erfitriara-369-1-s.. - Digital Library UWP

advertisement
KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH GUNA PERTUMBUHAN
PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
Erfitria Rahmawati
NPM : 10133088
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH GUNA PERTUMBUHAN
PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Sebagi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Wijaya Putra Surabaya
Oleh:
Erfitria Rahmawati
NPM : 10133088
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
i
KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH GUNA PERTUMBUHAN
PEMBANGUNAN DAERAH DI KOTA SURABAYA
NAMA
:
ERFITRIA RAHMAWATI
FAKULTAS
:
EKONOMI
JURUSAN
:
AKUNTANSI
NPM
:
10133088
DI SETUJUI DAN DITRIMA OLEH
DOSEN PEMBIMBING
Rodhiyah,SE,MM
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah di terima dan di setujui oleh tim Penguji Skripsi serta di nyatakan LULUS.
Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syarat-syarat
mencapai gelar Sarjana EKONOMI pada FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI
SURABAYA.
Tim Penguji Skripsi :
1. Ketua
:
Ibu Dr. Soenarmi,SE,MM.
(Tanda Tangan)
(Dekan Fakultas Ekonomi)
2. Sekretaris
:
Ibu Aminatuzzuhro,SE,Msi
(Tanda Tangan)
(Ketua Program Studi)
3. Anggota
:
Bapak Antoni,SE,MSA
(Tanda Tangan)
(Dosen Penguji I)
Bapak Drs. Ec. Koes Soeparno,Ak.
(Dosen Penguji II)
iii
(Tanda Tangan)
Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Guna Pertumbuhan
Pembangunan Daerah Di Kota Surabaya
Erfitria Rahmawati
NPM : 10133088
ABSTRAK
Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjujung tinggi hak
dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu
menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam
gotong-royong nasional, yang merupakan peran serta masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui
peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat dalam
rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional, maka pelaksanaan
pembangunan harus merata diseluruh Tanah Air dan ini tidak terlepas dari adanya
pembangunan daerah merupakan bagian yang sangat penting dari pembangunan
nasional. Guna memperlancar pembangunan nasional maka perlu digunakan suatu
dana yang berasal dari penerimaan Negara yaitu dari Pemungutan Pajak Daerah.
Pemungutan Pajak Daerah merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran
wajib pajak untuk langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan Pembangunan
Nasional.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
kontribusi yang diberikan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kota Surabaya apakah ada pengaruh Pajak Reklame Terhadap
Pendapatan Asli Daerah guna pertumbuhan pembangunan daerah di kota
surabaya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tentang Pajak
Reklame, Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Kota Surabaya sepanjang tahun, sejak bergabungnya Dinas Pendapatan
Daerah dengan bagian Keuangan Sekretariat Daerah menjadi Dinas Pendapatan
dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya tahun 2009-2013. Variabel Bebas
(independent) yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah pajak atas
penyelenggaraan reklame di Kota Surabaya dan variabel Terikat (dependent)
dalalm penelitian ini yaitu jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Surabaya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis.
Kata kunci : Pajak Reklame dan Pendapatan Asli Daerah
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ayahanda (Fatkhur.R), Ibunda (Sulik.S.W)..........tersayang.
Adikku (Diana & Feby)............tersayang.
Almamater.... tercinta UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA
Untuk orang yang selalu ada disampingku......terimakasih.
Untuk kakakku (Putra).........terima kasih buku dan semua bimbingannya.
Semua teman-teman yang mendukungku.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul
“Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Guna
Pertumbuhan Pembangunan Daerah Di Kota Surabaya”dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Rodiah,SE,MM selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun,
tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,
motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama
menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak H. Budi Endarto, SH., M.Hum. selaku Rektor Universitas Wijaya
Putra.
2. Ibu Dr.Soenarmi, SE., MM. selaku Dekan FE Universitas Wijaya Putra.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Akuntansi Perpajakan di
UWP yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
vi
4. Ibunda dan Ayahanda yang sangat banyak memberikan bantuan moril,
material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan
selama menempuh pendidikan.
5. Untuk Nicho Ardhian Syaputra yang telah memberikan inspirasi dan
sebagai penyemangat
6. Saudara Eka F.Wijanarko selaku pengamat yang banyak membantu dalam
pelaksanan dan pengumpulan data penelitian demi kelancaran dalam
pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini.
7. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah memberikan masukan kepada penulis
baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi
ini.
8. Semua pihak
yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
belum bisa dikatakan sempurna masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari semua pihak yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi dunia pendidikan.
Amien
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
iii
ABSTRAKSI............................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................
v
KATA PENGANTAR ............................................................................
vi
DAFTAR ISI ............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ...............................................................
8
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................
8
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................
2.1. Pengertian Pajak .....................................................................
11
11
2.1.1. Pengklasifikasian Pajak ........................................... 11
2.1.2. Azaz Pemungutan Pajak Daerah .............................
14
2.1.3. Fungsi Pajak ............................................................
16
viii
2.1.4. Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah.................
17
2.1.5. Pendapatan Asli Daerah ..........................................
18
2.1.6. Pajak Daerah ............................................................ 22
2.2.1. Pajak Reklame ......................................................... 25
2.2.1.1. Dasar Hukum..........................................
25
2.2.1.2 . Pengertian Pajak ..................................... 26
2.2.1.3. Subjek,Objek Dan Wajib Pajak............... 26
2.2.1.4. Bukan Objek Pajak Reklame.................... 27
2.2.1.5. Nilai Sewa Reklame................................
28
2.2.1.6. Dasar PengenaanTarif Dan Cara
Perhitungan Pajak Reklame .................... 30
2.2.1.7. Penyelenggaraan Reklame....................... 32
2.2.1.8. Ketentuan Perizinan................................
36
2.2.1.9. Tata Cara Pembayaran Pajak
Reklame................................................... 40
2.2.1.10. Sangsi Atas Penyelenggaraan
Pajak Reklame....................................... 42
2.2.1.11. Kadaluarsa Penagihan Pajak..................... 44
2.2.1.12. Pembukuan Dan Pemeriksaan................... 45
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................ 46
2.3. Kerangka Konseptual ............................................................... 47
2.4. Hipotesis Penelitian ................................................................. 48
ix
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 49
3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 49
3.2. Deaskripsi Populasi Dan Penelitian Sampel.............................. 51
3.2.1. Populasi ..................................................................... 51
3.2.1. Sampel ....................................................................... 51
3.3. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel ........................... 52
3.3.1. Klasifikasi Variabel.................................................... 52
3.3.2. Definisi Oprasional Fariabel....................................... 53
3.4. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen
Penelitian .................................................................................. 54
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data........................................ 54
3.4.2. Instrumen Penelitian.................................................. 55
3.5. Analisis Data ............................................................................. 55
BAB IV Penyajian Dan Analisa Data ..................................................... 57
4.1. Penyajian Data ......................................................................... 57
4.1.1. Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak
Reklame Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) DiKota Surabaya............................... 57
4.2. Analisis Data ............................................................................ 66
4.2.1. Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame...................... 66
4.3. Interprestasi .............................................................................. 71
x
BAB V KESIMPULAN ........................................................................... 73
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 73
5.2. Saran ........................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Tabulasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Surabaya Tahun Anggaran 2009 – 2013
(dalam rupiah) ........................................................................... 59
Table 4.2 Target Dan Realisasi Pajak Reklame Kota Surabaya
TahunAnggaran 2009 – 2013..................................................... 61
Table 4.3 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya Tahun Anggaran
2009 – 2013 ............................................................................... 66
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Kerangka Konseptual ................................................... 48
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjujung tinggi hak
dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu
menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam
gotong-royong nasional, yang merupakan peran serta masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan nasional.
Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan
kesejahteraan seluruh rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan
nasional, maka pelaksanaan pembangunan harus merata diseluruh Tanah Air dan
ini tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah merupakan bagian yang sangat
penting dari pembangunan nasional. Guna memperlancar pembangunan nasional
maka perlu digunakan suatu dana yang berasal dari penerimaan Negara yaitu dari
Pemungutan Pajak Daerah.
Pemungutan Pajak Daerah merupakan perwujudan dari pengabdian dan
peran wajib pajak untuk langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan Pembangunan
Nasional.
Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Pajak merupakan
1
2
salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara yang dibayarkan
oleh masyarakat.
Pajak
juga
sebagai
iuran
pemungutan
yang
dapat
dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan serta sebagai perwujudan peran serta masyarakat atau
wajib
pajak
kewajiban
untuk
perpajakan
secara
yang
langsung
diperlukan
dan bersama-sama
untuk
melaksanakan
pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sehingga dalam pelaksanaannya sektor perpajakan diatur
melalui sistem beserta Undang-undang yang telah ditetapkan. Melalui sistem
tersebut diharapkan pengadaan pembangunan nasional melalui sektor pajak
dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk kepentingan bersama. Tujuan
pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan
seluruh rakyat. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut tidak terlepas
oleh adanya pembangunan daerah. Sehingga untuk memperlancar pembangunan
nasional diperlukan anggaran dari pemerintah negara yang diperoleh dari
pemungutan pajak daerah.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang akan
digunakan
untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintah
daerah
dan
pembangunan daerah. Peranan pajak sangatlah penting bagi penerimaan kas
negara oleh karena itu Pemerintah terus berusaha meningkatkan dan menggali
setiap potensi yang ada. Demikian juga potensi yang ada di daerah dimana usaha
tersebut tidak lepas dari peran serta dan kontribusi Pemerintah Daerah yang lebih
mengetahui akan kebutuhan dan kondisi serta potensi yang ada di daerahnya
3
untuk digali dan dioptimalkan. Peran serta yang tinggi dari masyarakat Indonesia
dalam membayar pajak juga sangat diharapkan untuk meningkatkan semua sektor
pembangunan. karena pada hakekatnya pajak yang dibayarkan masyarakat ke kas
negara akan dikembalikan kemasyarakat dalam bentuk tersedianya sarana dan
prasarana lain yang menunjang kesejahteraan masyarakat Indonesia seluruhnya
agar adil dan makmur.
Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak daerah
sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota
masyarakat wajib pajak. Pemerintah dalam hal ini sebagai aparatur perpajakan
sesuai dengan fungsinya ber-kewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan
pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan
yang telah digariskan dalam Peraturan Perundang–undangan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Halim (2010: 110), sumber – sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri
dari:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolan Kekayaan Milik
Daerah yang Dipisahkan.
4
d. Lain-lain PAD yang Sah.
Kunci kemandirian daerah adalah pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi daerah itu
sendiri sehingga dapat memperlancar penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah. Sedangkan kemampuan keuangan daerah diukur dari
besarnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap anggaran
pendapatan daerah, dimana salah satu caranya yaitu dengan mengoptimalkan
pajak daerah yang sudah ada.
Surabaya merupakan salah satu daerah otonom yang telah melaksanakan
program-program pembangunan, baik program jangka pendek maupun program
jangka panjang. Untuk merealisasikan program pembangunan tersebut dibutuhkan
tersedianya dana yang cukup besar untuk melaksanakan dan menyelenggarakan
pembangunan daerahnya yang sebagian besar harus dengan kekuatan daerahnya
sendiri, disamping bantuan dari pemerintah pusat. Maka dari itu, untuk dapat
memenuhi pembiayaan pembangunan, pemerintah kota Surabaya berusaha untuk
meningkatan pendapatan daerah dengan mengoptimalkan jenis-jenis pendapatan
yang dikendalikan oleh Pemerintah Daerah melalui perbaikan administrasi dan
pelayaanan pajak dan retribusi daerah, memonitoring dan mengevaluasi
pelaksanaan Perda tentang pajak dan retribusi daerah, mengupayakan dan
meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah khususnya Dana Bagi Hasil
Pajak Pusat dan Provinsi menjadi Pajak Daerah (ILPPD kota Surabaya, 2009).
