Uploaded by User57785

Oral Gel Herbal (pro rev 2020.04.27)f

advertisement
Oral Gel Herbal Memicu Terjadinya Stomatitis Kontak Disertai Gingivitis Deskuamatif
Yang Disebabkan Kandungan Zat Pewarna
Abstrak
Laporan kasus ini menyajikan suatu kasus yang jarang terjadi dimana stomatitis
kontak bermanifestasi sebagai erosi yang bersifat irregular dan sebagian ditutupi oleh
pseudomembran yang disertai dengan gingivitis deskuamatif pada pasien wanita berumur
32 tahun. Pasien tersebut sehat dan tidak sedang mengkonsumsi obat apapun. Dia
menceritakan riwayat penggunaan oral gel berbahan dasar curcumin 2 hari yang lalu.
Hasil tes alergi terhadap curcumin oral gel positif, dimana pada detail tes alergi, alergi
terjadi karena zat pewarna erythrosine yang terdapat dalam gel. Bertentangan dengan
kepercayaan masyarakat, ternyata beberapa sediaan obat tradisonal dapat menyebabkan
efek samping yang tidak diinginkan karena potensi antigenik dari komposisi bahan di
dalamnya. Selain itu, setiap dokter, selama penentuan diagnosis banding dari lesi oral
harus selalu mengingat adanya reaksi yang tidak diinginkan dalam setiap pemakaian
oitment (salep) lokal.
Kata kunci:
Curcumin, gingivitis deskuamatif, erythrosine, stomatitis
Pendahuluan
Kulit dan mukosa oral memiliki fungsi sebagai pelindung fisik dari lingkungan
luar dan juga memainkan peran biologis dalam memodulasi interaksi antara lingkungan
dan tubuh. Individu yang berbeda menunjukkan perbedaan tingkat iritasi ketika terkena
bahan kimia yang sama atau ada gangguan mekanis dalam kondisi yang sama.
Stomatitis kontak yang disebabkan alergi adalah suatu kelainan yang langka, yang
kebanyakan klinisi tidak familiar dengan kelainan tersebut. Berbagai macam zat
diketahui menimbulkan reaksi yang merugikan pada mukosa oral. Stomatitis alergi dapat
hadir sebagai reaksi imunologi hipersensitivitas yang langsung (tipe I) atau
hipersensitivitas yang tertunda (tipe IV). Hampir setiap obat maupun bahan yang dikenal
saat ini mampu merangsang reaksi alergi. Erythrosine adalah zat pewarna yang digunakan
dalam berbagai industri farmasi, makanan, dan kosmetik. Alergi terhadap erythrosine
adalah suatu kasus yang jarang ditemukan; hanya ada satu kasus dalam literatur yang
telah didokumentasikan sampai saat ini. Penulis dalam studi kasus tersebut berspekulasi
bahwa penggunaan erythrosine dalam bahan gigi tiruan bertanggung jawab dalam
terjadinya denture stomatitis.
Laporan Kasus
Seorang pasien wanita 32 tahun dilaporkan ke Departemen of Periodontology,
Bhojia Gigi College dan Rumah Sakit, Baddi Himachal Pradesh dengan keluhan utama
nyeri, ulser, dan pembengkakan di bibir. Kemudian, pasien tersebut mengeluh sakit dan
sensitivitas pada gusi terhadap apa pun yang dia makan. Pasien sehat dan tidak sedang
mengonsumsi obat-obatan apapun. Tidak ditemukan adanya alergi obat, dan riwayat
medis menunjukkan tidak adanya penyakit sistemik. Pasien tersebut dilaporkan pernah
mengalami riwayat trauma 1 bulan yang lalu dimana ia menderita luka di bibirnya dan
dilakukan penjahitan pada mukosa labial atas dan bawah oleh dokter pribadinya dan
pemberian obat untuk kasus tersebut telah dihentikan setelah 1 minggu dari kecelakaan
tersebut. Jahitan dibuka dengan aplikasi lignocaine gel dan setelah pembukaan jahitan,
pasien tersebut diresepkan oral gel berbahan dasar curcumin untuk aplikasi lokal dirumah.
Setelah penggunaan curcumin gel; setelah 1 hari, dia merasakan ruam kemerahan di
seluruh mukosa yang kemudian berkembang menjadi ulser multiple dalam kurun waktu
1-3 hari.
Pada pemeriksaan, erosi bersifat irregular dimana sebagian permukaan ditutupi
oleh pseudomembran yang terjadi pada kedua bibir dan mukosa mulut disertai dengan
pembengkakan pada bibir. Erosi muncul dengan batas jelas, berwarna keputihan, dan
berdaerah kasar. Ulserasi sebagian besar ditutupi oleh eksudat kuning-putih dan disertai
dengan halo eritematosa (batas kemerahan). Terlihat adanya tanda dari gingivitis
deskuamatif, seperti eritematosa gingiva dan diskrit erosi yang melibatkan kedua
lengkung rahang. Kemunculan lesi tidak disertai dengan gejala sistemik, dan tidak ada
bagian tubuh lain yang terlibat. Lesi mulai berkembang setelah dua sampai tiga kali
aplikasi dari oitment curcumin. Kondisi pasien cukup terganggu dikarenakan pasien
tersebut tidak bisa makan dan menelan. Pasien tersebut juga mengalami kesulitan saat
berbicara terlalu banyak [Gambar 1-3].
