EFEKTIFITAS GOLDEN HABITS THERAPY UNTUK MENURUNKAN QUARTER LIFE CRISIS PADA EARLY ADULTHOOD 1) Muhammad Ali Adriansyah, 2)Rahayu Sukman, 3)Anis Wahyuni, 4) Fira Ayu Yustia 1)Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email: [email protected] 2) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email: [email protected] 3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email: [email protected] 4) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda email: [email protected] ABSTRAK. This study aims to examine changes in the level of quarter life crisis in Mulawarman University students after being given treatment in the form of seven golden habits therapy. The method used in this research is quantitative with an experimental approach. The subjects of this study were Mulawarman University students in early adulthood with a sample of 30 students who were selected using random sampling techniques. The data analysis technique used in this study is a statistical analysis of the t test using the help of a statistical package for social science (SPSS) 21.0 for windows computer program. From the SPSS calculation results are obtained based on the results of the t test test showed a decrease in the quarter life crisis level on the subject of students after being given the treatment in the form of seven gold habits therapy. From the results of the analysis of the pre-test and post-test data with paired t-test, it was obtained that the t count was 8,436 (> t table = 2,042) with p = 0,000 (p <0.05). This shows that the seven golden habits given were successful in reducing the level of quarter life crisis to students. Keywords: early adulthood, quarter life crisis, golden habit therapy INTISARI. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan tingkat quarter life crisis pada mahasiswa Universitas Mulawarman setelah diberikan perlakuan berupa terapi tujuh kebiasaan emas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Mulawarman fase early adulthood dengan jumlah sampel 30 mahasiswa yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitin ini adalah analisis statistic yaitu Uji t dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 21.0 for windows. Dari hasil perhitungan SPSS didapat berdasarkan hasil pengujian Uji t menunjukkan adanya penurunan tingkat quarter life crisis pada subjek mahasiswa setelah diberikan perlakuan berupa terapi tujuh kebiasaan emas . Dari hasil analisis data pre-test dan post-test dengan uji paired t-test didapatkan hasil t hitung adalah 8.436 ( > t tabel = 2.042) dengan p = 0.000 (p < 0.05). Hal tersebut menunjukkan terapi tujuh kebiasaan emas yang diberikan berhasil menurunkan tingkat quarter life crisis pada mahasiswa. Kata kunci: early adulthood, quarter life crisis, terapi kebiasaan emas tahun. Pada masa ini, seseorang dianggap sudah meninggalkan krisis emosional mulai dari frustasi hingga depresi dan gangguan psikologis lain. Krisis emosional inilah yang disebut sebagai quarter-life crisis (Atwood & Scholtz, 2008). Istilah quarter-life crisis dicetuskan oleh Robbins dan Wilner (2001) yang merupakan sebuah perasaan pada saat transisi dari kehidupan perguruan tinggi ke “dunia nyata” dengan rentang usia mulai dari masa remaja akhir sampai dengan pertengahan usia 30 tahun, namun lebih intens dirasakan saat individu berada pada usia awal 20 tahunan. Masalah yang 1 PENDAHULUAN Dalam perjalanan kehidupannya, setiap individu akan melewati beberapa tahapan perkembangan mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Masing-masing tahap perkembangan tersebut memiliki ciri khas tersendiri serta tugas dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh individu. Pada masa ini, seseorang mulai mengeksplorasi diri, hidup mandiri dari orang tua, mengembangkan sistem nilai-nilai, dan membentuk hubungan (Papalia & Feldman, 2014). Fase ini dialami oleh individu dengan rentang usia 18 – 29 1 seringkali dilakukannya. Menurut Covey (2004) Kebiasaan adalah aktivitas yang dikerjakan tanpa perlu berpikir terlbih dahulu dan tujuh kebiasaan yang paling efektif menurut Covey (2004) yaitu menjadi proaktif, memulai sesuatu dengan memikirkan akhirnya, mendahulukan yang utama, berpikir solusi terbaik, berusaha untuk mengerti terlebih dahulu sebelum menuntut untuk dimengerti oleh orang lain, mewujudkan kerjasama yang kreatif dan selalu melakukan inovasi. Dari ketujuh kebiasaan emas tersebut diharapkan dapat membantu individu yang memasuki fase dewasa awal dalam masa menghadapi quarter life crisis serta menyesuaikan dirinya dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat pada era revolusi industri 4.0. dihadapi berkisar pada kehidupan pekerjaan dan karier serta hubungan cinta dengan lawan jenis (Nash & Murray, 2010). Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam QLC. Pertama, perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya. Kedua, pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi. Selanjutnya, periode membangun kembali hidup yang baru dan yang terakhir adalah fase mengukuhkan komitmen baru terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang. (Tirto.id, 2019). Quarter life crisis ini biasanya terjadi karena adanya kesenjangan antara kesiapan diri dengan ekspektasi sosial. Ekspektasi sosial erat kaitannya dengan norma sosial yang berlaku dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal individu. norma sosial menurut Widowati (2008) yaitu suatu gejala sosial atau sesuatu yang memang ada dalam kehidupan bermasyarakat, norma merupakan nilai sosial yang disertai sanksi. Masyarakat didorong oleh sanksi untuk beperilaku menghargai nilai tertentu. Norma sosial tidak lain untuk menjaga keteraturan agar tetap hidup rukun berbangsa dan bernegara. Perlu diketahui bahwa nilai dan norma memiliki keterkaitan dengan kultur/budaya sehingga sifatnya relatif, maksudnya terdapat perbedaan dalam perwujudannya karena bergantung pada tempat dan waktu. Sebagai tata kelakuan (kaidah) yang mengatur perilaku sosial, unsur dalam norma sosial meliputi: perintah, larangan, serta sanksi positif dan negatif. Norma sosial saat ini tidak lepas dari adanya kemajuan teknologi dimana masyarakat merubah perilakunya seiring dengan perubahan zaman, kemajuan teknologi yang saat ini memengaruhi perilaku masyarakat yaitu era revolusi industri 4.0, Tribunnews.com (2019) mengungkap bahwa generasi milenial saat ini mengalami tingkat quarter life crisis yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya akibat adanya pengaruh media sosial yang berkembang sangat pesat diberbagai lini kehidupan. Akibat berkembang pesatnya teknologi, setiap orang menjadi semakin mudah mengakses kehidupan pribadi orang lain di sekitarnya yang kemudian memunculkan gagasan bahwa kesuksesan orang lain dijadikan sebagai tolak ukur untuk diri sendiri, padahal tiap individu memiliki standar yang berbeda. Hal tersebutlah yang memicu semakin meningkatnya quarter life crisis pada generasi milenial yang memasuki fase dewasa awal. Metode terapi tujuh kebiasaan emas atau yang disebut dengan the golden habit therapy diperkenalkan sebagai suatu upaya untuk merubah perilaku manusia melalui kebiasaan-kebiasaan yang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quarter Life Crisis Menurut Robbins & Wilner (2001) quarter life crisis merupakan fenomena yang dialami oleh individu sebagai respon terhadap munculnya ketidakstabilan, perubahan yang terus menerus, banyaknya pilihan, dan juga rasa panik akibat tidak berdaya. Ketidakstabilan tersebut membuat individu sering merasa cemas, tak berdaya, tetapi juga percaya diri pada waktu yang hampir sama. Allison (2010) mengatakan quarter life crisis dapat menyebabkan berbagai macam tekanan dan kecemasan tertentu meliputi kebimbangan atas pencapaian karir, peluang finansial, meningkatnya persaingan antar anggota dalam suatu kelompok, maraknya isu-isu psikologi, serta ketakutan menjalin hubungan, sehingga menimbulkan respon stress, cemas, bahkan depresi. Menurut Nash & Murray (2010) bagi sebagian besar individu, masa-masa quarter life crisis atau di usia 20-an tahun tidak harus berjalan dalam sebuah krisis, melainkan menjadi masa-masa yang menyenangkan karena ada kesempatan untuk mencoba segala kemungkinan guna memperoleh makna hidup yang lebih mendalam. Namun, beberapa individu lainnya ada yang menjalani masa quarter life crisis dengan perasaan panik, penuh tekanan, insecure, dan tidak bermakna. Fischer (2008) menjelaskan quarter life crisis sebagai suatu perasaan yang muncul saat individu mencapai usia pertengahan 20-an tahun, dimana ada perasaan takut terhadap kelanjutan hidup di masa depan, termasuk di dalamnya urusan karir, relasi dan kehidupan sosial. Quartel life crisis adalah sebagai bagian dari gejolak di quarter life period, yaitu sebuah fase perkembangan psikologis yang 2 muncul di usia 18-29 tahun sebagai transisi antara fase remaja (adolescence) ke fase dewasa (adulthood) (Atwood & Scholtz, 2008). 