Albert Einstein (1879 – 1955), warga Jerman – Amerika Serikat, seorang filsuf dan pecinta damai yang ramah. Beliau adalah guru intelektual bagi dua generasi fisikawan teori yang meninggalkan sidik karyanya dalam hamper setiap bidang kajian fisika modern. PENERAPAN PERSAMAAN SCHRÖDINGER BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 95 4.1. Pendahuluan Untuk memecahkan persamaan SchrÖdinger, walaupun dalam bentuk keadaan – stasioner yang sederhana, biasanya memerlukan teknik matematis yang cukup rumit. Hal itu yang menyebabkan studi mekanika kuantum secara tradisional hanya dilakukan oleh mahasiswa tingkat atas yang telah memiliki kemampuan matematika yang cukup baik. Namun, karena mekanika kuantum adalah suatu struktur teoretis yang hasilnya terdekat dengan kenyataan eksperimental, kita harus menjejaki metode dan penerapannya, supaya menghasilkan pengertian dalam bidang fisika modern. Seperti yang akan kita lihat, walaupun dengan latar belakang matematis yang terbatas, sudah cukup bagi kita untuk mengikuti urutan pemikiran yang telah mengarahkan mekanika kuantum untuk menghasilkan sesuatu yang besar. 4.2. Partikel Bebas Persoalan kuantum mekanis yang paling sederhana adalah persoalan sebuah partikel bebas yang bergerak tanpa dipengaruhi gaya apapun dalam suatu bagian ruang ; yaitu, F = 0, sehingga V(x) = konstanta, untuk semua x. Dalam hal ini, kita bebas memilih tetapan potensial sama dengan nol, karena potensial selalu ditentukan dengan tambahan satu tetapan integrasi sembarang (F = - dV/dx dalam satu dimensi). Berikut kita terapkan persamaan SchrÖdinger bergantung waktu kecuali dengan potensial yang sesuai (V = 0) : i 2 2 t 2 m x2 (4.1) atau 2 2 E 2 m x2 (4.2) Perluasan bentuk energi partikel bebas ke dalam ruang tiga dimensi diberikan oleh 96 FISIKA KUANTUM p2 1 E p x2 p y2 p x2 2m 2m (4.3) Dan Persamaan (4.1) dapat diperluas menjadi i 2 2 2 2 2 2 t 2 m x2 2m y2 2m z2 2 2m 2 2 2 2 2 2 x y z (4.4) 2 2 2m Dan dari hubungan E dan p k , diperoleh 2 k2 x2 (4.5) 2m E 2 (4.6) di mana k2 Persamaan (4.6) adalah bentuk persamaan yang telah lazim dikenal ; dengan k2 selalu positif, maka pemecahannya adalah (x) = A sin kx + B cos kx (4.7) Dari Persamaan (4.6), kita dapati bahwa nilai energi yang diperkenankan adalah : E 2 k 2 2m (4.8) Karena pemecahan kita tidak memberi batasan pada k, maka energi partikel diperkenankan memiliki semua nilai BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 97 (dalam istilah fisika kuantum, kita katakan bahwa energinya tidak terkuantisasi). Perhatikan bahwa Persamaan (4.8) tidak lain adalah energi kinetik sebuah partikel dengan momentum p k , atau, setara dengan ini, p = h/ ; ini tidak lain daripada apa yang kita perkirakan, karena kita telah membentuk persamaan SchrÖdinger yang menghasilkan pemecahan bagi partikel bebas yang berkaitan dengan satu gelombang de Broglie. 4.3. Kotak Potensial Satu Dimensi dan Keadaan Dasar Kita boleh memberi spesifikasi pada gerak partikel dengan mengatakan bahwa gerak itu terbatas pada gerak sepanjang sumbu x antara x = 0 dan x = L disebabkan oleh dinding keras tak berhingga. Sebuah partikel tidak kehilangan energi ketika partikel tersebut bertumbukan dengan dinding, sehingga energi totalnya tetap konstan. Dari pandangan formal mekanika kuantum, energi potensial V dari partikel itu menjadi tak berhingga di kedua sisi kotak, sedangkan V konstan – katakan sama dengan nol untuk memudahkan, di dalam kotak itu seperti pada Gambar 4.1 berikut V 0 m L x Gambar 4.1. Sumur potensial yang bersesuaian dengan sebuah kotak yang dindingnya keras takberhingga. 98 FISIKA KUANTUM Karena partikel tidak bisa memiliki energi tak – berhingga, maka partikel itu tidak mungkin berada di luar kotak, sehingga fungsi gelombangnya ( ) ialah nol untuk x 0 dan x L. Tugas kita sekarang ialah mencari di dalam kotak. Di dalam kotak V (x) = 0, maka persamaan SchrÖdinger menjadi 2m d 2 2 E 0 2 dx (4.9) Persamaan (4.9) mempunyai pemecahan (x) = A sin kx + B cos kx Atau ( x) A sin 2m E xB 2m E x (4.10) Yang dapat dibuktikan dengan mensubstitusikannya kembali ke Persamaan (4.9) di mana A dan B merupakan konstanta yang harus dinormalisasi. Pemecahan ini dibatasi oleh syarat batas yang penting, yaitu : a) Syarat batas di x = 0, memberikan hubungan (0) = 0 = A sin 0 + B cos 0 Yang berarti suku kedua tidak dapat menggambarkan partikel karena suku itu tidak nol pada x = 0, yang menghasilkan B=0 b) Syarat batas di x = L, memberikan hubungan (L) = A sin kL + B cos kL = 0 Karena sin 0 = 0, suku sinus selalu menghasilkan = 0 di x = 0, seperti yang diperlukan, dan telah kita peroleh bahwa B = 0, maka haruslah berlaku BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 99 A sin kL = 0 Sehingga hanya akan menjadi nol di x = L hanya jika 2m E L n , n = 1, 2, 3, ……. (4.11) Hasil ini disebabkan oleh harga nol sinus pada sudut , 2, 3,..... ……… Dari Persamaan (4.11) jelas bahwa energi yang dapat dimiliki partikel mempunyai harga tertentu, yaitu harga – eigen yang telah diterangkan dalam bagian sebelumya. Harga – eigen ini yang membentuk tingkat energi sistem. Dari hubungan antara E dan k , diperoleh ungkapan tingkat energi partikel di dalam kotak, yaitu : En n2 2 2 n 2 E1 2 2m L (4.12) dengan E1 2 2 (4.13) 2 m L2 Yang merupakan tingkat energi dasar (ground state). Fungsi gelombang sebuah partikel dalam kotak yang berenergi En adalah n A sin 2 m En x (4.14) Substitusikan Persamaan (4.12) untuk En menghasilkan n A sin 100 n x L (4.15) FISIKA KUANTUM Yang menyatakan fungsi eigen yang bersesuaian dengan harga – eigen En. Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa fungsi – eigen itu memenuhi semua persyaratan yang telah kita bahas pada bagian sebelumnya : untuk setiap bilangan kuantum n, n merupakan fungsi berharga tunggal dari x, dan n serta n x kontinu. Selanjutnya, integral |n |2 ke seluruh ruang berharga berhingga, seperti kita lihat dengan jalan mengintegrasikan |n |2 dx dari x = 0 sampai x = L (karena partikel itu menurut hipotesis berada dalam batas-batas itu) : L L 2 2 2 2 n x (4.16) | n | dx 0 | n | dx A 0 sin L dx A2 L 2 Usaha menormalisasi kita harus memilih harga A seharga |n |2 dx sama dengan peluang P dx untuk mendapatkan partikel antara x dan x + dx, alih-alih hanya berbanding lurus dengan P. Jika |n |2 dx sama dengan P dx, maka harus berlaku | n | 2 dx 1 karena (4.17) P dx 1 Merupakan cara matematis untuk menyatakan bahwa partikel itu berada pada suatu tempat dalam kotak pada setiap saat. Dengan membandingkan Persamaan (4.16) dan Persamaan (4.17), kita dapatkan bahwa fungsi gelombang sebuah partikel dalam kotak ternormalisasi jika A 2 L BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger (4.18) 101 Jadi fungsi gelombang yang ternormalisasi untuk partikel ialah n n x 2 , n = 1, 2, 3, …… sin L L (4.19) Fungsi gelombang yang ternormalisasi 1, 2 dan 3 bersama dengan kerapatan peluang | 1 |2, | 2 |2 dan | 3 |2 diplot dalam Gambar 4.2. Walaupun n dapat berharga positif atau negatif, |2|2 selalu positif, dan karena n ternormalisasi, harganya untuk suatu harga x tertentu sama dengan peluang P untuk mendapatkan partikel di tempat tersebut. Dalam setiap kasus |2|2 = 0 di x = 0 dan x = L yang merupakan batas kotak. 3 |3|2 2 |2|2 1 |1|2 x=0 x=L x=0 x=L Gambar 4.2. Fungsi gelombang dan kerapatan peluang sebuah partikel yang terdapat dalam kotak dengan dinding tegar. 102 FISIKA KUANTUM Pada suatu titik tertentu dalam kotak, peluang keberadaan partikel bisa sangat berbeda untuk bilangan kuantum yang berbeda. Misalnya, |2|2 berharga maksimum untuk L yaitu titik di tengah kotak, sedangkan |2|2 = 0, berarti 2 sebuah partkel pada energi terendah dengan n = 1 berpeluang terbesar terdapat di tengah kotak, sedangkan partikel pada keadaan lebih tinggi berikutnya dengan n = 2 tidak pernah didapatkan di tempat itu! Sedang, fisika klasik menyatakan partikel berpeluang sama untuk didapatkan pada setiap titik dalam kotak. Jika partikel berada pada keadaan tereksitasi pertama, 2, maka posisi rata-rata partikel adalah x 2 2 L L 2 L 0 x sin 2 2 2 x dx L L L 0 1 1 4 x x cos 2 2 L dx Dan momentum rata-ratanya p 2 d 2 x 2 x i sin sin dx 0 d x L L 4 i L 2 x 2 x sin cos dx 2 0 L L L L =0 Kedua hasil di atas berlaku sama untuk semua n dan dapat diduga dari Gambar 4.2. Pertama, peluang partikel berada di L dan di sebelah kanannya sama. 2 L Karena itu secara rata-rata partikel berada di titik tengah . 2 sebelah kiri titik tengah BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 103 Kedua, akibat keadaan pertama ini maka kemungkinan partikel bergerak ke kanan – ke kiri adalah sama. Dengan demikian momentum saling meniadakan atau momentum rata-ratanya sama dengan nol. Contoh 4.1. : 1. Cari peluang untuk mendapatkan partikel antara 0,45L dan 0,55L untuk keadaan dasar dan eksitasi pertama bagi partikel, yang terperangkap dalam kotak yang panjangnya L. Penyelesaian : Bagian kotak tersebut adalah 1/10 kali panjang kotak dan berpusat pada bagian tengah kotak. Secara klasik kita mengharapkan untuk mendapatkan partikel di daerah itu 10% dari waktunya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mekanika kuantum memberi ramalan teoretis yang sangat berbeda dan hasilnya bergantung pada bilangan kuantum keadaan partikel. Peluang untuk mendapatkan partikel antara x1 dan x2 dalam keadaan n adalah x2 2 Peluang P | n | dx L x1 2 x2 x1 sin 2 n x dx L x2 x 2 n x 1 sin L x L 2 n 1 Dalam hal ini x1 = 0,45L dan x2 = 0,55L. Untuk keadaan dasar, n = 1, kita dapatkan Peluang (P) = 0,198 = 19,8 % Hasil ini adalah sekitar dua kali hasil klasik. Untuk keadaan eksitasi pertama, n = 2, diperoleh Peluang (P) = 0,0065 = 0,65 % Dalam hal ini gambar yang terendah adalah konsisten dengan kerapatan peluang dari |n|2 = 0 di x = 0,5L. 104 FISIKA KUANTUM 2. Cari harga ekspektasi (rata-rata) dari kedudukan partikel yang terperangkap dalam kotak yang panjangnya L. Penyelesaian : Dari Persamaan harga ekspektasi diperoleh x 2 x | | dx L 2 L sin 2 0 n x dx L L x sin (2 n x / L ) cos (2 n x / L ) 2 x2 L 4 4 n / L 8 (n / L ) 0 Karena sin n = 0, cos 2n = 1 dan cos 0 = 1, untuk semua harga n, maka harga ekspektasinya ialah 2 x L L2 L 4 2 Hasil ini menyatakan bahwa kedudukan rata-rata partikel adalah di titik – tengah kotak untuk segala keadaan kuantum. Hal ini tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa |n|2 = 0 pada L/2, untuk keadaan n = 2, 4, 6, … Karena x adalah harga rata-rata. 3. Sebuah elektron terperangkap di dalam sebuah kotak satu dimensi dengan panjang 1 Å. Hitung : a. Energi tingkat dasar elektron tersebut. b. Besar peluang untuk menemukan elektron di daerah ½ Å < x < ¾ Å. Penyelesaian : a. Energi partikel di dalam kotak L diberikan oleh En n2 h2 8 m L2 untuk tingkat dasar, n = 1, maka 12 (6,63 x 10 34 ) 2 E1 joule 8 (9,1 x 10 31 ) (10 10 ) 2 BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 105 = 6,03 x 10-18 J = 37,4 eV b. Dari Gambar 4.2, daerah ½ Å < x < ¾ Å identik dengan daerah L/2 < x < 3L/4, karena itu, P1 3L / 4 L 2 x 3L 4 1 ( x) 2 dx L/2 2 L 3L / 4 L/2 3L / 4 x 1 L 2 sin 2 dx x sin x L L 2 L L/2 1 1 = 0,41 4 2 4.4. Tangga Potensial Menurut mekanika klasik, sebuah partikel yang menumbuk sebuah dinding tegar tidak berpeluang untuk menembusnya. Mekanika kuantum menghasilkan hal yang sama : sebuah partikel berenergi kinetik berhingga tidak dapat memasuki daerah yang energi potensialnya, V = 0. Untuk sistem dengan potensial tangga, perilaku partikel dibedakan menjadi dua kasus bergantung harga E, yaitu E V atau E V. Kasus 1. E V Bagaimana dengan dinding yang tidak demikian