Seperti apa yang telah disebutkan di atas, diantara berbagai macam pajak
5
kabupaten/kota yang mempunyai andil terbesar dalam kontribusinya terhadap
pajak daerah salah satunya pajak reklame.
Kota Surabaya sebagai kota metropolis memiliki banyak sekali tempattempat strategis untuk pemasangan reklame, baik reklame yang berupa spanduk,
baliho bahkan yang lebih canggih lagi yaitu berupa layar Laser Compact Disk
(LCD) raksasa atau yang disebut juga dengan reklame megatron. Yang menjadi
permasalahan saat ini adalah banyaknya permasalahan reklame yang belum
terselesaikan, mulai dari masalah reklame liar yang tidak memiliki surat ijin
sampai
terjadinya kebocoran di
penerimaan pajak reklame, sehingga dapat
mengurangi Pendapatan Asli Daerah.
Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame (NSR), besar
kecilnya NSR di pengaruhi oleh lokasi penempatan reklame yang di bedakan
berdasarkan tarif kelas jalan. Semakin strategis titik atau letak pemesangan
reklame maka tarif kelas jalannya semakin tinggi atau mahal, dengan
pertimbangan manfaat yang di peroleh si penyelenggara reklame semakin tinggi,
khususnya terkait dengan jangkauan pangsa pasar dan sasaran konsumen yang
dituju dari produk yang di promosikan tersebut. Selain itu ketentuan pengenaan
nilai sewa pajak reklame juga dilihat dari bahan yang digunakan, waktu, jangka
waktu penyelenggaraan, jumlah, dan media reklame.
Di surabaya sendiri semakin hari semakin banyak di temukan kasus papan
reklame yang berdiri di lokasi terlarang. Sesuai SK Wali Kota Nomer 37 Tahun
2003 tentang perizinan reklame,di sebutkan beberapa kawasan yang terlarang
6
untuk reklame. Di antaranya, persil-persil milik instansi pemerintahan atau
pemkot, taman kota, hutan kota, dan taman sekitar monumen. Di banyak tempat,
larangan itu diabaikan. Beberapa lokasi yang semestinya harus, bebas reklame,
tapi tetap didirikan papan promosi itu.
Banyaknya reklame yang tidak membayar pajak merupakan reklame yang
berada di daerah milik jalan (damija) dan taman. Dimana reklame tersebut
pungutan sewanya sulit ditarik dan banyak yang perizinannya sudah mati,
namun masih berdiri tegak tanpa adanya tindakan dari pemerintah kota.
Perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya dari sektor pajak
reklame ini memiliki potensi tinggi, karena tidak sedikit perorangan atau
badan usaha yang menggunakan reklame sebagai alat untuk mempromosikan
usahanya. Selain itu dalam pemungutan pajak reklame seharusnya tidak sulit,
karena
objek
dan
jumlah
titiknya
sudah jelas. Seharusnya pencapaian
perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor ini dapat terpenuhi.
Sehingga
dengan
mengoptimalkan
pemungutan
dari
pajak
reklame
diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
Salah satu Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari penerimaan yang berasal
dari pajak dan retribusi daerah. Salah satu komponen dari pajak daerah adalah
pajak reklame. Reklame merupakan suatu sarana yang digunakan sebagai media
promosi dan pemasaran yang pada saat ini sangat dibutuhkan untuk menunjang
kemajuan dunia bisnis dan perdagangan, adanya hiburan seperti pertunjukan film,
bioskop, diskotik, karaoke, klub malam, bilyard, bowling, rekreasi air.
7
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut Pemerintah Kota Surabaya dalam
mengurus dan menyelenggarakan urusan-urusan yang menyangkut bidang
pendapatan daerah sangat memerlukan keberadaan Dinas Pendapatan Kota
Surabaya sebagai instansi pemerintah yang dapat
membantu pelaksanaan
pembangunan daerah.
Dinas Pendapatan Kota Surabaya sebagai salah satu unsur pelaksanaan
pemerintahan yang mempunyai pengaruh sangat penting dalam menggali sumber
pendapatan
kota yang berupa pajak daerah kota/kabupaten yang didalamnya
terdapat faktor pungutan yang mempunyai penerimaan cukup besar yaitu pajak
reklame.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa pajak reklame
merupakan salah satu pajak daerah kabupaten / kota yang dapat menunjang
penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Karena pajak reklame merupakan sumber
penerimaan yang sangat potensial karena tiap tahun jumlahnya selalu meningkat
sehingga dapat menyumbang pendapatan kepada pemerintah daerah Kota
Surabaya.
Salah satu upaya untuk melihat kemampuan daerah dalam rangka self
suporting
dari
segi
keuangan
daerah
dalam
rangka
mengurangi
ketergantungan terhadap pemerintah pusat, adalah dengan melihat komposisi
dari penerimaan daerah yang ada.
8
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pajak reklame, salah satu pajak daerah yang diharapkan
dapat
memberikan andil yang besar dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah
sehingga dapat mensukseskan pembangunan daerah. Maka dalam penelitian ini
mengambil judul: “Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Guna Pertumbuhan Pembangunan Daerah Di Kota Surabaya”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
kontribusi yang diberikan pajak
reklame
terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Surabaya?
2. Bagaimanakah
penerimaan
pengaruh
Pendapatan
Asli
pemungutan pajak reklame terhadap
Daerah
(PAD)
guna
pertumbuhan
pembangunan daerah di kota surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemungutan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Surabaya, serta untuk mengetahui kontribusi dari realisasi
penerimaan pajak reklame dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Surabaya.
9
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapakan bisa memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan
pajak reklame sebagai salah satu pendapatan asli kota Surabaya
2. Hasil penelitian ini di harapkan bisa memberikan kontibusi untuk
meningkatkan pengembangan teknologi sehingga data dan informasi
mengenai pengaruh pemungutan pajak reklame terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD
dalam
upaya meningkatkan
Pendapatan
Asli
Daerah (PAD) Kota Surabaya dapat diakses dengan baik dan diperoleh
dengan lengkap.
Manfaat Praktis
1. Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Surabaya Hasil penelitian ini
diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam
mengambil kebijakan-kebijakan dalam usahanya untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Daerah khususnya Pajak
Reklame.
2. Bagi Masyarakat Digunakan sebagai motivasi untuk memberikan
kesadaran dalam melaksanakan kewajibannya dengan baik sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
10
3. Bagi Universitas Wijaya Putra dan Pembaca Lainnya hasil penelitian ini
bisa untuk menambah karya – karya yang di miliki oleh universitas
wijaya putra serta menambah pengetahuan serta wawasan dari pembaca
lainnya.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang
(yang
dapat
dipaksakan)
dengan
tiada mendapat
jasa
timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran (Soemitro; dalam waluyo, 2009:1).
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan pajak adalah suatu iuran
wajib yang harus dibayarkan oleh wajib pajak sebagai sebuah kewajiban
yang bersifat memaksa tanpa adanya imbalan secara langsung berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang ditetapkan.
2.1.1. Pengklasifikasian Pajak
Menurut Achmad Tjahjono dan Muhammad F. Husain, terdapat
berbagai
jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemugutnya.
a) Menurut golongan
Menurut golongan, pajak dikelompokan menjadi dua yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung:
11
12
(1) Pajak langsung
Pajak
langsung
adalah pajak yang harus
dipikul
atau
ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan
atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus
menjadi beban sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan. Contoh:
Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan dibayar atau ditanggung oleh
pihak-pahak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
(2) Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pajak
tidak
langsung
terjadi
jika
terdapat suatu
kegiatan,
peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misal
terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan
nilai.
Manfaat pembedaan pajak kedalam pajak langsung dan pajak tidak
langsung adalah:
(a) Untuk keperluan sistematik dalam ilmu pengetahuan, misalnya
untuk menentukan : saatnya timbulnya hutang pajak, kadaluarsa,
tagihan susulan.
(b) Untuk menentukan cara pengadakan proses peradilan karena
perselisihan.
13
b) Menurut sifat
Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
pajak subjektif dan pajak objektif.
(1) Pajak subjektif
Pajak
subjektif
adalah
pajak
yang
pengenaannya
memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan
pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: pajak
penghasilan.
(2) Pajak obyektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya
baik berupa, benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan
timbulnya
kewajiban membayar
pajak,
tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun
tempat tinggal. Contoh: Pajak
pertambahan
nilai
dan
pajak
penjualan atas barang mewah.
c) Menurut Lembaga Pemungutan
(1) Pajak Negara atau Pajak Pusat
Pajak negara atau pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara.
(a) Pajak yang dipungut oleh Dirjen Pajak:
(1) Pajak penghasilan
14
(2) PPN
(3) Pajak bumi dan bangunan
(4) Bea materi
(5) Bea lelang
(b) Pajak yang dipungut Bea Cukai (Dirjen Bea Cukai)
(2) Pajak daerah
Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
2.1.2. Azas Pemungutan pajak Daerah
Dalam skripsi, Indra Widhi Ardiasyah azas pemunguatan pajak
daerah sebagai berikut:
a) Harus ada kepastian hukum
b) Pemungutan pajak daerah tidak boleh diborong
c) Masalah pajak harus jelas
d)
Barang-barang
keperluan
hidup
sehari-hari
tidak
boleh
langsung dikenakan pajak daerah dan memberikan keistimewaan
yang menguntungkan kepada seseorang atau golongan. Duta dan
konsulat asing tidak boleh dibebankan kecuali dengan keputusan
presiden.
Pemungutan
pajak
daerah
selain
didasarkan
dan
dilaksanakan menurut asas-asas dan norma-norma hukum, juga
15
perlu diperhatikan bahwa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik
kepada wajib pajak. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a) Prinsip kesamaan
Artinya bahwa beban pajak harus sesuai dengan
kemampuan relatif dari setiap wajib pajak. Perbedaan dalam
tingkat penghasilan harus digunakan sebagai dasar di dalam
retribusi beban pajak itu, sehingga bukan beban pajak dalam
arti uang yang penting tetapi beban riil dalam arti kepuasan
yang hilang.
b) Prinsip kepastian
Pajak jangan sampai membuat rumit bagi wajib pajak,
sehingga mudah dimengerti oleh mereka dan juga akan
memudahkan administrasi pemerintah sendiri.
c) Prinsip kecocokan
Pajak jangan sampai menekan bagi wajib pajak, sehingga
wajib pajak akan dengan suka dan senang hati melakukan
pembayaran pajak kepada pemerintah.
16
2.1.3. Fungsi Pajak
Menurut Achmad Tjahjono dan Muhammad F. Husain, Ada fungsi
lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu pajak sebagai fungsi mengatur.
Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing fungsi tersebut.
a) Sumber Keuangan Negara
Pemerintah memungut pajak terutama atau semata-mata untuk
memperoleh uang sebanyak-banyaknya untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya baik bersifat rutin maupun untuk pembangunan,
Fungsi
sumber
keuangan
negara
yaitu
fungsi
memasukkan uang ke kas negara atau dengan kata
lain
pajak
untuk
fungsi pajak
sebagai sumber penerimaan negara dan digunakan untuk pengeluaran
negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Negara seperti halnya rumah tangga memerlukan sumber-sumber
keuangan untuk membiayai kelanjutan hidupnya.Dalam keluarga sumber
keuangan dapat berupa gaji/upah atau laba usaha. Sedangkan bagi suatu
negara, sumber keuangan yang utama adalah pajak dan retribusi.
b) Fungsi Mengatur atau non budgetair
Disamping usaha untuk memasukkan uang sebanyak mungkin
untuk kegunaan kas negara, pajak harus dmaksudkan sebagai
usaha
pemerintah untuk turut campur tangan dalam mengatur dan bilamana
perlu, mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta.
17
Pada alat untuk melaksanakan kebijakan negara dalam bidang
ekonomi dan sosial, sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
letaknya diluar bidang keuangan. Beberapa contoh pungutan pajak yang
berfungsi mengatur, menurut Achmad Tjahjono dan Muhammad F.