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen. Menurut Latipun (2006), penelitian eksperimen adalah penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka hubungan sebab-akibat, yang dilakukan dengan memberikan perlakuan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk kemudian dipelajari atau diobservasi efek perlakuan tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sekelompok subjek penelitian dari suatu populasi tertentu. 2.2 Golden Habits Therapy Covey (2004) mendefinisi ulang beberapa konsep, yaitu mengenai kebiasaan (habits), kedewasaan (maturity), dan keefektifan (effective-ness). Habit didefinisikan Covey sebagai perpotongan antara pengetahuan (knowledge yang berkenaan dengan what to do dan why), keterampilan (skill, yang berkenaan dengan how to do), dan keinginan (desire, berkenaan dengan want to do). Unsur pengetahuan (knowledge) adalah elemen kebiasaan yang berkenaan dengan pengetahuan individu menngenai apa yang dapat dilakukan dan mengapa mesti dilakukan, adapun keterampilan (skill) adalah unsur yang berkenaan dengan bagaimana melakukannya, sedangkan keinginan (desire) berkenaan dengan dorongan atau motivasi mengapa sesuatu dilakukan. Unsur pertama dan kedua adalah bagian kebiasaan manusia yang bersifat eksternal (dipelajari), sedangkan unsur keinginan/motivasi adalah yang datang dari dalam. Suatu perbuatan, akan menjadi kebiasaan individu apabila memiliki ketiga unsur itu dan dilakukan secara konsisten. 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan eksperimen. Rancangan pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan pra-eksperimen. Disebut praeksperimen karena penelitian ini mengandung beberapa ciri eksperimental, akan tetapi masih dalam jumlah kecil sehingga belum memenuhi syarat dari penelitian eksperimen (Latipun, 2006). Subjek dimasukkan ke dalam kelompok eksperimen berdasarkan hasil screanning quarter life crisis. Setelah ini dilakukan manipulasi yang bentuk perlakuannya adalah pemberian golden habits therapy. Setelah dikenai perlakuan pada subjek, akan dilakukan pengukuran ulang (post-test). Berdasarkan uraian kegiatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest Posttest Design. Tujuannya adalah untuk mengukur efektivitas golden habits therapy yang dilakukan oleh individu dari penelitian ini agar fokus pada level subjek dan menurunkan quarter life crisis. Adapun rancangan eksperimennya sebagaimana tercantum pada tabel 1, yaitu sebagai berikut. Tabel 1. Rangangan Eksperimen Pre-Test Treatment Post-Test O1 X O2 2.3 Early Adulthood Menurut Hurlock (2009), masa dewasa awal dimulai pada umur 18-40 tahun, saat berbagai perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa usia dewasa awal adalah masa yang berat karena merupakan periode penyesuaian diri terhadap polapola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Penyesuaian diri terhadap kondisi-kondisi ini menjadikan masa dewasa awal merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang. Menguasai tugas-tugas pada masa perkembangan selalu sulit, dan kesulitan ini meningkat apabila ada rintangan yang menghambat perkembangan seseorang. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah masa kehidupan seseorang yang dimulai dari usia 18 hingga 40 tahun di mana pada masa ini seseorang seharusnya dalam masa bekerja dan menjalin komitmen hubungan dengan lawan jenis serta dalam masa perjuangan dalam hidup seseorang. Keterangan: O1 : Pengukuran awal (pre-test) sebelum diberikan perlakuan. O2 : Pengukuran setelah diberikan perlakuan (posttest). X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen. 3.3 Subjek Penelitian Arikunto (2010) menyatakan bahwa sebagian dari populasi disebut sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu 3 METODE PENELITIAN 3 Individu mempertanyakan mengapa ia terokupasi untuk melanjutkan kuliah dan