Uploaded by User55577

Pancasila sebagai filsafat

advertisement
Pancasila sebagai
Filsafat
Oleh:
Siti A’thisya Putri
11190130000099
1. Pengertian Filsafat
Secara etimologi, kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani,
yaitu philosophia dan philoshophos: philo/ philos/ phielin. Philos
artinya cinta/ pecinta/ mencintai, dan shopia/ shopos artinya
kebijaksanaan/wisdom/kearifan/pengetahuan/hikmah.
2
Filsafat adalah sejumlah gagasan yang penuh dengan kebijaksanaan,
pengetahuan, dan hikmah. Jadi, filsafat artinya cinta dan kebijakan atau hakikat
kebenaran. Berfilsafat berarti berpikir secara dalam-dalamnya (merenung)
terhadap sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh dan universal (umum)
dan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus seperti pemikiran tentang
manusia, keadilan, kebebasan dan lain-lain untuk mencari hakikatnya.
3
Filsafat Pancasila
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan
hidup, dan dalam arti praktis. Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan
peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
4
2. Sistem Filsafat
Sistem Filsafat adalah suatu sistem filsafat
setidaknya mengajarkan tentang sumber dan hakikat,
realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika), termasuk
teori pengetahuan manusia dan logika.
5
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan
cara deduktif dan induktif.
6
Deduktif yaitu dengan mencari hakikat
Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya
secara sistematis menjadi keutuhan pandangan
yang komprehensif.
7
Induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala
sosial budaya masyarakat, merefleksikannya,
dan menarik arti dan makna yang hakiki dari
gejala-gejala itu.
8
Aliran
Idealisme/
Spiritualisme
Aliran
Materialisme
4. Aliran- Aliran
Filsafat
Aliran
Realisme
9
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar
segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam
alam kebendaan semata, dengan mengesampingkan segala
sesuatu yang mengatasi alam indra. Materialisme merupakan
faham atau aliran yang menganggap bahwa di dunia ini tidak
ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik.
Aliran
Materialisme
10
Istilah idealisme adalah aliran filsafat yang memandang
yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat
realitas. Aliran idealisme/spiritualisme mengajarkan
bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup
dan pengetahuan manusia. Hakekat diri dan kenyataan
ialah akal budi (ide dan spirit).
Aliran
Idealisme/
Spiritualisme
11
Aliran realisme mempersoalkan obyek pengetahuan
manusia. Aliran realisme memandang bahwa obyek
pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia.
Aliran realisme menggambarkan bahwa kedua aliran
materialism dan idealisme yang bertentangan itu, tidak
sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).
Aliran Realisme
12
4. Nilai-Nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat
Filsafat
Pancasila memiliki nilai objektif dan nilai
subjektif.
13
Objektif yaitu bahwa Sila-sila Pancasila
menunjukkan kenyataan adanya sifat-sifat
yang abstrak, umum dan universal.
14
Subjektif diantaranya: Nilai-nilai Pancasila
berasal dari hasil ide, gagasan, pikiran, dan
penilaian falsafah bangsa Indonesia.
15
Hakikat dan pokok-pokok yang terkandung di
dalam Pancasila
16
1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
2. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
17
3. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam
pembukaan UUD 1945 yang merupakan uraian terinci
dari proklamasi 17 Agustus 1945 yang dijiwai
Pancasila.
4. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD
1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh
18
5. jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam
pokok-pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
6. berdasarkan penjelasan otentik UUD 1945 pada pasalpasalnya.
19
7. kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan
berdasarkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.
8. nilai-nilai yang hidup berkembang dalam masyarakat
Indonesia yang belum tertampung dalam UUD 1945 perlu
dikaji untuk memperkuat dan memperkaya nilai-nilai
Pancasila yang terkandung dalam pembukaan dan batang
tubuh UUD 1945
20
5. Pancasila sebagai Filsafat
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi
kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara
dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar
dan menyeluruh (Ganeswara, 2002: 21).
21
Wawasan filsafat meliputi bidang
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Oleh karena itu, berikut ini akan
dibahas landasan Ontologis Pancasila,
Epistemologis Pancasila dan Aksiologis
Pancasila.
22
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat
dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas
lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
1. Landasan
Ontologis
Pancasila
23
Secara epistemologis pembahasan Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem
filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan.
Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem
cita-cita, menjadi suatu ideologi.
2. Landasan
Epistemologis
Pancasila
24
3. Aspek
Aksiologi
Kajian aksiologi Pancasila pada hakekatnya membahas
tentang nilai praksis atau manfaat Pancasila. Karena silasila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu
kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu
kesatuan.
25
6. Nilai-nilai Filsafat Pancasila Menjadi Dasar dan
Arah Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban Asasi
Manusia.
Dengan memahami sedalam-dalamnya nilai-nilai dari
Pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia
yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
26
Hubungan Tersebut adalah Hubungan Vertikal,
hubungan Horizontal dan Hubungan Alamiah.
27
a. Hubungan
vertikal
Hubungan vertikal atau kata lain dari hubungan
ke atas, yakni hubungan manusia dengan Tuhan
Yang Maha Kuasa, sebagai penjelmaan dari
nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.
28
b. Hubungan
horizontal
Hubungan horizontal atau hubungan kesamping
yakni hubungan manusia dengan sesamanya
baik dalam fungsinya sebagai warga
masyarakat, warga bangsa, dan warga negara.
29
c. Hubungan
alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam
sekitar yang meliputi hewan tumbuh-tumbuhan dan alam
dengan segala kekayaannya. Oleh karena itu, memelihara
kelestarian alam merupakan kewajiban manusia sedangkan
hak yang diterima oleh manusia dari alam tidak terhingga
banyaknya.
30
31
TERIMA
KASIH
32
Download