hebat, dinding yang tidak keras berhingga, namun diperlukan lebih banyak energi V untuk menembusnya dari pada energi partikel E ? Dalam kasus ini mekanika klasik menyatakan bahwa partikel akan terpental, sekarang mekanika kuantum 106 FISIKA KUANTUM memberikan hasil yang lain : terdapat peluang tertentu – tidak perlu besar, namun tidak nol – bahwa partikel itu dapat melalui energi perintang walaupun E < V, yang representasinya dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut. V E energi (a) (b) (c) Gambar 4.3. (a) Sebuah partikel berenergi E < V mendekati perintang potensial, (b) Dalam mekanika klasik, partikel itu harus dipantulkan oleh perintang, (c) Dalam mekanika kuantum, gelombang de Broglie yang menyatakan partikel sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan (ditransmisikan). Ini berarti bahwa partikel mempunyai peluang untuk menembus perintang. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 107 Walaupun partikel itu tidak memiliki cukup energi untuk memanjat perintang, namun partikel itu dapat menerobos melaluinya. Lebih tinggi perintangnya dan lebih tebal perintangnya, lebih kecil peluang partikel untuk menembusnya. Efek terobosan dapat dimengerti dengan memakai prinsip ketidakpastian. Jika kita mengatakan bahwa partikel yang datang tidak dapat memasuki perintang, maka ketidakpastian kedudukan x harus nol di tempat tersebut ; tetapi karena x p h/2, ketidakpastian momentum p yang bersesuaian harus menjadi tak – berhingga di dalam perintang itu. Ketidakpastian tak – berhingga dalam p berarti bahwa p serta E harus tak – berhingga ; hal ini tidak sesuai dengan kenyataan bahwa partikel itu bermomentum dan berenergi berhingga. Jadi partikel itu mampu untuk memasuki perintang, dan sekali ada di dalamnya, partikel itu mempunyai peluang untuk meneruskan pergerakannya. Karena energi potensial tidak pernah berharga tak – berhingga dalam kenyataannya, kotak dengan dinding yang kerasnya tak – berhingga yang telah kita bahas pada bagian sebelumnya tidak menggambarkan kotak yang sesungguhnya terdapat. Namun, sumur potensial dengan perintang yang tingginya berhingga tentu terdapat, dan kita dapat mengharapkan terjadinya efek terobosan yang ditunjukkan oleh partikel yang terperangkap dalam sumur seperti itu. Kasus 2. E V. Jika sebuah partikel dengan energi E mendekati perintang yang tingginya V kurang dari E, dalam mekanika klasik partikel itu terus saja melewati perintang itu. Namun, dalam mekanika kuantum, terdapat peluang tertentu bahwa perintang itu memantulkan partikel itu sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4.4 berikut. 108 FISIKA KUANTUM E energi V (a) (b) (c) Gambar 4.4. (a) Partikel berenergi E > V mendekati perintang potensial, (b) Dalam mekanika klasik, partikel itu selalu melewati perintang, (c) Dalam mekanika kuantum,pemantulan dan transmisi terjadi, sehingga partikel itu mempunyai peluang yang berhingga untuk dipantulkan kembali dari perintang itu. Ketika partikel itu melewati perintang, energi kinetiknya E – V lebih kecil dari energi kinetik di kedua belah sisi kiri – kanannya. Lebih kecil energi berarti lebih besar panjang gelombangnya, sehingga mempunyai panjang – gelombang lebih besar di tempat tersebut. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 109 4.5. Efek Terobosan Analisis terperinci dari efek terobosan sangat menarik dan tidak terlalu sukar. Kita mulai dengan meninjau seberkas partikel yang identik masing-masing berenergi kinetik K = E. Berkas itu datang dari kiri perintang potensial yang tingginya V dan lebarnya L, seperti pada Gambar 4.5 berikut. V E energi I II x=0 x=L x I+ III III+ II I- Gambar 4.5. Gambaran skematik dari penerobosan melalui perintang Pada kedua sisi perintang itu V = 0 ; ini berarti bahwa tidak ada gaya yang beraksi pada partikel yang berada pada posisi itu. Dalam daerah ini, persamaan SchrÖdinger untuk partikel (semuanya digambarkan oleh fungsi gelombang ) mengambil bentuk 110 FISIKA KUANTUM 2 1 2 m 2 E 1 0 x 2 2 III 2m 2 E III 0 2 x (4.20) (4.21) Pemecahan persamaan tersebut yang sesuai dengan persoalan yang dibahas ialah 1 Ae i k x B e 1 i k1 x III F e i k x G e 1 i k1 x (4.22) (4.23) Dengan k1 2m E p 2 (4.24) menyatakan bilangan gelombang de Broglie menggambarkan partikel di luar perintang. Karena e i = cos + i sin e -i = cos - i sin Pemecahan itu setara dengan Persamaan (4.10) – tentu saja besar masing-masing koefisien berbeda, tetapi sudah dalam bentuk yang cocok untuk menggambarkan partikel bebas. Berbagai suku dalam Persamaan (4.22) dan Persamaan (4.23) tidak sukar ditafsirkan. Seperti yang ditunjukkan secara skematis dalam Gambar 4.5, A e i k1 x ialah gelombang dengan amplitude A yang datang dari kiri perintang. Jadi dapat ditulis (4.25) 1 A e i k1x BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 111 Gelombang ini bersesuaian dengan berkas partikel datang dalam arti bahwa | I+|2 ialah kerapatan peluangnya. Jika v menyatakan kecepatan group gelombang yang sama dengan kecepatan partikel itu, maka S = | I+|2 v Yang menyatakan fluks partikel yang datang ke perintang. Yaitu, menyatakan banyaknya partikel per meter kuadrat per detik yang datang ke situ. Di x = 0 gelombang datang itu menumbuk perintang dan sebagian dipantulkan kembali, dengan (4.26) 1 B e i k1x Menyatakan gelombang yang dipantulkan. Jadi I = I+ + I - (4.27) Pada tempat yang jauh dari perintang (x > L) hanya mungkin ada gelombang 1 F e i k1x (4.28) Menjalar dalam +x, karena menurut hipotesis, daerah III tidak terdapat sesuatu pun yang dapat memantulkan gelombang. Jadi G = 0 dan III = III+ + F e i k1 x (4.29) Peluang transmisi T dari partikel untuk melalui perintang ialah rasio T 112 | III | 2 v F F * A A* | I |2 v (4.30) FISIKA KUANTUM antara fluks partikel yang keluar dari perintang dan fluks yang datang. Dengan kata lain, T menyatakan fraksi dari partikel datang yang berhasil menerobos perintang. Menurut klasik T = 0 karena partikel dengan E < V tidak bisa berada di dalam perintang ; marilah kita lihat bagaimana hasil mekanika kuantum. Perhatikan kembali Gambar 4.5, dalam daerah II, Persamaan Schrodinger partikel ialah 2 II 2 m 2 ( E V ) II 0 x2 (4.31) Pemecahannya ialah II C e i k ' x D e i k ' x (4.32) Di mana 2 m ( E V ) k' (4.33) Menyatakan bilangan gelombang di dalam perintang. Karena E < V, k ’ merupakan bilangan imajiner, dan untuk memudahkan kita definisikan bilangan gelombang lain k2 dengan cara sebagai berikut : 2 m (V E ) k2 i k ' (4.34) Yang disebut bilangan gelombang dalam perintang. Dinyatakan dalam k2, Persamaan (4.32) untuk II menjadi II C e k x D e 2 k2 x (4.35) Yang kita sebut fungsi gelombang dalam perintang. