Uploaded by User56234

clinical resoning

advertisement
CLINICAL REASONING
SKENARIO 1
NAMA
: Syauqi Al Zaky
NPM
: 118170186
KELOMPOK: 7B
BLOK
:4.2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO CR-1
Seorang laki-laki berusia datang ke Instalasi Gawat Darurat RS dengan
keluhan diare disertai mual muntah.
STEP 1 :
Keluhan utama : diare disertai mual muntah.
STEP 2 :
DIARE
-
Rotavirus
Malabsorpsi
makanan
IBS
IBD
-
Askariasis
Kolera
Intoleransi
makanan
Diare akut
Demam tifoid
Ankilostomiasis
Giardiasis
Disentri basiler
Amebiasis
Strongiloidiasis
MUAL MUNTAH
-
Pankreatitis
Hepatitis A
Hepatitis B
Gastritis
GERD
STEP 3 :
1. Irritable bowel syndrome
a. Definisi
Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah salah satu penyakit
gastrointestinal fungsional. Pengertiannya sendiri adalah adanya nyeri
perut, distensi dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organic.
b. Penegakan Diagnosis
Diagnosis IBS sendiri didasarkan pada konsesus atau kesepakatan
yang tervalidasi dan tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk
menentukan diagnosis dari IBS tersebut. Saat ini kriteria diagnosis
yang digunakan adalah Kriteria Rome III yang di publikasi sejak 2006.
Kriteria ini didasarkan pada adanaya keluhan berupa rasa tidak
nyamanatau nyeri yang telah berlangsung sedikitnya selama 3
hari/bulan selama 3 bulan pertama (tidak perlu berurutan) dan telah
berlangsung dalam 3 bulan terakhir dan tidak bisa di jelaskan oleh
adanaya abnormalitas secara kelainan struktur maupun bio-kimiawi.
Selain itu terdapat setidaknya 2 dari 3 hal berikut ini yaitu nyeri hilang
setelah defekasi, perubahan frekuensi dari defekasi (diare ata
konstipasi) atau perubahan dari bentuk feses.
Kriteria IBS Berdasarkan Kriteria Rome III
Nyeri tidak nyaman di perut berulang sedikitnya 3 hari/bulan
selama 3 bulan terakhir disertai gejala berikut :
1. Membaik dengan defekasi
2. Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi dari defekasi
3. Onset berhubungan dengan perubahan bentuk feses.
c. Tata Laksana
1) Non farmakologi
-
Diet  modifikasi diet terutama untuk peningkatan konsumsi
serat pada IBS tipe konstipasi. Pada IBS dengan tipe diare
konsumsi serat dikurangi.
-
Psikoterapi

harus
mengendalikan stressnya
selalu
diingatkan
untuk
dapat
2) Farmakologi
-
Nyeri abdomen : antispasmodic mebeverine 3 x135 mg,
alverine 3 x 30 mg, klidinium 1,2 mg 3 x 1.
-
IBS tipe konstipasi ( tegaserod mg selama 10 12 minggu), IBS
tipe diare (loperamid dengan dosis 2-16 mg per hari
2. Inflammatory bowel disease
a. Definisi
Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan istilah umum yang
digunakan
untuk
menggambarkan
kelainan
idiopatik
yang
berhubungan dengan peradangan pada gastrointestinal. IBD terdiri dari
dua penyakit yaitu penyakit Crohn (PC) dan kolitis ulseratif (KU).
b. Gejala Klinis
Gejala klinis IBD bervariasi, tergantung jenis IBD dan berat ringannya
penyakit, Meliputi gejala sebagai berikut :
1) Gejala Intestinal
Gejala utama PC adalah nyeri abdomen. Sedangkan gejala utama
pada KU adalah diare dan perdarahan rektal. Gejala lainnya adalah
defekasi pada malam hari, abses perianal, dan gambaran klinis
mirip apendisitis.
2) Gejala Ekstraintestinal
Gejala ekstraintestinal IBD dapat mengenai organ seperti mata,
kulit, sendi, ginjal, dan hati. Hal ini bisa menjadi sumber
morbiditas yang dominan pada beberapa penderita. Manifestasi
ekstraintestinal pada IBD diperkirakan terjadi pada sekitar 25-35%
penderita. Gejala ekstraintestinal IBD pada anak adalah sebagai
berikut:
-
Kegagalan pertumbuhan..
-
Manifestasi pada sendi. Atralgia sering dikeluhkan lebih dari 25%
anak dengan IBD.
-
Manifestasi pada tulang. Penderita IBD, terutama PC, mempunyai
risiko tinggi menderita osteoporosis, yang dapat menyebabkan
fraktur tulang, deformitas tulang, dan nyeri.
