Nama : Qodrat Sudrajat Kurniawan NIM : 042484707 Tugas 3. Dasar –Dasar Konservasi Konservasi Sumber Daya Alam di mata dunia A. Pendahuluan a. Latar Belakang Sumber Daya Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ini, karena tanpa ada sumber daya alam kita mustahil untuk dapat hidup di dunia ini, misalnya untuk makan maka kita mengambil makanan tersebut dari alam, untuk membangun rumah kita menggunakan kayu, kayu tersebut juga berasal dari sumber daya alam dan masih banyak yang lainnya. Di Indonesia ini terdapat berbagai macam sumber daya alam yang melimpah,namun kitasepertinya tidak memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan baik dan juga tidak bijaksana dalam menggunakannya.Mengingat begitu pentingnya manfaat sumber daya alam ter sebut maka kita seharusnya melakukan konser vasi atau melestarikan sumber daya alam tersebut untuk kelangsungan hidup kita. Masalah konservasi sumber daya alam di suatu negara, saat ini bukan hanya menjadi masalah di negara itu, melainkan sudah berkembang menjadi masalah global. Sehingga semua masyarakat dunia, baik pemerintah maupun swasta memiliki kewajiban dan tanggungjawab untuk ikut melestarikannya. Sejalan dengan terjadinya kerusakan lingkungan maka orang berpikir dan berusaha bagaimana mencegah dan menanggulanginya. Bahkan orang berupaya untuk dapat tetap mempertahankan kualitas lingkungan agar kesejahteraannya dapat tetap terjamin dengan mendalami IPTEK yang terus meningkat seiring dengan berjalannya kebutuhan manusia. Termasuk berbagai peraturan telah disepakati baik di tingkat nasional maupun internasional dalam berbagai Konvensi Internasional. b. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut. 1. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pemerintah di dunia dalam rangka konservasi sumber daya alam? 2. Sudah cukupkah hasil dari Konvensi Internasional untuk menjaga sumber daya alam? c. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan pemerintah di duni dalam rangka konservasi sumber daya alam 2. Untuk mengetahui seberapa jauh peran konvensi internasional dalam menjaga sumber daya alam B. Pembahasan Masalah konservasi sumber daya alam di suatu negara, saat ini bukan hanya menjadi masalah di negara itu, melainkan sudah berkembang menjadi masalah global. Sehingga semua masyarakat dunia, baik pemerintah maupun swasta memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk ikut melestarikannya. Masalah konservasi sumber daya alam, juga erat kaitannya dengan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup telah mulai mendapat perhatian serius melalui Konferensi Stockholm tahun 1972. Langkah lanjut dari kegiatan tersebut adalah diadakannya pertemuan kepala-kepala negara dan pakar lingkungan dunia, melalui forum UNCED (United Nations Conference on Environment and Development) yang lebih dikenal dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, bulan Juni tahun 1992, untuk membahas tentang masalah hutan tropis, maupun hutan bukan tropis, aspek sosial ekonomi, lingkungan hidup, konservasi dan sebagainya. Secara umum KTT Bumi, menghasilkan beberapa deklarasi berupa Rio Declaration, Konvensi Perubahan Iklim. Konvensi Keanekaragaman Hayati, Agenda 21 (Agenda untuk Abad ke21). Dengan demikian ada beberapa Konvensi Internasional tentang Konservasi Sumber Daya Alam yang perlu diketahui antara lain: 1. World Heritage Convention Konvensi ini adalah perlindungan terhadap Budaya dan Warisan Alam, yang mempunyai nilai sangat khas dan bersifat luar biasa bagi umat manusia, sebagai milik bersama masyarakat dunia sehingga harus dilindungi. Karena jika milik bersama itu rusak atau punah, akan sangat merugikan bagi seluruh masyarakat dunia. Nama lengkap Konvensi ini adalah Convention Concerning The Protection of The World Culture and Natural Heritage yang lebih dikenal dengan WNC, ditandatangani pada tanggal 23 November 1972 di Paris dan mulai diberlakukan pada tahun 1975. Tujuan adanya konvensi ini adalah untuk menjamin dukungan masyarakat Internasional bagi Situs Warisan dunia. Situs yang sudah terdaftar bagi warisan dunia dan mendapat perlindungan melalui warisan dunia. Di Indonesia terdapat beberapa kawasan World Heritage Site (Taman Warisan Dunia) yaitu Taman Nasional Ujung Kulon, dengan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) sebagai salah satu satwa mamalia purba yang sekarang masih hidup. Taman Nasional Komodo dengan adanya satwa reptilia purba Komodo (Varanus komodoensis) yang masih hidup dan Taman Nasional Lorentz di Irian Jaya sebagai suatu kawasan dengan keanekaragaman ekosistem yang tinggi. 