global dan regional.
Upaya-upaya untuk menyehatkan kembali hubungan tersebut telah
dilakukan. Pada bulan September 2001 Presiden Megawati mengunjungi AS
seminggu setelah peristiwa 11 September 2001. Dalam Joint Statement
dengan Presiden Bush disepakati untuk dilaksanakan security dialog antara
kedua Departem en Pertahanan. Security dialog yang pertama dilaksanakan
di Jakarta pada bulan April 2002, dan selanjutnya akan dilaksanakan setiap
tahun secara bergantian.
Pada tanggal 13 Mei 2002, Menteri Pertahanan RI, H. Matori Abdul
Djalil melaksanakan kunjungan ke Amerika Serikat, bertemu dengan Menhan
AS Donald Rumsfeld dan beberapa anggota Kongres dan Senat. Kunjungan
tersebut cukup positif dan telah menghasilkan beberapa kemajuan
diantaranya dengan telah dibukanya program IMET mulai tahun 2003.
Inggris
Kerjasama pertahanan dengan Kerajaan Inggris pada dasarnya telah
terjalin lama. Dimasa lalu kerjasama tersebut banyak berhubungan dengan
pembelian sejumlah alat-alat utama TNI. Saat ini dan beberapa tahun yang
akan
datang,
kerjasama
pertahanan
akan
lebih
ditekankan
pada
pembahasan isu-isu strategis sektor keamanan melalui pertukaran informasi
dan studi banding.
dan studi banding.
Negara-Negara Uni Eropa Lainnya
Hubungan kerjasama di bidang pertahanan antara Indonesia denga
negara-negara anggota Uni Eropa meliputi pendidikan dan pembelian
peralatan militer oleh Indonesia. Saat ini Indonesia sedang mempelajari
berbagai kemungkinan untuk meningkatkan kerja sama bidang pertahanan
dengan beberapa negara anggota Uni Eropa yang dilaksanakan secara
bilateral.
Rusia
Hingga saat ini belum ada hubungan konkrit di bidang pertahanan
terutama kerjasama militer yang secara formal dilaksanakan kedua negara.
Kerjasama yang sudah berlangsung terbatas pada pengadaan beberapa jenis
persenjataan. Kerjsama tersebut akan menjadi awal untuk ditingkatkan di
masa-masa mendatang.
Pembangunan Kekuatan Pertahanan
Kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan dan kebijakan
strategis pembangunan kekuatan pertahanan merupakan dua substansi yang
tidak dapat
dipisahkan. Kedua kebijakan strategis pertahanan negara.
Oleh karenanya pembangunan kekuatan pertahanan harus dilakukan sejak
dini, terarah, terpadu dan berkesinambungan dalam suatu kebijakan yang
sejalan dengan kebijakan penggunaan kekuatan pertahanan.
Mencermati perkembangan konteks strategis dengan berbagai isu yang
mengemuka tentang ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh
negara,
maka pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia
merupakan kebutuhan
yang tidak dapat dihindari.
Kebutuhan tersebut
semakin mendesak bila dihadapkan dengan kondisi personel dan materiel
TNI. Baik kualitas maupun kuantitasnya masih memiliki banyak kekurangan,
sementara tuntutan tugas ke depan semakin berat dan kompleks. Demikian
pula halnya dengan komponen
pertahanan lainnya, yakni
Komponen
Cadangan dan Pendukung, yang penyiapan dan pengelolaannya belum
sesuai harapan.
Cadangan dan Pendukung, yang penyiapan dan pengelolaannya belum
sesuai harapan.
Perumusan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan, dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi geografi demografi, sumber kekayaan
alam dan buatan, serta kondisi sosial termasuk kemampuan keuangan
negara. Selain itu, pertimbangan utama lainnya dalam perumusan kebijakan
pembangunan kekuatan pertahanan juga meliputi tingkat penguasaan
teknologi,
terutama
dibidang alat utama sistem senjata (Alutsista),
ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara serta perkembangan
konteks strategis yang meliputi aspek-aspek ideologi, politik, ekonomi dan
sosial budaya.
Pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia bukan untuk
memperbesar kekuatan, tetapi untuk mengisi kesenjangan (filling the gap)
antara kondisi nyata dengan kekuatan sesuai Tabel Organisasi dan
Perlengkapan (TOP) atau Daftar Susunan Personel dan Peralatan (DSPP).
Kekuatan Pertahanan Saat ini
Komponen Utama
·
Personil
Kekuatan personil TNI saat ini berjumlah sekitar 346.000 prajurit, atau
0,15% dari populasi penduduk Indonesia sebesar 220 juta jiwa.
Dari
sejumlah TNI tersebut, terdiri atas sekitar 265.000 prajurit TNI Angkatan
Darat, sekitar 57.000 prajurit TNI Angkatan Laut dan sekitar 24.000 prajurit
TNI Angkatan Udara. Jumlah kekuatan TNI tersebut masih belum memenuhi
jumlah kebutuhan berdasarkan TOP/DSPP.
Proses rekrutmen yang diselenggarakan secara periodik selama ini
belum mampu sepenuhnya menutupi penyusutan jumlah personel yang
pensiun, meninggal/gugur atau karena alasan lain. Begitupun dari segi
kualitas, dikarenakan terbatasnya anggaran pendidikan dan latihan.
Sisi lain yang mempengaruhi kualitas personel adalah tingkat
kesejahteraan prajurit yang masih rendah, bahkan bila diukur dari standar
kebutuhan minimal sekalipun,
secara rata-rata masih berada dibawah
standar.
·
Materiel dan Alat Utama Sistem Senjata
Kondisi kesiapan materiel dan alat utama sistem senjata ditiap matra
baik dari segi kualitas maupun kuantitas belum memenuhi kebutuhan sesuai
TOP/DSPP. Alutsista dan materiel yang ada pada umumnya sudah sangat
tua. Sejauh ini TNI terus melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan
kondisi materiel yang ada agar tetap dapat dimanfaatkan, antara lain melalui
pemeliharaan dan perbaikan. Namun beberapa jenis materiel tidak mungkin
lagi diperpanjang usia pakainya, sehingga berakibat pada berkurangnya
jumlah kekuatan.
·
Piranti Lunak
Reformasi pertahanan negara telah membawa konsekuensi perubahan
pada piranti lunak. Dihadapkan dengan perubahan konteks strategis serta
hakekat ancaman yang dihadapi, maka piranti lunak yang ada secara umum
harus
disesuaikan
dengan
kondisi
yang
berkembang.
Dengan
diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menggantikan UU Nomor 20 tahun 1982, maka hampir keseluruhan piranti
diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menggantikan UU Nomor 20 tahun 1982, maka hampir keseluruhan piranti
lunak yang berkaitan dengan pertahanan negara memerlukan revisi.
Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung
Komponen cadangan yang telah terbentuk masih merupakan model
yang akan dikembangkan di m asa yang akan datang dan masih dalam
lingkup kekuatan matra darat. Kekuatan tersebut tersusun dalam kompi kompi Bala Cadangan tersebar di 8 Komando Daerah Militer (Kodam) dengan
jumlah keseluruhan sekitar 900 orang.
Cadangan,
Selain
dalam bentuk Bala
juga terdapat unsur Mahasiswa dan Alumni Mahasiswa yang
sudah mendapatk pelatihan dasar kemiliteran yang tersusun dalam organisasi
Resimen Mahasiswa (Menwa) dan Alumni Menwa. Hingga saat ini jumlah
Menwa dan Alumni Menwa masing-masing sekitar 25.000 orang dan 62.000
orang. Disamping yang disebutkan diatas, yang tergabung dalam kekuatan
nyata Cadangan Pertahanan adalah anggota Veteran berjumlah sekitar
30.000 orang dimana sebagian sudah berusia lanjut.
