TUGAS RESUME TUTORIAL SKENARIO 3 (Komunikasi antara Dokter dan Pasien) BLOK 5 Disusun Oleh : Ayu Aulia Salshabila (1961050072) Kelompok 2B Nama Dosen : Dr. drg. Sri Redjeki, M.S. Tutorial Skenario 3/Blok 5 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2020 RESUME TUTORIAL BLOK 5 Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran/kedokteran gigi. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukanperencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah. Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta menambah kepatuhan dari pasien. Dokter dan pasien sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat. Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi jika dokter yang menanganinya melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Ketika saling terhubung, sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik pada perubahan perilaku dan perhatiannya pada pasien setiap saat. Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien sangatlah diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal, berupa masalah kesehatan yang dapat diselesaikan dan kesembuhan pasien. (Rusmana, 2009; Hardjodisastro, 2010). II. Rumusan Masalah 1. Apa itu definisi komunikasi efektif antara dokter dan pasien? 2. Apa tujuan komunikasi efektif antara dokter dan pasien? 3. Bagaimana bentuk komunikasi antara dokter dan pasien? 4. Apa saja faktor yang memengaruhi komunikasi antara dokter dan pasien? 5. Apa dampak dari komunikasi antara dokter dan pasien? 6. Bagaimana hak-hak pasien dalam komunikasi antara dokter dan pasien? III. Tujuan Pembelajaran 1. Definisi komunikasi efektif antara dokter dan pasien 2. Jenis-jenis komunikasi efektif antara dokter dan pasien 3. Faktor yang memengaruhi komunikasi efektif antara dokter dan pasien 4. Hak – hak pasien dalam komunikasi efektif antara dokter dan pasien 5. Dampak dari komunikasi efektif antara dokter dan pasien PEMBAHASAN I. Definisi Komunikasi Efektif antara Dokter dan Pasien Definisi Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, komunikasi dapat berjalan efektif apabila pesan yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah presepsi. Pasien merupakan setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secaraa langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi, sedangkan dokter adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapinya. Jadi komunikasi dokter dan pasien merupakan hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasienya selama proses pemeriksaan/ pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Komunikasi efektif antara dokter-pasien diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung antara dokter, sebagai ahli pengobatan, dengan pasien sebagai orang yang diobati. Dari komunikasi tersebut, diharapkan terjadi kesamaan makna dalam mendiagnosis penyakit oleh dokter terhadap pasiennya Komunikasi kesehatan yang berlangsung positif memberikan dampak penting bagi pasien, dokter, dan orang lain. Seorang dokter lebih cenderung untuk membuat diagnosis yang lebih akurat dan komprehensif guna mendeteksi tekanan emosional pada pasien, pasien memiliki rasa puas dengan perawatan dan kurang cemas, dan setuju dengan mengikuti saran yang diberikan (Lloyd dan Bor, 1996). Manfaatnya salah satunya ialah meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis dan meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis Tujuan Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998). Sehingga memudahkan dokter menetapkan diagnosis dan pengobatan untuk pasien Tujuan komunikasi yang efektif dan relevan dengan profesi dokter menurut Yusa, 2006 adalah: 1. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a good interpersonal relationship) 2. Pertukaran informasi (exchange of information) 3. Pengambilan keputusan medis (medical decision making). 4. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial 5. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit atau masalah yang dihadapinya dan mendapatkan solusi II. Bentuk atau jenis – jenis Komunikasi Efektif Komunikasi efektif Antara dokter dan pasien, disebut komunikasi interpersonal. Komunikasi ini terbagi menjadi 2, secara lisan dan tulisan 1. Komunikasi secara lisan Komunikasi secara lisan merupakan komunikasi yang terjadi secara langsung bertatap muka, tanpa adanya perantara, jarak, dan alat atau media yang digunakan dalam berkomunikasi. Komunikasi secara lisan dapat dilakukan dalam verbal maupun non verbal a. Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi melalui kata-kata yg diucapkan oleh seseorang. Apabila berbicara tentang komunikasi verbal, maka di dalamnya terdapat pesan verbal berupa kata-kata yang diucapkan dan ditulis. Pada konteks komunikasi efektif antara dokter dan pasien, komunikasi verbal terjadi seperti pada umumnya saat dokter menganamesis pasien secara langsung b. Non Verbal Komunikasi non verbal merupakan segala sesuatu yg disampaikan oleh seseorang kepada seseorang lainnya tanpa melalui kata-kata, tetapi melalui isyarat, membaca bahasa tubuh dan melalui nada suara. Bentuk komunikasi non verbal antara lain : Tatapan mata (dokter melihat raut mata nya seperti berbinar sedih atau senang) Cara berbicara (volume, artikulasi, ritme, intonasi, penggunaan bahasa dan kosa kata) Bahasa tubuh/body language (ekspresi wajah, gerakan tangan dan kaki, postur tubuh dan gerakan Penampilan (karakteristik fisik, kebersihan diri, cara berpakaian Jarak kedekatan (intim, personal, sosial, publik) 2. Komunikasi secara tertulis Komunikasi secara tertulis ialah komunikasi yang dilakukan yang melalui sebuah tulisan yang dilakukan dalam kegiatan surat menyurat melalui lembaran kertas, e-mail, dan media elektronik lainnya. Contohnya adalah informed consent antara dokter dan pasien III. Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Efektif Faktor Pendukung Komunikasi Efektif Ada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut dokter, pasien, dan lingkungan. a. Dokter - Memiliki keterampilan komunikasi yang baik - Kepribadian yang baik (memiliki integritas/keterpaduan antara ucapan dan tindakan, serta bersikap ramah dan tegas) - Faktor fisik (memiliki keterampilan yang baik) - Faktor psikologis (menyesuaikan diri dengan pasien dan mampu mengendalikan emosi) - Cerdas dalam menganalisis suatu kondisi dan memahami kondisi psikologis pasien b. Pasien - Keluhan fisik yang tidak terlalu berat - Memiliki pengalaman berobat dan mampu memahami diri - Faktor psikologis yang baik - Memiliki kecerdasan menerima dan mencerna pesan - Memahami konsep sehat dan sakit dengan baik c. Lingkungan - Bagi pasien, lingkungan yang privasi lebih nyaman - Lingkungan yang dibentuk oleh doter tidak menegangkan - Posisi duduk yang nyaman Faktor Penghambat Komunikasi Efektif a. Dokter - Keterampilan komunikasi dokter yang kurang terampil - Kurang memahami karakteristik pasien ( tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan lainlain) - Dokter kurang memahami latar belakang sosial budaya pada pasien, sehingga dapat melahirkan perbedaan persepsi - Faktor fisik (dokter tidak kredibel/tidak berwibawa) - Hambatan psikologis (dokter yang ragu) b. Pasien - Keluhan fisik pada pasien yang berat - Hambatan biologis (Pasien yang mengalami gangguan pendengaran) - Hambatan psikologis (Pasien yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan dan terlalu khawatir mengenai penyakitnya) - Hambatan gender (seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang dokter laki-laki) - Pasien belum memaham kosep sehat dan sakit c. Lingkungan - Komunikasi berjalan satu arah dari komunikator ke komunikan secara terus menerus sehingga komunikan (pasien) tidak memiliki kesempatan penjelasan - Ruangan visit yang terlalu ramai - Lingkungan yang dokter ciptakan terlalu menegangkan - Posisi duduk yang tidak nyaman IV. Hak- Hak Pasien dalam Komunikasi antara Dokter dan Pasien Berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004 Tenang Praktik Kedokteran Paragraf 7 mengatur kewajiban dan hak pasien. Hak-hak pasien sebagai berikut 1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis atau mengenai perjalanan penyakitnya 2. Meminta pendapat dokter atau dokter lain (second opinion) 3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis 4. Menolak tindakan medis 5. Mendapatkan isi rekam medis V. Dampak dari Komunikasi antara Dokter dan Pasien Dampak positif timbul dari komunikasi antara dokter dan pasien yang berjalan dengan baik dan sudah memenuhi kriteria. Dampak positifnya, yaitu : - Kepuasan pasien - keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis - Kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang direkomendasikan - Pasien dapat mengetauhi manajemen diri dari penyakitnya - Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokterpasien yang baik Sedangkan, dampak negatif juga akan timbul, tetapi muncul dari komunikasi antara dokter dan pasien yang berjalan tidak baik, seperti pada skenario tutorial. Dampak negatif yang timbul, diantaranya : - Ketidakpuasan pasien - Dapat menimbulkan malpraktik dokter - Penilaian yang buruk terhadap dokter dan rumah sakit - Ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan - Ketakutan atau kekhawatiran pada pasien untuk datang ke dokter KESIMPULAN Pasien harus dihargai sebagai pribadi yang berhak atas tubuhnya. Menghormati dan menghargai pasien adalah sikap yang diharapkan dari dokter dalam berkomunikasi dengan pasien, tanpa mempedulikan berapa pun umurnya, tanpa memperhatikan status sosial-ekonominya. Bersikap adil dalam memberikan pelayanan medis adalah dasar pengembangan komunikasi efektif dan menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien. Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan sikap pasien dalam menerima diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani pengobatan, melakukan perawatan diri dan memerhatikan atau mematuhi anjuran dan nasihat dokter. Komunikasi tersebut juga mempengaruhi kelangsungan terapi, apakah akan berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan secara sepihak. Dokter perlu memiliki kemampuan untuk menggali dan bertukar informasi dan komunikasi yang dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal dengan pasien. Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi berjalan baik atau tidak. Faktor pendukung maupun penghambat berasal dari dokter, pasien, dan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA : Alfitri A. Komunikasi Dokter-Pasien. Mediator. 2006; Vol 7(1): 15-26 Fourianalistyawati E. Komunikasi Yang Relevan Dan Efektif Antara Dokter Dan Pasien. Jurnal Psikogenesis. 2012; Vol. 1(1): 82-87 Larasati Ta. Komunikasi Dokter-Pasien Berfokus Pasien Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Jk Unila. 2019; Vol 3(1): 160-166 Arianto A. Komunikasi Kesehatan (Komunikasi Antara Dokter Dan Pasien).