Husain:
(1) Pemberlakuan tarif progresif (dalam hal ini pajak dikenal juga
berperan sebagai alat dalam Reditribusi Pendapatan)
(2) Pemberlakuan bea masuk yang tinggi bagi impor dengan tujuan
untuk melindungi produksi dalam negeri.
(3) Pemberian fasilitas tax holiday atau pembebasan pajak untuk
beberapa jenis industri tertentu dengan maksud mendorong
atau
memotivasi
para
investor
untuk meningkatkan
investasinya.
(4) Pengenaan jenis pajak tertentu dengan maksud menghambat
gaya hidup mewah.
(5) Pembebasan
PPh
atas
Sisa
Hasil
Usaha
Koperasi
yang
diperoleh sehubungan dengan kegiatan usahanya yang sematamata dari dan untuk anggota.
2.1.4. Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah
Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan diundangkan dalam
Lembaran daerah. Peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut.
Peraturan daerah tentang pajak sekurang-kurangnya mengatur ketentuan
mengenai :
18
1. Nama, objek, dan subjek pajak
2. Dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak
3. Wilayah pemungutan
4. Masa pajak
5. Penetapan
6. Tata cara pembayaran dan penagihan
7. Kadaluwarsa
8. Sanksi administrasi; dan
9. Tanggal mulai berlakunya.
Peraturan daerah tentang pajak daerah dapat mengatur ketentuan mengenai :
1. Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam
hal-hal tertentu atas pokok pajak dan atau sanksinya.
2. Tata cara penghapusan piutang pajak yang kadaluwarsa
3. Asas timbal balik brupa pemberian pengurangan, keringanan,
dan
pembebasan
perwakilan
pajak
negarah
kepada
asing
kedutaan,konsulat,
sesuai
dengan
dan
kelaziman
internasional.
2.1.5. Pendapatan Asli Daerah
Secara garis besar pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yaitu hasil yang diperoleh dari Pemerintah Pusat yang dapat diukur
dengan uang karena wewenangnya diberikan kepada masyarakat yang
berupa hasil Pajak Daerah dan retribusi daerah, hasil Perusahaan Milik
19
Daerah dan pengelolaan kekayaan daerah serta pendapatan daerah lain-lain
yang sah.
Salah satu upaya untuk melihat kemampuan daerah dalam rangka
self suporting dari segi keuangan daerah dalam rangka mengurangi
ketergantungan terhadap pemerintah pusat, adalah dengan melihat
komposisi
penerimaan
dari
penerimaan
Pendapatan
Asli
daerah
yang
Daerah
(PAD)
ada. Semakin
semakin
baik
kemampuan dalam melaksanakan pembangunan. Dan semakin
tinggi
pula
tinggi
kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan
daerah maka semakin mandiri suatu daerah tersebut. Karena Pendapatan
Asli Daerah (PAD) merupakan tolak ukur kemampuan dari suatu
daerah dalam mengatur penerimaan dana dari masyarakat untuk kegiatan
pembangunan daerah.
Sedangkan dampak yang dirasakan masyarakat dengan adanya
peningkatan penerimaan pendapatan asli daaerah adalah kelancaran
pembangunan. Pembangunan meliputi berbagai sektor diantaranya adalah
pembangunan jalan, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas lain.
Berdasarkan Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa
Sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber keuangan daerah
yang digali dalam wilayah daerah yang bersangkutan, yang terdiri dari :
20
1. Hasil pajak daerah
Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang
ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai
badan hukum publik.
2. Hasil retribusi daerah
Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah
menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau
karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan,
usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan.
4. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari
keuntungan
bersih perusahaan
daerah
yang
berupa
dana
pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah
yang disetor ke kas daerah, baik dipisahkan,sesuai dengan motif
pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah
suatu
kesatuan
produksi
yang
bersifat menambah pendapatan
daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan
memperkembangkan perekonomian daerah.
5. Lain-lain PAD yang sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan
yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusli
21
daerah, pendapatan dinas-dinas. Pendapatan daerah dari sumber lain
misalnya
sumbangan
pihak
ketiga
kepada daerah
yang
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku. Jenis pendapatan ini meliputi objek sebagai berikut :
a.
Hasil penjualan asset daerah yang tidak di pisahkan.
b.
Jasa giro.
c.
Pendapatan bunga.
d.
Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.
e.
Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan barang dan jasa oleh daerah.
f.
Penerimaan keuangan dan selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing.
g.
Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
h.
Pendapatan denda pajak.
i.
Pendapatan atas eksekusi atas jaminan.
j.
Pendapatan denda retribusi.
k.
Pendapatan dari pengembalian.
l.
Fasilitas social dan umum.
m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendididkan dan pelatihan.
n.
Pendapatan dari anggaran atau cicilan penjualan.
22
2.1.6. Pajak Daerah
Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
Undang-undang No.
Retribusi Daerah
18
Tahun
sebagaimana
1997
telah
tentang
Pajak
Daerah
dan
diatur terakhir dengan Undang-
undang No. 28 Tahun 2009.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Peraturan Daerah
Kota
Surabaya Nomor
4 Tahun
2011 Tentang Pajak Daerah
dan
Pertaruran Walikota Surabaya Nomor 70 Tahun 2010, yang dimaksud
dengan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun jenis-jenis pajak
daerah yaitu:
1. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel.
Hotel
peristirahatan
adalah fasilitas
penyedia
termasuk
terkait
jasa
jasa
penginapan
lainnya dengan
atau
dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10.
23
2. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah
makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga atau katering.
3. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
4. Pajak Hiburan
Pajak
Hiburan
adalah
pajak
atas penyelenggaraan
hiburan.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan
atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
5. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan baik dari
sumber
alam
di
dalam
dan
atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. MineralBukan Logam dan Batuan adalah mineral
bukan
logam
dan
batuan
sebagaimana dimaksud
di
dalam
peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batu bara.
24
6. Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha,
termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
7. Pajak Air dan Tanah
Pajak
Air
Tanah
adalah
pajak
atas pengambilan dan
atau
pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
8. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan
dan atau pengusahaan sarang burung walet.
9. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak
atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan
pertambangan.
usaha
perkebunan,
perhutanan,
dan
25
10 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak
atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakibatkan
diperolehnya
hak
atas
tanah dan
atau
bangunan oleh orang pribadi atau badan.
2.2.1. Pajak Reklame
2.2.1.1. Dasar Hukum
Dasar hukum dari penyelenggaraan pajak reklame adalah:
1.
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2006
tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame.
2.
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 10 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan
Pajak Reklame.
3.
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 85 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Reklame.
4.
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Walikota Surabaya Nomor 85
Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame.
5.
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame.
26
2.2.1.2. Pengertian Pajak Reklame
Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor
28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 70 tahun 2010 Tentang
Perhitungan Nilai Sewa Reklame, yang dimaksud Pajak Reklame
adalah pajak atas penyelenggaraan
dengan
reklame. Dan yang dimaksud
reklame yaitu benda, alat perbuatan, atau
media
yang
bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan,
menganjurkan,
mempromosikan,
atau
untuk
menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, otang atau badan,
yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati
oleh umum. Dasar hukum pajak reklame adalah Nilai Sewa Reklame.
2.2.1.3. Subjek,Objek dan Wajib Pajak
Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 70 Tahun
2010 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame, yang disebut sebagai
subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan hukum yang
menyelanggarakan atau memesan reklame. Sedangkan objek pajak
reklame adalah semua penyelanggaraan reklame, yang meliputi:
Reklame papan/ billboard/ videotron/ megatron dan sejenisnya;
Reklame kain; Reklame melekat, stiker; Reklame selebaran; Reklame
berjalan,
termasuk
pada
kendaraan; Reklame
udara; Reklame
apung; Reklame suara; Reklame film/slide; dan Reklame peragaan.
27
Dan menurut penyelenggaraannya,
reklame dibagi menjadi:
reklame permanen yaitu reklame megatron dan reklame papan
dengan luas bidang 8 m² (delapan meter persegi) kebawah yang
diselenggarakan di persil atau reklame berjalan; reklame terbatas
yaitu reklame megatron dan papan dengan luas bidang lebih dari 8 m²
(delapan meter persegi) yang 8 diselenggarakan di lokasi persil atau
reklame megatron dan reklame papan yang diselenggarakan di
lokasi bukan persil; dan reklame insidentil yaitu baliho, kain,
reklame peragaan, reklame selebaran, reklame melekat, reklame
film, reklame udra, reklame apung, dan reklame suara.
2.2.1.4. Bukan Objek Pajak Reklame
Beberapa pengecualian yang tidak termasuk sebagai objek Pajak
Reklame, yaitu :
a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio,
warta
harian,
warta mingguan, warta bulanan, dan
sejenisnya.
b. Label atau merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari
produk sejenis lainnya.
c. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat
pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan
28
sesuai ketentuan yang mengatur nama pengenal atau profesi
tersebut.
d. Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.
e. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan
peraturan daerah, misalnya penyelenggaraan reklame yang
diadakan khusus
untuk
kegiatan
sosial,
pendidikan,
keagamaan, dan politik tanpa sponsor.
2.2.1.5. Niai Sewa Reklame
Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) dihitung berdasarkan penjumlahan Nilai Jual Objek Pajak
Reklame dan Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame. Komponen
Nilai Jual Objek Pajak Reklame sendiri terdiri dari :
a. nilai perolehan harga/biaya pembuatan reklame.
b. biaya pemasangan reklame.
c. biaya pemeliharaan reklame.
Komponen Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame terdiri dari :
guna lahan, ukuran reklame, sudut pandang, kelas jalan, harga
titik/lokasi pemasangan reklame. Guna lahan sebagaimana dimaksud
29
dalam Pasal 6 ayat (1) dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian
antara lain :
a. fasilitas umum komersial dan jasa.
b. ruang terbuka hijau.
c. permukiman.
d. pendidikan.
e. kesehatan.
f. pergudangan.
g. industri.
Letak ukuran reklame ditetapkan berdasarkan luas reklame
yang
dipasang
dan dikelompokkan dalam kelas interval. Sudut
pandang reklame dibedakan berdasarkan mudah tidaknya titik
reklame dilihat yang dapat ditentukan dari persimpangan lima,
persimpangan empat, jalan dua arah dan jalan satu arah.
Sedangkan kelas jalan pendirian reklame dapat
dibedakan
berdasarkan lebar jalan dan dikelompokkan dalam kelas interval.
Besaran Komponen Nilai
Jual Objek Pajak Reklame, Komponen
Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame dan Nilai Titik serta
perhitungan Nilai Sewa Reklame, dinyatakan dalam Lampiran
Peraturan Walikota.
30
Dalam pendirian reklame biasanya Untuk materi
besarnya Nilai Sewa
rekanlame
ditambah
rokok,
25%. Untuk
setiap
penambahan ketinggian reklame sampai dengan 15 m (lima belas
meter) pertama, besarnya Nilai Sewa Reklame ditambah 20% (dua
puluh persen). Dan untuk ukuran
luas dan ketinggian
reklame,
dibulatkan ke atas dua digit dibelakang koma(dua puluh lima persen).
2.2.1.6. Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak
Reklame
Menurut Peraturan Walikota Surabaya Nomor 70 tahun 2010
Tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame, dasar pengenaan pajak
reklame
adalah
sebesar Nilai
Sewa Reklame, yang
dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai jual objek pajak reklame yang
meliputi, nilai perolehan harga/biaya pembuatan reklame; biaya
pemasangan reklame; dan biaya pemeliharaan reklame terhadap
nilai strategis penyelenggaraan reklame yang meliputi, guna lahan;
ukuran reklame; sudut pandang; kelas jalan; dan harga titik/lokasi
pemasangan reklame. Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25% dari
nilai sewa reklame.
Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 70 tahun
2010 Tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame, adapun Rumus Nilai
Sewa Reklame (NSR) adalah dengan menjumlahkan NJOR (Nilai
Jual Objek Pajak Reklame) yaitu seluruh pembayaran atau
31
pengeluaran biaya-biaya oleh pemilik dan/atau penyelenggara
reklame dengan NSPR (Nilai Strategis Pemasangan Reklame) yaitu
ukuran nilai yag ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame.
Adapun cara perhitungan besarnya pajak reklame yang terutang
yaitu dengan cara mengalikan tarif pajak reklame dengan dasar
pengenaan pajak reklame yang dirumuskan sebagai berikut:
Pajak Reklame = Tarif Pajak Reklame x Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Reklame = 25% x (NJOR + NSPR)
Untuk mengetahui tinggi rendahnya Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dari sektor pajak reklame dapat dilihat dari hasil
jumlah
keseluruhan realisasi pendapatan pajak reklame dari masing-masing
tahun. Sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi pajak
reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya
selama satu
tahun, dapat
dihitung dengan mengunakan rumus
(Abdul Halim: 2001, dalam Agus dan Suhartiningsih: 2009):
Kontribusi =
Pajak Reklame
x100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pajak daerah dikatakan efektif apabila ≥ 100 persen. Efektifitas
tersebut dapat diukur menggunakan rumus (Abdul Halim: 2009,
dalam Agus dan Suhartiningsih: 2009):
32
Efektifitas =
Realisasi penerimaan pajak reklame
x 100%
Target penerimaan pajak reklame
2.2.1.7. Penyelenggaraan Reklame
Penyelenggaraan Reklame harus sesuai dengan kepribadian
dan budaya bangsa,
tidak boleh bertentangan dengan norma
keagamaan, kesopanan, ketertiban, keamanan, kesusilaan dan
kesehatan. Untuk
menunjang
estetika
kota,
keamanan
dan
keselamatan masyarakat serta untuk mengatur reklame dalam suatu
komposisi yang baik sehingga lebih efektif dalam menyampaikan
pesan, penyelenggaraan reklame di kawasan tertentu diatur dalam
ketentuan mengenai Kawasan Penataan Reklame. Ketentuan lebih
lanjut mengenai kawasan penataan reklame dan penyelenggaraan
reklame pada
kawasan penataan reklame diatur dengan Peraturan
Kepala DaerahDalam pendirian reklame ada beberapa hal yang wajib
di perhatikan antara lain :
a. memasang plat izin atau stempel masa berlaku izin dan
ukuran bidang reklame yang dapat terlihat jelas oleh umum.
b. memasang nama dan nomor telepon biro reklame yang
dapat terlihat dengan jelas oleh umum, bagi reklame terbatas.
33
c. memelihara benda-benda dan alat-alat yang dipergunakan
untuk reklame agar selalu dapat berfungsi dan dalam
kondisi baik.
d. menyelesaikan pembongkaran reklame paling lambat
dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah izin berakhir.
e. menanggung segala akibat jika penyelenggaraan reklame
yang bersangkutan menimbulkan kerugian pada pihak lain.
f. membayar Biaya Jaminan Bongkar.
Selain itu juga ada beberapa tempat yang harus di perhatiakn
dalam pendirian reklame,karena ada beberapa kawasan yang terlarang
untuk reklame di antaranya :
a. Di
lokasi
persil
kantor
instansi
Pemerintah
Pusat,
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah.
b. pada bangunan atau tempat-tempat lain yang diatur
dengan Peraturan Kepala Daerah.
c. pada
titik-titik
yang
tidak
sesuai
dengan
ketentuan
Kawasan Penataan Reklame yang diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah.
d. dengan materi minuman beralkohol/minuman keras.
34
Penyelenggaraan reklame harus memenuhi ketentuan yang
sudah di tetapkan peperintah di antaranya : Diselenggarakan dengan
tidak menutup pandangan rambu, lampu pengatur dan kamera lalu
lintas, konstruksi reklame dapat dipertanggung jawabkan menurut
persyaratan teknis sesuai ketentuan yang berlaku, menggunakan dua
atau lebih tiang konstruksi bagi reklame dengan luas bidang
paling sedikit
yang
dipasang
30 m2 (tiga puluh meter persegi), lampu reklame
diarahkan
ke
bidang
reklame sehingga tidak
menyilaukan pandangan pemakai jalan, instalasi listrik yang dipasang
harus memenuhi persyaratan teknis sehingga tidak membahayakan
keselamatan umum.
Lokasi penyelenggaraan reklame sendiri dibedakan menjadi
dua
golongan
yaitu lokasi
bukan
persil dan lokasi persil.
Penyelenggaraan reklame dlokasi bukan persil harus memenuhi
ketentun yang sudah di tetapkan yaitu:
a. mendapat persetujuan tertulis dari pemilik atau yang
menguasai lahan.
b. mendapat persetujuan tertulis pemilik persil, apabila bidang
reklame masuk ke dalam/di atas persil.
c. luas bidang reklame paling besar 50 m2(lima puluh meter
persegi).
35
d. tidak menutup/mengganggu pandangan perlintasan terhadap
sebidang kereta api.
e. jarak dari as rel kereta api sampai bidang/konstruksi reklame
terdekat harus mendapat rekomendasi dari PT.KAI.
f. jarak jaringan kabel listrik tegangan menengah keatas
harus medapat rekomendasi dari PT. PLN.
g. tidak mengganggu
fungsi
atau merusak
sarana dan
prasarana kota serta tidak mengganggu pemeliharaannya.
h. kaki konstruksi tidak boleh berada di saluran air, sungai atau
badan jalan; Sedangkan
penyelenggaraan
reklame
di
Lokasi Persil, harus memenuhi ketentuan:
a. mendapat persetujuan tertulis dari pemilik persil.
b. bidang
reklame
beserta
konstruksinya,
tidak
diperbolehkan menembus atap bangunan.
c. bidang reklame tidak boleh melebihi GSP.
d. penyelenggaraan reklame menempel pada bangunan
dapat dipasang dengan ketentuan bidang reklame tidak
melebihi GSP.
e. penyelenggaraan
reklame
di
atas
bangunan,
diselenggarakan dengan ketentuan bidang reklame
36
tidak boleh melebihi
bidang atap tempat reklame
tersebut.
f. penyelenggaraan reklame di halaman, lebar bidang
reklame tidak boleh melebihi 60% (enam puluh persen)
dari lebar sisi halaman tempat reklame tersebut
diselenggarakan.
2.2.1.8. Ketentuan Perizinan
Menurut praturan wali kota surabaya ada ketentuan perizinan
yang harus diperhatikan, dalam pasal 2 di sebutkan Setiap orang
pribadi
atau
badan
Daerah
wajib
yang
memperoleh
akan menyelenggarakan reklame
izin
tertulis
di
atau pengesahan dari
Kepala Daerah. Untuk memperoleh izin yang bersangkutan harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah
melalui Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman atau Kepala
Dinas Pajak. Permohonan dilakukan dengan
Permohonan
Izin
mengisi
Surat
Penyelenggaraan Reklame dan SPTPD dengan
melampirkan:
A. Reklame yang memerlukan pertimbangan Tim Reklame:
1. fotokopi KTP dengan menunjukkan aslinya.
2. fotokopi NPWPD dengan menunjukkan aslinya.
37
3. surat
kuasa
bermeterai
cukup
dari
pemohon
bila
pengajuan permohonan dikuasakan kepada orang lain.
4. sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame.
5. desain dan tipologi reklame.
6. foto terbaru rencana lokasi penyelenggaraan reklame
berukuran 4R dengan ketentuan:
a) dibuat paling lama 7 (tujuh) hari sebelum tanggal
permohonan.
b) pemotretan diambil dari tiga arah dengan jarak 10
(sepuluh)
meter
yang
menjelaskan
kondisi
atau
gambaran tempat peletakan reklame yang dimohon.
c) dilengkapi dengan foto lingkungan sekitarnya yang
diambil dari dua arah yang berbeda.
7. gambar
rencana
konstruksi
(kecuali
untuk
reklame
menempel atau reklame tiang dengan luas bidang reklame
dibawah 8 (delapan) m2), terdiri:
a) gambar denah skala 1 : 100.
b) gambar tampak depan, samping dan atas skala 1:50.
c) gambar potongan skala 1 : 10 atau 1 : 20.
38
d) gambar detail rangka bidang reklame skala 1 : 10 atau
1: 20.
e) gambar detail pondasi atau pile skala 1 : 10 atau1: 20.
8. perhitungan
konstruksi
yang
ditanda
tangani
oleh
penanggung jawab struktur/ konstruksi.
9. foto kopi semua izin tahun/ periode sebelumnya dengan
menunjukkan aslinya (untuk perpanjangan izin) yang
terdiri dari:
a) SIPR.
b) IMB (khusus untuk reklame yang harus memiliki
IMB berdasarkan Peraturan Daerah ini).
c) izin penggunaan jalan (khusus untuk reklame yang
diselenggarakan
di
daerah/
ruang
milik
jalan
berdasarkan Peraturan Daerah ini).
d) izin pemakaian ruang
terbuka hijau (khusus untuk
reklame yang diselenggarakan di ruang terbuka
hijau berdasarkan Peraturan Daerah ini).
10. surat persetujuan dari pemilik persil dan dilampiri bukti
kepemilikan/pengusaan hak atas tanah yang sah.
39
11. bagi reklame di atas bangunan harus melampirkan IMB dan
gambar IMB bangunan tempat reklame diselenggarakan.
B. Reklame yang tidak memerlukan pertimbangan Tim Reklame
untuk jenis reklame papan dan megatron:
1. fotokopi KTP dengan menunjukkan aslinya.
2. fotokopi NPWPD dengan menunjukkan aslinya.
3. surat kuasa bermeterai cukup dari pemohon bila
pengajuan permohonan dikuasakan kepada orang lain.
4. sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame.
5. desain dan tipologi reklame.
6. foto terbaru rencana lokasi penyelenggaraan reklame
berukuran 4R dengan ketentuan:
a) dibuat paling lama 7 (tujuh) hari sebelum tanggal
permohonan.
b) pemotretan diambil dari tiga arah dengan jarak 10
(sepuluh) meter yang menjelaskan kondisi atau
gambaran tempat peletakan reklame yang dimohon.
c) dilengkapi dengan foto lingkungan sekitarnya yang
diambil dari dua arah yang berbeda.
40
7. fotokopi
SIPR
tahun/
periode
sebelumnya
(untuk
perpanjangan).
8. surat persetujuan dari pemilik/yang menguasai persil
yang bersangkutan.
C. Reklame yang tidak memerlukan pertimbangan Tim Reklame
untuk jenis reklame baliho, kain, selebaran, melekat,
film, udara, suara, peragaan:
1. fotokopi KTP dengan menunjukkan aslinya.
2. fotokopi NPWPD dengan menunjukkan aslinya.
3. surat kuasa bermeterai cukup dari pemohon bila
pengajuan permohonan dikuasakan pada orang lain.
4. surat persetujuan dari pemilik/ yang menguasai persil
dan dilampiri bukti kepemilikan/ penguasaan hak atas
tanah yang sah.
5. surat persetujuan/ izin pemakaian ruang terbuka hijau/
izin
penggunaan
jalan
dalam
hal
reklame
SKPD,
SKPDKB,
diselenggarakan di lokasi bukan persil.
2.2.1.9. Tata Cara Pembayaran Pajak Reklame
Tanggal
jatuh
tempo
pembayaran
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
41
Keberatan dan Putusan Banding ditetapkan 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal diterbitkan. Bagi penyelenggaraan
reklame
insidentil,
pembayaran dilakukan pada saat proses pengajuan izin. Pembayaran
pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
oleh Kepala Daerah, sesuai waktu yang ditentukan dalam SKPD,
SPTPD,
SKPDKB,
SKPDKBT,
STPD,
Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding.
Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang
ditunjuk hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah paling
lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam. Pembayaran pajak
dilakukan dengan menggunakan SSPD. Apabila tanggal jatuh tempo
pembayaran pajak jatuh pada hari libur maka pembayaran pajak
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pembayaran pajak harus
dilakukan sekaligus atau lunas.
Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib
Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu
tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Angsuran
pembayaran harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut
dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib
Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang
42
ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang
belum atau kurang dibayar. Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran
serta tata cara pembayaran angsuran dan menunda pembayaran
pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
2.2.1.10. Sanksi Atas Penyelenggaraan Pajak Reklame
Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTD
atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keteranagan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah
dapat dipidana dengan pidana kurung paling lama 1 (satu) tahun dan
atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang. WP
yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan
daerah di ancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) kali jumlah
Retribusi terutang yang tidak atau kurang di bayar.
Dalam penyelenggaraan reklame sendiri ada beberapa sanksi
yang akan diberikan pada badan atau orang pribadi jika melanggar
aturan. Pemberian sanksi tidak hanya di berikan untuk pelanggaran
penggunaan tapi juga pada badan atau orang pribadi yang izin
reklamenya telah di cabut dan tidak berlaku lagi. Izin penyelenggaraan
reklame di cabut dan di nyatakan tidak berlaku lagi apabila pada
reklame tersebut terdapat perubahan jenis, ukuran, ketinggian, titik
43
dan konstruksi sehingga tidak sesuai dengan izin yang diberikan.
Penyelenggara
reklame
tidak
mengasuransikan
reklame
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (7), 3 (tiga) bulan
setelah izin diterbitkan.
Sebelum pencabutan izin, Kepala Daerah terlebih dahulu
menerbitkan
Surat
Peringatan kepada penyelenggara reklame.
Terhadap pencabutan izin maka atas pajak dan retribusi yang
sudah dibayar
tidak
boleh dilakukan kompensasi atau restitusi.
Apabila izin telah dicabut maka perizinan lainnya yang berkaitan
dengan penyelenggaraan reklame dinyatakan tidak berlaku.
Kepala Daerah berwenang untuk memberikan sanksi berupa
pemberian
tanda
silang
pada
materi
reklame
dan/atau
mempublikasikan di media massa bagi :
a. penyelenggaraan reklame yang telah dicabut izinnya;
b. penyelenggaraan reklame yang tidak memiliki izin atau
telah berakhir masa izinnya.
Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan pencabutan izin,
pemberian sanksi tanda silang dan publikasi kepada Pimpinan Unit
Kerja terkait.
Reklame
yang
telah
dicabut
izinnya
atau
yang
telah
berakhir masa izinnya harus sudah dibongkar oleh penyelenggara
44
dalam jangka waku 7 (tujuh) hari setelah izin dicabut atau setelah
masa izinnya berakhir. Jika dalam hal penyelenggara reklame tidak
melaksanakan pembongkaran
sedangkan izinnya sudah berakhir
maka Kepala Daerah berwenang untuk melakukan pembongkaran
yang dimaksud. Kepala Daerah juga berwenang untuk membongkar
reklame yang tidak memiliki izin.
Pembongkaran reklame karena telah dicabut izinnya atau karena
masa
izinnya, berakhir dilakukan oleh Kepala Daerah dengan
menggunakan Biaya Jaminan Bongkar. Reklame yang dibongkar oleh
Kepala Daerah harus diambil oleh penyelenggara reklame paling
lambat dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak tanggal pembongkaran.
Apabila batas waktu, telah terlampaui,
maka
reklame
tersebut
menjadi milik Pemerintah Daerah.
2.2.1.11. Kadaluarsa Penagihan Pajak
Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah
melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat
terutangnya pajak, kecuali apabila WP melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan daerah. Kadaluarsa pajak tertangguh apabila :
1. Diterbitkan surat tungguh atau surat paksa, atau;
2. Ada pengakuan utang pajak dari WP baik langsug maupun
tidak langsung. Pengakuan utang pajak secara langsung
adalah WP dengan kesadarannya menyatakan masih
mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada
45
Pemerintah Daerah. Pengakuan utang secara tudak langsung
dapat diketahui dari pengajuuan prmohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh
WP.
Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terhutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan
tindak pidana di bidang retribusi. Kadaluarsa penagihan retribusi
tertangguh apabila :
1.
Diterbitkan surat teguran, atau;
2.
Ada pengakuan retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung
maupun tidak langsung.
2.2.1.12. Pembukuan Dan Pemeriksaan
WP yang memenuhi kreteria tertentu wajib menyelenggarakan
pembukuan. Krerteria WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan
dan tata cara pembukuan diatur oleh Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009, nilai peredaran Rp.300.000.000 menjadi batas wajib
pembukuan. Kepala daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan
kewajiban retribusi yang di periksa wajib:
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
46
berhubungan dengan objek pajak atau objek retribusi yang
terutang;
2. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau
ruang yang di anggap perlu dan memberi bantuan guna
memberi kelancaran pemeriksaan;
3. Memberikan keterangan yang diperlukan.
Tata cara pemeriksaan pajak dan retribusi daerah di atur oleh
peraturan kepalah daerah.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama oleh Mohammad Riduansyah, judul
penelitian
“Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna
Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah
Kota Bogor)” Hasil penelitian kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap total perolehan penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam
APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk melaksanakan otonomi
daerah terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA
2009 rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun
dengan
rata-rata pertumbuhan
sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan
pendapatan yang berasal dari komponen retribusi daerah, pada kurun waktu
yang sama, memberikan kontribusi rata-rata per tahunnya sebesar 15,61% dengan
rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08% per tahun.
47
Penelitian kedua oleh Indra Widhi Ardhiyansyah, judul penelitian
”Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2010”. Hasilnya adalah Jumlah hotel dan
restoran berpengaruh positif signifikan, Tingkat inflasi berpengaruh positif
tidak signifikan dan Jumlah wisatawan Nusantara tidak signifikan tehadap
Realisasi pajak hotel dan restoran.
2.3. Kerangka Konseptual
Penelitian ini menggunakan satu variable independen yaitu pajak reklame,
serta satu variable dependen yaitu PAD. Menurut Undang Undang no 34 tahun
2000 pajak reklame di kelompokkan sebagai pajak daerah dan dalam undang
undang no 23 tahun 2004 di sebutkan bahwa PAD terdiri atas pajak daerah,
retribusi daerah bagi hasil laba BUMD dan investasi dan lain lain PAD yang sah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, tinjauan teroris, tinjauan
penelitian terdahulu dan keterangan di atas maka dapat di gambarakan sebuah
kerangka koseptual penelitian sebagai berikut :
Pajak Reklame
Pendapatan Asli Daerah
(X)
(Y)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
48
Dari keterangan di atas dapat di ambil kesimpulan sementara bahwa
hubungan pajak reklame terhadap PAD adalah berpengaruh positif.
2.4. Hipotesis penelitian
Menurut reny (2010 : 45) “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian”. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban
sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data
yang relevan dan kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah di uraikan sebelumnya, dapat di
rumuskan hipotesis penelitian bahwa kontribusi pajak reklame memberikan
pengaruh positif terhadap pendapatan dan pembangunan daerah di kota Surabaya.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena,
variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa
adanya.
Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif menurut
sugiyono (2012:13) bahwa :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna generalisasi.
Menurut Sugiyono (2012:35) metode penelitian deskriptif adalah metode
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara
variabel satu dengan yang lain.
Metode deskriptif dapat disimpulkan sebagai sebuah metode yang bertujuan
untuk melukiskan atau menggambarkan keadaan di lapangan secara
sistematis dengan fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat dan data yang
slaing berhubungan, serta bukan hanya untuk mencari kebenaran mutlak
tetapi pada hakekatnya mencarai pemahaman observasi.
Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi dalam masyarakat, pertentangan dua keadaan atau lebih, hubungan antara
variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain – lain.
49
50
Masalah yang di teliti dan diselidiki oleh peneliti diskriptif kuaitatif mengacu
pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi
korelasional satu unsur bersama unsur lainnya.
Biasanya kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis
data, menginterprestasi data, dan di akhiri dengan sebuah kesimpulan yang
mengacu pada penganalisisan data tersebut. Dalam penelitian deskriptif kualitatif
umumnya akan terjadi tiga hal kemungkinan pada masalah yang di bawa oleh
peneliti ke penelitian tersebut. Yakni sebagai berikut :
 Masalah yang di bawah peneliti adalah masalah tetap, jadi judul dari
penelitian diskriptif kualitatif mulai awal pengajuan proposal hingga
akhir laporan tetap sama.
 Masalah yang di ajukan oleh peneliti menjadi berkembang serta lebih
mendalam sesudah peneliti melakukan penelitian tersebut di lapangan,
jadi
tidak
terlalu
banyak
hal
yang
berubah,
maka
cukup
disempurnakan.
 Masalah yang di ajukan oleh peneliti sesudah melakkukan penelitian
tersebut di lapangan akan berubah total, jadi ojek masalahpun wajib di
ganti.
Setiap penelitian tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda, termasuk
penelitian deskriptif kualitatif ini. Tujan dari di lakukannya penelitian ini adalah
tidak semata mata untuk menjelaskan secarah menyeluruh masalah yang akan di
51
teliti dan di amati saja, namun juga ada tujan lainnya. Tujuan dari penelitian
deskriptif kualitatif akan menjadi pedoman ketika ada yang melakuakn penelitian.
Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah
serta pertanyaan peneliti atau identifikasi masalah. Hal ini di sebabkan tujuan dari
penelitian ini akan menjawab pertanyaan yang sebelumnya dikemukakan oleh
rumusan masalah serta petanyaan penelitian atau identifikasi masalah.
3.2. Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Sukandarrumidi (2011 : 72), yang
dimaksud populasi
adalah keseluruhan dari obyek penelitian. Dari pendapat tersebut
diketahui bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian
yang dapat ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian
ini adalah
laporan pendapatan asli daerah Kota Surabaya Tahun 2009-2013. Dimana
pada tahun-tahun tersebut Pajak Reklame sudah di kelompokkan secara
terpisah dan menjadi bagian dari pajak daerah.
3.2.2. Sampel
Menurut Sukandarrumidi (2011 : 72), yang dimaksud sampel adalah
bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek
yang merupakan sumber data. Sampel dalam penelitian ini adalah Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Surabaya. Untuk
besarnya
sampel apabila
subyeknya
kurang
dari
menentukan
100
diambil
semuanya. Jika subyek lebih dari itu dapat diambil antara: 10%-15%
52
atau 20%-25% atau lebih. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel non- probability sampling dengan cara acidental
sampling yaitu penulis menggunakan sampel yang dapat diakses dengan
baik dan diperoleh dengan lengkap.
3.3. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel
3.3.1. Klasifikasi Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga
mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan menggunakan variabel,
kita akan mmeperoleh lebih mudah memahami permasalahan. Hal ini
dikarenakan kita seolah-olah seudah mendapatkan jawabannya. Biasanya
bentuk soal yang menggunakan teknik ini adalah soal counting (menghitung)
atau menentuakan suatu bilangan. Dalam penelitian sains, variable adalah
bagian penting yang tidak bisa dihilangkan.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi variabel:
Teori Variabel Penelitian menurut Sugiyono (2011 :60-64). Variabel
Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. dilihat dari hubungan
variabel satu dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam
penelitian dibedakan menjadi Variabel independent, Variabel dependen,
Variabel moderator, Variabel intervening, Variabel control.




Variabel independent adalah variabel bebas atau variabel yang
mempengaruhi variabel terikat.
Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi
oleh keberadaan variabel bebas.
Variabel moderator adalah variabel yang menentukan kuat lemahnya
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Variabel intervening adalah variabel yang memberikan jeda antara
variabel bebas dengan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak
langsung mempengaruhi variabel terikat.