Komponen pendukung adalah segenap warga negara, sumber daya
alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana nasional yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan Komponen Utama dan Cadangan. Ini adalah merupakan potensi
kekuatan nasional yang bisa diarahkan sebagai pendukung Sistem
Pertahanan Semesta. Saat ini Komponen Pendukung masih merupakan
kekuatan potensial yang memerlukan pengelolaan lebih lanjut sesuai dengan
rencana pembangunan nasional.
Arah dan Sasaran Pembangunan Kekuatan Pertahanan
Pembangunan kekuatan pertahanan negara Komponen Utama tidak
diarahkan untuk mewujudkan kekuatan maksimal, tetapi diarahkan untuk
mewujudkan kekuatan dan kemampuan yang dapat mengatasi ancaman
dan gangguan yang bersifat nyata dan mendesak. Sedangkan sasarannya
adalah mengisi kesenjangan kapasitas sumber daya manusia dan alat utama
sistem senjata, serta melengkapi piranti lunak dan fasilitas penunjang.
Pengisian kekosongan tersebut diperkirakan belum dapat terwujud dalam
sistem senjata, serta melengkapi piranti lunak dan fasilitas penunjang.
Pengisian kekosongan tersebut diperkirakan belum dapat terwujud dalam
jangka waktu satu atau dua tahun mendatang.
dihadapkan dengan ratio pemisahan personel,
Belum lagi
apabila
dan tingkat keusangan
materiel yang tinggi. Dengan demikian pembangunan kekuatan pertahanan
bukan untuk menambah kekuatan baru,
tetapi lebih pada memenuhi
kekurangan. Kalaupun ada penambahan baru, hanya untuk sektor-sektor
tertentu
yang
memiliki
urgensi
sangat
tinggi
dihadapkan
dengan
perkembangan ancaman dan keperluan strategis yang mendesak.
Meskipun dihadapkan pada keterbatasan anggaran,
serta perkiraan
kemungkinan ancaman berupa invasi asing yang relatif kecil, pembagunan
kekuatan pertahanan tetap memperhatikan kemungkinan menghadapi
ancaman tradisional. Mengingat ancaman yang timbul di dalam negeri
maupun kejahatan lintas negara cukup meningkat, maka pembangunan
pertahanan kedepan lebih dititikberatkan pada pembangunan kekuatan TNI
dalam kerangka memenuhi kebutuhan kekuatan minimal yang diperlukan
(minimum required essential forces) Pada tingkat tersebut diharapkan TNI
sudah mampu melaksanakan tugas-tugas untuk menghadapi ancaman sudah
sangat mendesak.
Pembangunan kekuatan minimal TNI yang diperlukan meliputi :
·
Penyempurnaan sistem,
untuk melaksanakan perubahan
sesuai komitmen reformasi TNI, tantangan dan ancaman yang
dihadapi.
·
Pemeliharaan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI guna
meningkatkan kesiapan termasuk mempertahankan atau menambah
usia pakai.
·
Penggantian Alutsista dan alat peralatan lainnya yang telah usang atau
tidak layak pakai.
·
Pengembangan kemampuan dan kekuatan personil guna memperkecil
kesenjangan TOP/DSPP, sekaligus meningkatkan profesionalitas.
·
Pembangunan dan pemeliharaan fasilitas pendidikan, kesehatan dan
sarana penunjang lainnya.
Arah pembangunan Komponen Cadangan dan Pendukung akan
dititikberatkan pada mekanisme rencana pembangunan nasional sesuai
dengan fungsi masing-masing lembaga pemerintahan dan kemampuan
keuangan negara. Komponen Cadangan yang ada saat ini masih berwujud
embrio matra darat, maka sasaran pembangunan ke depan akan diperluas
mencakup matra laut dan udara.
Pembangunan dan Penataan Kekuatan Pertahanan Negara
Pembangunan dan penataan kekuatan pertahanan negara diarahkan
untuk mencapai efektifitas dan fleksibilitas pemberdayaan TNI sebagai
Komponen Utama
Pertahanan.