-
Lesi pada kulit. Manifestasi IBD pada kulit meliputi eritema
nodosum, pioderma gangrenosum, dan Sweet’s syndrome.
-
Lesi pada mata. Lesi pada mata yang tersering adalah episkleritis
dan uveitis.
-
Penyakit hati. Kelainan hati yang dapat ditemukan pada penderita
IBD meliputi hepatitis, perlemakan hati, kolelitiasis, amiloidosis
dan kolangitis sklerosing primer. Abses hati sangat jarang terjadi.
-
Abnormalitas hematologi. Kelainan hematologi pada penderita
IBD adalah anemia, trombositosis, leukositosis dan leukopenia.
-
Vaskuler. Risiko terjadi trombosis vena pada penderita IBD
sebesar tiga kali dibandingkan orang normal.
-
Pankreatitis. Pankreatitis pada penderita IBD berhubungan dengan
pengobatan seperti 5-aminosalisilat atau 6-mercaptopurin.
-
Ginjal. Penderita IBD dengan kelainan ileum yang luas atau setelah
reseksi ileum berisiko menderita batu kalsium oksalat dan asam
urat.
-
Paru. Manifestasi pada paru meliputi bronkitis, bronkiektasis,
obstruksi trakea, penyakit paru granulomatosa, pneumonitis
interstitial atau hipersensitivitas, dan bronkiolitis obliteran.
-
Lain-lain. Kelainan saraf tepi, miopati, multipel sklerosis, neuritis
optik, dan epilepsi dapat terjadi pada penderita IBD. Kadangkadang terjadi mioperikarditis dan pleuroperikarditis.
c. Penegakan Diagnosis
Dasar diagnosis IBD adalah berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, histopatologi, dan pemeriksaan penunjang
lainnya seperti endoskopi, kolonoskopi, dan CT scan. KU dibedakan
menurut lokasi dan perluasan inflamasi serta beratnya penyakit yaitu
1) Proktitis ulseratif adalah inflamasi yang terbatas pada rektum.
2) Proktosigmoiditis adalah inflamasi pada rektum dan kolon
sigmoid.
3) Kolitis sisi kiri adalah inflamasi yang dimulai dari rektum dan
meluas ke atas mengenai kolon sigmoid dan kolon desendens.
4) Pankolitis adalah inflamasi yang mengenai seluruh kolon.
5) Kolitis fulminan adalah bentuk berat pankolitis. Jenis ini jarang
terjadi.
Berdasarkan gambaran klinis, KU dapat dikelompokkan
berdasarkan ringan beratnya penyakit, yaitu:
1) KU ringan; diare kurang dari 4 kali sehari, tidak ada atau sedikit
perdarahan rektal, dan tidak terdapat gejala sistemik seperti
demam, takikardi, peningkatan LED, dan anemia.
2) KU sedang; diare 4-6 kali sehari, perdarahan rektal sedang,
terdapat beberapa gejala sistemik, atau penyakit derajat ringan
yang tidak berespon terhadap pengobatan.
3) KU berat; diare lebih dari 6 kali sehari (sering pada malam hari),
perdarahan rektal berat, gejala sistemik, malnutrisi dengan
hipoalbuminemia, dan penurunan berat badan lebih dari 10%
dibandingkan sebelum sakit.
Diagnosis IBD ditegakkan berdasarkan :
1) Anamnesis
Kecurigaan IBD pada anak adalah bila ditemukan adanya
gejala yang menetap (≥4 minggu) atau berulang (≥2 episode
dalam 6 bulan) berupa nyeri abdomen, diare, hematochezia, dan
penurunan berat badan. Gejala lain yang mendukung adalah
adanya letargi dan anoreksia.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik seringkali menguatkan kecurigaan
terhadap IBD setelah dilakukan anamnesis yang lengkap.
Penampilan umum penderita tampak pucat karena anemia,
keterlambatan pubertas dan pertumbuhan tampak lebih muda
dibandingkan umur sebenarnya. Demam dapat terjadi pada IBD.
Takikardia dapat menjadi petunjuk adanya anemia, demam,
hipoproteinemia atau dehidrasi.
Inspeksi perianal dan pemeriksaan colok dubur merupakan
pemeriksaan penting pada penderita yang dicurigai IBD. Massa
inflamasi yang nyeri dapat menunjukkan adanya inflamasi aktif
atau abses. Skin tags yang besar (≥ 0,5 cm) pada tempat selain
jam 12 dicurigai sebagai PC. Fisura anal yang dalam yang
dicurigai sebagai fistula perianal merupakan tanda patognomonis
PC. Pada pemeriksaan rektal dapat dijumpai adanya darah pada
tinja dan stenosis anal. Selama pemeriksaan rektal, palpasi adanya
massa yang nyeri dan mengumpul di pelvis bisa membedakan
IBD dengan apendik yang ruptur. Hemoroid jarang terjadi pada
anak, hanya terjadi saat mengedan.
3) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk membantu
menegakkan
diagnosis
yaitu
adalah
pemeriksaan
darah
(hemoglobin, trombosit, laju endap darah, C-Reactive Protein, tes
fungsi hati, dan tes serologi) dan tinja.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
penderita
IBD
berupa
medikamentosa
atau
pembedahan, atau kombinasi keduany.
1)
Farmakologi  5-Aminosalisilat. Dosis: 50-100 mg/kgBB/ hari.
2)
Antibiotika.  PC: Metronidazol.Dosis: 10-20 mg/kg/ hari.1 KU:
Antibiotika digunakan sangat terbatas karena meningkatnya risiko
kejadian kolitis pseudomembran yang berhubungan dengan
antibiotika.
3)
Kortikosteroid.  Metilprednisolon dengan dosis 2 mg/kgBB
setiap 12 jam atau Hidrokortison 100 mg setiap 8 jam. Prednison
dengan dosis 40-60 mg/hari peroral dan diturunkan secara
bertahap (5 mg per minggu) setelah gejala terkontrol.
4)
Immune modifier  Immune modifiers yang dipakai adalah 6-MP
dan Azathioprine. Dosis 6-MP atau Azathioprin adalah 1-2
mg/kg/hari.
5)
Anti TNF-alpha  Anti-TNF-alpha monoclonal antibody yang
diberikan adalah Infliximab yang diberikan melalui infus dengan
dosis 5 mg/kg/kali, diberikan tiga kali yakni pada awal
pengobatan, minggu ke-2, dan minggu ke-6. Dosis pemeliharaan
diberikan setiap 8 minggu.
6)
Obat-obatan simptomatik Obat-obatan simptomatik yang
diberikan adalah antagonis histamine 2 reseptor, anti diare, dan
antispasmodik.
7)
Terapi nutrisi  Intervensi nutrisi harus dimulai sebelum
pubertas, baik pada penyakit aktif atau saat remisi untuk
mengoreksi defisit energi dan memaksimalkan pertumbuhan.
8)
Pemberian probiotik biasanya dikombinasikan dengan obat lain
yang berguna untuk meningkatkan stabilisasi dan regenerasi
mukosa usus akibat inflamasi.
9)
Pembedahan  Pembedahan dilakukan untuk mengatasi beberapa
komplikasi pada PC misalnya striktura, fistula, dan perdarahan.
Indikasi pembedahan adalah inflamasi yang sulit dikontrol,
perubahan dini ke arah keganasan, striktura, dan adanya efek
samping penggunaan obat-obatan.
3. Rotavirus
a. Pengertian
Rotavirus merupakan penyebab utama diare berat pada bayi dan
anak-anak,dan merupakan satu dari beberapa virus yang menyebabkan
infeksi sering disebut flu perut,meskipun tidak berhubungan dengan
influenza.
b. Etiologi
Terdapat 5 spesies yaitu A,B,C,D,E,rotavirus A yang paling sering
menyebabkan lebih dari 90 persen infeksi
c. Penularan
Virus ditransmisikan melalui rutre fekal oral dan dapat bertahan pada
feses sampai 3 minggu pada infeksi berat.
d. Patogenesis
Mekanisme patogenesis dan imunitas rotavirus belum sepenuhnya
dipahami dan terdapat berbagai pendapat tergantung dari penelitian
hewan.
e. Manifestasi Klinis
- Muntah
- Demam
- Diare akut
- Lemah badan
- Rasa tidak enak
- Penurunan berat badan
f. Manifestasi penunjang
- Pemeriksaan labolatorium
- Pemeriksaan enzym immunoassay
g. Tatalaksana
- Terapi simtomatik/penggantian cairan dan elektrolit
- Terapi rehidrasi oral
- Medikamentosa/ penggantian cairan melalui infus
4. Malabsorpsi Makanan
a. Definisi
Merupakan suatu keadaan terdapatnya gangguan absorbs dan digesti
secara normal pada satu atau lebih zat gizi.
b. Gejala klinis
Pasien dating dengan keluhan diare kronis, bentuk feses cair karena
gangguan usus halus tidak ada zat nutrisi yang terabsorbsi sehingga
feses tak terbentuk. Jika karena malabsorpsi lemak maka pasien
mengeluh fesesnya berminyak (steatore)
c. Pemeriksaan fisik
Ditemukan tanda anemia (karena defisiensi besi, asam folat, dan B12),
konjungtiva anemis, kulit pucat, status gizi kurang.
d. Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap : anemia mikrositik hipokrom karena
defisiensi besi atau anemia makrositik karena defisiensi asam folat
dan vitamin B12
- Radiologi : foto polos abdomen
e. Tatalaksana
- Konsultasi penyakit dalam
- Tatalaksana tergantung penyebab malabsorpsi
- Suplemen vitamin dan mineral
- Suplemen enzim pencernaan
- Tatalaksana farmakologi : antibiotic diberikan ketika penyebabnya
oleh overgrowth bakteri enterotoksigenik.
f. Diagnosis banding
- Pankreatitis
- Amyloidosis
- Defisiensi lactase
5. Pankreatitis akut
a. Pengertian
Reaksi peradangan pankreas, secara klinis pankreatitis akut
ditandai oleh nyeriu perut yang akut disertai dengan kenaikan enzim
dalam darah dan urin
b.
Etiologi
Faktor-faktor yang menentukan beratnya pankreatitis akut
sebagian besar belum diketahui . penyebab keadaan ini belum jelas,
tetapi yang pasti adalah adanya enzim jaringan pankreas yang
mengalami nekrosis
c. Penularan
Untuk pankreas akut tidak ada penularan yang spesifik tetapi
ada faktor yang mempengaruhinya seperti faktor yang mempengaruhi
yaitu : faktor lingkungan(alkoholisme,batu empedu).
d. Manifestasi Klinis
-
Nyeri epigastrium
-
Muntah setelah minum alkohol
-
Rasa nyeri timbul tiba-tiba
-
Menjalar ke punggung kadang sampai ke abdomen
-
Demam
-
Mual
-
Muntah
-
Tanda-tanda kolaps kardiovaskular
-
Gangguan pernapasan
e. Patogenesis
Timbulnya penyakit ini didasarkan pada aktivitas enzim
didalam pankreas yang kemudian mengakibatkan autodigesti organ
f. Manifestasi penunjang
-
Pemeriksaan labolatorium (kadar lipasetamilase)
-
Pemeriksaan c-rective protein (crp)
-
Pemeriksaan radiologi
g. Tatalaksana
-
Pemberian analgetik (petidin dan pentazokin)
-
Pankreas diistirahatkan dengan cara pasien dipuasakan
-
Nutrisi total berupa cairan elektrolit
-
Penghisapan cairan lambung pada kasus berat untuk mengulangi
pelepasan gastrin dari lambung.
5. GERD
a. Definisi
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah mekanisme reflux
melalui sfingter esophagus.
b. Faktor resiko
Usia > 40 tahun, obesitas, kehamilan, merokok, konsumsi alcohol,
coklat, makan berlemak, obat-obatan, pakaian ketat, pekerja yang
sering mengangkat beban berat
c. Gejala klinis
Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau epigastrik dan dapat
menalar ke leher disertai muntah, atau timbul rasa asam di mulut. Hal
ini terjadi terutama setelah makan dengan volume besar dan berlemak.
d. Alarm sign  harus dirujuk
- Berat badan menurun
- Hematemesis melena
- Disfagia
- Odinofagia
- Anemia
e. Pemeriksaan fisik
Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Melakukan kuesioner dan
PPI test
f. Diagnosis banding
Angina pectoris, achalasia, dyspepsia, ulkus peptic
g. Tata laksana
 Terapi medikamentosa dengan pemberian PPI dosis tinggi selama
7-14 hari bila mengalami perbaikan diagnosis ditetapkan GERD.
PPI dosis tinggi yaitu omeprazole 2 x 20 mg/hari dan lansoprazol 2
x 30 mg/hari
 Setelah ditegakan diagnosis diteruskan 4 minggu ditambahn
prokinetik domperidon 3 x 10 mg
6. Intoleransi Makanan
a. Definisi
Gejala yang terjadi akibat reaksi tubuh terhadap makanan tertentu.
Intoleransi bukan alergi makanan. Hal ini terjadi akibat kekurangan
emzim yang diperlukan untuk mencerna makanan.
b. Faktor predisposisi
- Terigu atau gandum lainnya yang mengandung gluten
- Protein susu sapi
- Hasil olahan jagung
- MSG
c. Gejala klinis
Gejala yang mungkin terjadi adalah tenggorokan terasa gatal, nyeri
perut, perut kembung, diare, mual, muntah atau dapat disertai kram
perut.