Pasien diminta untuk menghentikan aplikasi topikal oral gel berbahan dasar
curcumin, dan lesi dibersihkan dengan povidone-iodine dan larutan saline pada setiap
kunjungan. Pasien diberi resep antihistamin sistemik (pheniramine maleat), antiinflamasi nonsteroid (parasetamol), dan topikal steroid (betametason valerate). Lesi
mereda dalam 1 minggu setelah perawatan [Gambar 4-6]. Pasien diminta datang kembali
untuk tes alergi setelah 15 hari. Tes alergi patch dilakukan pada lengan pasien
menggunakan Finn chambers (Systopic Laboratories), sebagai kontrol (a), curcumin (b),
curcumin oral gel (c) dan lignocaine oral gel (d). Setelah 4 hari, patch kemudian dibuang,
dan tes alergi untuk c ditemukan positif [Gambar 7 dan 8].
Setelah ditemukan alergi, komposisi oitment yang berbahan dasar curcumin
diteliti satu persatu dan patch test diulang kembali pada lengan pasien dengan bahan
tersebut satu persatu (ROHA Dyechem Pvt. Ltd, Curcumin, Titanium
Dioksida, Brilliant Blue FCF, Erythrosine) selama 1 bulan. Enam chamber (ruang) dari
strip diberi nomor dari 1 sampai 6. Curcumin gel oral (1), curcumin (2), erythrosin (3),
Brilliant Blue FCF (4), titanium dioksida (5) dan kontrol (6), masing-masing dari 1 hingga
6.
Curcumin (2), erythrosin (3), Brilliant Blue FCF (4), titanium dioksida (5)
dicampur dengan air steril untuk test patch. Setelah 4 hari, patch dibuang, dan hasilnya
ditemukan alergi pada oral gel berbahan dasar curcumin dan alergi bahan erythrosin (3)
juga ditemukan positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan alergi terjadi karena zat
pewarna yang ditambahkan ke dalam oitment [Gambar 9-11].
Diskusi
Diagnosis banding dari ulkus oral multiple adalah ulkus aphthous mayor, erosif
lichen planus, pemphigoid membran mukosa, dan pemphigus vulgaris. Ulkus oral
multiple dapat diklasifikasikan sebagai penyakit akut, berulang dan / atau kronis.
Penyebab paling umum dari ulkus oral dengan onset yang cepat mencakup acute
necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG), alergi, gingivostomatitis herpetik akut, dan
eritema multiforme. Tanda klinis yang paling penting dalam mengidentifikasi penyebab
ulkus oral adalah adanya vesikel atau bula, yang mungkin tidak terlihat karena lesi
tersebut pecah dengan cepat di lingkungan mulut. Riwayat lengkap penting untuk
dikumpulkan agar mendapatkan diagnosis yang akurat. Dalam beberapa kasus, diagnosis
bergantung pada kultur atau biopsi, terutama dengan aplikasi imunofluoresensi pada
spesimen bedah.
Stomatitis kontak adalah peradangan pada mukosa oral yang disebabkan oleh zat
eksternal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai zat, yang dapat bertindak sebagai agen
alergi. Zat-zat ini termasuk dental material, pengawet dan penyedap dan zat pewarna
dalam makanan atau produk kebersihan mulut. Agen therapeutic dental
misalnya,
alkohol, antibiotik, kloroform, iodine, fenol, procaine, dan volatile oil (minyak atsiri)
adalah beberapa agen yang dapat menyebabkan stomatitis kontak. Minyak cinnamon
(kayu manis) yang digunakan dalam berbagai preparat seperti permen karet, obat kumur,
dan penyegar mulut juga telah dilaporkan menyebabkan reaksi alergi. Mukosa oral
sebenarnya kurang rentan terhadap reaksi alergi kontak, bila dibandingkan dengan kulit
dimana memiliki variasi yang luas untuk berbagai rangsangan antigen.
Manfaat terapi dari curcumin sangat populer sebagai obat tradisional dalam
pengobatan berbagai kondisi mulut dan kulit. Alergi terhadap curcumin hampir tidak ada
tetapi mungkin masih diduga sebagai alergen yang memungkinkan terjadinya alergi
karena merupakan bahan utama dalam oitment. Sensitivitas terhadap produk tertentu bisa
terjadi tanpa diketahui selama bertahun-tahun. Zat pewarna yang digunakan dalam
preparat obat-obatan mungkin dapat menjadi alergen. Erythrosine (FD dan C Red No 3,
disodium salt 2,4,5,7-tetraiodofluorescein); digunakan secara luas sebagai zat warna
tambahan dalam makanan, obat-obatan, dan kosmetik.
Erythrosine mampu memicu alergi iodine dalam eksperiment pada guinea pigs
(marmut). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus yang hamil, peneliti
mengamati bahwa erythrosine meningkatkan jumlah sel mast dan merangsang
degranulasi dari sel-sel tersebut, hal ini menunjukkan bahwa erythrosine mungkin
memainkan peran sebagai penginduksi/pemicu dalam terjadinya penyakit atopik. Sebuah
studi kasus telah dilaporkan, di mana pasien menderita hipersensitivitas terhadap bahan
gigi tiruan. Penulis melaporkan bahwa ini bisa disebabkan karena penggunaan
erythrosine dalam bahan gigi tiruan, tapi hal ini tidak sepenuhnya jelas dari penelitian
tersebut. Laporan kasus ini menekankan potensi antigenik dari zat pewarna yang
digunakan dalam berbagai preparat, hal ini menunjukkan bahwa bahan tersebut harus
digunakan secara hati-hati sebagai agen topikal dalam pengobatan penyakit mulut. Selain
itu, dengan adanya fakta tersebut, stomatitis kontak harus diperhitungkan sebagai
diagnosis banding dari lesi di rongga mulut. Kemudian masyarakat harus diberitahu
mengenai efek zat tambahan (aditif) dalam suatu peraturan resmi.
Download