A. TEORI KUANTUM CAHAYA Cahaya pertama kali dikenal sebagai gelombang, yaitu gelombang elektromagnetik. Sebagai gelombang cahay menunjukkan fenomena – fenomena, seperti pemantulan, pembiasan, difraksi, interferensi, dan polarisasi. Munculnya fenomena radiasi benda hitam mengharuskan fisikawan mengubah pandangannyabahwa cahaya tidak semata – mata sebagai gelombang elektromagnetik. Beberapa eksperimen menggunakan sudut pandang cahaya sebagai gelombang gagal menjelaskan radiasi benda hitam. Pendekatan revolusioner Planck akhirnya memunculkan teori kuantum cahaya yang bisa menjelaskan radiasi benda hitam dengan mengganggap cahaya adalah pancaran paket energi (kwanta) yang berkaitan dengan frekuensi gelombang elektromagnetik. Dalam hal ini, fenomena cahaya sebagai partikel berkaitan erat dengan fenomena cahaya sebagai gelombang. Hubungan erat fenomena dualisme cahaya (cahaya sebagai gelombang dan partikel) terlihat jelas dari hubungan energi kwanta dengan frekuensi, momentum, dan panjang gelombang. Kebenaran cahaya sebagai partikel tidak hanya didasarkan pada keberhasilannya menjelaskan radiasi benda hitam. Cahaya sebagai partikel juga bisa menjelaskan fenomena lain yang tidak bisa dijelaskan dengan memandang cahaya adalah gelombang, seperti efek fotolistrik, efek Compton, gravitas, dan spektrum atom. I. EFEK FOTOLISTRIK Efek foto listrik adalah fenomena lepasnya elektron dari permukaan logam yang diakibatkan oleh cahaya dengan energi tinggi yang ditembakkan pada permukaan logam tersebut. Besarnya energi yang dimiliki cahaya berpengaruh terhadap besarnya energi kinetik foto listrik, namun tidak berpengaruh terhadap banyaknya fotolistrik yang terjadi. Tiap logam target memiliki energi ambang tertentu (fugsi kerja tertentu) yang berbeda, sehingga besarnya energi minimum yang diperlukan agar terjadi fotolistrik juga berbeda-beda. Dalam hal ini, cahaya dianggap sebagai sebuah partikel karena memiliki massa atau biasa disebut teori kuantum cahaya yang menjelaskan dualisme cahaya, cahaya sebagai gelombang dan sebagai partikel. Elektron-elektron dalam logam, memiliki energi ikat tertentu dengan inti atom. Sehingga foton yang dipancarkan hanya bisa menyerahkan seluruh energinya kepada satu elektron dalam logam target. Dengan kata lain, fotolistrik terjadi bila energi dari cahaya melebihi dari energi ambang dalam logam target. Energi foton sama dengan energi kinetik fotolistrik ditambah dengan energi yang diperlukan untuk melawan ikatan elektron dalam logam atau energi ambang, sehingga diperoleh rumus sebagai berikut: hυ = EK + fungsi kerja hυ = ½ mv2 + hυo keterangan: v = kecepatan foto elektron υo =frekuensi ambang II. EFEK COMPTON Percobaan Compton pada tahun 1923 merupakan bukti krusial sifat cahaya sebagai partikel. Apabila pada sebuah elektron ditembakkan partikel cahaya (foton) dari arah barat, maka elektron akan terpental ke arah timur laut, sedangkan foton terpental ke arah tenggara. Dari sana disimpulkan partikel cahaya tidak hanya memiliki energi saja, namun juga momentum gerak. Fenomena ini disebut Efek Compton. Efek Compton adalah salah satu proses yang melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada permukaan suatu materi, sebagian energinya akan diberikan kepada materi tersebut, sedangkan sinar itu sendiri akan di sebarkan. Sama halnya apabila partikel cahaya (foton) ditembakkan ke arah sebuah elektron, akan terjadi tumbukan. Setelah tumbukan tersebut terjadi maka laju dari foton akan lebih lambat dari pada sebelum tumbukan (menumbuk elektron). Hal ini disebabkan karena foton kehilangan energi dan momentumnya, karena sebagian energi dan momentum yang dimiliki oleh foton diserap oleh elektron, dan pada saat bersamaan arah gerak foton