7. Demam tifoid
a. Anamnesis
-
Demam turun naik terutama sore hari dan malam hari pola
intermitten
-
Sakit kepala area frontal
-
Gangguan GI seperti konstipasi, meteorismus atau diare, mual,
muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah
-
Nyeri otot, pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia
-
Pada demam tifoid berat dijumpai penurunan kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik
-
Keadaan umum tampak sakit sedang atau berat
-
Kesadaran composmentis atau penurunan kesadaran
-
Demam, suhu 37,5 C
-
Ditemukan bradikardi relative
-
Icterus
-
Thypoid tongue, tremor lidah, halitosis
-
Nyeri region epigastrik, hepatosplenomegali
-
Delirium pada kasus berat
c. Pemeriksaan penunjang
-
Darah perifer lengkap : hitung jenis leukosit
-
Serologi  Igm antigen 09 salmonella thypi, Enzym immunoassay
-
Kultur salmonella thypi
-
SGOT,SGPT, kadar lipase dan amylase
d. Pentalaksanaan
-
Terapi suportif : istirahat tirah baring, kecukupan cairan, diet gizi
seimbang, konsumsi obat-obatan rutin, control dan monitor tanda
vital
-
Terapi simptomatik : antipiretik
-
Pemberian antibiotic kloramfenikol 4 x 500 mg selama 10 hari
e. Diagnosis banding
-
DBD
-
Malaria
-
Leptospirosis
-
Hepatitis A
8. Kolera
a. Pengertian
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh vibrio cholerae
dengan manifestasi diare disertai muntah yang akut dan hebat akibat
enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut.
b. Manifestasi klinis
1) Diare yang encer
2) Diare yang berlimpah
3) Tinja berwarna cairan putih keruh seperti air cucian beras
4) Tinja berbau manis menusuk
5) Tanpa didahului rasa mules
6) Disertai dengan tenesmus
c. Penegakkan diagnosis
1) Kolera yang khas dapat dikenali dengan diare sering tanpa mulas
diikuti munta tanpa didahului oleh rasa mual
2) Tinja seperti air cucian beras
3) Mikroskop lapangan gelap, akan dijumpai mikroorganisme
berbentuk spiral
4) Apus rektal atau rectal swab dapat melihat positif vibrio cholerae
d. Tatalaksana
1) Penggantian cairan tubuh yang hilang
2) Dewasa
a) Lini pertama, tetrasiklin 500 mg PO 4 kali sehari selama 3 hari,
atau doksisiklin 300 mg per oral dosis tunggal
b) Alternative, eritromisin 250 mg PO 4 kali sehari selama 3 hari
atau siprofloksasin 1000mg per oral dosis tunggal
3) Anak
a) Lini pertama, tetrasiklin 12,5 mg/kgbb PO 4 kali sehari selama
3 hari, atau doksisiklin 6 mg/kgbb PO dosis tunggal
b) Alternative, eritromisin 10 mg/kgbb PO 3 kali sehari selama 3
hari
4) Pencegahan
a) Diberi vaksin cholera
b) Perbaiki hygine pribadi
c) Perbaiki sanitasi lingkungan
9. Giardiasis
a. Definisi
Adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh giardia lamblia
yang penyebarannya tergantung dari sanitasi lingkungan.
b. Manifestasi klinis
1) Produksi tinja dapat cair atau semisolid
2) Produksi tinja intensif
3) Tinja terdapat lemak
4) Mual dan muntah
5) Perut kembung
6) Penurunan berat badan, kelelahan
7) Nyeri tidak nyaman pada epigastric
8) Kram perut
9) Anoreksia
10) Dapat terjadi dehidrasi
c. diagnosis
1) terdapat keluhan yang ada pada manifestasi seperti tinja yang
berlemak
2) perut kembung
3) nyeri tekan epigastrium
4) penurunan BB
5) pemeriksaan feses dapat ditemukan tropozoit giardia lamblia
d. tatalaksana
1) pemberian cairan dan diet adekuat
2) dapat menggunakan obat anti diare (opioid, bismuth subsalisilat,
atapulgit, smectite)
3) Metronidazole dengan dosis 500mg sehari 3x selama 7 hari
10. Disentri basiler
a) Definisi
Salah satu bakteri yang menyebabkan GEA adalah Shigella sp.
Shigella sendiri merupakan bakteri gram negative, berbentuk ramping,
tidak berkapsul, tidak bergeak tidak berspora,
yang menyebabkan
terjadinya disentri basiler atau disebut juga dengan Shigellosis karena
nama pathogen yang menyebabkannya yaitu Shigella. Shigella sendiri
berdasakan
genusnya
dibagi
menjadi
4
yaitu
Shigella
disentriae.Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella sonnei.
b) Faktor resiko terjadinya diare yaitu :
1) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi.
2) Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi
3) Menyimpan makanan pada suhu kamar ; akan menyebabkan
permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan
yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan
mikroba
4) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan atau sesudah
BAB
5) Sanitasi tidak bagus
6) Padat penduduk
c) Manifestasi klinik
1) Demam,
2) Malaise,
3) Diare sedikit sedikit disertai darah dan lendir
4) tenesmus
5) mual dan muntah
6) Frekuensi BAB yang terus menerus
d) Penegakkan diagnosis
 Anamnesis
1) diare yang diserati dengan lender dan juga darah
2) frekuensi 8- 10 kali perhari
3) malaise demam, tenesmus, dapat dijumpai keluhan mual dan
muntah, nyeri perut (kram), nyeri saat defekasi.
 Pemeriksaan fisik
1) Demam tinggi,
2) Nyeri perut bagian kiri,
3) dapat dijumpai tanda tanda dehidrasi.
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan feses untuk melihat pathogen
penyebabnya, jika pada pemeriksaan feses didapatkan banyaknya
leukosit menunjukan bahwa itu adalah disentri basiler, sedangkan
untuk gambaran amebiasis akan didapatkan trofozoit.
Dapat juga
dengan tes fluorescent dengan memiliki sensitivitas 92%.
e) Tatalaksana
1) Antibiotik
2) Rehidrasi dan nutrisi
3) Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan memperbaiki
sanitasi dan peningkatan penyediaan air bersih
11. Amebiasis
a. Definisi
Merupakan penyakit infeksi usus besar yang disebakan oleh parasit
usus Entamoeba histolytica. Penyakit ini ditularkan secara fekal oral
baik secara langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui
air minum atau makanan yang tercemar).
b. Manifestasi klinis
1)
Disentri amoeba ringan
- Perut kembung,
- nyeri perut bersifat kejang.
- diare ringan 4-5 kali/hari,
- tinja berbau busuk.
- tinja bercampur darah dan lendir,
- sedikit nyeri tekan didaerah sigmoid.
2)
Disentri amoeba sedang
- kram perut,
- demam dan lemah badan, disertai hepatomegali yang nyeri
ringan.
3)
Disentri amoeba ringan
- diare disertai darah yang banyak,
- Frekuensi BAB lebih dari 15 kali/hari.
- Demam tinggi (40 – 40,5 derajat) disertai mual dan anemia.
c. Pemeriksaan penujang
1) Pemeriksaan feses
2) Pemeriksaan protoskopi, sigmoidoskopi, dan kolonoskopi
3) Pemeriksaan uji serologi
d. Tatalaksana
1) Disentri ameba ringan – sedang
Metronidazol
dosis
3
x
750mg
selama
5
–
10
hari.
diyodohidrosiklin, kilokinol atau tetrasiklin dosis 4 x 500 mg
sehari selama 5 hati.
2) Disentri ameba berat
Dosis emetin 1mg/kg BB sehari (maksimum 60mg sehari) selama
3 – 5 hari. Dehidroemetin 11,5mg/kg BB sehari (maksimum 90mg
sehari) selama 3 – 5 hari. Penderita sebaiknya dirawat dirumah
sakit dan tirah baring selama pengobatan.
12. Askariasis
a. Definisi
Askariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh acsaris
lumbricoides.
b. Faktor resiko
- Kebiasaan tidak mencuci tangan
- Kurangnya penggunaan jamban
- Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk
- Kebiasaan tidak menutup makanan sehingga dihinggapi lalat yang
membawa telur cacing
c. Penegakan diagnosis
1) Anamnesis
Nafsu makan menurun, perut membuncit, lemah, pucat, berat
badan menurun, mual, munta
2) Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Pemeriksaan generalis tubuh : konjungtiva anemis, terdapat
tanda-tanda malnutrisi, nyeri abdomen jika terjadi obstruksi
3) Pemeriksaan Penunjang
Ditegakan dengan pemeriksaan tinja. Bila dijumpai telur atau
cacing dewasa dalam tinja
d. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
-
Memberi pengetahuan kepada masyarakat kepentingan membersih
diri
-
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
-
Menutup makanan
-
Memiliki jamban keluarga
-
Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
2) Farmakologi
-
Pirantel pamoat 10 mg.kgBB/hari dosis tunggal
-
Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari diberika selama tiga
hari
-
Albendazol, pada anak diatas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet (400
mg) atau 20 ml suspense dosis tunggal
e. Penecgahan
 Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan
 Menghilangkan sumber infeksi
f. Komplikasi
 Reaksi alergi
 Pneumonitis
 Pneumonia
g. Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah bonam, karna jarang menimbulkan
kondisi yang berat secara klinis.