Pembangunan dan penataan tersebut
dilaksanakan sesuai sifat dasar tiap matra dalam menjalankan peran dan
tugasnya,
baik untuk tugas perang maupun
Pembangunan
dan
penataan
kekuatan
tugas selain perang.
pertahanan
negara
disusun
berdasarkan hakekat tantangan dan ancaman yang dihadapi, berdasarkan
geopolitik dan geostrategi negara, dengan memperhatikan daya dukung
Pembangunan
dan
penataan
kekuatan
pertahanan
negara
disusun
berdasarkan hakekat tantangan dan ancaman yang dihadapi, berdasarkan
geopolitik dan geostrategi negara, dengan memperhatikan daya dukung
nasional.
Komponen Utama
Pembangunan dan penataan kekuatan komponen utama pertahanan
yakni TNI diarahkan untuk menjawab kebutuhan pengisian kesenjangan
dengan mengutamakan pembenahan kualitas, yakni kemampuan yang
profesional dan pembenahan kuantitas secara bertahap. Kebutuhan untuk
membangun
kemampuan
prajurit
ditempatkan
mendesak agar TNI benar-benar berfungsi
sebagai
sebagai
kebutuhan
alat negara yang
profesional. Sedangkan pengisian kesenjangan yang berhubungan dengan
kuantitas dilakukan secara bertahap dan berlanjut
untuk memenuhi
kebutuhan sesuai TOP/DSPP, baik dari segi personel maupun materiel.
Pembangunan kemampuan dititik beratkan pada kemampuan TNI terutama
yang berkaitan dengan kemampuan intelijen. Kemampuan bertempur untuk
mempertahankan NKRI, kemampuan untuk melaksanakan Operasi Militer
selain Perang, serta kemampuan dukungan.
·
Peningkatan Kemampuan Intelijen.
Peningkatan kemampuan intelijen pertahanan dilaksanakan melalui
penataan organisasi intelijen agar lebih efektif sehingga mampu menyajikan
informasi
intelijen
penyelenggaraan
yang
pertahanan
akurat
untuk
negara.
mendukung
Penataan
tugas-tugas
organisasi
intelijen
merupakan suatu tuntutan mendesak, mengingat perubahan konteks strategis
yang begitu cepat, serta kebutuhan akan informasi yang makin meningkat.
Penataan ini mencakup struktur organisasi, personel, piranti lunak dan sarana
prasarana, serta anggaran yang dibutuhkan.
Di bidang struktur organisasi, penataan organisasi intelijen pertahanan
diarahkan pada penataan kembali organisasi intelijen strategis dan intelijen
tingkat matra. Penataan dilakukan agar dapat mengakomodasi setiap
perubahan yang berlaku, tanpa mengganggu kinerja sistem secara
menyeluruh. Organisasi intelijen pertahanan ke depan disiapkan untuk
mampu melaksanakan tugas dalam mendukung upaya pertahanan negara
menghadapi ancaman aktual dan mendesak sesuai perkiraan ancaman.
Di bidang personel, sasaran pembenahan diarahkan pada peningkatan
kualitas personel intelijen meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta penataan kuantitas untuk mencapai tingkat efektifitas, Di
bidang piranti lunak, dilakukan dengan melengkapi perangkat-perangkat
hukum sampai pada ketentuan untuk mendukung pelaksanaan tugas. Di
bidang sarana prasarana, diarahkan pada pemenuhan kebutuhan Sistem
Penginderaan dan Deteksi, serta peningkatan kemampuan Komando, Kontrol,
Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan Pengintaian (K4IPP).
·
Peningkatan Kemampuan Bertempur
Peningkatan
kemampuan
bertempur
diarahkan
untuk
tujuan
mempertahankan NKRI dari setiap ancaman baik yang berasal dari luar
maupun yang timbul di dalam negeri. Untuk mewujudkan kemampuan
tersebut dilakukan dengan meningkatkan dukungan bagi penyelenggaraan
latihan tingkat satuan dan gabungan, baik di tingkat matra mapun gabungan
matra. Sasaran peningkatan kemampuan bertempur meliputi :
§
Peningkatan
kemampuan
untuk
mencegah
dan
menangkal, menghambat serta menghacurkan setiap ancaman.
