Uploaded by zranti8

Anestesi pada Laparoskopi

advertisement
Anestesi pada
Laparoskopi
PENDAHULUAN
Latar belakang
• Anestesi berasal bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthētos "persepsi, kemampuan untuk merasa", secara
umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
• Laparoskopi adalah sebuah prosedur pembedahan minimally
invasive dengan memasukkan gas CO2 ke dalam rongga
peritoneum untuk membuat ruang antara dinding depan
perut dan organ viscera, sehingga memberikan akses
endoskopi ke dalam rongga peritoneum tersebut
• Teknik laparoskopi memiliki beberapa manfaat, seperti
minimal ukuran sayatan, nyeri pasca operasi yang lebih ringan,
tingkat pemulihan yang lebih pendek, dan insiden infeksi luka
pascaoperasi yang lebih rendah.
• operasi laparoskopi juga memiliki beberapa risiko, salah
satunya karena terjadinya ruang pneumoperitonium dan
perubahan posisi pasien pada prosedur laparoscopy 
menimbulkan perubahan patofisiologi pada pasien 
memerlukan manajemen anestesia yang khusus.
• Pengkajian masalah-masalah potensial yang mungkin terjadi
pada laparoskopi sangat penting bagi ahli anestesi untuk dapat
memberikan anestesi yang optimal pada pasien.
• Teknik anestesi pada laparoskopi, meliputi anestesi umum dan
regional, dimana penggunaan teknik anestesi regional mulai
berkembang pada tindakan laparoskopi.
• Tujuan Penulisan
• Tujuan penulisan referat ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang anestesi pada
laparoskopi
• Manfaat Penulisan
• Referat ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi tentang anestesi pada laparoskopi
• Metode Penulisan
• Penulisan referat ini dengan menggunakan metode tinjauan
kepustakaan dengan merujuk kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI LAPAROSKOPI
• Laparoskopi adalah sebuah prosedur pembedahan minimally
invasive dengan memasukkan gas CO2 ke dalam rongga
peritoneum untuk membuat ruang antara dinding depan
perut dan organ viscera, sehingga memberikan akses
endoskopi ke dalam rongga peritoneum tersebut
TINDAKAN BEDAH DENGAN
LAPAROSKOPI
Intra abdominal
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Cholescystectomy
Appendectcomy
Colectomy
Inguinal hernia repair
Adrenalectomy
Nephrectomy
Prostatectomy
Pancreatectomy
Splenectomy
Liver resection
Genikologi
•
•
•
•
•
•
•
Kehamilan ektopik
Ovarian cystectomy
Pemulihan torsi ovarium
Salphingo-oophorectomy
Hysterectomy
Myomectomy
Lymphadenectomy
Defenisi Anestesi
• Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Teknik Anestesi pada Laparoskopi
Pemilihan jenis anestesi memperhatikan beberapa faktor. Anestesi regional tidak
digunakan rutin pada prosedur laparoskopi, karena iritasi yang mengenai diafragma
dari insuflasi CO2 bisa menyebabkan sakit pada pundak, ditambah lagi waktu
penyembuhan untuk pengembalian fungsi yang lengkap bisa lama.
• Evaluasi Preoperasi
 Secara umum sebelum memulai anestesi, dilakukan terlebih dulu anamnesis
dan pf. Karena perubahan tekanan hemodinamik dan respirasi terjadi pada
pasien selama prosedur laparoskopi, evaluasi sebelum operasi difokuskan
untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit paru berat dan gangguan
fungsi jantung.
Manajemen Intraoperatif
• ANESTESI UMUM PADA LAPAROSKOPI
 Pengukuran TD non invasive dan kapnografi penting untuk mengikuti
efek hemodinamik dan pneumoperitoneum pada respirasi dan
perubahan posisi. Dalam situasi tertentu, monitor pengukuran tekanan
arteri sebaiknya dilakukan.
 Untuk mencegah aspirasi paru dan menjaga jalan nafas, perlu
pemasangan ETT dikarenakan dapat mengurangi tekanan udara
lambung, ↓ resiko kerusakan gaster, dan memperbaiki visualisasi selama
operasi. Pada saat tekanan intraabdomen ↑ karena pneumoperitoneum,
ETT dapat digunakan untuk memberikan tekanan ventilasi yang positif
untuk mencegah hipoksemia dan untuk mengekskresikan kelebihan CO2
yang diabsorbsi
 Obat anestesi yang digunakan berupa volatile agent, opioid
intravena, dan obat pelumpuh otot. Ada studi yang mengatakan
bahwa N2O sebaiknya dihindari selama prosedur laparoskopi
karena ↑ pelebaran usus dan resiko mual pasca operasi.