53

Variabel control adalah variabel yang membuat konstan hubungan
variabel bebas terhadap variabel terikat sehingga variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Teori Variabel Penelitian menurut Budiyono (2009 :4-5) Variabel diartikan
sebagai kontruk-kontruk atau sifat-sifat yang diteliti. Dapat pula dikatakan
bahwa variabel adalah sesuatu yang menggolongkan anggota-anggota
kelompok ke dalam beberapa golongan. Dapat pula dikatakan bahwa variabel
adalah suatu sifat yang dapat dimiliki bermacam nilai (harga). Apabila suatu
variabel hanya mempunyai satu nilai saja, maka variabel tersebut disebut
konstanta. Suatu variabel disebut diskrit apabila cacah nilainya berhingga
atau nilai-nilainya dapat di daftar. Apabila cacah nilainnya tidak berhingga
dan nilai-nilainya tidak dapat di daftar maka variabel tersebut disebut kontinu.
Teori Variabel Penelitian menurut Arikunto (2010 :161). Variabel adalah
objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
3.3.2. Definisi Oprasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian: Variable ini sering
disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor, Antecedent, Variabel Pengaruh,
Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment, Risiko, atau Variable Bebas. Variabel
Bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), Dinamakan
sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pajak reklame yang disimbolkan
variabel X, yang dimaksud Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan
reklame. Dan yang dimaksud dengan reklame yaitu benda, alat perbuatan, atau
media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik
perhatian umum terhadap barang, jasa, otang atau badan, yang dapat
dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Dasar
54
hukum pajak reklame adalah Nilai Sewa Reklame yang tarifnya di tetapkan
paling tinggi sebesar 25%.
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel
Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung.
Variabel
Terikat
(dependent) adalah
variabel
yang
dipengaruhi
atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Maka variabel terikat dalalm
penelitian ini yaitu jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
Yang di maksud dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan
yang benar-benar di peroleh dan digalih dari potensi pendapatan yang ada di
suatu daerah yang
berasal
dari
pajak
daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang sah yang disimbolkan dengan variabel Y.
3.4. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data yang telah di kumpulkan sebelumnya dan telah
menjadi dokumentasi pihak Dispenda Kota Surabaya. Prosedur
pengumpulan data yang di gunakan adalah teknik dokumentasi yaitu
dengan memperoleh data langsung di tempat penelitian dengan cara
mengcopy dan mencatat dokumen-dokumen data realisasi pajak
55
reklame serta data realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Surabaya selama tahun 2009-2013.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka yang di gunakan merupakan suatu metode pengumpulan
data dengan mencari informasi - informasi yang di butuhkan melalui
dokumen - dokumen, buku - buku, majalah, koran, internet, hasil hasil penelitian (tesis dan disertasi) atau sumber data tertulis lainnya
baik berupa teori, laporan penelitian yang berhubungan dengan pajak
reklame dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
3.4.2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh
data di lapangan. Validitas data sangat tergantung pada instrumen yang
digunakan karena hal ini mempengaruhi kualitas hasil penelitiannya.
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi
yaitu pengambilan data dengan cara penelusuran dokumen termasuk
literatur – literatur penunjang yang di ambil dari Dinas Pendapatan
Daerah (Dispenda) kota surabaya.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Proses dan makna (persektif subyek) lebih di tonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori di manfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
56
sesuai dengan fakta lapangan. Dengan tujuan untuk mengevaluasi kontribusi yang
di berikan pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna
pertumbuhan pembangunan daerah di kota surabaya. Selain itu landasan teori juga
dimanfaatkan untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan
terhadap teori yang di gunakan. Sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti
bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan
berakhir dengan suati teori.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif dari pada penelitian atau survei
kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari menggumpulkan
informasi, terutama individu dalam menggunakan wawancara secara mendalam
dan grop fokus. Sifat dari penelitihan ini adalah penelitian dan penjelajahan
terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwaancarai
secara mendalam.
57
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
4.1. Penyajian Data
4.1.1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surabaya
Kota Surabaya atau sering disebut sebagai kota pahlawan merupakan
kota terbesar kedua setelah Ibu Kota Jakarta. Surabaya termasuk dalam
kategori kota metropolitan, wajar karena kapasitas penduduk Surabaya yang
sangat banyak kurang lebih mencapai 3 juta jiwa. Banyaknya penduduk
menjadikan kota ini sebagai salah satu penggerak perekonomian Negara yang
cukup diperhitungkan, dan juga banyak pengusaha yang melirik pasar besar di
Surabaya ini untuk membuka cabang baru atau membuka usaha perdananya.
Dengan adanya pengusaha-pengusaha dan perusahaan-perusahaan besar disana
penghasilan pajak daerah pun semakin meningkat.
Mendesaknya tuntutan akan kenaikan pendapatan daerah dari perpajakan
seiring dengan kebutuhan belanja daerah untuk pembangunan daerah membuat
setiap daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan pendapatan yang didapat
dari pajak. Permasalahan tersebut mampu dijawab dengan diikuti kenaikan
penerimaan daerah dari perpajakan. Tak hanya dari perpajakan sebenarnya,
masih ada pendapatan dari dana perimbangan keuangan yang digelontorkan
oleh pemerintaah. Namun setiap daerah tentunya ada program dan peningkatan
khusus yang ingin dicapai, dan itu tentunya membutuhkan pembiayaan yang
tidak sedikit.
57
58
Pajak reklame adalah salah satu pembentuk dari penerimaan pajak daerah
yang memiliki kontribusi secara langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Sebagai salah satu sumber pemasukan dana yang dibutuhkan
pemerintahan kota, tentunya diperlukan sebuah target. Dan untuk menentukan
taerget dari peenerimaan pajak, pemerintah tidak hanya sekedar menentukan
berapa besar pendapatan dari pajak itu, harus ada beberapa alasan yang tepat.
Ada evaluasi dari beberapa laporan pajak dari periode sebelumnya. Laporanlaporan tersebut sebagai bahan pertimbangan, apakah pajak daerah akan
dinaikkan atau diturunkan. Karena jika target terlalu tinggi, sedangkan keadaan
real tidak memungkinkan, maka target dari penerimaan pajak tak akan berhasil
dipenuhi.
Penetapan target pajak dan retribusi daerah yang dilakukan oleh
bidang pendapatan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Surabaya, merupakan langkah pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh lembaga khususnya bidang pendapatan. Dimensi yang
digunakan adalah dengan model teori rasionalisme dalam penetapan target.
Model ini menggunakan cara melihat laporan keuangan terdahulu. Target
pendapatan pada tahun-tahun mendatang dengan melihat laporan keuangan
terdahulu.
Untuk mengetahui tabulasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kota
Surabaya untuk tahun anggaran 2009 sampai dengan 2013, dapat dilihat pada
pada table di bawah ini:
59
Table 4.1.
Tabulasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2009-2013 (Dalam Rupiah)
Uraian
2009
2010
Tahun
2011
2012
2013
Pendapatan asli
daerah (PAD)
808.795.526.042
908.647.775.730
1.886.514.301.581
2.279.613.848.832
2.570.793.944.555
Hasil pajak daerah
442.852.257.428
525.403.484.538
1.488.358.147.753
1.852.977.636.886
2.098.292.666.000
Hasil retribusi daerah
164.247.724.956
63.304.547.606
209.834.317.888
183.482.993.434
221.303.062.247
Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
42.324.809.294
63.304.547.606
75.962.115.306
97.696.057.372
92.461.561.125
Lain-lain PAD yang sah
159.370.734.364
136.627.496.659
112.359.720.634
145.457.161.138
158.736.655.183
Sumber: realisasi APBD DPPK kota Surabaya 2014
60
Dari tabel tersebut dapat diketahui, bahwa total pendapatan
setiap
tahunnya mengalami kenaikan, baik dari PAD, hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lainlain PAD yang lainnya. Meskipun untuk hasil retribusi daerah dan lain-lain
PAD yang lainnya ada penurunan di beberapa tahunnya tapi itu tidak terlalu
banyak.
Pada pendapatan Kota Surabaya yang terdiri dari PAD (Pendapatan Asli
Daerah), Dana Perimbangan dan Dana-dana lain pendapatan daerah yang sah
diketahui bahwa dari tahun ke tahun di Kota Surabaya selalu mengalami
peningkatan yakni dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Hal ini menandakan
bahwa pemerintah kota Surabaya mampu memaksimalkan potensi-potensi
pendapatan daerah dan sumber-sumber pendapatan daerah yang ada. Selain
potensi dan sumber-sumber yang ada, dalam data Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Surabaya menunjukkan pendapatan yang terus meningkat pula.
Pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya sampai dengan triwulan II
Tahun Anggaran 2013 mengalami kenaikan dari target semula Rp.2,5 triliun
kini menjadi Rp.2,6 triliun atau naik sekitar Rp.76 miliar (2,9 persen).
Adanya kenanikan pendapatan yang diperoleh kota Surabaya dalam
sektor pendapatan, maka memungkinkan kota Surabaya membuat target dalam
setiap tahunnya. Dalam rekam jejaknya antara tahun 2009-2013 kota Surabaya
mengalami kenaikan dan penurunan, baik dari segi target dan realiasinya.
Berikut adalah target dan realisasi pajak reklame kota surabaya tahun anggaran
2009-2013.
61
Table 4.2.
Target Dan Realisasi Pajak Reklame
Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2009-2013 (Dalam Rupiah)
Tahun
Target
Realisasi
2009
85.250.000.000,00
75.625.320.129,00
2010
190.000.000.000,00
98.705.063.186,00
2011
126.000.000.000,00
90.232.362.728,38
2012
230.000.000.000,00
117.613.027.717,07
2013
200.000.000.000,00
114.627.088.207,12
Jumlah
831.250.000.000,00
496.802.861.967,57
Sumber: DPPK Kota Surabaya Bidang Pendapatan 2014
%
88,71
82,95
71,61
51,11
57,31
351,69
Dari hasil tabel 4.2 tersebut, terlihat realisasi pajak reklame selama lima
tahun terakhir dari tahun 2009-2013 masing-masing hanya memberikan
masukan sebesar 88,71%, 82,95%, 71,61%, 51,11% dan pada tahun 2013
hanya sebesar 56,31% dari total target.
Perolehan pajak dari pemungutan reklame pada Tahun 2013, turun Rp 3
miliar dari perolehan Rp.117,6 miliar di tahun 2012 menjadi Rp.114,6 miliar.
Pendapatan pajak reklame memang sempat mengalami kenaikan pada tahun
2012 namun kembali turun pada tahun 2013.
Hal ini cukup ironis, sebab Walikota Tri Rismaharini sudah menaikkan
tarif pajak reklame sejak tahun pertama dia menjabat. Pelaksanaan Perwali
Kenaikan Pajak Reklame mulai diperlakukan tahun 2011. Perolehan pajak
reklame ini, masih kalah dengan perolehan pajak di sektor lain. Hingga minggu
ketiga Desember 2013 saja, pajak Hotel menyumpang PAD Rp.151,39 miliar.
Kemudian, restoran (Rp.210,61 miliar), PBB Rp.626,07 RP.260,67 dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan atau BPHTB (Rp.717,65 miliar).
62
Melihat fakta ini, anggota DPRD Kota Surabaya mempertanyakan
perolehan pajak Reklame yang turun Rp 3 miliar tersebut. MI Anggota Komisi
C Herlina Harsono Nyoto, misalnya. Menurutnya, dengan perolehan pajak
reklame tersebut patut dipertanyakan, jika dibandingkan dengan berdirinya
papan reklame yang semakin marak. “Perlu dipertanyakan, karena akhir – akhir
ini jumlah reklame semakin marak di kota Surabaya,” kata Herlina, Senin
(17/2/2014 surabaya pagi).