§
Peningkatan kemampuan pemukul darat, laut, dan udara
strategis untuk mampu mengatasi ancaman dari luar.
§
Peningkatan kemampuan pemukul darat strategis untuk
mampu mengatasi ancaman secara berlanjut.
·
Peningkatan Kemampuan Melaksanakan OMSP.
Pembangunan kekuatan TNI tidak diarahkan secara khusus kepada
kemampuan TNI melaksanakan OMSP. Kemampuan tersebut sudah melekat
pada
kemampuan
TNI
secara
reguler
dalam
melaksanakan
tugas
menghadapi setiap bentuk ancaman. Dalam tugas -tugas khusus atau spesifik
, TNI dilatih dan disiapkan secara selektif. Kemampuan-kemampuan tersebut
adalah :
§
Kemampuan penegakan hukum dan keamanan di laut, udara dan
mengatasi gangguan keamanan wilayah perbatasan, mencegah
dan mengatasi setiap bentuk kejahatan lintas negara, ancaman
terhadap obyek vital, dan berbagai bentuk ancaman keamanan
lainnya. Untuk menunjang kemampuan diatas, maka peningkatan
kekuatan diarahkan kepada personel, alat peralatan berupa
kapal-kapal patroli cepat, serta sarana deteksi baik darat, laut
dan udara akan dilakukan secara bertahap. Pelaksanaannya
diatur berdasarkan ketentuan perundang - undangan nasional
dan internasional serta kesepakatan internasional.
§
Kemapuan menghadapi ancaman terorisme, baik yang bersifat
domestik maupun internasional. Untuk menunjang kebutuhan
kebutuhan
tersebut,
kemampuan
satuan
-
satuan
penanggulangan teror yang ada akan ditingkatkan, baik dari segi
personel, maupun peralatannya.
§
Kemampuan untuk mencegah dan mengatasi ancaman separtis
bersenjata guna menjamin keutuhan wilayah NKRI.
bersenjata guna menjamin keutuhan wilayah NKRI.
§
Kemampuan untuk mengatasi tindakan brutal dan anarkis akibat
huruhara, kerusuhan sosial dan tugas -tugas lainnya dalam
rangka membantu tugas-tugas kepolisian.
§
Kemampuan untuk menanggulangi dampak bencana alam,
Search And Rescue (SAR).
§
Kemampuan untuk mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik
komunal serta mengatasi dampak-dampak yang ditimbulkannya.
§
Kemampuan melaksanakan tugas-tugas perdamaian dunia baik
di tingkat regonal maupun internasional.
§
·
Kemampuan untuk melaksanakan tugas - tugas OMSP lainnya.
Peningkatan Kemampuan Dukungan.
Peningkatan kemampuan dukungan diarahkan untuk memelihara
kesinambungan penyelenggaraan pertahanan negara, dalam keadaan damai
maupun dalam kondisi darurat. Dilakukan dengan menyusun kebutuhan
anggaran yang rasional untuk mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) agar penyelenggaraan pertahanan negara dapat berlangsung
dan mencapai sasaran. Peningkatan kemampuan dukungan yang diarahkan
untuk :
§
Pembangunan kemampuan surveillance dan early-warning
system terpadu untuk mendteksi tindak kejahatan dan kegiatan
ilegal lintas negara di wilayah perbatasan darat dan laut serta
daerah-daerah rawan lainnya.
§
Peningkatan kemampuan dukungan logistik pangkalan, dan
secara bertahap menyiapkan kemampuan logistik wilayah untuk
kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara secara mandiri
dan berkelanjutan.
§
Peningkatan kemampuan K4IPP untuk memenuhi kebutuhan
data dan informasi bagi penyelenggaraan pertahanan negara.
§
Peningkatan kemampuan lembaga pendidikan dan latihan di tiap
matra untuk membentuk dan mengembangkan prajurit yang
berkualitas.