2. World Conservation Strategy World Conservation Strategy atau Strategi Konservasi Dunia adalah suatu konvensi Internasional yang dimaksudkan untuk merangsang pendekatan yang lebih diutamakan pada pengelolaan sumber daya alam hayati dan untuk memberikan petunjuk kebijaksanaan. Cara pengelolaan hayati itu dapat dilaksanakan oleh 3 kelompok pelaku utama yaitu: a. Penentuan kebijaksanaan pemerintah; b. para ahli konservasi dan lain-lain yang mempunyai minat terhadap sumber daya alam hayati; dan c. para praktisi pembangunan termasuk industri dan perdagangan, lembaga lembaga pembangunan dan lain-lain. Ada 3 strategi dasar yang digariskan dalam WCS untuk mencapai pelestarian sumber daya alam hayati, yaitu: a. memelihara proses-proses ekologis yang esensial dan sistem penyangga kehidupan; b. mengawetkan keanekaragaman jenis dan sumber daya plasma nutfah; c. menjamin pemanfaatan secara lestari spesies dan ekosistemnya. WCS dideklarasikan pada tahun 1980. Dalam perkembangan deklarasi WCS pada tahun 1990 diusulkan untuk dirubah judulnya menjadi Caring for the World, A Strategy for Sustainability atau lebih dikenal dengan Caring for the World atau CW. CW ini adalah suatu bentuk "Strategi berkelanjutan" yang dimaksudkan untuk mengatasi kemerosotan keadaan lingkungan dan terus berkurangnya sumber daya alam. Jadi WC menitikberatkan pada interdependensi/keseimbangan antara konservasi dan pembangunan. Jadi pembangunan dalam bentuk apa pun harus tetap memperhatikan kepentingan kelestarian sumber daya alam dan lingkungannya. 3. World Charter for Nature (WCN) WCN atau piagam dunia untuk alam dideklarasikan pada tanggal 29 Oktober 1982 dalam pertemuan Majelis Umum PBB setelah dipersiapkan selama 7 tahun. Indonesia termasuk salah satu dari 48 negara di dunia yang mengajukan resolusi agar rancangan piagam ini dibicarakan dalam sidang Majelis Umum PBB. Piagam ini menekankan komitmen yang kuat dari negara-negara anggota PBB untuk melestarikan sumber daya alam. 4. Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) CITES adalah suatu perjanjian pengaturan perdagangan internasional terhadap jenis-jenis flora dan fauna yang terancam punah. CITES ditandatangani di Washington pada tanggal 23 Maret 1973 oleh 85 negara. Saat ini Indonesia termasuk negara yang telah meratifikasi (menandatangani untuk melaksanakan perjanjian) tersebut. Konvensi ini dimaksudkan untuk mengembangkan konservasi jenis-jenis flora dan fauna yang terancam punah melalui upaya pengendalian perdagangannya. Konvensi ini mempunyai 3 kategori perlindungan flora/fauna untuk diperdagangkan secara internasional, yaitu: a. Appendix I (Lampiran 1) : Memuat jenis-jenis yang dilarang untuk diperdagangkan karena status flora/fauna tersebut sangat langka dan terancam kepunahan. Jenis/spesies ini hanya boleh diperdagangkan dalam keadaan khusus, biasanya untuk penelitian tingkat dunia, atau untuk dipamerkan dan untuk itu harus mendapat izin dari pejabat terkait. Ada + 300 jenis satwa dan tumbuhan yang dikategorikan dalam appendix I ini, di antaranya semua kera besar, badak, ikan paus besar, gajah asia dan lain-lain. b. Appendix II, boleh diperdagangkan, dengan syarat bahwa jenis ini merupakan hasil budidaya atau penangkaran. Di sini harus ada pemantauan terus-menerus tentang keadaan populasinya. Jenis-jenis yang boleh dipertimbangkan dengan izin ekspor dari negara asalnya. Tercatat ada lebih dari 2300 jenis fauna dan lebih dari 24000 jenis flora. Jika hasil pemantauan menunjukkan keadaan yang rawan, maka status perdagangannya tidak dapat diperdagangkan, atau sebaliknya dapat diturunkan ke Appendix II jika populasinya berkembang. c. Appendix III, memuat tentang jenis-jenis flora/fauna yang boleh diperdagangkan, dalam rangka membantu negara-negara tertentu memperoleh kerja sama/internasional dalam melindungi spesies asli. Setiap negara dapat memasarkan tumbuhan atau satwa asli ke dalam Appendix III. dan dengan demikian spesies tersebut dapat diperdagangkan dengan persyaratan harus mendapat izin dengan adanya sertifikasi dari daerah asal. Contoh burung yang populasinya masih banyak. Dengan adanya CITES ini diharapkan perdagangan flora/fauna secara ilegal dapat dikendalikan, misalnya negara-negara tertentu menolak membeli jenis-jenis burung Nuri kepala raja karena dilindungi atau tidak membeli bagian-bagian satwa seperti ukiran gading, barang perhiasan dari penyu hijau, kaktus liar, kayu hitam dan sebagainya. 5. Ramsar Convention Ramsar Convention adalah konvensi tentang perlindungan lahan-lahan basah (rawa-rawa, mangrove dan sebagainya) secara internasional terutama yang dapat menjadi habitat burung air. Konvensi ini lebih dikenal dengan nama "Konvensi Lahan Basah" (Wetland Convention). Ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1972 di Ramsar. Kesepakatan ini didasarkan pada fungsifungsi strategis dari lahan-lahan basah (hutan gambut, mangrove, rawa air dan sebagainya) sebagai: a. habitat satwa liar (khususnya berbagai jenis burung air); b. menghasilkan banyak produk kehutanan (kayu) dan perikanan; c. pengatur hidrologi (tata air). 6. Convention on Biological Diversity (Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati) Konvensi ini di tetapkan dalam pertemuan dunia di Rio de Janeiro-Brazil atau dikenal dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi tanggal 5 Juli 1992. Indonesia ikut menandatangani perjanjian ini. Perjanjian ini secara hukum mengikat, sehinggga mengharuskan semua negara untuk membangun usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati, baik dengan perumusan kebijakan pembangunan di negaranya, maupun pada semua programnya. Perjanjian ini mempunyai 3 tujuan utama yaitu: C. Kesimpulan D. Daftar Pustaka