berubah (bukan lurus lagi tetapi kesamping). Adapun energi foton setelah tumbukan akan berkurang. Menurut teori klasik , pengurangan energi tidak akan diikuti oleh perubahan frekuensi dan panjang gelombang. Namun menurut teori kuantum, dengan perubahan energi berarti akan terjadi perubahan frekuensi dan perubahan panjang gelombang. Ini dibuktikan dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa setelah tumbukan , panjang gelombang foton bertambah besar ( λ’ > λ ) . Oleh karena energi foton dirumuskan sebagai h c/ λ , jelaslah bahwa energi foton setelah tumbukan akan berkurang. Didapat dengan hasil perhitungan persamaan hamburan foton : Keterangan : λ’ = panjang gelombang foton setelah tumbukan (m) λ’ – λ = h/m0c (1 – cos ๐ฝ ) λ = panjang gelombang foton sebelum tumbukan (m) h = tetapan Planck (6,63 x 10-34 Js) c = cepat rambat cahaya (3 x 108 m/s) m0 = massa elektron ๐ = sudut penyimpangan foton B. MEKANIKA KUANTUM Menjelaskan Pengertian Gelombang Well Behave (Postulat 1 a) Suatu gerak elektron yang memiliki sistem yang lengkap dinyatakan sebagai suatu gelombang yang memiliki variable kedudukan dan waktu ψ(q.t) dimana diwakili oleh suatu persamaan matematika yang disebut fungsi gelombang yang digunakan harus bertingkah laku baik (well behave), seperti berharga tunggal, tertentu (finnite), dan kontinu. Fungsi gelombang tersebut mampu mewakili keseluruhan keadaan suatu sistem. ๐น(๐ฅ) ๐น(๐ฅ) Tidak berharga tunggal diskontinu ๐น(๐ฅ) kontinu Menjelaskan Postulat Born (Postulat 1 b) Postulat Born menyatakan bahwa hasil kali antara fungsi gelombang dan fungsi gelombang konyugatnya adalah kebolehjadian menemukan partikel (peluang menemukan partikel) . Harga kebolehjadian (P) dapat dirumuskan sebagai berikut : ๐ = ∫ ๐น. ๐น′ ๐๐ Dimana d๐ adalah integral volume, dan ๐น adalah fungsi gelombang konyugat dari ๐น yang diperoleh dengan menggunakan faktor imaginer i menjadi –i. Apabila ๐น mengandung faktor imaginer maka ๐น = ๐น. Jika suatu partikel terletak dalam suatu sistem yang tertutup maka kebolehjadian menemukan partikel akan sama dengan satu. Menjelaskan Penggunaan Operator (Postulat II) Postulat II mekanika kuantum menyatakan bahwa untuk mencari suatu besaran dinamik gelombang terhadap suatu besaran maka Operator akan dikerjakan bersama dengan fungsi gelombang. Operator adalah simbol yang mewakili perintah kepada seseorang untuk mengerjakan suatu operasi matematika yang sesuai dengan jenis operator tersebut yang pada mekanika kuantum harus bersifat linier. Dikatakan linier apabila operator tersebut : ฤ(f+g)=ฤf + ฤg dan ฤ(af)= aฤf ๏ dimana a adalah kostanta. Selain bersifat linier operator dalam mekanika kuantum juga harus bersifat Hermitian, artinya nilai eigen berharga real. Hal Ini bersifat Hermitian apabila memenuhi; ส๐ ๐๐๐ข๐๐ขโ ๐๐ข๐๐๐ ๐ณ, ล๐ณ, ๐ ๐ = สseluruh ruang ๐ณ, ล ๐ณ, ๐ ๐ Menjelaskan Fungsi Eigen dan Nilai Eigen Jika sebuah operator, Â bekerja pada suatu fungsi ษธ dan hasilnya sama dengan fungsi tersebut dikalikan sebuah konstanta, , maka persamaan ini memenuhi persamaaneigenvalue Âษธ = ๐ษธ Variabel ษธ disebut fungsi eigen (eigenfunction) dan ๐ disebut nilai eigen (eigenvalue).Persamaan eigenvalue ini biasa ditemukan pada persamaan gerak osilasi terkopel (coupled oscillation), persamaan gelombang pada quantum mechanics, dll. Untuk mendapatkan eigenfunction, kita masukkan eigenvalue yang telah kita dapatkan ke persamaan awal.Sehingga didapatkannya suatu perbandingan. Jika kita ingin mendapatkan nilainya, kita harus meninjau syarat lain seperti normalisasi, keadaan batas (boundary condition), dll.Perkalian matrix ini hanya salah satu contoh dari persamaan eigenvalue yang biasa ditemukan. Ada banyak macam persamaan eigenvalue, dan belum