FORMULASI PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI Dosen Penanggung Jawab : Ir. Suzanna Fitriani Sitepu, M.si Asisten Penanggung Jawab: Asima A Sagala Rizky Ramadani Simanjuntak Tuleha Hutabarat Zuah Eko M. Bangun Augustman Waruwu FORMULASI PESTISIDA Formulasi pestisida merupakan campuran yang homogen dan stabil dari bahan aktif dan bahan tidak aktif sehingga produk lebih mudah dan lebih aman digunakan. Bahan aktif adalah senyawa kimia atau bahan-bahan lain yang memiliki efek biologi sebagai pestisida (meracuni, membunuh atau mempengaruhi kehidupan organisme pengganggu tumbuhan). Bahan aktif murni sangat beracun, berbahaya, ada yang tidak stabil, dan ada yang sulit (atau tidak aman) saat pengangkutan ataupun penyimpanan. Bahan tidak aktif terdiri dari bahan pembantu (adjuvant) dan bahan pembawa (carrier). Adjuvant adalah senyawa lain yang karena kegunaannya dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan penggunaan pestisida. Bahan pembawa (carrier) digunakan untuk menurunkan konsentrasi produk pestisida, tergantung pada cara penggunaan yang diinginkan. Bahan pembawa bisa berupa air, minyak, talk, bentonit, tepung diatome dan pasir. KEUNTUNGAN YANG DIDAPAT DARI FORMULASI PESTISIDA Dapat meningkatkan aktivitasnya sebagai pestisida Dapat tahan lama disimpan tanpa mudah rusak oleh pengaruh perubahan cuaca Meningkatkan kestabilan produk Bentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pada umumnya dicantumkan di belakang nama dagangnya. Misalnya Dithane M 4580 WP artinya pestisida tersebut bernama dagang Dithane M 45, mengandung 80% bahan aktif mankozeb dan diformulasikan dalam bentuk tepung yang dapat disuspensikan dengan air Bentuk formulasi pestisida juga erat kaitannya dengan bagaimana cara aplikasi pestisida tersebut. Misalnya formulasi bentuk tepung hembus (D), cara aplikasinya langsung diaplikasikan dengan cara dihembuskan tanpa perlu diencerkan dengan air. Contoh : Perigen 0,5 D Berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dikelompokkan menjadi : Kode formulasi Uraian Pengadukan Residu yang tampak pada tanaman EC Emulsifiable Concentrate : Formulasi dalam bentuk pekatan cair dengan konsentrasi bahan aktif cukup tinggi. Jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair) Perlu ada SCW atau WSC Soluble Concentrate in Water (SCW) Water Soluble Concentrate (WSC) Formulasi dalam bentuk pekatan cair dengan konsentrasi bahan aktif cukup tinggi. Jika dicampur dengan air akan membentuk larutan homogen Perlu Ada Wettable Powder Formulasi dalam bentuk tepung yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi Perlu Ada WP S atau SP Soluble (S) Soluble Powder (SP) Formulasi dalam bentuk tepung yang jika dicampur dengan air akan menghasilkan larutan homogen Perlu Kadang-kadang ada G Granule (G) Formulasi berbentuk butiran siap pakai dengan konsentrasi rendah - - WG atau WDG Water Granule (WG) Water Dispersible Granule (WDG) Formulasi berbentuk butiran yang harus diencerkan dengan air Perlu Ada AC Aqueous Concentrate merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Formulasi ini umumnya berupa pestisida berbahan aktif dalam bentuk garam yang memiliki kelarutan tinggi. Perlu Ada F Flowable (F), formulasi berbentuk konsentrasi cair yang sangat pekat. Jika dicampurkan air, sediaan ini akan membentuk suspensi (partiket padat yang melayang dalam media cair). Kelebihan formulasi ini antara lain jarang Sangat Perlu Ada ULV Ultra Low Volume (ULV) sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume sedikit. Perlu Ada D Dust (D) bentuk debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, yang mengandung bahan aktif 1 10 persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil dari 75 mikron. Formulasi ini biasanya digunakan dengan alat khusus yang disebut duster, aplikasinya tanpa dicampur dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk mengatasi pertanaman yang berdaun rimbun/lebat, karena partikel debu dapat masuk keseluruh bagian pohon. Tidak perlu Kadangkadang ada TEKNIK APLIKASI PESTISIDA Teknik aplikasi pestisida : Keterampilan atau skill perihal bagaimana menggunakan pestisida dengan alat dan cara yang tepat, agar mendapatkan hasil yang optimal. Dengan dampak minimal bagi pengguna, konsumen dan lingkungan. Kesuksesan pengendalian opt : > pemilihan pestisida 50 persen > teknik aplikasi 50 persen KEBERHASILAN PENGENDALIAN OPT DIPENGARUHI OLEH : Pestisida yg digunakan sesuai bagi OPT yang ada OPT masih peka terhadap Pestisida yang di gunakan Diaplikasikan dengan teknik : waktu, takaran dan cara yang benar. KEGAGALAN PENGENDALIAN OPT DISEBABKAN OLEH : Pestisida yang digunakan tidak sesuai bagi OPT yang ada OPT Sudah kebal atau resistent terhadap pestisida yang di gunakan Diaplikasikan dengan teknik yaitu waktu, takaran, cara yang keliru.