menggenapinya dengan karir yang cemerlang sementara di sisi lain ia sudah memiliki minat di bidang lain. c) Agama dan spiritualitas Individu mempertanyakan sisi spiritualitasnya mulai dari apakah agama yang ia anut sudah merupakan pilihan yang tepat, apakah orang tua akan kecewa bila individu tidak lagi taat atau bahkan pindah keyakinan hingga bayangan akan agama atau kepercayaan seperti apa yang akan individu tersebut terapkan pada anak-anaknya kelak. d) Kehidupan dan pekerjaan karir Individu pada umumnya terperangkap dalam pertanyaan antara ingin mengerjakan pekerjaan atau karir yang ia minati dengan kebutuhan dan tuntutan untuk bekerja demi memperoleh penghasilan yang besar dan pada akhirnya mampu mandiri secara finansial. e) Teman, Percintaan, dan Relasi dengan Keluarga Individu mulai mempertanyakan apakah benarbenar ada pasangan jiwa yang terpat untuknya, bagaimana ia akan tahu kalau pasangannya saat ini adalah orang yang tepat, serta kebingungan menghadapi masalah saat menjalin masa lajang dengan keinginan untuk juga mau terikat dalam suatu relasi interpersonal. Hubungan dengan keluarga juga diwarnai seputar pertanyaan kemandirian dan keinginan untuk bebas dari orang tua. f) Identitas Diri Individu mempertanyakan esensi dari masa dewasa sebagai masa yang memberikan rasa antusias namun di sisi lain juga memberikan perasaan terancam. Cara penilaian tingkat quarter life crisis adalah dengan menjumlahkan nilai kategori urutan jawaban sebagai berikut: Favorable 1 2 3 4 STS TS S SS Unfavorable 1 2 3 4 SS S TS STS Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek terhadap skala quarter life crisis, berarti semakin tinggi tingkat quarter life crisis subjek pada kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subjek terhadap skala quarter life crisis, maka semakin rendah pula tingkat quarter life crisis subjek pada kehidupannya sehari-hari. Tabel 3. Norma Penilaian Skala Quarter Life Crisis SKOR KETERANGAN mengambil subjek sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti, yaitu subjek yang mendapatkan skor quarter life crisis tinggi, maka mahasiswa tersebut akan menjadi sampel dalam penelitian. Jumlah sampel penelitian adalah 30 orang individu yang berada pada fase dewasa awal. 3.4 Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrument Scale Quarter Life Crisis yang dikembangkan oleh Nash & Murray (2010) merupakan salah satu instrumen yang khusus digunakan untuk mengukur tingkat quarter life crisis. Dalam skala tersebut terdapat 24 aitem yang tersusun dari enam indikator yaitu: mimpi dan harapan, tantangan di bidang akademis, agama dan spiritualitas, kehidupan dan pekerjaan karir, teman, percintaanm dan relasi dengan keluarga, identitas diri. Skala quarter life crisis ini berbentuk skala likert dengan lima pilihan jawaban yaitu STS, TS, CS, S dan SS. Untuk pernyataan favorable perhitungan dimulai dari 5(SS), 4(S), 3(CS), 2(TS), 1(STS). Sedangkan untuk pernyataan unfavorable, perhitungan dimulai dari SS(1), S(2), CS(3), TS(4), dan STS(5). Adapun blueprint dalam alat ukur ini sesuai dengan aspek menurut Nash & Murray (2010) seperti tabel berikut: Tabel 2. Blue Print Skala Quarter Life Crisis Jumlah Aitem No Aspek Fav Unfave 1 Mimpi dan Harapan 1, 2 3, 4 4 2 Tantangan di bidang 5, 6 7, 8 4 akademis 3 Agama dan Spiritual 9, 10 11, 12 4 4 Kehidupan pekerjaan 13, 14 15, 16 4 dan karir 5 Teman Percintaan dan Relasi dengan 17, 18 19, 20 4 Keluarga 6 Identitas Diri 21, 22 23, 24 4 Jumlah 12 12 24 Penyusunan alat ukur quarter life crisis ini mengacu pada aspek-aspek quarter life crisis Nash & Murray (2010). Aspek yang hendak diungkap dalam alat ukur ini meliputi enam aspek quarter life crisis, yaitu: a) Mimpi dan harapan Individu mempertanyakan mimpi-mimpi dan harapan akan hidupnya di masa depan, termasuk di dalamnya adalah bagaimana ia menemukan apa yang menjadi minatnya, bagaimana kalau di usia tertentu yang sudah ditargetkan ia belum mencapai mimpinya, hingga sudah terlambatkah atau bagaimana caranya bila ia harus mengubah atau mengatur ulang harapannya tersebut. b) Tantangan di bidang akademis 4 > 114 101 – 114 89 – 100 76 – 88 < 76 Shapiro-Wilk dikarenakan subjek kurang dari 50. Kaidah yang digunakan adalah jika P > 0.05 maka sebarannya normal dan jika P < 0.05 maka sebarannya tidak normal (Hadi, 2000). Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 3.5.2 Uji Hipotesis 3.5 Teknik Analisa Data Pengujian hipotesis yang digunakan adalah paired sample t-test dimana memiliki pengertian sebagai uji beda dua sampel berpasangan. Sampel berpasangan merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Paired t-test tidak perlu memperhatikan varians (homogenitas) antar kedua kelompok data, hal ini dikarenakan data tersebut berasal dari kelompok yang sama. Kaidahnya adalah jika P < 0.05, maka H1 diterima dan H0 ditolak, akan tetapi jika P > 0.05 maka H1 ditolak H0 diterima. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yaitu Paired sampel T-test. Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu diadakan uji deskriptif, uji normalitas, dan uji homogenitas dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 21.0 for windows. 3.5.1 Uji Normalitas Data Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, dilakukan prosedur pengujian untuk mencari apakah data pada penelitian ini berdistribusi normal. Untuk mengetahui normalitas data dapat digunakan dengan uji product moment yang datanya berbentuk interval atau rasio (Anwar, 2009). Uji normalitas untuk melihat penyimpanan frekuensi observasi yang diteliti dari frekuensi teoritik. Uji asumsi normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik statistik analitik uji normalitas 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Individu yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Mulawarman, Samarinda. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 30 orang. Adapun data mahasiswa Universitas Mulawarman yang menjadi subjek adalah sebagai berikut Tabel 4. Nama Mahasiswa Universitas Mulawarman yang Menjadi Subjek Penelitian No. Nama Jenis Kelamin Usia Fakultas 1 D Laki-laki 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2 MFJR Laki-laki 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3 AS Perempuan 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4 JS Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5 NA Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 6 IDS Perempuan 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 7 GVPC Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 8 AK Perempuan 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 9 NR Perempuan 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 10 AFE Laki-laki 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 11 VAS Perempuan 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 12 KASP Perempuan 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 13 AB Laki-laki 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 14 MO Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 15 AF Laki-laki 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 16 PAHO Perempuan 18 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 17 ILB Perempuan 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 18 PS Laki-laki 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 19 MF Laki-laki 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 20 FFH Laki-laki 21 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 21 AFEP Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 22 TF Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 23 P Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 24 R Perempuan 20 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5 25 26 27 28 29 30 NI ANT JV UTC AP EM Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan 21 tahun 20 tahun 20 tahun 21 tahun 20 tahun 19 tahun Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Keguruan dan Ilmu Pendidikan Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2 Lain-lain 2 6.7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 7 tersebut, dapat diketahui bahwa subjek penelitian ini terdiri dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berjumlah 28 orang (93.3 persen) dan dari fakultas lain berjumlah 2 orang mahasiswa (6.7 persen). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek penelitian didominasi oleh mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berjumlah 28 orang mahasiswa (93.3 persen). Adapun distribusi sampel penelitian ini berdasarkan jenis kelamin usia, dan fakultas adalah sebagai berikut: Tabel 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase 1 Laki – Laki 8 26.7 2 Perempuan 22 73.3 Jumlah 30 100 4.2 Hasil Uji Deskriptif Analisis deskriptif sebaran frekuensi dan histogram dilakukan untuk mendapatkan gambaran demografi subjek dan deksriptif mengenai variabel penelitian, yaitu penelitian untuk menurunkan quarter life crisis dengan metode penerapan terapi kebiasaan emas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat quarter life crisis sebelum dan sesudah pemberian metode terapi kebiasaan emas melalui pemberian materi pada mahasiswa yang mengalami quarter life crisis. Pre-test yang diberikan pada subjek penelitian berfungsi untuk mengetahui perbedaan hasil pada post-test. Terapi kebiasaan emas dianggap efektif jika skor post-test lebih tinggi daripada skor pre-test. Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa subjek dalam penelitian dengan jenis kelamin lakilaki berjumlah 8 orang (26.7 persen) dan jenis kelamin perempuan berjumlah 22 orang (73.3 persen). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek penelitian, yaitu mahasiswa Universitas Mulawarman Samarinda didominasi oleh mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 22 (73.3 persen). Tabel 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase 1 18-20 Tahun 13 43.3 2 21-24 Tahun 17 56.7 3 >25 Tahun 0 0 Jumlah 30 100 Berdasarkan hasil uji deskriptif sebaran frekuensi dan histogram maka diperoleh rentang skor dan kategori untuk masing-masing subjek penelitian sebagai berikut: Berdasarkan tabel 6 tersebut, dapat diketahui bahwa subjek penelitian ini terdiri dari mahasiswa dengan rata-rata usia 18-20 tahun berjumlah 13 orang (43.3 persen), dengan rata-rata usia 21-24 tahun berjumlah 17 orang mahasiswa (56.7 persen) dan tidak ada subjek berusia di atas 25 tahun. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek penelitian didominasi oleh mahasiswa dengan rata-rata usia 21-24 tahun berjumlah 17 orang mahasiswa (56.7 persen). Tabel 7. Karakteristik Subjek Berdasarkan Fakultas No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase 1 Ilmu Sosial dan 28 93.3 Ilmu Politik Tabel 8. Skor Kriteria Penilaian Skala Quarter Life Crisis Skor Kriteria >92 Sangat Tinggi 77 – 91 Tinggi 61 – 76 Sedang 46 – 60 Rendah <45 Sangat Rendah Hasil secara keseluruhan perolehan skor quarter life crisis sebelun dan setelah perlakuan untuk masingmasing subjek pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 9. 6 Tabel 9. Rangkuman Data Skor dan Klasifikasi Tingkat Literasi Budaya Kelompok Eksperimen Data Skor dan Klasifikasi Tingkat Quarter Life Crisis Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah Pemberian Pelatihan Responden Pre-tes Klasifikasi Posttest Klasifikasi Status D 49 Rendah 41 Sangat Rendah Turun MFJR 69 Sedang 49 Rendah Turun AS 66 Sedang 47 Sangat Rendah Turun JS 61 Rendah 54 Rendah Tetap NA 61 Rendah 37 Sangat Rendah Turun IDS 67 Sedang 38 Sangat Rendah Turun GVPC 62 Rendah 39 Sangat Rendah Turun AK 61 Rendah 50 Rendah Tetap NR 59 Rendah 41 Sangat Rendah Turun AFE 68 Sedang 49 Rendah Turun VAS 58 Rendah 40 Sangat Rendah Turun KASP 45 Sangat Rendah 45 Sangat Rendah Tetap AB 43 Sangat Rendah 46 Sangat Rendah Tetap MO 52 Rendah 36 Sangat Rendah Turun AF 44 Sangat Rendah 34 Sangat Rendah Tetap PAHO 56 Rendah 47 Sangat Rendah Turun ILB 71 Sedang 36 Sangat Rendah Turun PS 57 Rendah 40 Sangat Rendah Turun MF 49 Rendah 48 Sangat Rendah Turun FFH 50 Rendah 46 Sangat Rendah Turun AFEP 62 Rendah 48 Sangat Rendah Turun TF 67 Sedang 27 Sangat Rendah Turun P 63 Rendah 50 Rendah Tetap R 70 Sedang 48 Sangat Rendah Turun NI 68 Sedang 53 Rendah Turun ANT 54 Rendah 48 Sangat Rendah Turun Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa pada pre-test dan post-test terdapat perbedaan skor pasa mahasiswa yang berada pada fase quarter life crisis setelah diberikan materi tentang penerapan kebiasaan emas. Terdapat 24 subjek yang mengalami penurunan tingkat quarter life crisis dan terdapat 6 subjek yang mengalami penurunan tingkat quarter life crisis (tetap). dan uji homogenitas penggunaan uji T-tes. sebagai syarat dalam 4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk melihat penyimpanan frekuensi observasi yang diteliti dari frekuensi teoritik. Uji asumsi normalitas menggunakan teknik statistic analitik uji normalitas Shapiro-Wilk dikarenakan subjek kurang dari 50. Kaidah yang digunakan adalah jika p > 0.05 maka sebarannya normal dan jika p < 0.05 maka sebarannya tidak normal (Santoso, 2015). Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Kategori ShapiroP Keterangan 4.3 Hasil Uji Asumsi Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Ttes. Sebelum dilakukan perhitugan dengan uji T-tes, perlu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas, 7 Pres-tes Posttest Wilk 0.976 0.939 0.722 0.084 Maka dapat disimpulkan bahwa kedua sebaran data, yaitu pre-tes, dan posttest memiliki sebaran data yang normal, dengan demikian analisis data secara parametrik dapat dilakukan karena telah memenuhi syarat atas asumsi normalitas sebaran data penelitian. Normal Normal Berdasarkan tabel 10 di atas, maka dapat disimpulkan hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel quarter life crisis pre-test pada mahasiswa dengan perlakuan terapi kebiasaan emas menghasilkan nilai P = 0.722 (P > 0.050). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran butir-butir variabel quarter life crisis pre-test adalah normal. Kemudian, pada hasil uji asumsi normalitas terhadap variabel quarter life crisis post-test pada mahasiswa dengan terapi kebiasaan emas menghasilkan nilai P = 0.084 (P > 0.050). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran butir-butir variabel quarter life crisis post-test adalah normal. 4.4 Hasil Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat quarter life crisis pada mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yang berupa terapi kebiasaan emas. Dalam penelitian ini, kaidah uji hipotesis untuk Paired T-Test adalah jika P < 0.05, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Akan tetapi, jika P > 0.05, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Tabel 11. Hasil Uji Paired Sample t-Test Kelompok Eksperimen Paired Sample t-Test T hitung T table Df Sig. Mean Difference Pre Test – Post Test 8.436 2,042 29 0,000 16.967 Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa pada pre test dan post test perlakuan terapi kebiasaan emas didapatkan hasil t hitung adalah 8.436 (< t tabel = 2.042) dengan 𝑝 = 0,000 (𝑝 < 0.05) maka H1 diterima, sehingga H0 ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat quarter life crisis setelah diberikan perlakuan terapi tujuh kebiasaan emas. Dalam penelitian ini, kaidah uji hipotesis untuk uji paired t sample t-test adalah jika 𝑝 > 0.05 maka H0 diterima dan jika 𝑝 < 0.05 maka H0 ditolak (Santoso, 2015). sesuatu dilakukan. Unsur pertama dan kedua adalah bagian kebiasaan manusia yang bersifat eksternal (dipelajari), sedangkan unsur keinginan/motivasi adalah yang datang dari dalam (internal). Suatu perbuatan, akan menjadi kebiasaan individu apabila memiliki ketiga unsur itu dan dilakukan secara konsisten. Dalam hal ini, mahasiswa yang mengalami quarter life crisis diberi materi mengenai terapi tujuh kebiasaan emas sebagai bekal pengetahuan, yang kemudian diwujudkan dalam keterampilan dan keinginan untuk merubah hal yang buruk menjadi hal yang lebih baik dan terorganisir. Jenis perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapi kebiasaan emas. Metode ini merupakan konsepan dari Covey (2004) yaitu mengenai kebiasaan (habit), kedewasaan (maturity), dan keefektifan (effective-ness). Kemudian Covey (2004) juga menguraikan mengenai pengembangan diri manusia yaitu, proaktif dan proaktivitas, mulai dengan akhir dari pikiran, dahulukan yang utama, berpikir menangmenang, berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti, wujudkan sinergi, dan asahlah gergaji. Kemudian peneliti mengembangkan atau menerapakan 7 kebiasaan tersebut dengan beberapa perlakuan yang dapat di roleplay secara langsung. Perlakuan (treatment) menggunakan terapi kebiasaan emas diberikan kepada subjek. Perlakuan (treatment) terapi kebiasaan emas diberikan kepada tiga puluh orang subjek yang merupakan mahasiswa yang mengalami fase 4.5 Pembahasan Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penurunan tingkat quarter life crisis pada mahasiswa yang diberikan perlakuan berupa terapi kebiasaan emas. Hasil analisis hipotesis pada skala quarter life crisis menggunakan uji sample paired t-test menghasilkan nilai P = 0.000 (P < 0.050) pada pre-test – post-test. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek yang diberikan terapi kebiasaan emas mengalami penurunan tingkat quarter life crisis. Hasil ini didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh Covey (2004) bahwa unsur pengetahuan (knowledge) adalah elemen kebiasaan yang berkenaan dengan pengetahuan individu menngenai apa yang dapat dilakukan dan mengapa mesti dilakukan, adapun keterampilan (skill) adalah unsur yang berkenaan dengan bagaimana melakukannya, sedangkan keinginan (desire) berkenaan dengan dorongan atau motivasi mengapa 8 dari berbagai sumber jurnal dalam negeri maupun luar negeri. 3. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama atau topik yang sama dengan lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas penelitian yang lebih baik serta memperhatikan beberapa aspek lain yang mempengaruhi penelitian. quarter life crisis yang dipilih sebagai subjek berdasarkan hasil screening. Berdasarkan data analisis yang dibahas pada sub bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perlakuan dengan terapi kebiasaan emas mampu memberikan perubahan dan penurunan tingkat quarter life crisisi pada mahasiswa. Artinya, jika perlakuan diberikan kepada mahasiswa secara teratur, maka mahasiswa akan dapat menurunkan tingkat quarter life crisis dengan baik sebagai cara untuk mengatasi masalah di kemudian hari. 5 PENUTUP 6 Daftar Pustaka 5.1 Kesimpulan Allison, P. 2010. Survival Analysis Using SAS: A Practical Guide. Cary, NC, USA: SAS Institute Inc. Anwar. 2009. Statistik Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Parama Publishing. Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Atwood, J. D., & Scholtz, G. 2008. The Quarter Life Time Period: an Age of Indulgence, Crisis or Both?. Journal Comtemp Fam. 30(1): 233-250. Covey, S. R. 2004. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif). Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher Fischer, K. 2008. Ramen Noodles, Rent and Resumes: An After-College Guide to Life. California: Super College LLC. Hadi, S. 2000. Metodologi Research II. Jakarta: Andi Ofset. Hurlock, E. B. 2011. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Nash, R. J., & Murray, M. C. 2010. Helping College Students Find Purpose : The Campus Guide to Meaning-Making. San Fransisco: Jossey-Bass Papalia, E. D. & Feldman, R. T .2014. Meyelami Perkembangan Manusia ; Experience Human Development. Jakarta: Salemba Humanika. Robbins, A., & Wilner, A. 2001. Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties. New York: Tarcher Penguin. Santoso, S. 2015. SPSS20 Pengolahan Data Statistik di Era Informasi, Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam. Penerbit Andi. Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat penurunan tingkat quarter life crisis pada Mahasiswa dalam kelompok eksperimen melalui perlakuan berupa tujuh kebiasaan emas yang diterapkan sebagai treatment. 2. Pada kelompok eksperimen diketahui pada pretest dan post-test skala quarter life crisis terdapat perbedaan skor pada mahasiswa yang telah diberi perlakuan berupa tujuh kebiasaan emas, terdapat 24 subjek mahasiswa pada kelompok eksperimen yang mengalami penurunan tingkat quarter life crisis dan 6 subjek mahasiswa pada kelompok eksperimen yang mengalami tingkat quarter life crisis tetap. 3. Hipotesis yang didapatkan melalui uji Sample Paired T-Test peroleh hasil dari kelompok eksperimen pada pre-test dan post-test diperoleh hasil 𝑝= 0,000 (𝑝 > 0.05) maka H1 diterima, sehingga H0 ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat quarter life crisis setelah diberikan perlakuan berupa tujuh kebiasaan emas. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Saran Bagi Mahasiswa Bagi mahasiswa sebaiknya dapat mengikuti terapi kebiasaan emas dengan baik agar dapat menemukan solusi atas apa yang sedang dihadapi dan menurunkan tingkat quarter life crisis. 2. Saran Bagi Peneliti Peneliti dapat mencoba eksperimen serupa yaitu, menurunkan tingkat quarter life crisi namun dapat dilakukan dengan subjek yang berbeda dan juga treatment atau metode penelitian yang lainnya guna untuk meningkatkan wawasan dengan mem- baca 9