Dilihat dari banyaknya jumlah reklame yang tersebar di kota Surabaya,
sejak tahun 2011-2013 sebenarnya berdampak pada kenaikan pendapatan
pajak, namun nyatanya dari data yang diperoleh tersebut malah sebaliknya,
yakni mengalami penuruan dari target yang ditetapkan. Peroleh pajak reklame
juga masih kalah dengan pajak restoran, hotel dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
Dari catatan pengusaha ini, terdapat beberapa jalan raya di Kota
Surabaya ini yang masuk dalam klasifikasi jalan A. Seperti Raya Darmo,
Mayjen Sungkono, Basuki Rahmad, Panglima Sudirman, Embong Malang,
Tunjungan serta Pemuda. Untuk ukuran reklame 5 X 10 meter saja,
pemasangan di jalan jalan tersebut pajaknya dapat mencapai angka 100 juta
hingga 120 juta per tahun. Dengan urutan dari yang lain nilai pajaknya mahal
adalah Jalan Raya Darmo, Embong malang, Tunjungan, Pemuda dan
seterusnya. Mahalnya nilai pajak yang dikenakan di jalan-jalan ini karena
untuk pemasangan reklame di jalan jalan tersebut dinilai sangat strategis.
63
Adapun penyebab pemerintah pusat dan pemerintah daerah kehilangan
potensi perpajakan diantaranya kurang adanya kepatuhan dari para wajib pajak
(WP), integritasmoral yang lemah dari aparat pajak sehingga terjadi
penyelewengan pajak, lemahnya pengawasan dari pemerintah dan pemda
dalam mengontrol penerimaan pajak, belum adanya sinkronisasi dan
harmonisasi peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia serta
pelayanan birokrasi pemerintahan yang tidak mencerminkan rasa pelayanan
publik. lemahnya control dari pihak pemkot Surabaya terhadap beberapa
reklame yang berdiri di kota Surabaya sehingga mengakibatkan penurunan
pendapatan dari sector reklame. Kedua, pada tahun 2013 ada pembongkaran
paksa pihak pemkot Surabaya terhadap beberapa reklame nakal yang tidak
membayar pajak. Tindakan ini tentunya berdampak pada berkurangnya
pendapatan dari sector pajak reklame.
Dilihat dari potensinya, seharusnya pajak reklame dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
Namun karena masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki kesadaran
untuk membayar pajak
reklame menyebabkan penerimaan
dari
pajak
reklame tersebut kurang maksimal, atau tidak sesuai dengan yang
ditargetkan.
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh DPPK yaitu dengan
memberikan surat pemberitahuan atas reklame yang sudah habis masa
pajaknya atau yang terutang, melakukan tagihan secara langsung dan
melakukan peninjauan kembali atas ukuran
reklame
yang
didaftarkan
64
dengan realitas reklame yang sesungguhnya. Serta memberikan sanksi atau
peringatan terhadap reklame yang telah habis masa pajaknya dengan
menggunakan
satu tanda silang merah dan yang untuk tidak memiliki
ijin serta tidak membayar pajak dengan dua tanda silang merah.
Apabila surat pemberitahuan tersebut tidak ada tanggapan dari wajib
pajak, maka akan diberikan surat teguran sebanyak tiga kali. Namun apabila
hal ini juga masih belum ada tanggapan, maka pihak Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kota Surabaya akan menerjunkan tim juru sita
yang akan menyita barang milik wajib pajak yang tidak patur terhadap
kewajiban pajaknya. Dimana hasil penyitaan tersebut akan diserahkan ke
balai lelang untuk dilelang.
Namun disisi lain, sampai saat ini masih kurangnya petugas atau
tenaga dari DPPK untuk melakukan pengawasan dibanding jumlah reklame
yang tersebar di Kota Surabaya. Sehingga pengawasan terhadap reklame
yang
seharusnya
memberikan
potensi
yang
besar sebagai salah satu
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih kurang optimal.
Beberapa waktu yang lalu di kota terbesar kedua di Indonesia ini juga
terjadi sebuah fenomena yang sangat merugikan masyarakat yaitu robohnya
papan-papan reklame yang tersebar di kota ini. Korban tidaklah sedikit bahkan
puluhan rumah dan kendaraan bermotor turut menjadi sasaran keganasan
robohnya papan reklame tersebut, hal itu terjadi pada musim-musim penghujan
dimana angin bertiup kencang ditambah libasan hujan yang deras. Tak ayal,
banyak penduduk yang kecewa dan merasa sangat dirugikan dengan adanya
65
papan-papan reklame di kota tersebut terutama mereka yang telah menjadi
korban. Karena sebab itulah Pemerintah kota Surabaya bermaksud menaikkan
tarif Pajak Reklame di Surabaya, dengan menambahkan segi keamanan bagi
masyarakat.
Kenaikkan Pajak Reklame Surabaya sempat menuai pro dan kontra dari
lapisan masyarakat. Tentunya yang pro dengan keputusan ini adalah dewan
pemerintah dan masyarakat biasa, sedangkan yang merasa kontra dengan
keputusan ini adalah para pengusaha dan semacamnya. Para pengusaha menilai
keputusan ini masih terlalu dini untuk diterapkan, alasannya kenapa? Karena
menurut mereka sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah sangatlah singkat
(sekitar satu bulan saja ) dan langsung diterapkan. Tentunya hal ini akan
memberatkan mereka yang ingin memasang reklame di Surabaya, dan dapat
memicu munculnya reklame-reklame ilegal yang akan menyulitkan pemerintah
setempat. Namun demikian pemerintah menuturkan bahwa kenaikkan Pajak
Reklame Surabaya hanya ditujukan untuk reklame-reklame yang berukuran
besar adapun yg berukuran kecil biayanya akan diturunkan.
Untuk mengetahui kontribusi yang di berikan pajak reklame terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya pada 2009 hingga 2013, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
66
Table 4.3.
Kontribusi Pajak Reklame
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2009-2013 (Dalam Rupiah)
Tahun
Kontribusi
Pajak Reklame
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
2009
75.625.320.129,00
809.795.526.042,00
2010
98.705.063.186,00
908.647.775.730,00
2011
90.232.362.728,38
1.886.514.301.581,00
2012
117.613.027.717,07
2.279.613.848.832,61
2013
114.627.088.207,12
2.570.793.944.555,00
Jumlah
496.802.861.967,57
8.455.365.396.740,61
Rata-rata
99.360.572.393,51
1.691.073.079.348,12
Sumber: DPPK Kota Surabaya Bidang Pendapatan 2014.
%
9,34
10,86
4,78
5,15
4,45
17,01
3,40
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota
Surabaya
selama
2009
sampai
dengan
2013
yaitu
sebesar
Rp.1.691.073.079.348,12 dan rata-rata pajak reklame selama 2009 hingga 2013
yaitu sebesar Rp.99.360.572.393,51. Dari data tersebut bisa dilihat prosentase
kontribusi yang diberikan oleh pajak reklame dalam menunjang Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Kota Surabaya selama lima tahun terakhir rata-rata
sebesar 3,40%. Hal ini berarti, sumbangan yang diberikan oleh pajak reklame
terhitung kurang optimal. Pajak reklame belum memberikan kontribusi yang
besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame
Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah
daerah
khususnya kota Surabaya untuk berbagai tujuan, misalnya untuk
membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur perekonomian,
67
dapat juga mengatur konsumsi masyarakat. Karena sifatnya yang dipaksakan
tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau
seseorang. Pajak merupakan sumber penerimaan daerah yang sangat penting
dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam
pemrintah daerah. Besar-kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran
daerah, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun anggaran rutin. Pajak
sebagai instrumen fiskal yang merupakan penerimaan daerah kemudian
menjadi suatu investasi pemerintah dan digunakan untuk memenuhi
kemakmuran rakyat.
Dalam implementasinya, pemungutan pajak dapat berjalan baik bila
prinsip-prinsip kebijakan perpajakan dapat diterapkan. Smith dan Jones
mengemukakan tentang prinsip kebijakan perpajakan yang dikenal dengan
istilah Smith's Canons. Prinsip-prinsip itu meliputi asas kesamaan (equality and
equity), asas kepastian hukum (certainty), asas tepat waktu (convenice), dan
asas ekonomi atau efisiensi (economy or efficiency). Jika prinsip itu diterapkan
secara menyeluruh, sistem perpajakan berjalan ideal.
Dalam menjalankan kebijakan perpajakan, pemerintah di setiap negara
memiliki hak yuridis secara eksklusif untuk memungut dari wajib pajak.
Yurisdiksi itu tentunya berlandaskan undang-undang yang dibuat bersama
dengan legislatif. Hal itu dilakukan dengan memberi batasan-batasan dari
pengenaan dan besarnya pajak yang dibebankan pada subjek dan objek pajak.
Atas dasar uraian itu, jelas dapat dikatakan bahwa upaya perpajakan (tax effort)
68
melalui yurisdiksi yang jelas merupakan langkah strategis dalam upaya
meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan.
Sejalan dengan adanya yurisdiksi dan kepastian hukum, kebijakan
perpajakan
bertujuan
mendorong
kemajuan
ekonomi
sebagai
upaya
peningkatan hasrat konsumsi masyarakat, meningkatkan investasi pemerintah,
serta
mentransmisikan
sumber-sumber
ekonomi
masyarakat
menjadi
penerimaan pemerintah.
Kesejahteraan merupakan perwujudan dari cita-cita pembangunan
ekonomi suatu negara dan salah satu tujuan dari pemungutan pajak. Bagi
bangsa Indonesia, kesejahteraan sudah sangat jelas diatur tersendiri dalam
UUD 1945 Pasal 33. Pembangunan merupakan bentuk kristalisasi ide dan
kreativitas negara dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup masyarakat.
Ide dan kreativitas tersebut meliputi segala konsep dan program
pembangunan yang merupakan reprensentasi kehendak masyarakat dalam
rangka
mencapai
kemakmuran.
Pengurangan
kemiskinan,
pemerataan
pembangunan, peningkatan gizi, kesempatan kerja yang luas, dan peningkatan
kualitas pendidikan merupakan beberapa bentuk kesejahteraan yang diinginkan
masyarakat.
Di pemerintahan kota Surabaya, pungutan pajak merupakan salah satu
pendapatan pemerintah daerah dari beberapa sumber pendapatan yang lainnya.
Guna mendapatkan data bahwa pungutan pajak berpengaruh pada pendapatan
kota Surabaya, mungkin perlu dibutktikan dengan beberapa pengujianpengujian. Salah satunya melalui pengujian normalitas. Uji distribusi normal
69
adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi
normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial).
Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data
empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik
tertentu. Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal.
Kontribusi atau besarnya pengaruh pemungutan pajak reklame terhadap
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya yaitu: Adanya
hubungan yang positif dan kuat antara pajak reklame dengan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) mampu meningkatkan penerimaan pajak daerah. Walaupun
pengaruhnya tidak signifikan, atau kontribusi yang diberikan oleh pajak
reklame terhitung kecil akan tetapi memiliki potensi yang besar dilihat dari
banyaknya jumlah reklame yang tersebar di Kota Surabaya. Namun
penerimaan pajak reklame masih belum bisa signifikan dikarenakan faktor
pembentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya tidak hanya dari
pajak reklame saja sebagai salah satu pembentuk penerimaan dari pajak daerah
melainkan juga dari hasil retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.
Jika pengelolaan pajak reklame lebih di perhatikan dengan benar tidak
menutup kemungkinan kalau pajak reklame bisa menjadi salah satu pemasukan
pajak daerah yang lebih besar dari hasil pajak daerah yang lain karna
mengingat surabaya adalah kota reklame dan ini bisa membantu pembangunan
daerah di kota surabaya.
70
PAD memiliki peran penting dalam rangka pembiayaan pembangunan di
daerah. Berdasarkan pada potensi yang dimiliki masing-masing daerah,
peningkatan dalam penerimaan PAD ini akan dapat meningkatkan kemampuan
keuangan daerah. Seiring dengan perkembangan perekonomian daeah yang
semakin terintegrasi dengan perekonomian nasional dan internasional, maka
kemampuan daerah dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber
penerimaan PAD menjadi sangat penting.