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 113 Karena pangkatnya merupakan kuantitas real, II tidak berosilasi, jadi tidak menggambarkan partikel bergerak. Namun, kerapatan peluang | II| 2 tidak nol, sehingga terdapat peluang tertentu untuk mendapatkan partikel di dalam perintang. Partikel seperti itu bisa muncul ke daerah III atau dapat juga kembali ke daerah I. Supaya kita dapat menghitung peluang transmisi T, kita harus menerapkan syarat batas pada I, II, dan III. Gambar 5.6 menyatakan gambaran skematik fungsi gelombang dalam daerah I, II, dan III yang dapat menolong untuk membayangkan syarat batas. I II III x x=0 x=L Gambar 4.6. Pada masing-masing perintang, fungsi gelombang di dalam dan di luarnya harus sepadan sempurna ; ini berarti fungsi gelombang itu harus memiliki harga dan sudut singgung yang sama di tempat tersebut. Seperti yang pernah didiskusikan, keduanya dan turunannya /x harus kontinu di mana-mana. Dengan melihat Gambar 4.6, persyaratan ini berarti, bahwa pada masingmasing dinding perintang, fungsi gelombang di dalam dan di luar tidak saja harus berharga sama tetapi juga sudut singgungnya sama, sehingga fungsi gelombang itu sepadan sempurna. 114 FISIKA KUANTUM Pada dinding kiri perintang itu I = II I II x x x=0 (4.36) Yang merupakan syarat batas di x = 0. Pada dinding kanan II = III II III x x (4.37) x=L Yang merupakan syarat batas di x = L. Kini kita mensubstitusikan I, persamaan di atas menghasilkan II, dan III ke A+B=C+D i k1 A – i k1 B = - k2 C + k2 D (4.38) (4.39) C e k2 L D e k2 L F e i k1 L (4.40) k 2 C e k2 L k 2 D e k2 L i k1 F e i k1 L (4.41) Persamaan (4.38) sampai (4.41) dapat dipecahkan, sehingga menghasilkan 1 i k k k A 1 i k2 1 e (i k1 k2 ) L 2 1 e (i k1 k2 ) L k 2 k 2 F 2 4 k1 2 4 k1 (4.42) BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 115 Marilah kita anggap rintangan potensial tinggi relatif terhadap energi partikel datang. Jika hal ini berlaku maka k2/k1 > k1/k2 dan k2 k k 1 2 k1 k 2 k1 (4.43) Marilah kita anggap bahwa perintang itu cukup lebar untuk II mengalami atenuasi besar antara x = 0 dan x = L. Ini berarti bahwa k2 L >> 1 dan e k2 L e k2 L Jadi Persamaan (4.42) dapat diaproksimasikan oleh 1 i k (i k k ) L A 2 e 1 2 F 2 4 k1 (4.44) Kojugate kompleks (A/F), yang kita perlukan untuk menghitung peluang transmisi T, didapatkan dengan mengganti i dengan – i bila terdapat pada (A/F) : 1 i k ( i k k ) L A 2 e 1 2 F 2 4 k1 * Sekarang kita menghasilkan kalikan (A/F) dengan (4.45) (A/F)* sehingga 1 k 22 2 k2 L A A* e 2 FF* 4 16 k 1 Yang berarti bahwa peluang transmisi menurut Persamaan (4.30) adalah 116 FISIKA KUANTUM 1 2 k2 L A A* FF* 16 T e 2 A A* F F * 4 ( k 2 / k1 ) (4.46) Dari definisi k1 dan k2 kita peroleh k2 k1 2 2 m (V E ) / 2 V 1 E 2me / 2 (4.47) Ini berarti bahwa kuantitas dalam tanda kurung dalam Persamaan (4.47) berubah lambat terhadap V dibandingkan dengan bagian berpangkat. Lebih lanjut lagi, kuantitas dalam kurung harganya tidak pernah jauh dari 1, sehingga aproksimasi yang cukup baik untuk peluang transmisi secara sederhana adalah T e 2 k2 L (4.48) 4.6. Koefisien Refleksi dan Transmisi Mengingat kenyataan bahwa ada sebagian partikel yang dipantulkan walau pun energi partikel lebih besar daripada energi tangga penghalang, E > V, berikut ini akan kita hitung koefisien refleksi dan koefisien transmisi dari keadaan sistem tersebut. Intensitas dari berkas partikel didefinisikan sebagai : Intensitas Jumlah partikel per satuan volume Fluks berkas dari partikel atau kerapatan arus partikel didefinisikan sebagai Fluks jumlah partikel yang melewati daerah satu satuan luas per satuan volume = kecepatan dikalikan intensitas. Koefisien refleksi didefinisikan sebagai BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 117 koefisien refleksi fluks berkas terpantul fluks berkas da tan g Sedangkan koefisien transmisi didefinisikan sebagai Koefisien transmisi fluks berkas diteruskan fluks berkas da tan g Dari definisi di atas, untuk kasus tangga potensial didapatkan koefisien refleksi R, | |2 v k k ' R I 2 | I | v k k ' 2 (4.49) Sedangkan koefisien transmisi T, 2 | III | 2 v ' k ' 2 k 4 k k' T 2 | I | v k k k ' (k k ' ) 2 (4.50) dengan adalah laju partikel di daerah kiri (x < 0), v p k m m (4.51a) dan ’ adalah laju partikel di sebelah kanan (x > 0), v' p' k ' m m k 2mE (4.51b) di mana dan 118 k' 2 m (E V ) FISIKA KUANTUM Dari hasil-hasil di atas, tampak bahwa kekekalan jumlah partikel dipenuhi, yaitu : R + T = 1. Contoh 4.2. : 1. Elektron dengan energi 1 eV dan 2 eV datang pada perintang setinggi 5 eV dan lebar 0,5 nm. Carilah peluang transmisinya. Bagaimana kuantitas tersebut dipengaruhi jika lebar perintang dijadikan dua kali ? Penyelesaian : Untuk elektron 1 eV : k2 2 m (V E ) 2 ( 9,1 x 10 31 kg) ( 5 1) eV (1,6 x 10 19 J / eV ) 1,054 x 10 34 J s = 1,0 x 10 10 m –1 Karena L = 0,5 nm = 5 x 10 -10 m ; 2 k 2 L 2 (1,0 10 10 m 1 ) ( 5 10 10 m) 10 , dan peluang transmisinya ialah T1 e 2 k2 L 10 4,5 10 5 Rata-rata satu elektron 1 eV di antara 22.000 elektron dapat menerobos melalui perintang 5 eV. Untuk elektron 2 eV, perhitungan yang serupa menghasilkan T2 = e – 8,9 = 1,4 x 10 – 4 Elektron 2 eV mempunyai peluang 3 (tiga) kali lebih besar untuk menerobos perintang. Jika perintang tersebut diperlebar hingga 1 nm, peluang transmisinya menjadi T ’1 = 2 x 10 – 9 ; T ’2 = 1,9 x 10 -8 Jelas bahwa T bergantung lebih kuat pada lebar perintang dibandingkan pada energi partikel. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 119 2. Sebuah partikel bermassa mo bergerak dalam kotak berdimensi dua dengan potensial V = 0 di daerah 0 < x < L dan 0 < y < L. Di luar daerah itu potensial berharga tak – berhingga. a. Tuliskan operator Hamilton untuk sistem fisis di atas, dan turunkanlah fungsi eigen dan nilai-nilai eigennya. b. Turunkanlah 3 (tiga) harga terendah energi sistem fisis di atas. Sebutkan degenerasi setiap tingkat energi itu. c. Turunkanlah nilai harap/ekspektasi momentum linier pangkat 2, bilamana partikel itu ada pada tingkat terendah energinya. Penyelesaian : a. Operator Hamiltonian untuk daerah 0 < x < L dan 0 < y < L. 2 2 2 2 2 2 2 H 2 mo x 2 2 mo y 2 2 mo x 2 y 2 Persamaan Gelombang Schrodinger untuk daerah bersangkutan adalah 2 2 mo 2 2 2 y2 x ( x) E ( x, y) Gunakan metode pemisah variabel, (x,y) = (x) (y) maka diperoleh 120 2 2 ( x) 2 2 ( y) ( y) ( x ) E ( x) ( y ) 2 mo 2 mo x2 y2 FISIKA KUANTUM Selanjutnya, dikalikan dengan : 2 m0 1 , 2 ( x) ( y ) diperoleh : 2 m0 E 1 2 ( x) 1 2 ( y) 2 2 ( x) x ( y) y 2 atau 2 m0 E1 1 2 ( x) 1 2 ( y ) 2 m0 E 2 ( x) ( y) x2 2 y2 2 dengan : E = E1 + E2 Jadi, dua persamaan diferensial yang dihubungkan oleh E = E1 + E2, 2 m0 E1 2 ( x) ( x) 2 x 2 dan 2 m0 E2 2 ( y) ( y) 2 y 2 Solusinya adalah : nx ( x) 2 n x sin x L L ; E1nx h2 n x2 2 8 m0 L ny 2 sin L L ; E2 ny h2 n y2 8 m0 L2 dan ny ( y) y BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 121 Dengan solusi gabungannya, nxny ( x, y) 2 n sin x L L ny x sin L y b. Harga energi terendah adalah 3, yakni : E1,1 h2 2 8 m0 L2 2 h2 , non deg enerate (1,1) 8 m0 L2 E1, 2 E 2,1 5 E 2, 2 h2 (2 2 1) 8 m0 L2 h2 , deg enerate : 2, (1,2), (2,1) 8 m0 L2 h2 (2 2 2 2 ) 8 m0 L2 8 h2 , deg enerate : 1, (2,2) 8 m0 L2 c. Fungsi gelombang untuk tingkat energi terendah : ny y 2 n x sin x sin L L L 2 2 2 2 2 p p x p y , sehingga : p p x p y2 , nxny ( x, y) maka diperoleh : 2 p 122 2 h2 L x 3 sin 2 dx , L 0 L FISIKA KUANTUM dengan : L 0 p2 x sin 2 dx = ½ L L h2 2 L2 4.7. Osilator Harmonik Gerak harmonik terjadi jika suatu sistem jenis tertentu bergetar di sekitar konfigurasi setimbangnya. Sistemnya bisa terdiri dari benda yang digantung pada sebuah pegas atau terapung pada zat cair, molekul dwiatom, sebuah atom terdapat dalam kisi kristal terdapat contoh yang banyak sekali dalam dunia mikroskopik dan juga makroskopik. Persyaratan agar gerak harmonik terjadi adalah adanya gaya pemulih yang beraksi untuk mengembalikan ke konfigurasi setimbangnya jika sistem itu diganggu ; kelembaman massa yang bersangkutan meyebabkan benda melampaui kedudukan setimbangnya, sehingga sistem itu berosilasi terus-menerus jika tidak terdapat proses disipatif. Dalam kasus khusus gerak harmonik sederhana, gaya pemulih F pada partikel bermassa m ialah linier ; ini berarti F berbanding lurus dengan pergeseran partikel x dari kedudukan setimbangnya dan arahnya berlawanan. Sehingga F = - kx (4.52) Hubungan di atas lazim disebut hukum Hooke. Menurut hukum gerak kedua, F = m a, jadi k x m d 2x dt 2 Atau d 2x k x0 m dt 2 BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger (4.53) 123 Yang merupakan persamaan umum osilator harmonik. Terdapat berbagai cara untuk memecahkan Persamaan (5.53). Salah satunya adalah x = A cos (2 t + ) (4.54) dengan 1 2 k m (4.55) Yang merupakan frekuensi osilasi, A adalah amplitude, dan harga adalah tetapan fase yang bergantung pada harga x pada saat t = 0. Pentingnya osilator harmonik sederhana dalam fisika klasik dan modern tidak terletak pada persyaratan ketat bahwa gaya pemulih yang sebenarnya memenuhi hukum Hooke yang jarang dijumpai, tetapi pada kenyataan bahwa gaya pemulihnya tereduksi agar memenuhi hukum Hooke untuk pergeseran yang kecil. Sebagai hasilnya, setiap sistem yang melakukan getaran kecil terhadap kedudukan setimbangnya berperilaku seperti osilator harmonik sederhana. Untuk membuktikan butir penting ini, kita ingat bahwa setiap gaya pemulih yang merupakan fungsi x dapat diuraikan menjadi deret Maclaurin di sekitar kedudukan setimbang x = 0 sebagai berikut. 1 d 2F 1 d 3F dF F ( x) Fx 0 x 2 x 2 3 x 3 ....... 2 dx x 0 6 dx x 0 dx x 0 Karena x = 0 merupakan kedudukan setimbang, Fx = 0 = 0, dank arena untuk harga x yang kecil, x2, x3, …. Menjadi sangat kecil bila dibandingkan dengan x, sehingga suku ketiga dan seterusnya dapat diabaikan. Satu-satunya suku yang penting bila x kecil ialah suku kedua. Jadi dF F ( x) x dx x 0 124 FISIKA KUANTUM yang memenuhi hukum Hooke bila (dF/dx)x = 0 negatif, yang selalu dipenuhi oleh gaya pemulih. Kesimpulanya ialah bahwa semua osilasi mempunyai karakter harmonik sederhana jika amplitudonya cukup kecil. Fungsi energi potensial V (x) yang bersesuaian dengan hukum Hooke dapat diproleh dengan menghitung kerja yang diperlukan untuk membawa partikel dari x = 0 ke x = x terhadap gaya semacam itu. Hasilnya ialah V ( x) x 0 F ( x) dx k x 0 x dx 1 2 kx 2 (4.56) dan hasil ini diplot dalam Gambar 4.7. Kurva V (x) versus x merupakan parabola. Jika energi osilator adalah E, partikelnya bergetar bolak – balik antara x = - A dan x = +A, dengan E dan A berhubungan menurut persamaan E = ½ k A2. energi V = ½k x2 E Daerah terlarang -A Daerah terlarang 0 +A x Gambar 4.7. Energi potensial sebuah osilator harmonik berbanding – lurus dengan x2, dengan x menyatakan pergeseran dari kedudukan setimbang. Sebelum kita melakukan perhitungan terinci, kita dapat menduga terdapat tiga macam modifikasi mekanika kuantum pada gambaran klasik, yaitu : 1. Tidak terdapat spectrum kontinu dari energi yang diizinkan, tetapi hanya ada spektrum diskrit terdiri dari harga tertentu saja. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 125 2. Energi terendah yang diperbolehkan bukan E = 0, tetapi terdapat harga minimum E = Eo. 3. Terdapat peluang tertentu partikel yang dapat “menembus” sumur potesial dan melewati batas – A dan +A. Persamaan SchrÖdinger dengan V = ½ k x2 adalah 2m 2 2 E 2 x 1 2 untuk osilator k x2 0 harmonik (4.57) Secara klasik daerah yang diperbolehkan, E k x2 , 2 dan persamaan ini dapat dinyatakan sebagai. xx 2 2 ( x) 2 2m K 2 x 0 2 E (4.58) Fungsi gelombang berosilasi di daerah ini. Secara klasik daerah terlarang yakni x 2 xo2 , E K x dan persamaan SchrÖdinger menjadi. 2 2 xx 2 2 2 2m K 2 x E 0 2 (4.58) Sehingga fungsi gelombang adalah tidak berosilasi dalam daerah ini. Mendekati daerah K x2 / 2 >> E, persamaan SchrÖdinger menjadi. xx mK 2 x 2 4 x 2 (4.59) Dimana adalah karakteristik bilangan gelombang. 2 126 mo (4.60) FISIKA KUANTUM Dalam bentuk besaran perpindahan tak berdimensi, (baca : Xi). x Pendekatan 2 ~ A exp 2 A exp x 2 2 (4.61) Keadaan normalisasi dx * (4.62) Dengan memilih satu fungsi gelombang yang menurun, yakni ~ A exp x 2 A exp 2 2 2 (4.63) Kelakuan perubahan fungsi gelombang berosilasi pada 2 2 2 2 x A berkurang pada x A , pada titik x A secara fisikaka sesuai dengan mekanika kuantum. Sifat-sifat tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.8. E V (x) ( x) x -A 0 +A Gambar 4.8. Kelakuan energi fungsi eigen untuk osilator harmonik 4.8. Operator Anhilasi dan Kreasi Kita kembali meninjau secara umum penyelesaian persamaan (4.57). Teknik untuk menyelesaikan kita sekarang BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 127 menggunakan metode aljabar. Metode aljabar yang digunakan adalah operator-operator berikut ini. ipˆ xˆ mo 2 ipˆ aˆ † xˆ mo 2 aˆ (4.64) Dalam hal ini aˆ aˆ † , â adalah non-Hermitian. Sifat-sifat operator tersebut dapat ditentukan melalui hubungan komutator dasar. (4.65) xˆ, pˆ i Dapat ditujukkan bahwa : aˆ , aˆ † = 1 ˆ ˆ † 1 aˆ † aˆ aa (4.66) Dengan mengambil invers persamaan (4.64), xˆ aˆ aˆ † ; 2 ˆ = mo aˆ aˆ † i 2 (4.67) Hamiltonian untuk osilator harmonik menjadi. pˆ 2 Kxˆ 2 1 Hˆ o aˆ †aˆ 2m 2 2 (4.68) Andaikan suatu operator baru yang memiliki sifat sebagai berikut. (4.69) Nˆ aˆ †aˆ Diketahui bahwa fungsi eigen n bersesuaian dengan nilai eigen N̂ yakni n, sehingga Nˆ n n n (4.70) Sekarang kita tinjau pengaruh operator N̂ terhadap aˆ n . ˆ ˆ aˆ † aa ˆ ˆ n aa ˆ ˆ † 1 aˆ n aˆ aa ˆ ˆ † 1 n Na n 128 FISIKA KUANTUM ˆ ˆ an ˆ Nˆ 1 n aˆ n 1 n n 1 aˆ n Na n n1 n â n â † (a) (4.71) n1 (b ) Gambar 4.9. Gambaran secara skematik sifat operator â † dan â Selanjutnya aˆ n adalah fungsi eigen dari pada N̂ yang bersesuaian dengan nilai eigen n-1. Sehingga: (4.72) aˆ n n 1 Dengan cara yang sama diperoleh aˆ n1 n2 (4.73) dan seterusnya, berdasarkan sifat-sifat ini, maka â dinamakan operator anihilasi atau operator stepdown. ˆ ˆ † , hasilnya adalah Dengan cara yang sama, jika kita operasi Na ˆ ˆ † (n 1)aˆ † Na n n (4.74) Dalam persamaan ini n dinamakan fungsi eigen N̂ ber-sesuaian dengan nilai eigen n+1. aˆ † n n 1 (4.75) Dengan cara yang sama, diperoleh aˆ † n 1 n 2 (4.76) Dan seterusnya. Operator â † dinamakan operator kreasi atau stepup. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 129 Oleh karena operator Hamiltonian untuk osilator harminik adalah jumlah kuadrat dua operator Hamiltonian, maka: (4.77) H 0 Keadaan eigen n , 1 1 Hˆ n o Nˆ n o n n 2 2 1 n Hˆ n o n 0 2 (4.78) Nilai eigen n, memenuhi n 1 2 (4.79) Semua keadaan eigen Ĥ , atau ekivalen dengan bersesuaian dengan nilai N̂ , berkesesuaian dengan nilai eigen n 1 . 2 Untuk kondsi tersebut osilator harmonik tidak terjadi. Kondisi ini dipenuhi apabila (4.80) aˆ 0 0 Dengan Persamaan (4. 72) kita peroleh aˆ o 1 0 aˆ 1 2 0 (4.81) Seperti yang ditunjukkan Persamaan (4.80) memiliki penyelesaian non trivial (yakni, tidak yang lain kecuali nol) o . Selanjutnya, (4.82) Nˆ o aˆ †aˆ o 0 0 o Dan kita dapat menyimpulkan bahwa nilai eigen N̂ bersesuaian dengn fungsi eigen o adalah nol. Selanjutnya, ˆ ˆ † aˆ † aa ˆ ˆ † o aˆ † aˆ † aˆ 1 o aˆ † o Na o 130 (4.83) FISIKA KUANTUM ˆ ˆ † 1aˆ † Na o o 1 Nilai eigen N̂ berkeseusian dengan 1 adalah 1. Perhatikan kembali persamaan (4.78) 1 Hˆ n o n n 2 (4.84) Pertama diperoleh nilai eigen energi osilator harminik 1 En o n (n=0,1,2,3,...) 2 (4.85) Tingkatan energi seperti pada Gambar 4.10 berikut ini. n . . 5 En . . 11 4 2 9 3 2 7 2 2 5 1 2 3 0 2 1 2 . . ωo ωo ωo ωo ωo ωo E=0 Energi terendah osilator harmonik 1 ωo =Eo= 2 Energi titik ”nol” Gambar 4.10. Tingkatan energi pada osilator harmonik BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 131 4.9. Fungsi Eigen Hamiltonian Osilator Harmonik Kita tuliskan kembali besaran tak berdimensi : 2 mo x2 2 x2 (4.86) Operator aˆ dan aˆ † menjadi aˆ ipˆ 1 xˆ x mo mo x 2 2 2 (4.87) aˆ † ipˆ 1 xˆ x mo mo x 2 2 2 Persamaan Schrodinger tak bergantung waktu menjadi, † 2E 2E (4.88) 2 0 2aˆ aˆ 1 o o Fungsi eigen keadaan dasar o untuk Hamiltonian osilator harmonik sederhana diperoleh aˆ o 0 Atau, secara ekivalen, o 0 (4.89) Jadi penyelesaian, o Ao e 2 /2 (4.90) Normalisasi o ( ) , 1 2 o d Ao e d Ao 2 2 (4.91) Atau Ao 132 12 FISIKA KUANTUM Sehingga, 12 o e 2 /2 (4.92) Dalam bentuk tak berdimensi dari x, normalisasi keadaan dasar adalah o x Bo e 2 Bo e ( x ) /2 2 /2 (4.93) Normalisasi memberikan 1 2 o d Bo2 e 2 Bo2 d 2 0 ( x) 1 4 e( x) 2 /2 (4.94) Keadaan dasar 0 adalah sebuah fungsi