ada (yang saya ketahui) cara umum untuk menyelesaikan semua jenis persamaan eigenvalue. Membuktikan Fungsi Gelombang Ternormalisasi dan Ortogonal Fungsi gelombang dalam mekanika kuantu memenuhi persamaan schrodinger, yaitu : H ๐น = E ๐น. Fungsi gelombang yang mengandung lebih dari satu variable dipisahkan menjadi fungsi – fungsi gelombang yang hanya mengandung satu variable dengan cara mengganti fungsi gelombang tersebut dengan produk dari fungsi yang hanya mengandung satu variable. Menghitung Harga Ekspektasi (Postulat III) Jika suatu operator tidak menghasilkan suatu fungsi eigen, maka untuk menghasilkan suatu fungsi eigen tersebut akan digunakan nilai ekspetasi atau harapan yang nilainya tidak terkuantisasi (abstrak). Harga ekspetasi menyatakan harga rata-rata yang diharapkan dari besaran fisis (operator) tersebut. ๐บ >= ∫ ๐น.๐บ๐น ′ ๐๐ ∫ ๐น.๐บ๐น ′ ๐๐ G > disebut harga ekspektasi. Persamaan Schrodinger (Postulat IV) Persamaan Schrodinger merupakan persamaan dasar yang digunakan pada mekanika kuantum yang akan digunakan dalam menemukan suatu fungsi gelombang. Fungsi gelombang merupakan fungsi eigen terhadap operator energi. Untuk mengerjakan persamaan Schrodinger yang harus dilakukan pertama adalah memecah persamaan Schrodinger tersebut. Setelah dipecah maka akan didapatkan suatu fungsi gelombang yang akan dikerjakan dengan operator tertentu untuk menghasilkan suatu besaran fisis. Persamaan asli Schrodinger dapat ditulis sebagai berikut: ฬ ๐(๐ช,๐ญ) = ๐ฬ ๐(๐ช,๐ญ) ๐ฎ Keterangan: ฬ ๐ฎ = Operator Hamiltonian ฬ ๐ = Operator energi ๐(๐ช,๐ญ) = fungsi gelombang Memecah Persamaan Schrodinger Fungsi Kedudukan-Waktu Dalam fisika, persamaan Schrödinger, diajukan oleh fisikawan Erwin Schrödinger pada tahun1925, menjelaskan hubungan ruang dan waktu pada sistem mekanika kuantum. Persamaan ini merupakan hal penting dalam teori mekanika kuantum, sebagaimana halnya hukum kedua Newton pada mekanika klasik. Pemisahan fungsi gelombang yang mengandung variable kedudukan dan waktu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : ๐น(๐ .๐ก) = ๐น(๐) . ๐น(๐ก) Dalam system koordinat Cartesian, persamaan schordinger menjadi : (−โ²/2๐ ๐ฃ² + ๐ฃ)๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) . ๐น(๐ก) = ๐โ ๐/๐ ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) . ๐น(๐ก) Apabila kedua ruas di atas sama – sama dibagi dengan ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) . ๐น(๐ก) maka akan diperoleh 1 ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) โ2 (− 2๐ ๐ฃ²๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) + 1/๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) )= 1 ๐ ih ih ๐ ๐น (t) ๐น(t) Dalam persamaan diatas terlihat bahwa ruas kiri hanya mengandung variable kedudukan saja, sedangkan pada ruas kanan hanya mengandung variable waktu saja. Berdasarkan kajian gelombang partikel de Broglie, υ= ๐ฃ.๐ โ atau ๐= ๐ฃ 2 . ๐2 โ2 sehingga diperoleh , ∇2 ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) = − 4๐.๐2 โ2 ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) โ2 − 4๐ ∇2 ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) = ๐2 ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) − โ2 . ∇2 ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) = ๐2 ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) p adalah momentum yang besarnya 2mK, dimana K adalah energi kinetik dan K = E – V (E adalah energi total dan V adalah energi potensial). Dengan menggantikan p dengan 2mK, dan K digantikan dengan E – V, maka diperoleh persamaan: โ2 2 (− ∇ ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) + ๐๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) ) = ๐ธ๐น(๐ฅ,๐ฆ,๐ง) 2๐ Persamaan ini adalah persamaan Schrodinger fungsi kedudukan