Pembangunan Kota Surabaya tergantung dari APBD yang akan di susun
dan dilaksanakan
Melihat struktur
anggaran,
dimana
pada
bagian
pendapatan memiliki korelasi dengan pengelolaan pendapatan asli daerah
serta kekayaan daerah yang dimiliki, maka pendapatan asli daerah menjadi
tolak ukur kemandirian suatu daerah.
Penggalian
sumber-sumber
pendanaan
dari
daerah, pemanfaatan
sumber-sumber pendapatan daerah perlu di tingkatkan, agar ketergantungan
terhadap pemerintahan pusat dan pemerintah propinsi lambat laun dapat
dikurangi. Untuk itu perlu adanya terobosan-terobosan dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah. Melalui peningkatan sektor yang bisa menjadi
penyumbang peningkatan PAD antara lain berasal dari Pajak daerah,
restribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Dalam penjelasan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 dijelaskan bahwa
diharapkan dengan adanya Undang-Undang ini bahwa pajak dapat memberikan
tambahan bagi pendapatan daerah serta untuk menghindari ketergantungan
71
pada pusat. Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-Undang No. 34 Tahun
2000 hanya memberikan otonomi bagi daerah dalam mengelola pajak daerah
namun kewenangan daerah belum maksimal dalam memperoleh PAD dari
pajak.
Dengan adanya pungutan pajak dan adanya kesadaran masyarakat suatu
daerah untuk membayar pajak sesuai dengan kewajibannya, maka daerah
tersebut akan berkembang dengan maju dan masyarakatnya akan sejahtera,
karena pajak digunakan dan diberikan untuk kepentingan masyarakat seperti :
1. Pembangunan sekolah;
2. Pembangunan rumah sakit;
3. Pembangunan jalan raya;
4. Pembangunan pasar;
5. Pembangunan taman kota; Dll.
Keberhasilan dalam hal perpajakan ini tentu harus ada kerjasama antara
pemerintah sebagai petugas pajak (Fiscus) dan juga masyarakat. Jadi
pemerintah mengoptimalkan hasil dari pajak tersebut untuk kepentingan negara
dan kesejahteraan rakyat.
4.3. Interprestasi
Berdasarkan hasil analisis yang di lakukan untuk tahun pengamatan 20092013, dan dari penjabaran di atas dapat diketahui prosentase pajak reklame
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 3,40% saja. Maka dapat diketahui
bahwa pajak reklame belum memberikan kontribusi yang besar terhadap
72
pendapatan asli daerah (PAD) guna pertumbuhan dan pembangunan daerah di
kota surabaya.
73
BAB V
KESIMPILAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Melalui hasil analisa dan pembahasan mengenai kontribusi Pajak Reklame
Terhadap Pendapatan Asli Daerah guna pertumbuhan pembangunan kota di
surabaya, penulis dapat membuat beberapa kesimpulan :
1. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa
pajak
daerah
berpengaruh
terhadap pendapatan asli daerah, karena peranan pajak daerah sangat
penting untuk sumbangan keuangan daerah sehingga bisa digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah dan bisa membantu untuk
pembangunan kota di surabaya.
2. Pajak reklame merupakan pajak yang cukup potensial untuk di
kembangkan di kota surabaya.
3. Pajak reklame belum memberikan kontribusi yang besar terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) guna pertumbuhan dan pembangunan
daerah di kota surabaya.
73
74
5.2. SARAN-SARAN
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat memberikan
saran, dan masukan bagi pemerintah kota surabaya dalam meningkatkan
pemerintah PAD melelui pos pajak reklame.
1. Menjadikan tingkat pertumbuhan realisasi pemungutan pajak reklame
sebagai sebuah ukuran untuk menilai kinerja sehingga tidak hanya terget
APBD saja yang menjadi perhatian.
2. Meningkatkan efektifitas pendapatan terhadap WP yang tidak memiliki
NPWPD dengan cara observasi lapangan secara berkala.
3. Penerapan sanksi secara efektif dan adil, seharusnya bagi mereka yang
melakukan penunggakan tanpa alasan yang jelas atau bahkan berupaya
utuk menghindari pembayaran pajak dikenakan sanksi yang hendaknya
tidak hanya berupa denda, namun sanksi lain yang dapat menimbulkan
efek jera.
4. Memperbaiki cara penagihan khususnya pada sistem offical, hendaknya
petugas melakukan perhitungan dan penagihan secara rutin langsung
ketempat usaha WP.
5. Menetapkan jumlah terutang untuk pajak reklame yang bersifat official
bagi usha yang tidak melakukan pencatatan maupun pembukuan dengan
dasar omset penjualan atau laba aktual bukan data historis bulan-bulan
sebelumya sehingga hasilnya lebih akurat dan tidak ada yang merasa di
rugikan.
75
6. Satuan pengawas internal (SPI) bagi Dispenda adalah Bawakso (Badan
Pengawas Kota). Hendaknya Bawakso dapat melakukan audit internal
terhadap Dispenda secara berkala baik triwuln atau semester sehingga
pengendalian dapat lebih efektif dan tindakan perbaikan dapat diambil
dengan segera.
7. Peningkatan pengawasan dan pengendalian baik secara teknis maupun
penatausahaan.
8. Meningkatkan SDM dengan cara melekukan pelatihan dan programprogram pendidikan yang berkaitan dengan penggelolaan pajak dan PAD.
9. Meningkatkan kegiatan penyuluhan pada masyarakat yang dapat membuka
cakrawala berpikir masyarakat tentang betapa pentingnya pajak yang
mereka bayar untuk kelangsungan kegiatan pembangunan daerah di Kota
Surabaya.
10. Untuk Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya: harus
melakukan pengawasan secara rutin dan berkali terhadap setiap reklamereklame yang terpasang di kota Surabaya, baik yang ada izin, atau tidak
berizin. Harus ada pengawasan juga terhadap reklame-reklame yang habis
masa izinnya.
11. Perlu adanya penambahan petugas atau pengawas untuk peninjauan
lapangan serta melakukan sosialaisasi kepada masyarakat mengenai
prosedur dan kewajiban dalam penyelengaraan reklame serta sosialisasi
kepada masyarakat untuk membayar pajak tepat waktu.
76
12. Kepada Masyarakat Kota Surabaya: sebagai wajib pajak yang baik, sudah
seharusnya wajib pajak reklame bertanggung jawab untuk membayar
pajak atas setiap peneyelanggaraan reklame yang dilakukannya serta
melakukan penyelanggaraan reklame yang berdasarkan undang-undang
dan peraturan yang berlaku, baik mulai dari perijinan, pembayaran pajak,
sampai proses pembongkaran.
DAFTAR PUSTAKA
PRIANTARA, DIAZ. 2013, PERPAJAKAN INDONESIA, EDISI 2 REVISI, MITRA
WACANA MEDIA, JAKARTA.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009,
TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH,
(HTTP://DJKD.DEPDAGRI.GO.ID/DOWNLOAD.PHP?NAMAFILE=46_1.PDF&JENIS=P
RODUKHUKUM, DI AKSES 22 MEI 2014 11.00)
ABDUL HAKIM, 15 AGST 2013 17:48:00, PAD SURABAYA 2013 NAIK RP76
MILIAR,
(HTTP://WWW.ANTARAJATIM.NET/LIHAT/BERITA/115956/PAD-SURABAYA-2013NAIK-RP76-MILIAR, DI AKSES 24 MEI 2014 9:50)
SUGIYONO, 2011, METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (PENDEKATAN
KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN R&D). BANDUNG: ALFABETA.
WALIKOTA SURABAYA, 5 DESEMBER 2012, SALINAN PERATURAN
WALIKOTA SURABAYA NOMER 79 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN
REKLAME,(HTTP://JDIH.SURABAYA.GO.ID/PDFDOC/PERWALI_723.PDF, DI
AKSES 10 MEI 2014)
ABIDIN N. BAKRIE, 17 FEBUARY 2014, TURUN DIBANDING PENERIMAAN
TAHUN 2012 DAN KALAH DARI PAJAK RESTORAN SERTA PBB. DPRD CURIGAI
ADA “PERMAINAN” DI DINAS PAJAK PEMKOT SURABAYA,
(HTTP://SURABAYAPAGI.COM/INDEX.PHP?READ=PAJAK-REKLAME-ANJLOK; DI
AKSES 11 JUNI 2014 6:16)
BAMBANG PRAKOSO, KESIT. 2003, PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH,
CETAKAN PERTAMA, UUI PRES, YOGYAKARTA.
SOEGIANTO, SALEH DAN SUBIJANTORO, DIDIK, 2014. BUKU PEDOMAN
PENULISAN SKRIPSI, FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA.
HALIM, ABDUL. 2004, AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, EDISI REVISI,
SALEMBA EMPAT, JAKARTA.
SUYONO, 5 MARET 2014 21:56, SURABAYA JADI HUTAN REKLAME TAPI
PEMASUKAN PAJAKNYA KECIL,
(HTTP://WWW.LENSAINDONESIA.COM/2014/03/05/SURABAYA-JADI-HUTANREKLAME-TAPI PEMASUKAN-PAJAKNYA-KECIL.HTML, DI AKSES 7 JUNI 2014
8:24)
SIAHAAN, MARIOT P. 2005, PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH, EDISI
1, PT RAJA GRAFINDO PERSADA, JAKARTA.
SUHARYADI, PURWANTO. 2003, STATISTIK UNTUK EKONOMI DAN
KEUANGAN MODEREN, BUKU 1, PENERBIT SALEMBA EMPAT, JAKARTA.
REALISASI PENERIMAAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA SELURUH
INDONESIA, 2006-2012
(HTTP://WWW.BPS.GO.ID/TAB_SUB/VIEW.PHP?TABEL=1&DAFTAR=1&ID_SUBYE
K=13&NOTAB=5, DI AKSES 7 JUNI 2014)
DICKSON, 25 APRIL 2014, 10 KOTA TERBESAR DI INDONESIA MENURUT
JUMLAH PENDUDUKNYA,
(HTTP://ILMUPENGETAHUANUMUM.COM/CATEGORY/REPUBLIK-INDONESIA,
DI AKSES 20 JUNI 2014)
ACHMAD ARDIANSYAH, 1 APRIL 2014, ANALISIS APBD KOTA SURABAYA
2010-2013 KLASIFIKASI FUNGSI EKONOMI, (HTTP://ACHMAD-ARDIANSYAHFISIP12.WEB.UNAIR.AC.ID/ARTIKEL_DETAIL-96785-COURSEANALISIS%20APBD%20KOTA%20SURABAYA%2020102013%20KLASIFIKASI%20F
UNGSI%20EKONOMI.HTML, DI AKSES 11 JUNI 2014)
MAPPIJATIM, 26 JANUARI 2013 DI RAGAM BERITA, MUTAKHIRKAN DATA
PBB PEMKOT SURABAYA YAKIN PENDAPATAN 2013 SESUAI TARGET,
(HTTP://WWW.MAPPIJATIM.OR.ID/CATEGORY/RAGAM-BERITA, DI AKSES 17
JUNI 2014)
SUNARTO. 2003, PERPAJAKAN 1, PENERBIT AMUS YOGYAKARTA DAN
MAHERIOKO TOTAL DESINGN, YOGYAKARTA.
WACHDIN, FAIZAH. 2010, PENGARUH PAJAK REKLAME DAN PAJAK
HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURABAYA. SKRIPSI,
FAKULTAS EKONOMI, UNIVERSITAS PEMBANGUNANA NASIONAL, VETERAN,
JAWA TIMUR.
BUDIYONO. 2009. STATISTIKA UNTUK PENELITIAN. SURAKARTA: SEBELAS
MARET UNIVERSITY PRESS WWW.SURABAYA.GO.ID%2FFILES.PHP
E. CASE, KARL DAN RAY C. FAIR. 2006, PRINSIP-PRINSIP EKONOMI, ERLANGGA,
JAKARTA.
Download