 2 tujuan utama pemeliharaan selama laparoskopi dengan
anestesi umum adalah menjaga agar tetap normokapnia dan
mencegah
ketidakseimbangan
hemodinamik.
Hiperkapnia
biasanya berawal beberapa menit setelah insuflasi CO2. Untuk
menormalkan kembali, ventilasi ditingkatkan biasanya dengan ↑
RR dengan volume tidal tetap.
• Jika tekanan darah meningkat maka pemberian kadar obat
anestesi inhalasi dapat ditingkatkan dan dapat ditambahkan
dengan pemberian obat seperti nitropusside (nitropusside
menyebabkan reflek tackikardi, berpotensi untuk
menimbulkan keracunan sianida), esmolol, atau calcium
channel blocker
ANESTESI REGIONAL PADA
LAPAROSKOPI
• Tindakan laparoskopi yang singkat seperti pada laparoskopi
diagnostik, pain mapping, laparoskopi untuk infertilitas dan
ligasi tuba dapat dilakukan dengan anestesi regional. Prosedur
ini mulai sering digunakan. Regional anestesi dikatakan
memiliki kelebihan akan :
•
•
•
•
Pulih sadar yang cepat
Mengurangi insidensi PONV
Nyeri pasca operasi yang rendah
Rawat inap lebih singkat
• Beberapa kondisi yang menjadi alasan pemilihan teknik
anestesi regional pada laparoskopi adalah bila anestesi umum
tidak direkomendasikan, yaitu dalam hal :
•
•
•
•
•
Pasien menolak
Prediksi sulit intubasi
Alergi terhadap obet anestesi (khususnya curare)
Untuk melindungi pita suara (misalnya pada penyanyi)
Pada kasus tertentu dimana ahli bedah ingin berkomunikasi
dengan pasien untuk pengambilan keputusan tindakan selama
operasi
• Teknik anestesi regional, baik epidural maupun spinal, dapat
digunakan untuk laparoskopi ginekologi tanpa gangguan
bermakna pada ventilasi.
• Selain adanya resiko kegagalan dan potensi toksisitas akan
obat anestesi lokal, penggunaan teknik epidural pada
laparoskopi memerlukan perhatian pada problem-problem
berikut :8
• Level blok sensorik antara T4 dan L5 umumnya diperlukan untuk
memperoleh kualitas blok yang baik. Nyeri perut akibat iritasi
peritoneum yang mungkin ditimbulkan oleh pneumoperitoneum
memerlukan blok hingga setinggi T4.
• Blok simpatis setinggi T4-L5, pnumoperitoneum (dapat
menyebabkan kompresi vena cava bila tekanan insuflasi gas
mencapai 10 mmHg atau lebih) dan posisi pasien dapat
menyebabkan penurunan venous return dan cardiac output.
• Anestesi regional secara teoritis berkaitan dengan perubahan
pada respirasi. Blokade sensorik T4-L5 akan diikuti paralisis
otot intercostal dalam berbagai tingkat. Adanya
pneumoperitoneum dan posisi pasien menyebabkan
diafragma terdorong. Perubahan-perubahan ini, termasuk
pemberian sedasi yang kadang dilakukan akan menyebabkan
hiperkapnea dengan resiko terjadinya hipoksia. Pemberian
oksigen pada pasien dengan napas spontan harus selalu
dicermati.
• Poin penting dari anestesi regional pada laparoskopi adalah
bagaimana menerapkan teknik regional ini mulai dari lamanya
pemasangan alat, monitoring dan kontak dengan pasien
dengan prosedur laparoskopi itu sendiri sehingga waktu
operasi secara keseluruhan selesai dalam waktu yang relatif
singkat rata-rata 30-90 menit rata-rata.