gelombang peluruhan eksponensial murni. Keadaan eigen energi tinggi, pada pihak lain, akan ditemukan berosilasi secara klasik dan meluruh secara ekponensial secara klasik pula. Dengan 0 yang diberikan pada persamaan (4.92), sisa dari keadaan eigen yang dinormalisasikan dari osilator Hamiltonian dihasilkan dengan bantuan operator kreasi a † , sebagai berikut : 1 a † 0 1 † 1 † 2 a 0 1 a 1 2 2 1 † n a 0 n n! (4.95) dengan a † , dituliskan dalam pernyataan , sebagaimana persamaan (4.87), persamaan untuk 1 di atas menjadi e 1 A1 BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 2 /2 133 1 A1 2 e A1 2 1 / 2 2 /2 (4.96) di mana A1 adalah konstanta normalisasi dari 1. Keadaan eigen ke – n diberikan oleh persamaan n 2 / 2 e n An (4.97) Operator differensial orde ke – n a † n , ketika diterapkan pada exp (- 2 / 2), menghasilkan kembali faktor ekpsponensial yang sama, dikalikan dengan polinomial orde ke – n dalam . n 2 2 / 2 e H n e / 2 (4.98) Dengan demikian, keadaan eigen dari Hamiltonian Osilator harmonik sederhana dapat dituliskan bersama dengan nilai eigen – nya sebagai n An H n e En 0 n 1 2 2 /2 (4.99) Polinomial orde ke – n Hn () adalah fungsi yang sangat dikenal dalam fisika – matematika. Lebih umum dikenal sebagai Polinomial Hermite. Dari persamaan (4.96) terlihat bahwa H1 = 2 . 134 FISIKA KUANTUM Enam polinomial Hermite pertama diberikan dalam Tabel 4.1. n n En 0 ħ0 / 2 A0 e 1 3ħ0 / 2 A1 2 e 2 5ħ0 / 2 A 2 4 2 2 e 3 7ħ0 / 2 A3 4 9ħ0 / 2 A4 5 11ħ0 / 2 A5 2 / 2 2 /2 8 12 e 16 48 12 e 32 160 120 e 2 /2 2 / 2 3 4 5 An 2 n n! 2 / 2 2 3 2 / 2 1 / 2 Polinomial Hermite Hn orde ke – n disubstitusi ke dalam fungsi eigen n osilator harmonik mekanika kuantum sebagai n An H n e 2 /2 Hn adalah sebuah solusi terhadap persamaan Hermite, H n'' 2 H n' 2 n H n 0 Hubungan formulasi n dan n+1 sangat berguna dalam beberapa persoalan yang berhubungan dengan osilator harmonik. Dalam notasi Dirac, dapat dinyatakan sebagai (4.50a) aˆ | n n1 / 2 | n 1 1/ 2 aˆ † | n n 1 | n 1 (4.50b) Posisi | n dapat digantikan dengan vektor ket | n . Dalam notasi ini, persamaan (4.50) dapat dituliskan sebagai (4.51a) aˆ | n n 1 / 2 | n 1 † 1/ 2 (4.51b) aˆ | n n 1 | n 1 Dari persamaan (4.51a) dan (4.51b), diperoleh (4.52a) aˆ † aˆ | n aˆ † n1 / 2 n 1 n1 / 2 n1 / 2 | n † ˆ (4.52b) aˆ aˆ | n N | n n | n BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 135 Oleh karena {n} telah dinormalisasi dan merupakan keadaan eigen dari operator Hermitian, sehingga terdiri dari deretan orthonormal n * l d n | l nl (4.53) Untuk lebih familiar dengan hal ini, akan ditinjau sebuah contoh ilistratif, Pertama, berdasarkan pertanyaan : berapa harga x dalam keadaan eigen n ke – n ? (4.54) x n | xˆ | n 1 n | aˆ aˆ † | n 2 1 2 n 1/ 2 n | n 1 n 1 1/ 2 n | n 1 =0 Langkah terakhir berasal dari hubungan orthogonal (4.53). Kenyataan bahwa nilai rata-rata x dalam berbagai keadaan eigen n menjadi nol adalah merupakan konsekuensi dari kesimetrian kerapatan peluang P | | 2 di sekitar titik asal, yang dapat dilihat pada Gambar 4.11. 136 FISIKA KUANTUM Gambar 4.11. Beberapa keadaan eigen pertama dari osilator harmonik sederhana dan hubungannya dengan kerapatan probabilitas. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 137 Contoh kedua, akan ditinjau ekspektasi dari momentum p, dalam keadaan eigen n ke – n, m 0 (4.55) p n | p | n n | aˆ aˆ † | n 2 i m 0 2 i n 1/ 2 n | n 1 n 1 1 / 2 n | n 1 = 0 Dalam berbagai keadaan eigen n dari Hamiltonian osilator harmonik sederhana, probabilitas menemukan partikel dengan momentum k adalah sama untuk menemukan partikel dengan momentum k . Ketika kita menyatakan n (x) sebagai superposisi dari keadaan eigen momentum, exp (ikx), akan diperoleh amplitudo probabilitas b (k) menjadi sebuah fungsi simetris dari k [yaitu., b (k) = b ( - k)]. 4.10. Prinsip Korespondensi Pada bagian ini, akan dibahas mengenai solusi kasus osilator harmonik mekanika kuantum yang tunduk pada prinsip korenspondensi. Pertama akan ditinjau perhitungan kerapatan probabilitas P dalam hubungannya dengan pegas satu dimensi dengan frekuensi alami o. Diberikan sebuah partikel pada titik awal t = 0 dengan kecepatan xoo. Perpindahan partikel pada waktu t kemudian diberikan oleh (4.56a) x x0 sin 0 t x x0 0 cos 0 t Dengan data awal masing-masing x (0) = 0 dan x 0 x0 0 138 (4.56b) FISIKA KUANTUM Hasil dari P (x) dx adalah probabilitas menemukan partikel dalam interval dx di sekitar titik asal x pada setiap waktu. Jika T0 adalah periode osilasi 2 (4.57) T0 0 kemudian P dx dt 0 dt T0 2 (4.58) di mana dx x Dengan menggunakan persamaan (4.56b), diperoleh dx dt 0 x02 x 2 sehingga dx P dx 0 dt 2 2 x02 x 2 dt (4.59) (4.60) (4.61) Kerapatan probabilitas yang diperoleh dinormalisasi dengan mengacu pada perpindahan angular d = 0 dt, 0 2. Interval perpindahan x adalah setengah bagian, sehingga sebaiknya fungsi P ternormalisasi berada dalam rentang – x0 < x < +x0, yaitu 1 P x02 x 2 x0 x0 P ( x) dx 1 (4.62) Fungsi ini disketsa dalam Gambar 4.12, di mana fungsi ini merupakan kerapatan probabilitas yang berhubungan dengan suatu keadaan n >> 1. Keistimewaan P pada sekitar titik-titik x0 adalah pada kenyataan bahwa partikel datang untuk “tenang” pada titik-titik ini. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 139 Korespondensi formulasi mekanika kuantum ditunjukkan secara jelas pada Gambar 4.12, di mana dapat dilihat bahwa lim PnQM P CL n PnQM 1 2 x x * ( y ) n ( y ) dy (4.63) n QM dan CL adalah singkatan untuk mekanika kuantum dan klasik, sedangkan adalah sebuah bilangan sembarang interval kecil. Integral di atas disebut sebagai rata-rata lokal (local average). Ini menunjukkan rata-rata dari PQM dalam suatu interval kecil terpusat pada x. Gambar 4.12. Kerapatan probabilitas klasik. 140 FISIKA KUANTUM A. Pemahaman Konsep 1. 