§
Pembenahan
Piranti
Lunak
untuk
menyesuaikan
dengan
kebutuhan dan perkembangan yang terjadi. Menyusun dan
melengkapi instrumen ilegal seperti undang-undang, aturanaturan tetap, prosedur tetap, prosedur operasi dan aturan
pelibatan.
§
Peningkatan dukungan kesejahteraan prajurit secara bertahap,
seperti
layanan
kesehatan,
perumahan
dan
gaji
ses uai
kemampuan negara.
Komponen Cadangan.
Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilitas guna memperbesar dan
memperkuat kekuatan dan komponen utama. Penyiapan Komponen
Cadangan di tiap Komando Kewilayahan, dilaksanakan untuk menjamin
ketersediaan kekuatan pengganda bagi Komponen Utama. Pelaksanaannya
dilakukan oleh Departemen Pertahanan dan TNI berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah dan lembaga fungsional pemerintah yang trkait,
disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan dukungan anggaran
pertahanan.
Kebutuhan
mendesak
dalam
pembangunan
Komponen
Cadangan meliputi :
§
Penyusunan perangkat hukum dan perundang-undangan tentang
Komponen
Cadangan
pertahanan negara.
guna
kelancaran
penyelenggaraan
Komponen
Cadangan
guna
kelancaran
penyelenggaraan
pertahanan negara.
§
Membentuk
Komponen
Cadangan
untuk
tiap
mitra
dan
memelihara yang sudah ada di tiap Komando Kewilayahan.
Pelaksanaannya dilakukan secara dini dan berkesinambungan di setiap
wilayah sesuai kemampuan keuangan negara.
Komponen Pendukung
Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama
dan Komponen Cadangan. Penyiapan Komponen Pendukung diarahkan
untuk menjamin daya dukung nasional, baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi penyelenggaraan pertahanan negara.
Komponen Pendukung disiapkan oleh pemerintah melalui :
§
Pembangunan nasional di bidang sumber daya manusia,
diarahkan untuk membangun dan mem elihara kesadaran
segenap warga negara untuk menjalankan hak dan kewajibannya
dalam pembelaan negara sebagaimana diamanatkan oleh UUD
1945. Perwujudannya melalui pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran melalui lembaga pendidikan instansi
pemerintah maupun swasta, pengabdian sebagai prajurit TNI
sukarela atau wajib, serta pengabdian sesuai bidang prifesi.
§
Pembangunan nasional di bidang pengelolaan sumber daya alam
dilaksanakan dengan landasan pembangunan berwawasan
lingkungan
dan
kesejahteraan
berkelanjutan.
dan
keamanan,
Selain
juga
diarahkan
untuk
kesinambungan dan kelestarian lingkungan hidup.
untuk
menjamin
lingkungan
dan
kesejahteraan
berkelanjutan.
dan
keamanan,
Selain
juga
diarahkan
untuk
untuk
menjamin
kesinambungan dan kelestarian lingkungan hidup.
§
Pembangunan nasional di bidang sumber daya buatan diarahkan
untuk membangun kemandirian bangsa Indonesia dalam
mencukupi kebutuhannya. Untuk mewujudkan kemandirian di
bidang peralatan bagi kepentingan pertahanan, Departemen
Pertahanan turut mendorong pertumbuhan industri pertahanan
dalam negeri. Pelaksanaannya dilakukan secara dini dan
berkesinambungan
di
setiap
wilayah
sesuai
kemampuan
keuangan negara.
Teknologi dan Industri Pertahanan
Kerjasama Dephan dan TNI dengan lembaga-lembaga lain merupakan
bagian penting dari kebijaksanaan Strategis Pertahanan. Sesuai UU Nomor 3
Tahun 2002, kerjasama tersebut dilaksanakan dalam rangka pembinaan
teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan TNI dan Komponen
pertahanan lainnya. Kerjasama dimaksud memiliki nilai strategis, karena
dapat mendorong percepatan menuju kemandirian nasional di bidang
teknologi pertahanan, termasuk memberi ruang bagi sektor lain untuk terlibat
dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
Melalui kerjasama tersebut, Departemen Pertahanan dan TNI akan
berusaha untuk ikut mendorong pengembangan industri nasional agar di
samping menghasilkan produk utamanya juga mengembangkan kemampuan
memproduksi alat peralatan yang dibutuhkan bagi keperluan pertahanan.
Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah mensinergikan
perkembangan industri strategis, melalui model kemitraan tiga pelaku Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, yaitu : Industri, Perguruan Tinggi, dan Industri
Pertahanan sebagai pengguna. Sasaran yang dikembangkan melalui
kerjasama tersebut adalah :
§
Kerjasama bidang kedirgantaraan, perkapalan, teknik sipil,
industri alat berat, otomotif, elektronika, informatika dan industri
nasional lainnya.
§
Melaksanakan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
bidang
desain
dan
engineering,
meliputi
keahlian
dan
kemampuan pengembangan dan pembuatan pesawat angkut
militer, pesawat misi khusus, kapal patroli cepat, kapal perang,
kendaraan tempur militer, sistem senjata, sistem jaringan
komunikasi, pusat komando dan pengendalian serta sistem
informasi.
§
Memberdayakan industri nasional dalam rangka menciptakan
kemandirian, sekaligus memperkecil ketergantungan di bidang
pertahanan terhadap negara lain.
§
Kerjasama pemenuhan kebutuhan alat peralatan pertahanan
lainnya.
§
Kerjasama Penelitinan dan Pengembangan pertahanan di
kembangkan guna menghasilkan kajian-kajian tentang konsep
pertahanan, baik yang berkaitan dengan teknologi, manajemen
maupun sumber daya manusia.
Dalam rangka pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan
pertahanan
negara,
kerjasama
dengan
departemenen
dan
instansi
pemerintah lainnya penting dilaksanakan. Kerjasama tersebut diperlukan
dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis sesuai fungsi dan
kewenangan masing-masing
BAB ENAM
DUKUNGAN ANGGARAN
Dukungan Anggaran Pertahanan Saat Ini Orientasi pembangunan nasional masih
berfokus pada bidang ekonomi, Sedangkan pembangunan bidang pertahanan kurang
mendapat perhatian, seperti ditunjukannya dari kecil jumlah anggaran yang dialokasikan ,
Kondisi ini berlaku sejak masa Orde Baru hingga saat ini.
Selama ini, penentuan jumlah anggaran pertahanan banyak didasrkan pada faktor
kemampuan keuangan negara dan prioritas pembangunan. Apabila diperhatikan , saat ini
beban dan tanggung jawab pertahanan negara cukup berat , terutama dengan meningkatnya
potensi ancaman dihadapkan kepada faktor geografi , luas wilayah yuridiksi nasional,
perkembangan konteks strategi, dan kebutuhan standar kemampuan pertahanan negara.
Selama 10 tahun terakhir, anggaran belanja pertahanan RI rata - rata berada di bawah
1% Pendapatan Domestik Bruto ( PDB ). Seabagai pembanding, anggaran pertahanan di
negara -negara di kawasan Asia Tenggara, kebanyakan memiliki anggaran pertahanan di
atas 1 % PDB masing - masing, Beberapa negara bahkan mengalokasikan anggaran
pertahanan 3% - 5% dari PDB nya.
Keterbatasan anggaran pertahanan Indonesia masih dirasakan karena pemulihan
ekonomi negara belum sepenuhnya tercapai. Secara nominal memang terdapat peningkatan,
namun akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang asing, khususnya dollar
AS, serta laju inflasi mengakibatkan nilai riel anggaran pertahanan menurun. Penurunan nilai
riel tersebut sangat membatasi upaya pembangunan kemampuan pertahanan negara.