• Keberhasilan pemilihan teknik regional untuk laparoskopi
sangat tergantung pada beberapa hal :
• Pasien bersedia dan kooperatif
• Tidak ada kontraindikasi, meliputi
•
•
•
•
•
•
Hipovolemi
Gangguan perdarahan
Infeksi pada daerah puncture
Gagguan saraf perifer
Alergi obat anestesi lokal
Gangguan pulmoner berat
• Lamanya tindakan laparoskopi
• Keahlian dan pengalaman ahli anestesi dan bedah
Manajemen Pasca Operasi
 Di ruang pemulihan pasca anestesi, hiperkapnia bisa tetap terjadi
selama 45 menit setelah prosedur selesai. Insiden mual muntah
pasca operasi laparoskopi dilaporkan cukup tinggi. Untuk ↓ insiden
mual dan muntah pasca operasi dapat dilakukan
dengan
meminimalkan dosis opioid dan mempertimbangkan pemberian
propofol untuk anestesi.
 Penggunaan analgetik setelah prosedur laparoskopi umumnya lebih
sedikit dibandingkan dengan sesudah bedah terbuka. Pemberian
opioid iv (fentanyl, morfine) dalam kombinasi dengan NSAID
intravena membantu agar pasien nyaman pada akhir dari prosedur.
MONITORING PADA
LAPAROSKOPI
• American Society of Anesthesiologist (ASA) telah menetapkan
standar monitoring pada pasien yang dikelola dengan anestesi
lokal, regional maupun umum. Standar tersebut meliputi : 9
• Ahli anestesi yang selalu waspada. Hal ini adalah yang paling
penting
• Monitor ventilasi, oksigenasi, sirkulasi dan temperatur tubuh
pasien
• Automated noninvasive blood pressure monitor (NIBP)
• End-tidal carbondioxide analyzer (capnograph)
• Probe temperatur (esofageal atau kulit)
KOMPLIKASI LAPAROSKOPI
• INSTRUMENTASI PEMBEDAHAN
• Akses awal ke dalam rongga peritoneum dilakukan dengan
menggunakan jarum Veress yang diinsersi melalui insisi
subumbilikal. Karena insersi dilakukan secara blind, ada
kemungkinan terjadi kekeliruan masuknya jarum ke subkutan,
pembuluh darah, viscus, omentum, mesenterium atau
retroperitoneum. Perdarahan yang tidak terkontrol akibat
cederanya pembuluh darah besar oleh instrumen pembedahan
dapat menyebabkan hipotensi.
• KARDIOVASKULER
• Walaupun jarang, pernah didapatkan kejadian kolaps
kardiovaskuler akut selama laparoskopi, dan mungkin disebabkan
oleh reaksi vasovagal yang hebat, disritmia, kehilangan darah
akut, disfungsi miokard, tension pneumothorak, emboli gas pada
vena, asidosis respiratorik berat, tamponade kardiak, IAP yang
tinggi dan agen anestesi.
• PULMONER
• Perubahan pada pulmoner selama laparoskopi dapat
menyebabkan hipoxemia dan hiperkarbi yang berat. Diagnosis
banding dari disfungsi pulmoner meliputi absorbsi CO2,
hipoventilasi (obstruksi jalan napas, kebocoran pada ventilator
atau sirkuit), bertambahnya dead space (berkaitan dengan
distensi abdomen, posisi pasien, ventilasi mekanik), intubasi
endobronkial, penurunan cardiac output, emboli CO2,
pneumothorak, pneumomediastinum, pneumoperikardium dan
emfisema subkutan.
BAB 3
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh. Laparoskopi adalah sebuah prosedur pembedahan minimally invasive
dengan memasukkan gas CO2 ke dalam rongga peritoneum untuk membuat
ruang antara dinding depan perut dan organ viscera, sehingga memberikan akses
endoskopi ke dalam rongga peritoneum tersebut.
• Teknik anestesi pada operasi laparaskopi terdiri dari teknik anestesi umum dan
anestesi regional. Pemilihan jenis anestesi dipertimbangkan berdasarkan jenis
operasi laparaskopi. Tindakan laparoskopi yang singkat seperti pada laparoskopi
diagnostik, pain mapping, laparoskopi untuk infertilitas dan ligasi tuba dapat
dilakukan dengan anestesi regional.
• Selama operasi American Society of Anesthesiologist (ASA) telah menetapkan
standar monitoring pada pasien yang dikelola dengan anestesi umum maupun
regional. Standar monitoring tersebut meliputi Monitor ventilasi, oksigenasi,
sirkulasi dan temperatur tubuh pasien, automated noninvasive blood pressure
monitor (NIBP), end-tidal carbondioxide analyzer (capnograph), dan Probe
temperatur (esofageal atau kulit).
Download