2. 3. 4. 5. Apakah yang terjadi pada rapat probabilitas dalam ruang potensial takhingga jika n 8? Apakah ini sesuai dengan fisika klasik? Perbedaan apakah yang terkandung dalam pemecahan terhadap potensial sumur takhingga satu dimensi jika sumurnya meluas dari x = -xo hinbgga x = xo + L, di mana xo adalah sebuah nilai tidak nol dari x? Apakah sifat-sifat terukurnya juga berbeda? Perbedaan apakah yang terkandung dalam pemecahan terhadap potensial sumur takhingga jika potensialnya tidak nol untuk 0 x L , tetapi memiliki nilai hingga Vo? Hitunglah energi tingkat-tingkat eksitasinya. Hitung pula panjang gelombang berdiri de Broglie yang bersangkutan. Sketsakan kedua fungsi gelombang terendahnya. Dengan menganggap sebuah pendulum (ayunan matematis) berprilaku seperti osilator kuantum, berapakah beda energi antara keadaan-keadaan kuantum dari sebuah pendulum yang panjangnya 1 m? Apakah semua perbedaan tersebut teramati? Perhatikan potensial halang dari Gambar 4.5. Apakah panjang gelombang untuk x > a sama dengan panjang gelombang untuk x < 0? Apakah amplitudonya sama? B. Penerapan Konsep 1. Suatu partikel bergerak dalam suatu kotak dengan lebar 2a. Persamaan gelombang partikel tersebut adalah : x sin A cos 2a 3 x 3 x 1 cos a 4 2 a di dalam kotak dan diluar kotak berlaku = 0. Tentukan amplitudo gelombang partikel tersebut. BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 141 2. Suatu partikel bergerak di dalam kotak potensial satu dimensi, diketahui fungsi gelombang yang berhubungan dengan ini adalah : x , a ( x) A sin dengan A suatu konstanta. Fungsi ini ternormalisasi pada a a x , Tentukanlah : 2 2 a. Amplitudo gelombang tersebut b. Harga ekspektasi dari operator-operator : x, x2, p, dan p2 3. Sebuah elektron terperangkap dalam satu daerah satu dimensi sepanjang 1,0 x 10-10 m (diameter khas atomik). a. Berapa banyak energi yang harus dipasok untuk menghasilkan elektron dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi pertama b. Pada keadaan dasar, berapakah probabalitas untuk menemukan electron dalam daerah dari x = 0, 06 x 10 – 10 m hingga 0,12 x 10 – 10 m c. Pada keadaan eksitasi pertama, berapakah probabilitas untuk menemukan electron antara x = 0 dan x = 0,450 x 10 – 10 m (1eV = 1,602 x 10 – 19 J) 4. Tentukan peluang untuk mendapatkan partikel dalam kotak potensial segiempat selebar L dengan harga potensial V = 0 untuk 0 x L dan potensial V = untuk daerah lain, dalam daerah selebar x = 0,05 L pada masing-masing kedudukan berikut untuk keadaan dasar (tanpa integral) x = 0; x = 0,08 L; x = 0,60 L dan x = L. 5. Suatu elektron yang berjalan dalam satu dimensi dibatasi geraknya dalam suatu daerah selebar 0.25 m. Elektron tidak dapat meninggalkan daerah bersangkutan karena dinding potensial yang tak-berhingga tingginya di ujung kiri dan kanan daerah itu. a. Hitunglah tiga harga energi kinetik terendah yang dapat dipunyai elektron. 142 FISIKA KUANTUM b. Buatlah suatu sketsa mengenai bentuk fungsi rapat kebolehjadian kedudukan elektron untuk ketiga kasus di atas. Anda cukup memberikan sketsa kasar tanpa menurunkan rapat kebolehjadian itu. 6. Suatu partikel bermassa mo bergerak sepanjang sumbu x dari kiri ke kanan . Sepanjang sumbu x itu ada potensial anak tangga dengan V(x) = Vo untuk selang x 0, dan V(x) = 0 di daerah x 0. Diketahui bahwa energi E partikel itu lebih besar dari Vo. a. Gambarkanlah tangga potensial yang dimaksud b. Tuliskan persamaan Schroedinger untuk sistem di atas. Turunkan kemudian fungsi gelombang untuk partikel bersangkutan c. Turunkanlah koefisien refleksi R untuk kasus ini. 7. Suatu partikel bermassa mo bergerak sepanjang sumbu x dari kiri ke kanan . Sepanjang sumbu x itu ada potensial anak tangga dengan V(x) = Vo untuk selang x 0, dan V(x) = 0 di daerah x 0. Diketahui bahwa energi E partikel itu lebih kecil dari Vo. a. Gambarkanlah tangga potensial yang dimaksud b. Tuliskan persamaan Schroedinger untuk sistem di atas. Turunkan kemudian fungsi gelombang untuk partikel bersangkutan c. Turunkanlah koefisien refleksi R untuk kasus ini. 10. Suatu partikel bermassa mo bergerak dalam kotak berdimensi tiga dengan potensial V = 0 di daerah 0 x L , 0 y L, dan 0 z L. Di luar daerah itu potensial berharga tak- berhingga. a. Tuliskan operator Hamilton untuk sistem fisika di atas, dan turunkanlah fungsi eigen dan nilai-nilai eigennya. b. Turunkan 3 harga terendah energi sistem fisika di atas. Sebutkandegenerasi setiap tingkat energi itu. c. Turunkan nilai harapan momentum linear pangkat 2, bilamana partikel itu ada pada tingkat terendah. 11. Elektron dengan energi 2 eV dan 3 eV datang pada perintang setinggi 10 eV dan lebar 8 Å . Carilah peluang BAB IV : Penerapan Persamaan Schrodinger 143 transmisinya. Bagaimana kuantitas tersebut dipengaruhui jika lebar perintang dijadikan dua kali ?. 12. Suatu elektron yang berjalan dalam satu dimensi dibatasi geraknya dalam suatu daerah selebar 0.40 m. Elektron tidak dapat meninggalkan daerah bersangkutan karena dinding potensial yang tak-berhingga tingginya di ujung kiri dan kanan daerah itu. a. Hitunglah tiga harga energi kinetik terendah yang dapat dipunyai elektron. b. Buatlah suatu sketsa mengenai bentuk fungsi rapat kebolehjadian kedudukan elektron untuk ketiga kasus di atas. Anda cukup memberikan sketsa kasar tanpa menurunkan rapat kebolehjadian itu. 13. Sebuah partikel elementer bermassa diam 1,675 x 10 - 27 kg bergerak bebas berenergi 4 ev dari arah kiri ke kanan pada barier potensial dengan 10 eV. Hitunglah peluang transmisinya apabila lebar perintang 10 m. 14. Sebuah partikel elementer bermassa diam 1,675 x 10 - 27 kg bergerak bebas berenergi 8 eV dari arah kiri ke kanan pada barier potensial dengan 4 eV. Hitunglah peluang transmisinya apabila lebar perintang 10 m. 144 FISIKA KUANTUM