13. Ankilostomiasis
a. Definisi
Penyakit cacing tambang adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infestasi parasite necator americanus dan ancylostoma duodenale
b. Faktor resiko
-
Kurangnya penggunaan jamban keluarga
-
Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk
-
Tidak menggunakan alas kaki
-
Perilaku hidup sehat dan bersih yang kurang
c. Anamnesis
-
Creeping eruption
-
Ground itch
-
Gangguan GI seperti anoreksi, mual, muntah, diare, penurunan
berat badan, nyeri pada daerah sekitar duodenum, jejunum dan
ileum
d. Pemeriksaan fisik
-
Konjungtiva pucat
-
Perubahan pada kulit telapak kaki bila banyak larva yang
menembus disebut ground itch
e. Pemeriksaan penunjang
-
Pemeriksaan mikroskopik tinja ditemukan larva atau cacaing
dewasa
-
Dapat dijumpai anemia bipokromik mikrositik
f. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
-
Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga
-
Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
-
Menggunakan alas kaki
2) Farmakologi
-
Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB
-
Membendazole 100 mg 2x sehari selama 3 hari berturut-turut
-
Albendazole untuk anak diatas 2 tahun 400 mg dosis tunggal
14. Strongiloidiasis
a. Definisi
Merupakan penyakit kecacingan yang disebabkan strongyloides
stercoralis, cacing yang biasanya hidup dikawasan tropic dan subtropik
b.
Anamnesis
-
Pada infeksi ringan tidak menimbulkan gejala khas.
-
Rasa gatal pada kulit
-
Gejala seperti ditusuk-tusuk di epigastrium dan tidak menjalar
-
Mual,muntah
-
Diare dan konstipasi saling bergantian
c. Pemeriksaan Fisik
-
Timbul kelainan pada kulit “creeping eruption” berupa papul
eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok-kelok
menyerupai benang. Predileksi penyakit ini terutama daera telapak
kaki, bokong, genital dan tangan
-
Pemeriksaan generali : nyeri epigastrium
d. Pemeriksaan penunjang
-
Pemeriksaan
laboratorium
mikroskopik
:
ditemukan
rhabditiform dalam tinja
-
Pemeriksaan lab darah : eosinophilia atau hipereosinofilia
e. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
 Menggunakan jamban keluarga
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
 Menggunakan alas kaki
 Hindari penggunaan pupuk dengan tinja
2) Farmakologi
larva
 Albendazol 400 mg 1-2 x sehari, selama 3 hari
 Mebendazol 100 mg, 3x sehari selama 2 atau 4 minggu
f. Pencegahan
-
Setiap keluarga memilik jamban keluarga
-
Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar tinja
-
Penggunaan sarang tangan saat mengelola limbah
-
Menggunakan alas kaki
g. Komplikasi
-
Pada
saluran
pernafasan
:
pulmonary
strongyloidiasis
hyperinfection syndrome, diffuse alveolar hemorrhage, ARDS.
-
Pada jantung : efusi perikardiak
-
Bacteremia polimikroba
15. Hepatitis A
a. Definisi
Infeksi akut liver yang disebabkan oleh hepatitis A virus (HAV),
sebuah virus RNA yang disebarkan melalui rute fekal oral
b. Faktor risiko
-
Sering konsumsi makanan atau minuman yang tidak
terjaga
sanitasinya
-
Menggunakan alat makan dan minum dari penderita hepatitis
c. Anamnesis
-
Demam
-
Mata dan kulit kuning
-
Penurunan nafsu makan
-
Nyeri otot dan sendi
-
Lemah, letih dan lesu
-
Mual muntah
-
Warna urine seperti teh
-
Tinja seperti dempu
d. Pemeriksaan fisik
-
Febris
-
Sclera ikterik
-
Hepatomegali
-
Warna urine seperti teh
e. Pemeriksaan penunjang
-
Tes laboratorium urin bilirubin dalam urin
-
Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah,
kadara SGOT dan SGPT > 2x nilai normal tertinggi
-
IgM anti HAV
f. Penatalaksanaan
-
Asupan kalori cairan yang adekuat
-
Tirah baring
-
Pengobatan simptomatik
-
Demem : ibuprofen 2 x 400 mg/hari
-
Mual : antiemetic seperti metoklopramid 3 x 10 mg/hari atau
domperidonn 3 x 100 mg/hari
-
Perut perih dan kembung : H2 bloker (Simetidin 3 x 200 mg/hari
atau ranitidine 2 x 150 mg/hari), atau PPI (omeprazole 1 x 20
mg/hari)
g. Edukasi
-
Sanitasi hygiene
-
Vaksinasi hepatitis A
h. Diagnosis Banding
-
Hepatitis B dan C akut, sirosis hepatis, icterus obstruktif
16. Hepatitis B
a. Definisi
Merupakan virus yang menyerang hati, masuk melalui darah ataupun
cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi.