Alokasi anggaran pertahanan seperti pada tabel dibawah ini menunjukan bahwa
Anggaran rutin ( Gaji ; Belanja Barang ; Belanja Pemeliharaan ; dan Perjalanan Dinas ) lebih
besar dari pada anggaran pembangunan ( Pembangunan sistem ; Pembangunan personel;
Pembangunan fasilitas ; dan Pembangunan materiel ), Data tersebut memberi gambaran
bahwa anggaran pertahanan lebih banyak digunakan untuk membiayai kegiatan rutin
daripada untuk membiayai pengembangan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara.
Rendahnya anggaran pembangunan tersebut sangat menyulitkan untuk penyusunan
program yang besar dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional TNI secara utuh
dan meyeluruh.
program yang besar dalam rangka meningkatkan kemampuan profesional TNI secara utuh
dan meyeluruh.
TAHUN ANGGARAN
NO
URAIAN
1999/2000
2000
2001
2002
RATA
RATA/
TAHUN
III
Anggaran Pembangunan
Anggaran Rutin
Jumlah
PDB
1.756,76
8.307,43
10.064
1.134.600,00
1.945,31
6.594,42
8.339,73
988.300,00
2.520,85
9.150,97
11.671,82
1.476.200,00
2.880,11
9.874,83
12.754,94
1.685,400,00
2.275,76
8.481,91
10.722,67
1.321.125,00
IV
APBN
231.900,00
221.000,00
354.500,00
344,008,80
287.852,20
% PDB
%APBN
0,89
4,34
0,85
3,80
0,60
3,29
0,76
3,71
0,78
3,79
I
II
V
-
Meningat keterbatasan anggran , maka prioritas anggaran akan diarahkan untuk
membiayai program - program pembangunan dalam rangka mencapai " Kekuatan minimal
yang diperlukan " . Kekuatan minimal tersebut disiapkan untuk menghadapi tugas - tugas
mendesak.
Proyeksi ke Depan
Kondisi nasional ke depan akan banyak dipengaruhi oleh dinamika perkembangan
lingkungan yang berubah dengan cepat dan tidak menentu. Di bidang ekonomi, prospektif
pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun mendatang belum menunjukan tanda
- tanda menggembirakan. Dengan kondisi tersebut maka peluang Indonesia dalam
menggunakan kapasitas ekonomi untuk pengembangan kekuatan pertahanan akan sangat
terbatas. Hal ini akan dapat menyulitkan upaya - upaya pemerintah dalam menghadapi
ancaman dan gangguan keamanan yang mendesak. Kesulitan ini akan dapat diatasi apabila
ada kesepakatan politik bersama untuk menambah alokasi anggaran pertahanan.
Penentuan alokasi anggaran pertahanan tidak cukup hanya berdasarkan kondisi
ekonomi nasional, tetapi juga perlu didasrkan pada rasio kebutuhan pertahanan.Pemenuhan
rasio tersebut akan membangun kemampuan pertahanan guna mendukung lancarnya
pembangunan nasional. Pembangunan nasional tidak akan berjalan dengan baik,
apabilatidak ditunjang oleh stabilitas kemanan nasional. Dimasa lalu , kendatipun anggaran
pertahanan sangat kecil, namun stabilitas kemanan nasional relatif terjaga, Hal itu dapat
dipahami, karena adanya tatanan politik yang jauh berbeda dari kondisi sekarang. Oleh
sebab itu , saat ini dan yang akan datang , kenaikan anggaran pertahanan yang lebih
rasional dalam tatanan politik yang lebih demokratis sangat diperlukan. Proyeksi anggaran
sebab itu , saat ini dan yang akan datang , kenaikan anggaran pertahanan yang lebih
rasional dalam tatanan politik yang lebih demokratis sangat diperlukan. Proyeksi anggaran
pertahanan untuk dua - tiga tahun kedepan diharapkan dapat mencapai sekitar 2% dari PDB
, dan meningkat bertahap dalam waktu lima tahun ke depan, Dalam kurun waktu 10 - 15
tahun kedepan, kebutuhan anggaran pertahanan yang rasional diproyeksikan sebesar 3,68%
dari PDB.
Download