b. Faktor resiko
-
Mempunyai hubungan kelainan yang tidak aman dengan orang
yang sudah terinfeksi
-
Memakai jarum suntik secara bergantian
-
Menggunakan alat-alat yang biasa melukai bersama-sama dengan
penderita hepatitis B
-
Orang yang bekerja terpapar dengan darah manusia
-
Pernah transfuse darah
-
Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialysis
-
Anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hepatitis B
c. Manifestasi klinis
-
Umumnya tidak menimbulkan gejala terutama pada anak-anak
-
Gejala timbul setelah 6 minggu terinfeksi  malaise, anoreksia,
mual dan muntah, batuk, fotofobia, sakit kepala, myalgia
-
Icterus  urin berwarna gelap
d. Pemeriksaan fisik
-
Konjungtiva ikterik
-
Pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
-
Splenomegaly dan limfadenopati pada 15%-20% pasien
e. Pemeriksaan penunjang
-
Tes lab urin  bilirubin
-
Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah,
kadar SGOT dan SGPT > 2x nilai normal tertinggi.
-
HBsAG
f. Tata Laksana
-
Asupan kalori dan cairan yang adekuat
-
Tirah baring
-
Pengobatan simptomatik
o Demam : ibuprofen 2 x 400 mg/hari
o Mual : antiemetic seperti metoklopramid 3 x 10 mg/hari
o Perut perih dan kembung : H2 bloker seperti ranitidine
2x150 mg/hari atau PPI dengan Omeprazol 1x20 mg/hari
g. Edukasi
-
Edukasi kepada keluarga untuk mendukung pasien agar teratur
minum obat
-
Keluarga ikut menjaga asupan kalori dan cairan yang adekuat dan
membatasi fisik pasien
-
Pencegahan penularan dengan modifikasi pola hidup
17. Gastritis
a. Definisi
Proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat bakteri atau
bahan iritan lain. Dapat bersifat akut, kronis, difus atau local
b. Faktor risiko
-
Pola makan tidak baik
-
Sering minum kopi dan the
-
Infeksi bakteri atau parasite
-
Penggunaan obat analgetik dan steroid
-
Usia lanjut
-
Alkoholisme
c. Gejala klinis
Rasa nyeri seperti terbakar pada perut bagian atas. Keluhan mereda
atau memburuk bila diikuti dengan makan, mual, muntah, kembung.
d. Pemeriksaan fisik
-
Nyeri tekan epigastrium
-
Bising usus meningkat
-
Bila
berat
ditemukan
pendarahan
saluran
cerna
seperti
hematemesis dan melena
-
Pada gastritis kronik terdapat konjungtiva anemis
e. Pemeriksaan penunjang
-
Darah rutin
-
Mengetahu infeksi helicobacter pylori  ureabreath test dan feses.
Rontgen dengan barium enema
-
Endoskopi
f. Tata laksana
-
H2 bloker 2x/hari (ranitidine 150 mg/hari, famotidine 20 mg/ kali,
simetidin 400-800 mg/kali)
-
PPI 2x/hari (omeprazole 20 mg/kali, lansoprazol 30 mg/kali
-
Antasida dosis 3x500-1000 mg/hari
g. Edukasi
-
Menghindari faktor pemicu
-
Makan tepat waktu
-
Makan sering porsi kecil
-
Hindari makanan peningkat asam lambung seperti kopi, teh,
makanan pedas dan kol
h. Diagnosis banding
-
Kolesistitis
-
Chron disease
-
Gastroeneteritis
-
GERD
18. Diare Akut
a. Etiologi
Infeksi bakteri parasit virus,keracunan makanan ,efek obat-obatan
dll
b. Manifestasi Klinis
-
Diare kurang 14 hari
-
Diare inflamasi : mual,muntah,demam,nyeri perut,feses
berdarah,tenismus
-
Diare non inflamasi : bersifat sekretorik,mual muntah
c. Pemeriksaan penunjang
-
Pemeriksaan darah lengkap
-
Feses
d. Tatalaksana
-
Rehidrasi cairan
-
Pengaturan asupan makanan
-
Terapi simtomatik :
-
Abtimosilitas
-
Antisekretori
-
Obat adsobens
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-6. Jilid I. Jakarta: Interna
Publishing; 2017.
2. Widoyo. Penyakit Tropis Epidemiologi ,Penularan, Pencegahan,dan
Pemberantasanyya .Edisi 2 . Jakarta : Penerbit Erlangga;2011.
3. Asdie AH. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-13.
Volume 3. Jakarta: EGC; 2016.
4. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2d ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2017.
Download